pengaruh pengampunan pajak dan kemudahan administrasi
TRANSCRIPT
85 Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2, No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 E-ISSN 2686 - 1585
http://ojs.stiami.ac.id [email protected]
Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama
Jakarta Penjaringan
M. Anjar Nurul Hayat Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami perlambatan yang
berdampak pada turunnya penerimaan pajak dan juga telah mengurangi ketersediaan likuiditas dalam negeri
yang sangat diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di sisi lain, banyak Harta
warga negara Indonesia yang ditempatkan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), baik
dalam bentuk likuid maupun nonlikuid, yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menambah likuiditas
dalam negeri yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Pada tahun 1984 Indonesia mencatat Sejarah Tax Amnesty. Tetapi, bukan untuk mengembalikan dana
revolusi, melainkan untuk mengubah sistem perpajakan di Indonesia dari official-assesment (besarnya
jumlah pajak ditentukan oleh pemerintah) diubah ke self-assesment (besarnya pajak ditentukan oleh wajib
pajak sendiri). Tax Amnesty di Indonesia tahun 1984 ini mengalami kegagalan karena memang sistem
perpajakan belum terbangun. Kita berharap, Tax Amnesty tahun 2016 ini akan sukses dan memajukan
perekonomian Indonesia.
Tax Amnesty atau pengampunan pajak adalah program kebijakan pemerintah yang memberikan
kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melunasi tunggakan pajaknya tanpa adanya sanksi administrasi guna
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan penerimaan negara (Sawyer, 2006: 2). Pengampunan Pajak
dilakukan dalam bentuk pelepasan hak negara untuk menagih pajak yang seharusnya terutang. Oleh karena
itu, sudah sewajarnya jika Wajib Pajak diwajibkan untuk membayar Uang Tebusan atas Pengampunan Pajak
yang diperolehnya. Dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang ini, penerimaan Uang Tebusan diperlakukan
ART ICL E I NFO
ABST RACT
Keywords
Tax Amnesty, ease of tax
administration, taxpayer
compliance
Tax amnesty is a government policy program that provides an opportunity
for taxpayers to pay their tax arrears without administrative sanctions in order
to improve taxpayer compliance and state revenue. Given the importance of tax
forgiveness programs in the implementation of government policies, especially
in the implementation of self assessment system, it is interesting to examine how
the implementation of tax capability is done by the Directorate General of
Taxes in this case in the Tax Office Pratama Jakarta Penjaringan.
In the preparation of this study, the authors use a quantitative approach,
namely research that emphasizes the analysis on numerical data or numbers
obtained by statistical methods and conducted on inferential research or in the
framework of hypothesis testing so obtained the significance of the relationship
between variables studied.
The purpose of this study is to determine the implementation of tax pardons
conducted by KPP Pratama Jakarta Penjaringan, ease of tax administration
and changes in taxpayer compliance increase.
The conclusion of research, that the implementation of tax amnesty and the
ease of tax administration conducted by KPP Penjaringan in the period 2015-
2017 have a strong influence on taxpayer compliance. The coefficient of
determination (adjusted R2) shows the variable of Tax Amnesty (X1) and Ease
of Tax Administration (X2) can explain or explain Personal Taxpayer
Compliance KPP Pratama Jakarta Penjaringan (Y) of 28%. KPP is advised to
improve tax administration system, service to Taxpayer, tax law enforcement
and tax rate and intensive socialization to taxpayer about good tax
administration knowledge.
Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2, No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 86 E-ISSN 2686 - 1585
M. Anjar Nurul Hayat (Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…. )
sebagai penerimaan Pajak Penghasilan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Disamping Pengampunan Pajak (Tax Amnesty), kepatuhan Wajib Pajak juga perlu ditumbuhkan melalui
peningkatan kemudahan administrasi pajak, karena sebagus apapun pengampunan pajak, jika tidak disertai
dengan kemudahan administrasi pajak itu sendiri, maka kepatuhan wajib pajak akan menjadi terkendala.
Masih rendahnya kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak ini seringkali disebabkan oleh karena
ketidaktahuan masyarakat akan aturan perpajakan. Beberapa pendapat dikemukakan mengenai
faktor penghambat yang menyebabkan rendahnya kepatuhan masyarakat terhadap kewajiban
perpajakan adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan merupakan faktor yang berada diluar kendali
Wajib Pajak. Faktor lingkungan akan memberikan pengaruh terhadap sikap Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajibannya. Faktor lingkungan meliputi undang - undang dan peraturan pajak (tax
law), kebijakan pajak (tax policy) dan kemudahan administrasi pajak (tax administration).
Menurut Satriyo (2007), kemudahan administrasi pajak dalam arti sempit merupakan penatausahaan
dan pelayanan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban kemudahan pembayaran pajak, baik
penatausahaan dan pelayanan yang dilakukan di kantor pajak maupun ditempat wajib pajak, sedangkan
administrasi pajak dalam arti luas meliputi fungsi, sistem dan organisasi atau kelembagaan. Sebagai
suatu fungsi, administrasi perpajakan meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengendalian perpajakan. Kemudahan administrasi pajak dilihat dari segi kemudahan dalam melakukan
pembayaran pajak, kemudahan mengetahui data pembayaran dan tunggakan pajak, kemudahan dalam
pemeriksaan pajak keakuratan dan kemudahan dalam pelaporan SPT (Surat Pemberitahuan).
Fenomenanya adalah tingkat kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Penjaringan yang cenderung
menurun yang dilihat dari tahun 2015 – 2016. Berikut data SPT yang masuk di KPP Pratama Jakarta
Penjaringan, yang mengindikasikan tingkat kepatuhan Wajib Pajak.
Tabel 1. Jumlah SPT yang Masuk di KPP Pratama Jakarta Penjaringan Tahun 2016-2017
Tahun WP Terdaftar Lapor SPT Persentase
2015 55.539 23.544 42.39%
2016 62.107 24.252 39.05%
Penelitian yang dilakukan oleh Kadek Diah Puspareni, I Gusti Ayu Purnawati dan Made Arie Wahyuni
(2017) menunjukkan tax amnesty berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Muhammad Yusril, Siti Ragil Handayani dan Nila Firdausi Nuzula (2016) menyimpulkan bahwa kemudahan
administrasi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah dalam
penelitian ini hanya kepada pelaksanaan pengampunan pajak dan kemudahan administrasi pajak dalam
rangka meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Jakarta Penjaringan. Adapun
yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar pengaruh pelaksanaan pengampunan Wajib Pajak yang dilakukan oleh KPP Pratama
Jakarta Penjaringan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak?
2. Seberapa besar pengaruh kemudahan administrasi pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama
Jakarta Penjaringan?
3. Seberapa besar pengaruh pengampunan Wajib Pajak dan kemudahan administrasi pajak terhadap
kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Jakarta Penjaringan?
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Aspek Akademis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi yang dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu administrasi, khususnya perpajakan, mengenai pelaksanaan
pengampunan pajak dan kemudahan administrasi pajak sebagai salah satu upaya pengawasan dan
pembinaan terhadap Wajib Pajak untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak
Aspek Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis tentang aspek-aspek
pelaksanaan pengampunan pajak dan kemudahan administrasi pajak yang harus diterapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku.
Aspek Kebijakan, untuk dapat memberi masukan dan gambaran bagi Fiskus, Wajib Pajak, serta praktisi
87 Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2, No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 E-ISSN 2686 - 1585
M. Anjar Nurul Hayat (Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…. )
tentang pelaksanaan pengampunan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak serta kemudahan administrasi pajak
saat ini. Serta memberikan masukan kepada Kantor Pajak dalam pelaksanaan pengampunan pajak dam
kemudahan administrasi pajak yang lebih baik di masa yang akan datang.
LANDASAN TEORI
Kajian literatur dalam penelitian ini merupakan landasan teoritis dari penelitian yang dapat memberikan
landasan teori-teori yang dibutuhkan dalam penelitian, meliputi: pengampunan pajak, kemudahan
administrasi pajak, dan kepatuhan wajib pajak.
Teori yang digunakan adalah teori pengampunan pajak yang antara lain dikemukakan oleh Sawyer
(2006), James (2015) , Devano dan Rahayu (2006), Zainal Muttaqin (2012), serta para pakar lainnya. Adapun
teori kemudahan administrasi pajak dikemukakan oleh Hardika (2006), Satriyo (2007), Pandiangan (2008),
Carlos A. Silvani dan Melisari (2008) serta pakar-pakar yang lainnya.
Selanjutnya teori kepatuhan wajib pajak dikemukakan oleh Safri Nurmantu dalam Rahayu (2010), Norman
D. Nowak yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010), Prof. Paul Webley (OECD, 2004), Nasucha (2006),
Machfud Sidik yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010) dan pendapat dari pakar lainnya.
Definisi pajak menurut. Adriani adalah sebagai berikut :
“Pajak ialah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak yang
membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran
umum \ berhubungan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.” (dikutip dari buku Mohamad Zain.
2008. Manajemen Pajak)
Sedangkan menurut Soemitro, pajak adalah “Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”.
Pajak memiliki fungsi dalam meningkatkan kesejahteraan umum. Umumnya dikenal dengan dua macam
fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair dan fungsi regular (Soemarso, 2007:3):
Fungsi penerimaan (budgetair), fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal
(fiscal function), yaitu suatu fungsi dimana pajak digunakan sebagai alat untuk memasukan dana secara
optimal ke kas negara berdasarkan undang- undang perpajakan yang berlaku.
Fungsi mengatur (reguler), pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
dibidang sosial dan ekonomi, politik, dan tujuan tertentu. Disamping usaha untuk memasukan uang untuk
kegunaan kas negara, pajak dimaksudkan pula sebagai usaha pemerintah untuk ikut andil dalam hal mengatur
dan bilamana perlu mengubah susunan pendapatan dan kekayaan dalam sektor swasta atau di luar bidang –
bidang keuangan lainnya.
Menurut Adam Smith yang dikutip oleh Waluyo (2007:6), pemungutan pajak hendaknya didasarkan atas
empat asas, yaitu:
1. Equity atau Equality, keadilan merupakan pertimbangan penting dalam membangun sistem
perpajakan. Dalam hal ini, pemungutan pajak hendaknya dilakukan seimbang dengan
kemampuannya. Negara tidak boleh melakukan diskriminasi diantara sesama pembayar pajak.
2. Certainty, di sini, pajak yang harus dibayar haruslah terang (certain) dan tidak mengenal kompromis (not
arbitrary). Kepastian hukum harus tercermin mengenai subyek, obyek, besarnya pajak dan juga ketentuan
mengenai pembayaran.
3. Convenience, pajak harus dipungut pada saat yang paling baik bagi pembayar pajak, yaitu saat
diterimanya penghasilan.
4. Economy, pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat-hematnya. Biaya pemungutan hendaknya
tidak melebihi pemasukan pajaknya.
Menurut Siti Resmi (2008:7), pengelompokan pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan, wewenang
pemungut, maupun sifatnya, dijelaskan sebagai berikut:
Berdasarkan golongan pajak dapat dikelompokan menjadi dua:
1. Pajak langsung, Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak
yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).
2. Pajak tidak langsung, Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeserkan
kepada pihak lain. Contoh: Pajak Tambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM).
Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2, No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 88 E-ISSN 2686 - 1585
M. Anjar Nurul Hayat (Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…. )
Berdasarkan wewenang pemungutannya, pajak dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Pajak Pusat atau Pajak Negara, Pajak Pusat atau Pajak Negara adalah pajak yang wewenang
pemungutannya ada pada Pemerintah Pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan
melalui Direktorat Jendaral Pajak dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada umumnya.
2. Pajak Daerah, Pajak daerah yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah yang pelaksanaanya
dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-
masing. Pajak Daerah diatur dalam Undang-Undang dan hasilnya akan masuk ke APBD. Contoh: Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan sebagainya.
Berdasarkan sifatnya, pajak dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pajak subjektif, Pajak Subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi atau keadaan Wajib Pajak.
Dalam menentukan pajaknya harus ada alasan- alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan
materialnya, yaitu Gaya Pikul. Gaya Pikul adalah kemampuan Wajib Pajak setelah dikurangi biaya hidup
minimum.
2. Pajak objektif, Pajak objektif adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan objek yang menyebabkan
timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya baik orang pribadi maupun badan. Jadi
dengan kata lain pajak objektif adalah pengenaan pajak yang hanya memperhatikan kondisi saja.
Pengampunan Pajak
Tax Amnesty atau pengampunan pajak adalah program kebijakan pemerintah yang memberikan
kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melunasi tunggakan pajaknya tanpa adanya sanksi administrasi guna
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan penerimaan negara (Sawyer, 2006: 2). Tax Amnesty diharapkan
akan mendorong peningkatan kepatuhan sukarela Wajib Pajak dimasa yang akan datang. Pengampunan
pajak diharapkan menghasilkan penerimaan pajak yang selama ini belum atau kurang dibayar, di samping
meningkatkan kepatuhan membayar pajak karena semakin efektifnya pengawasan dan semakin akuratnya
informasi mengenai daftar kekayaan Wajib Pajak. Pengampunan pajak dilaksanakan berdasarkan asas
kepastian hukum, keadilan, kemanfaatan, dan kepentingan nasional. Tax Amnesty bertujuan untuk:
1. Mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan harta, yang antara lain akan
berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan suku
bunga, dan peningkatan investasi.
2. Mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis
data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi.
3. Meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan.
Menurut Erwin Silitonga, dalam literatur sekurang - kurangnya terdapat 4 jenis pengampunan pajak, jenis
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Pengampunan hanya diberikan terhadap sanksi pidana perpajakan saja sedangkan kewajiban untuk
membayar pokok pajak termasuk pengenaan sanksi administrasi seperti bunga dan denda tetap ada.
Tujuan pengampunan ini adalah memungut dan menagih utang pajak tahun-tahun sebelumnya yang tidak
dibayar atau dibayar tidak sesuai dengan peraturan perundang - undangan, sehingga penerimaan negara
meningkat sekaligus jumlah wajib pajak bertambah.
b. Pengampunan pajak yang diberikan tidak hanya berupa penghapusan sanksi pidana, tetapi juga sanksi
administrasi berupa denda. Tujuan dari pengampunan ini adalah dasarnya sama dengan jenis 1 (pertama),
yang berbeda adalah jenis sanksi administrasi yang dikenakan oleh fiskus hanya sebatas bunga atas
kekurangan pajak. Dengan demikian, model ini tetap harus membayar pokok pajak ditambah dengan
bunga atas kekurangan pokok tersebut.
c. Pengampunan pajak diberikan atas seluruh sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana.
Konsekuensi dari pengampunan jenis ini adalah wajib pajak hanya dikenakan kewajiban sebatas melunasi
utang pokok untuk tahun-tahun sebelumnya tanpa dikenakan pidana.
d. Pengampunan diberikan terhadap seluruh utang pajak untuk tahun-tahun sebelumnya dan juga atas seluruh
sanksi baik yang bersifat administratif maupun pidana. Dalam pengampunan pajak jenis ini, negara
melepaskan hak untuk melakukan penagihan atas seluruh hutang pajak yang harus dibayar.
Kemudahan Administrasi Pajak
Menurut Hardika (2006), kemudahan administrasi perpajakan mengandung tiga pengertian, yaitu:
a. Suatu instansi atau badan yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan
kemudahan pemungutan pajak.
89 Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2, No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 E-ISSN 2686 - 1585
M. Anjar Nurul Hayat (Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…. )
b. Orang-orang yang terdiri dari pejabat dan pegawai yang bekerja pada instansi perpajakan yang secara
nyata melaksanakan kegiatan kemudahan pemungutan perpajakan.
c. Proses kegiatan penyelenggaraan kemudahan pemungutan pajak yang ditata laksanakan sedemikian
rupa sehingga dapat mencapai sasaran yang telah digariskan dalam kebijakan kemudahan
perpajakan, berdasarkan sarana hukum yang ditemukan oleh undang-undang pajak yang efisien.
Menurut Carlos A. Silvani dalam Melisari (2008), Kemudahan administrasi perpajakan dikatakan
efektif apabila mampu mengatasi masalah-masalah berikut: Wajib Pajak yang tidak terdaftar
(unregistered taxpayers), Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (stopfiling
taxpayers), Penyelundup pajak (tax evaders), Penunggak pajak (delinquent taxpayers).
a. Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers), artinya, sejauh mana administrasi pajak
mampu mendeteksi dan mengambil tindakan terhadap masyarakat yang belum terdaftar sebagai
wajib pajak walaupun seharusnya yang bersangkutan sudah memenuhi ketentuan untuk menjadi
wajibpajak.
b. Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (stopfiling taxpayers), yaitu wajib pajak
yang sudah terdaftar di administrasi kantor pajak, tetapi tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan.
Administrasi pajak dituntut untuk dapat mengumpulkan data sekaligus menindaklanjutinya dengan
meminimalkan kasus.
c. Penyelundup pajak (tax evaders), yaitu wajib pajak yang melaporkan pajak lebih kecil dari yang
seharusnya menurut ketentuan perundang- undangan perpajakan. Sistem self assessment yang
sekarang berlaku memang rentan menyebabkan terjadinya modus kejahatan seperti ini, karena
sangat tergantung dari kejujuran wajib pajak.
d. Penunggak pajak (delinquent taxpayers), dari tahun ke tahun selalu ada tunggakan pajak yang terjadi,
bahkan menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Permasalahan ini seolah sudah
menjadi benang kusut yang selalu dihadapi oleh otoritas pajak setiap tahunnya.
Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Safri Nurmantu (2005:148) kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Menurut Safri Nurmantu (2005:148) dijelaskan terdapat 2 (dua) macam kepatuhan yaitu:
1. Kepatuhan Formal, Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban
perpajakannya secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang perpajakan. Dalam hal ini
kepatuhan memenuhi:
a. Wajib pajak membayar pajak dengan tepat waktu
b. Wajib pajak membayar dengan tepat jumlah
c. Wajib pajak tidak memiliki tanggungan Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Kepatuhan Material, Kepatuhan material adalah dimana suatu keadaan dimana wajib pajak secara
substansi atau hakakat memenuhi semua ketentuan perpajakan, yakni sesuai dengan isi dan jiwa Undang-
Undang perpajakan. Dalam hal ini kepatuhan memenuhi :
a. Wajib Pajak bersedia melaporkan informasi tentang pajak apabila petugas membutuhkan informasi.
b. Wajib pajak bersifat kooperatif (tidak menyusahkan) petugas pajak dalam pelaksanaan proses administrasi
perpajakan, wajib pajak berkeyakinan bahwa melaksanakan kewajiban perpajakan merupakan tindakan
sebagai warga negara yang baik.
Penelitian Terdahulu
Pengaruh Tax Amnesty, Pertumbuhan Ekonomi, Kepatuhan Wajib Pajak, Dan Transformasi Kelembagaan
Direktorat Jenderal Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Tahun 2015 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Singaraja. Penelitian ini dilakukan oleh Kadek Diah Puspareni, I Gusti Ayu Purnawati, dan Made Arie
Wahyuni (S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, 2017) dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pelaksanaan Tax Amnesty yang dilakukan oleh petugas
KPP Pratama Wilayah Singaraja sudah sesuai dengan prosedur dan tata cara yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan Tax Amnesty (Pengampunan pajak) juga dapat
meningkatkan kepatuhan WP OP, hal ini terlihat adanya peningkatan ketaatan WP OP dalam melaporkan
dan mengisi SPT Tahunan dengan benar, lengkap dan jujur.
Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2, No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 90 E-ISSN 2686 - 1585
M. Anjar Nurul Hayat (Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…. )
Gambar 1. Model Penelitian
METODOLOGI PENELITAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang
menekankan analisisnya pada data numerical atau angka yang diperoleh dengan metode statistik serta
dilakukan pada penelitian inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperoleh signifikansi
hubungan antara variabel yang diteliti.Operasionalisasi variabel dari penelitian yang diangkat penulis terdiri
dari Variabel Tax Amnesti (X1) dan Kemudahan administrasi pajak (X2) sebagai variabel yang memengaruhi
atau disebut juga sebagai variabel penyebab, atau sering disebut sebagai variabel bebas atau independent
variable (X), serta Variabel kepatuhan Wajib Pajak (Y) sebagai variabel akibat disebut variabel tergantung
atau dependent variable
Variabel Dimensi Indikator Item Butir
Kuisioner
Tax Amnesty
Sumber :
Silitonga
(2016:31)
1) Pengampunan
sanksi pidana
2) Pengampunan
sanksi denda dan sanksi
pidana
3) Pengampunan
sanksi bunga, denda
dan sanksi pidana
4) Pengampunan
sanksi pokok pajak,
bunga, denda dan
sanksi pidana
- mengampuni sanksi pidana
perpajakan
- memungut pajak tahun- tahun
sebelumnya
- menambah jumlah wajib pajak
terdaftar
- mengampuni sanksi denda
- mengampuni sanksi pidana
- mengampuni sanksi bunga
- mengampuni sanksi denda
- mengampuni sanksi pidana
- mengampuni sanksi pokok pajak
- mengampuni sanksi bunga
- mengampuni sanksi denda
- mengampuni sanksi pidana
- upaya taat pajak
1,2,3
4,5
6,7,8
9,10
11
13
91 Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2, No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 E-ISSN 2686 - 1585
M. Anjar Nurul Hayat (Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…. )
12,13
Kemudahan
Administrasi
Pajak
Sumber : Hardika
(2006)
1) Asas equality dan
equity
2) Asas certainty
3) Asas convenience
1) Kemudahan dalam melakukan
pembayaran pajak
2) Kemudahan
dalam mengetahui data
pembayaran dan tunggakan
pajak
3) Kemudahan dalam pemeriksaan
pajak
4) Kemudahan dalam pelaporan
SPT
14
15
16
17
4
4) Asas efficiency
Kepatuhan Wajib
Pajak
Sumber :
Prof.Paul Webley
(OECD, 2004)
1. Keadilan
2. Kesempatan untuk
tidak patuh
3. Perbedaan individual
4. Norma – norma sosial
5. Ketidakpuasan
terhadap instansi
pemerintah
- Mendaftarkan diri untuk NPWP.
- Menyampaikan SPT dengan tepat waktu.
- Membayar pajak dengan tepat waktu.
- Bebas dari tindakan pidana dibidang
perpajakan.
- Bebas dari tunggakan pajak pada semua
jenis pajak
- Melaporkan kewajiban pajak dengan
jujur
- Mengisi SPT dengan lengkap dan jelas
- Membayar pajak dengan jumlah yang
benar
- Bersedia melaporkan informasi tentang
pajak apabila petugas pajak
membutuhkan informasi
18
19
20
21
22
23
24
25
26
9
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 1995 : 3).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan metode quota sampling, yaitu
pengambilan sampel dengan cara menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam
pengambilan sampel dari populasi, kemudian dengan patokan jumlah tersebut peneliti mengambil sampel
secara sembarang asal memenuhi persyaratan sebagai sampel dari populasi tersebut.
Pada penelitian ini, persyaratan sebagai sampel dari populasi adalah Wajib Pajak / WP Orang Pribadi yang
telah melakukan pengampunan pajak / tax amnesty, peneliti menetapkan 60 orang sebagai sampel penelitian.
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Dan dalam penelitian ini metode
pengumpulan data dilakukan dengan melalui kuisioner dan dokumentasi.
Uji Kualitas Data
Analisa kualitas data dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for Sosial Science
(SPSS) for Windows Release 24. Analisis kualitas data tersebut adalah sebagai berikut :
a. Uji Validitas, validitas alat ukur bertujuan untuk mengetahui sejauhmana skala yang digunakan mampu
menghasilkan data yang akurat sesuai tujuan ukurnya.
b. Uji Reliabilitas, disamping melakukan uji validitas, selanjutnya harus pula dilakukan uji reliabilitas yang
digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Dalam penelitian ini
kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap kuesioner stabil dari waktu ke waktu
Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2, No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 92 E-ISSN 2686 - 1585
M. Anjar Nurul Hayat (Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…. )
Uji Persyaratan Analisis (Asumsi Klasik)
Dalam pengolahan data, perlu dilakukan uji persyaratan analisis mencakup: Uji Normalitas, Uji
Multikolinieritas, dan Uji Heterokedastisitas.
a. Uji Normalitas, dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independent,
variabel dependent, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas pada penelitian ini diuji dengan uji
Kolmogorov-Smirnov atau Uji K-S.
b. Uji Multikolinearitas, bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel independent. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independent.
c. Uji Heteroskedastisitas, dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas, karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan
besar).
d. Uji Linieritas, bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau
tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi
linier. Pada penelitian ini, uji linieritas ditinjau dari nilai F pada ANOVA dari setiap pasangan variabel
untuk komponen linier dan nonlinier.
Teknik Analisis Data
Analisis Regresi Linear Berganda
Tujuan digunakannya analisis regresi linier berganda ini adalah untuk mengetahui apakah variabel bebas
secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat.
Y = b1X1+ b2X2 + e
Dimana :
Y = Kepatuhan wajib pajak
b1 = Koefisien regresi pengampunan pajak
b2 = Koefisien regresi kemudahan administrasi pajak
X1 = Pengampunan pajak
X2 = Kemudahan administrasi pajak e = Varians pengganggu
Pengujian Hipotesis Penelitian
Uji Secara Parsial (Uji t)
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh antara variabel X dan variabel Y, maka pengujian
hipotesa dilakukan dengan menggunakan rumus uji t menurut Sofar Silaen dan Widiyono (2013:225), sebagai
berikut:
t hitung r =
√n−2
√1− r2
Keterangan:
t = Skor signifikan koefisien korelasi r = Koefisien korelasi
n = Jumlah sampel n-2 = Derajat bebas
Pengambilan keputusan untuk dilakukan Uji Hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan statistik
hitung (t hitung) dengan statistik tabel (t tabel), bila:
t hitung < tabel = H0 Diterima dan Ha ditolak
t hitung > tabel = H0 Ditolak dan Ha diterima
Uji Secara Simultan (Uji f)
Menurut Ghozali (2011:98) pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apabila variabel-variabel
independent (X) secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel dependent (Y).
Apabila fhitung > ftabel maka Ho di tolak dan Ha diterima, yang berarti variabel independent mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependent dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5%
jika nilai fhitung > ftabel maka secara bersama-sama seluruh variabel independent mempengaruhi variabel
dependent.
93 Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2, No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 E-ISSN 2686 - 1585
M. Anjar Nurul Hayat (Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…. )
Korelasi Product Moment
Korelasi Product Moment merupakan suatu Teknik korelasi yang digunakan untuk mencari hubungan dan
membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan
sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama (Sugiyono:2009).
Berikut ini dikemukakan rumus yang paling sederhana yang dapat digunakan untuk menghitung
koefesien korelasi adalah sebagai berikut :
Dimana :
rxy = Korelasi antara variable x dengan y
x = variable x x = variable y
Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependent. Nilai koefisien determinasi ada diantara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independent dalam menjelaskan variasi variabel dependent amat
terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independent memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi-variasi dependent (Kuncoro, 2001).
Lokasi dan Jadwal Penelitian
Tempat penelitian dilakukan Pada dilakukan di KPP Pratama Jakarta Penjaringan. KPP berlokasi di Jl.
Lada No. 3, Penjaringan, RT.4/RW.6, Pinangsia, Tamansari, Kota Jakarta Utara.dengan jadwal penelitian
dilakukan dari mulai sekitar bulan Oktober 2017 s/d Januari 2017
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tugas KPP Pratama Jakarta Penjaringan adalah melaksanakan pelayanan, pengawasan administrasi, dan
pemeriksaan terhadap Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan
atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Visi Direktorat Jenderal Pajak adalah “Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang
terbaik di wilayah Asia Tenggara”. Sedangkan Misi Direktorat Jenderal Pajak adalah “Menyelenggarakan
fungsi administrasi pajak dengan menerapkan Undang-Undang Perpajakan dalam rangka membiayai
penyelenggaraan negara demi kemakmuran rakyat”.
Saat ini KPP mempunyai data Wajib Pajak dan Badan sebagai berikut :
Tabel 2. Data Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Penjaringan
s.d
Tahun
WP Badan
Terdaftar
WP OP
Terdaftar
WP Badan
Aktif
WP Badan
NE
WP OP
Aktif
WP OP
NE
2013 6.519 46.199 3.625 2.894 31.124 15.075
2014 6.893 50.308 3.996 2.897 35.223 15.085
2015 7.267 55.539 4.369 2.898 40.444 15.095
2016 7.605 62.107 4.705 2.900 47.009 15.098
2017
Sumber: KPP Pratama Jakarta Penjaringan, 2018
Berdasarkan data terlihat terjadi peningkatan setiap tahunnya, baik pada Wajib Pajak/ WP Badan maupun
WP yang Orang Pribadi. Responden pada penelitian ini adalah 60 orang Adapun karakteristik responden
penelitian menurut tingkat pendidikan formal dapat diketahui dari data berikut:
Tabel 3. Karakteristik Responden Penelitian Menurut Tingkat Pendidikan Formal
Pendidikan Jumlah responden (orang)
SD 0
SLTA 5
Diploma 16
Sarjana 25
Pascasarjana 14
Jumlah 60
Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2, No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 94 E-ISSN 2686 - 1585
M. Anjar Nurul Hayat (Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…. )
Sumber: Data primer diolah, 2018
Tabel 4. Karakteristik Responden Penelitian Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah responden (orang)
Perempuan 17
Laki-laki 43
Jumlah 60
Sumber: Data primer diolah, 2018
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
responden perempuan. Jumlah responden laki-laki melebihi 50% dari total responden penelitian ini.
Tabel 5. Karakteristik Responden Penelitian Menurut Umur
Umur (tahun) Jumlah responden (orang)
19-25 20
26-32 11
33-39 13
40-46 14
>47 3
Jumlah 60
Sumber : Kuesioner Penelitian 2018
Dari data yang tersaji terungkap bahwa sebagian besar responden penelitian berada pada usia 19-25
tahun. Responden lain menyebar antara 26-46 tahun. Responden yang berumur lebih dari 47 tahun berjumlah
3 orang.
Uji Kualitas Data Uji Validitas
Uji validitas data dilakukan untuk mengukur apakah data yang diberikan pada kuisioner dapat
dipercaya atau tidak serta dapat mewakili apa yang hendak diteliti. Dalam penelitian ini uji validitas data
menggunakan rumus korelasi product moment. Sesuai dengan hasil perhitungan dengan bantuan program
komputer SPSS for Windows Versi 24, diketahui tingkat validitas data penelitian sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Validitas
Variabel r-Hitung Keterangan
Variabel Pengampunan Pajak (X1)
.750** Valid
.709** Valid
.675** Valid
.616** Valid
.536** Valid
.320* Valid
.600** Valid
.552** Valid
.506** Valid
.587** Valid
.389** Valid
.765** Valid
.626** Valid
Variabel Kemudahan Administrasi Pajak (X2)
.643** Valid
.775** Valid
.739** Valid
95 Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2, No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 E-ISSN 2686 - 1585
M. Anjar Nurul Hayat (Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…. )
.641** Valid
Variabel Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
(Y)
.781** Valid
.741** Valid
.830** Valid
.801** Valid
.681** Valid
Pada penelitian ini, r-Tabel (n=60, k=jumlah semua variabel= 3, sehingga n- 3=60-3=57) pada tingkat
signifikansi 0,05, menunjukkan r-Tabel sebesar 0,25. Berikut hasil penghitungan r-Tabel. Pada Tabel berikut,
seluruh nilai korelasi atau r-hitung setiap pertanyaan lebih dari nilai r-Tabel (0,25). Hal ini berarti hasil
pengujian validitas menunjukkan semua data valid.
Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas Variabel Pengampunan Pajak
Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengampunan Pajak
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.747 14
Berdasarkan hasil uji reliabilitas untuk variabel skor data penelitian dengan menggunakan 381 orang
responden, diperoleh nilai reliablitity statistic (cronbach alpha) variabel Pengampunan Pajak sebesar 0,784
atau di atas 0,5. Dengan demikian maka data hasil penelitian yang dilakukan adalah reliabel dan memenuhi
syarat kualitas data yang baik.
Uji Reliabilitas Variabel Kemudahan Administrasi Pajak
Tabel 8. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kemudahan Administrasi Pajak
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.775 5
Berdasarkan hasil uji reliabilitas untuk variabel skor data penelitian dengan menggunakan 60 orang
responden, diperoleh nilai reliablitity statistic (cronbach alpha) variabel Pengampunan Pajak sebesar 0,775
atau di atas 0,5. Dengan demikian maka data hasil penelitian yang dilakukan adalah reliabel dan memenuhi
syarat kualitas data yang baik.
Uji Reliabilitas Variabel Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Tabel 9. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.797 6
Berdasarkan hasil uji reliabilitas untuk variabel skor data penelitian dengan menggunakan 60 orang
responden, diperoleh nilai reliablitity statistic (cronbach alpha)variabel Pengampunan Pajak sebesar 0,797
atau di atas 0,5. Dengan demikian maka data hasil penelitian yang dilakukan adalah reliabel dan memenuhi
syarat kualitas data yang baik.
Uji Normalitas Data Tabel 10.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
x1 x2 Y
N 60 60 60
Normal Parametersa,b Mean 70.83 17.85 22.85
Std. Deviation 6.165 1.849 2.090
Most Extreme Differences Absolute .137 .166 .162
Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2, No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 96 E-ISSN 2686 - 1585
M. Anjar Nurul Hayat (Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…. )
Positive .116 .122 .152
Negative -.137 -.166 -.162
Test Statistic .137 .166 .162
Asymp. Sig. (2-tailed) .051c .072c .068c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Berdasarkan uji normalitas K-S/ Kolmogorov-Smirnov di atas, terlihat signifikansi dua arah X1 adalah
0,51 dan X2 adalah 0,72 serta Y adalah 0,68. Nilaisignifikan masing-masing variabel yang diuji tersebut
>0,05, maka dapat disimpulkan data pada normal memiliki data yang sama dengan distribusi normal.
Uji Linieritas
Tabel 11 . Hasil Uji Linieritas Variabel Pengampunan Pajak (X1)
ANOVA Table
Hasil penghitungan dengan menggunakan IBM SPSS 24, pada tabel di atas terlihat bahwa nilai signifikansi
pada Deviation from Linearity sebesar 0,747 atau Sig> 0,05. Nilai Deviation from Linearity menunjukkan
seberapa jauh model persamaan regresi linier berganda menyimpang dari model linier. Nilai Deviation from
Linearity yang memiliki Sig>0,05 (tidak signifikan), maka hal ini berarti terdapat hubungan yang linier
antara variabel antara variabel Pengampunan Pajak (X1) dengan variabel Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
(Y).
Tabel 12. Hasil Uji Linieritas Variabel Kemudahan Administrasi Pajak (X2)
ANOVA Table
Sum of
Squars df Mean Square
F Sig.
y *x2 Between Group (Combined) 25.967 7 3.710 .833 .565
Linearity
Deviation
8.195
1
8.195 1.839
.181
From Linearity 17.772 6 2.962 .665 .678
Within Group 231.683 52 4.455
Total 257.650 59
Hasil penghitungan dengan menggunakan IBM SPSS 24, pada tabel di atas terlihat bahwa nilai
signifikansi pada Deviation from Linearity sebesar 0,678 atau Sig> 0,05. Nilai Deviation from Linearity
menunjukkan seberapa jauh model persamaan regresi linier berganda menyimpang darimodel linier. Nilai
Deviation from Linearity yang memiliki Sig>0,05 (tidak signifikan), maka hal ini berarti terdapat hubungan
yang linier antara variabel Kemudahan Administrasi Pajak (X2) dengan variabel Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak (Y).
Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Tabel 1. Hasil Penghitungan Koefisien Korelasi dan Koefisien Determininasi
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .427a .32 .28 2.070
Sum of
Squares
df
Mean
Square
F
Sig.
y * x1 Between Groups (Combined) 74.430 19 3.917 .855 .634
Linearity 13.117 1 13.117 2.864 .098
Deviation
from Linearity
61.313 18 3.406 .744 .747
Within Groups 183.220 40 4.581
Total 257.650 59
97 Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2, No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 E-ISSN 2686 - 1585
M. Anjar Nurul Hayat (Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…. )
a. Predictors: (Constant), x2, x1
Hasil penghitungan tabel di atas menunjukkan nilai Koefisien Korelasi (R) sebesar 0,427. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh variabel Pengampunan Pajak dan variabel Kemudahan Administrasi Pajak
adalah berpengaruh cukup kuap terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak.
Uji Regresi Linier Berganda
Tabel 14. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig. Model B Std. Error Beta
1 (Constant) 17.303 3.166 5.466 .000
x1 .067 .061 .198 1.093 .279
x2 .044 .205 .039 .216 .830
a. Dependent Variable: y
Dari Tabel di atas diperoleh persamaan regresi linier berganda
Y = 17,303 + 0,067X1 + 0,044X2
Keterangan:
Y = Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak X1 = Pengampunan Pajak
X2 = Kemudahan Administrasi Pajak
Tabel 15. Uji Hipotesis t
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig. Model B Std. Error Beta
1 (Constant) 17.303 3.166 5.466 .000
x1 .067 .061 .198 1.093 .279
x2 .044 .205 .039 .216 .830
a. Dependent Variable: y
Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan variabel Pengampunan Pajak (X1) mempunyai nilai t-hitung sebesar
1,093. Nilai t tabel yang merupakan standar untuk mengambil keputusan pada hipotesis dicari dengan
menentukan df. Nilai df=n-k, n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah semua variabel dalam
penelitian ini (df=n-k=60-3=57), diperoleh nilai t tabel pada tingkat signifikansi 0,05 yaitu sebesar 2. Pada
penelitian ini terdapat hipotesis:
H0= Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara Pengampunan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak.
H1= Terdapat pengaruh secara parsial antara Pengampunan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak.Hasil analisis menunjukkan nilai t hitung< t tabel (1,093 < 2 ). Hal ini berarti Ho diterima dan H1
ditolak, atau tidak terdapat pengaruh (secara parsial) antara Pengampunan Pajak terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak.
Tabel 16. Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 23.316 2 8.658 4.553 .220b
Residual 244.334 57 6.287
Total 257.650 59
a. Dependent Variable: y
b. Predictors: (Constant), x2, x1
Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2, No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 98 E-ISSN 2686 - 1585
M. Anjar Nurul Hayat (Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…. )
Berdasarkan hasil perhitungan F hitung diperoleh nilai F sebesar 4,553 dengan signifikansi sebesar 0,000
lebih kecil dari 0,05. Nilai F tabel diperoleh dengan mencari N1 dan N2, dengan nilai n adalah jumlah
responden (60), k adalah jumlah semua variabel (3). Dari nilai tersebut, diperoleh nilai N1=3-1=2
(df=N1=k-1) dan N2=60- 3=57 (df=N2=n-k) adalah 3,16, maka F hitung > F tabel (4,552 > 3,16). Pada
penelitian ini terdapat hipotesis:
H0= Tidak terdapat pengaruh secara bersama- sama/ simultan antara Pengampunan Pajak dan Kemudahan
Administrasi Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak.
H3= Terdapat pengaruh secara bersama-sama/ simultan antara Pengampunan Pajak dan Kemudahan
Administrasi Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak.
Hal ini menunjukkan Ho ditolak dan H3 diterima atau variabel Pengampunan Pajak dan variabel
Kemudahan Administrasi Pajak secara bersama-sama (secara simultan) berpengaruh terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak.
KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan penelitan dan hasil penelitian yang dilakukan, kesimpulan dari penelitian ini adalah:
Berdasarkan penelitian, menunjukkan variabel Pengampunan Pajak (X1) mempunyai nilai t-hitung
sebesar 1,093. Nilai t tabel yang merupakan standar untuk mengambil keputusan pada hipotesis dicari
dengan menentukan df. Nilai df=n-k, n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah semua variabel dalam
penelitian ini (df=n- k=60-3=57), diperoleh nilai t tabel pada tingkat signifikansi 0,05 yaitu sebesar 2. Pada
penelitian ini terdapat hipotesis:
H0= Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara Pengampunan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak.
H1= Terdapat pengaruh secara parsial antara Pengampunan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak.
Hasil analisis menunjukkan nilai t hitung< t tabel (1,093 < 2 ). Hal ini berarti Ho diterima dan H1
ditolak, atau tidak terdapat pengaruh (secara parsial) antara Pengampunan Pajak terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak..
Pada hasil penelitian, variabel Kemudahan Administrasi Pajak mempunyai nilai t sebesar 0,216. Nilai
df=n-k, n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah semua variabel dalam penelitian ini (df=n-k=60-
3=57), diperoleh nilai t tabel pada tingkat signifikansi 0,05 yaitu sebesar Pada penelitian ini terdapat
hipotesis:
H0= Tidak terdapat pengaruh secara parsial antara Kemudahan Administrasi Pajak terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak.
H2= Terdapat pengaruh secara parsial antara Kemudahan Administrasi Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan
Wajib Pajak. Dari hasil analisis data menunjukkan thitung < ttabel, yaitu 0,216 < 2 pada taraf signifikansi
sebesar 0,05. Hal ini berarti Ho diterima dan H2 ditolak.
Artinya, bahwa tidak terdapat pengaruh (secara parsial) antara variabel Kemudahan Administrasi Pajak
terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak..
Besarnya pengaruh yang ditunjukkan oleh Koefisien Korelasi (R) antara variabel Tax Amnesty dan
Kemudahan Administrasi Perpajakan secara bersama-sama (secara simultan) adalah berpengaruh cukup kuat
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi KPP Pratama Jakarta Penjaringan. Sedangkan koefisien
determinasi (adjusted R2) menunjukkan nilai adjusted R2 =0,28. Artinya variabel Pengampunan Pajak (X1)
dan Kemudahan Administrasi Perpajakan (X2) dapat menerangkan atau menjelaskan Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi KPP Pratama Jakarta Penjaringan (Y) sebesar 28%, sisanya sebesar 72% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak termasuk dalam model atau persamaan pada penelitian ini.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini adalah saran untuk meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi :
Untuk meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak dalam konsep kemauan membayar pajak (Willingness to
Pay Tax) dapat dikembangkan melalui 2 (dua) subkonsep yaitu konsep kemauan membayar pajak dan konsep
pajak. Kemauan membayar pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi sistem administrasi
perpajakan suatu negara, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan hukum perpajakan dan tarif pajak (Devano
dan Rahayu, 2006).
Menurut Benno Torgler dan Cristoph A. Schaltegger yang dikutip Darussalam dalam Inside review,
Pengampunan Pajak sebaiknya
99 Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2, No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 E-ISSN 2686 - 1585
M. Anjar Nurul Hayat (Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…. )
diberikan hanya sekali saja dalam suatu generasi. Pengampunan Pajak yang diberikan berkali-kali
menyebabkan Wajib Pajak akan selalu menunggu Program Pengampunan Pajak berikutnya dan ini akan
mendorong wajib pajak untuk tidak menjalankan kewajiban pajaknya dengan benar dan tepat waktu. Jika
pemerintah akan memberikan Tax Amnesty, maka tidak boleh ada isu tentang Program Pengampunan Pajak
jilid berikutnya.
Sosialisasi yang intensif dari KPP Jakarta Penjaringan agar masyarakat, khususnya Wajib Pajak dapat
memiliki pengetahuan administrasi pajak yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
A. Program Studi Ilmu Administrasi
Dewi, Irra Chrisyanti. 2011. Pengantar Ilmu Administrasi. Jakarta: PT Prestasi.
Keban, T. Yeremias. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep,. Teori dan Isu.
Yogyakarta: Gava Media.
Lubis, Solly. 2007. Ilmu Negara. Bandung: Mandar Maju.
Nawawi, Ismail. 2009. Perilaku Administrasi (Kajian, Teori dan Pengantar Praktik). Surabaya: CV Media
Putra.
Tachjan. 2008. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI).
B. Kekhususan Perpajakan.
Darrussalam, Danny. 2015. Manfaatkan Pengampunan Pajak: Pahami dan Manfaatkan Reinventing
Policy. Inside Tax Edisi 31.
Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan Konsep, Teori dan Isu. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Gunadi. 2013. Panduan Komprehensif Pajak Penghasilan. Jakarta: Bee Media.
Hardika, N. Sentosa. 2006. Pengaruh Lingkungan dan Moral Wajib Pajak Terhadap Sikap dan
Kepatuhan Wajib Pajak Pada Hotel Berbintang di Provinsi Bali. (Disertasi). Surabaya: Universitas
Airlangga.
Melisari, Lisa Adha. 2008. Pengaruh Penerapan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak
(MP3) dan Profesionalisme Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak . (Skripsi). Jakarta: UIN. Muttaqin, Zaenal.
2012. Tax Amnesty Di Indonesia. Jakarta: Refika Aditama. Nurmantu, Safri. 2005.Pengantar
Perpajakan. Jakarta: Granit.
Pandiangan, Liberti. 2008. Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan Berdasarkan Undang-
Undang Terbaru. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Rahayu, Kurnia. 2009. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
-------. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan:Teori dan Kasus Edisi 4, Jakarta: Salemba Empat.
Satriyo, A. 2007. Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada
KPP Pratama Jakarta Setiabudi. (Skripsi). Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Silitonga, Erwin. 2006. Ekonomi Bawah Tanah, Pengampunan Pajak, dan Referendum. (Majalah Berita
Pajak, Nomor. 1516 Tahun XXXVIII April 2006). Jakarta
Soemarso S.R, 2007. Perpajakan Pendekatan Komprehensif. Jakarta: Salemba. Empat.
Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia, Buku 1 Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat.
Widaningrum, Dwi. 2007. Identifikasi Kemampuan dan Kemauan Membayar Masyarakat Berpenghasilan
Menengah Rendah. www.sappk.tb.ac.id/ppk/images/stori es/pdf/ringkasan_dwi.pdf. Diunduh tanggal 2
Desember 2017.
Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
-------. 2004. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
Jurnal Pajak Vokasi (JUPASI) Vol 2 No. 2, Maret 2021, pp. 85-100 100 E-ISSN 2686 - 1585
M. Anjar Nurul Hayat (Pengaruh Pengampunan Pajak dan Kemudahan Administrasi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak…. )
C. Metode Penelitian.
Kuncoro. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: UPP AMP YKPM.
Neuman, W.L. 2006. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach, 6th ed.
Boston: Allyn and Bacon.
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Indriantoro, Nur. 1999. Metodologi Penelitian dan. Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Djaali. 2008. Skala likert. Jakarta: Pustaka Utama.
Jurnal
Adrian, Sawyer. 2006. Targeting Amnesties at Ingrained Evasion – a New Zealand Initiative Warranting
Wilder Consideration?, Journal Taxation and Business Law University of Cantebury.
Ayu, Viega dan Fidiana. 2017. Pengaruh Tax Amnesty, Pengetahuan Perpajakan, Dan Pelayanan Fiskus
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Tegalsari. Surabaya:
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Volume 6 No 2 Februari 2017.
Fatih, Osman dan Eren. 2011. Tax Amnesty with Effects and Effecting Aspects: TaxCompliance, Tax
Audits and Enforcements Around; The Turkish Case. Turki: International Journal of Business and Social
Science Volume 2 No 7 April 2011.
Helhel dan Ahmed. 2014. Factors Affecting Tax Attitudes and Tax Compliance:A Survey Study in Yemen.
Yaman: European Journal of Business and Management Vol 6 No 22 Tahun 2014.
Puspareni, Diah et al. 2017. Pengaruh Tax Amnesty, Pertumbuhan Ekonomi, Kepatuhan Wajib Pajak, Dan
Transformasi Kelembagaan
Direktorat Jenderal Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Tahun 2015 Di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Singaraja. Bali: e-journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 7 No 1 Tahun 2017.
Santoso, W. 2008. Analisis Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak sebagai Dasar Peningkatan Kepatuhan
Wajib Pajak (Penelitian terhadap Wajib Pajak Badan di Indonesia). Jurnal Keuangan Publik. Vol. 5, No. 1.
Yusril, Muhammad et al. 2015. Pengaruh Administrasi Perpajakan, kualitas layanan fiskus, terhadap
perilaku Wajib Pajak dan kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Malang Selatan. Malang: e-
journal Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Volume 9 No 2 Tahun 2015.
Dokumen
Surat Edaran SE-01/PJ.9/20 tentang Pengawasan Penyampaian SPT Tahunan.
Surat Edaran SE-002/PJ/2008 tentang Tata Cara penetapan Wajib Pajak dengan kriteria tertentu.