bab 3 inventarisasi lembaga perikanan dan · pdf fileakreditasi direktorat pemasaran dalam...

49
17 BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN PERATURAN PERUNDANG-UDANGAN 3.1 Lembaga Pemerintah Lembaga pemerintahan Republik Indonesia mengatur kebijakan-kebijakan yang ditetapkan berdasarkan fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing. Dalam bab ini akan dijelaskan masing-masing lembaga pemerintah mulai dari lembaga pemerintah yang mengatur kebijakan secara nasional hingga lembaga pemerintah yang mengatur kebijakan di tingkat daerah. Berikut merupakan lembaga-lembaga pemerintah yang terkait dalam pembangunan perikanan di Indonesia hingga Kabupaten Garut khususnya dalam pengawasan penangkapan hingga pendistribusian perikanan: 1. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, 2. Direktorat Perikanan Tangkap, 3. Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, 4. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, dan 5. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat. 3.1.1 Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Berdasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 9 tahun 2005, tugas pokok Departemen Kelautan dan Perikanan (yang sekarang berubah nama menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan) yaitu membantu presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan. Salah satu tugas pokoknya adalah membuat kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan dalam rangka mengelola dan memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan. Beberapa kebijakan tersebut meliputi pengembangan kapasitas skala usaha nelayan, pembudidaya ikan dan pelaku usaha kelautan dan perikanan lainnya; memperkuat dan mengembangkan usaha perikanan tangkap nasional secara efisien, lestari, dan berbasis kerakyatan; dan mengembangkan industri penanganan dan pengolahan serta pemasaran hasil tangkapan. Visi pembangunan jangka pendek dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia adalah “Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan

Upload: ngobao

Post on 27-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

17

BAB 3

INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN PERATURAN

PERUNDANG-UDANGAN

3.1 Lembaga Pemerintah

Lembaga pemerintahan Republik Indonesia mengatur kebijakan-kebijakan

yang ditetapkan berdasarkan fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing. Dalam

bab ini akan dijelaskan masing-masing lembaga pemerintah mulai dari lembaga

pemerintah yang mengatur kebijakan secara nasional hingga lembaga pemerintah

yang mengatur kebijakan di tingkat daerah. Berikut merupakan lembaga-lembaga

pemerintah yang terkait dalam pembangunan perikanan di Indonesia hingga

Kabupaten Garut khususnya dalam pengawasan penangkapan hingga pendistribusian

perikanan:

1. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia,

2. Direktorat Perikanan Tangkap,

3. Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan,

4. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, dan

5. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat.

3.1.1 Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Berdasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 9 tahun 2005, tugas pokok

Departemen Kelautan dan Perikanan (yang sekarang berubah nama menjadi

Kementerian Kelautan dan Perikanan) yaitu membantu presiden dalam

menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan.

Salah satu tugas pokoknya adalah membuat kebijakan pembangunan kelautan dan

perikanan dalam rangka mengelola dan memanfaatkan sumberdaya kelautan dan

perikanan. Beberapa kebijakan tersebut meliputi pengembangan kapasitas skala

usaha nelayan, pembudidaya ikan dan pelaku usaha kelautan dan perikanan lainnya;

memperkuat dan mengembangkan usaha perikanan tangkap nasional secara efisien,

lestari, dan berbasis kerakyatan; dan mengembangkan industri penanganan dan

pengolahan serta pemasaran hasil tangkapan.

Visi pembangunan jangka pendek dari Kementerian Kelautan dan Perikanan

Republik Indonesia adalah “Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan

Page 2: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

18

Terbesar 2015”, dengan tujuan yang dinamakan Grand Strategy atau The Blue

Revolution Policies yang terdiri dari:

a. Memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi.

b. Mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan.

c. Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan.

d. Memperluas akses pasar domestik dan internasional.

Dan beberapa sasaran strategis yang menyangkut peningkatan taraf hidup nelayan:

a. Sumber daya kelautan dan perikanan dimanfaatkan secara optimal dan

berkelanjutan.

b. Indonesia bebas Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing serta

kegiatan yang merusak sumber daya kelautan dan perikanan.

c. Sarana dan prasarana kelautan dan perikanan mampu memenuhi kebutuhan serta

diproduksi dalam negeri dan dibangun secara terintegrasi.

d. Seluruh desa mampu memiliki pasar yang mampu memfasilitasi penjualan hasil

perikanan.

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia memiliki Rencana

Strategis Pembangunan Kelautan dan Perikanan tahun 2010 – 2014 yang merupakan

jabaran visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan yang menjadi acuan

segenap satuan kerja di lingkungan Kementerian. Rencana Strategis Kementerian

Kelautan dan Perikanan tahun 2010 – 2014 adalah dokumen perencanaan

Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak

tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

Menteri

Kelautan dan

Perikanan

Ditjen Perikanan

Tangkap

Ditjen Perikanan

Budaya

Ditjen

Pengawasan

Sumberdaya KP

Ditjen Kelautan,

Pesisir dan Pulau-

pulau Kecil

Ditjen Pengolahan

dan Pemasaran

Hasil Perikanan

Badan Riset

Kelautan dan

Perikanan

Badan

Pengembangan

SDM KP

Inspektorat

Jendral

Sekertariat Jendral

Staff Ahli

Gambar 3. 1 Struktur Organisasi Kementerian Kelautan dan Perikanan

(sumber: http://kkp.go.id)

Page 3: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

19

Indonesia Penghasil Produk

Kelautan dan Perikanan

Terbesar 2015

Mensejahterakan

Masyarakat Kelautan dan

Perikanan

Revolusi Biru

Memperkuat Kelembagaan

dan SDM secara Terintegrasi

Mengelola Sumberdaya

Kelautan dan Periakan

Secara Berkelanjutan

Meningkatkan Produktivitas

dan Daya Saing Berbasis

Pengetahuan

Memperluas Akses Pasar

Domestik dan Internasional

VISI

MISI

2014

Beberapa arah kebijakan dan strategi Kementerian Kelautan dan Perikanan

tahun 2010 – 2014 akan diimplementasikan dalam program dan kegiatan tahun 2010

– 2014 yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas penangkapan ikan dan

pendistribusiannya adalah sbeagai berikut:

1. Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap

Tujuan program adalah meningkatkan produktivitas perikanan tangkap dengan

sasaran peningkatan hasil tangkapan dalam setiap upaya tangkap untuk

kesejahteraan nelayan yang memiliki indikator sebagai berikut:

a. Jumlah produksi perikanan tangkap (ton) dari tahun 2010 hingga tahun 2014

Berdasarkan rencana strategis yang sudah ditentukan, produksi perikanan

tangkap di Indonesia untuk tahun 2010 hingga 2014 dapat dilihat pada Tabel

3.1.

Gambar 3. 2 Rencana Strategis Pembangunan Kelautan dan Perikanan

2010-2014 (sumber: http://kkp.go.id)

Page 4: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

20

Tabel 3. 1 Produksi Perikanan Tangkap (Ton) Tahun 2010-2014

No. Tahun Pendapatan (Rp.)

1 2010 5.384.740

2 2011 5.409.100

3 2012 5.436.290

4 2013 5.467.120

5 2014 5.500.000

(Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, 2012)

b. Jumlah pendapatan nelayan

Berdasarkan rencana strategis yang sudah ditentukan, jumlah pendapatan

nelayan pemilik di Indonesia untuk tahun 2010 hingga 2014 dapat dilihat

pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Pendapatan Nelayan Pemilik/bulan (Rp.) Tahun 2010-2014

No. Tahun Pendapatan (Rp.)

1 2010 1.769.220

2 2011 1.903.290

3 2012 2.067.530

4 2013 2.236.900

5 2014 2.441.550

(Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, 2012)

Sedangkan untuk pendapatan bagi nelayan buruh di Indonesia dapat dilihat

pada Tabel 3.3.

Tabel 3. 3 Pendapatan Nelayan Buruh/bulan (Rp.) Tahun 2010-2014

No. Tahun Pendapatan (Rp.)

1 2010 601.730

2 2011 721.384

3 2012 837.038

4 2013 962.692

5 2014 1.200.000

(Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, 2012)

Page 5: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

21

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang akan

dilaksanakan adalah:

a. Pengelolaan sumberdaya ikan.

b. Pembinaan dan pengembangan kapal perikanan, alat penangkap ikan, dan

pengawakan kapal perikanan.

c. Pengembangan pembangunan dan pengelolaan pelabuhan perikanan.

d. Pelayanan usaha perikanan tangkap yang efisien, tertib, dan berkelanjutan.

e. Pengembangan usaha penangkapan ikan dan pemberdayaan nelayan skala

kecil.

f. Peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya

Direktorat Jendral Perikanan Tangkap (Dirjen PT)

2. Program Peningkatan Daya Saing Produk Perikanan

Tujuan program adalah meningkatkan jaminan mutu dan keamanan hasil

perikanan, nilai tambah produk perikanan, investasi, serta distribusi dan akses

pemasaran hasil perikanan, dengan sasaran peningkatan volume dan nilai ekspor

hasil perikanan serta peningkatan volume produk olahan. Untuk mencapai tujuan

dan sasaran tersebut, kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:

a. Fasilitas pengembangan industry pengolahan hasil perikanan.

b. Fasilitasi pengembangan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.

c. Fasilitasi penguatan dan pengembangan pemasaran dalam negeri hasil

perikanan.

d. Fasilitasi penguatan dan pengembangan pemasaran luar negeri.

e. Fasilitasi pembinaan dan pengembangan sistem usaha dan investasi

perikanan.

f. Fasilitasi pengembangan usaha industri pengolahan hasil perikanan.

g. Peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya

Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen

P2HP).

Page 6: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

22

3.1.2 Direktorat Jendral Perikanan Tangkap

Direktorat Jendral Perikanan Tangkap merupakan lembaga dibawah naungan

Kementerian Kelautan dan Perikanan RI yang menangani kegiatan hulu perikanan

seperti sumber daya ikan, kapal perikanan, pelabuhan perikanan, alat penangkap

ikan, pelayanan usaha penangkapan ikan, serta pengembangannya yang memiliki

direktoratnya masing-masing.

Direktorat Jendral Perikanan Tangkap memiliki visi yaitu “Usaha Perikanan

Tangkap Indonesia yang Kokoh, Mandiri, dan Lestari pada Tahun 2020”. Sedangkan

misi yang akan diimplementasikannya adalah:

a. Mengelola sumber daya ikan secara bertanggung jawab

b. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan

c. Mengembangkan usaha perikanan tangkap yang efisien dan berdaya saing

d. Memperkuat armada perikanan nasional

e. Memfasilitasi ketersediaan pelabuhan perikanan dengan kualitas dan kuantitas

yang memadai

Gambar 3.3. Struktur Organisasi Direktorat Jendral Perikanan Tangkap

Berdasarkan Peraturan Menteri No. 15 tahun 2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan pasal 108 dalam melaksanakan

tugasnya, Ditjen Perikanan Tangkap menyelnggarakan fungsi:

Direktorat Jendral

Perikanan

Tangkap

Direktorat Sumber

Daya Ikan

Direktorat Kapal

Perikanan dan

API

Direktorat

Pelabuhan

Perikanan

Ditjen Kelautan,

Pesisir dan Pulau-

pulau Kecil

Ditjen Pengolahan

dan Pemasaran

Hasil Perikanan

Direktorat Pelayaran

Usaha dan

Penangkapan Ikan

Direktorat Pengem-

bangan Usaha

Penangkapan Ikan

Sekertariat Dirjen

Perikanan

Tangkap

Gambar 3. 3 Struktur Organisasi Direktorat Jendral Perikanan Tangkap

(sumber: http://kkp.go.id)

Page 7: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

23

a. Perumusan kebijakan di bidang perikanan tangkap;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang perikanan tangkap;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perikanan tangkap;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perikanan tangkap; dan

e. Pelaksanaan administrasi Ditjen Perikanan Tangkap.

3.1.3 Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan

Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan merupakan

lembaga dibawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI yang menangani

kegiatan hilir perikanan seperti pengolahan hasil perikanan, standarisasi pengolahan,

pemasaran baik dalam negeri maupun luar negeri, dan investasi.

Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan memiliki visi

yaitu “Menuju Produk Perikanan Prima”. Sedangkan misi yang akan

diimplementasikannya adalah:

a. Mendorong berkembangnya usaha pengolahan yang mengasilkan produk yang

aman, bermutu, dan ramah lingkungan dalam rangka menciptakan daya saing

b. Mengembangkan standarisasi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan

c. Mengembangkan sistem pemasaran produk perikanan yang higienis, dan efisien

d. Memperkuat dan mengembangkan pemasaran luar negeri

e. Peningkatkan iklim usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang

kondusif

f. Mewujudakan tata kelola pemerintahan yang baik di bidang pengolahan dan

pemasaran

Page 8: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

24

Berdasarkan Peraturan Menteri No. 15 tahun 2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan pasal 398 dalam melaksanakan

tugasnya Ditjen P2HP menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengolahan dan pemasaran hasil perikanan;

c. Penyususnan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengolahan dan

pemasaran hasil perikanan;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengolahan dan pemasaran

hasil perikanan; dan

e. Pelaksanaan administrasi Ditjen P2HP.

3.1.4 Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat

Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat memiliki tugas pokok melaksanakan

sebagian tugas Pemerintah Daerah di bidang perikanan dalam merumuskan

kebijaksanaan operasional dan eksploiting kelautan serta melaksanakan kewenangan

desentralisasi provinsi dan kewenangan yang dilimpahkan Gubernur. Dinas

Perikanan Provinsi Jawa Barat memiliki visi yaitu “Prima dalam Pelayanan Menuju

Perikanan Jawa Barat yang Tangguh, Dinamis, dan Mandiri”. Yang

diimplementasikan melalui misi sebagai berikut:

Direktorat Jendral

Pengolahan dan

Pemasaran Hasil

Perikanan

Direktorat

Pengolahan Hasil

Direktorat

Standarisasi dan

Akreditasi

Direktorat

Pemasaran Dalam

Negeri

Kelompok Jabatan

Fungsional

Direktorat

Pemasaran Luar

Negeri

Direktorat Usaha

dan Investasi

Sekertariat Dirjen

P2HP

Gambar 3. 4 Struktur Organisasi Direktorat Jendral Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perikanan (sumber: http://kkp.go.id)

Page 9: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

25

1. Meningkatkan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia perikanan dan

kelautan yang berdaya saing.

2. Mendorong peningkatan pendapatan masyarakat melalui pemanfaatan

sumberdaya perikanan dan kelautan yang bernilai ekonomis dengan penerapan

teknologi berwawasan lingkungan.

3. Menigkatkan produk perikanan dan kelautan yang berkualitas untuk pemenuhan

gizi masyarakat dan bahan baku olahan secara berkelanjutan.

4. Meningkatkan pelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan.

Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat memiliki langkah-langkah strategis

dalam pelaksanaan pembangunan perikanan dan kelautan yang akan dilakukan.

Beberapa langkah-langkah strategis tersebut yaitu:

1. Memanfaatkan sumberdaya perikanan dan kelautan secara optimal, efisien, dan

berkelanjutan.

2. Meningkatkan peran serta masyarakan dalam penyediaan dan pemeliharaan

sarana dan prasarana sumberdaya perikanan dan kelautan.

3. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan dan

kelautan.

4. Peningkatan pemberdayaan nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, dan

masyarakat pesisir lainnya.

Pemerintah Provisi Jawa Barat memiliki rencana jangka panjang atau disebut

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan menengah atau disebut Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah dalam melakukan upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat sekitar Jawa Barat hingga batas waktu tertentu. Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah atau disingkat RPJPD Daerah Provinsi Jawa

Barat adalah dokumen perencanaan pembangunan yang memuat visi, misi dan

arahan pembangunan jangka panjang untuk periode 20 tahun terhitung dari tahun

2005 sampai dengan tahun 2025.

Upaya perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang Jawa Barat

dilaksanakan secara bertahap dalam kerangka pembangunan jangka menengah, yang

diukur dengan parameter peningkatan kualitas manusia melalui indikator Indeks

Pembangunan Manusia (IPM).

Page 10: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

26

1. Tahapan pembangunan jangka menengah untuk periode 2005 – 2008 mengenai

perikanan dan kelautan adalah:

Pembangunan bisnis kelautan diarahakan pada pembenahan TPI/PPI,

pembenahan sistem perikanan budidaya, pemberdayaan masyarakat

pengolah/pengrajin ikan tradisional, peningkatan fungsi pelabuhan/pangkalan

pendaratan ikan, pembuatan database kelautan, dan pembuatan tata ruang

wilayah pesisir dan laut.

2. Tahapan pembangunan jangka menengah periode 2008 – 2013 mengenai

perikanan dan kelautan adalah:

Strategi pengembangan bisnis kelautan Jawa Barat pada tahap ini diarahkan pada

pengembangan perikanan komersial di Pantai Selatan dan Pantai Utara,

pengembangan usaha saran produksi, pengembangan usaha teknologi komunikasi

kelautan, pengembangan jejaring usaha, pengembangan usaha pengolahan hasil

serta penguatan pasar untuk industry hilir.

Sedangkan salah satu strategi untuk mendukung peningkatan pembangunan

ekonomi regional berbasis potensi lokal pada periode pembangunan jangka

menengah tahun 2008 – 2013 adalah meningkatkan produksi dan produktivitas

nelayan, sarana, dan prasarana perikanan tangkap melalui arah kebijakan:

1. Peningkatan produksi dan produktivitas serta pengolahan hasil perikanan

budidaya, dengan mendorong pemanfaatan potensi perairan pantai melalui

Gerakan Pengembangan Perikanan Pantai Utara dan Pantai Selatan (GAPURA).

2. Meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan tangkap serta pengelolaan

dan pengawasan potensi sumber daya kelautan.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Jawa Barat tahun 2008 - 2013 terdapat Program Prioritas Penyelenggaraan Urusan

Pemerintah Daerah melalui misi yaitu “Meningkatkan pembangunan perekonomian

regional berbasis potensi lokal”. Sehingga implementasi dalam bidang kelautan dan

perikanan melalui kebijakan dan program yaitu meningkatkan pengelolaan sumber

daya ikan dan flasma nutfah di perairan tawar, payau serta sumber daya kelautan,

terutama perikanan komersil di Pantai Selatan dan Pantai Utara dalam Gerakan

Pengembangan Perikanan Pantai Utara dan Pantai Selatan (GAPURA), yang

dilaksanakan melalui Program Pengembangan Perikanan Tangkap, dengan sasaran:

Page 11: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

27

a. Meningkatnya produksi dan produktivitas usaha perikanan tangkap;

b. Tidak Berubah;

c. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya kelautan;

d. Berkembangnya usaha pengolahan hasil serta penguatan pasar untuk industri hilir

produk perikanan tangkap.

3.1.5 Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Garut

Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Garut memiliki tugas

pokok melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Kabupaten yang salah satunya di

bidang perikanan dalam merumuskan kebijaksanaan operasional dan eksploiting

kelautan serta melaksanakan kewenangan desentralisasi kabupaten dan kewenangan

yang dilimpahkan oleh Bupati.

Pemerintah Kabupaten Garut telah merancang rencana pembangunan jangka

panjang dan menengah yang didasari oleh Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Garut

tahun 2005 – 2025 memuat visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang daerah

untuk periode 20 tahun terhitung sejak tahun 2005 hingga tahun 2025.

Salah satu misi dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kabupaten Garut tahun 2005 – 2025 adalah meningkatkan perekonomian berbasis

potensi daerah yang berfokus pada agribisnis, agroindustri, pariwisata, jasa

perdagangan dan kelautan dengan memperhatikan kearifan lokal yang berdaya saing

disertai pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan, dengan fokus

Pembangunan ekonomi dalam arah pembangunan kelautan dan perikanan

dikembangkan untuk meningkatkan optimalitas pengelolaan kelautan dan perikanan

dalam upaya pemanfaatan dan pengolahan serta pemasaran hasil kelautan dan

perikanan. Tahapan strategi dan kebijakan pembangunan:

1. Tahun 2005 – 2009

a. Pemanfaatan dan pengolahan serta pemasaran hasil kelautan dan perikanan.

b. Peningkatan pengembangan pengelolaan sumberdaya kelautan.

c. Pengembangan usaha dan pemanfaatan sumberdaya kelautan.

Page 12: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

28

2. Tahun 2009 – 2014

a. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.

b. Pengembangan perikanan tangkap.

c. Pengembangan sistem penyuluhan.

d. Optimalisasi pengolahan dan pemasaran produksi perikanan.

e. Pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumber daya

kelautan.

Adapun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Garut tahun 2009 – 2014 yakni didasari oleh Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut dengan salah satu misinya yaitu

Mengembangkan ekonomi kerakyatan berbasis agribisnis, agroindustri, kelautan dan

pariwisata disertai pengembangan seni budaya daerah.

Tabel 3. 4 Rencana pembangunan ekonomi urusan kelautan dan perikanan dalam

RPJMD Kabupaten Garut 2010 – 2012

2010 2011 2012

Perluasan area tangkap ikan laut

dan peningkatan kemampuan

peralatan tangkap ikan laut

Perluasan area tangkap ikan laut

dan peningkatan kemampuan

peralatan tangkap ikan laut

Perluasan area tangkap ikan laut

dan peningkatan kemampuan

peralatan tangkap ikan laut

Diversifikasi usaha

petani/nelayan ke agroindustri

Diversifikasi usaha

petani/nelayan ke agroindustri

Diversifikasi usaha

petani/nelayan ke agroindustri

Peningkatan sarana dan

prasarana pengolah hasil

perikanan

Peningkatan sarana dan

prasarana pengolah hasil

perikanan

-

Pemberdayaan ekonomi

masyarakat pesisir

Pemberdayaan ekonomi

masyarakat pesisir

Pemberdayaan ekonomi

masyarakat pesisir

Gerakan ekonomi mandiri

berbasis agribisnis,

agroindustri, kelautan dan

pariwisata

Gerakan ekonomi mandiri

berbasis agribisnis,

agroindustri, kelautan dan

pariwisata

Gerakan ekonomi mandiri

berbasis agribisnis,

agroindustri, kelautan dan

pariwisata

(Sumber: Pemerintah Kabupaten Garut, 2012)

Pada kebijakan pemerintah dalam meningkatkan pengelolaan sumberdaya

perikanan dan kelautan yang berwawasan lingkungan, pemerintah Kabupaten Garut

memiliki strategi peningkatan penangkapan, budidaya dan nilai tambah melalui

perbaikan mutu dan pengembangan produk melalui program kerja sebagai berikut:

Page 13: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

29

1. Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan aktivitas ekonomi kelautan

dan perikanan, yang diukur oleh meningkatnya pendapatan dan taraf hidup

nelayan untuk pengentasan kemiskinan.

2. Pengembangan perikanan tangkap.

Tujuan dari program ini yang pertama adalah untuk meningkatkan produksi dan

produktivitas nelayan, yang diukur oleh meningkatnya hasil tangkapan nelayan.

Kedua, program ini diharapkan mampu meningkatkan sarana dan prasarana

perikanan tangkap yang diukur oleh beberapa indikator yaitu:

a. Meningkatnya sarana TPI/PPI

b. Peningkatan jumlah rumponisasi

c. Meningkatnya sarana dan prasarana penangkapan ikan (Kapal Motor)

3. Pengembangan sistem penyuluhan.

Tujuan program ini agar tertatanya penyelenggaraan penyuluhan perikanan yang

diukur oleh perkembangan sistem penyuluhan yang efektif dan tepat sasaran.

4. Optimalisasi pengolahan dan pemasaran produksi perikanan.

Tujuan program ini pertama adalah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas

hasil pengolahan yang diukur oleh meningkatnya jenis dan jumlah hasil olahan

produk perikanan dan kelautan, dan tersedianya sarana pengolahan hasil

perikanan dan kelautan. Tujuan kedua adalah untuk meningkatkan sarana

pemasaran jasil perikanan, yang diukur oleh meningkatnya sarana pasar ikan dan

meningkatnya volume pemasaran hasil perikanan dan kelautan.

5. Pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumber daya

kelautan.

Tujuan program ini adalah untuk membentuk kelompok masyarakat swakarsa

pengaman sumber daya kelautan dan diukur oleh terlaksanannya aktivitas

pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan berbasis masyarakat.

3.2 Peraturan Perundang-undangan

Mengelola sumberdaya alam membutuhkan adanya instrument yang digunakan

sebagai framework dalam pemecahan masalah dan pencapaian tujuan. Dalam

konteks penangkapan ikan hingga pendistribusiannya dalam rangka meningkatkan

kualitas hidup nelayan adalah Undang-Undang Dasar 1945, peraturan perundang-

Page 14: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

30

undangan, dan peraturan menteri yang berhubungan dengan penangkapan ikan dan

pendistribusiannya. Berikut adalah hirarki atau tata urut peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia berdasarkan UU No. 12 tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Berdasarkan UU No. 12 tahun 2011 pasal 7, PERMEN & KEPMEN di

bawah perpres tapi tidak ada di hirarki, diakui keberadaannya dan memiliki kekuatan

hukum yang mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan. Hal-hal detail dijelaskan

oleh Peraturan Menteri.

Aspek legal yang digunakan sebagai bahan dasar pengkajian antara kebijakan

dengan penangkapan hingga pendistribusian ikan di Indonesia khususnya pada

daerah PPP Cilauteureun dalam rangka meningkatkan kualitas hidup nelayan kecil

adalah:

1. Undang-Undang Dasar 1945

2. Undang-Undang No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan

3. Peraturan Menteri No. 1 tahun 2009 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan RI

4. Peraturan Menteri No. 2 tahun 2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan

Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di

Wilayah Pengelolaan RI

5. Peraturan Menteri No. 49 tahun 2011 tentang Usaha Perikanan Tangkap

6. Keputusan Menteri No. 10 tahun 2004 tentang Pelabuhan Perikanan

7. Keputusan Menteri No. 1 tahun 2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan

Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan, dan Distribusi

Gambar 3. 5 Hirarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia

UUD 1945 TAP MPR UU/PP

Pengganti UU PP

Perpres

Perda

Provinsi

Perda

Kab/Kota

Page 15: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

31

8. Keputusan Menteri No. 6 tahun 2010 tentang Alat Penangkapan Ikan di Wilayah

Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia

9. Keputusan Menteri No. 45 tahun 2011 tentang Estimasi Potensi Sumber Daya

Ikan di Wilayah Pengelolaan

3.2.1 Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan konstitusional. Dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, pada alinea ke-4 diamanatkan bahwa

tujuan utama pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan

sosial. Pengelolaan kelautan merupakan salah satu upaya untuk memajukan

kesejahteraan umum, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dengan memanfaatkan

sumber daya perikanan yang ada secara optimal dan mengelolanya dengan baik

sebagaimana diamanatkan di dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (3) bumi dan air serta

kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

3.2.2 Undang-Undang RI No. 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan (Perubahan UU

RI No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan)

Dalam UU No. 45 tahun 2009 dijelaskan mengenai beberapa hal seperti pada

pasal 1 meliputi (poin 5) penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan

di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun,

termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,

menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya; (poin

7) pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi

dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan

keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari

peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah

atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber

daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati; (poin 9) kapal perikanan

adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan untuk melakukan

penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan,

Page 16: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

32

pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi

perikanan; (poin 10) nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan

penangkapan ikan; (poin 11) nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya

melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang

menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima) gross ton (GT); (poin

23) Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di

sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan

kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan

bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

Pada pasal 2 UU No. 45 tahun 2009 ditetapkan bahwa pengelolaan perikanan

dilakukan berdasarkan asas manfaat, keadilan, kebersamaan, kemitraan,

kemandirian, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, kelestarian, dan

pembangunan yang berkelanjutan. Selanjutnya pada pasal 3 ditetapkan bahwa

pengelolaan sumberdaya perikanan dilaksanakan dengan tujuan: (a) meningkatkan

taraf hidup nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil, (b) meningkatkan penerimaan

dan devisa negara, (c) mendorong perluasan dan kesempatan kerja, (d) meningkatkan

ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan, (e) mengoptimalkan pengelolaan

sumber daya ikan, (f) meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya

saing, (g) meningkatkan ketersediaan bahan baku untk industri pengolahan ikan, (h)

mencapai pemanfaatan sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan

lingkungan sumber daya ikan secara optimal dan (i) menjamin kelestarian sumber

daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata ruang.

Pada pasal 5 ayat (1) ditetapkan bahwa wilayah pengelolaan perikanan

Republik Indonesia untuk penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan ikan meliputi:

(a) Perairan Indonesia, (b) ZEEI, dan (c) sungai, danau, waduk, rawa, dan genangan

air lainnya yang dapat diusahakan serta lahan pembudidayaan ikan yang potensial di

wilayah Republik Indonesia. Gambar wilayah pengelolaan perikanan Republik

Indonesia dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Pada UU No. 45 tahun 2009 pasal 7 ayat (1) ditetapkan bahwa dalam rangka

mendukung kebijakan pengelolaan sumber daya ikan, menteri menetapkan: (a)

rencana pengelolaan perikanan, (b) potensi dan alokasi sumber daya ikan di wilayah

Page 17: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

33

pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia, (c) jumlah tangkapan yang

diperbolehkan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia, (d)

potensi dan alokasi lahan pembudidayaan ikan di wilayah pengelolaan perikanan

Negara Republik Indonesia, (e) potensi dan alokasi induk serta benih ikan tertentu di

wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia, (f) jenis, jumlah, dan

ukuran alat penangkapan ikan, (g) jenis, jumlah, ukuran, dan penempatan alat bantu

penangkapan ikan, (h) daerah, jalur, dan waktu atau musim penangkapan ikan, (i)

persyaratan atau standar prosedur operasional penangkapan ikan, (j) pelabuhan

perikanan, (k) sistem pemantauan kapal perikanan, (l) pencegahan pencemaran dan

kerusakan sumber daya ikan serta lingkungannya, (m) rehabilitasi dan peningkatan

sumber daya ikan serta lingkungannya, (n) ukuran atau berat minimum jenis ikan

yang boleh ditangkap.

Pada pasal 7 ayat (2) menjelaskan bahwa setiap orang yang melakukan usaha

dan/atau kegiatan pengelolaan perikanan wajib mematuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) mengenai: (a) jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan

ikan, (b) jenis, jumlah, ukuran, dan penempatan alat bantu penangkapan ikan, (c)

daerah, jalur, dan waktu atau musim penangkapan ikan, (d) persyaratan atau standar

prosedur operasional penangkapan ikan, (e) sistem pemantauan kapal perikanan, (f)

jenis ikan baru yang akan dibudidayakan, (g) jenis ikan dan wilayah penebaran

kembali serta penangkapan ikan berbasis budi daya, (h) pembudidayaan ikan dan

perlindungannya, (i) pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber daya ikan serta

lingkungannya, (j) ukuran atau berat minimum jenis ikan yang boleh ditangkap, (k)

kawasan konservasi perairan, (l) wabah dan wilayah wabah penyakit ikan, (m) jenis

ikan yang dilarang untuk diperdagangkan, dimasukkan, dan dikeluarkan ke dan dari

wilayah Negara Republik Indonesia, dan (n) jenis ikan yang dilindungi. Khusus pada

pasal 7 (ayat 3) menjelaskan bahwa kewajiban mematuhi ketentuan mengenai sistem

pemantauan kapal perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e tidak

berlaku bagi nelayan kecil dan/atau pembudi daya-ikan kecil.

Pada BAB V Undang-Undang RI No. 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan

mengatur mengenai pengelolaan ikan serta penditribusiannya. Pasal 25 (ayat 1)

menerangkan bahwa usaha perikanan dilaksanakan dalam sistem bisnis perikanan,

meliputi praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran dimana untuk ketentuan

Page 18: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

34

lebih lanjut mengenai praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran diatur

dalam Peraturan Menteri. Pada pasal ini juga menjelaskan bahwa Pemerintah dan

pemerintah daerah harus membina dan memfasilitasi pengembangan usaha perikanan

agar memenuhi standar mutu hasil perikanan dan berkewajiban menyelenggarakan

dan memfasilitasi kegiatan pemasaran usaha perikanan baik di dalam negeri maupun

ke luar negeri. Pemerintah juga dituntut untuk membina dan memfasilitasi

berkembangnya industri perikanan nasional dengan mengutamakan penggunaan

bahan baku dan sumber daya manusia dalam negeri. Industri perikanan diantaranya

meliputi industri yang bergerak di bidang penyediaan sarana dan prasarana

penangkapan serta industri pengolahan perikanan.

Pasal 41 UU No. 45 tahun 2009 menerangkan tentang peran pemerintah

dalam menyelenggarakan dan melakukan pembinaan pengelolaan pelabuhan

perikanan yakni: (a) rencana induk pelabuhan perikanan secara nasional, (b)

klasifikasi pelabuhan perikanan (klasifikasi pelabuhan perikanan termasuk

diantaranya pelabuhan perikanan samudera, pelabuhan pelabuhan perikanan

nusantara dan pelabuhan perikanan pantai), (c) pengelolaan pelabuhan perikanan, (d)

persyaratan dan/atau standar teknis dalam perencanaan, pembangunan, operasional,

pembinaan, dan pengawasan pelabuhan perikanan, (e) wilayah kerja dan

pengoperasian pelabuhan perikanan yang meliputi bagian perairan dan daratan

tertentu yang menjadi wilayah kerja dan pengoperasian pelabuhan perikanan, dan (f)

Untuk mendukung dan menjamin kelancaran operasional pelabuhan perikanan,

ditetapkan batas-batas wilayah kerja dan pengoperasian dalam koordinat geografis.

Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi pemerintahan dan pengusahaan guna

mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan

sampai dengan pemasaran. Fungsi pelabuhan perikanan dalam mendukung kegiatan

yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan

lingkungannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: (a) pelayanan

tambat dan labuh kapal perikanan, (b) pelayanan bongkar muat, (c) pelayanan

pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, (d) pemasaran dan distribusi ikan,

(e) pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan, (f) tempat pelaksanaan

penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan, (g) pelaksanaan kegiatan

operasional kapal perikanan, (h) tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian

Page 19: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

35

sumber daya ikan, (i) pelaksanaan kesyahbandaran, (j) tempat pelaksanaan fungsi

karantina ikan, (k) publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan

kapal pengawas kapal perikanan, (l) tempat publikasi hasil riset kelautan dan

perikanan, (m) pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari, dan/atau (n)

pengendalian lingkungan.

Dalam hal wilayah kerja dan pengoperasian pelabuhan perikanan berbatasan

dan/atau mempunyai kesamaan kepentingan dengan instansi lain, penetapan batasnya

dilakukan melalui koordinasi dengan instansi yang bersangkutan. Untuk setiap kapal

penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan harus mendaratkan ikan tangkapan di

pelabuhan perikanan yang ditetapkan atau pelabuhan lainnya yang ditunjuk. Lalu

pada ayat (4) dijelaskan untuk setiap orang yang memiliki dan/atau mengoperasikan

kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan yang tidak melakukan

bongkar muat ikan tangkapan di pelabuhan perikanan yang ditetapkan atau

pelabuhan lainnya yang ditunjuk dikenai sanksi administratif berupa peringatan,

pembekuan izin, atau pencabutan izin.

Pada BAB VII Undang-Undang RI No. 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan

mengatur mengenai pungutan perikanan, sehingga pada pasal 48 (ayat 1) menyatakan

bahwa setiap orang yang memperoleh manfaat langsung dari sumber daya ikan dan

lingkungannya di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia dan di

luar wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia dikenakan pungutan

perikanan. Kepada setiap orang yang berusaha di bidang penangkapan atau

pembudidayaan ikan yang dilakukan di laut atau di perairan lainnya di dalam

maupun di luar wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia

dikenakan pungutan perikanan karena mereka telah memperoleh manfaat langsung

dari sumber daya ikan dan/atau lingkungannya. Pungutan perikanan sebagaimana

merupakan penerimaan negara bukan pajak dan tidak dikenakan bagi nelayan kecil

dan pembudi daya-ikan kecil. Pungutan perikanan digunakan untuk pembangunan

perikanan serta kegiatan konservasi sumber daya ikan dan lingkungannya.

Pada BAB X Undang-Undang RI No. 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan

mengatur mengenai pemberdayaan nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil. Pada

pasal 60 (ayat 1) pemerintah memberdayakan nelayan kecil dan pembudi daya-ikan

kecil melalui: (a) penyediaan skim kredit bagi nelayan kecil dan pembudi daya-ikan

Page 20: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

36

kecil, baik untuk modal usaha maupun biaya operasional dengan cara yang mudah,

bunga pinjaman yang rendah, dan sesuai dengan kemampuan nelayan kecil dan

pembudi daya-ikan kecil, (b) penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan

penyuluhan bagi nelayan kecil serta pembudi daya -ikan kecil untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan di bidang penangkapan, pembudidayaan, pengolahan,

dan pemasaran ikan; dan (c) penumbuhkembangkan kelompok nelayan kecil,

kelompok pembudi daya-ikan kecil, dan koperasi perikanan.

Pemberdayaan nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil dapat juga

dilakukan oleh masyarakat. Nelayan kecil bebas menangkap ikan di seluruh wilayah

pengelolaan perikanan Republik Indonesia dan wajib menaati ketentuan konservasi

dan ketentuan lain, dan menjaga kelestarian lingkungan perikanan dan keamanan

pangan hasil perikanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Nelayan kecil dan

pembudi daya-ikan kecil harus mendaftarkan diri, usaha, dan kegiatannya kepada

instansi perikanan setempat, tanpa dikenakan biaya, yang dilakukan untuk keperluan

statistik serta pemberdayaan nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil. Pada pasal

62 pemerintah menyediakan dan mengusahakan dana untuk memberdayakan nelayan

kecil dan pembudi daya-ikan kecil, baik dari sumber dalam negeri maupun sumber

luar negeri, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -undangan yang berlaku

dan pengusaha perikanan mendorong kemitraan usaha yang saling menguntungkan

dengan kelompok nelayan kecil atau pembudi daya-ikan kecil dalam kegiatan usaha

perikanan.

3.2.3 Peraturan Menteri No. 1 tahun 2009 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan

RI

Pada Peraturan Menteri ini menjelaskan mengenai Wilayah Pengelolaan

Perikanan Republik Indonesia (WPP RI) yang merupakan pembagian wilayah yang

diatur oleh pemerintah untuk penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, konservasi,

penelitian, dan pengembangan perikanan yang meliputi perairan pedalaman, perairan

kepulauan, laut teritorial, zona tambahan, dan zona ekonomi eksklusif Indonesia

yang dituangkan ke dalam Peta WPP-RI.

Kecamatan Cilauteureun Kabupaten Garut berada pada WPP RI 573 yang

meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan

Nusatenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian Barat seperti pada Gambar 3.6.

Page 21: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

37

Gam

bar

3.

6 W

ilay

ah P

eng

elola

an P

erik

anan

Rep

ubli

k I

ndones

ia (

Sum

ber

: P

ER

ME

N N

o. 1 t

ahun 2

009)

Page 22: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

38

3.2.4 Peraturan Menteri No. 2 tahun 2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan

Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di

Wilayah Pengelolaan RI

Tujuan dari Peraturan Menteri ini adalah untuk mewujudkan pemanfaatan

sumberdaya ikan yang bertanggung jawab, optimal dan berkelanjutan serta

mengurangi konflik pemanfaatan sumber daya ikan berdasarkan prinsip pengelolaan

sumber daya ikan.

Pada pasal 3 Peraturan Menteri No. 2 tahun 2011 dijelaskan bahwa jalur

penangkapan ikan di WPP-NRI terdiri dari:

Jalur Penangkapan Ikan I, yang terdiri dari Jalur Penangkapan Ikan IA yang

meliputi perairan pantai sampai dengan 2 (dua) mil laut yang diukur dari

permukaan air laut pada surut terendah, dan Jalur Penangkapan Ikan IB meliputi

perairan pantai di luar 2 (dua) mil laut sampai dengan 4 (empat) mil laut.

Jalur Penangkapan Ikan II, yang meliputi perairan di luar jalur penangkapan ikan

I sampai dengan 12 (dua belas) mil laut diukur dari permukaan air laut pada surut

terendah.

Jalur Penangkapan Ikan III yang meliputi ZEEI dan perairan di luar jalur

penangkapan ikan II.

Pada BAB V pasal 21 hingga 32 Peraturan Menteri No. 2 tahun 2011

menjelaskan mengenai penempatan Alat Penangkapan Ikan (API) dan Alat Bantu

Penangkapan Ikan (ABPI) pada jalur penangkapan ikan dan wilayah pengelolaan

perikanan negara Republik Indonesia yang disesuaikan dengan:

a. Sifat API, yang dibedakan menjadi tiga (3) macam yaitu statis, pasif, dan aktif.

Statis merupakan alat penangkap ikan yang dipasang menetap dan tidak

dipindahkan untuk jangka waktu lama. Pasif merupakan alat penangkap ikan

yang dipasang menetap dalam waktu singkat. Dan aktif merupakan alat

penangkapan ikan yang di operasionalkan secara aktif dan bergerak.

b. Tingkat selektifitas dan kapasitas API, yang dibedakan berdasarkan ukuran,

yaitu; mesh size, nomor mata pancing, tali ris atas, bukaan mulut, luasan, penaju,

dan jumlah mata pancing.

c. Jenis dan ukuran ABPI, yang terdiri dari jumlah rumpon dan daya/kekuatan

lampu

Page 23: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

39

d. Ukuran kapal perikanan, yang terdiri dari kapal tanpa motor, kapal motor

berukuran lebih kecil dari 5 GT, kapal motor berukuran 5 – 10 GT, kapal motor

berukuran 10 – 30 GT, dan kapal motor berukuran diatas 30 GT.

e. Wilayah penangkapan, yang dilakukan pada jalur penangkapan ikan di WPP-RI.

Gambar 3. 7 Pembagian jalur penangkapan ikan di PPP Cilauteureun, Kab. Garut

Gambar 3.7 menunjukan batas antara jalur penangkapan pada wilayah Kec.

Pameungpeuk Kab. Garut.

Pada pasal 5 Peraturan Menteri No. 2 tahun 2011 ayat (1) jalur penangkapan

ikan di WPP-NRI ditetapkan berdasarkan karakteristik kedalaman perairan yang

dibedakan menjadi (2) karakteristik yaitu perairan dangkal (≤ 200 meter) dan

perairan dalam (> 200 meter).

Page 24: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

40

Berikut merupakan penempatan Alat Penangkapan Ikan yang digunakan oleh

masyarakat nelayan di PPP Cilauteureun berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan:

1. API tonda (trolling lines) merupakan API yang bersifat aktif dioperasikan dengan

jumlah tonda ≤ 10 buah, menggunakan kapal motor berukuran ≤ 30 GT, dan

dioperasikan pada jalur penangkapan ikan 1B, II, dan III.

2. API jaring insang tetap (Set gillnets (anchored)) merupakan API yang bersifat

pasif dioperasikan dengan menggunakan ukuran:

a. Mesh size ≥ 1,5 inch, P ≤ 500 m, menggunakan kapal motor berukuran ≤ 10

GT, dan dioperasikan pada jalur penangkapan ikan IB, II, dan III.

b. Mesh size ≥ 1,5 inch, P ≤ 1000 m, menggunakan kapal motor berukuran > 10

s/d < 30 GT, dan dioperasikan pada jalur penangkapan ikan II dan III.

3. API jaring insang hanyut (driftnets) merupakan API yang bersifat pasif

dioperasikan dengan menggunakan ukuran:

a. Mesh size ≥ 1,5 inch, P tali ris ≤ 500 m, menggunakan kapal motor berukuran

≤ 5 GT, dan dioperasikan pada jalur penangkapan ikan IB, II, dan III.

b. Mesh size ≥ 1,5 inch, P tali ris ≤ 1000 m, menggunakan kapal motor

berukuran > 5 s/d 10 GT, dan dioperasikan pada jalur penangkapan ikan IB,

II, dan III.

c. Mesh size ≥ 1,5 inch, P tali ris ≤ 2500 m, menggunakan kapal motor

berukuran > 10 s/d < 30 GT dan dioperasikan pada jalur penangkapan ikan

III.

4. API jaring insang lingkar (encircling gillnets) merupakan API yang bersifat aktif

dioperasikan dengan menggunakan ukuran mesh size ≥ 1,5 inch, P tali ris ≤ 600

m, menggunakan kapal motor berukuran > 5 s/d 10 GT, dan dioperasikan pada

jalur penangkapan ikan IB dan II.

5. API jaring insang berpancang (fixed gillnets (on stakes)) merupakan API yang

bersifat statis dan pasif dioperasikan dengan menggunakan ukuran mesh size ≥

1,5 inch, P tali ris ≤ 300 m, menggunakan kapal motor berukuran ≤ 5 GT, dan

dioperasikan pada jalur penangkapan ikan IA.

6. API combined grillnets-trammer net merupakan API yang bersifat pasif

dioperasikan dengan menggunakan ukuran mesh size ≥ 1 inch, P ≤ 1000 m,

menggunakan kapal tanpa motor dan kapal motor menggunakan < 30 GT, dan

dioperasikan pada jalur penangkapan ikan IA, IB, dan II.

Page 25: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

41

7. API payang merupakan API yang bersifat aktif dioperasikan dengan

menggunakan ukuran:

a. Mesh size ≥ 2 inch dan tali ris atas ≤ 100 m (kecuali mesh size paying teri 1

mm), menggunakan kapal motor berukuran > 5 s/d 10 GT, dan dioperasikan

pada jalur penangkapan ikan IB, II, dan III.

b. Mesh size ≥ 3 inch dan tali ris atas ≤ 200 m, menggunakan kapal motor

berukuran > 10 s/d < 30 GT, dan dioperasikan pada jalur penangkapan ikan II

dan III.

c. Mesh size ≥ 3 inch dan tali ris atas ≤ 300 m, menggunakan kapal motor

berukuran ≥ 30 GT, dan dioperasikan pada jalur penangkapan ikan III.

8. API pukat tarik pantai (beach seines) merupakan API yang bersifat aktif

dioperasikan dengan menggunakan ukuran mesh size ≥ 1 inch dan tali ris atas ≤

300 m, menggunakan kapal tanpa motor dan kapal motor berukuran ≤ 5 GT, dan

dioperasikan pada jalur penangkapan ikan IA.

3.2.5 Peraturan Menteri No. 49 tahun 2011 tentang Usaha Perikanan Tangkap

(Perubahan atas Peraturan Menteri No. 14 tahun 2011 tentang Usaha

Perikanan Tangkap)

Peraturan Menteri No 49 tahun 2011 menjelaskan mengenai usaha perikanan

tangkap, dimana usaha perikanan tangkap adalah usaha perikanan yang berbasis pada

kegiatan penangkapan ikan dan/atau kegiatan pengangkutan. Penangkapan ikan

adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan

dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan

kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani,

mengolah, dan/atau mengawetkannya. Sedangkan pengankutan ikan adalah kegiatan

yang khusus melakukan pengumpulan dan/atau pengangkatan ikan.

Orang yang akan melakukan usaha perikanan wajib memiliki surat-surat yang

sudah ditentukan pada Peraturan Menteri ini. Yang pertama adalah Surat Izin Usaha

Perikanan (SIUP) adalah izin tertulis yang harus dimiliki perusahaan perikanan untuk

melakukan usaha perikanan dengan menggunakan sarana produksi yang tercantum

dalam izin tersebut. Selanjutnya dikenal dengan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)

adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan

penangkapan ikan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari SIUP.

Page 26: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

42

Lalu dikenal dengan yang namanya Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan

(SIKPI) adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk

melakukan pengangkutan ikan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari SIUP.

Direktur Jenderal berwenang menerbitkan SIUP, SIPI, dan SIKPI untuk kapal

perikanan dengan ukuran di atas 30 (tiga puluh) GT. Untuk kapal berukuran antara

10 – 30 GT, kewenangan berada pada tangan gubernur di wilayah administrasinya

dan beroperasi di wilayah pengelolaan perikanan yang menjadi kewenangannya.

Sedangkan kapal berukuran 5 – 10 GT, kewenangan berada pada tangan

bupati/walikota di wilayah administrasinya dan beroperasi di wilayah pengelolaan

perikanan yang menjadi kewenangannya. Namun untuk kewajiban memiliki SIUP,

SIPI, dan SIKPI dikecualikan bagi nelayan kecil.

3.2.6 Keputusan Menteri No. 10 tahun 2004 tentang Pelabuhan Perikanan

Ketentuan umum pada Keputusan Menteri No. 10 tahun 2004 menyatakan

bahwa Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) adalah Pelabuhan Perikanan Klas C yang

skala layanannya sekurang-kurangnya mencakup kegiatan usaha perikanan di

wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan, perairan territorial, dan Zone

Ekonomi Eksklusif. Pasal 3 Keputusan Menteri No. 10 tahun 2004 menjelaskan

bahwa pelabuhan perikanan dibangun oleh pemerintah, dimana apabila letak

pelabuhan berada pada kabupaten suatu wilayah tertentu maka Pemerintah

Kabupaten yang membangun dibawah tanggung jawab Bupati dan unit pelaksana

teknis pemerintahnya berada di bawah tanggung jawab Direktur Jenderal.

Pasal 6 Keputusan Menteri No. 10 tahun 2004 menjelaskan bahwa Pelabuhan

Perikanan mempunyai tugas melaksanakan produksi, fasilitasi penanganan dan hasil

pengolahan, fasilitasi pengendalian dan pengawasan mutu, fasilitasi pemasaran hasil

perikanan di wilayahnya, fasilitasi dan melakukan pembinaan masyarakat nelayan,

pengendalian dan pengawasan pemanfaatan sumberdaya ikan, fasilitasi kelancaran

kegiatan kapal perikanan, serta fasilitasi pengumpulan data.

Tabel 3.5 merupakan jenis beserta klasifikasi berdasarkan kriteria teknis

pelabuhan perikanan di Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri No. 10 tahun

2004 pasal 10.

Page 27: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

43

Tabel 3. 5 Jenis dan Klasifikasi Pelabuhan di Indonesia

Tipe/Kelas

Pelabuhan

Perikanan

Wilayah

Kelas

Kapal

(GT)

Daya Tampung

Kapal

Panjang

Dermaga

(m)

Contoh

Pelabuhan

Perikanan

Samudera (PPS)

Wilayah laut

teritorial,

ZEEI, dan

perairan

internasional

≥ 60 > 6000 GT (ekivalen

dengan 100 buah

kapal berukuran 60

GT)

> 300 PPS Cilacap,

PPS Teluk

Bungus, PPS

Belawan

Pelabuhan

Perikanan

Nusantara

(PPN)

Wilayah laut

territorial dan

wilayah ZEEI

30 – 60 > 2250 GT (ekivalen

dengan 75 buah

kapal berukuran 60

GT)

150 – 300 PPN Kejawanan

Cirebon, PPN

Pelabuhan Ratu,

PPN Untia, PPN

Ambon

Pelabuhan

Perikanan

Pantai (PPP)

Wilayah

perairan

pedalaman,

kepulauan,

laut teritorial,

ZEEI

10 – 30 > 300 GT (ekivalen

dengan 75 buah

kapal berukuran 30

GT)

100 – 150 PPP

Cilauteureun,

PPP Temperan,

PPP Teluk

Batang, PPP

Lempasing

Pangkalan

Pendaratan Ikan

(PPI)

Wilayah

perairan

pedalaman

dan perairan

kepulauan

3 – 10 > 60 GT (ekivalen

dengan 20 buah

kapal berukuran 3

GT)

50 – 100 PPI Paotere, PPI

Lhok bubon, PPI

Padang Sarehat

Pada pembangunan pelabuhan perikanan terdapat fasilitas-fasilitas yang harus

dimiliki seperti dijelaskan pada pasal 15, fasilitas tersebut terbagi menjadi tiga (3)

macam yaitu fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang.

Fasilitas pokok terdiri dari:

a. Fasilitas pelindung seperti breakwater, revetment, dan groyne.

b. Fasilitas tambat seperti dermaga dan jetty.

c. Fasilitas perairan seperti kolam dan alur pelayaran.

d. Fasilitas penghubung seperti jalan, drainase, gorong-gorong, dan jembatan.

e. Fasilitas lahan seperti lahan Pelabuhan Perikanan.

Page 28: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

44

Fasilitas fungsional terdiri dari:

a. Fasilitas pemasaran hasil perikanan seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan

pasar ikan.

b. Fasilitas navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet, SSB,

rambu-rambu, lampu suar, dan menara pengawas.

c. Fasilitas suplai air bersih, es, listrik, dan bahan bakar.

d. Fasilitas pemeliharaan kapal dan alat penangkap ikan seperti dock/slipway,

bengkel, dan tempat perbaikan jaring.

e. Fasilitas penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti transit sheed dan

laboratorium pembinaan mutu.

f. Fasilitas perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan dan kantor swasta

lainnya.

g. Fasilitas transportasi seperti alat-alat angkut kan dan es.

h. Fasilitas pengolahan limbah seperti IPAL.

Fasilitas penunjang terdiri dari:

a. Fasilitas pembinaan nelayan seperti Balai Pertemuan Nelayan.

b. Fasilitas pengelola pelabuhan seperti mess operator, pos jagam dan pos

pelayanan terpadu.

c. Fasilitas sosial dan umum seperti tempat penginapan nelayan, tempat

peribadatan, MCK, guest house, dan kios.

d. Fasilitas kios IPTEK.

3.2.7 Keputusan Menteri No. 1 tahun 2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan

Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan, dan Distribusi

Pada Keputusan Menteri No. 1 tahun 2007 menjelaskan mengenai jaminan

mutu dan keamanan hasil perikanan pada proses produksi, pengolahan, dan

distribusi, dimana berdasarkan Undang-Undang No. 45 tahun 2009 (perubahan atas

Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan) telah ditetapkan agar produk

pangan dalam hal ini hasil perikanan yang dipasarkan untuk dikonsumsi manusia

harus mengikuti persyaratan-persyaratan yang ditetapkan sehingga dapat menjamin

kesehatan manusia. Maksud ditetapkan keputusan ini untuk mengatur persyaratan

jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan pada proses produksi, pengolahan, dan

ditribusi.

Page 29: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

45

Beberapa ruang lingkup yang dibahas pada Keputusan ini meliputi kapal

penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan, tempat pendaratan ikan, tempat

pelelangan ikan, unit pengolahan ikan, dan sarana distribusi hasil perikanan.

1. Kapal Penangkap Ikan dan Kapal Pengangkut Ikan

a. Persyaratan umum kapal penangkap dan pengangkut ikan terdiri dari:

Kapal penangkap dan pengangkut ikan yang digunakan untuk melakukan

penangkapan dan penanganan di atas kapal harus memenuhi persyaratan

ketentuan sanitasi dan hygiene kapal perikanan.

Kapal ikan harus didesain dan dikonstruksi sehingga tidak menyebabkan

kontaminasi produk dari air kotor, limbah, asap, minyak, oli, gemuk atau

bahan-bahan lain.

Permukaan kontak langsung dengan produk harus dibuat dari bahan yang

tidak korosif yang halus dan mudah dibersihkan. Permukaan yang

menggunakan pelapis harus tahan/kuat dan tahan lama serta tidak toksin.

Peralatan dan bahan yang digunakan untuk menangani ikan harus terbuat

dari bahan yang tidak mudah karat yang mudah dibersihkan dan disanitasi.

Bila kapal penangkap dan/atau pengangkut ikan mempunyai penampung

air untuk penanganan ikan, maka harus ditempatkan pada lokasi yang

terhindar dari kontaminasi.

b. Persyaratan khusus struktur dan peralatan kapal penangkap dan pengangkut

ikan terdiri dari:

Kapal ikan yang didesain dan dilengkapi peralatan untuk

mempertahankan kesegaran ikan selama penangkapan hingga 24 jam.

Kapal yang didesain dan dilengkapi peralatan untuk menjaga

kesegaran ikan hingga 24 jam harus dilengkapi peralatan palka, tanki

atau wadah untuk menyimpan ikan dan menjaga suhu pendinginannya

pada titik leleh es.

Palka harus terpisah dari ruang mesin dan ruang anak buah kapal

untuk menjaga kontaminasi. Palka, tangki atau wadah yang digunakan

harus menjamin bahwa kondisi penyimpanan dalam menjaga

kesegaran ikan memenuhi persyaratan hygine.

Kapal yang dilengkapi dengan pendingin dengan air laut bersih

dingin, tangki harus dilengkapi dengan peralatan yang menjamin

Page 30: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

46

kondisi suhu yang merata pada seluruh bagian tangki dengan suhu <

3oC setelah 6 jam setelah ikan ditangkap dan < 6

oC. Kondisi suhu

dimonitor dan dicatat.

Persyaratan kapal dilengkapi dengan pembeku (freezer), kapal penangkap

dan pengangkut ikan dengan freezer harus:

Memiliki peralatan pembekuan yang cukup kapasitas untuk menurunkan

suhu secara cepat sehingga mencapai suhu pusat ikan sama atau kurang

dari -18°C;

Mempunyai peralatan pembekuan yang cukup untuk menjaga produk

dalam palka tidak lebih besar dari -18oC. Ruang penyimpanan harus

dilengkapi dengan alat pencatat suhu yang ditempatkan pada tempat yang

mudah dibaca. Sensor suhu harus ditempatkan pada tempat suhu tertinggi

di dalam palka.

c. Registrasi kapal penangkap dan pengangkut ikan terdiri dari:

Kapal penangkap dan pengangkut ikan yang telah menerapkan

persyaratan diberikan nomor registrasi.

Kapal penangkap dan pengangkut ikan wajib menerapkan persyaratan

hygiene kapal ikan.

Kapal penangkap dan pengangkut ikan wajib menempatkan penanggung

jawab mutu di atas kapal dan memiliki sertifikat pengolah ikan (SPI).

Persyaratan dan tata cara penempatan penanggung jawab mutu di atas

kapal dan pemberian nomor registrasi ditetapkan lebih lanjut oleh

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.

Persyaratan dan tata cara pemberian SPI sebagaimana poin c ditetapkan

lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Perikanan.

d. Persyaratan hygiene kapal penangkap dan pengangkut ikan terdiri dari:

Setiap kapal penangkap dan pengangkut ikan harus memenuhi

persyaratan hygiene dan penerapan sistem rantai dingin.

Ketika digunakan, bagian-bagian dari kapal atau wadah untuk penyimpan

hasil tangkap harus dijaga kebersihannya dan dijaga selalu dalam kondisi

baik, terutama tidak terkontaminasi bahan bakar dan air kotor.

Page 31: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

47

Segera setelah diangkat ke geladak, produk perikanan harus dijaga dari

kontaminasi dan dari akibat panas matahari atau sumber panas lainnya.

Ketika ikan dicuci, air yang digunakan adalah air minum atau dengan air

laut bersih.

Produk hasil tangkap harus ditangani dan disimpan sehingga terhindar

dari memar. Penanganan menggunakan ganco untuk menangani ikan

besar harus dijaga agar tidak melukai daging ikan.

Produk perikanan yang tidak disimpan dalam keadaan hidup harus segera

didinginkan setelah naik ke kapal penangkap dan/atau pengangkut ikan.

Es yang digunakan untuk pendinginan ikan harus terbuat dari air minum

atau air laut bersih.

Bila ikan dipotong kepala dan/atau dihilangkan isi perut, maka kegiatan

tersebut harus dilakukan secara higienis setelah penangkapan, dan produk

harus dicuci segera dan menyeluruh dengan air minum atau air laut

bersih. Isi perut dan bagian lain yang dapat mengakibatkan bahaya

kesehatan harus segera disingkirkan. Hati dan telur yang dapat

dikonsumsi harus disimpan dengan es pada suhu dingin (chilling), atau

dibekukan.

Jika menggunakan pembekuan dengan air garam (brine) untuk ikan utuh

sebagai bahan baku pengalengan, suhu tidak boleh lebih besar dari -9oC

pada pusat ikan. Air garam harus tidak menjadi sumber kontaminasi ikan.

e. Persyaratan hygiene terhadap penanganan di kapal penangkap dan

pengangkut ikan terdiri dari:

Penanggung jawab penanganan ikan di kapal penangkap dan pengangkut

ikan harus bertanggung jawab dalam menerapkan cara pananganan ikan

yang baik;

Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada angka 1, harus

mempunyai kewenangan untuk menjamin bahwa persyaratan-persyaratan

yang tercantum dalam ketentuan ini diterapkan;

Penanggung jawab sebagaimana dimaksud pada angka 1 juga

menyediakan program pengendalian bagi Inspektur hasil perikanan untuk

tujuan pemeriksaan mutu di atas kapal penangkap dan/atau pengangkut

Page 32: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

48

ikan serta menyediakan lembaran catatan yang meliputi lembaran

komentar inspektur dan pencatatan suhu;

Kondisi umum hygiene tempat dan peralatan harus mempunyai kondisi

yang hygiene;

Karyawan yang menangani langsung hasil perikanan di atas kapal harus

menggunakan pakaian kerja yang bersih dan tutup kepala sehingga

menutupi rambut secara sempurna;

Karyawan yang menangani hasil perikanan harus mencuci tangan

sebelum memulai pekerjaan;

Karyawan yang sedang mengalami luka tangan tidak boleh menangani

produk;

Tidak diperbolehkan merokok, meludah, makan dan minum diruang kerja

dan di tempat penyimpanan produk;

Pembuangan kepala dan isi perut harus dilakukan secara hygienis dan

segera dicuci dengan air minum dan atau air laut bersih;

Hasil perikanan yang dibungkus dan dikemas harus dilakukan pada

kondisi yang hygienis untuk menghindari kontaminasi;

Bahan kemasan dan bahan lain yang kontak langsung dengan hasil

perikanan harus memenuhi persyaratan higiene, dan khususnya:

Tidak boleh mempengaruhi karakteristik organoleptik dari hasil

perikanan;

Tidak boleh menularkan bahan-bahan yang membahayakan kesehatan

manusia;

Harus cukup kuat melindungi hasil perikanan.

Penyimpanan hasil perikanan di atas kapal harus dijaga suhunya sesuai

dengan persyaratan, khususnya:

Hasil perikanan segar atau dilelehkan termasuk krustasea rebus yang

didinginkan dan produk kekerangan harus disimpan pada suhu leleh es;

Hasil perikanan beku, kecuali ikan beku yang menggunakan air garam

untuk keperluan pengalengan, harus dipertahankan pada suhu pusat -18°C

atau lebih rendah, untuk semua bagian produk dengan fluktuasi tidak

lebih dari 3°C selama pengangkutan;

Pelaku usaha penangkapan dan pengangkutan ikan harus:

Page 33: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

49

Membuktikan kepada otoritas kompeten atas pemenuhan persyaratan

sebagaimana pasal 5 hingga 9;

Pelaku usaha Penangkapan dan pengangkutan ikan harus

mendokumentasikan GHdP yang diterapkan.

menjamin bahwa dokumen yang dikembangkan selalu dijaga tetap

terkini;

memelihara dokumen lainnya dan rekaman hingga periode waktu tertentu.

2. Tempat Pendaratan Ikan

a. Pelaku usaha dalam melakukan bongkar muat produk perikanan di tempat

pendaratan ikan wajib:

Memastikan bahwa bongkar muat dan peralatan pendaratan yang

berhubungan langsung dengan produk perikanan terbuat dari bahan yang

mudah dibersihkan dan disanitasi serta dijaga tetap dalam keadaan baik

terpelihara atau dibersihkan;

Menghindari kontaminasi produk perikanan selama bongkar muat dan

pendaratan khususnya dengan cara:

melakukan operasi bongkar muat dan pendaratan dengan cepat;

menempatkan produk perikanan dan tidak terlambat dalam melakukan

perlindungan suhu sebagaimana yang dipersyaratkan; dan

tidak menggunakan peralatan dan perlakuan yang menyebabkan hal-

hal kerusakan yang tidak diinginkan pada bagian produk perikanan.

b. Kegiatan penyimpanan dan pengangkutan hasil perikanan dilakukan dengan:

Sistem rantai dingin;

Menjaga suhu selama penyimpanan dan pengangkutan sesuai dengan

persyaratan yang berlaku;

Diangkut dari cold storage ke UPI untuk dilelehkan pada saat penerimaan

untuk tujuan preparasi dan/atau pengolahan, di mana jarak yang ditempuh

singkat, tidak melebihi 50 km atau 1 jam perjalanan;

Diangkut atau disimpan dengan produk lain yang dapat mengakibatkan

kontaminasi atau mempengaruhi higiene tidak diperkenankan kecuali,

produk tersebut dikemas sedemikian rupa, sehingga mampu melindungi

produk tersebut;

Page 34: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

50

Menggunakan kendaraan pengangkut hasil perikanan dengan kontruksi

dan dilengkapi peralatan sedemikian rupa, sehingga suhu dapat dijaga

selama pengangkutan. Jika es digunakan untuk pendinginan maka harus

ada saluran pembuangan untuk menjamin lelehan es tidak menggenangi

produk. Permukaan bagian dalam dari alat transportasi harus didesain

sedemikian rupa sehingga tidak merusak produk, di mana permukaannya

harus rata, mudah dibersihkan, dan disanitasi;

Menggunakan alat pengangkut yang tidak dapat mengkontaminasi produk

hasil perikanan;

Tidak boleh diangkut dengan menggunakan kendaraan atau wadah yang

tidak bersih kecuali disanitasi terlebih dahulu;

Persyaratan pengangkutan hasil perikanan yang dipasarkan dalam

keadaan hidup harus tidak berpengaruh buruk terhadap hasil perikanan

tersebut;

Pelaku usaha penyimpanan dan pengangkutan Ikan harus:

membuktikan kepada otoritas kompeten atas pemenuhan persyaratan

sebagaimana butir 1 hingga 8;

pelaku usaha penyimpanan dan pengangkutan Ikan harus menerapkan

dan mendokumentasikan GHdP.

menjamin bahwa dokumen yang dikembangkan selalu dijaga tetap

terkini;

memelihara dokumen lainnya dan rekaman hingga periode waktu

tertentu.

3. Tempat Pelelangan Ikan

a. Tempat pelelangan ikan harus memenuhi persyaratan:

terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk dibersihkan;

mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan disanitasi,

dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan mempunyai sistem

pembuangan limbah cair yang higiene;

dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan dan toilet

dalam jumlah yang mencukupi. Tempat cuci tangan harus dilengkapi

dengan bahan pencuci tangan dan pengering sekali pakai;

mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam

Page 35: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

51

pengawasan hasil perikanan;

kendaraan yang mengeluarkan asap dan binatang yang dapat

mempengaruhi mutu hasil perikanan tidak diperbolehkan berada dalam

Tempat Pelelangan Ikan/pasar grosir;

dibersihkan secara teratur minimal setiap selesai penjualan; wadah harus

dibersihkan dan dibilas dengan air bersih atau air laut bersih;

dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok, meludah, makan

dan minum, dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dengan jelas;

mempunyai fasilitas pasokan air bersih dan atau air laut bersih yang

cukup;

mempunyai wadah khusus yang tahan karat dan kedap air untuk

menampung hasil perikanan yang tidak layak untuk dimakan;

b. Tempat pelelangan ikan harus memenuhi persyaratan higiene dan penerapan

sistem rantai dingin;

c. Pelaku usaha perikanan yang bertanggungjawab pada pelelangan dan pasar

induk atau pasar lainnya yang memaparkan produk, harus memenuhi

persyaratan berikut:

harus mempunyai fasilitas penyimpanan dingin yang dapat dikunci untuk

menyimpan produk perikanan dan mempunyai fasilitas wadah untuk

produk yang tidak layak konsumsi pada tempat yang diberi tanda;

mempunyai tempat khusus untuk unit pengendalian kemanan hasil

perikanan.

d. Pada saat memaparkan atau menyimpan hasil perikanan:

peralatan harus tidak digunakan untuk tujuan lain;

kendaraan yang mengeluarkan asap yang dapat mempengaruhi produk

tidak boleh mengkontaminasi ruangan peralatan tersebut;

personil yang mempunyai akses ke ruang peralatan tidak diperbolehkan

memasukkan binatang lain, dan

peralatan harus memungkinkan dilakukan pengendalian oleh Otoritas

Kompeten.

e. Jika pendinginan tidak memungkinkan dilakukan di atas kapal, ikan segar

harus didinginkan sesegera mungkin dan disimpan dengan susu mendekati

suhu leleh es;

Page 36: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

52

f. Pelaku usaha perikanan harus bekerjasama dengan otoritas kompeten

sehingga memungkinkan petugas pengawas mutu dapat melakukan

pengawasan sesuai dengan peraturan yang berlaku;

g. Tempat Pelelangan Ikan harus:

membuktikan kepada otoritas kompeten atas pemenuhan persyaratan

sebagaimana pada angka 1 hingga 6;

tempat Pelelangan Ikan harus menerapkan dan mendokumentasikan

GHdP.

menjamin bahwa dokumen yang dikembangkan selalu dijaga tetap

terkini;

memelihara dokumen lainnya dan rekaman hingga periode waktu tertentu.

4. Unit Pengolahan Ikan

a. Pelaku usaha perikanan pada tahap pengolahan:

Harus memenuhi persyaratan umum hygiene sesuai dengan peraturan

yang berlaku;

Harus mengadopsi dan menerapkan persyaratan sebagai berikut:

sesuai dengan kriteria mikrobiologi, kimia, dan fisik untuk hasil

perikanan;

prosedur yang diperlukan untuk mencapai target yang ditetapkan oleh

peraturan ini;

sesuai dengan persyaratan pengendalian suhu pada hasil perikanan;

menjaga rantai dingin hasil perikanan;

pengambilan contoh dan pengujian.

Harus memenuhi kriteria, persyaratan dan target pada butir 2 harus

diadopsi berdasarkan standar dan peraturan spesifik produk yang sesuai;

Bila peraturan yang ada tidak spesifik dan tidak mencakup suatu produk

perikanan, maka pelaku usaha dapat menggunakan standar internasional,

atau metode yang dikembangkan sendiri dengan validasi ilmiahnya sesuai

dengan standar atau pedoman internasional; (1) membuktikan kepada

otoritas kompeten atas pemenuhan persyaratan sebagaimana butir 1

hingga 4; (2) mendokumentasikan sistem manajemen keamanan

pangannya yang mencakup GMP, SSOP dan panduan mutu rencana

HACCP yang diterapkan. (3) menjamin bahwa dokumen panduan mutu

Page 37: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

53

dan dokumen lainnya yang dikembangkan selalu dijaga tetap terkini; (4)

memelihara dokumen lainnya dan rekaman hingga periode waktu tertentu.

b. Persyaratan Bangunan, Peralatan dan Karyawan yang meliputi:

Unit Pengolahan Ikan (UPI) harus memenuhi persyaratan fasilitas

minimal sebagai berikut:

ruang kerja yang cukup untuk melakukan kegiatan harus mempunyai

kondisi yang higiene;

bangunan dan peralatan harus mampu menghindari kontaminasi

terhadap produk dan terpisah antara bagian yang bersih dan yang

terkontaminasi.

Unit pengolahan harus dibangun di lokasi yang tidak tercemar dan yang

menjamin tersedianya ikan yang bermutu baik;

Bangunan unit pengolahan dan sekitarnya harus dirancang dan ditata

dengan konstruksi sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan

sanitasi;

Setiap unit pengolahan harus memiliki laboratorium yang dapat

digunakan untuk menunjang pengendalian mutu secara mandiri;

Peralatan dan perlengkapan unit pengolahan harus ditata sedemikian rupa

sehingga terlihat jelas tahap-tahap proses yang menjamin kelancaran

pengolahan, mencegah kontaminasi silang dan mudah dibersihkan;

Peralatan dan perlengkapan yang berhubungan langsung dengan ikan

yang diolah harus terbuat dari bahan tahan karat, tidak menyerap air,

mudah dibersihkan dan tidak menyebabkan kontaminasi sesuatu apapun

terhadap bahan baku yang sedang diolah maupun produk akhir serta

dirancang sesuai persyaratan sanitasi;

Peralatan dan perlengkapan yang dipakai untuk menangani bahan bukan

makanan atau bahan yang dapat menyebabkan kontaminasi baik secara

langsung maupun tidak langsung, harus diberi tanda dan dipisahkan

dengan jelas supaya tidak dipergunakan untuk menangani ikan, bahan

penolong, bahan tambahan makanan serta produk akhir;

Bangunan unit pengolahan, perlengkapan, peralatan serta semua sarana

fisik yang digunakan harus dirawat, dibersihkan dan dipelihara secara

saniter dengan tertib dan teratur;

Page 38: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

54

Pembuangan kotoran atau limbah (padat, cair atau gas) dari lingkungan

kerja harus dilakukan dengan sempurna dan memenuhi ketentuan yang

berlaku;

Pestisida, fumigan, desinfektan dan deterjen harus disimpan dalam

ruangan terpisah dan hanya ditangani di bawah pengawasan petugas yang

mengetahui tentang bahayanya untuk menghindari kontaminasi terhadap

produk dan penggunaannya harus dalam batas-batas yang tidak

membahayakan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan;

Tindakan pencegahan harus diambil untuk mencegah masuknya orang

yang berpenyakit menular atau menyebarkan kuman penyakit menular,

serangga, tikus, burung dan hama lainnya serta binatang peliharaan ke

dalam halaman gedung dan ruang pengolahan;

Pada setiap pintu masuk ruang pengolahan dan tempat-tempat tertentu

harus disediakan perlengkapan pencuci-hama;

Karyawan yang dipekerjakan harus sehat dan tidak menderita penyakit

menular atau menyebarkan kuman penyakit menular;

Kesehatan para karyawan harus diperiksa secara periodik untuk

menghindarkan penularan penyakit baik terhadap produk maupun

karyawan lainnya;

Setiap karyawan harus dilengkapi dengan pakaian dan perlengkapan kerja

sesuai dengan bidangnya masing-masing.

c. Penanganan Hasil Perikanan harus memenuhi:

Persyaratan produk segar, persyaratan produk beku, produk yang dilelehkan,

persyaratan produk olahan, pengalengan, pengasapan, penggaraman, produk

crustacea dan kekerangan yang dimasak, pemisahan daging ikan secara

mekanis, persyaratan mengenai parasit

d. Persyaratan dalam melakukan pengepakan dan pelabelan:

Pengepakan harus dilakukan pada kondisi yang higienis untuk

menghindari kontaminasi pada hasil perikanan;

Bahan pengepak dan bahan lain yang kontak langsung dengan hasil

perikanan harus memenuhi persyaratan hygiene;

Page 39: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

55

Dengan pengecualian terhadap wadah tertentu yang terbuat dari bahan

yang kedap air, halus, dan tahan karat yang mudah dibersihkan dan

disanitasi, yang mungkin digunakan kembali setelah pencucian dan

sanitasi, bahan pengepakan tidak boleh digunakan kembali. Bahan

pengepakan yang digunakan untuk produk segar yang di-es harus

dilengkapi dengan saluran pembuangan untuk lelehan air;

Bahan pengepak yang tidak digunakan harus disimpan dalam bangunan

yang jauh dari tempat produksi dan terlindung dari debu dan kontaminasi;

Untuk tujuan pengawasan kemamputelusuran produk dapat digunakan

label (untuk produk yang dikemas) atau dokumen yang menyertai (untuk

produk yang tidak dikemas).

5. Sarana Distribusi Hasil Perikanan

a. Sarana distribusi hasil perikanan baik yang digunakan untuk hasil tangkapan

maupun budidaya harus dijaga dalam keadaan bersih dan baik untuk

menghindari kontaminasi dan kerusakan fisik, dan didesain agar mudah

dibersihkan dan/atau disanitasi.

b. Sarana berupa kendaraan pengangkut tidak digunakan untuk tujuan lain selain

hasil perikanan yang dapat mengkontaminasi hasil perikanan.

c. Bila pada saat yang sama sarana kendaraan yang digunakan juga untuk

mengangkut produk lain, harus dipisahkan dan dijamin kebersihannya agar

tidak mengkontaminasi hasil perikanan.

d. Sarana pengangkut harus dapat melindungi produk dari resiko penurunan

mutu dan keamanan hasil perikanan.

e. Pelaku usaha distribusi hasil perikanan harus:

Membuktikan kepada otoritas kompeten atas pemenuhan persyaratan

sebagaimana butir a hingga d;

Pelaku usaha distribusi hasil perikanan harus mendokumentasikan sistem

manajemen keamanan pangannya yang mencakup GHdP yang diterapkan.

Menjamin bahwa dokumen yang dikembangkan selalu dijaga tetap

terkini;

Memelihara dokumen lainnya dan rekaman hingga periode waktu

tertentu.

Page 40: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

56

3.2.8 Keputusan Menteri No. 6 tahun 2010 tentang Alat Penangkapan Ikan di

Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan bahwa pengelolaan

dan pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal dan berkelanjutan, perlu

menetapkan Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara

Republik Indonesia. Berikut adalah gambar Alat Penangkapan Ikan yang dipakai

oleh nelayan di PPP Cilauteureun yang dijelaskan dalam Keputusan Menteri No. 6

tahun 2010:

1. Jenis alat penangkapan ikan pancing (Hook and Lines)

Kelompok jenis alat penangkapan ikan pancing adalah kelompok alat

penangkapan ikang yang terdiri dari tali dan mata pancing dan atau sejenisnya.

Dilengkapi dengan umpan alami, umpan buatan atau tanpa umpan.

Pengoperasian alat penangkapan ikan panacing dan atau sejenisnya,

menggunakan atau tanpa jorang yang dilengkapi dengan umpan alami, umpan

buatan atau tanpa umpan. Pengoperasiannya dilakukan pada permukaan, kolom

maupun dasar perairan, umumnya untuk menangkap ikan pelagis maupun ikan

demersal tergantung jenis pancing. Tonda dioperasikan di permukaan perairan

dengan cara ditarik secara horizontal dengan menggunakan kapal umumnya

menangkap ikan pelagis. Salah satu jenis alat penangkapan ikan pancing yang

digunakan oleh nelayan di PPP Cilauteureun adalah Tonda (Trolling lines)

Gambar 3. 8 Alat Penangkapan Ikan Pancing Tonda (Trolling lines) (sumber:

KEPMEN No. 6 tahun 2010)

Page 41: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

57

2. Jenis alat penangkapan ikan jaring insang (gillnets)

Kelompok jenis alat penangkapan ikan jaring insang adalah kelompok jaring

berbentuk empat persegi panjang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali

ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah untuk menghadang ikan

sehingga ikan tertangkap dengan cara terjerat dan/atau terpuntal dioperasikan di

permukaan, pertengahan dan dasar secara menetap, hanyut dan melingkar dengan

tujuan menangkap ikan pelagis dan demersal. Pengoperasian jaring insang

dilakukan dengan cara menghadang arah renang gerombolan ikan pelagis atau

demersal yang menjadi sasaran tangkap sehingga terjerat pada jaring.

Pengoperasiannya dilakukan pada permukaan, pertengahan maupun pada dasar

perairan, umumnya untuk menangkap ikan pelagis maupun ikan demersal

tergantung jenis jaring isang. Jaring insang dioperasikan secara menetap,

dihanyutkan, melingkar maupun terpancang pada permukaan, pertengahan

maupun dasar perairan. Jaring insang ada yang satu lapis maupun berlapis.

Jenis alat penangkapan ikan jaring insang yang digunakan oleh nelayan di PPP

Cilauteureun adalah:

a. Jaring insang tetap (Set gillnets (anchored))

Gambar 3. 9 Alat Penangkap Ikan Jaring Insang Tetap (Set gillnets (anchored))

(sumber: KEPMEN No. 6 tahun 2010)

Page 42: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

58

b. Jaring insang hanyut (Driftnets)

Gambar 3. 10 Alat Penangkap Ikan Jaring Insang Hanyut (Driftnets)

(sumber: KEPMEN No. 6 tahun 2010)

c. Jaring insang lingkar (Encircling gillnets)

Gambar 3. 11 Alat Penangkap Ikan Jaring Insang Lingkar (Encircling gillnets)

(sumber: KEPMEN No. 6 tahun 2010)

Page 43: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

59

d. Jaring insang berpancang (Fixed gillnets (on stakes))

Gambar 3. 12 Alat Penangkap Ikan Jaring Insang Berpancang (Fixed gillnets (on

stakes))

(sumber: KEPMEN No. 6 tahun 2010)

e. Jaring insang berlapis (Trammel nets)

Gambar 3. 13 Alat Penangkap Ikan Jaring Insang Berlapis (Trammel nets)

(sumber: KEPMEN No. 6 tahun 2010)

Page 44: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

60

f. Combined gillnets-trammel nets

Gambar 3. 14 Alat Penangkap Ikan Combined gillnets-trammel nets

(sumber: KEPMEN No. 6 tahun 2010)

3. Jenis alat penangkapan ikan pukat tarik

Kelompok jenis alat penangkapan ikan pukat tarik adalah kelompok alat

penangkapan ikan berkantong (cod-end) tanpa alat pembuka mulut jaring,

pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan (schooling) ikan dan

menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai

melalui kedua bagian sayap dan tali selambar. Pengoperasian alat penangkapan

ikan pukat tarik dilakukan dengan cara melingkari gerombolan ikan pelagis atau

ikan demersal dengan menggunakan kapal atau tanpa kapal.

Pukat ditarik kearah kapal yang sedang berhenti atau berlabuh jangkar atau ke

darat/pantai melalui tali selambar di kedua bagian sayapnya. Pengoperasiannya

dilakukan pada permukaan , kolom maupun dasar perairan umumnya untuk

menangkap ikan pelagis maupun ikan demersal tergantung jenis pukat tarik yang

digunakan. Pukat terik pantai dioperasikan di daerah pantai untuk menangkap

ikan pelagis dan demersal yang hidup di daerah pantai.

Jenis alat penangkapan ikan pukat tarik yang digunakan oleh nelayan di PPP

Cilauteureun adalah:

Page 45: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

61

a. Pukat tarik pantai (Beach seinses)

Gambar 3. 15 Alat Penangkap Ikan Pukat Tarik Pantai (Beach seinses)

(sumber: KEPMEN No. 6 tahun 2010)

b. Payang

Gambar 3. 16 Alat Penangkap Ikan Payang

(sumber: KEPMEN No. 6 tahun 2010)

Page 46: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

62

3.2.9 Keputusan Menteri No. 45 tahun 2011 tentang Estimasi Potensi Sumber Daya

Ikan di Wilayah Pengelolaan

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan estimasi potensi

sumber daya ikan di wilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia tahun

2011. Estimasi potensi sumber daya ikan dapat dipergunakan sebagai salah satu

pertimbangan dalam menentukan alokasi sumber daya ikan dan jumlah tangkapan

yang diperbolehkan dengan mempertimbangkan status tingkat eksploitasi sumber

daya ikan di masing-masing Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik

Indonesia. Tabel 3.6 menjelaskan mengenai estimasi potensi sumber daya ikan pada

wilayah WPP-NRI 573 dimana Kabupaten Garut berada pada wilayah pengelolaan

tersebut. Berdasarkan tabel 3.6 ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar memiliki

potensi yang sangat besar untuk diproduksi. Sedangkan lobster, cumi-cumi, dan ikan

karang memiliki potensi yang kecil.

Tabel 3. 6 Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan pada Wilayah WPP-NRI 573 (dalam

ribu ton/tahun)

Kelompok Sumberdaya Ikan WPP 573

Ikan Pelagis Besar 201.4

Ikan Pelagis Kecil 210.6

Ikan Demersal 66.2

Udang Penaeid 5.9

Ikan Karang Konsumsi 4.5

Lobster 1

Cumi-cumi 2.1

Total Potensi (1.000 ton/tahun) 491.7

(Sumber: Keputusan Menteri No. 45 tahun 2011)

Tabel 3.7 menjelaskan mengenai tingkat eksploitasi sumber daya ikan pada

wilayah WPP-NRI 573. Berdasarkan tabel, tingkat eksploitasi tertinggi adalah udang,

lemuru, mata besar, dan SBT. Sedangkan tingkat eksploitasi yang kecil adalah

kelompok demersal, pelagis kecil, dan cumi-cumi.

Page 47: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

63

3.3 Klasifikasi Hasil Inventarisasi Peraturan Perundang-undangan

Berdasarkan hasil inventarisasi peraturan perundang-undangan yang dilakukan

pada sub bab sebelumnya, didapat dua komponen utama yang terdiri dari komponen

hulu dan hilir. Komponen-kompenen tersebut akan dikelompokan berdasarkan kaitan

inventaris undang-undang yang dilakukan pada sub bab sebelumnya.

Gambar 3. 17 Kaitan antara Kebijakan Pemerintah dengan Komponen Hulu dalam

Pengelolaan Perikanan

Gambar 3.16 menjelaskan mengenai kaitan antara kebijakan pemerintah

berdasarkan inventarisasi yang dilakukan dengan komponen hulu pengelolaan

perikanan, sedangkan pada Gambar 3.17 menjelaskan mengenai kaitan antara

kebijakan pemerintah berdasarkan inventarisasi yang dilakukan dengan komponen

hilir pada pengelolaan perikanan. Hal ini menunjukan hasil klasifikasi yang

dilakukan berdasarkan kaitan antara undang-undang yang sudah terinventarisasi

dengan komponen utama yang ditentukan.

PER-1-MEN-2009 tentang Wilayah

Pengelolaan Perikanan RI

PER-2-MEN-2011 tentang Jalur

Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat

Penangkapan Ikan dan Alat Bantu

Penangkapan Ikan di Wilayah

Pengelolaan RI PER-45-MEN-2011 tentang Estimasi

Potensi Sumber Daya Ikan di Wilayah

Pengelolaan

KEP-10-MEN-2004 tentang Pelabuhan

Perikanan

KEP-6-MEN-2010 tentang Alat

Penangkapan Ikan di Wilayah

Pengelolaan Perikanan Negara Republik

Indonesia

Undang-Undang No. 45 tahun 2009

tentang Perikanan

Kewilayahan

Sarana

SDM

Komponen Hulu

Page 48: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

64

Berdasarkan Peraturan Menteri No. 1 tahun 2009 tentang Wilayah Pengelolaan

Perikanan RI, Peraturan Menteri No 2 tahun 2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan

dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di

Wilayah Pengelolaan RI, dan Keputusan Menteri No. 45 tahun 2011 tentang Estimasi

Potensi Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan dapat dirangkumkan pada

komponen hulu kelompok kewilayahan. Secara ringkas undang-undang tersebut

menjelaskan mengenai batas-batas wilayah pengelolaan perikanan yang ada di

Indonesia, batas wilayah pengelolaan yang ditentukan berdasarkan penempatan alat

tangkap yang digunakan, serta sumber daya perikanan yang teralokasi berdasarkan

wilayahnya. Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri No. 10 tahun 2004 tentang

Pelabuhan Perikanan dan Keputusan Menteri No. 6 tahun 2010 tentang Alat

Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia

merangkumkan komponen hulu untuk kelompok sarana pengelolaan perikanan.

Undang-undang tersebut menjelaskan mengenai sarana penangkapan yang digunakan

dalam aktivitas penangkapan ikan seperti penjelasan mengenai standarisasi fasilitas

pelabuhan serta jenis-jenis alat tangkap pancing dan jaring.

Berdasarkan hasil inventarisasi mengenai Peraturan Menteri No. 49 tahun 2011

tentang Usaha Perikanan Tangkap dan Keputusan Menteri No. 1 tahun 2007 tentang

Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi,

Pengolahan, dan Distribusi, dapat dirangkumkan pada komponen hilir dan

dikelompokan pada distribusi hasil produksi, tata kelola, dan penjualan hasil

produksi perikanan.

Undang-Undang No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan meringkaskan mengenai

seluruh komponen dalam pengelolaan perikanan di Indonesia, sehingga setiap

komponen utama yang ditentukan di atur dalam peraturan ini. Dan komponen yang

menjadi tambahan dalam mengkaji pengelolaan perikanan yaitu komponen hulu

dalam kelompok sumber daya manusia perikanan.

Page 49: BAB 3 INVENTARISASI LEMBAGA PERIKANAN DAN · PDF fileAkreditasi Direktorat Pemasaran Dalam Negeri Kelompok Jabatan Fungsional Direktorat ... Pembangunan bisnis kelautan diarahakan

65

Gambar 3. 18 Kaitan antara Kebijakan Pemerintah dengan Komponen Hilir dalam

Pengelolaan Perikanan

KEP-1-MEN- 2007 tentang Persyaratan

Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan pada Proses Produksi,

Pengolahan, dan Distribusi

PER-49-MEN No. 49 tahun 2011

tentang Usaha Perikanan Tangkap

Distribusi

Tata Kelola

Penjualan

Komponen Hilir