bab 3 pengambilan data dan pengolahan data · pdf filearea perairan dengan kedalaman lebih...
TRANSCRIPT
23
BAB 3
PENGAMBILAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA SURVEI
HIDROGRAFI UNTUK PERENCANAAN ALUR PELAYARAN
Hal yang perlu diperhatikan sebelum pelaksanaan survei hidrografi adalah ketentuan
teknis atau disebut juga spesifikasi pekerjaan. Setiap pekerjaan survei hidrografi
memiliki ketentuan teknis yang harus disetujui dan disepakati oleh pihak pelaksana
dan pemakai jasa survei hidrografi.
Salah satu ketentuan teknis yang berlaku secara internasional yaitu ketentuan IHO
(International Hydrographic Organization). Setelah jelas spesifikasi pekerjaan yang
akan dilakukan, maka pengumpulan data survei hidrografi dapat dilaksanakan, antara
lain: penentuan posisi, survei batimetri dan pengamatan tinggi muka sungai.
Langkah-langkah pengerjaan survei hidrografi antara lain adalah penentuan
spesifikasi teknis, persiapan awal, pelaksanaan survei, dan pengolahan data, setelah
data-data tersebut diolah lalu disajikan dalam bentuk peta kedalaman. Lalu setelah
itu dilaksanakan penentuan alur pelayaran yang aman, dan apabila perlu dilakukan
perhitungan volume materi yang harus dikeruk dalam rangka penciptaan alur
pelayaran aman bagi transportasi batubara di Sungai Kelay, Berau, Kalimantan
Timur, lalu pada akhirnya dilakukan analisis terkait dengan pekerjaan survei dan alur
pelayaran yang direncanakan.
3.1 Spesifikasi Pekerjaan
Dalam pekerjaan survei hidrografi, spesifikasi pekerjaan sangat diperlukan dan
menjadi sesuatu yang harus diperhatikan saat pekerjaan dilaksanakan. Di dalam
spesifikasi pekerjaan terdapat informasi mengenai spesifikasi produk dan spesifikasi
teknis. Spesifikasi produk terkait dengan skala peta, sistem proyeksi, datum vertikal
dan horisontal, spesifikasi teknis mencakup pedoman pelaksanaan pekerjaan yang
berisikan ketentuan-ketentuan teknis guna menghasilkan kulitas produk tertentu.
Spesifikasi produk biasanya mengacu pada hasil akhir yang ingin dihasilkan dari
penggunaanya. Contoh dalam kasus ini produk yang ingin dihasilkan adalah peta
navigasi, dan kedalaman yang akan dipakai untuk penentuan alur pelayaran.
24
Tentunya untuk mencapai hasil ini diperlukan beberapa referensi seperti ketentuan
IHO dan penentuan spesifikasi pekerjaan survei.
3.1.1 Ketentuan International Hydrographic Organization (IHO)
Bentuk ketentuan teknis yang paling lazim dipakai dalam survei batimetri salah
satunya adalah International Hydrographic Organization (IHO) dalam special
Publication 44 (SP44) edisi ke-5, Februari 2008. Bagi para kontraktor suatu
pekerjaan, spesifikasi teknis ini dipakai untuk mengevaluasi setiap hasil pekerjaan
agar didapatkan data dengan kualitas yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
spesifikasi teknis.
Dalam survei kali ini menggunakan spesifikasi orde 1b sesuai dengan keterangan
Tabel 3.1 :
Tabel 3.1 Spesifikasi IHO
No Kelas Contoh Daerah Survei
1 Orde
khusus Pelabuhan tempat sandar dan terusan kritis (berbahaya) cakupan
batimetri 100% dengan kedalaman hingga 40 m
2 Orde
1a
Area perairan cukup dangkal, tetap diperlukan cakupan batimetri 100%
namun tidak kritis, kedalaman 40-100 m, biasanya digunakan untuk alur
pendekat pelabuhan dan alur pelayaran
3 Orde
1b Area perairan hingga kedalaman 100m namun tidak diperlukan cakupan
batimetri 100% karena karakteristik perairan tidak berbahaya
4 Orde 2 Area perairan dengan kedalaman lebih dari 100m dan tidak diperlukan
cakupan 100%
Dengan Faktor Ketelitian sesuai dengan Tabel 3.2 :
Tabel 3.2 Ketelitian Orde 1b
No Deskripsi Orde 1b
1 Akurasi horisontal 5 m + 5% dari kedalaman
rata-rata
2
Alat bantu navigasi tetap dan
kenampakan yang berhubungan
dengan navigasi
2m
3 Garis pantai yang tidak
berhubungan dengan navigasi 20m
4 Alat bantu navigasi terapung 10m
5 Topografi 10m
6 Akurasi Kedalaman a = 0.5 m ; b = 0.013
25
Dengan batas toleransi kesalahan antara kedalaman titik fix perum pada jalur utama
dan menyilang dihitung dengan persamaan sebagai berikut
Dimana:
a = kesalahan tetap (m)
b = kesalahan tidak tetap
d = kedalaman terukur (m)
3.1.2 Spesifikasi Survei Hidrografi
Berikut menjelaskan spesifikasi survei hidrografi yang telah dilaksanakan, mengacu
kepada spesifikasi teknis yang sudah ada dan disesuaikan terhadap tujuan kegiatan
survei yaitu untuk perencanaan alur transportasi batubara melalui sungai.
1. Skala Survei
Berdasarkan standar IHO untuk survei Hidrografi tentang skala survei dan kerapatan
pemeruman merekomendasikan bahwa bandar pelabuhan, alur pelayaran, dan
perairan wajib pandu harus disurvei dengan skala 1 : 10.000 atau lebih besar.
Untuk pekerjaan survei hidrografi pemetaan alur pelayaran ini, skala yang digunakan
adalah sebesar 1 : 2.000 dan dicetak pada kertas A1 sebanyak 1 lembar.
2. Lajur Perum
Interval lajur perum yang digunakan pada pekerjaan ini sesuai dengan rumus di
bawah ini: (Dirjenhubla)
Jadi lebar interval lajur perum utama (i) yang digunakan adalah sebesar 1cm x 2000
atau 20 m
Interval lajur perum menyilang = 10 x i = 200 m
i = 1 cm x Skala Peta (1 : 2.000)
i = interval perum
26
3. Sistem Proyeksi
System proyeksi yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator (UTM) zona
50 N daerah Kalimantan Timur belahan bumi Utara.
4. Datum Vertikal dan Horisontal
Untuk survei ini, referensi yang digunakan untuk datum vertikal diikatkan pada
tinggi dermaga pada dermaga Tanjung Redeb dengan menggunakan datum LLWL
(Lowest Low Water Level). sedangkan datum horisontal menggunakan pengukuran
posisi menggunakan ellipsoida WGS 1984.
5. Penentuan posisi
Penentuan posisi yang ada menggunakan sistem Real Time Kinematik GPS (RTK-
GPS) dengan faktor ketelitian sesuai tabel 3.2 atau lebih kecil.
6. Pengamatan Tinggi Muka Sungai
Pengamatan tinggi muka sungai dilakukan selama 29 hari di Dermaga Tanjung
Redeb menggunakan pressure tide gauge, dan diolah menggunakan metode
Admiralty, lalu dilakukan kembali saat survei batimetri dilaksanakan.
27
3.2 Tempat Pelaksanaan Survei
Sebelumnya akan dijelaskan terlebih dahulu gambaran dari studi kasus yang menjadi
tempat pelaksanaan kegiatan Tugas Akhir ini, yaitu di Kabupaten Berau, Kalimantan
Timur dan didukung oleh PT. BERAU COAL.
PT. BERAU COAL adalah perusahaan pemilik pertambangan yang beroperasi di
daerah Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (gambar 3.1) dan sampai saat ini
merupakan perusahaan penambang batubara terbesar di Kalimantan Timur dengan
hasil produksi sebesar 17,8 Juta MT (Metric Ton) pada tahun 2010 dengan target
mencapai 30 Juta MT pada tahun 2014.
(sumber : PT BERAU COAL)
Sesuai dengan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), PT
Berau Coal mendapat izin dari pemerintah Indonesia untuk menambang di area
konsesi seluas 118.400 Hektar. Dengan total saat ini sudah mempunyai 3 blok yang
sedang ditambang, yaitu di daerah Lati, Binungan, dan Sambarata seperti yang
terlihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.1 Daerah Operasional PT BERAU COAL
28
(sumber : PT BERAU COAL)
Pada perkembangannya, PT BERAU COAL berusaha meluaskan produksinya
dengan membuka salah satu blok penambangan baru di Binungan Mine Operation
block Parapatan yang terletak di sebelah tenggara dari blok tambang Sambarata.
Dalam proses pengembangannya, telah direncanakan sebuah sistem transportasi hasil
tambang batubara dengan menyeberangi sungai yang menghubungkan dua daratan
dengan menggunakan sebuah kapal, proses penyeberangan ini ditentukan setelah
menimbang dampak ekonomis dan efisiensi dari kegiatan distribusi hasil
Gambar 3.2 Peta konsesi tambang blok Lati,
Binungan dan Sambarata
U
29
pertambangan batubara, tentunya dalam kegiatan penyeberangan ini membutuhkan
perencanaan yang matang dan teliti agar terciptanya sistim transportasi yang aman,
lancar, dan teratur.
Fokus dari survei hidrografi yang telah dilaksanakan adalah mengetahui kedalaman
sungai sebagai acuan dalam pemilihan kapal yang akan digunakan dalam kegiatan
penyeberangan tersebut, dan mendesain alur pelayaran sungai yang aman bagi
kegiatan pelayaran tersebut.
Berikut adalah tempat pengambilan data survei hidrografi, dan lokasi penyeberangan
transportasi batubara yang terletak pada sebelah Tenggara Sambarata mine
operation, tepatnya pada Sungai Kelay, daerah Parapatan, Kabupaten Berau,
Kalimantan Timur seperti yang terlihat pada gambar 3.3.
(sumber : PT BERAU COAL)
Tempat pelaksanaan survei adalah di area rencana beaching point batubara di
Binungan Mine Operation block Parapatan (gambar 3.3), dengan dimensi sungai
yang akan diukur sebesar (1600 x 130) m. Oleh karena itu, dapat ditentukan jumlah
lajur perum utama sebanyak 7 lajur ((130 / 20) + 1), sedangkan lajur perum
menyilang sebanyak 8 lajur (1600/200) seperti terlihat dalam sketsa rencana survei
pada gambar 3.4.
Gambar 3.3 Daerah pengambilan data yang diolah
U
30
Total jarak survei dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Total panjang jalur perum utama (L01+L02+L03+L07) = 9.928 m = 9.92 Km
2. Total pan