bab 3 metodologi penelitian - copyyyy

19
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional 3.1.1. Definisi Variabel 1. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah berkumur dengan obat kumur povidon iodin 1 % dan madu hutan 15 %. 2. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah koloni bakteri rongga mulut. Jumlah koloni bakteri merupakan jumlah koloni bakteri hasil penanaman dalam media nutrient agar plate. Jumlah koloni bakteri dihitung menggunaka alat colony counter, dengan satuan koloni. Skala variabel yang digunakan adalah skala rasio. Penghitungan jumlah koloni bakteri hasil penanaman dilakukan untuk mengetahui perbedaan penurunan jumlah koloni bakteri setelah berkumur dengan povidon iodin 1 % dan setelah berkumur dengan madu hutan.

Upload: nisanasution

Post on 27-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

lalalala

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 Metodologi Penelitian - Copyyyy

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

3.1.1. Definisi Variabel

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah berkumur dengan obat kumur

povidon iodin 1 % dan madu hutan 15 %.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah koloni bakteri rongga

mulut. Jumlah koloni bakteri merupakan jumlah koloni bakteri hasil penanaman

dalam media nutrient agar plate. Jumlah koloni bakteri dihitung menggunaka

alat colony counter, dengan satuan koloni. Skala variabel yang digunakan adalah

skala rasio.

Penghitungan jumlah koloni bakteri hasil penanaman dilakukan untuk

mengetahui perbedaan penurunan jumlah koloni bakteri setelah berkumur dengan

povidon iodin 1 % dan setelah berkumur dengan madu hutan.

Penurunan jummlah bakteri rongga mulut diperoleh dari jumlah koloni

bakteri hasil penanaman berkumur I, yaitu setelah sampel berkumur dengan

menggunakan aquadest steril, dikurangi dengan jumlah koloni bakteri hasil

penanaman berkumur III, yaitu setelah sampel berkumur dengan madu hutan.

Page 2: BAB 3 Metodologi Penelitian - Copyyyy

Keterangan :

H1 : penurunan kuantitas koloni bakteri rongga mulut pada kelompok I

H2 : penurunan kuantitas koloni bakteri rongga mulut pada kelompok II

K1 : jumlah koloni bakteri setelah berkumur dengan aquadest steril pada

kelompok I

K2 : jumlah koloni bakteri setelah berkumur dengan aquadest steril pada

kelompok II

P1 : jumlah koloni bakteri setelah berkumur dengan povidon iodin 1 %

P2 : jumlah koloni bakteri setelah berkumur dengan madu hutan

%H1 : persentasi penurunan kuantitas koloni bakteri rongga mulut pada

kelompok I

%H2 : persentasi penurunan kuantitas koloni bakteri rongga mulut pada

kelompok II

Page 3: BAB 3 Metodologi Penelitian - Copyyyy

3. Variabel Pengganggu

a. Variabel pengganggu terkendali

1. Alat ortodonti

Alat-alat yang terdapat dalam rongga mulut, seperti: bracket, hook, band,

cleat, arch wire, elastic, dan lain-lain menyebabkan bakteri lebih mudah berkembang

biak, bakteri dapa melekat leluasa ditempat tersembunyi pada alat-alat tersebut.

Bakteri akan bertambah banyak bila penderita kurang merawat giginya dengan cara

menggosok gigi. Bakteri yang berakumulasi terdapat dalam plak gigi akan merekat

erat pada alat-alat ortodonti, dan tidak akan terlepas bila hanya dengan berkumur-

kumur.[23]

2. Kebiasaan

Merokok dapat memyebabkan penurunan antibodi dalam saliva, yang berguna

untuk menetralisir bakteri rongga mulut, sehingga terjadi gangguan fungsi sel-sel

pertahanan tubuh. Potensial reduksi-oksidasi (Eh) pada region gingiva dan rongga

mulut menrunakibat merokok. Hal tersebut berpengaruh terhadap jumlah bakteri

dalam rongga mulut. Penurunan fungsi antibodi saliva, disertai dengan menigkatnya

jumlah koloni bakteri anaerob rongga mulut, menimbulkan rongga mulut rentan

terserang infeksi.[24]

Page 4: BAB 3 Metodologi Penelitian - Copyyyy

c. Terapi radiasi

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2003, menyebutkan bahwa radioterapi

area kepala dan leher akan berakibat pada gangguan fungsi kelenjar saliva sehingga

sekresi saliva berkurang.[25]

d. Makanan

Sumber rasa manis dapat diperoleh dari sukrosa yang dikonsumsi dalam

bentuk gula dan permen karet. Sukrosa yang sering disebut gula tebu sering

digunakan untuk makanan dan minuman. Sukrosa juga mempunyai kelebihan

dibanding dengan fruktosa yaitu lebih mengandung nutrisi dan lebih murah. Substrat

yang menempel pada permukaan gigi mempunyai sifat lebih lengket sehingga harus

cepat dibersihkan dengan penyikatan. penyikatan kurang bersih akan merangsang

pertumbuhan streptokokus. Streptokokus berperan dalam tahap awal terjadinya karies

dengan cara merusak bagian luar email, selanjutnya Laktobasilus akan meng ambil

alih peran pada karies yang telah dalam dan akan lebih merusak.[26]

e. pH saliva

Derajat keasaman (pH) saliva optimum untuk pertumbuhan bakteri 6,5–7,5

dan apabila rongga mulut pH-nya rendah Antara 4,5–5,5 akan memudahkan

pertumbuhan kuman asidogenik seperti Streptococcus mutans dan Lactobacillus .[27]

Page 5: BAB 3 Metodologi Penelitian - Copyyyy

f. Kebersihan gigi dan mulut

Kebersihan gigi dan mulut berbeda-beda tiap individu tergantung dari

kemampuan mereka dalam menjaganya, baik dalam hal waktu, frekuensi, maupun

caranya. Bila kebersihan mulut tidak terjaga maka sisa makanan dan debris epitel

dalam rongga mulut yang tertinggal akan menjadi nutrisi yang baik bagi bakteri.[5]

g. Obat-obatan

Obat-obatan yang dimaksud di sini yaitu obat apapun yang dapat

mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Obat antiseptik oral dan antibiotik sistemik

yang digunakan oleh subjek penelitian dapat mengakibatkan penurunan sejumlah

bakteri di dalam rongga mulut.[5]

h. Penyakit gigi dan mulut

Penyakit gigi dan mulut yang dimaksud adalah semua penyakit yang

disebabkan oleh kuman patogen maupun flora normal yang karena faktor-faktor

tertentu menjadi patogen.Penyakit infeksi gigi dan mulut menyebabkan terjadinya

pergeseran perbandingan jumlah bakteri Gram positif dengan bakteri Gram negatif

dan pergeseran perbandingan bakteri aerob dengan bakteri anaerob.[5]

i. Penyakit lain yang mempengaruhi sekresi saliva

Dipilih subjek yang tidak menderita penyakit sistemik yang mempengaruhi

sekresi saliva, seperti diabetes mellitus, asma, penyakit jantung, diare, dan demam.[5]

Page 6: BAB 3 Metodologi Penelitian - Copyyyy

j. jumlah saliva

Penelitian yang dilakukan Hamilton dan Bowden pada tahun 1992

menyatakan Jumlah saliva yang dihasilkan seseorang tergantung tingkat stimulasi

dari kelenjar ludah. Penurunan jumlah saliva atau xerostomia dapat meningkatkan

proporsi bakteri acidogenic dalam mulut.[5]

3.1.2. Hipotesis

Ada perbedaan penurunan jumlah bakteri setelah berkumur menggunakan madu

hutan 15 % dibandingkan dengan obat kumur povidon iodin 1 %.

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental quasi dengan rancangan ”pretest-postest

control grup design“ yaitu dengan melakukan pengukuran atau observasi awal

sebelum perlakuan diberikan.

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai September 2014

dan lokasi penelitian dilakukan di laboraturium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Sumatera Utara.

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi Penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara.

Page 7: BAB 3 Metodologi Penelitian - Copyyyy

Peneliti melakukan homogenisasi pada populasi target, yaitu mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dengan cara

menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

1.kriteria inklusi

a. Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian (informed consent)

b. Tidak makan/minum 1 jam sebelum penelitian

c. Dalam keadaan fit dan sehat

2. kriteria ekslusi

a. Mengkonsumsi obat-obatan oral maupun antibiotik sistemik

b. Memiliki penyakit yang mempengaruhi sekresi kelenjar saliva (antara

lain diabetes mellitus, penyakit jantung, diare, dan demam)

c. Menggunakan alat ortodonti

d. Merokok

e. Alergi Povidon iodin

Penetapan kriteria tersebut dibuat berdasarkan kuisioner . Setelah itu populasi

yang memenuhi kriteria inilah yang digunakan sebagai sampel atau populasi studi.

Dengan mempertimbangkan aspek dana ,waktu dan sumber daya yang

lain .Maka dalam penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Federer, yaitu (t-1)

(n-1) > 15,dimana (t) adalah kelompok perlakuan, dan (n) adalah jumlah sampel

perkelompok perlakuan. Besar sampel yang diambil adalah 32 sampel dibagi menjadi

dua kelompok perlakuan, jadi tiap kelompok terdiri dari 16 sampel.

Rumus Federer

Page 8: BAB 3 Metodologi Penelitian - Copyyyy

Keterangan:

n : besar sampel

t : jumlah kelompok

(n-1) (t-1) > 15

(n-1) (2-1) > 15

(n-1) (1) > 15

n-1 > 15

n > 16 (jadi jumlah sampel minimal 16 orang pada tiap kelompok)

3.5. Teknik Pengupulan Data

3.5.1. Alat dan Bahan Penelitian

1. Instrumen Penelitian

a. lembar informed consent

b. Pipet ukur

c. Tabung reaksi

d. Tabung penampung steril

e. Colony counter

f. Stopwatch

g. Media nutrient agar plate

2. Bahan penelitian

Page 9: BAB 3 Metodologi Penelitian - Copyyyy

a. Obat kumur povidon iodin 1 %

b. Madu hutan 15 %

c. Aquadest steril 15 ml

3.5.2. Cara Kerja

1. Langkah kerja

a. Pengambilan sampel, besar sampel 32 orang mahasiswa dibagi menjadi

dua kelompok

b. Pada hari pertama, setiap sampel berkumur dengan aquadest steril 15

ml selama 30 detik

c. Cairan hasil berkumur ditampung dalam tabung penampung steril kemudian

diambil 1 ml dan dicampur dengan aquadest steril dalam tabung reaksi sampai

didapatkan pengenceran 10 kali

d. Hasil pengenceran diambil 250 ul dan diratakan di atas nutrient agar plate.

Kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam, hasilnya sebagai kontrol

disebut K1 untuk kelompok I dan K2 untuk kelompok II

e. Pada hari kedua, 16 sampel pada kelompok I berkumur povidon iodin,

sedangkan kelompok II madu hutan,masing-masing sebanyak 15 ml 30 detik

f. Hasil berkumur kemudian dibuang

g. Setiap sampel dari kedua kelompok tersebut berkumur lagi dengan

menggunakan aquadest steril 15 ml selama 30 detik

Page 10: BAB 3 Metodologi Penelitian - Copyyyy

h. Cairan hasil berkumur kemudian ditampung dalam tabung penampung steril

lalu diambil 1 ml untuk selanjutnya dicampur dengan aquadeststeril sampai

didapatkan pengenceran 10 kali

i. Hasil pengenceran diambil 250 ul dan diratakan di atas nutrient agar plate

kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Hasil setelah perlakuan

disebut P1 untuk kelompok I dan P2 untuk kelompok II

j. Dilakukan penghitungan kuantitas koloni bakteri rongga mulut pada hasil K1,

K2, P1, dan P2

k. Hasil perhitungan penurunan kuantitas bakteri rongga mulut untuk

povidon iodin1 % disebut hasil (H1)

L. Hasil perhitungan penurunan kuantitas bakteri rongga mulut untuk

madu hutan disebut hasil 2 (H2)

Page 11: BAB 3 Metodologi Penelitian - Copyyyy

Hari pertama ( sebagai kontrol )

.

Subyek penelitian 32 orang

16 orang 16 orang

Berkumur aquadest steril 15 ml selama 30 detik,

dibuang

Berkumur aquadest steril15 ml selama 30

detik, dibuang

Tampung dalam tabung steril

Tampung dalam tabung steril

Pengenceran 10 x Pengenceran 10 x

Tanam dalam nutrient agar plate

Tanam dalam nutrient agar plate

Inkubasi 370C, 24 jam Inkubasi 370C, 24 jam

Hasil K1 Hasil K2

Page 12: BAB 3 Metodologi Penelitian - Copyyyy

Hari ke dua (sebagai perlakuan)

Subyek penelitian 32 orang

16 orang 16 orang

Berkumur madu hutan 15 % selama 30 detik,

dibuang

Berkumur aquest steril 15 ml selama 30 detik

Berkumur madu aquadest steril 15 ml selama 30

detik

Berkumur madu hutan 15 % selama 30 detik,

dibuang

Tampung dalam tabung steril

Tampung dalam tabung steril

Pengenceran 10 x Pengenceran 10 x

Hasil P1 Hasil P1

Tanam dalam nutrient agar plate

Tanam dalam nutrient agar plate

Inkubasi 370C, 24 jam

Inkubasi 370C, 24 jam

Page 13: BAB 3 Metodologi Penelitian - Copyyyy

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang akan akan diperoleh dari penelitian ini yaitu data perbedaan

penurunan jumlah koloni bakteri rongga mulut dengan menggunakan madu hutan

15 % dan povidon iodin 1 %. Data yang didapat dianalisis secara statistik dengan

SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16.0 for Windows. Jika data

berdistribusi normal dan homogen, maka data akan dianalisis dengan mengunkan uji

T- Dependent (berpasangan). Sedangkan jika data tidak berdistribusi normal dan

tidak homogen, maka data akan di uji dengan uji tanda beda non parametrik.