bab iii hasil penelitian mengenai pengampunan...

16
BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN DALAM MENYIKAPI PERSELINGKUHAN SUAMI Bab III ini membahas mengenai data yang ditemui di lapangan. Data yang diperoleh adalah informasi mengenai kondisi keluarga, faktor penyebab perselingkuhan, dampak perselingkuhan dan alasan serta tahapan pengampunan yang dilalui oleh isteri dalam menyikapi perselingkuhan suami. Bab sebelumnya telah menggambarkan bahwa hubungan pernikahan itu sangat dinamis dan komitmen dalam hubungan pernikahan sering diuji oleh berbagai persoalan yang seolah-olah tidak pernah selesai. Dari berbagai persoalan yang ada, kasus perselingkuhan sering menjadi momok yang menakutkan dan mengancam keharmonisan dan keutuhan keluarga. Bahkan, persoalan perselingkuhan sering mengarah kepada putusnya hubungan atau perceraian. Oleh karenanya, Whitaker dalam Augsburger menyebut pernikahan sebagai persoalan terbesar yang ada dalam kehidupan. 1 Ada banyak orang yang dengan mudah dapat menerima kembali pasangan yang berselingkuh dan hubungan pernikahan dapat dipertahankan, akan tetapi hubungan yang dijalani tidak dapat berjalan seperti sedia kala. Fife dkk. menegaskan bahwa hubungan dapat bertahan tanpa adanya pengampunan, tetapi tidak akan benar- 1 Augsburger, Sustaining Love; Healing and Growth ………, 17.

Upload: lykhanh

Post on 13-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

BAB III

HASIL PENELITIAN MENGENAI

PENGAMPUNAN DALAM MENYIKAPI

PERSELINGKUHAN SUAMI

Bab III ini membahas mengenai data yang ditemui di lapangan. Data yang

diperoleh adalah informasi mengenai kondisi keluarga, faktor penyebab

perselingkuhan, dampak perselingkuhan dan alasan serta tahapan pengampunan yang

dilalui oleh isteri dalam menyikapi perselingkuhan suami.

Bab sebelumnya telah menggambarkan bahwa hubungan pernikahan itu

sangat dinamis dan komitmen dalam hubungan pernikahan sering diuji oleh berbagai

persoalan yang seolah-olah tidak pernah selesai. Dari berbagai persoalan yang ada,

kasus perselingkuhan sering menjadi momok yang menakutkan dan mengancam

keharmonisan dan keutuhan keluarga. Bahkan, persoalan perselingkuhan sering

mengarah kepada putusnya hubungan atau perceraian. Oleh karenanya, Whitaker

dalam Augsburger menyebut pernikahan sebagai persoalan terbesar yang ada dalam

kehidupan.1

Ada banyak orang yang dengan mudah dapat menerima kembali pasangan

yang berselingkuh dan hubungan pernikahan dapat dipertahankan, akan tetapi

hubungan yang dijalani tidak dapat berjalan seperti sedia kala. Fife dkk. menegaskan

bahwa hubungan dapat bertahan tanpa adanya pengampunan, tetapi tidak akan benar-

1 Augsburger, Sustaining Love; Healing and Growth ………, 17.

Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

benar kembali sehat.2 Oleh sebab itu, bagi pasangan yang berhubungan dengan

persoalan perselingkuhan, rekonsiliasi hubungan paska peristiwa perselingkuhan

masih mungkin terjadi jika mereka bersedia bekerja dalam proses pengampunan.

Penulis telah melakukan wawancara kepada 25 orang perempuan (istri) di

Jemaat Sikakap Gereja Kristen Protestan di Mentawai (GKPM) terkait persoalan

pernikahan, perselingkuhan, dan pengampunan. Dari 25 responden, hanya 2 orang

yang tidak ingin mempertahankan pernikahan jika suatu hari menemukan suami

memiliki hubungan dengan yang lain. Ada 21 responden menyatakan akan menerima

kembali suami jika terlebih dahulu melewati proses penggembalaan dari gereja. Ada

2 responden yang telah mengalami pengkhianatan dari suami dan mengaku telah

mengampuni suaminya berulang kali karena pengkhianatan yang telah dilakukan

berulang kali. Kedua orang responden ini menjadi narasumber dalam penelitian ini.

Penelitian tesis ini dilakukan di tempat yang berbeda (rumah narasumber).

3.1. KASUS I

3.1.1. Narasumber dan Kondisi Keluarga3

Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia seorang istri

dan ibu dari 3 orang anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Ibu Anna berusia 46 tahun.

Dia pernah mengecap pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi swasta di Padang,

namun harus berhenti karena alasan keuangan. Ibu Anna lulus tes CPNS Kabupaten

Kepulauan Mentawai tahun 2001 untuk formasi SMA. Saat ini dia bekerja sebagai

2 Fife, Weeks, dan Stellberg-Filbert, “Facilitating ……” , 345.

3 Anna, 46 tahun, Wawancara (Mentawai, tgl 23 – 29 September 2015, pukul 16.00 WIB)

Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

staff di Kantor Kecamatan Sikakap. Ibu Anna juga merupakan seorang penatua di

GKPM Jemaat Sikakap. Dia telah melayani selama 6 tahun. Sebelum lulus pada tes

CPNS tahun 2002, ibu Anna telah melakukan beberapa pekerjaan yang berbeda,

yakni: sebagai staff di Kantor Desa, Operator boat penyebrangan, Kuli bangunan, dan

Pembuat kue.

Ibu Anna adalah anak ke 5 dari 9 orang bersaudara. Dia terlahir dari keluarga

lintas-budaya, ayahnya berasal dari suku Batak, dan ibu berasal dari suku Mentawai.

Orangtuanya sangat keras dalam mendidik anak-anak, dan tidak jarang kekerasan

fisik juga dilakukan kepada anak-anak jika anak-anak tidak melakukan pekerjaan

sesuai dengan yang sudah ditentukan. Selain itu, orangtuanya juga sering terlibat

perkelahian dan terkadang ayahnya melakukan kekerasan fisik terhadap ibunya. Hal

ini sering membuat ibu Anna beserta saudaranya merasa ketakutan. Namun, untuk

urusan makanan atau kebutuhan sehari-hari, keluarga tidak pernah merasa

kekurangan.

Ibu Anna aktif di gereja sebagai penatua dan juga sebagai anggota dalam

persekutuan ibu-ibu di GKPM Jemaat Sikakap. Selain itu, dia juga aktif dalam

kelompok PKK yang dibentuk oleh pemerintahan kecamatan. Hubungan dengan

masyarakat setempat sangat baik. Kehidupan spritualnya juga berjalan dengan cukup

baik. Dia sangat yakin bahwa setiap tugas yang diemban saat ini adalah atas

ketetapan dan kehendak Tuhan. Dia selalu berusaha untuk melakukan pekerjaannya

sebaik mungkin.

Untuk persoalan ekonomi, ibu Anna tidak pernah khawatir, karena semenjak

dia bersama suaminya lulus sebagai PNS di mentawai, mereka tidak pernah merasa

Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

kekurangan. Mereka memiliki 2 rumah pribadi yang cukup besar dan anak sulungnya

merupakan lulusan akademi kebidanan swasta di Padang dan saat ini telah menjadi

PNS di Kab. Kep. Mentawai. Anak ke duanya sedang kuliah di salah satu Universitas

Kristen di Yogyakarta. Anak ke tiga masih duduk dibangku SD kelas 5 dan anak

bungsu duduk di bangku TK. Ibu Anna dan suaminya telah menggadaikan SK ke

Bank, namun untuk kebutuhan sehari-hari mereka masih bisa mengatasinya dengan

Tunjangan Daerah yang mereka terima setiap bulan.

Ibu Anna menikah dengan suaminya pada tahun 1990. Suaminya berasal dari

suku Mentawai dan bekerja sebagai PNS di Kota Kabupaten Kepulauan Mentawai,

Tuapejat. Pernikahan ibu Anna dan suaminya tidak mendapat restu dari kedua belah

pihak keluarga besarnya. Oleh sebab itu mereka menikah tanpa restu dari orangtua

(kawin lari). Hingga saat ini, keluarga dari suaminya tidak terlalu memperdulikan ibu

Anna dan anak-anaknya, tetapi sebaliknya keluarga ibu Anna sangat memperhatikan

mereka. Saat ini usia pernikahan ibu Anna bersama suaminya sudah mencapai usia

pernikahan perak 25 tahun. Perbedaan lokasi tempat bekerja membuat ibu Anna

bersama suaminya harus hidup terpisah. Ini sudah terjadi selama 10an tahun. Namun,

kehidupan ibu Anna sekarang sudah berjalan seperti yang diinginkannya; keluarga

yang utuh dan saling menopang satu sama lain.

3.1.2. Pemasalahan dalam Keluarga Ibu Anna dan Faktor-Faktor Penyebab

Perselingkuhan

Pada awal kehidupan pernikahan ibu Anna, persoalan ekonomi memang tidak

terlalu baik, meskipun begitu mereka tidak pernah kekurangan dalam hal makanan

Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

dan kebutuhan sehari-hari. Mereka saling mendukung untuk setiap pekerjaan yang

mereka lakukan. Tempat tinggal sering berpindah-pindah sampai akhirnya mereka

memiliki rumah sendiri. Dalam usia 25 tahun pernikahan mereka, yang sering

menjadi pergumulan dalam kehidupan pernikahan adalah kehadiran pihak ketiga. Hal

ini sering sekali membuat ibu Anna merasa terluka dan kecewa. Ibu Anna merasa

suaminya adalah tipe pribadi yang tertutup karena ibu Anna berulang kali

mempertanyakan tentang perilaku suaminya yang menyimpang ini, namun jawaban

suaminya selalu saja sama “itu kesalahanku”. Sifat yang tertutup dari suaminya

membuat ibu Anna tidak tahu harus berbuat apa, tidak tahu harus memperbaiki apa

dalam hubungan mereka.

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara bersama ibu Anna, dapat

diketahui bahwa perbedaan tempat tinggal karena perbedaan lokasi tempat bekerja

dapat menyebabkan hubungan komunikasi tidak berjalan dengan baik. Selain itu,

sebagai pribadi yang menikah, kebutuhan seksual juga menjadi tantangan bagi

mereka yang tinggal di pulau yang berbeda. Sifat introvert dari suami dapat

menyebabkan persoalan perselingkuhan terjadi; ketidakpuasan dalam hal seksual jika

tidak dapat diungkapkan dengan baik kepada istri, maka akan membuat istri tidak

mengerti dengan keinginan suaminya. Jika hal ini tidak dapat diatasi maka akan

berujung pada pencarian kepuasan di luar pernikahan.

3.1.3. Dampak Perselingkuhan

Setiap kali suami ibu Anna melakukan perselingkuhan, hal itu membuat

batinnya terguncang dan malu. Dia kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas

Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

sehari-hari seperti ke kantor, ke gereja dan pelayanan. Selain itu, kewajiban untuk

mengurus anak-anak pun menjadi terlupakan. Ibu Anna mengaku bahwa hubungan

bersama suaminya sempat renggang, meskipun dia tidak menginginkan perceraian,

namun kehidupan di dalam rumah tidak dapat berjalan seperti sedia kala untuk

beberapa waktu. Rasa kepercayaan terhadap pasangan juga hilang, tumbuh rasa

curiga yang mendalam. Namun kecurigaannya semakin membuat batinnya tidak

nyaman. Hal ini sering membuat ibu Anna dan suaminya selalu bertengkar.

Hubungan anak-anak bersama ayahnya juga semakin renggang. Anak-anak bahkan

sempat menginginkan orangtuanya berpisah.

Terkait dengan dampak psikis yang dialami ibu Anna, hal ini juga

membuatnya tidak dapat melakukan hubungan intim bersama suami untuk beberapa

waktu lamanya. Namun, ketika ibu Anna memutuskan untuk mengampuni suaminya,

tanpa terpaksa dia bersedia melakukan hubungan seksual bersama suaminya.

3.1.4. Pengampunan dalam Menyikapi Perselingkuhan Suami

Untuk menyelamatkan pernikahannya, ibu Anna memutuskan untuk

mengampuni suaminya. Pengampunan yang diberikan ibu Anna kepada suaminya

sudah dilakukan berulang kali. Ibu Anna menyadari bahwa tanpa pengampunan

hubungannya bersama suami dan anak-anak tidak dapat berjalan dengan baik.

Sebelum ibu Anna dapat mengampuni suaminya, hubungan mereka berjalan

canggung, layaknya seperti orang lain. Dengan bantuan beberapa pihak yang masih

memiliki kepedulian terhadap keluarganya, akhirnya ibu Anna belajar untuk

menyikapi persoalannya dengan lebih tenang dan penuh pertimbangan. Secara

Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

pribadi, ibu Anna mengatakan bahwa persoalan ekonomi tidak menjadipertimbangan

bagi ibu Anna untuk mempertahankan pernikahan. Ada beberapa alasan yang

membuatnya dapat memfasilitasi pengampunan kepada suaminya.

3.1.4.1.Alasan-alasan dalam memberikan pengampunan

Ada beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh ibu Anna terkait dengan

pengampunan yang dia berikan dala m menyikapi perselingkuhan suaminya; (1) Ibu

Anna meyakini bahwa Tuhan tidak menginginkan adanya perceraian dalam

pernikahan “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan

manusia (Mat 19:6b).” Meskipun begitu, ibu Anna juga tahu bahwa Tuhan tidak

menghendaki perzinahan. Untuk hal ini, ibu Anna meminta pertolongan Roh Kudus

agar Tuhan mengampuni suaminya dan dia pun diberi kekuatan untuk dapat

mengampuni suaminya. (2) Ibu Anna sangat mengasihi suaminya dan menerima

suaminya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Rasa sayangnya kepada

suaminya tidak pernah hilang meskipun dia telah sering dikhianati. (3) Ibu Anna

memiliki sejarah hubungan yang tidak direstui oleh orangtuanya. Oleh sebab itu, dia

telah berjanji pada dirinya sendiri untuk memperjuangkan pernikahannya. Dia yakin

pengampunan yang dia berikan dapat membuat hubungannya bersama suaminya

semakin erat dan hubungan anak-anak bersama ayahnya juga dapat diperbaiki. Bagi

ibu Anna, keutuhan keluarga dapat menjadi kekuatan baginya dalam menjadi setiap

pergumulan. (4). Ibu Anna mengungkapkan bahwa sebelum dia dapat mengampuni

suaminya, batinnya selalu tersiksa, semangat hidup hilang, dan badanpun sering

terserang penyakit. Hal ini sangat mengganggu kehidupan yang sudah dia

Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

perjuangkan; anak-anak terabaikan, pekerjaan terlupakan, pelayanan ditinggalkan.

Hingga akhirnya ibu Anna menyadari bahwa dia harus lepas dari luka batin yang

menekannya dan memutuskan untuk mengampuni agar dia maumpu bangkit

melanjutkan hidup dan masa depannya.

3.1.4.2.Tahapan-tahapan dalam memberikan pengampunan

Setiap kali ibu Anna memutuskan untuk mengampuni suaminya, dia selalu

bekerja dalam beberapa tahapan proses, yaitu: (1) Mengambil waktu untuk berdiam

diri; merasakan kemarahan dan kekecewaan yang sedang dialaminya, menyadari akan

kerusakan hubungan antar suami-istri, ayah-ibu. Pada tahap ini, ibu Anna menyadari

bahwa dia sedang terluka atas pengkhianatan suaminya, dan hal ini menyebabkan

hubungan di antara mereka menjadi renggang. Kepercayaan keluarga pun menjadi

hilang kepada suaminya. (2) Mengingat janji setianya dan berpegang teguh pada

hukum pernikahan di dalam Kristen. Pada tahap ini, ibu Anna selalu mengingat janji

setianya dan kesediaannya untuk berjuang mempertahankan pernikahannya. Selain

itu, dia selalu mengingat masa-masa indah bersama suami dan kebaikan-kebaikan

yang telah dilakukan suaminya dalam kehidupan bersama mereka. (3)

Mempertimbangkan segala hal yang mungkin akan terjadi jika perceraian terjadi;

psikologis anak. Pada tahap ini, ibu Anna tidak mau menjadi orang yang egois yang

hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia mungkin dapat menerima perceraian jika

suaminya juga menginginkannya. Tetapi suaminya tidak pernah menginginkan

perceraian dan memohon pengampunan. Pada tahap ini ibu Anna selalu

memposisikan dirinya sebagai anak-anak yang membutuhkan sosok ayah dan ibu dan

Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

istri yang mengasihi suaminya dan terbeban untuk merangkul suaminya. Ibu Anna

tidak ingin anak-anak menjadi pribadi yang hidup di dalam kepahitan dan dendam,

karena hal ini dapat membuat hidup tidak sejahtera. (4) Berbicara dari hati ke hati

kepada suaminya. Ibu Anna menyadari bahwa pernikahan dapat dipertahankan jika

kedua pasangan menginginkannya. Oleh sebab itu, dia juga selalu berusaha untuk

berbicara langsung kepada suaminya. Dia mempertanyakan langsung apakah

suaminya masih ingin bersamanya dan menanyakan apa yang diinginkan darinya.

Pada tahap ini juga dia mendapat pengharapan bahwa pernikahan masih bisa

dipertahankan ketika suaminya masih memiliki cinta dan harapan untuknya. (5)

Mengadakan pertemuan keluarga. Tahap ini merupakan tahap terakhir bagi ibu Anna

dan suaminya untuk kembali memulai kehidupan pernikahannya. Dengan

mengadakan pertemuan keluarga, ibu Anna menunjukkan kepada orang-orang bahwa

dia tidak ingin menyembunyikan peristiwa yang sedang dia alami. Dia ingin setiap

orang yang hadir mengetahui bahwa dia sudah mengampuni suaminya, dan dia ingin

agar keluarga dan yang lain juga menjadi saksi atas pengampunannya dan

kesediaannya bersama suaminya untuk kembali bersama melanjutkan kehidupan

pernikahan mereka. Saat ini, komunikasi ibu Anna dan suaminya telah membaik dan

suaminya sudah belajar untuk lebih terbuka dengan setiap hal yang dirasakannya.

Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

3.2. KASUS II

3.2.1. Narasumber dan Kondisi Keluarga4

Narasumber pada kasus ke 2 ini adalah ibu Helena (disamarkan). Dia adalah

seorang istri dan ibu dari 5 orang anak; 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Ibu

Helena berusia 45 tahun. Pendidikan terakhirnya SMP dan saat ini bekerja sebagai

pedagang dan ibu RT.

Ibu Helena adalah anak ke 3 dari 4 orang bersaudara sekandung. Dia terlahir

dari keluarga bersuku asli minang. Orangtuanya pernah bercerai pada saat dia masih

berusia 1 bulan dalam kandungan ibunya. Perceraian terjadi karena perselingkuhan

ayahnya. Tetapi pada saat ibu Helena dilahirkan, ayahnya kembali bersama ibunya

hinggga ibunya melahirkan anak ke 4. Tapi perselingkuhan kembali terjadi, dan

akhirnya orangtua ibu Helena kembali bercerai untuk yang ke dua kali. Setelah

peristiwa itu, masing-masing orangtuanya memiliki pasangan dan memiliki anak-

anak dari pernikahan mereka masing-masing. Ibu Helena menjalani kehidupan yang

sangat membingungkan dan mengganggu psikologisnya. Secara batin dia tidak

merasa tenang dengan keadaan keluarganya. Akhirnya dia bertekad pada dirinya

sendiri untuk tidak akan pernah bercerai jika dia menikah suatu hari nanti.

Ibu Helena menikah siri dengan suaminya pada tahun 1988 secara Islam,

karena ke dua belah pihak keluarga tidak mengijinkan pernikahan mereka karena

perbedaan keyakinan. Namun, saat ini mereka tercatat sebagai anggota jemaat di

GKPM Jemaat Sikakap. Suami ibu Helena berasal dari suku Nias dan saat ini bekerja

sebagai anggota DPRD di Kab. Kep. Mentawai. Namun, sebelum menjadi anggota

4 Helena, 45 tahun, Wawancara (Mentawai, tgl 9 – 15 September 2015, pukul 16.00 WIB)

Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

DPRD, suami ibu Helena merupakan pengusaha yang cukup berhasil di Sikakap,

sama seperti kakak iparnya yang juga pengusaha yang sudah lebih dulu datang ke

Sikakap untuk membuka usahanya. Ibu Helena dan suaminya memulai usahanya

dengan usaha kecil yaitu menjual BBM eceran, kemudian akhirnya berkembang

menjadi Usaha Dagang yang cukup besar. Hal ini kadang menyebabkan ibu Helena

sering terpisah, karena suaminya harus mengurus bisnis di Padang, dan dia sendiri

bertanggungjawab untuk mengelola semua yang ada di Sikakap. Selain mengurus

toko mereka, ibu Helena juga menjalankan julo-julo dan jualan pakaian secara cash

dan kredit dengan sistem kutip door to door. Hasil yang didapat dari bisnisnya cukup

besar dan dapat membantu biaya pembangunan rumah mereka dan kebutuhan sehari-

hari.

3.2.2. Pemasalahan dalam Keluarga Ibu Helena dan Faktor-Faktor Penyebab

Perselingkuhan

Ibu Helena bersama suami telah menjalani usia pernikahan selama 27 tahun.

Kehidupan pernikahan tidak lepas dari berbagai persoalan. Salah satu permasalahan

yang sering digumuli dalam kehidupan pernikahan mereka adalah perbedaan

pendapat dalam hal menjalankan usaha mereka. Terkadang suami tidak mendukung

ibu Helena dalam menjalankan usaha pribadinya. Karena suaminya menganggap

usaha dagang mereka telah cukup untuk membiaya kehidupan mereka. Namun

persoalan ini masih dapat diatasi. Ibu Anna memberikan pengertian kepada suaminya

bahwa mereka memiliki anak-anak yang harus dijamin pendidikan dan kebutuhannya.

Selain itu, satu masalah besar yang sering menjadi pergolakan batin bagi ibu Helena

Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

adalah kehadiran pihak ke tiga dalam kehidupan rumah tangga mereka. Ibu Helena

meyakini bahwa suaminya telah mengkhianatinya berkali-kali, meskipun begitu

suaminya tidak pernah mengakuinya.

Ibu Helena tidak mengerti mengapa suaminya mengkhianatinya. Dia pernah

menanyakannya pada suaminya, tetapi suaminya selalu menyangkalnya. Tetapi, dari

pengamatan penulis saat melakukan wawancara bersama ibu Helena, dapat diketahui

bahwa komunikasi antara ibu Helena dan suaminya tidak berjalan dengan baik,

karena masing-masing disibukkan dengan urusan usaha atau bisnis yang mereka

jalankan. Selain itu, mereka sering terpisah karena urusan usaha dan bisnis mereka.

Sehingga, hal-hal seperti ini menjadi tantangan bagi pasangan yang menikah. Ibu

Helena masih disibukkan dengan urusan anak-anak setelah dia menjalankan usahanya

setiap hari. Namun, suami yang tinggal jauh dari istri dan anak-anaknya dapat

mencari kepuasan dalam hal seksual di luar pernikahannya. Hal ini diketahui

berdasarkan informasi yang disampaikan kepada ibu Helena bahwa suaminya sering

ditemui mengunjungi kafe-kafe dan club malam dan berduaan bersama perempuan

lain.

3.2.3. Dampak Perselingkuhan

Ibu Helena mengakui bahwa isu perselingkuhan suaminya telah membuat

keluarga mereka berantakan. Suaminya tidak pernah mengakui tentang

perselingkuhannya, tetapi ibu Helena sudah merasa curiga kepada suaminya, karena

tidak hanya sekali atau dua kali orang menyampaikan kepadanya, dan tidak hanya

satu atau dua orang yang mengetahui dan melihat suaminya bersama perempuan lain.

Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

Suaminya memang tidak memiliki anak dari perempuan lain, tetapi pengkhianatan

yang dilakukan suaminya telah membuat batinnya terluka, kecewa dan kepercayaan

kepada suaminya pun hilang. Ibu Helena menjadi semakin curiga terhadap suaminya.

Hal ini membuat ibu Helena menjalani hari-harinya dengan sangat tersiksa dan tidak

sejahtera. Selain itu, anak-anak menjadi terabaikan dan tidak mendapat perhatian dari

orangtuanya. Hubungan anak-anak dengan ayah mereka semakin renggang, ini

disebabkan karena anak-anak telah melihat sendiri kelakuan ayah mereka kepada

ibunya. Anak-anak sendiri telah menjadi saksi dari perilaku kasar suaminya. Bahkan

dalam hal seksual ibu Helena merasa sangat tersiksa untuk waktu yang sangat lama.

Dia tidak pernah menolak untuk berhubungan seksual dengan suaminya, meskipun

dia tahu sendiri bahwa suaminya telah mengkhianatinya. Namun saat ini, ibu Helena

mengakui bahwa hubungan seksual diantaranya bersama suaminya sudah berjalan

normal setelah relasi mereka dipulihkan.

3.2.4. Pengampunan dalam Menyikapi Perselingkuhan Suami

Perceraian orangtua telah mengakibatkan trauma yang mendalam bagi ibu

Helena dan saudaranya. Sehingga, dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan

tetap mempertahankan dan memperjuangkan hubungan pernikahannya meskipun dia

akan mengalami pergumulan yang berat. Dia tidak ingin anak-anaknya mengalami

trauma yang sama seperti yang dirasakannya. Perselingkuhan suaminya menyebabkan

batin ibu Helena terguncang. Namun dia sadar bahwa berlarut-larut dengan rasa

kecewa dan luka batin tidak membuat dia bahagia, malah semakin sakit. Untuk itulah,

dia memutuskan untuk mengampuni suaminya dan memulai hidupnya dengan

Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

harapan yang baru bahwa suaminya bisa berubah. Secara pribadi, ibu Helena

mengakui bahwa persoalan ekonomi merupakan salah satu pertimbangannya dalam

mempertahankan pernikahannya, karena apa yang mereka miliki merupakan hasil

kerja kerasnya bersama suami.

3.2.4.1.Alasan-alasan dalam memberikan pengampunan

Ibu Helena bersedia mengampuni suaminya dengan beberapa pertimbangan

berikut ini: (1) Ibu Helena mengalami peristiwa pahit pada masa kecilnya; dia

tertekan dengan perceraian kedua orangtuanya dan mengalami kebingungan dengan

keluarga baru dari masing-masing orangtuanya. Ibu Helena khawatir kalau

perpisahannya bersama suaminya terjadi, itu akan menggangu psikologis anak-

anaknya. Dia tak ingin trauma yang dialaminya dialami kembali oleh anak-anaknya.

Bagi ibu Helena, anak-anak adalah kekuatannya. Dia yakin dan percaya, suatu hari

nanti suaminya benar-benar akan menyadari kesalahannya. Jika tidak, anak-anak

sendiri yang akan menyadarkannya. Oleh sebab itu Selama dia masih bersama anak-

anaknya, maka dia yakin bahwa dia bisa melalui segala pergumulan yang ada. Hal ini

dapat dipahami sebagai kekhawatirannya akan dampak perceraian orangtua dimasa

kecilnya. (2) Ibu Helena meyakini bahwa Tuhan itu Maha Pengampun. Dan di dalam

Alkitab tertulis bahwa manusia harus mengampuni sesamanya. Keyakinan ini yang

mengingatkan ibu Helena untuk bersedia mengampuni suaminya. (3) Ibu Helena

yakin bahwa dengan pengampunan, hubungannya bersama suami dapat diperbaiki.

Selain itu, anak-anak juga akan dapat belajar untuk menerima dan mengampuni ayah

mereka. (4) Dengan melupakan segala hal yang telah menyakitkan hati, membuat ibu

Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

Helena mampu memulai harinya kembali. Dengan mengampuni dia telah melepaskan

beban berat dalam batin dan pikirannya. Sehingga dia bisa berelasi seperti sedia kala,

tidak hanya kepada suami, tetapi juga kepada masyarakat.

3.2.4.2.Tahapan-tahapan dalam memberikan pengampunan

Beberapa tahapan yang dilalui ibu Helena dalam proses pemberian pengampunan

kepada suaminya: (1) Mengingat trauma masa lalu-dampak terhadap psikologis anak.

Dengan mengingat trauma masa lalunya, dia ingin menyelamatkan anak-anaknya.

Selain itu, pada tahap ini, ibu Helena juga menyadari bahwa perselingkuhan

berdampak buruk pada hubungannya bersama suami, dan ayah bersama anak-anak.

(2) Mengingat firman Tuhan tentang pengampunan. Ibu Helena memahami bahwa

pengampunan tidak hanya diberikan satu kali saja, tetapi berkali-kali seperti di dalam

Alkitab “Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai

tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” (Mat: 18:22).” (3)

Berbicara langsung kepada suami. Beberapa kali ibu Helena mempertanyakan

langsung tentang persoalan perselingkuhan itu kepada suaminya, namun suami selalu

mengingkari. Bahkan terkadang suami memarahi dan memukulnya agar ibu Helena

tidak mempertanyakan lagi. Ibu Helena juga mencoba mempertanyakan alasan

suaminya berselingkuh, tetapi suami tetap saja tidak mengakui. (4) Melihat

kesungguhan suami untuk tetap mempertahankan pernikahan. Beberapa kali ibu

Helena mencoba untuk pergi dari rumah untuk menenangkan dirinya, tetapi suaminya

selalu berhasil untuk membujuknya untuk tetap tinggal. Ibu Helena juga sering

berdoa, “Jika Tuhan menginjinkan kami masih bersama, maka Tuhan akan membuka

Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN MENGENAI PENGAMPUNAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12405/3/T2_752014017_BAB... · Narasumber pertama bernama ibu Anna (nama disamarkan). Dia

jalan”. Dan hal ini diakui oleh ibu Helena bahwa dia mengalami banyak hal yang

memperlihatkan bahwa Tuhan menginginkan mereka bersama. (5) Melepaskan luka

batin. Pada tahap ini, ibu Helena merasakan proses pengampunan benar-benar

semakin nyata. Setelah dia menerima semua rasa kecewa yang dialaminya, dia

memutuskan untuk melepaskannya dan mengingat hal-hal yang baik tentang suami

dan keluarganya. Sehingga, ibu Helena berhasil mengampuni suaminya dan

menjalani hari-hari dengan penuh pengharapan untuk kebaikannya bersama suami

dan anak-anaknya. Beberapa tahun terakhir ini, kehidupan ibu Helena dan suaminya

membaik. Perdebatan di dalam rumah hanya seputar sekolah atau pekerjaan anak-

anak.