bab 3 pelaksanaan pengukuran dan hitungan … · kamera non-metrik canon 450d fix lens 28mm...
TRANSCRIPT
32
BAB 3 PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN
VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG
DEKAT DAN METODE TACHYMETRI
Bab ini menjelaskan tahapan-tahapan dari mulai perencanaan,
pengambilan data, pengolahan data, pembuatan Digital Surface Model (DSM),
sampai dengan penghitungan volume. Tahapan pelaksanaan digambarkan seperti
pada gambar 3.1, sebagai berikut :
Gambar 3.1 Tahapan Pelaksanaan
33
3.1 Perencanaan
Sebelum melakukan pengambilan data dilapangan, diperlukan
perencanaan terlebih dahulu. Pada perencanaan dilakukan tahapan antara lain
survey objek pengukuran, persiapan alat-alat yang dibutuhkan, desain titik-titik
kontrol, dan desain pengambilan data.
Objek pegukuran pada tugas akhir ini adalah :
1. Bentuk beraturan yang bisa dihitung secara matematis, misal silinder atau
balok.
2. Objek kurang beraturan, misal batu atau beton.
3. Gundukan pasir atau berumput sebagai contoh objek yang mewakili
permukaan tanah.
Alat yang digunakan untuk tugas akhir ini adalah :
1. ETS Topcon GTS
2. Kamera non-metrik Canon 450D fix lens 28mm
Perangkat lunak yang digunakan untuk tugas akhir ini adalah :
1. Photomodeler Scanner
2. Autodesk Land Desktop
3. Topcon Link
4. Microsoft Excel
3.2 Kalibrasi Kamera
Kalibrasi kamera adalah proses menentukan parameter internal dari
sebuah kamera. Parameter internal dibutuhkan untuk dapat merekonstruksi
ulang berkas berkas sinar pada saat pemotretan dan untuk mengetahui
besarnya kesalahan sistematik dari sebuah kamera.
Pada tahap ini dilakukan kalibrasi kamera digital non-metrik di
laboratorium dengan menggunakan perangkat lunak photomodeler scanner.
Metode kalibrasi pada perangkat lunak ini pada prinsipnya menghitung
parameter internal kamera secara analitis dengan menggunakan self calibration
bundle adjustment terhadap titik target.
34
Pengambilan data kalibrasi dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan bidang 2 dimensi berupa kertas putih (bahan fleksi)
berukuran A0 dengan target titik-titik hitam. Bidang kalibrasi ini merupakan
bidang kalibrasi default dari perangkat lunak Photomodeler (Gambar 3.1).
Gambar 3.2 Bidang kalibrasi (Photomodeler help file)
Prinsip kalibrasi kamera menggunakan perangkat lunak photomodeler
scanner dapat dilihat pada gambar 3.3.
Gambar 3.3 Alur Kalibrasi Photomodeler Scanner
Estimasi focal length dan ukururan sensor diperoleh dari speksifikasi dari
kamera tersebut. Objek kalibrasi yang ditunjukan pada Gambar 3.4 akan di foto
dari beberapa posisi yang berbeda. Jumlah foto yang akan digunakan dalam
proses kalibrasi adalah 8 foto. Nilai fokus kamera telah diset ke 1m dan tak hingga
(infinity).
35
Gambar 3.4 Foto data kalibrasi dari berbagai sudut pengambilan
Hasil kalibrasi kamera dapat dilihat pada tabel 3.1 untuk kamera yang
diset tak hingga, dan tabel 3.2 untuk kamera yang diset 1 meter.Tabel 3.1 Hasil Kalibrasi Kamera dengan nilai fokus diset tak hingga
Parameter Orentasi dalam Nilai Deviasi
Principal Distance 28.519459 mm 0.002 mm
Xp (Posisi titik utama foto) 11.021607 mm 0.005 mm
Yp (Posisi titik utama foto) 7.404800 mm 0.005 mm
K1 (Distrosi Radial) 1.391e-004 1.5e-006
K2 (Distrosi Radial) -1.004e-007 2.1e-008
K3 (Distrosi Radial) 0 0
P1 (Distrosi Tangensial) 1.554e-005 1.5e-006
P2 (Distrosi Tangensial) 2.583e-006 1.5e-006
Tabel 3.2 Hasil Kalibrasi Kamera dengan nilai fokus diset 1m
Parameter Orentasi dalam Nilai Deviasi
Principal Distance 29.136241 mm 0.009 mm
Xp (Posisi titik utama foto) 11.005951 mm 0.008 mm
Yp (Posisi titik utama foto) 7.404800 mm 0.005 mm
K1 (Distrosi Radial) 1.367e-004 2.0e-006
K2 (Distrosi Radial) -2.106e-007 1.2e-008
K3 (Distrosi Radial) 0 0
P1 (Distrosi Tangensial) 1.517e-005 3.2e-006
P2 (Distrosi Tangensial) 0 0
36
3.3 Pengambilan Data Metode Fotogrametri Rentang Dekat
3.3.1 Bentuk Beraturan (Kotak TV)
Pengambilan data objek beraturan dilakukan di laboratorium dengan
menggunakan kotak TV sebagai modelnya. Hasil pemotretan dapat dilihat pada
gambar 3.5, jumlah foto yang di peroleh adalah 8 buah foto.
Gambar 3.5 Hasil Pemotretan Kotak TV dari Berbagai Sudut Pengambilan
3.3.2 Objek Kurang Beraturan (Beton)
Pengambilan data objek kurang beraturan dilakukan di laboratorium
dengan menggunakan beton sebagai modelnya. Pemotretan dilakukan 2 sesi, hasil
pemotretan sesi pertama dapat dilihat pada gambar 3.6, jumlah foto yang di
peroleh adalah 11 foto, sedangkan pada sesi kedua jumlah foto yang diperoleh
adalah 14 foto.
Gambar 3.6 Hasil Pemotretan Beton dari Berbagai Sudut Pengambilan
37
3.3.3 Gundukan Berumput
Pengambilan data permukaan tanah dilakukan di ITB dengan
menggunakan gudukan berumput sebagai modelnya. Pemotretan dilakukan 2
sesi, Hasil pemotretan sesi pertama dapat dilihat pada gambar 3.7, jumlah foto
yang di peroleh adalah 10 foto, sedangkan pada sesi kedua jumlah foto yang
diperoleh adalah 11 foto.
Gambar 3.7 Hasil Pemotretan Gundukan Berumput dari Berbagai Sudut
Pengambilan
3.4 Pengolahan Data CRP
Proses pengolahan data CRP dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut :
1. Data masukan
Data yang diperlukan sebagai masukan adalah nilai parameter kalibrasi
kamera yang digunakan, dan foto hasil pemotretan.
2. Proses orientasi
Pada proses ini mencari pasangan titik dari beberapa foto yang diamati,
proses selanjutnya adalah proses reseksi untuk mengetahui parameter orentasi luar
kamera.
38
3. Pembentukan model 3D
Pada setiap foto telah diketahui koordinat dan orientasi pengambilannya,
maka dapat dilakukan proses bundle adjustment.
4. Pembuatan titik sampel
Setelah terbentuk model 3D, proses selanjutnya menambah titik-titik
sampel yang akan digunakan untuk pembuatan DSM. Pada tahapan ini dapat
dilakukan dua cara yaitu secara manual dan otomatis. Proses otomatisasi image
matching dilakukan untuk penandaan titik sampel secara otomatis. Untuk kotak
TV penandaan titik sampelnya secara manual dengan melakukan penandaan titik
di tepi dari kotak tersebut. Sedangkan untuk objek lainya menggunakan
penandaan titik sampel secara otomatis. Titik sampel hasil image matching yang
merupakan bentuk berupa beton dan gundukan berumput dapat dilihat pada
gambar 3.8.
Objek Beton
Hasil 2889 titik sampel (beton)
Objek Gundukan Berumput Hasil 6141 titik sampel (gundukan berumput)
Gambar 3.8 Objek danTitik Sampel Hasil CRP
5. Pembentukan DSM
Bentuk DSM dapat berupa DSM Grid maupun DSM TIN. Metode
interpolasi yang digunakan adalah interpolasi linear untuk semua DSM yang
terbentuk.
Untuk objek yang beraturan hasil yang diperoleh berupa koordinat titik
dari sebuah kotak, model 3D dari kotak tersebut (gambar 3.9).
39
Gambar 3.9 DSM Dari Kotak TV
Untuk beton bentuk DSM yang dibentuk adalah DSM TIN (gambar 3.10).
\Tampak Atas Tampak Samping
Gambar 3.10 DSM Beton
Sedangkan untuk gundukan bentuk DSM yang dibentuk adalah DSM Grid
(gambar 3.11).
Gambar 3.11 DSM CRP Gundukan Berumput
40
3.5 Pengambilan dan Pengolahan Data Metode Tachymetri
3.5.1 Pengukuran Titik Kontrol dan Titik Detail
Kerangka dasar untuk pengukuran menggunakan kerangka dasar yang
telah tersedia di sekitar daerah yang akan dipetakan. Alat yang digunakan dalam
pengukuran titik kontrol objek dan titik detail adalah ETS Topcon. Pengamatan
yang diambil yaitu data sudut horizotal, sudut zenith, dan jarak miring.
3.5.2 Pengolahan Data Metode Tachymetri
Koordinat tiap titik hasil pengukuran dengan metode tachymetri dihitung
dengan menggunakan persamaan (2.6) dan (2.8). Hasil titik sampel metode
tachymetri dapat dilihat pada gambar 3.12. Dari data tachymetri ini, beberapa
digunakan sebagai titik ikat dalam proses transformasi koordinat.
Gambar 3.12 Titik Sampel Gundukan Berumput Hasil Tachymetri
Objek permukaan bumi bentuk DSM yang dibentuk adalah DSM Grid
(gambar 3.13).
41
Gambar 3.13 DSM ETS Gundukan Berumput
3.6 Hitungan Volume
3.6.1 Objek Beraturan (Kotak TV)
Metode hitungan kotak TV adalah menggunakan rumus balok dan
dibandingkan dengan penggaris. Hasil dari hitungan adalah seperti tabel 3.3 :Tabel 3.3 Hasil Hitungan Volume Kotak TV
No.
Metode
Pengukuran
Panjang
(cm)
Lebar
(cm)
Tinggi
(cm)
Volume
(cm3) P (cm) L (cm) T (cm)
2V
(cm3) V (cm3)
1 Penggaris 25 23 21 11960 ± 0,05 ± 0,05 ± 0,05 2075 45,5
2 CRP 25,6 22,8 20,8 12148 ± 0,04 ± 0,04 ± 0,07 2497 50,0
Persentase Ketelitian
Pengaris
± 0,38%
Persentase Ketelitian
CRP
± 0,41%
Selisih Volume (cm3) 188
Persentase Selisih
Volume
1,57%
3.6.2 Objek Kurang Beraturan (Beton)
Metode pehitungan pada objek kurang beraturan menggunakan metode
kontur untuk metode CRP sedangkan pembandingnya menggunakan volume air.
Hasil hitungan volume dapat dilihat pada tabel 3.4, sebagai berikut :
42
Tabel 3.4 Hasil Hitungan Volume Beton
No. Metode Pengukuran Volume (l) V (l) 2V (l)
1 Air 5,35 ± 0,01 0,0001
2 CRP 1 4,89 ± 0,12 0,016
3 CRP 2 5,07 ± 0,09 0,009
CRP rata-rata 4,98 ± 0,12 0,0155
Persentase Ketelitian Air 0,19%
Persentase Ketelitian CRP 2,5%
Selisih Volume (l) 0,369
Persentase Selisih Volume 6,9%
3.6.3 Permukaan Tanah (Gundukan Berumput)
Perhitungan volume gundukan berumput dilakukan setelah menentukan
desain daerah yang akan dihitung volumenya. Desain daerah tersebut berukuran
(5,27x8.38) m dengan koordinat seperti pada tabel 3.5.Tabel 3.5 Koordinat Desain
No. Easting (m) Northing (m) Elevation (m)
1 788602,97 9237668 770,65
2 788608,24 9237668 770,65
3 788608,24 9237677 770,65
4 788602,97 9237677 770,65
Perhitungan volume dari gundukan berumput menggunakan metode Grid
dan End Area. Hasil hitungan volume dari gundukan berumput yang dapat dilihat
pada tabel 3.6, sebagai berikut :
43
Tabel 3.6 Hasil Hitungan Volume Gundukan Berumput
No. Metode pengukuran
Volume
(m3) V (m3) 2V (m3)
Metode
Hitungan
1 Tachymetri (ETS) 64,029 ± 0,260 0,068 Grid
2 Tachymetri (ETS) 68,329 ± 0,557 0,310 End Area
3 CRP 1 64,456 ± 1,862 1,365 Grid
4 CRP 1 69,018 ± 0,108 0,329 End Area
5 CRP 2 65,139 ± 0,799 0,639 Grid
6 CRP 2 69,796 ± 0,036 0,189 End Area
Rata-rata CRP 64,798 ± 0,483 0,233 Grid
69,407 ± 0,550 0,303 End Area
Persentase ketelitian ETS ± 0,4% Grid
± 0,8% End Area
Persentase ketelitian CRP ± 0,7% Grid
± 0,8% End Area
Selisih Volume (m3) 0,769 Grid
1,08 End Area
Persentase Selisih Volume 1,20% Grid
1,58% End Area