bab 3 ruang lingkup observasi 3.1 latar belakang tvrithesis.binus.ac.id/doc/bab3/2011-2-00401-mc...
TRANSCRIPT
45
BAB 3
RUANG LINGKUP OBSERVASI
3.1 Latar Belakang TVRI
Pada tahun 1961, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk memasukkan
proyek media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asian Games IV di
bawah koordinasi urusan proyek Asian Games IV.
Pada tanggal 25 Juli 1961, Menteri Penerangan mengeluarkan SK
Menpen No. 20/SK/M/1961 tentang pembentukan Panitia Persiapan Televisi
(P2T).
Pada 23 Oktober 1961, Presiden Soekarno yang sedang berada di Wina
mengirimkan teleks kepada Menteri Penerangan saat itu, Maladi untuk segera
menyiapkan proyek televisi (saat itu waktu persiapan hanya tinggal 10 bulan)
dengan jadwal sebagai berikut:
1. Membangun studio di eks AKPEN di Senayan (TVRI sekarang).
2. Membangun dua pemancar: 100 watt dan 10 Kw dengan tower 80
meter.
3. Mempersiapkan software (program dan tenaga).
Pada tanggal 17 Agustus 1962, TVRI mulai mengadakan siaran
percobaan dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia XVII dari
halaman Istana Merdeka Jakarta, dengan pemancar cadangan berkekuatan 100
watt. Kemudian pada 24 Agustus 1962, TVRI mengudara untuk pertama kalinya
46
dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari stadion
utama Gelora Bung Karno.
Pada tanggal 20 Oktober 1963, dikeluarkan Keppres No. 215/1963
tentang pembentukan Yayasan TVRI dengan Pimpinan Umum Presiden RI.
Pada tahun 1964 mulailah dirintis pembangunan Stasiun Penyiaran
Daerah dimulai dengan TVRI Stasiun Yogyakarta, yang secara berturut-turut
diikuti dengan Stasiun Medan, Surabaya, Makassar, Manado, Denpasar, dan
Balikpapan.
Mulai tahun 1977, secara bertahap di beberapa ibu kota Provinsi
dibentuklah Stasiun-stasiun Produksi Keliling atau SPK, yang berfungsi sebagai
perwakilan atau koresponden TVRI di daerah, yang terdiri dari:
1. SPK Jayapura
2. SPK Ambon
3. SPK Kupang
4. SPK Malang (Tahun 1982 diintegrasikan dengan TVRI Stasiun
Surabaya)
5. SPK Semarang
6. SPK Bandung
7. SPK Banjarmasin
8. SPK Pontianak
9. SPK Banda Aceh
47
10. SPK Jambi
11. SPK Padang
12. SPK Lampung
3.1.1 TVRI pada Era Orde Baru
Tahun 1974, TVRI diubah menjadi salah satu bagian dari
organisasi dan tatakerja Departemen Penerangan, yang diberi status
Direktorat, langsung bertanggung-jawab pada Direktur Jendral Radio,
TV, dan Film, Departemen Penerangan Republik Indonesia.
Sebagai alat komunikasi Pemerintah, tugas TVRI adalah
menyampaikan informasi tentang kebijakan Pemerintah kepada rakyat
dan pada waktu yang bersamaan menciptakan two-way traffic (lalu
lintas dua jalur) dari rakyat untuk pemerintah selama tidak
mendiskreditkan usaha-usaha Pemerintah.
Pada garis besarnya tujuan kebijakan Pemerintah dan program-
programnya adalah untuk membangun bangsa dan negara Indonesia
yang modern dengan masyarakat yang aman, adil, tertib dan sejahtera,
yang bertujuan supaya tiap warga Indonesia mengenyam kesejahteraan
lahiriah dan mental spiritual. Semua kebijaksanaan Pemerintah beserta
programnya harus dapat diterjemahkan melalui siaran-siaran dari studio-
studio TVRI yang berkedudukan di ibukota maupun daerah dengan
cepat, tepat dan baik.
48
Semua pelaksanaan TVRI baik di ibu kota maupun di Daerah
harus meletakkan tekanan kerjanya kepada integrasi, supaya TVRI
menjadi suatu well-integrated mass media (media massa yang
terintegrasikan dengan baik) Pemerintah.
Tahun 1975, dikeluarkan SK Menpen No. 55 Bahan
siaran/KEP/Menpen/1975, TVRI memiliki status ganda yaitu
selain sebagai Yayasan Televisi RI juga sebagai Direktorat
Televisi, sedang manajemen yang diterapkan yaitu manajemen
perkantoran/birokrasi.
3.1.2 TVRI pada Era Reformasi
Bulan Juni 2000, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun
2000 tentang perubahan status TVRI menjadi Perusahaan Jawatan
(Perjan), yang secara kelembagaan berada di bawah pembinaan dan
bertanggung jawab kepada Departemen Keuangan RI.
Bulan Oktober 2001, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 64
tahun 2001 tentang pembinaan Perjan TVRI di bawah kantor Menteri
Negara BUMN untuk urusan organisasi dan Departemen Keuangan
Republik Indonesia|Departemen Keuangan RI untuk urusan keuangan.
49
Tanggal 17 April 2002, diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 9
tahun 2002, status TVRI diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) TVRI
di bawah pengawasan Departemen Keuangan RI dan Kantor Menteri
Negara BUMN.
Selanjutnya melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
32 tahun 2002 tentang Penyiaran, TVRI ditetapkan sebagai Lembaga
Penyiaran Publik yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh
negara. Semangat yang mendasari lahirnya TVRI sebagai Lembaga
Penyiaran Publik adalah untuk melayani informasi untuk kepentingan
publik, bersifat netral, mandiri dan tidak komersial.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2005 menetapkan bahwa
tugas TVRI adalah memberikan pelayanan informasi, pendidikan dan
hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta melestarikan budaya
bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui
penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan stasiun televisi
tertua di Indonesia dan satu-satunya televisi yang jangkauannya mencapai
seluruh wilayah Indonesia dengan jumlah penonton sekitar 82 persen
penduduk Indonesia. Saat ini TVRI memiliki 27 stasiun Daerah dan 1
Stasiun Pusat dengan didukung oleh 376 satuan transmisi yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia.
50
Ke 27 TVRI Stasiun Daerah tersebut adalah :
1. TVRI Stasiun DKI Jakarta
2. TVRI Stasiun Nangroe Aceh Darussalam
3. TVRI Stasiun Sumatera Utara
4. TVRI Stasiun Sumatera Selatan
5. TVRI Stasiun Jawa Barat dan Banten
6. TVRI Stasiun Jawa Tengah
7. TVRI Stasiun Jogyakarta
8. TVRI Stasiun Jawa Timur
9. TVRI Stasiun Bali
10. TVRI Stasiun Sulawesi Selatan
11. TVRI Stasiun Kalimantan Timur
12. TVRI Stasiun Sumatera Barat
13. TVRI Stasiun Jambi
14. TVRI Stasiun Riau dan Kepulauan Riau
15. TVRI Stasiun Kalimantan Barat
16. TVRI Stasiun Kalimantan Selatan
17. TVRI Stasiun Kalimantan Tengah
18. TVRI Stasiun Papua
19. TVRI Stasiun Bengkulu
20. TVRI Stasiun Lampung
21. TVRI Stasiun Maluku dan Maluku Utara
51
22. TVRI Stasiun Nusa Tenggara Timur
23. TVRI Stasiun Nusa Tenggara Barat
24. TVRI Stasiun Gorontalo
25. TVRI Stasiun Sulawesi Utara
26. TVRI Stasiun Sulawesi Tengah
27. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara
Karyawan TVRI pada Tahun Anggaran 2007 berjumlah 6.099
orang, terdiri atas 5.085 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 1.014
orang Tenaga Honor/Kontrak yang tersebar di seluruh Indonesia dan
sekitar 1.600 orang di antaranya adalah karyawan Kantor Pusat dan TVRI
Stasiun Pusat Jakarta.
TVRI bersiaran dengan menggunakan dua sistem yaitu VHF dan
UHF, setelah selesainya dibangun stasiun pemancar Gunung Tela Bogor
pada 18 Mei 2002 dengan kekuatan 80 Kw. Kota-kota yang telah
menggunakan UHF yaitu Jakarta, Bandung dan Medan, selain beberapa
kota kecil seperti di Kalimantan dan Jawa Timur.
TVRI Pusat Jakarta setiap hari melakukan siaran selama 19 jam,
mulai pukul 05.00 WIB hingga 24.00 WIB dengan substansi acara
bersifat informatif, edukatif dan entertain.
52
3.1.3 TVRI Sekarang ini
Dengan perubahan status TVRI dari Perusahaan Jawatan ke TV
Publik sesuai dengan undang-undang nomor 32 tahun 2002 tentang
penyiaran, maka TVRI diberi masa transisi selama 3 tahun dengan
mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2002 di mana disebutkan
TVRI berbentuk PERSERO atau PT.
Melalui PERSERO ini Pemerintah mengharapkan Direksi TVRI
dapat melakukan pembenahan-pembenahan baik di bidang Manajemen,
Struktur Organisasi, SDM dan Keuangan. Sehubungan dengan itu Direksi
TVRI tengah melakukan konsolidasi, melalui restrukturisasi,
pembenahan di bidang Marketing dan Programing, mengingat sikap
mental karyawan dan hampir semua acara TVRI masih mengacu pada
status Perjan yang kurang memiliki nilai jual.
Khusus mengenai karyawan, Direksi TVRI melalui restrukturisasi
akan diketahui jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan,
berdasarkan kemampuan masing-masing individu karyawan untuk
mengisi fungsi-fungsi yang ada dalam struktur organisasi sesuai dengan
keahlian dan profesi masing-masing, dengan kualifikasi yang jelas.
Melalui restrukturisasi tersebut akan diketahui apakah untuk
mengisi fungsi tersebut di atas dapat diketahui, dan apakah perlu dicari
tenaga profesional dari luar atau dapat memanfaatkan sumberdaya TVRI
yang tersedia.
53
Dalam bentuk PERSERO selama masa transisi ini, TVRI benar-
benar diuji untuk belajar mandiri dengan menggali dana dari berbagai
sumber antara lain dalam bentuk kerjasama dengan pihak luar baik
swasta maupun sesama BUMN serta meningkatkan profesionalisme
karyawan.Dengan adanya masa transisi selama 3 tahun ini, diharapkan
TVRI akan dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh undang-
undang penyiaran yaitu sebagai TV publik dengan sasaran khalayak yang
jelas.
Bertepatan dengan peringatan hari kebangkitan nasional tanggal
20 Mei 2003 yang lalu, TVRI mengoperasikan kembali seluruh pemancar
stasiun relay TVRI sebanyak 376 buah, yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Sebagai stasiun televisi pertama di negeri ini, TVRI telah melalui
perjalanan panjang dan mempunyai peran strategis dalam perjuangan dan
perjalanan kehidupan bangsa. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32
Tahun 2002 tentang penyiaran, bertepatan dengan ulang tahunnya yang
ke-44 (24 Agustus 2006), TVRI resmi menjadi Lembaga Penyiaran
Publik.
3.1.4 Programa 2
TVRI juga memiliki Programa 2 Jakarta, pada saluran/chanel 8
VHF. Programa 2 mulai mengudara pada April 1989 dengan acara
tunggal siaran berita bahasa Inggris dengan nama Six Thirty Report
54
selama setengah jam pukul 18.30 WIB, di bawah tanggung jawab bagian
Pemberitaan.
Pada perkembangannya rubrik tersebut berubah nama menjadi
English News Service (ENS).
Programa 2 TVRI kini mengudara mulai pukul 16.00 - 21.00 WIB
dengan berbagai jenis acara berita dan hiburan. Sekarang ini tengah
dilakukan negosiasi dengan pihak swasta untuk bekerjasama di bidang
manajemen produksi dan siaran programa 2 TVRI Jakarta dan sekitarnya,
dengan adanya rencana perubahan frekuensi dari VHF ke UHF. Di
bidang isi siaran akan lebih ditekankan kepada paket-paket jadi (can
product) dengan materi siaran untuk konsumsi masyarakat metropolitan
Jakarta.
3.1.5 Stasiun
Stasiun Pusat TVRI berada di Jakarta, dan TVRI memiliki stasiun
relay pada sejumlah kota di Indonesia. Selain TVRI Stasiun Pusat
Jakarta, juga terdapat TVRI Stasiun Daerah pada beberapa ibukota
provinsi di Indonesia. TVRI Stasiun Daerah selain merelay TVRI Jakarta,
juga memiliki acara yang bersifat lokal (termasuk Berita Daerah) pada
jam-jam tertentu. TVRI Stasiun Daerah pada umumnya juga direlay oleh
stasiun relay di wilayah provinsi tersebut.
55
Berikut adalah daftar TVRI Stasiun Daerah:
• Sumatera:
o TVRI Aceh (Banda Aceh)
o TVRI Jambi (Jambi)
o TVRI Sumatera Barat (Padang)
o TVRI Sumatera Selatan (Palembang)
o TVRI Riau (Pekanbaru)
o TVRI Lampung (Bandar Lampung)
• Jawa:
o TVRI Jawa Barat (Bandung)
o TVRI Jawa Tengah (Semarang)
o TVRI Jawa Timur (Surabaya)
o TVRI Yogyakarta (Yogyakarta)
• Bali dan Nusatenggara:
o TVRI Bali (Denpasar)
o TVRI Nusa Tenggara Timur (Kupang)
• Kalimantan:
o TVRI Kalimantan Timur (Balikpapan)
o TVRI Kalimantan Selatan (Banjarmasin)
o TVRI Kalimantan Barat (Pontianak)
• Sulawesi:
o TVRI Sulawesi Utara (Manado)
56
o TVRI Sulawesi Selatan (Makassar)
• Maluku dan Papua:
o TVRI Maluku (Ambon)
o TVRI Papua (Jayapura)
Motto TVRI pada awalnya adalah Menjalin Persatuan dan
Kesatuan, dan pada tahun 2001, mottonya berubah menjadi Makin
Dekat di Hati.
3.1.6 Visi Dan Misi TVRI
Visi
Terwujudnya TVRI sebagai media pilihan bangsa Indonesia dalam
rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa untuk memperkuat
kesatuan nasional.
Misi
1. Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk
persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus media kontrol sosial
yang dinamis.
2. Mengembangkan TVRI menjadi pusat layanan informasi dan
edukasi yang utama.
3. Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta
menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi
57
dan kebudayaan daerah serta memperhatikan komunitas
terabaikan.
4. Memberdayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra
bangsa dan negara Indonesia di dunia Internasional.
3.2 Logo TVRI Dari Tahun 1962 - hingga saat ini
Gambar 3.1 Logo TVRI
(Sumber : http://www.tvri.co.id/ diakses pada tanggal 15 mei 2011).
58
3.3 Profil Program “MINGGU MALAM BERSAMA SLAMET RAHARDJO”
JENIS PROGRAM : TALKSHOW BERITA
DURASI : 90 Menit
WAKTU SIAR : MINGGU, PKL 20.30 – 22.00 WIB
PRODUKSI : TAPING (REKAMAN)
PRESENTER : 1. SLAMET RAHARDJO ( HOST)
2. ARSWENDO ATMOWILOTO (Co HOST)
PRODUSER : ARIE PURNOMOADJI
PROFIL SINGKAT :
Talkshow “MINGGU MALAM BERSAMA SLAMET RAHARDJO” disiarkan di
TVRI sejak tahun 2009, gagasan mendasar acara ini adalah sebagai Beranda
Budaya tempat membahas permasalahan yang sedang menjadi perbincangan
masyarakat sekaligus menawarkan ide-ide pemikiran sebagai alternatif untuk
mencairkan kebuntuan.
Penyajian acara ini dibuat secarasantai tetapi serius, untuk itu format panggung
dibentuk menjadi sebuah Café yang diharapkan menjadikan suasana tidak formal
dan tidak kaku.
Layaknya Café acara ini juga menghadirkan “Live Music” dalam hal ini Piano
untuk mengiringi seorang Penyanyi yang tampil membawakan lagu-lagu bertema
sesuai dengan masalah yang dibahas.
Acara ini juga sangat bergantung kepada kredibiltas dan kapabilitas narasumber
sehingga diupayakan untuk menghadirkan narasumber yang berimbang.
59
Pembawa acara tidak membenturkan pemikiran narasumber dengan pertanyaan
yang sensasional,memojokkan,dan menggiring untuk membentuk opini tertentu.
Justru narasumber diberi kesempatan untuk meng-explore pemikiran dan gagasan
terhadap persoalan yang sedang dibahas,sehingga nantinya pemirsa TVRI
mendapatkan gambaran yang jernih.
Dalam program ini terbagi 4 Segmen yaitu :
1. Host menyampaikan tema bahasan dan memperkenalkan narasumber yang
hadir,dilanjutkan dengan penayangan prolog untuk menjelaskan kepada pemirsa
tentang permasalahan yang menjadi tema bahasan.
2. Pada segmen ini narasumber mulai masuk dalam inti permasalahan dengan
menyampaikan hal-hal yang penting dan mungkin krusial atas permasalahan
yang dibahas.
3. Segmen ini narasumber bisa berinteraksi dengan floor (pengunjung Café) untuk
menjawab dan menjelaskan pertanyaan yang muncul.
4. Pada segmen terakhir narasumber diberi kesempatan untuk menyampaikan
Cakrawala pemikirannya tentang harapan,penyelesaian ataupun hal-hal yang
perlu “digaris bawahi”.
3.4 Pendekatan Penelitian Kuantitatif
Pendekatan ini adalah Kuantitatif. Penelitian Kuantitatif adalah penelitian
yang ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta
hubungan hubungannya.
(Sumber:http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2023657-pengertian-
penelitian-kuantitatif/#ixzz1RRCnqNTC).
60
Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk
menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan
hubungan antarvariabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep,
mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal, baik itu dalam
ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial.
(Sumber:http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2023657-pengertian-
penelitian-kuantitatif/#ixzz1RRD8a8Jh).
Metode Kuantitatif dinamakan sebagai metode tradisional, karena metode
ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode
untuk penelitian. Metode ini disebut juga dengan metode positivistic karena
berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode
ilmiah/scientific, karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut
juga metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan
dikembangkan berbagai IPTEK baru. Metode ini disebut metode kuantitatif
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik.(Sugiyono 2006:7).
Penelitian Kuantitatif yaitu sebuah desain survei yang memberikan uraian
kuantitatif maupun numerik sejumlah pecahan populasi sampel, melalui proses
pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada sampel, melalui
proses pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada seseorang.
(Cresswell, 2002:111).
3.5 Sifat Penelitian Deskriptif
61
Sifat penelitian adalah deskriptif yaitu suatu bentuk penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena
alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,
aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara
fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan
menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,
pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek
yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.
Furchan (2004:447) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status suatu
gejala saat penelitian dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan, dalam penelitian
deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan serta tidak ada
uji hipotesis sebagaimana yang terdapat pada penelitian eksperiman.
(Sumber : http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/27/penelitian-deskriptif/,
diakses pada tanggal 7 Juli 2011 pada jam 23.00).
Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik-karakteristik seperti yang
dikemukakan (Furchan:2004) bahwa :
1. Penelitian deskriptif cendrung menggambarkan suatu fenomena apa adanya
dengan cara menelaah secara teratur-ketat, mengutamakan obyektivitas, dan
dilakukan secara cermat.
2. Tidak adanya perlakuan yang diberikan atau dikendalikan, dan
62
3. Tidak adanya uji hipotesis.
3.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah Survei, yaitu meneliti populasi yang
relatif luas dengan cara menentukan sampel yang mewakili (representative) dari
populasi yang diteliti. Metode survei ini dilakukan dengan menyebarkan
Kuesioner .
Secara umum penelitian kuantitatif mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
1. Hubungan peneliti dengan subjek: jauh. peneliti menganggap bahwa realitas
terpisah dan ada di luar dirinya, karena itu harus ada jarak supaya objektif.
2. Penelitian bertujuan untuk menguji teori atau hipotesis, mendukung atau
menolak teori. data hanya sebagai sarana konfirmasi teori atau teori
dibuktikan dengan data.
3. Penelitian harus dapat digeneralisasikan, karena itu menuntut banyak sampel
yang representative dari seluruh populasi ,operasionalisasi serta alat ukur
yang valid dan reliebel.
Metode kuantitatif yang meliputi metode survey dan eksperimen yang
dikemukakan oleh Sugiyono dapat digunakan apabila masalah yang diteliti
merupakan tolak penelitian yang jelas. Masalah adalah merupakan
penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi, antara aturan
dengan pelaksanaan, antara teori dengan praktek, antara rencana dengan
pelaksanaan. Dalam menyusun proposal penelitian, masalah ini harus
ditunjukan dengan data, baik data berupa hasil penelitian itu sendiri maupun
dokumentasi.
63
3.7 Populasi dan Sample
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono : 2006 ).
Populasi di dalam penelitian ini adalah pemirsa yang menonton program
”MINGGU MALAM BERSAMA SLAMET RAHARDJO” di TVRI.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh AGB Nielsen pada periode April 2011
didapatkan jumlah pemirsa program ”MINGGU MALAM BERSAMA
SLAMET RAHARDJO” adalah sejumlah 47.000 orang pada wilayah Jakarta dan
sekitarnya. Mayoritas penonton adalah Laki-laki berusia 20 tahun ke atas dari
SES AB.(lihat lampiran).
3.7.1 Sample
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dipelajari dan
diamati untuk diteliti. Pengertian lain dari sampel adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
(Rakhmat,2004).
3.7.2 Teknik Pengambilan Sample
Peneliti mengambil sample secara purposive non probability
sampling di RW 05 Kelurahan Cipondoh Perumahan Cipondoh Makmur
Non Probability Sample (Selected Sample)
Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip
probability. Hasil yang diharapkan hanya merupakan gambaran kasar
tentang suatu keadaan sample, dan biaya yang dikeluarkan sangat
64
terjangkau, dan hasilnya segera, dan tidak memerlukan ketepatan yang
tinggi, dan hanya sekedar gambaran umum saja.
Cara yang dikenal adalah sebagai berikut :
Sampel Dengan Maksud (Purposive Sampling).
adalah pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan
peneliti saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada
dalam anggota sampel yang diambil. (Rakhmat,2004).
3.7.3 Teknik Penarikan Sampel
Jumlah sampel yang diambil dengan menggunakan rumus Taro
Yamane yang dikutip oleh Rahmat (1998:82) sebagai berikut:
N n = (N.d² + 1) Dimana ; n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
d² = Nilai Presisi yang ditetapkan (Ridwan, 2004:65).
47.000 n = (47000(0,1)2+ 1)
47.000 n = = 99,78768577 = 100 (dibulatkan ) 470+1
Di dalam penelitian ini sampel diambil dari kelompok pemirsa
program “MINGGU MALAM BERSAMA slamet rahardjo” yang berada
di RW 05 Kelurahan Cipondoh Tangerang, peneliti menyebarkan
kuesioner kepada 100 orang yang pernah menonton program “MINGGU
65
MALAM BERSAMA SLAMET RAHARDJO” berusia 20 tahun ke atas
dari golongan SES AB.
3.7.4 Skala Likert
Untuk mengolah data kuantitatif, peneliti menggunakan skala
likert sebagai alat penilaian kuisioner. Skala likert terdiri dari sejumlah
pertanyaan yang semuanya menunjukan sikap terhadap suatu objek
tertentu atau menunjukan ciri tertentu yang akan diukur. Cara pemberian
nilai atas tanggapan yang diberikan responden terhadap pernyataan yang
tersedia di kuesioner adalah dengan memberikan nilai dari setiap jawaban
yang telah ditentukan.
Adapun bentuk pertanyaan yang akan diajukan dalam kuesioner
adalah pertanyaan tertutup, dengan menggunakan skala likert pada
jawaban guna memudahkan peneliti membuat kesimpulan dan analisis
secara kuantitatif. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan perpsepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial Jawaban penilaian responden akan diberi skor 1 sampai
dengan 4, seperti tabel berikut ini: (Sugiyono, 2003:86).
Tabel 3.1 Skala Likert
66
(Sumber: J. Supranto, 2006:85)
3.7.5 Analisis Univariat
Analisis Univariat adalah analisis terhadap satu variabel. Jenis
statistik yang dilakukan untuk riset deskriptif, dan menggunakan statistik
deskriptif. Hasil penghitungan statistik deskriptif ini nantinya merupakan
dasar bagi penghitungan analisis berikutnya, misalnya untuk menghitung
hubungan antar variabel. (Kriyantono, 2007:164)
Sesuai dengan jenis penelitiannya yang merupakan uji deskriptif,
maka dalam pelaksanaan uji statistik dilakukan dengan uji deskriptif
dengan melihat distribusi frekuensi setiap item yang terdapat dalam skala
yang ada. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan peristiwa,
perilaku atau objek tertentu lainnya. (Kriyantono, 2006:165).
Dalam prosesnya setelah penulis melakukan pengumpulan data dan
mengolah data tersebut, maka langkah selanjutnya adalah
menganalisisnya.
Skor Kategori
1 Sangat Tidak Setuju (STS)
2 Tidak Setuju (TS)
3 Setuju (S)
4 Sangat Setuju (SS)