bab 3 ruang lingkup observasi 3.1 latar belakang tvrithesis.binus.ac.id/doc/bab3/2011-2-00401-mc...

22
45 BAB 3 RUANG LINGKUP OBSERVASI 3.1 Latar Belakang TVRI Pada tahun 1961, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukkan proyek media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asian Games IV di bawah koordinasi urusan proyek Asian Games IV. Pada tanggal 25 Juli 1961, Menteri Penerangan mengeluarkan SK Menpen No. 20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi (P2T). Pada 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno yang sedang berada di Wina mengirimkan teleks kepada Menteri Penerangan saat itu, Maladi untuk segera menyiapkan proyek televisi (saat itu waktu persiapan hanya tinggal 10 bulan) dengan jadwal sebagai berikut: 1. Membangun studio di eks AKPEN di Senayan (TVRI sekarang). 2. Membangun dua pemancar: 100 watt dan 10 Kw dengan tower 80 meter. 3. Mempersiapkan software (program dan tenaga). Pada tanggal 17 Agustus 1962, TVRI mulai mengadakan siaran percobaan dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia XVII dari halaman Istana Merdeka Jakarta, dengan pemancar cadangan berkekuatan 100 watt. Kemudian pada 24 Agustus 1962, TVRI mengudara untuk pertama kalinya

Upload: nguyenkhanh

Post on 03-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

45

BAB 3

RUANG LINGKUP OBSERVASI

3.1 Latar Belakang TVRI

Pada tahun 1961, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukkan

proyek media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asian Games IV di

bawah koordinasi urusan proyek Asian Games IV.

Pada tanggal 25 Juli 1961, Menteri Penerangan mengeluarkan SK

Menpen No. 20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi

(P2T).

Pada 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno yang sedang berada di Wina

mengirimkan teleks kepada Menteri Penerangan saat itu, Maladi untuk segera

menyiapkan proyek televisi (saat itu waktu persiapan hanya tinggal 10 bulan)

dengan jadwal sebagai berikut:

1. Membangun studio di eks AKPEN di Senayan (TVRI sekarang).

2. Membangun dua pemancar: 100 watt dan 10 Kw dengan tower 80

meter.

3. Mempersiapkan software (program dan tenaga).

Pada tanggal 17 Agustus 1962, TVRI mulai mengadakan siaran

percobaan dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia XVII dari

halaman Istana Merdeka Jakarta, dengan pemancar cadangan berkekuatan 100

watt. Kemudian pada 24 Agustus 1962, TVRI mengudara untuk pertama kalinya

46

dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari stadion

utama Gelora Bung Karno.

Pada tanggal 20 Oktober 1963, dikeluarkan Keppres No. 215/1963

tentang pembentukan Yayasan TVRI dengan Pimpinan Umum Presiden RI.

Pada tahun 1964 mulailah dirintis pembangunan Stasiun Penyiaran

Daerah dimulai dengan TVRI Stasiun Yogyakarta, yang secara berturut-turut

diikuti dengan Stasiun Medan, Surabaya, Makassar, Manado, Denpasar, dan

Balikpapan.

Mulai tahun 1977, secara bertahap di beberapa ibu kota Provinsi

dibentuklah Stasiun-stasiun Produksi Keliling atau SPK, yang berfungsi sebagai

perwakilan atau koresponden TVRI di daerah, yang terdiri dari:

1. SPK Jayapura

2. SPK Ambon

3. SPK Kupang

4. SPK Malang (Tahun 1982 diintegrasikan dengan TVRI Stasiun

Surabaya)

5. SPK Semarang

6. SPK Bandung

7. SPK Banjarmasin

8. SPK Pontianak

9. SPK Banda Aceh

47

10. SPK Jambi

11. SPK Padang

12. SPK Lampung

3.1.1 TVRI pada Era Orde Baru

Tahun 1974, TVRI diubah menjadi salah satu bagian dari

organisasi dan tatakerja Departemen Penerangan, yang diberi status

Direktorat, langsung bertanggung-jawab pada Direktur Jendral Radio,

TV, dan Film, Departemen Penerangan Republik Indonesia.

Sebagai alat komunikasi Pemerintah, tugas TVRI adalah

menyampaikan informasi tentang kebijakan Pemerintah kepada rakyat

dan pada waktu yang bersamaan menciptakan two-way traffic (lalu

lintas dua jalur) dari rakyat untuk pemerintah selama tidak

mendiskreditkan usaha-usaha Pemerintah.

Pada garis besarnya tujuan kebijakan Pemerintah dan program-

programnya adalah untuk membangun bangsa dan negara Indonesia

yang modern dengan masyarakat yang aman, adil, tertib dan sejahtera,

yang bertujuan supaya tiap warga Indonesia mengenyam kesejahteraan

lahiriah dan mental spiritual. Semua kebijaksanaan Pemerintah beserta

programnya harus dapat diterjemahkan melalui siaran-siaran dari studio-

studio TVRI yang berkedudukan di ibukota maupun daerah dengan

cepat, tepat dan baik.

48

Semua pelaksanaan TVRI baik di ibu kota maupun di Daerah

harus meletakkan tekanan kerjanya kepada integrasi, supaya TVRI

menjadi suatu well-integrated mass media (media massa yang

terintegrasikan dengan baik) Pemerintah.

Tahun 1975, dikeluarkan SK Menpen No. 55 Bahan

siaran/KEP/Menpen/1975, TVRI memiliki status ganda yaitu

selain sebagai Yayasan Televisi RI juga sebagai Direktorat

Televisi, sedang manajemen yang diterapkan yaitu manajemen

perkantoran/birokrasi.

3.1.2 TVRI pada Era Reformasi

Bulan Juni 2000, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun

2000 tentang perubahan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan

(Perjan), yang secara kelembagaan berada di bawah pembinaan dan

bertanggung jawab kepada Departemen Keuangan RI.

Bulan Oktober 2001, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 64

tahun 2001 tentang pembinaan Perjan TVRI di bawah kantor Menteri

Negara BUMN untuk urusan organisasi dan Departemen Keuangan

Republik Indonesia|Departemen Keuangan RI untuk urusan keuangan.

49

Tanggal 17 April 2002, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 9

tahun 2002, status TVRI diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) TVRI

di bawah pengawasan Departemen Keuangan RI dan Kantor Menteri

Negara BUMN.

Selanjutnya melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

32 tahun 2002 tentang Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga

Penyiaran Publik yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh

negara. Semangat yang mendasari lahirnya TVRI sebagai Lembaga

Penyiaran Publik adalah untuk melayani informasi untuk kepentingan

publik, bersifat netral, mandiri dan tidak komersial.

Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2005 menetapkan bahwa

tugas TVRI adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan

hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya

bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui

penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan stasiun televisi

tertua di Indonesia dan satu-satunya televisi yang jangkauannya mencapai

seluruh wilayah Indonesia dengan jumlah penonton sekitar 82 persen

penduduk Indonesia. Saat ini TVRI memiliki 27 stasiun Daerah dan 1

Stasiun Pusat dengan didukung oleh 376 satuan transmisi yang tersebar di

seluruh wilayah Indonesia.

50

Ke 27 TVRI Stasiun Daerah tersebut adalah :

1. TVRI Stasiun DKI Jakarta

2. TVRI Stasiun Nangroe Aceh Darussalam

3. TVRI Stasiun Sumatera Utara

4. TVRI Stasiun Sumatera Selatan

5. TVRI Stasiun Jawa Barat dan Banten

6. TVRI Stasiun Jawa Tengah

7. TVRI Stasiun Jogyakarta

8. TVRI Stasiun Jawa Timur

9. TVRI Stasiun Bali

10. TVRI Stasiun Sulawesi Selatan

11. TVRI Stasiun Kalimantan Timur

12. TVRI Stasiun Sumatera Barat

13. TVRI Stasiun Jambi

14. TVRI Stasiun Riau dan Kepulauan Riau

15. TVRI Stasiun Kalimantan Barat

16. TVRI Stasiun Kalimantan Selatan

17. TVRI Stasiun Kalimantan Tengah

18. TVRI Stasiun Papua

19. TVRI Stasiun Bengkulu

20. TVRI Stasiun Lampung

21. TVRI Stasiun Maluku dan Maluku Utara

51

22. TVRI Stasiun Nusa Tenggara Timur

23. TVRI Stasiun Nusa Tenggara Barat

24. TVRI Stasiun Gorontalo

25. TVRI Stasiun Sulawesi Utara

26. TVRI Stasiun Sulawesi Tengah

27. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara

Karyawan TVRI pada Tahun Anggaran 2007 berjumlah 6.099

orang, terdiri atas 5.085 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 1.014

orang Tenaga Honor/Kontrak yang tersebar di seluruh Indonesia dan

sekitar 1.600 orang di antaranya adalah karyawan Kantor Pusat dan TVRI

Stasiun Pusat Jakarta.

TVRI bersiaran dengan menggunakan dua sistem yaitu VHF dan

UHF, setelah selesainya dibangun stasiun pemancar Gunung Tela Bogor

pada 18 Mei 2002 dengan kekuatan 80 Kw. Kota-kota yang telah

menggunakan UHF yaitu Jakarta, Bandung dan Medan, selain beberapa

kota kecil seperti di Kalimantan dan Jawa Timur.

TVRI Pusat Jakarta setiap hari melakukan siaran selama 19 jam,

mulai pukul 05.00 WIB hingga 24.00 WIB dengan substansi acara

bersifat informatif, edukatif dan entertain.

52

3.1.3 TVRI Sekarang ini

Dengan perubahan status TVRI dari Perusahaan Jawatan ke TV

Publik sesuai dengan undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang

penyiaran, maka TVRI diberi masa transisi selama 3 tahun dengan

mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2002 di mana disebutkan

TVRI berbentuk PERSERO atau PT.

Melalui PERSERO ini Pemerintah mengharapkan Direksi TVRI

dapat melakukan pembenahan-pembenahan baik di bidang Manajemen,

Struktur Organisasi, SDM dan Keuangan. Sehubungan dengan itu Direksi

TVRI tengah melakukan konsolidasi, melalui restrukturisasi,

pembenahan di bidang Marketing dan Programing, mengingat sikap

mental karyawan dan hampir semua acara TVRI masih mengacu pada

status Perjan yang kurang memiliki nilai jual.

Khusus mengenai karyawan, Direksi TVRI melalui restrukturisasi

akan diketahui jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan,

berdasarkan kemampuan masing-masing individu karyawan untuk

mengisi fungsi-fungsi yang ada dalam struktur organisasi sesuai dengan

keahlian dan profesi masing-masing, dengan kualifikasi yang jelas.

Melalui restrukturisasi tersebut akan diketahui apakah untuk

mengisi fungsi tersebut di atas dapat diketahui, dan apakah perlu dicari

tenaga profesional dari luar atau dapat memanfaatkan sumberdaya TVRI

yang tersedia.

53

Dalam bentuk PERSERO selama masa transisi ini, TVRI benar-

benar diuji untuk belajar mandiri dengan menggali dana dari berbagai

sumber antara lain dalam bentuk kerjasama dengan pihak luar baik

swasta maupun sesama BUMN serta meningkatkan profesionalisme

karyawan.Dengan adanya masa transisi selama 3 tahun ini, diharapkan

TVRI akan dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh undang-

undang penyiaran yaitu sebagai TV publik dengan sasaran khalayak yang

jelas.

Bertepatan dengan peringatan hari kebangkitan nasional tanggal

20 Mei 2003 yang lalu, TVRI mengoperasikan kembali seluruh pemancar

stasiun relay TVRI sebanyak 376 buah, yang tersebar di seluruh

Indonesia.

Sebagai stasiun televisi pertama di negeri ini, TVRI telah melalui

perjalanan panjang dan mempunyai peran strategis dalam perjuangan dan

perjalanan kehidupan bangsa. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32

Tahun 2002 tentang penyiaran, bertepatan dengan ulang tahunnya yang

ke-44 (24 Agustus 2006), TVRI resmi menjadi Lembaga Penyiaran

Publik.

3.1.4 Programa 2

TVRI juga memiliki Programa 2 Jakarta, pada saluran/chanel 8

VHF. Programa 2 mulai mengudara pada April 1989 dengan acara

tunggal siaran berita bahasa Inggris dengan nama Six Thirty Report

54

selama setengah jam pukul 18.30 WIB, di bawah tanggung jawab bagian

Pemberitaan.

Pada perkembangannya rubrik tersebut berubah nama menjadi

English News Service (ENS).

Programa 2 TVRI kini mengudara mulai pukul 16.00 - 21.00 WIB

dengan berbagai jenis acara berita dan hiburan. Sekarang ini tengah

dilakukan negosiasi dengan pihak swasta untuk bekerjasama di bidang

manajemen produksi dan siaran programa 2 TVRI Jakarta dan sekitarnya,

dengan adanya rencana perubahan frekuensi dari VHF ke UHF. Di

bidang isi siaran akan lebih ditekankan kepada paket-paket jadi (can

product) dengan materi siaran untuk konsumsi masyarakat metropolitan

Jakarta.

3.1.5 Stasiun

Stasiun Pusat TVRI berada di Jakarta, dan TVRI memiliki stasiun

relay pada sejumlah kota di Indonesia. Selain TVRI Stasiun Pusat

Jakarta, juga terdapat TVRI Stasiun Daerah pada beberapa ibukota

provinsi di Indonesia. TVRI Stasiun Daerah selain merelay TVRI Jakarta,

juga memiliki acara yang bersifat lokal (termasuk Berita Daerah) pada

jam-jam tertentu. TVRI Stasiun Daerah pada umumnya juga direlay oleh

stasiun relay di wilayah provinsi tersebut.

55

Berikut adalah daftar TVRI Stasiun Daerah:

• Sumatera:

o TVRI Aceh (Banda Aceh)

o TVRI Jambi (Jambi)

o TVRI Sumatera Barat (Padang)

o TVRI Sumatera Selatan (Palembang)

o TVRI Riau (Pekanbaru)

o TVRI Lampung (Bandar Lampung)

• Jawa:

o TVRI Jawa Barat (Bandung)

o TVRI Jawa Tengah (Semarang)

o TVRI Jawa Timur (Surabaya)

o TVRI Yogyakarta (Yogyakarta)

• Bali dan Nusatenggara:

o TVRI Bali (Denpasar)

o TVRI Nusa Tenggara Timur (Kupang)

• Kalimantan:

o TVRI Kalimantan Timur (Balikpapan)

o TVRI Kalimantan Selatan (Banjarmasin)

o TVRI Kalimantan Barat (Pontianak)

• Sulawesi:

o TVRI Sulawesi Utara (Manado)

56

o TVRI Sulawesi Selatan (Makassar)

• Maluku dan Papua:

o TVRI Maluku (Ambon)

o TVRI Papua (Jayapura)

Motto TVRI pada awalnya adalah Menjalin Persatuan dan

Kesatuan, dan pada tahun 2001, mottonya berubah menjadi Makin

Dekat di Hati.

3.1.6 Visi Dan Misi TVRI

Visi

Terwujudnya TVRI sebagai media pilihan bangsa Indonesia dalam

rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa untuk memperkuat

kesatuan nasional.

Misi

1. Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk

persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus media kontrol sosial

yang dinamis.

2. Mengembangkan TVRI menjadi pusat layanan informasi dan

edukasi yang utama.

3. Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta

menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi

57

dan kebudayaan daerah serta memperhatikan komunitas

terabaikan.

4. Memberdayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra

bangsa dan negara Indonesia di dunia Internasional.

3.2 Logo TVRI Dari Tahun 1962 - hingga saat ini

Gambar 3.1 Logo TVRI

(Sumber : http://www.tvri.co.id/ diakses pada tanggal 15 mei 2011).

58

3.3 Profil Program “MINGGU MALAM BERSAMA SLAMET RAHARDJO”

JENIS PROGRAM : TALKSHOW BERITA

DURASI : 90 Menit

WAKTU SIAR : MINGGU, PKL 20.30 – 22.00 WIB

PRODUKSI : TAPING (REKAMAN)

PRESENTER : 1. SLAMET RAHARDJO ( HOST)

2. ARSWENDO ATMOWILOTO (Co HOST)

PRODUSER : ARIE PURNOMOADJI

PROFIL SINGKAT :

Talkshow “MINGGU MALAM BERSAMA SLAMET RAHARDJO” disiarkan di

TVRI sejak tahun 2009, gagasan mendasar acara ini adalah sebagai Beranda

Budaya tempat membahas permasalahan yang sedang menjadi perbincangan

masyarakat sekaligus menawarkan ide-ide pemikiran sebagai alternatif untuk

mencairkan kebuntuan.

Penyajian acara ini dibuat secarasantai tetapi serius, untuk itu format panggung

dibentuk menjadi sebuah Café yang diharapkan menjadikan suasana tidak formal

dan tidak kaku.

Layaknya Café acara ini juga menghadirkan “Live Music” dalam hal ini Piano

untuk mengiringi seorang Penyanyi yang tampil membawakan lagu-lagu bertema

sesuai dengan masalah yang dibahas.

Acara ini juga sangat bergantung kepada kredibiltas dan kapabilitas narasumber

sehingga diupayakan untuk menghadirkan narasumber yang berimbang.

59

Pembawa acara tidak membenturkan pemikiran narasumber dengan pertanyaan

yang sensasional,memojokkan,dan menggiring untuk membentuk opini tertentu.

Justru narasumber diberi kesempatan untuk meng-explore pemikiran dan gagasan

terhadap persoalan yang sedang dibahas,sehingga nantinya pemirsa TVRI

mendapatkan gambaran yang jernih.

Dalam program ini terbagi 4 Segmen yaitu :

1. Host menyampaikan tema bahasan dan memperkenalkan narasumber yang

hadir,dilanjutkan dengan penayangan prolog untuk menjelaskan kepada pemirsa

tentang permasalahan yang menjadi tema bahasan.

2. Pada segmen ini narasumber mulai masuk dalam inti permasalahan dengan

menyampaikan hal-hal yang penting dan mungkin krusial atas permasalahan

yang dibahas.

3. Segmen ini narasumber bisa berinteraksi dengan floor (pengunjung Café) untuk

menjawab dan menjelaskan pertanyaan yang muncul.

4. Pada segmen terakhir narasumber diberi kesempatan untuk menyampaikan

Cakrawala pemikirannya tentang harapan,penyelesaian ataupun hal-hal yang

perlu “digaris bawahi”.

3.4 Pendekatan Penelitian Kuantitatif

Pendekatan ini adalah Kuantitatif. Penelitian Kuantitatif adalah penelitian

yang ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta

hubungan hubungannya.

(Sumber:http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2023657-pengertian-

penelitian-kuantitatif/#ixzz1RRCnqNTC).

60

Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk

menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan

hubungan antarvariabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep,

mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal, baik itu dalam

ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial.

(Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2023657-pengertian-

penelitian-kuantitatif/#ixzz1RRD8a8Jh).

Metode Kuantitatif dinamakan sebagai metode tradisional, karena metode

ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode

untuk penelitian. Metode ini disebut juga dengan metode positivistic karena

berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode

ilmiah/scientific, karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu

konrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut

juga metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan

dikembangkan berbagai IPTEK baru. Metode ini disebut metode kuantitatif

karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan

statistik.(Sugiyono 2006:7).

Penelitian Kuantitatif yaitu sebuah desain survei yang memberikan uraian

kuantitatif maupun numerik sejumlah pecahan populasi sampel, melalui proses

pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada sampel, melalui

proses pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada seseorang.

(Cresswell, 2002:111).

3.5 Sifat Penelitian Deskriptif

61

Sifat penelitian adalah deskriptif yaitu suatu bentuk penelitian yang

ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena

alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,

aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara

fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72).

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan

menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,

pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek

yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.

Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu

gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian

deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada

uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.

(Sumber : http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-deskriptif/,

diakses pada tanggal 7 Juli 2011 pada jam 23.00).

Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang

dikemukakan (Furchan:2004) bahwa :

1. Penelitian deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa adanya

dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas, dan

dilakukan secara cermat.

2. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan

62

3. Tidak adanya uji hipotesis.

3.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah Survei, yaitu meneliti populasi yang

relatif luas dengan cara menentukan sampel yang mewakili (representative) dari

populasi yang diteliti. Metode survei ini dilakukan dengan menyebarkan

Kuesioner .

Secara umum penelitian kuantitatif mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :

1. Hubungan peneliti dengan subjek: jauh. peneliti menganggap bahwa realitas

terpisah dan ada di luar dirinya, karena itu harus ada jarak supaya objektif.

2. Penelitian bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis, mendukung atau

menolak teori. data hanya sebagai sarana konfirmasi teori atau teori

dibuktikan dengan data.

3. Penelitian harus dapat digeneralisasikan, karena itu menuntut banyak sampel

yang representative dari seluruh populasi ,operasionalisasi serta alat ukur

yang valid dan reliebel.

Metode kuantitatif yang meliputi metode survey dan eksperimen yang

dikemukakan oleh Sugiyono dapat digunakan apabila masalah yang diteliti

merupakan tolak penelitian yang jelas. Masalah adalah merupakan

penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi, antara aturan

dengan pelaksanaan, antara teori dengan praktek, antara rencana dengan

pelaksanaan. Dalam menyusun proposal penelitian, masalah ini harus

ditunjukan dengan data, baik data berupa hasil penelitian itu sendiri maupun

dokumentasi.

63

3.7 Populasi dan Sample

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono : 2006 ).

Populasi di dalam penelitian ini adalah pemirsa yang menonton program

”MINGGU MALAM BERSAMA SLAMET RAHARDJO” di TVRI.

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh AGB Nielsen pada periode April 2011

didapatkan jumlah pemirsa program ”MINGGU MALAM BERSAMA

SLAMET RAHARDJO” adalah sejumlah 47.000 orang pada wilayah Jakarta dan

sekitarnya. Mayoritas penonton adalah Laki-laki berusia 20 tahun ke atas dari

SES AB.(lihat lampiran).

3.7.1 Sample

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dipelajari dan

diamati untuk diteliti. Pengertian lain dari sampel adalah sebagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

(Rakhmat,2004).

3.7.2 Teknik Pengambilan Sample

Peneliti mengambil sample secara purposive non probability

sampling di RW 05 Kelurahan Cipondoh Perumahan Cipondoh Makmur

Non Probability Sample (Selected Sample)

Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip

probability. Hasil yang diharapkan hanya merupakan gambaran kasar

tentang suatu keadaan sample, dan biaya yang dikeluarkan sangat

64

terjangkau, dan hasilnya segera, dan tidak memerlukan ketepatan yang

tinggi, dan hanya sekedar gambaran umum saja.

Cara yang dikenal adalah sebagai berikut :

Sampel Dengan Maksud (Purposive Sampling).

adalah pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan

peneliti saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada

dalam anggota sampel yang diambil. (Rakhmat,2004).

3.7.3 Teknik Penarikan Sampel

Jumlah sampel yang diambil dengan menggunakan rumus Taro

Yamane yang dikutip oleh Rahmat (1998:82) sebagai berikut:

N n = (N.d² + 1) Dimana ; n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d² = Nilai Presisi yang ditetapkan (Ridwan, 2004:65).

47.000 n = (47000(0,1)2+ 1)

47.000 n = = 99,78768577 = 100 (dibulatkan ) 470+1

Di dalam penelitian ini sampel diambil dari kelompok pemirsa

program “MINGGU MALAM BERSAMA slamet rahardjo” yang berada

di RW 05 Kelurahan Cipondoh Tangerang, peneliti menyebarkan

kuesioner kepada 100 orang yang pernah menonton program “MINGGU

65

MALAM BERSAMA SLAMET RAHARDJO” berusia 20 tahun ke atas

dari golongan SES AB.

3.7.4 Skala Likert

Untuk mengolah data kuantitatif, peneliti menggunakan skala

likert sebagai alat penilaian kuisioner. Skala likert terdiri dari sejumlah

pertanyaan yang semuanya menunjukan sikap terhadap suatu objek

tertentu atau menunjukan ciri tertentu yang akan diukur. Cara pemberian

nilai atas tanggapan yang diberikan responden terhadap pernyataan yang

tersedia di kuesioner adalah dengan memberikan nilai dari setiap jawaban

yang telah ditentukan.

Adapun bentuk pertanyaan yang akan diajukan dalam kuesioner

adalah pertanyaan tertutup, dengan menggunakan skala likert pada

jawaban guna memudahkan peneliti membuat kesimpulan dan analisis

secara kuantitatif. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan perpsepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial Jawaban penilaian responden akan diberi skor 1 sampai

dengan 4, seperti tabel berikut ini: (Sugiyono, 2003:86).

Tabel 3.1 Skala Likert

66

(Sumber: J. Supranto, 2006:85)

3.7.5 Analisis Univariat

Analisis Univariat adalah analisis terhadap satu variabel. Jenis

statistik yang dilakukan untuk riset deskriptif, dan menggunakan statistik

deskriptif. Hasil penghitungan statistik deskriptif ini nantinya merupakan

dasar bagi penghitungan analisis berikutnya, misalnya untuk menghitung

hubungan antar variabel. (Kriyantono, 2007:164)

Sesuai dengan jenis penelitiannya yang merupakan uji deskriptif,

maka dalam pelaksanaan uji statistik dilakukan dengan uji deskriptif

dengan melihat distribusi frekuensi setiap item yang terdapat dalam skala

yang ada. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan peristiwa,

perilaku atau objek tertentu lainnya. (Kriyantono, 2006:165).

Dalam prosesnya setelah penulis melakukan pengumpulan data dan

mengolah data tersebut, maka langkah selanjutnya adalah

menganalisisnya.

Skor Kategori

1 Sangat Tidak Setuju (STS)

2 Tidak Setuju (TS)

3 Setuju (S)

4 Sangat Setuju (SS)