bab 3 analisis investasi implementasi 3.1 …thesis.binus.ac.id/doc/bab3/2011-1-00698-sias 3.pdf ·...
TRANSCRIPT
50
BAB 3
ANALISIS INVESTASI IMPLEMENTASI
3.1 Gambaran Umum PT Astra International Tbk
3.1.1 Sejarah Perusahaan
Berikut sekilas catatan sejarah PT Astra International Tbk sejak berdiri
hingga tahun 2007:
‐ 1957
Pada tanggal 20 Februari PT Astra International Inc. didirikan
oleh William Soeryadjaya dan adiknya Tjia Kian Tie, beserta teman
adiknya Liem Peng Hong, dan berkantor di Jalan Sabang No.36A Jakarta
Pusat sebagai perusahaan perdagangan umum yang melaksanakan
kegiatan ekspor impor dan perdagangan produk pertanian.
Nama Astra diambil dari dewi Astrea yang menurut mitologi
Yunani merupakan dewi terakhir yang menarik diri ke angkasa dan
menjelma menjadi bintang dalam konstelasi Virgo. Perusahaan ini
didirikan dengan suatu cita-cita besar yang tercermin dari nama dan
logonya.
Astra mulai berkembang setelah memenangkan kontrak dari PLN
untuk mendatangkan generator set senilai US$ 8 juta yang diimpor dari
Amerika Serikat. Dalam proses impor ini terdapat kesalahan sehingga LC
yang sudah dibuka harus dipakai untuk mengimpor barang lain.
Untuk itu Astra memutuskan untuk mengimpor 800 unit truk
Chevrolet dalam bentuk semi knock-down dari General Motor yang juga
51
produsen genset tersebut. Inilah titik awal Astra mulai bergerak di bidang
otomotif.
‐ 1965
Sejumlah truk Chevrolet yang di impor Astra mulai tiba di Jakarta
‐ 1969
Pada tanggal 25 Februari, Presiden Soeharto meresmikan PT
Gaya Motor. Perusahaan patungan antara Pemerintah RI dengan Astra ini
bergerak di bidang perakitan kendaraan bermotor roda empat. Pada
tanggal 1 Juli Astra ditunjuk sebagai distributor kendaraan bermotor
Toyota di Indonesia.
‐ 1970
Astra ditunjuk oleh Honda Motor Company (HMC) Jepang
sebagai distributor tunggal sepeda motor Honda. Pada tanggal 24
November Astra mendapat lisensi sebagai distributor alat perkantoran
Fuji Xerox di Indonesia.
‐ 1971
Pada tanggal 12 April PT Toyota-Astra Motor (TAM) didirikan
sebagai Agen Tunggal Toyota yang merupakan perusahaan patungan
antara Astra dan Toyota Motor Corporation (TMC). Pada tanggal 11 Juni,
Astra mendirikan PT Federal Motor sebagai pabrik perakitan sepeda
motor Honda dan pada tahun yang sama sepeda motor Honda S 90 z
(90cc) pun diluncurkan.
52
‐ 1972
Seiring dengan pembangunan infrastruktur yang tumbuh pesat di
Indonesia, Astra mengembangkan usaha di bidang perdagangan dan
penyewaan alat berat dari berbagai merek dengan mendirikan PT United
Tractors (UT) pada tanggal 13 Oktober.
‐ 1973
UT ditunjuk sebagai distributor alat berat merek Komatsu di
Indonesia.Pada tanggal 9 Juli PT Multi Agro Corporation didirikan dan
bergerak di bidang pertanian dan perkebunan. Astra ditunjuk sebagai
agen tunggal produk-produk Daihatsu oleh Daihatsu Sales Co. Ltd,
Japan. Sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk mendorong produksi
komponen sepeda motor di Indonesia, PT Federal Motor bersama HMC
Jepang mendirikan PT Honda Federal pada tanggal 23 Juli.
‐ 1974
Toyota-Astra Motor meluncurkan sedan tipe Corolla yang sangat
populer di Indonesia. Astra bersama TMC mendirikan Yayasan Toyota-
Astra (YTA) sebagai wujud kepedulian perusahaan di bidang pendidikan
dengan memberikan beasiswa kepada pelajar yang berprestasi dan
bantuan peralatan pendidikan seperti mesin Toyota untuk sekolah
kejuruan dan universitas.
‐ 1975
PT Multi Astra yang dibangun sejak tanggal 13 April 1974,
diresmikan pada tanggal 20 Maret dengan kegiatan di bidang perakitan
kendaraan Toyota dan berlokasi di Jalan Sunter I, Jakarta Utara.
53
‐ 1976
Untuk meningkatkan pemasaran dan layanan purna jual kendraan
Toyota, pada tanggal 1 Januari didirikan PT Astra Motor Sales yang
berlokasi di Jalan KH. Hasyim Ashari 29 Jakarta. Perusahaan yang
bergerak sebagai salah satu penyalur utama kendaraan Toyota kelak
fungsinya digantikan oleh AUTO2000.
PT Astra Graphia didirikan pada tanggal 22 April sebagai anak
perusahaan PT Astra International Inc. dengan kepemilikan saham 100%
sebagai distributor mesin fotokopi Xerox di Indonesia.
‐ 1977
Untuk memenuhi kebutuhan akan kendaraan niaga yang tangguh,
berkualitas dan irit, TAM meluncurkan Toyota Kijang. Pada kesempatan
tersebut Presiden Suharto berkenan hadir.
‐ 1979
Dengan semakin berkembangnya pasar Daihatsu di Indonesia,
didirikanlah PT Daihatsu Indonesia pada tanggal 31 Mei yang merupakan
perusahaan patungan antara Astra, Daihatsu Motor Sales Co., Daihatsu
Motor Sales dan Nichimen Corporation untuk memproduksi komponen
Daihatsu. Perusahaan ini diresmikan pada tanggal 22 Oktober.
‐ 1980
Astra mendirikan Yayasan Dharma Bhakti Astra guna membantu
dan membina perusahaan kecil dan menengah di bidang teknologi,
manajemen, produksi, pemasaran dan akses keuangan.
54
‐ 1981
Setelah meraih sukses sebagai kendaraan niaga, TAM
meluncurkan Kijang minibus sebagai mobil keluarga di Indonesia.
‐ 1982
Untuk mendukung bisnis otomotif Grup Astra yang terus
meningkat, Astra membangun Divisi Jasa Keuangan yaitu dengan
mendirikan PT Raharja Sedaya yang bergerak dalam jasa pembiayaan
mobil.
‐ 1984
Setelah mencapai usia 27 tahun, pendiri dan manajemen Astra
merasa perlu untuk memiliki nilai-nilai perusahaan sebagai pedoman
dalam berbisnis. Untuk itu dirumuskan filosofi perusahaan yang
dinamakan ”Catur Dharma” yang dilanjutkan dengan penyusunan buku
”Etika Bisnis dan Etika Kerja” serta ”Astra Total Quality Control”.
‐ 1987
Kualitas dan popularitas Toyota Kijang menembus pasar
internasional dengan dimulainya ekspor perdana pada bulan Februari ke
Malaysia oleh Presiden Komisaris Astra William Soeryadjaya. Astra
mendirikan Yayasan Dana Pensiun Astra agar karyawan yang memasuki
masa purnakarya atau pensiun memperoleh jaminan hari tua.
‐ 1988
Untuk mendapatkan diversifikasi sumber pendanaan serta
mengembangkan usaha Perseroan, Astra menawarkan obligasi berjangka
55
waktu 5 tahun senilai Rp 60 miliar yang dicatatkan di Bursa Efek
Surabaya. Astra mengakuisisi 68% saham PT Pantja Motor (PM), Agen
Tunggal Isuzu di Indonesia.
‐ 1989
Astra mendirikan Astra Education Training Centre (sekarang
disebut dengan Astra Management Development Institute), yang
menyediakan berbagai pelatihan bagi karyawan untuk mengembangkan
kompetensi dan jenjang karir. International Finance Corporation (IFC)
yang merupakan salah satu lembaga di bawah WorldBank, menempatkan
dananya di Astra sebagai penyertaan saham sebesar 6,6%. Hal ini
menggambarkan kepercayaan institusi kelas dunia terhadap Astra.
‐ 1990
Pada tanggal 4 April, Astra go public dengan menawarkan 30 juta
lembar saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Indeks BEJ mencatat
angka tertinggi pada penutupan hari listing saham Astra.
‐ 1991
Astra mendirikan PT Federal Adiwiraserasi cikal bakal Astra
Otoparts (AOP) yang mengelola bidang usaha komponen otomotif. PM
meluncurkan Isuzu Panther, primadona kendaraan penumpang bermesin
diesel di Indonesia.
‐ 1992
William Soeryadjaya pada bulan Juli menjelaskan kepada
manajemen Astra bahwa beliau meminta kesediaan Prof. Sumitro
Djojohadikusumo untuk menggantikannya sebagai Presiden Komisaris.
56
Pada tanggal 18 September Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham
Astra menyetujui pengangkatan Prof. Sumitro Djojohadikusumo sebagai
Presiden Komisaris dan TP Rachmat sebagai Presiden Direktur.
‐ 1993
Pada tanggal 12 Maret Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Astra menyetujui pengangkatan Oskar Surjaatmadja sebagai Presiden
Komisaris menggantikan Prof. Sumitro Djojohadikusumo. Pada tahun
yang sama karena wafatnya Oskar Surjaatmadja, pada tanggal 27 Agustus
melalui RUPS Astra mengangkat AR Ramly sebagai Presiden Komisaris.
‐ 1995
Astra mendirikan Akademi Teknik Federal (sekarang disebut
dengan Politeknik Manufaktur Astra) yang menyediakan pendidikan
formal tingkat diploma di bidang manufaktur.
‐ 1997
Peluncuran Toyota Kijang ’Kapsul’ pada bulan Januari mendapat
sambutan positif dari masyarakat. Gedung Astra International
Management institute pada tanggal 11 Maret diresmikan oleh Presiden
Soeharto. RUPS pada tanggal 19 Februari memutuskan pengangkatan
Mohamad Hasan sebagai Presiden Komisaris dan mengangkat dua
komisaris baru, Anthony Salim dan Putera Sampoerna.
‐ 1998
Krisis moneter yang melanda Indonesia juga berimbas pada Astra
dan secara teknis Astra dapat dikatakan bangkrut karena beban hutang
sebesar US$ 1,1 miliar meningkat menjadi lebih dari 4 kali lipat
57
disebabkan oleh merosotnya nilai Rupiah. RUPS mengangkat Rini MS
Suwandi sebagai Presiden Direktur menggantikan TP Rahmat dan
Somala Wiria sebagai Presiden Komisaris menggantikan Moh. Hasan.
‐ 1999
Astra menandatangani kesepakatan restrukturisasi hutang tahap
pertama. Proses ini merupakan yang tercepat dan terbaik dalam
restrukturisasi hutang sejak terjadinya krisis moneter di Tanah Air.
Manajemen Astra memperkenalkan logo baru dengan makna: lebih
dinamis, menggambarkan kemampuan dan kesempatan Astra yang tidak
terbatas, semangat Astra untuk menjelajahi dunia usaha dan inisiatif-
inisiatif baru serta go global.
‐ 2000
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Astra pada tanggal 8
Februari mengangkat TP Rachmat menggantikan Rini MS Soewandi dan
AR Ramly sebagai Presiden Komisaris. Saham Astra yang dikuasai oleh
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebesar 38,4% dibeli oleh
konsorsium Cycle & Carriage Limited melalui tender offer pada tanggal
24 Maret.
Astra bersama BMW AG merestrukturisasi bisnis BMW di
Indonesia:
1. Astra memiliki 100% agen tunggal BMW melalui PT Tjahja Sakti
Motor Corp.
2. BMW Indonesia (dimiliki 100% BMW AG) berperan sebagai
distributor tunggal di Indonesia.
58
3. Astra berperan sebagai salah satu dealer BMW.
Dalam melakukan restrukturisasi bisnis sepeda motor, Federal
Motor dan Honda Federal dilebur menjadi Astra Honda Motor mulai
Januari 2001. Komposisi saham PT Astra International dan Honda Motor
Co. berubah menjadi 50:50.
‐ 2001
Dengan berkembangnya bisnis Grup Astra, manajemen
menyesuaikan buku ”Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja”. Hal ini
berkaitan dengan makin ditingkatkannya implementasi Good Corporate
Governance (GCG) di Grup Astra.
‐ 2002
Hasil RUPS pada tanggal 25 Juni memutuskan pengangkatan
Budi Setiadharma sebagai Presiden Direktur dan TP Rachmat sebagai
Presiden Komisaris. Astra bersama Daihatsu Motor Corp., Jepang
melakukan restrukturisasi bisnis Daihatsu di Indonesia dimana saham
Astra yang semula 50% menjadi 31,87% sedangkan Daihatsu Motor
Corp. dari 40% menjadi 61,75% pada tanggal 5 Agustus.
Pada tanggal 19 Agustus Astra mendivestasi seluruh sahamnya
(74,56%) di Sumalindo Lestari Jaya sebagai bagian dari strategi jangka
panjang Astra untuk fokus pada bisnis utamanya. Astra
menyelenggarakan penawaran saham terbatas sebanyak 1,404 miliar
lembar saham pada tanggal 20 Desember senilai Rp 1,405 triliun. Sekitar
40% dari dana tersebut digunakan untuk membayar hutang pokok Astra
beserta bunganya.
59
‐ 2003
Pada tanggal 20 Februari Astra sepakat dengan TMC
mereorganisasi bisnis Toyota di Indonesia melalui dua entitas bisnis,
yakni:
1. PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia untuk bidang
manufaktur dimana TMC memiliki saham 95% dan Astra 5%.
2. TAM untuk bidang distribusi dimana Astra memiliki 51% saham
dan TMC 49%.
Toyota berkolaborasi dengan Daihatsu meluncurkan Toyota
Avanza dan Daihatsu Xenia, kendaraan serba guna, berkualitas tinggi dan
harga yang kompetitif. Dua produk kembar ini mendapat sambutan yang
sangat luar biasa dari masyarakat.
‐ 2004
Astra mencapai release date lebih awal dalam restrukturisasi
hutang melalui refinancing. Astra bersama Standard Chartered Bank
mengambil alih 63% saham PT Permata Bank Tbk dari Perusahaan
Pengelola Asset. Kepemilikan Astra sebesar 31,5% yang kemudian
bertambah menjadi 44,51%. Peluncuran Toyota Kijang Inova pada bulan
September untuk mengantisipasi permintaan pasar global dan pencinta
Kijang di Indonesia.
‐ 2005
Hasil RUPS Astra pada tanggal 26 Mei antara lain mengangkat
Michael Dharmawan Ruslim sebagai Presiden Direktur dan Budi
60
Setiadharma sebagai Presiden Komisaris. Presiden Republik Indonesia
Soesilo Bambang Yudhoyono, meresmikan pabrik sepeda motor Honda
yang ketiga di Cikarang yang memiliki kapasitas produksi sebesar 1 juta
unit/tahun sehingga total kapasitas produksi di Indonesia menjadi 3 juta
unit/tahun.
‐ 2006
Untuk meningkatkan pembelian kendaraan Toyota secara kredit di
Indonesia, Astra bersama Toyota Financial Services Corporation
mendirikan PT Toyota-Astra Financial Services.
Di bidang infrastruktur Astra melalui anak perusahaannya Astratel
Nusantara menambah portofolio bisnisnya dengan mengakuisisi 30%
saham PT PAM Lyonaise Jaya, perusahaan yang mengelola dan
mendistribusikan air bersih untuk daerah Jakarta bagian barat.
Di bidang otomotif, Honda meluncurkan Vario, sebuah produk
skuter otomatis. Kemudian, Toyota dan Daihatsu meluncurkan Toyota
Rush dan Daihatsu Terios. Astra Daihatsu Motor meresmikan pabrik
mesin berkapasitas 200.000 unit per tahun di Karawang. Dan pada tahun
yang sama juga meningkatkan kapasitas produksi pabrik perakitannya
dari 114.000 unit per tahun menjadi 150.000 unit per tahun.
‐ 2007
Pada tanggal 20 Februari Astra tepat berusia 50 tahun. Segenap
manajemen dan karyawan Grup Astra di seluruh Tanah Air merayakan
ulang tahun emas Astra ini dengan khidmat dan semarak serta melakukan
serangkaian kegiatan sosial. Astra menerbitkan buku ”Pedoman Tata
61
Kelola Perusahaan Astra” (GCG Code of Conduct). Berkat kerja keras
dan kebersamaan seluruh manajemen dan karyawan Grup Astra,
perseroan membukukan rekor kinerja sepanjang sejarah Astra dengan
membukukan laba bersih Rp 6,519 triliun. Program Komunikasi Internal
yang dilaksanakan manajemen Astra secara konsisten telah membentuk
rasa kebersamaan, saling percaya, saling mengerti dan saling menghargai
diantara segenap eksekutif dan karyawan Astra.
3.1.2 Lokasi Perusahaan
PT Astra International Tbk beralamatkan di:
JL. Gaya Motor Raya No. 8
Sunter II – Jakarta Utara
14330
3.1.3 Visi dan Filosofi Perusahaan
3.1.3.1 Visi
‐ Menjadi salah satu perusahaan dengan pengelolaan terbaik di Asia Pasifik
dengan penekanan pada pertumbuhan yang berkelanjutan dengan
pembangunan kompetensi melalui pengembangan sumber daya manusia,
struktur keuangan yang solid, kepuasan pelanggan dan efisiensi.
‐ Menjadi perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial serta ramah
lingkungan.
62
3.1.3.2 Filosofi Perusahaan
PT Astra International Tbk memiliki filosofi perusahaan yang
dinamakan Catur Dharma, yang terdiri dari 4 pilar yaitu:
‐ Menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara
‐ Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan
‐ Menghargai individu dan membina kerjasama
‐ Senantiasa mencapai yang terbaik
3.1.4 Sumber Daya Manusia PT Astra International Tbk
Jumlah karyawan PT Astra International Tbk per bulan Oktober 2010
adalah sebanyak 561 orang.
3.1.5 Struktur Bisnis PT Astra International Tbk
PT Astra International Tbk memiliki 6 lini bisnis yaitu:
‐ Otomotif
Astra menyediakan rangkaian produk-produk kendaraan bermotor roda
empat dan roda dua untuk konsumen di Indonesia. Beberapa nama anak
perusahaan dari PT Astra International Tbk yang termasuk dalam lini bisnis ini
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, PT Astra Daihatsu Motor, PT
Isuzu Astra Motor Indonesia dan PT Astra Nissan Diesel Indonesia.
‐ Jasa Keuangan
Astra memiliki berbagai unit bisnis yang menyediakan produk dan jasa
keuangan berkualitas untuk mendukung aktivitas bisnis otomotif dan penjualan
63
alat berat. Beberapa nama anak perusahaan dari PT Astra International Tbk
yang termasuk dalam lini bisnis ini Permata Bank, PT Federal International
Finance, PT Astra Sedaya Finance dan PT Asuransi Astra Buana.
‐ Alat Berat, Pertambangan dan Energi
Astra melayani kebutuhan akan ketersediaan alat berat untuk sektor
pertambangan, konstruksi, agribisnis dan kehutanan. Beberapa nama anak
perusahaan dari PT Astra International Tbk yang termasuk dalam lini bisnis ini
PT United Tractors, PT Pamapersada Nusantara, PT Traktor Nusantara dan PT
Bina Pertiwi.
‐ Agribisnis
Astra juga memiliki salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit
terbesar di Indonesia. Salah satu contoh anak perusahaan dari PT Astra
International Tbk yang termasuk dalam lini bisnis ini PT Astra Agro Lestari
dan seluruh anak perusahaannya.
‐ Teknologi Informasi
Teknologi informasi merupakan salah satu kebutuhan yang paling
penting bagi sebuah perusahaan. Oleh karena itu Astra menyediakan solusi
teknologi informasi baik dalam hal document solution dan information
technology solution untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Beberapa nama anak perusahaan dari PT Astra International Tbk yang
termasuk dalam lini bisnis ini PT Astra Graphia Document Solution dan PT
Astra Graphia – IT.
64
‐ Infrastruktur dan Mata Rantai Logistic
Astra menyediakan kebutuhan jasa di bidang infrastruktur, meliputi jalan
tol, telekomunikasi, penyediaan air bersih dan jasa logistik. Beberapa nama
anak perusahaan dari PT Astra International Tbk yang termasuk dalam lini
bisnis ini PT Marga Mandala Sakti, PT Palyja dan PT Serasi Auto Raya.
3.1.6 Struktur Organisasi PT Astra International Tbk
3.1.6.1 Struktur Organisasi Head Office
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT Astra International Tbk
65
3.1.6.2 Struktur Organisasi Corporate Human Capital Development
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Corporate Human Capital Development
66
3.1.7 Fungsi dan Tanggung Jawab
3.1.7.1 Board of Commissioner
Dewan komisaris perseroan bertugas dan bertanggung jawab
mengawasi kebijakan dan pelaksanaan pengurusan perseroan oleh direksi serta
memberikan nasehat kepada direksi dan memastikan pelaksanaan prinsip-
prinsip Good Corporate Governance. Kedudukan masing-masing anggota
dewan komisaris termasuk presiden komisaris adalah setara dan segala tindakan
dewan komisaris dilakukan secara majelis. Presiden komisaris bertugas untuk
mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris.
3.1.7.2 Board of Director
Direksi bertugas dan bertanggung jawab atas pengelolaan perseroan
sesuai maksud dan tujuan perseroan. Pedoman Good Corporate Governance
perseroan menjelaskan bahwa kedudukan masing-masing anggota direksi
termasuk presiden direktur adalah setara, dan tugas presiden direktur adalah
mengkoordinasikan kegiatan direktur.
3.1.7.3 Executive Committee
Executive committee melakukan kajian atas setiap keputusan dan
kebijakan bisnis yang memerlukan persetujuan dewan komisaris .
3.1.7.4 Audit Committe
Audit committee bertugas memberikan advis kepada dewan komisaris
mengenai efektivitas mekanisme pengendalian internal serta kepatuhan
67
terhadap ketentuan yang berlaku, termasuk ketentuan Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).
3.1.7.5 Remuneration and Nomination Committee
Remuneration and nomination committee bertugas merekomendasikan
remunerasi bagi anggota dewan komisaris dan direksi serta pejabat senior
perseroan lainnya.
3.1.7.6 Corporate Secretary
Corporate Secretary Perusahaan bertanggung jawab atas beberapa
fungsi yang terkait dengan aspek kepatuhan dan keterbukaan. Corporate
Secretary Perusahaan memastikan bahwa prinsip-prinsip Good Corporate
Governance telah dimengerti dan telah diterapkan secara konsisten di
lingkungan Perseroan. Selain itu, Corporate Secretary Perusahaan bertugas
memastikan kebutuhan terhadap peraturan administrasi dan pelaporan tepat
waktu kepada otoritas Pasar Modal.
3.1.7.7 Corporate Planning and Strategy
Corporate planning and strategy bertanggung jawab untuk menentukan
strategi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya serta pembuatan perencanaan
kegiatan untuk menjalankan strategi tersebut.
68
3.1.7.8 Corporate Human Capital Development
Fungsi utama dari Corporate Human Capital Development adalah untuk
mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mengembangkan
sumber daya manusia yang telah dimiliki oleh melalui upaya-upaya yang
mengarah kepada penguatan kultur perusahaan yang mengacu kepada filosofi
perusahaan, yaitu catur dharma sehingga berdampak kepada perkembangan
bisnis perusahaan secara keseluruhan.
3.1.7.9 Corporate Communication
Tanggung jawab dari corporate communication adalah mewakili
perusahaan untuk membangun komunikasi konstruktif mengenai aktivitas dan
keberadaan astra kepada kalangan internal (karyawan) maupun eksternal seperti
media massa, pemerintah, dan kalangan masyarakat melalui upaya-upaya
komunikasi yang efektif. Selain itu, orporate communication juga bertanggang
jawab untuk menjalankan komunikasi yang efektif dengan para investor dan
analisis melalui penyediaan informasi yang terkait dengan kinerja usaha
perseroan dan arah kedepan.
3.1.7.10 Corporate Security, Environment and Social Responsibility
Tanggung jawab dari corporate security, environment and social
responsibility adalah menjalankan berbagai program sosial perusahaan
(corporate social responsibility), menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan
aman bagi seluruh karyawan yang dirumuskan dalam kerangka Astra Green
Company (AGC) serta menciptakan keamanan (security) di lingkungan kerja.
69
3.1.7.11 Corporate Legal
Tanggung jawab dari corporate legal adalah menangani hal-hal yang
berkaitan dengan hukum baik di lingkungan internal (karyawan) maupun
eksternal (rekan bisnis) perusahaan guna menunjang kegiatan operasional
perusahaan.
3.1.7.12 Group Internal Audit
Fungsi utama Group Internal Audit (GIA) adalah memberikan
pendangan independen mengenai kondisi sistem kontrol internal perseroan.
Melalui penyelenggaraan pekerjaan audit, konsultasi mengenai masalah
pengendalian internal, quality assurance dan aktivitas terkait lainnya. AIG
mengevaluasi dan meningkatkan kecukupan dan efektivitas sistem kontrol
internal dengan memperhatikan tingkat resiko yang wajar di Perseroan dan
Grup.
3.1.7.13 Group Risk Management
Group Risk Management (GRM) menjalankan fungsi konsultasi dan
evaluasi bagi Direksi dengan mengacu kepada standar praktik terbaik, GRM
memfasilitasi sosialisasi dan implementasi kebijakan pengelolaan resiko dan
kebijakan terkait lainnya di lingkungan Astra Group. GRM juga berfungsi
memberikan kepastian kepada Direksi, Dewan Komisaris dan Komite Audit
mengenai pelaksanaan, kebijakan, serta dalam mengidentifikasi faktor-faktor
resiko utama dan efektivitas perangkat pengendalian resiko secara tepat waktu.
70
3.1.7.14 Group Treasury
Group treasury bertanggung jawab menjalankan kegiatan perencanaan
dan pengawasan serta kebijakan internal yang berkaitan dengan finansial
perusahaan termasuk diantaranya budget, tax, pembayaran tagihan-tagihan
perusahaan.
3.1.7.15 Corporate Information System and Technology
Corporate information system & technology bertanggung jawab
menjalankan fungsi konsultasi akan kebutuhan sistem informasi bagi
perusahaan serta seluruh kegiatan yang berkaitan dengan support teknologi
komputer bagi kegiatan operasional sehari-hari perusahaan.
3.2 Kerangka Berpikir
Skema kerangka berfikir menjelaskan tentang kerangka pemikiran yang
digunakan oleh penulis dalam pembuatan skripsi ini agar penelitian yang
dilakukan menjadi lebih terarah. Berikut digambarkan skema kerangka berfikir
yang digunakan oleh penulis:
71
Gambar 3.3 Skema Kerangka Berpikir
Langkah awal dari proses penelitian ini adalah penetapan topik, dimana
penulis memilih topik ”Information Economics”. Topik ini dipilih karena tidak
mudah bagi sebuah perusahaan untuk menghitung manfaat yang dapat diberikan
dari hasil implementasi sebuah teknologi informasi. Pada departemen Recruitment
& Assessment Services sebagai tempat penelitian dari topik ini, diharapkan
penulis dapat memberikan saran yang mungkin akan berguna bagi perusahaan
sebagai hasil dari penelitian.
Kemudian langkah selanjutnya adalah mendapatkan gambaran umum
tentang perusahaan dan obyek penelitian, dilanjutkan dengan mengidentifikasi
masalah yang muncul di departemen Recruitment & Assessment Services, yaitu
permasalahan mengenai evaluasi implementasi Astra Recruitment System.
72
Setelah berhasil mengidentifikasi permasalahan mengenai evaluasi
implementasi Astra Recruitment System, penulis mencoba menjabarkan tujuan
dan manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penulisan skipsi ini. Langkah
berikutnya adalah perumusan landasan teori yang akan dijadikan acuan dalam
melakukan analisis dan mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk proses
analisis, metode yang digunakan dalam mengumpulkan data tesebut adalah dengan
melalui metode observasi, penyebaran kuesioner, wawancara dan studi
kepustakaan, kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengolahan data.
Setelah semua data terkumpul maka dapat dilakukan perhitungan skor
implementasi Astra Recruitment System. Dalam melakukan analisis ini, penulis
menggunakan metode Information Economics, dimana dalam perhitungan ini
dibutuhkan nilai korporasi (corporate value) dan perhitungan risk and benefit yang
nantinya akan digunakan sebagai bobot pengali pada Information Economic
Scorecard.
Langkah selanjutnya adalah melakukan identifikas i setiap manfaat yang
diperoleh dengan adanya penerapan Astra Recruitment System dan dilakukan
perhitungan secara keseluruhan mengenai biaya-biaya yang berkaitan dengan
investasi dan pengimplementasian sistem, yaitu biaya pengembangan yang
dikeluarkan saat pertama kali investasi sistem tersebut dilaksanakan dan biaya
yang dikeluarkan selama lima tahun sistem berjalan.
Terdapat tiga macam manfaat yang dapat diidentifikasi yaitu manfaat yang
tidak kasat mata (intangible benefit), manfaat kasat mata (tangible benefit) dan
manfaat tidak kasat mata tapi dapat dihitung (quasi tangible benefit). Ketiga
manfaat ini beserta penilaian terhadap faktor domain bisnis dan domain teknologi
73
nantinya akan menghasilkan analisis traditional cost and benefit dan skor
corporate value. Kemudian hasil dari analisis traditional cost and benefit dan skor
corporate value akan dipakai untuk perhitungan economic scorecard yang mana
skor akhir dari perhitungan economic scorecard akan menjadi acuan predikat dari
investasi Astra Recruitment System menggunakan teori skala likert.
Pengolahan data yang lain dilakukan dengan menganalisis kondisi
lingkungan perusahaan serta mempelajari gambaran umum dari Astra Recruitment
System. Hasil pengolahan data ini nantinya akan digabungkan dengan predikat
yang didapatkan oleh Astra Recruitment System dalam skala likert dan
menghasilkan ringkasan hasil pembobotan corporate value dan traditional cost
and benefit.
Tahap akhir yang dilakukan oleh penulis adalah membuat simpulan dari
hasil pengolahan data dan memberikan saran yang dapat dijadikan referensi oleh
perusahaan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah:
‐ Observasi, melakukan pengamatan secara langsung terhadap lokasi obyek
penelitian.
‐ Kuesioner, membagikan kuesioner kepada berbagai pihak yang terlibat
dalam implementasi sistem
‐ Wawancara, melakukan tanya jawab dengan pihak yang berkepentingan
dalam perusahaan yang berkaitan untuk mendapatkan data yang diperlukan
untuk melakukan penelitian.
74
‐ Studi pustaka, mempelajari serta membaca buku, jurnal, company profile
perusahaan untuk mendapatkan data mengenai perusahaan serta sistem
yang akan diimplementasikan.
3.4 Gambaran Umum Sistem
3.4.1 Bisnis Proses Astra Recruitment System
ARS mulai dikembangkan pada bulan September 2008 sampai bulan
Agustus 2009. Sistem ini mulai diimplementasikan pada bulan September 2009
di PT Astra International Tbk. ARS mendukung dalam proses penyeleksian
administratif para pelamar yang melamar pekerjaan di PT Astra International
Tbk. Sistem ini dimulai dari recruitment analyst memasang iklan lowongan kerja
di ARS berdasarkan kebutuhan man power yang ada di perusahaan. Iklan
lowongan kerja ini langsung tersambung dengan web perusahaan, jadi para
pelamar bisa langsung mengetahui lowongan pekerjaan yang ada di PT Astra
International Tbk dengan membuka web PT Astra International Tbk di
www.astra.co.id/career.
Setelah para pelamar melihat iklan lowongan kerja tersebut dan tertarik
untuk mengirimkan aplikasi surat lamaran dan CV (curiculum vitae), mereka tidak
perlu mengirimkan secara hard copy, tetapi cukup dengan membuat account di
web tersebut dan kemudian melakukan apply on line application.
Proses berikutnya adalah, ketika iklan lowongan kerja tersebut sudah
ditutup, recruitment analyst melakukan proses seleksi administratif dari semua
aplikasi yang masuk ke dalam ARS. Jika dulu sebelum ada ARS, proses seleksi
ini dilakukan secara manual dengan melihat semua surat lamaran dan CV hard
75
copy yang masuk untuk kemudian dipilih siapa pelamar yang berhak mengikuti
proses seleksi selanjutnya. Namun, sekarang recruitment analyst hanya perlu
mengakses ARS untuk memilih siapa saja pelamar yang berhak mengikuti proses
seleksi lanjutan, ARS menyediakan fasilitas filterisasi CV dan surat lamaran
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan
man power yang ada. Hal ini tentunya dapat menghemat waktu dalam melakukan
proses penyeleksian administratif data pelamar. Setelah proses seleksi selesai,
maka daftar pelamar yang berhak mengikuti proses seleksi berikutnya akan di
download dalam bentuk sebuah file excel oleh admin recruitment.
Gambar 3.4 Gambaran Umum Astra Recruitment System
Data pelamar yang sudah tersedia dalam bentuk excel tersebut akan
digunakan oleh admin recruitment untuk menyiapkan daftar panggil yang akan
76
disimpan dalam file sharing internal yang nantinya juga akan dapat diakses oleh
recruitment analyst. Daftar panggil ini juga akan digunakan oleh admin
recruitment untuk melakukan pengiriman SMS yang berisi informasi pelaksanaan
test kepada pelamar dengan menggunakan SMS machine. Setelah pengiriman sms
dilakukan maka pelamar akan menerima segala informasi yang berkaitan dengan
proses seleksi selanjutnya. Setelah menerima informasi tersebut, pelamar harus
menginformasikan apakah mereka bisa menghadiri proses seleksi (reply yes jika
bisa hadir atau reply reschedule jika tidak bisa hadir dan meminta alternatif
tanggal test yang berikutnya). Berdasarkan konfirmasi kehadiran dari pelamar,
kemudian admin recruitment membuat rekap hasil konfrimasi tersebut untuk
diletakkan di file sharing sehingga bisa diakses oleh recruitment analyst.
3.4.2 Spesifikasi Teknologi Informasi Astra Recruitment System
3.4.2.1 Hardware
‐ Server
‐ Personal Computer (PC)
‐ CPU / Processor, MainBoard, Memory, HDD, Monitor, Keyboard,
Mouse, Case, Graphic, LAN
3.4.2.2 Software
‐ Operating System:
Microsoft Windows Server 2003 Standard Edition Service Pack 2
Microsoft XP Professional
77
‐ Web Browser
Internet Explorer
Mozilla Firefox
Opera
‐ Microsoft Visual Studio .Net
‐ Web Hosting
3.4.2.3 Bahasa Pemrograman
‐ ASP.net
3.4.2.4 Database
‐ Microsoft SQL Server 2008
3.4.2.5 Arsitektur Jaringan Astra Recruitment System
Gambar 3.5 Arsitektur Jaringan Astra Recruitment System
78
3.5 Analisis Corporate Value
3.5.1 Pembobotan Nilai dan Resiko Korporasi PT Astra International Tbk
Pembobotan korporasi untuk teknologi informasi adalah mengidentifikasi
keterhubungan atau keterkaitan antara proses bisnis dari PT Astra International
Tbk khususnya Astra Recruitment System dengan dukungan teknologi informasi
yang dimiliki. Dalam kerangka kerja Information Economics menggunakan cost
and benefit, pembobotan terhadap nilai-nilai yang ada dalam perusahaan dapat
dilakukan terhadap dua hal yaitu pembobotan yang bersifat tangible (nyata) dan
yang bersifat intangible (tidak nyata). Pembobotan nilai (value) yang ada dalam
perusahaan, kemudian disesuaikan berdasarkan beberapa faktor seperti
pengembalian biaya investasi, kemampuan bersaing perusahaan, tingkat
dukungan teknologi perusahaan dan faktor lainnya yang dapat dilihat pada tabel
faktor dan pembobotan nilai perusahaan. Bobot maksimum untuk pembobotan
nilai adalah +5 sedangkan bobot minimumnya adalah 0. Selain pembobotan nilai,
pembobotan resiko juga perlu didapatkan sebagai faktor pengurang dalam
kesuksesan sebuah proyek sehingga dapat menentukan hasil akhir dari sebuah
investasi sistem. Bobot maksimum untuk pembobotan resiko adalah 0 sedangkan
bobot minimumnya adalah +5.
Pembobotan nilai dan resiko dapat dibagi lagi kedalam dua domain yaitu
domain bisnis dan domain teknologi. Sebuah perusahaan yang telah
menggunakan teknologi informasi dalam menjalankan segala aktivitas bisnisnya
tentu telah memiliki kedua sisi tersebut. Dengan melakukan sistem pembobotan
nilai ini pada implementasi Astra Recruitment System di departemen
Recruitment & Assessment Services PT Astra International Tbk, maka PT Astra
79
International Tbk berada pada kuadran B, yaitu kuadran Strategic yang berarti
PT Astra International Tbk yang pada khususnya departemen Recruitment &
Assessment Services telah memiliki sisi bisnis yang kuat dengan dukungan
sistem informasi yang juga kuat.
Gambar 3.6 Matriks Keterkaitan Bisnis dan TI pada PT Astra International Tbk
3.5.2 Penilaian Faktor Domain Bisnis
3.5.2.1 Return of Investment (ROI)
Manajemen organisasi memandang bahwa faktor ini memang dianggap
penting, tapi berdasarkan tujuan pada saat mengembangkannya bahwa ARS
dibangun untuk meningkatkan efisiensi proses dimana terdapat penekanan
terhadap pengurangan biaya operasional namum bukan pada peningkatan
keuntungan organisasi secara langsung maka Return of Investment (ROI) ini
diberi bobot +3.
3.5.2.2 Strategic Match
Manajemen perusahaan memandang bahwa Astra Recruitment System
mempunyai pernanan yang cukup penting untuk membantu departemen terkait
80
dalam menjalankan aktivitasnya secara keeluruhan yang pada akhirnya dapat
membantu perusahaan untuk mencapai tujuan strategis yang telah ditetapkan.
Berdasarkan sudut pandang ini maka, strategi match diberi bobot +3.
3.5.2.3 Competitive Advantage
Manajemen perusahaan memandang bahwa Astra Recruitment System
berperan dalam dalam memperoleh competitive advantage bagi perusahaan
sehingga perusahaan dapat bersaing bahkan unggul dari para pesaingnya.
Berdasarkan sudut pandang tersebut maka, competitive advantage diberi bobot
+4.
3.5.2.4 Management Information
Manajemen perusahaan memandang bahwa Astra Recruitment System
dapat mendukung core activities dari unit departemen terkait serta secara tidak
langsung juga mendukung core activities dari perusahaan. Berdasarkan sudut
pandang tersebut maka, management information diberi bobot +3.
3.5.2.5 Competitive Response
Sebelum mengimplementasikan Astra Recruitment System, perusahaan
sudah menggunakan teknologi informasi, namun sistem tersebut tidak
terintegrasi dengan sistem internal yang ada diperusahaan, sehingga membuat
proses tidak menjadi efisien.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka, perusahaan memutuskan
untuk dapat memperbaiki proses kerja agar lebih efekttif. Oleh karena itu
81
dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut maka competitive response diberi
bobot +2.
3.5.2.6 Project or Organizational Risk
Manajemen perusahaan telah memiliki rencana yang baik dalam
mengimplementasikan teknologi informasi, serta memiliki sumber daya yang
siap akan perubahan sebagai dampak akan adanya teknologi informasi. Namun
langkah antisipasi yang baik kurang dilakukan dalam menghadapi perubahan
tersebut. Oleh karena itu untuk project or organizational risk diberi bobot -1.
3.5.3 Penilaian Faktor Domain Teknologi
3.5.3.1 Strategic IS Architecture
Penerapan Astra Recruitment System oleh perusahaan merupakan
bagian dari blue print strategi sistem informasi secara keseluruhan yang
dimiliki oleh perusahaan. Berdasarkan sudut pandang ini maka, strategic
information system architecture diberi bobot +3.
3.5.3.2 Definitional Uncertainty
Resiko yang mungkin timbul akan adanya ketidakpastian dari sebuah
kebutuhan harus diminimalisasi dikarenakan tentunya dapat membuat bagian
teknologi informasi perusahaan kesulitan untuk menyediakan solusi akan
adanya kebutuhan tersebut. Untuk meminimalisasi akan adanya ketidakpastian
tersebut, perusahaan telah mendefinisikan kebutuhannya secara jelas, termasuk
spesifikasi dan lingkungan penelitiannya namun tidak menutup kemungkinan
82
akan adanya perubahan-perubahan kecil yang dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dari organisasi. Oleh karena itu, untuk definitional uncer tainty diberi
bobot -2.
3.5.3.3 Technical Uncertainty
Perusahaan telah membuat rencana yang baik secara teknis untuk
sebuah implementasi teknologi informasi agar dapat membantu menjalankan
bisnis dengan baik. Namun tidak menutup kemungkinan akan adanya
penunjukkan pihak ketiga untuk dapat membantu perusahaan dalam
mengimplementasikan sebuah teknologi informasi, tentunya penunjukan pihak
ketiga ini didasari oleh beberapa pertimbangan. Dengan adanya hal tersebut
maka, technical uncertanty diberi bobot -3.
3.5.3.4 IS Infrastructure Risk
Resiko yang mungkin muncul dengan adanya sebuah implementasi
teknologi informasi adalah berubahnya infrastruktur sistem informasi yang
sedang berjalan dalam perusahaan karena kebutuhan akan database baru,
aplikasi baru, dan sistem distribusi data yang baru. Namun tentunya perubahan
yang telah disesuaikan dengan infrastruktur yang dimiliki agar terjadi
keselarasan oleh karena itu maka information system infrastructure risk diberi
bobot -1.
83
3.5.4 Hasil Pembobotan dan Nilai Resiko Korporat
Dari hasil analisis penentuan bobot yang telah dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan, menghasilkan ringkasan tabel bobot dan nilai
maksimum terhadap masing-masing faktor baik pada domain bisnis maupun
teknologi domain. Hasil analsis ini dapat dilihat pada tabel dibawah.
Business Domain Values and Risks Evaluation Range Weight
1. Return of Investment 0 - 5 3
2. Strategic Match 0 - 5 3
3. Competitve Advantage 0 - 5 4
4. Management Information 0 - 5 3
5. Competitive Response 0 - 5 2
6. Project or Organizational Risk 0 - 5 -1
Technology Domain Values and Risk Evaluation Range Weight
1. IS Strategic Architecture 0 - 5 3
2. Definitional Uncertainty 0 - 5 -2
3. Technical Uncert ainty 0 - 5 -3
4. IS Infrastructure Risk 0 - 5 -1
Total Value 18
Total Risk and Uncertainty -7
Tabel 3.1 Hasil Pembobotan Nilai dan Resiko Korporat
3.5.5 Penilaian Faktor Domain Bisnis
Pembobotan yang dilakukan pada sub bab ini dilakukan berdasarkan
kesesuaian antara investasi aplikasi teknologi informasi dengan kondisi
perusahaan pada saat ini, dalam hal ini adanya kesesuaian antara aplikasi ARS
dengan keadaan PT Astra International Tbk. Nilai faktor domain bisnis diperoleh
84
dari hasil kuesioner dengan dengan karyawan dalam domain bisnis yang
menggunakan atau berhubungan langsung dengan aplikasi ARS.
Tujuan dari kuesioner ini adalah untuk mendapatkan skor dari faktor-
faktor domain bisnis terhadap proyek sistem informasi yang dibangun disamping
perhitungan ROI sederhana yang dilakukan.pada tabel dibawah ini telah dihitung
skor rata-rata dari masing-masing nilai dan resiko dalam domain bisnis yang
nantinya akan digunakan untuk melengkapi Information Economics Scorecard.
Hasil perhitungan faktor domain bisnis ini dapat dilihat pada tabel 3.2.
Faktor-Faktor Domain Bisnis Skor Responden
Total Skor
Skor Pembulatan
Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 Rata-Rata
Strategic Match 4 4 3 4 5 5 2 1 27 3,6 4
Competitive Advantage 4 4 4 3 3 4 4 2 28 3,5 4
Management Information 5 4 3 4 3 5 3 5 32 4,0 4
Competitive Response 3 3 4 3 5 3 4 2 29 3,6 3
Project or Organizational Risk -2 0 -1 -1 -1 0 -2 -1 -8 -0,8 -1 Tabel 3.2 Rangkuman Kuesioner Faktor Domain Bisnis
Berdasarkan hasil rangkuman yang ada pada tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa :
‐ Strategic Match
Dari faktor ini dapat diketahui sejauh mana ARS dapat mendukung dan
membantu pencapaian strategis perusahaan. Dari hasil kuesioner yang telah
dibagikan, faktor strategic match memiliki bobot +4, dimana aplikasi ARS
secara langsung dapat mendukung sebagian dari strategi perusahaan.
85
‐ Competitive Advantage
Faktor competitive advantage ini dimaksudkan untuk mendukung
perusahaan dengan mempertahankan dan meningkatkan keunggulan
bersaing perusahaan dari implementasi aplikasi ARS, dari kuesioner yang
telah dibagikan, faktor competitive advantage memiliki bobot +4, yang mana
dengan adanya aplikasi ARS perusahaan dapat lebih unggul dibandingkan
dengan para kompetitornya.
‐ Management Information
Maksud dari faktor ini adalah bagaimana aplikasi ARS dapat
menyediakan informasi untuk mendukung kegiatan perusahaan. Dari hasil
kuesioner yang dibagikan, faktor management information memiliki bobot
+4, dikarenakan adanya aplikasi ARS dapat menyediakan informasi yang
dibutuhkan oleh perusahaan.
‐ Competitive Response
Faktor competitive response merupakan faktor yang menjelaskan
mengenai kerugian yang diterima perusahaan karena adanya penundaan
pengimplementasian aplikasi ARS. Dari hasil kuesioner yang dibagikan
competitive response diberi bobot +3, dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya penundaan dalam pengimplementasian aplikasi ARS tidak terlalu
berpengaruh terhadap posisi kompetitif perusahaan.
‐ Project or Organizational Risk
Faktor ini berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
perubahan yang dilakukan dengan adanya implementasi aplikasi ARS. Dari
hasil kuesioner yang dibagikan, faktor project or organizational risk
86
memiliki bobot -1. Dengan kesimpulan bahwa perusahaan telah memiliki
rencana yang baik terkait dengan perubahan yang mungkin terjadi dengan
adanya implementasi aplikasi ARS.
3.5.6 Penilaian Faktor Domain Teknologi
Selain penilaian faktor domain bisnis, dilakukan juga penilaian terhadap
faktor domain teknologi. Penilaian faktor domain teknologi ditujukan kepada
departemen teknologi informasi yang terlibat dalam pengembangan aplikasi
ARS. Sama halnya dengan faktor domain bisnis, faktor domain teknologi juga
nantinya akan digunakan untuk melengkapi Information Economics Scorecard.
Hasil perhitungan faktor domain teknologi ini dapat dilihat pada tabel 3.3.
Faktor-Faktor Domain Teknologi
Skor Responden Total Skor
Skor Pembulatan
Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-Rata
Strategic IT Architecture 4 4 3 3 4 4 3 1 1 1 28 2,8 3
Definitional Uncertainty -4 -4 -4 -2 -2 -2 -3 0 0 -3 -24 -2,4 -2
Technical Uncertainty -4 -5 -4 -2 -3 -3 -2 -2 -2 -1 -28 -2,8 -3
IS Infrastructure Risk -4 -4 -2 -3 -3 -4 -3 -3 -3 -1 -30 -3 -3 Tabel 3.3 Rangkuman Kuesioner Faktor Domain Teknologi
Berdasarkan hasil rangkuman yang ada pada tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa :
‐ Strategic IT Architecture
Faktor ini berhubungan dengan evaluasi investasi suatu proyek dengan
strategi system informasi perusahaan. Dari hasil kuesioner yang dibagikan,
faktor strategic IT architecture memiliki bobot +3, yang mana aplikasi ARS
87
ini sudah termasuk ke dalam perencanaan arsitektur perusahaan, sehingga
mendapatkan nilai yang cukup baik.
‐ Definitional Uncertainty
Faktor definitional uncertainty bertujuan untuk menilai kejelasan dari
persyaratan kebutuhan dan spesifikasi sistem yang akan dikembangkan dan
juga menilai adanya perubahan non rutin yang terjadi. Dari hasil kuesioner
yang dibagikan, faktor definitional uncertainty memiliki bobot -2, dimana
dengan adanya aplikasi ARS diperlukan kebutuhan akan persyaratan berikut
dengan spesifikasi sistem yang jelas, dan tidak menutup kemungkinan
adanya perubahan non rutin dalam pengunaan aplikasi.
‐ Technical Uncertainty
Faktor technical uncertainty merupakan faktor mengenai kesiapan teknis
dalam pengimplementasian ARS. Dari hasil kuesione yang dibagikan, faktor
technical uncertainty memiliki bobot -3 dari rata-rata setiap komponennya.
‐ IS Infrastructure Risk
Faktor IS infrastructure risk merupakan faktor yang berhubungan dengan
resiko yang aka dihadapi oleh perusahaan dengan adanya implementasi
system baru dimana resikonya bersifat jangka pendek. Dari hasil kuesiner
yang dibagikan IS infrastructure risk memiliki bobot -3 karena implementasi
dari ARS membutuhkan perubahan yang cukup besar dan juga dibutuhkan
investasi awal untuk mengimplementasikan ARS, dan nantinya seiring
berjalannya waktu dibutuhkan beberapa investasi untuk mengoptimalkan
manfaat dari ARS.