bab 3 - teori komunikasi
TRANSCRIPT
TEORI KOMUNIKASI
Dalam tulisan beikut ini, Everett Rogers menekankan pentingnya
hubungan antara komunikasi antarpribadi dengan mass media.
Dinyatakan lebih lanjut bahwa komunikasi antar pribadi merupakan
aspek yang sangat penting dalam teori komunikasi, oleh sebab itu perlu diadakan
studi lebih lanjut tentang cara yang terbaik untuk memanfaatkannya, penulis
menganalisa teori-teori yang ada yang berkaitan dengan hubungan antar mass
media dengan komunikasi antar pribadi. Sekalipun terdapat perbedaan peranan dia
antara keduanya, namun mereka dapat dan harus saling melengkapi. Selanjutnya
ditunjukkan juga bagaimana kedua jenis komunikasi tersebut aling berhubungan
dalam rangka menciptakan komunikasi yang lebih baik.
Tujuan dari tulisan ini adalah membahas perana dari dua saluran
komunikasi yang berbeda, yakni mass media dan komunikasi antarpribadi.
Untuk membahas masalah tersebut di atas, maka perlu ditinjau :
1. Pelbagai model penyebaran arus komunikasi.
2. Peranan pemuka pendapat
3. factor-faktor yang mempengaruhi hubungan antar pribadi dalam
proses komunikasi massa.
4. Metode penggabungan mass media dengan saluran komunikasi antar
pribadi.
Tulisan ini diakhiri dengan menitikberatkan perhatian pada arah
penelitian di masa depan serta kebutuhan akan metodologi yang mantap. Tema
pokok dari tulisan ini adalah anggapan bahwa baik komunikasi antara pribadi
maupun komunikasi lewat mass media sekalipun berbeda, namun mempunyai
peranan yanga sangat potensia dalam menentukan pelbagai efek komunikasi.
Anggapan ini lahir sebagai hasil dari penelitian mengenai “difusi dan inovasi”,
perilaku politik dan konsumen, dan modernisasi masyarakat tradisional di negara-
negara sedang berkembang.
Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi adalah alat melalui mana sumber komunikasi
menyampaikan pesan-pesan (messages) kepada penerima (receiver). Saluran ini
dianggap sebagai penerus/penyampai pesan yang berasal dari sumber informasi
kepada tujuan informasi.komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam
interaksi tatap muka antara beberapa pribadi disebut sebagai komunikasi
antarpribadi.
Dalam komunikasi antarpribadi, yang menjadi saluran maupun sumber
komunikasi adalah pemrakarsa komunikasi. Saluran mass media adalah semua
alat penyampai pesan-pesan yang melibatkan mekanisme untuk mencapai
audience yang luas dan tak terbatas. Surat kabar, radio, film, dan
televisimerupakan alat yang memungkinkan sumber informasi menjangkau
audience dalam jumlah yang besar dan tersebar luas. Karakteristik yang
membedakan proses komunikasi antarpribadi dengan proses komunikasi mass
dapat dilihat pada table I.
TABEL I
KARAKTERISTIK SALURAN KOMUNIKASI
Karakteristik Saluran antarpribadi Saluran mass media
1. Arus Pesan
2. Konteks Komunikasi
3. Tingkat umpan balik
yang terjadi
4. Kemampuan mengatasi
tingkat selektivitas
(terutama “selective
exposure”)
5. Kecepatan jangkauan
terhadap audience yang
besar
6. Efek yang mungkin
terjadi
Cenderung 2 arah
Tatap muka
Tinggi
Tinggi
Relatif lambat
Perubahan sikap
Cenderung searah
Melalui media
Rendah
Rendah
Relatif cepat
Penambahan
pengetahuan
Pilihan terhadap penggunaan saluran komunikasi banyak bergantung
pada maksud dan tujuan komunikasi. Hasil penelitian membuktikan bahwa mass
media akan berperan secara efektif dalam merubah pendapat (misalnya,
menambah pengetahuan), sedangkan komunikasi antar pribadi umunya lebih
efektif dalam merubah sikap. Pesan-pesan melalui mass media memang kurang
kuat dalam merubah sikap, kecuali kalau pesan-pesan tersebut justru memperkuat
nilai-nilai dan kepercayaan (belief) audience, sedangkan pesan-pesan yang
bertentangan akan disaring audience melalui tingkat selectivitas mereka.
Mekanisme selectivitas senantiasa terjadi baik pada komunikasi antar pribadi
maupun pada komunikasi massa, hanya pada komunikasi massa tampaknya
mekanisme ini lebih berperan. Saluran komuikasi yang tepat akan dipilih
berdasarkan tujuan dari sumber komunikasi serta pesan yang akan disampaikan
pada audience. Seringkali melalui pemanfaatan pel-bagai jenis mass media dan
penggabungannya dengan aluran komunikasi antara audience dalam jumlah besar
dan mengharapkan suatu perubahan yang meluas.
Model-model penyebaran arus komunikasi
Model jarum hypodermis (Hypodermic Needle Model)
Model ini pada hakekatnya adalah model komunikasi searah,
berdasarkan anggapan bahwa mass media memiliki pengaruh langsung, segera,
dan sangat menentukan terhadap audience. Mass media merupakan gambaran dari
jarum raksasa yang menyuntik audience yang pasif. Menurut Elihu Katz :
“Model ini menurut para peneliti dahulu didasarkan pada anggapan
bahwa:
1. Media yang sangat berpengaruh mampu memaksakan kehendaknya
pada audience yang sama sekali tidak berusaha mencoba berfikir
lain.
2. Audience yang otomatis (dianggap tidak punyai hubungan satu ama
lain) terikat pada mass media tetapi tidak terikat pada
kelompoknya.”
Model hypodermis ini tampaknya didukung oleh suasana masyarakat di Amerika
Serikat pada era “mass society” di mana terjadi kecenderungan yang sama dalam
selera memilih pakaian, pola pidato dan nilai-nilai budaya sebagai akibat
penghayatan mass media (mass media exposure) dan produksi massal.
Pengaruh media digambarkan sebagi suatu kekuatan yang merubah
perilaku manusia tanpa dapat dihalangi oleh kekuatan apapun.
Namun, metode penelitian yang lebih “sophisticated” akhirnya
meragukan model hypodermis ini, mengingat bahwa melalui teori yang lahir
secara intuitif ternyata bahwa anggapan tentang besarnya pengaruh media
dipandang terlalu sederhana, mekanistis, serta terlalu berlebih-lebihan.
Modal komunikasi dua tahap (two step flow model).
Dengan berlandaskan model jarum hipodemis sebagai prinsip dalam
menganalisa peranan mass media terhadap pengambilan keputusan politik
lazarsfeld dan Menzel menyatakan:
“Studi yang mereka lakukan mencoba untuk mengetahui seberapajauh mass
media berperan dalam perubahan. Hasilnya mengejutkan, mengingat bahwa
pengaruh mass media kecil sekali. ….
Orang lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan antar pribadinya dalam
menentukan keputusan politiknya dari pada dipengaruhi oleh mass media”.(1940)
Selain itu, hasil studi tersebut juga menunjukkan bahwa” ide senantiasa
Tersebar melalui radio dan media cetak dan diterima oleh pemuka
pendapat,melalui pemuka pendapat inilah ide tersebut tersebar keseluruh anggota
masyarakat.
Tahap pertama, dari sumber informasi ke pemuka pendapat, pada
umumnya merupakan pengalihan informasi, sedangkan tahap kedua, dari pemuka
pendapat pada pengikutnya merupakan penyebarluasan pengaruh.
Model komunikasi dua tahap ini membantu kita dalam menempatkan
perhatian pada peranan mass media yang dihubungkan dengan komunikasi
antarpribadi. Berbeda dengan model jarum hypodermis yang senantiasa
memandang massa sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari individu-individu yang
terikat pada media, tetapi terpisah hubungan sosialnya, maka model komunikasi
dua tahap memandang massa sebagai individu-individu yang berinteraksi.
Penelitian komunikasi dalam 25 tahun terakhir ini telah banyak
mengambil manfaat dari penggunaan model komunikasi dua tahap. Pada saat yang
sama penelitian ini telah menunjukkan pula beberapa kelemahan dalam model
komunikasi dua tahap. Penelitian mengenai difusi dan inovasi misalnya,
menunjukkan pelbagai kelemahan, sebab penelitian melupakan “waktu” sebagai
salah satu variable yang sama sekali diabaikan oleh penelitian tahun 1940 yang
menghasilkan model komunikasi dua tahap.
Ada 6 pembatasan/kelemahan model komunikasi dua tahap :
1. Model tersebut menyatakan bahwa individu yang aktif dalam
mencari informasi hanya Pemuka pendapat, sedangkan anggota
masyarakat pada umumya pasif. Kegiatan Pemuka pendapat
dianggap sebagai usaha untuk memperoleh kesempatan berperan
sebagai pemrakarsa komunikasi. Dalam kenyataannya ada model
komunikasi yang menunjukkan terbukti bahwa Pemuka pendapat
ada yang aktif sebaliknya ada juga yang pasif dalam mencari
informasi, di samping itu terbukti pula bahwa Pemuka pendapat
sering memainkan peranan aktif maupun pasif dalam situasi
komunikasi.
2. Pandangan bahwa proses komunikasi massa pada hakekatnya dua
tahap, ternyata membatasi proses analisanya, sebab proses
komunikasi dapat terjadi dalam dua tahap atau lebih. Dalam kasus
tertentu dapat saja terjadi proses komunikasi satu tahap. Misalnya
mass media langsung mempengaruhi audience. Dalam kasus lain
mass media menimbulkan proses komunikasi yang bertahap
banyak (multi stages).
3. Model komunikasi dua tahap menunjukkan betapa tergantungnya
Pemuka pendapat akan informasi pada mass media. Tetapi kini,
terdapat petunjuk kuat yang membuktikan bahwa Pemuka pendapat
memperoleh informasi melalui saluran-saluran yang bukan mass
media. Bagi Pemuka pendapat di negara sedang berkembang, di
mana mass media belum tersebar sampai ke desa, saluran
komunikasi yang berperan adalah kontak dengan para penyuluh
pembangunan (extension agent). Para Pemuka pendapat berusaha
untuk memanfaatkan saluran komunikasi yang dipandang penting
oleh mereka dalam rangka usah menyebarluaskan informasi pada
masyarakat, dan saluran terebut tidak terbatas pada mass media
semata-mata.
4. Penelitian tahun 1940, yang menghasilkan model komunikasi dua
tahap, mengabaikan perilaku audience berdasarkan “waktu”
pengenalan ide baru. Penelitian tentang Difusi dan inovasi
menunjukkan bahwa mereka yang mengenal lebih dahulu ide baru
(early knowers) ternyata lebih banyak memanfaatkan mass media
dibandingkan dengan mereka yang mengenal ide baru kemudian
(later knower).
5. Pelbagai saluran komunikasi berperan dalam pelbagai tahap
penerimaan inovasi dan pengambilan keputusan. Model dua tahap
tidak menunjukkan adanya perbedaan peranan dari pelbagai saluran
komunikasi dalam hubungannya dengan tahap-tahap inovasi. Studi
mengenai difusimenunjukkan adanya perbedaan peranan dari
pelbagai saluran komunikasi dalam hubungannya dengan tahap-
tahap inovasi. Studi mengenai difusi menunjukkan bebrapa tahap
seperti :
a. tahap penyadaran (awareness stage).
b. Tahap pembujukan (persuation stage).
c. Tahap keputusan (decision stage).
d. Tahap pemantapan (confirmation stage)
6. Pemisahan audience atas Pemuka pendapat dan masyarakat
pengikut (follower) dilakukan oleh modal komunikasi dua tahap.
Padahal tidak selamanya mereka yang bukan pemimpin (non
leaders) adalah pengikut dari Pemuka pendapat.
Kritik yang terutama ditujukan pada model komunikasi dua tahap adalah
kenyataan bahwasanya proses komunikasi massa tidak berjalan sesederhana dua
tahap semata-mata. Dari model komunikasi dua tahap ini, ada dua penemuan yang
menonjol yang sangat bermanfaat bagi penelitian komunikasi dua arah, yakni :
a. Diberikan perhatian khusus pada peranan Pemuka pendapat
sebagai sumber informasinya
b. Beberapa penyempurnaan dari model komunikasi dua tahap,
seperti dikenalnya model komunikasi satu tahap dan model
komunikasi banyak tahap.
Model Komunikasi satu tahap
Model ini menyatakan bahwa mass media sebagai saluran komunikasi
langsung berpengaruh pada audience, tanpa membutuhkan peranan para Pemuka
pendapat sebagai penyebar informasi. Perbedaan antara model jarum hypodermis
dengan model komunikasi satu tahap terletak pada kenyataan bahwa :
a. Model komunikasi satu tahap mengakui bahwa tidak
semua media memiliki kekuatan pengaruh yang sama.
b. Model komunikasi satu tahap mempengaruhi peranan
selektivitas sebagai factor yang menentukan penerimaan
audience.
c. Model komunikasi satu tahap mengakui kemungkinan
timbulnya reaksi yang berbeda dari audience terhadap
pesan komunikasi yang sama.
Model Komunikasi banyak tahap
Model ini mencakup semua model tahapan komunikasi terlebih dahulu,
ia tidak menjurus pada tahapan-tahapan tertentu dari arus informasi juga tidak
menetapkan bahwa informasi itu pasti tersebar melalui mass media.
Model ini menunjukkan bahwa terdapat banyak variasi dari penyebaran
pesan-pesan yang berasal dari sumber informasi pada audience.
Sebagian audience mungkin memperoleh informasi langsung dari mas
media sebagai sumber informasi. Sebaliknya sebagian audience, mungkin
memperoleh informasi setelah melalui pelbagai tahap yang harus dilalui setelah
disebarkan oleh sumber informasi.
Banyaknya tahap yang harus dilalui dalam proses penerimaan informasi
bergantung pada :
a. Tujuan sumber informasi
b. Banyak mass media yang menyebarluaskan informasi.
c. Isi pesan yang disampaikan, apakah berkenan bagi audience atau
melibatkan kepentingan audience.
d. Apakah cara penyampaiannya menarik perhatian audience.
Sampai saat ini Model komunikasi banyak tahap ini memberikan lebih
banyak kemungkinan analisa yang tepat dalam proses komunikasi
massa, mengingat model ini memungkinkan para peneliti mengukur
pelbagai variable dalam pelbagai situasi komunikasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Komunikasi antarpribadi
Untuk mencoba memahami lebih lanjut proses komunikasi melalui
saluran antarpribadi (interpersonal channel), maka dibutuhkan lebih dahulu
pemahaman tentang konsep:
a. Homofili dan heterofili
b. Empati
Homofili dan Heterofili.
Salah satu syarat yang paling penting dalam komunikasi adalah
pengalihan informasi senantiasa terjadi antara sumber informasi yang memiliki
persamaan-persamaan tertentu. Homofili adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan tingkat dimana fihak yang berinteraksi memiliki kesamaan
dalam beberapa hal, seperti nilai-nilai kepercayaan, pendidikan, status social dan
sebaginya.
Heterofili adalah istilah yang digunakan unutk menggambarkan tingkat
di mana individu yang berinteraksi sangat berbeda dalam pelbagai hal. Dalam
situasi di mana seseorang harus berinteraksi dengan semua golongan dalam
masyarakat yang saling berbeda, maka timbul kecenderungan dalam dirinya untuk
memilih orang yang memiliki banyak persamaan dengannya. Sikap homofilis ini
pernah disinggung setengah abad yang lalu oleh sosiolog Perancis, Gabriel Tarde
yang menyatakan : “Hubungan social, ditegaskannya, akan lebih mudah terbina di
antara pribadi-pribadi yang memiliki kesamaan dalam kedudukan dan
pendidikan”.
Timbulnya homifili ini disebabkan karena adanya kecenderungan fisik
maupun social di kalangan masyarakat atau individu untuk mencari rekan yang
memiliki minat yang sama, profesi yang sama dan sebagainya.
Selain itu terbukti pula bahwa komunikasi yang efektif lebih mudah
tercapai apabila baik sumber informasi maupun penerima informasi sama-sama
hemofilis. Oleh sebab itu harmoni lebih mudah ditumbuhkan dan dibina dalam
masyarakat yang homofilis. Interaksi diantara kelompok-kelompok social yang
heterofilis menuntut lebih banyak usaha agar komunikasi dapat berjalan secara
efektif. Interaksi semacam ini menumbuhkan ketidakserasian dalam pengertian
(Cognitve dissonace) karena penerima pesan dihadapkan pada informasi yang
bertentangan dengan kepercayaannya, sehingga terjadilah situasi psikologis yang
sangat tidak menyenangkan.
Seseorang yang berusaha mendobrak ikatan homofili dan mencoba
berkomunikasi dengan orang yang berbeda dengan latar belakang social dan
budayanya, akan mengalami kekecewaan karena kegagalan komunikasi.
Misalnya, seorang penyuluh pembangunan yang mengusahakan inovasi di tengah-
tengah petani akan menghadapi masalah komunikasi dengan para petani yang
sangat berbeda latarbelakangnya dengan si penyuluh. Perbedaan tersebut meliputi
kemampuan tehnologi, status social, kepercayaan, yang semuanya bersifat
heterofilis. Hal ini menyebabkan si penyuluh harus benar-benar matang dalam
perencanaan komunikasinya.
Persoalan yang sangat menonjol dalam mengkomunikasikanide-ide baru
adalah kemampuan sumber inovasi yang heterofilis dibandingkan dengan
kemampuan penerima inovasi. Hai ini banyak menggagalkan usaha-usaha
kampanye ide baru.
Penyuluh pembangunan cenderung untuk berinteraksi secara intensif
dengan petani yang relatif memiliki persamaan-persamaan dengannya dalam hal
status social, kepercayaan dan sikap menerima pembaharuan (innovativeness)).
Selanjutnya beberapa hasil penelitian telah membuktikan bahwa penyuluh
pembangunan yang berhasil dalam tugasnya adalah mereka yang status sosialnya
tidak jauh berbeda dengan anggota masyarakatnya. Misalnya Lembaga Pertanian
Allahabad di India (1975) membuktikan bahwa penyuluh pembangunan pedesaan
yang hanya berpendidikan sekolah dasar, ternyata lebih berhasil dalam
penyuluhannya di tengah-tengah masyarakat yang sebagian besar buta huruf
dibandingkan dengan penyuluh yang berasal dari perguruan tinggi. Salah satu
sebab mengapa penyuluh pembangunan memusatkan perhatiannya pada pemuka
pendapat adalah untuk menjembatani “jurang heterofilis” antara mereka dengan
masyarakat pada umumnya, kadang-kadang penyuluh pembangunan terlalu
memusatkan perhatiannya pada Pemuka pendapat dalam rangka usaha mereka
menyampaikan inovasi pada masyarakat. Akibatnya Pemuka pendapat yang
kemudian menjadi pelanjut tugas penyuluh pembangunan menjadi terlalu
heterofilis di mana masyarakatnya, sehingga sulit menciptakan komunikasi yang
efektif. Homofili tidak selamanya berhasil menciptakan komunikasi yang baik,
kadang-kadang homofili dapat menjadi penghalang bagi laju inovasi dalam suatu
system. Ide baru biasanya diterima oleh golongan yang memiliki status yang
tinggi serta anggota masyarakat yang lebih inovatif. Pada umumnya mereka
berinteraksi satu sama lain, sehingga golongan “non elit” tidak memperoleh
manfaat dari inovasi tersebut.
Empati, sebagai jembatan “jurang heterofili”
Kebanyakan komunikasi yang heterofilis tidak efektif sebagaimana telah
diuraikan pada bagian terdahulu. Namun, pada kasus tertentu kita melihat bahwa
beberapa penyuluh pembangunan dapat berkomunikasi secara efektif. Hal ini
disebabkan karena kemampuan empati yang dimiliki oleh Penyuluh
pembangunan. Yang dimaksud dengan empati adalah kemampuan seseorang
untuk menempatkan dirinya dalam peranan orang lain. Apabila kemampuan
empati dimiliki oleh fihak-fihak yang terlibat dalam komunikasi, sekalipun
mereka berada dalam situasi heterofilis, maka komunikasi yang efektif akan
tercapai. Apabila sumber informasi memiliki empathi yang tinggi dan berhadapan
dengan audience yang heterofilis, maka sumber informasi dan audience berada
dalam situasi homofilis berdasarkan pengertian sosiopsikologis.
Komunikasi heterofilis kurang efektif disbanding dengan komunikasi
homofilis, kecuali kalau sumber informasi memilki tingkat empati yang tinggi
sehingga dapat berkomunikasi dengan audience.