bab 2.kondisi wilayah a3 160211

66
PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN 2.1. SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA TANGERANG SELATAN Kota Tangerang Selatan dibentuk pada tanggal 29 Oktober 2008 berdasarkan UU No.51/2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan. Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 kecamatan yang dahulunya bagian dari Kabupaten Tangerang. Wilayah Kota Tangerang Selatan berkembang begitu pesat, karena berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kabupaten Tangerang serta Kota Tangerang. Selain itu, wilayahnya juga terkait langsung dalam dinamika pembangunan nasional. Letak Kota Tangerang Selatan yang strategis, yaitu berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, mendorong lahirnya Instruksi Presiden Nomor 13 tahun Pantu berint denga Intern sema Indon selua menu yaitu luas kawas kawas perda Tange Bab 2

Upload: fahmi-n-s

Post on 10-Sep-2015

73 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

KONDISI WILAYAH

TRANSCRIPT

  • II-1

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    2.1. SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA TANGERANG SELATAN

    Kota Tangerang Selatan dibentuk pada tanggal

    29 Oktober 2008 berdasarkan UU No.51/2008 tentang

    Pembentukan Kota Tangerang Selatan. Kota

    Tangerang Selatan terdiri dari 7 kecamatan yang

    dahulunya bagian dari Kabupaten Tangerang.

    Wilayah Kota Tangerang Selatan berkembang

    begitu pesat, karena berbatasan langsung dengan

    wilayah DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, Kota Depok,

    Kabupaten Tangerang serta Kota Tangerang. Selain

    itu, wilayahnya juga terkait langsung dalam dinamika

    pembangunan nasional.

    Letak Kota Tangerang Selatan yang strategis,

    yaitu berbatasan langsung dengan DKI Jakarta,

    mendorong lahirnya Instruksi Presiden Nomor 13 tahun

    1976 yang menetapkan daerah ini sebagai bagian dari

    wilayah pengembangan Jabotabek yang dipersiapkan

    untuk mengurangi ledakan penduduk DKI. Selain

    itu, ditunjang oleh mudahnya aksebilitas dengan kota

    Jakarta dan kota-kota penting di Provinsi Banten dan

    Provinsi Jawa Barat melalui ruas jalan tol dan jalur

    Pantura, akan memberikan kemudahan untuk saling

    berinteraksi antar kota-kota tersebut. Ditambah

    dengan dekatnya akses menuju Bandara

    Internasional Soekarno-Hatta, maka aksebilitas kota

    semakin terbuka dengan kota-kota di seluruh

    Indonesia, bahkan manca negara.

    Kota Tangerang Selatan memiliki wilayah

    seluas 14.719 hektar. Pertumbuhan fisik kota

    menunjukkan besarnya kawasan terbangun kota,

    yaitu seluas 10.596,10 Ha atau 71,99 % dari seluruh

    luas Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari

    kawasan perumahan dan permukiman (67,54 %),

    kawasan industri (1,14) % serta kawasan

    perdagangan dan jasa (3,31 %).

    Dalam perkembangan kegiatannya, di Kota

    Tangerang Selatan terdapat beberapa pusat

    pertumbuhan dari fungsi perumahan, yaitu

    Kecamatan Ciputat, Kecamatan Pamulang, dan

    Kecamatan Pondok Aren dengan perumahan

    Bintaro dan Kecamatan Serpong dengan

    perumahan Bumi Serpong Damai (BSD) dan Alam

    Sutera. Sampai saat ini, pembangunan perumahan

    Bab 2

  • II-2

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    di wilayah Kota Tangerang Selatan sudah terdapat 128

    kawasan perumahan dengan sebaran di Kecamatan

    Ciputat 45 kawasan, Kecamatan Pamulang 40

    kawasan, Kecamatan Ciputat Timur 32 kawasan,

    Kecamatan Pondok Aren 25 kawasan, Kecamatan

    Serpong 18 kawasan, Kecamatan Serpong Utara 14

    kawasan dan Kecamatan Setu 9 kawasan.

    Fasilitas perdagangan dan jasa yang tumbuh dan

    berkembang di wilayah Kota Tangerang Selatan berupa

    pasar modern maupun tradisional, bank, BPR,

    KUD/Koperasi, kompleks ruko dan minimart. Pasar

    tradisional yang terdapat di tanah milik Pemerintah

    Daerah adalah sebanyak 6 unit, yaitu pasar ciputat,

    pasar ciputat permai, pasar jombang, pasar bintaro

    sektor 2, pasar serpong dan pasar gedung hijau.

    Seluruhnya berfungsi kecuali pasar Gedung Hijau.

    Secara total, luas lahan yang ditempati oleh pasar-

    pasar tersebut adalah 25.721 m2 dengan 1.966 kios,

    865 los dan 1.795 pedagang kaki lima.

    Sektor industri ditandai dengan keberadaan

    industri di wilayah Kota Tangerang Selatan tersebar

    dibeberapa bagian kota. Dalam perkembangannya

    hingga saat ini, di Wilayah Kota Tangerang Selatan

    terdapat lima jenis industri kerajinan, yaitu kerajinan

    kayu berjumlah 165 unit, anyaman 28 unit, gerabah 1

    unit, kain 293 unit dan makanan 164 unit. Selain industri

    kerajinan tersebut, juga terdapat 7 unit pabrik yang di

    dalamnya terdapat 1 kawasan industri.

    Sektor perdagangan dan jasa di Kota Tangerang

    Selatan tumbuh beiringan dengan pesatnya

    pengembangan perumahan yang ada di wilayah ini.

    Sektor ini tumbuh pada saat terjadinya peningkatan

    aktifitas manusia yang akhirnya menuntut tersedianya

    pemenuhan atas kebutuhan primer maupun sekunder

    manusia itu sendiri. Sektor ini mempunyai prospek

    cerah di masa depan seiring dengan terus

    berkembangnya sentra-sentra permukiman baru,

    perluasan permukiman lama, dan perindustrian yang

    terus tumbuh di kota ini. Hal ini dimungkinkan

    mengingat kebutuhan atas sarana papan beriringan

    dengan bertambahnya jumlah penduduk akibat

    tingginya angka migrasi, baik karena mereka bekerja di

    sentra-sentra kegiatan ekonomi kota Tangerang

    Selatan, maupun penduduk komuter dari DKI Jakarta

    yang memilih bertempat tinggal di wilayah Kota

    Tangerang Selatan tetapi tetap bekerja di DKI Jakarta.

    Sebagai fungsi pendidikan, di wilayah Kota Tangerang

    Selatan telah tersebar sarana pendidikan dari mulai

    Sekolah Taman Kanak-kanak sampai dengan

    perguruan tinggi. Skala fasilitas adalah untuk kualitas

    lokal, nasional, dan internasional.

    2.2. KONDISI GEOGRAFI DAN WILAYAH ADMINISTRASI

    Kota Tangerang Selatan terletak di bagian

    timur Propinsi Banten yaitu pada titik koordinat

    10638 - 10647 Bujur Timur dan 061330 -

    062230 Lintang Selatan. Secara administratif,

    wilayah Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh)

    kecamatan, 49 (empat puluh sembilan) kelurahan

    dan 5 (lima) desa dengan luas wilayah berdasarkan

    Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang

    Pembentukan Kota Tangerang Selatan adalah

    seluas 147, 19 Km2 atau 14.719 hektar. Namun

    berdasarkan hasil digitasi atas peta rupabumi

    bakosurtanal luas wilayah adalah 16.506,8 hektar.

    Untuk kepentingan akurasi pemetaan dan kajian

    dalam RTRW ini maka selanjutnya luas ini yang

    akan digunakan dalam proses analisa hingga

    rencana.

    Batas administrasi wilayah Kota Tangerang

    Selatan adalah sebagai berikut :

    Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI

    Jakarta dan Kota Tangerang

    Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI

    Jakarta dan Kota Depok

    Sebelah Selatan berbatasan dengan

    Kabupaten Bogor dan Kota Depok

    Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten

    Tangerang

  • II-3

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    No Kecamatan Luas Wilayah

    (Hektar) (UU 51/2008)

    Luas Daerah (Hektar) (Digitasi

    Peta RTRW)

    Deviasi Luas (Hektar)

    Deviasi Luas (%)

    1. Serpong 2.404 2.836,90 432,90 15,3%

    2. Serpong Utara

    1.784 2.228,60 444,60 19,9%

    3. Ciputat 1.838 2.106,00 268,00 12,7%

    4. Ciputat Timur

    1.543 1.775,80 232,80 13,1%

    5. Pamulang 2.682 2.869,10 187,10 6,5%

    6. Pondok Aren

    2.988 2.993,50 5,50 0,2%

    7. Setu 1.480 1.696,90 216,90 12,8%

    Jumlah 14.719 16.506,80 1.787,80 10,8%

    Sumber : Hasil analisis 2010

    Wilayah Kota Tangerang Selatan dilintasi oleh

    Kali Angke, Kali Pasanggrahan dan Sungai Cisadane

    sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Letak

    geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan

    dengan provinsi DKI Jakarta pada sebelah utara dan

    timur memberikan peluang pada Kota Tangerang

    Selatan sebagai salah satu daerah penyangga provinsi

    DKI Jakarta. Selain itu, wilayah ini juga menjadi daerah

    perlintasan yang menghubungkan Provinsi Banten

    dengan Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.

    Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 kecamatan

    yang dahulunya bagian dari Kabupaten Tangerang,

    yaitu: a) Kecamatan Setu; b) Kecamatan Serpong; c)

    Kecamatan Serpong Utara; d) Kecamatan Pondok

    Aren; e) Kecamatan Pamulang; f) Kecamatan Ciputat;

    dan g) Kecamatan Ciputat Timur.

    Kecamatan dengan wilayah paling besar di Kota

    Tangerang Selatan terdapat di Kecamatan Pondok

    Aren dengan luas 2.993 hektar atau 20,30% dari luas

    keseluruhan Kota Tangerang Selatan. Sedangkan

    kecamatan dengan luas paling kecil adalah Kecamatan

    Setu dengan luas 1.696,9 hektar atau 10,06%. Untuk

    lebih jelasnya lihat Tabel 2.1

    Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan

    Dirinci Per Kecamatan

    Gambar 2.1

    Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan

  • II-4

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Gambar 2.1

    Peta Administrasi Kota Tangerang Selatan

  • II-5

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Gambar 2.2

    Peta Administrasi Kecamatan Serpong

  • II-6

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Gambar 2.3

    Peta Administrasi Kecamatan Serpong Utara

  • II-7

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Gambar 2.4

    Peta Administrasi Kecamatan Ciputat

  • II-8

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Gambar 2.5

    Peta Administrasi Kecamatan Ciputat Timur

  • II-9

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Gambar 2.6

    Peta Administrasi Kecamatan Pamulang

  • II-10

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Gambar 2.7

    Peta Administrasi Kecamatan Pondok Aren

  • II-11

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    2.3. KONDISI FISK DASAR DAN PENGGUNAAN LAHAN

    Gambar 2.8

    Peta Administrasi Kecamatan Setu

  • II-12

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    2.3.1 Klimatologi

    Cuaca dan iklim adalah proses interaktif alami

    (kimia, biologis dan fisis) di alam, khususnya di

    atmosfer. Hal ini terjadi karena adanya sumber energi,

    yaitu Matahari dan gerakan rotasi Bumi pada poros

    (kurang 24 jam) serta revolusi Bumi mengelilingi

    Matahari. Dalam peristiwa ini, pendekatan fisis lebih

    dominan daripada kimia dan biologis. Cuaca sebagai

    kondisi udara sesaat dan iklim sebagai kondisi udara

    rata-rata dalam kurun waktu tertentu merupakan hasil

    interaksi proses fisis.

    Iklim selalu berubah menurut ruang dan waktu.

    Dalam skala waktu perubahan iklim akan membentuk

    pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan

    maupun siklus beberapa tahunan . Selain perubahan

    yang berpola siklus, aktivitas manusia menyebabkan

    pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik dalam

    skala global maupun skala lokal.

    Perubahan iklim didefinisikan sebagai perubahan

    pada iklim yang dipengaruhi langsung atau tidak

    langsung oleh aktivitas manusia yang merubah

    komposisi atmosfer, yang akan memperbesar

    keragaman iklim teramati pada periode yang cukup

    panjang (Trenberth, Houghton and Filho. 1995). Iklim

    merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

    perkembangan dan pertumbuhan tanaman, oleh karena

    itu iklim merupakan salah satu data yang sangat

    diperlukan dalam perencanaan wilayah terutama

    keperluan pertanian.

    a. Curah Hujan

    Dari analisis data pada Tabel dibawah yang

    diperoleh dari Stasiun Geofisika Klas I Tangerang,

    diketahui bahwa hujan tahunan berkisar antara 2128

    mm (rata-rata 145,3 mm), dengan penyebaran keadaan

    curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari, yaitu

    664 mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam

    setahun adalah 145,3 mm, hari hujan tertinggi pada

    terjadi bulan Februari dengan hari hujan sebanyak 28

    hari.

    Tabel 2.3 Banyaknya Curah Hujan dan Hari Hujan

    Di Stasiun Geofisika Klas 1 Tangerang 2008

    Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (Hari)

    Januari 138 13

    Februari 664 28

    Maret 98 12

    April 198 14

    Mei 55 7

    Juni 141 8

    Juli 1 1

    Agustus 48 8

    September 2 2

    Nopemberber 81 11

    Oktober 174 13

    Desember 144 20

    Rata-Rata 145,3 11,4

    Sumber : Stasiun Geofisika Klas I Tangerang - BMKG, 2009

    b. Suhu

    Temperatur udara rata-rata berkisar antara

    23,7 - 32,3 0C, temperatur maksimum tertinggi pada

    bulan September dan Oktober yaitu 33,6 0C dan

    temperatur minimum terendah pada bulan Juli yaitu

    22,7 0C.

    Tabel 2.4

    Temperatur Udara Maksimum dan Minimum di Stasiun Geofisika Klas 1 Tangerang Tahun

    2008

    Bulan Temperatur (C)

    Minimum Maksimum Rata-rata

    1 Januari 23.80 30.40 26.70

    2 Februari 23.50 30.80 26.60

    3 Maret 23.70 33.00 27.50

    4 April 23.90 32.80 27.90

    5 Mei 24.20 32.70 27.80

    6 Juni 24.00 32.90 27.90

    7 Juli 22.90 32.80 27.30

    8 Agustus 23.20 33.10 27.70

    9 September 23.60 34.50 28.50

    10 Oktober 24.10 34.00 28.40

    11 Nopember 24.10 32.90 27.80

    12 Desember 23.90 32.20 27.70

    Rata-rata 23.74 32.68 27.65

    Sumber : Stasiun Geofisika Klas I Tangerang - BMKG, 2009

    c. Kelembaban Udara

    Kelembaban udara merupakan salah satu

    komponen iklim yang berpengaruh terhadap laju

    evapotranspirasi dan perkembangan penyakit.

    Pada Tabel dibawah ditunjukkan bahwa Kota

    Tangerang Selatan mempunyai kelembaban udara

    relatif rata-rata yaitu sebesar 80,3 % atau berkisar

    antara 75 88 %. Kelembaban udara ini cocok

    untuk mendukung pertumbuhan makluk hidup dan

  • II-13

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    sekaligus tidak cukup basah untuk perkembangan

    penyakit.

    Tabel 2.5 Kelembaban Udara dan Intensitas Matahari Di Stasiun Geofisika Klas 1 Tangerang 2008

    Bulan Kelembaban

    Udara (%) Intensitas

    Matahari (%)

    1 Januari 84 31

    2 Februari 84 22

    3 Maret 81 62

    4 April 82 43

    5 Mei 82 47

    6 Juni 79 60

    7 Juli 75 64

    8 Agustus 75 83

    9 September 72 77

    10 Oktober 74 69

    11 Nopember 79 45

    12 Desember 81 42

    Rata-rata 79.0 53.8

    Sumber : Stasiun Geofisika Klas I Tangerang - BMKG, 2009

    d. Lama Penyinaran

    Penyinaran matahari sebagai energi diperlukan

    untuk pertumbuhan vegetatif dan pembentukkan buah.

    Lama penyinaran matahari berpengaruh langsung

    terhadap proses fotosintesa suatu tanaman. Lama

    penyinaran merupakan salah satu komponen iklim yang

    berpengaruh terhadap laju evapotranspirasi. Pada

    Tabel diatas menunjukkan bahwa Kota Tangerang

    Selatan mempunyai lama penyinaran rata-rata yaitu

    sebesar 51,8 % atau berkisar antara 36 77 %. Lama

    penyinaran matahari yang optimum bagi pertumbuhan

    tanaman lebih besar 41 % atau 1800 jam per tahun.

    e. Kecepatan Angin

    Kecepatan angin merupakan salah satu

    komponen iklim yang berpengaruh terhadap laju

    evapotranspirasi. Data kecepatan angin relatif cocok

    untuk pertumbuhan tanaman pertanian. Kecepatan

    angin dapat memperbesar penguapan air dari tanaman

    dan tanah, disamping juga menyebabkan daun rontok

    dan aborsi bunga. Pada Tabel dibawah ditunjukkan

    bahwa Kota Tangerang Selatan mempunyai kecepatan

    angin rata-rata yaitu sebesar 4,6 m/detik atau berkisar

    antara 3-7 m/detik dan kecepatan angin maksimum nya

    sebesar 40 m/detik atau berkisar antara 2540 m/detik.

    Tabel 2.6

    Rata-rata Kecepatan Angin Di Stasiun Geofisika Klas 1 Tangerang 2008

    Bulan

    Kecepatan Angin

    Kecepatan Rata-

    rata (Km/jam)

    Arah Kecepatan Maksimum (Km/jam)

    Arah

    1 Januari 6 W 30 NW

    2 Februari 7 W 40 W

    3 Maret 5 W 50 W

    4 April 5 N 30 N

    5 Mei 4 N 30 E

    6 Juni 6 N 49 N

    7 Juli 5 N 35 E

    8 Agustus 5 N 40 N

    9 Sept 5 N 35 NE

    10 Oktober 5 N 30 NE

    11 Nopember 7 W 30 W

    12 Desember 4 W 30 N

    Rata-rata 5.3 35.8

    Sumber : Stasiun Geofisika Klas I Tangerang - BMKG, 2009

    f. Arah Angin

    Arah angin merupakan salah satu komponen

    iklim. Pada Tabel 6. menunjukkan bahwa Kota

    Tangerang Selatan mempunyai arah angin ke utara

    yaitu terjadi pada bulan Mei - Oktober dan kearah

    barat pada bulan Mopember April.

    2.3.2 Topografi

    Sebagian besar wilayah Kota Tangerang

    Selatan merupakan dataran rendah, dimana

    sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan

    memiliki topografi yang relatif datar dengan

    kemiringan tanah rata-rata 0 3% sedangkan

    ketinggian wilayah antara 0 25 m dpl.

    Untuk kemiringan pada garis besarnya terbagi atas

    2 (dua) bagian, yaitu :

    1. Kemiringan antara 0 3% meliputi Kecamatan

    Ciputat, kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan

    Pamulang, Kecamatan Serpong dan

    Kecamatan Serpong Utara.

    2. Kemiringan antara 3 8% meliputi Kecamatan

    Pondok Aren dan Kecamatan Setu.

    2.3.3 Geologi

  • II-14

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Berdasarkan Peta Lembar Jakarta dan

    Kepulauan Seribu Nomor 1209 tahun 1992 yang

    dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Departemen

    Pertambangan dan Energi, kondisi geologi Kota

    Tangerang Selatan pada umumnya terbentuk oleh dua

    formasi batuan yaitu :

    Batuan Aluvium (Qa) yang terdiri dari aluvial ungai

    dan rawa yang berbentuk pasir, lempung, lanau,

    kerikil, kerakal dan sisa tumbuhan. Jenis tanah ini

    pada dasarnya merupakan lapisan yang subur bagi

    tanaman pertanian.

    Batuan Gunung Api yang berupa material lepas

    yang terdiri dari lava andesit, dasit, breksi tuf dan

    tuf. Secara fisik Lava Andesit berwarna kelabu-

    hitam dengan ukuran sangat halus, afanitik dan

    menunjukkan struktur aliran, dan Breksi Tuf dan

    Tuf pada umumnya telah lapuk, mengandung

    komponen Andesit dan Desit. Pada umumnya

    tanah jenis ini digunakan sebagai kebun

    campuran, permukiman dan tegalan

    Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang

    relatif datar. Adapun pada beberapa Kecamatan

    terdapat lahan yang bergelombang seperti di

    perbatasan antara Kecamatan Setu dan kecamatan

    Pamulang serta sebagian di kecamatan Ciputat Timur.

    Kondisi geologi Kota Tangerang Selatan umumnya

    adalah batuan alluvium, yang terdiri dari batuan

    lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah.

    Berdasarkan klasifikasi dari United Soil Classification

    System, batuan ini mempunyai kemudahan dikerjakan

    atau workability yang baik sampai sedang, unsur

    ketahanan terhadap erosi cukup baik oleh karena itu

    wilayah Kota Tangerang Selatan masih cukup layak

    untuk kegiatan perkotaan.

    2.3.4 Geomorfologi

    Berdasarkan Peta Lembar Jakarta dan

    Kepulauan Seribu Nomor 1209 tahun 1992 maka Kota

    Tangerang Selatan termasuk satuan morfologi dataran

    pantai dan kipas gunungapi Bogor. Dataran pantai

    yang dicirikan oleh permukaannya yang nisbi datar

    drngan ketinggian antara 0 15 m di atas permukaan

    laut. Dataran ini termasuk dataran rendah Jakarta

    (Bemmelen, 1949). Sedangkan kipas gunungapi bogor

    yang menyebar dari selatan ke utara dengan Bogor

    sebagai puncaknya. Satuan ini ditempati oleh rempah-

    rempah gunungapi berupa tuf, konglomerat dan breksi

    yang sebagian telah mengalami pelapukan kuat,

    berwarna merah kecoklatan.

    2.3.5 Hidrologi

    Dalam perencanaan suatu areal, informasi

    mengenai kondisi hidrologi sangat diperlukan. Pola

    drainase di pegunungan/perbukitan umumnya

    dendritik, sedangkan di dataran rendah sungai ini

    bermeander. Secara garis besar dijumpai 2 sistem

    perairan alami yaitu perairan hulu (hinterland

    drainage) dan perairan pantai (seawater drainage).

    Masing-masing sistem mempunyai

    karakteristik yang khas, baik ditinjau dari daerah

    asal, kualitas air, maupun pola drainasenya.

    Keadaan hidrologi umumnya berkaitan erat dengan

    keadaan fisiografi daerah ini dan berpengaruh

    langsung terhadap sumberdaya lahan dan

    potensinya.

    Sistem hidrologi di Kota Tangerang Selatan

    terdiri atas :

    1. Air permukaan, yaitu diartikan sebagai air yang

    mengalir atau muncul di permukaan. Aliran air

    permukaan yang terdapat di wilayah ini berupa

    aliran sungai Cisadane, Sungai Angke dan

    sebagian wilayah dilewati sungai

    Pesanggrahan. Ada juga saluran-saluran alam

    yang dialiri air sepanjang tahun sebagai

    penampung drainase lokal. Saluran semacam

    ini cenderung meluap pada musim hujan.

    2. Air Tanah, air tanah di wilayah Kota

    Tangerang Selatan secara kualitas dalam

    kondisi baik, hal ini menyebabkan banyak

  • II-15

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    penduduk yang masih menggunakannya sebagai

    air bersih. Potensi air tanah Kota Tangerang

    Selatan, Berdasarkan laporan studi potensi dan

    pengembangan sumberdaya air tersebar di

    Kabupaten Tangerang, Dinas PU kabupaten

    Tangerang tahun 2002 diketahui bahwa potensi

    air sungai dan situ/rawa merupakan potensi air

    permukaan di Kota Tangerang Selatan

    berdasarkan Satuan Wilayah Sungai (SWS)

    menunjukkan potensi sebagai berikut :

    Debit terkecil rata-rata bulanan SWS

    Cisadane Ciliwung, sebesar 2,551 m/dt

    diwakili oleh pengukuran Sungai Cidurian,

    stasiun Parigi dalam tahun 1995, sedang

    debit terbesar rata-rata bulanan sebesar

    115,315 m/dt, diukur di Sungai Cisadane,

    stasiun Batu Beulah dalam periode 1991

    sampai 1998.

    Mata air jumlahnya ada 3 yang semuanya

    berlokasi di Kecamatan Ciputat dengan total

    debit 210 liter/detik.

    Air hujan yang setelah dianalisis dengan

    perhitungan neraca air menunjukkan bahwa

    Kabupaten Tangerang termasuk juga Kota

    Tangerang Selatan mengalami defisit air

    pada bulan Maret sampai bulan November

    (8 bulan) sementara surplus air hanya

    terjadi pada bulan Desember, Januari dan

    Februari (3 Bulan).

    Air tanah dangkal, debit air tanah di

    Kabupaten Tangerang termasuk juga Kota

    Tangerang Selatan berkisar antara 3 10

    liter/detik/km. Air tanah ini cenderung

    diambil secara berlebihan di sepanjang

    jalan-jalan utama terutama oleh

    industri/pabrik.

    Untuk di permukiman warga rata-rata

    kedalaman air tanah mencapai 5 10 meter.

    Terdapat juga penggunaan air tanah dalam,

    melalui pompa deepwell pada kawasan-kawasan

    perumahan baru yang dikelola pengembang

    swasta.

    Mengenai gambaran kualitas air sungai

    dan air tanah di Kota Tangerang Selatan bila

    mengacu kepada gambaran kualitas air sungai

    Cisadane sebagai sungai yang terbesar maka

    didapatkan pencemaran yang cukup bervariasi

    yang ditunjukkan oleh beberapa parameter. Lebih

    Untuk lebih jelas lihat di tabel berikut

    Tabel 2.7 Karakteristik Sungai Cisadane

    Sungai Kuantitas

    Parameter Pencemar yang

    melebihi Baku Mutu (kelas III)

    PP 82/2001

    Hulu Tengah Hilir

    Cisadane Panjang 140

    km luas

    1.411 km

    Debit rata -

    rata bulanan

    115,315

    m/det

    Kekeruhan,

    COD, Total

    Kolom

    COD,

    Oksigen

    terlarut

    COD

    Total

    Koliform

    Sumber : Hasil Pemantauan Kualitas Air Tahun 2002 (BPSDA Kabupaten Tangerang)

    2.3.6 Jenis Tanah

    Secara umum penyebaran dan sifat-sifat

    tanah berkaitan erat dengan keadaan landformnya.

    Hal ini terjadi karena hubungannya dengan proses

    genetis dan sifat batuan atau bahan induk serta

    pengaruh sifat fisik lingkungan. Landform sebagai

    komponen lahan dan tanah sebagai elemennya

    sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut.

    Dilihat dari data jenis tanah berdasarkan

    keadaan geologi, di wilayah Kota Tangerang

    Selatan sebagian besar terdiri dari batuan endapan

    hasil gunung api muda dengan jenis batuan kipas

    aluvium dan aluvium/aluvial. Sedangkan dilihat dari

    sebaran jenis tanahnya, pada umumnya di Kota

    Tangerang Selatan berupa asosiasi latosol merah

    dan latosol coklat kemerahan. Oleh karena itu

  • II-16

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    secara umum lahan cocok untuk pertanian/

    perkebunan. Jenis tanah yang sangat sesuai dengan

    kegiatan pertanian tersebut makin lama makin

    berubah penggunaannya untuk kegiatan lainnya yang

    bersifat non-pertanian. Sedangkan untuk sebagian

    wilayah seperti di Kecamatan Serpong dan

    Kecamatan Setu jenis tanahnya ada yang

    mengandung pasir khususnya untuk daerah yang

    dekat dengan Sungai Cisadane.

    2.3.7 Penggunaan Tanah

    Berdasarakan data eksisting penggunaan lahan

    di Kota Tangerang Selatan sebagian besar adalah

    untuk perumahan dan permukiman yaitu seluas 8.621,

    032 Ha atau 52,8 % dari 16.506,8 Ha. Sawah dan

    ladang menempati posisi kedua terluas dengan

    1.119,525 Ha atau 6,8 %. Dan penggunaan lahan

    lainnya terlihat pada tabel berikut.

    Tabel 2.8

    Eksisting Penggunaan Lahan Di Kota Tangerang Selatan

    NO JENIS PENGGUNAAN LAHAN LUAS (M2) PROSENTASE

    1 Perumahan dan Permukiman 8.621.032 52,8

    2 Industri/Kawasan Industri 217,950 1,4

    3 Perdagangan dan Jasa 667,148 4,1

    4 Sawah, Ladang, dan Kebun 1.119,525 6,8

    5 Semak belukar 400,675 2,4

    6 Pasir dan galian 238,246 1,5

    7 Tambak/kolam/Empang 304,044 1,9

    8 Tanah Kosong 644,611 3,9

    Kawasan Militer 43,503 0,3

    Pendidikan 71,697 0,4

    Puspitek 405,508 2,5

    Pariwisata dan olahraga 293,352 1,8

    Bandara Pondok cabe 109,626 0,67

    Lain-lain 1.000,465 6,13

    Jumlah 16,506.,80 100.00

  • II-17

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Gambar 2.9

    Peta Kondisi Topografi 2010

  • II-18

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Gambar 2.10

    Peta kondisi Lereng 2010

  • II-19

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Gambar 2.11

    Peta Kondisi Geologi 2010

  • II-20

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Gambar 2.12

    Peta Kondisi Geomorfologi 2010

    Gambar 2.13

  • II-21

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Peta Kondisi Hidrologi Air Permukaan 2010

    Gambar 2.14

  • II-22

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Peta Kondisi Hidrologi Air Tanah 2010

    Gambar 2.15

  • II-23

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Peta Kondisi Jenis Tanah 2010

    Gambar 2.16

  • II-24

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Peta Kondisi Penggunaan Lahan 2010

    2.4. PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN 2.4.1 Jumlah Penduduk

  • II-25

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Berdasarkan data hasil SP 2010, penduduk Kota

    Tangerang Selatan pada tahun 2010 berjumlah 1.303.509

    jiwa dengan komposisi 658.701 laki-laki dan 644.868

    perempuan. Rasio penduduk mencapai 102,15. Penduduk

    paling banyak berada di Kecamatan Pondok Aren sebesar

    307.104 jiwa dengan rasio 103,08. Sedangkan jumlah

    penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Setu dengan

    jumlah penduduk 64.985 jiwa dan rasio sebesar 104,84.

    Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.9. Dilihat dari tren

    yang ada, maka angka pertumbuhan penduduk mencapai

    4,6% pertahun. Angka pertumbuhan pada tiap kecamatan

    sebagaimana terlihat pada Grafik 3.1 berikut ini.

    Grafik 2.17 Grafik Pertumbuhan Penduduk

    di Kota Tangerang Selatan

    2.4.2 Kepadatan Penduduk

    Dengan wilayah seluas 147,19 Km2, kepadatan

    penduduk di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010

    mencapai 8.856 orang/Km2. Kepadatan tertinggi berada

    di Kecamatan Ciputat Timur (11.881 orang/Km2), dan

    kepadatan terendah berada di Kecamatan Setu (4.391

    orang/Km2). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

    2.10

    Tabel 2.10 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kota

    Tangerang Selatan 2010

    No Kecamatan Jumlah

    Penduduk (Orang)

    Luas Wilayah

    (Km2)

    Kepadatan (Orang/Km2)

    1. Serpong 137,398 24,04 5.715

    2. Serpong Utara

    126,291 17,84 7.079

    3. Ciputat 195,900 18,38 10.658

    4. Ciputat Timur

    183,330 15,43 11.881

    5. Pamulang 288,511 26,82 10.757

    6. Pondok Aren

    307,154 29,88 10.280

    7. Setu 64,985 14,80 4.391

    Jumlah 1,303,569 147,19 8.856

    Sumber : Sensus Penduduk Kota Tangerang Selatan, 2010

    2.4.3 Komposisi Penduduk

    Komposisi penduduk berdasarkan kelompok

    umur menunjukan bahwa usia 30 34 tahun (10,34 %)

    merupakan kelompok usia terbesar, sedangkan terkecil

    berada pada usia 60-64 tahun (2.16 %). Lebih jelasnya

    dapat dilihat pada tabel 2.11dan Diagram 2.18.

    Tabel 2.11

    Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kota Tangerang Selatan Tahun

    2010

    No Kelompok

    Umur Laki-laki

    (%) Perempuan

    (%) Jumlah (%)

    1. 0 4 2.48% 2.28% 4.76% 2. 5 9 4.19% 3.91% 8.10% 3. 10 14 4.62% 4.30% 8.92% 4. 15 19 4.46% 4.19% 8.65% 5. 20 24 4.41% 4.39% 8.80% 6. 25 29 5.04% 5.24% 10.27% 7. 30 34 5.06% 5.28% 10.34% 8. 35 39 4.79% 4.85% 9.64% 9. 40 44 4.40% 4.18% 8.58% 10. 45 49 3.60% 3.53% 7.13% 11. 50 54 2.96% 2.68% 5.63% 12. 55 59 2.12% 1.62% 3.74% 13. 60 - 64 1.19% 0.97% 2.16%

    14. > 65 1.62% 1.67% 3.28%

    Jumlah 50.92% 49.08% 100.00%

    Sumber : Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010

    Gambar 2.18

    Struktur Umur Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun 2010

  • II-26

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan 2007- 2010

    Tabel 2.12 Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2008

    No Kecamatan

    2007 2008 2010

    Laki-laki Perempuan Jumlah

    Rasio

    Jenis

    Kelamin

    Laki-laki Perempuan Jumlah

    Rasio

    Jenis

    Kelamin

    Laki-laki Perempuan Jumlah

    Rasio

    Jenis

    Kelamin

    1. Serpong 50.680 49.675 100.355 102,02 51.657 51.076 102.733 101,14 68,129 69,269 137,398 98.35%

    2. Serpong Utara 38.385 39.014 77.399 98,29 39.058 40.176 79.234 97,22 62,889 63,402 126,291 99.19%

    3. Setu 28.815 27.604 56.419 104,39 29.426 28.332 57.758 103,86 33,260 31,725 64,985 104.84%

    4. Pamulang 125.886 12.315 248.201 102,92 128.652 125.433 254.085 102,57 146,141 142,370 288,511 102.65%

    5. Ciputat 82.886 78.840 161.726 105,13 84.634 80.925 165.559 104,58 99,387 96,513 195,900 102.98%

    6. Ciputat Timur 80.351 80.053 160.404 100,37 81.938 82.269 164.207 99,60 93,057 90,273 183,330 103.08%

    7. Pondok Aren 125.667 121.203 246.870 103,68 128.306 124.420 252.726 103,12 155,838 151,316 307,154 102.99%

    Jumlah 532.670 518.704 1.051.374 102,69 543.671 532.631 1.076.302 102,07

    Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010

    Tingkat Pendidikan Serpong Serpong

    Utara Ciputat

    Ciputat Timur

    Pamulang Pondok

    Aren Setu

    Kota Tangerang

    Selatan

    Sarjana 268 52 77 150 384 19 10 960

    D3 99 59 23 131 71 2 12 397

    D1-D2 49 105 6 42 77 0 77 356

    SLTA 1591 578 168 226 559 78 2290 5490

    SLTP 237 498 12 263 18 7 352 1387

    SD 164 126 0 15 0 8 5 318

    drop out SD 1 0 0 0 0 0 0 1

    Jumlah 2409 1418 286 827 1109 114 2746 8909

    Sumber: Profil Kota Tangerang Selatan 2010

  • II-27

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    0 20000 40000 60000

    Aparatur Kelurahan

    Industri rakyat

    TNI & POLRI

    Pensiunan (PNS, TNI & POLRI)

    Petani

    Pertukangan

    Pengangguran

    Buruh Industri

    Buruh Tani

    PNS

    Pedagang Aparatur Kelurahan

    Industri rakyat

    TNI & POLRI

    Pensiunan (PNS, TNI & POLRI)

    Petani

    Pertukangan

    Pengangguran

    Buruh Industri

    Buruh Tani

    PNS

    Pedagang

    2.4.4 Ketenagakerjaan

    Berdasarkan struktur umur penduduk Kota

    Tangerang Selatan tahun 2010, maka terlihat bahwa

    jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun)

    mencapai 74,95%. Ini meningkat dari tahun 2008

    yang hanya mencapai 62,1%. Sedangkan usia

    penduduk belum produktif dan tidak produktif

    mencapai 25,05%. Ini akan terkait dengan angka

    beban ketergantungan yang mencapai 33,43 yaitu dari

    100 orang penduduk usia produktif harus menanggung

    sekitar 33 orang penduduk usia belum/tidak produktif.

    Meskipun penduduk usia ku- agdar15 takrang 15

    tahun dan penduduk usia diatas 65 tahun termasuk

    penduduk belum/tidak produktif, namun faktanya

    banyak diantara mereka yang bekerja membantu

    ekonomi rumahtangga.

    Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

    mencapai 89% dengan jumlah pengangguran sebesar

    6,8%. Berdasarkan tingkat pendidikan pencari kerja,

    pencari kerja dengan tingkat pendidkan SLTA

    merupakan kelompok pencari kerja terbesar dengan

    jumlah 5.490 orang dari total 8.909 orang atau

    sebesar 61,62%.

    Pencari kerja dengan tingkat pendidikan

    perguruan tinggi (DIDII, DIII dan Sarjana) juga

    tercatat cukup besar yaitu berjumlah 1.713 orang atau

    19,23%. Sedangkan untuk pencari kerja terkecil

    adalah pencari kerja tak tamat SD hanya sebanyak 1

    orang atau sebesar 0,01% dari semua tingkat

    pendidikan di Kota Tangerang Selatan. Lebih jelasnya

    dapat dilihat pada Tabel 3.12. Sedangkan bila dilihat

    dari asal pencari kerja, kebanyakan berasal dari

    Kecamatan Serpong (27,04%) dan yang paling sedikit

    dari Kecamatan Pondok Aren (1,28%).

    Dilihat dari jenis mata pencaharian penduduk,

    pekerjaan sebagai pedagang dimiliki oleh sebagian

    besar penduduk, setelah itu berturut-turut sebagai

    PNS dan buruh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

    pada Diagram 2.19.

    Gambar 2.19 Diagram Jenis Matapencaharian Penduduk Kota

    Tangerang Selatan

    2.5. KONDISI EKONOMI

    2.5.1. Produk Domestik Regional Bruto

    Pada tahun 2008, Produk Domestik Regional

    Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kota

    Tangerang Selatan adalah sebesar Rp. 8.931.176,87

    Juta sedangkan PDRB adh konstan adalah sebesar

    Rp. 4.560.506,50 Juta. Angka-angka tersebut

    meningkat dari total PDRB adh berlaku pada tahun

    2007 yang sebesar Rp. 7.649.549.15 Juta, dan PDRB

    adh konstan yang sebesar Rp. 4.168.900,45 Juta.

    Perkembangan PDRB Kota Tangerang Selatan

    cenderung menunjukkan peningkatan dari tahun ke

    tahun, demikian juga dengan PDRB per kapita. Pada

    pertengahan tahun 2010, PDRB perkapita mencapai

    8,83 juta rupiahdengan LPE sebesar 7,53% dan

    tingkat inflasi 5,57%. Kondisi ini meningkat dari tahun

    2008 dengan PDRB perkapita hanya 8,35 juta rupiah

    dengan LPE 9,39% dan tingkat inflasi mencapai

    6,73%. Pada tahun 2008, berdasarkan PDRB adh

    konstan, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) adalah

    sebesar 7,24%.

    Percepatan pertumbuhan ekonomi Kota

    Tangerang Selatan pada tahun 2008 terutama

    didukung oleh percepatan pada sektor perdagangan,

    hotel, restoran dan sektor keuangan, persewaan, dan

    jasa perusahaan yang tumbuh sangat signifikan.

    Secara keseluruhan, semua sektor ekonomi di Kota

    Tangerang Selatan menunjukkan pertumbuhan positif

  • II-28

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    kecuali sektor pertanian yang menunjukkan

    pertumbuhan negatif.

    Dengan jumlah penduduk pertengahan tahun

    2008 mencapai 1.069.872 orang, PDRB per kapita

    adh berlaku adalah sebesar Rp.8,347.885,10

    sedangkan PDRB per kapita adh konstan adalah Rp.

    4.262.661,55. Pada tahun 2009, PDRB per kapita adh

    berlaku sebesar Rp. 9.112.654,51 dan PDRB per

    kapita adh konstan mencapai Rp.4.451.902,67.

    Perkembangan PDRB Kota Tangerang Selatan dalam

    kurun waktu 3 tahun terakhir mengalami peningkatan.

    Pertumbuhan nilai PDRB antara tahun 2007 sampai

    dengan tahun 2008 sebesar 16,75%. Pada periode

    2008-2009 nilai PDRB meningkat 13,40%.

    Dilihat per kecamatan, maka Kecamatan Ciputat

    Timur memberikan kontribusi yang paling besar yaitu

    29,57% dengan nilai mencapai 2,641.006,08 juta

    rupiah. Sedangkan Kecamatan Setu memberikan

    kontribusi yang terkecil yaitu 3,51% atau 313.455,19

    juta rupiah.

    Tabel 2.13 PDRB Kota Tangerang Selatan adh Berlaku Menurut Lapangan Usaha

    No.

    Lapangan Usaha 2007 2008 2009

    (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) (Juta Rupiah)

    1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 74,983.51 80,553.93 85,852.88

    2 Pertambangan dan Penggalian 1,908.27 2,000.84 2,329.84

    3 Industri Pengolahan 1,418,037.41 1,523,643.32 1,597,109.90

    4 Listrik, Gas, dan Air 309,285.61 333,727.13 353,223.41

    5 Bangunan 464,580.68 612,900.47 727,978.59

    6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 2,269,822.62 2,764,649.33 3,169,264.08

    7 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 1,066,692.18 1,243,504.52 1,480,574.95

    8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan 950,475.49 1,121,421.73 1,284,263.73

    9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 1,093,763.39 1,248,775.60 1,427,252.42

    Jumlah 7,649,549.15 8,931,176.87 10,127,849.79

    Sumber : Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan

    Tabel 2.14 PDRB Kota Tangerang Selatan adh Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha

    No.

    Lapangan Usaha 2007 2008 2009

    (Juta Rupiah) (Juta Rupiah) (Juta Rupiah)

    1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 47,078.75 46,816.15 47,592.92

    2 Pertambangan dan Penggalian 1,191.28 1,198.72 1,336.74

    3 Industri Pengolahan 808,724.23 822,793.85 836,534.51

    4 Listrik, Gas, dan Air 183,109.06 186,348.60 194,546.29

    5 Bangunan 298,779.29 335,232.29 377,739.75

    6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 1,321,093.11 1,495,790.80 1,630,458.24

    7 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 420,973.68 461,500.81 524,725.99

    8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan 455,298.37 513,390.46 575,576.65

    9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 632,652.69 697,434.80 759,355.80

    Jumlah 4,168,900.45 4,560,506.50 4,947,866.89

    Sumber : Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan

  • II-29

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Tabel 2.15

    PDRB dan PDRB per kapita Kota Tangerang Selatan Per Kecamatan (2008)

    Sumber : Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010

    2.5.2. Struktur Ekonomi

    Struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan

    didominasi oleh sektor-sektor tersier, yaitu

    pengangkutan dan komunikasi; perdagangan, hotel

    dan restoran; jasa-jasa; serta bank, persewaan dan

    jasa perusahaan. Sektor tersier ini memberikan

    kontribusi hampir 72,68% (adh Berlaku tahun 2009).

    Sektor sekunder (industri pengolahan; listrik, gas dan

    air bersih; dan konstruksi) memberikan kontribusi

    26,45%, dan sektor primer (pertanian, pertambangan

    dan penggalian) hanya memberikan kontribusi 0,87%.

    Jika dilihat kecenderungan dari tahun 2007-2009,

    sektor primer dan sekunder mengecil kontribusinya

    sedangkan sektor tersier meningkat kontribusinya.

    Perekonomian Kota Tangerang Selatan,

    sebagian besar digerakkan oleh sektor perdagangan

    dan jasa yang juga paling banyak menyerap tenaga

    kerja hingga mencapai 45,46%. Sektor lain yang juga

    menyerap tenaga kerja cukup besar adalah sektor

    industri pengolahan (18,5%); jasa kemasyaarakatan,

    Kecamatan

    PDRB Jumlah Penduduk

    Pertengahan Tahun 2008

    (orang)

    PDRB per Kapita

    (Rupiah) Juta Rupiah %

    1. Serpong

    1,761,071.41 19.72%

    102,428

    17,193,261.69

    2. Serpong Utara

    1,502,028.96 16.82%

    79,003

    19,012,302.84

    3. Setu

    313,455.19 3.51%

    55,969

    5,600,514.34

    4. Pamulang

    975,582.18 10.92%

    251,714

    3,875,756.55

    5. Ciputat 713,331.01 7.99%

    165,069

    4,321,411.09

    6. Ciputat Timur

    2,641,006.80 29.57%

    163,713

    16,131,930.87

    7. Pondok Aren

    1,024,701.33 11.47%

    251,977

    4,066,646.27

    Jumlah

    8,931,176.87 100.00%

    1,069,873

    8,347,885.10

    Tabel 2.16 PDRB Menurut Kelompok Sektor

    Kota Tangerang Selatan

    No. Uraian

    2007 2008 2009

    Pertumbuhan (Juta Rupiah)

    Distribusi

    (%) (Juta Rupiah)

    Distribusi

    (%) (Juta Rupiah)

    Distribusi

    (%)

    Atas Dasar Harga Berlaku

    1 Primer 76,891.78 1.01% 82,554.77 0.92% 88,182.72 0.87%

    2 Sekunder 2,191,903.70 28.65% 2,470,270.92 27.66% 2,678,311.90 26.45%

    3 Tersier 5,380,753.68 70.34% 6,378,351.18 71.42% 7,361,355.17 72.68%

    Total 7,649,549.15

    8,931,176.87

    10,127,849.79

    Atas Dasar Harga Konstan 2000

    1 Primer 48,270.03 1.16% 48,014.87 1.05% 48,929.67 0.99% 0.01%

    2 Sekunder 1,290,612.57 30.96% 1,344,374.74 29.48% 1,408,820.54 28.47% 1.35%

    3 Tersier 2,830,017.85 67.88% 3,168,116.88 69.47% 3,490,116.68 70.54% 7.59%

    Total 4,168,900.45

    4,560,506.50

    4,947,866.89

  • II-30

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Tabel 2.17 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha di Kota Tangerang Selatan Tahun 2008

    No. Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah Tenaga Kerja

    (orang) Persentase

    1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 7,995 1.40%

    2 Pertambangan dan Penggalian 733 0.13% 3 Industri Pengolahan 105,443 18.50%

    4 Listrik, Gas, dan Air 1,486 0.26%

    5 Bangunan 54,423 9.55%

    6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 259,034 45.46%

    7 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 63,934 11.22%

    8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan 4,191 0.74%

    9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 72,595 12.74%

    Jumlah 569,834 100.00%

    Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010

    sosial dan perorangan (12,74%); serta sektor

    angkutan, pergudangan dan komunikasi (11,22%).

    Berdasarkan Sensus Ekonomi 2006, jumlah

    perusahaan menengah dan besar di Kota Tangerang

    Selatan berjumlah 65 unit dengan penyerapan tenaga

    kerja sebanyak 11.162 orang pekerja. Kegiatan

    perdagangan dan jasa tersebar hampir di seluruh

    wilayah Kota Tangerang Selatan. Namun, yang paling

    menonjol adalah kegiatan perdagangan dan jasa di

    sepanjang koridor jalan-jalan utama seperti Jalan

    Raya Serpong, Jalan Raya Ceger, Jalan Raya Bintaro

    Utama Jalan kesehatan, Jalan Raya Pondok Betung

    - Jalan Raya WR Supratman, Jalan Raya Pamulang

    Ciputat, Jalan Raya Pamulang Pondok Cabe dan

    Jalan Raya Ir. H. Juanda (Ciputat Raya).

    Fasilitas perdagangan dan jasa yang tersedia

    berupa pasar, baik modern maupun tradisional, bank,

    BPR, KUD/koperasi, kompleks ruko dan minimart.

    Pasar tradisional yang terdapat di tanah milik

    pemerintah daerah adalah sebanyak 6 unit, yaitu

    Pasar Ciputat, Pasar Ciputat Permai, Pasar Jombang,

    Pasar Bintaro Sektor 2, Pasar Serpong, dan Pasar

    Gedung Hijau. Seluruhnya berfungsi kecuali Pasar

    Gedung Hijau. Secara total, luas lahan yang ditempati

    oleh pasar-pasar tersebut adalah 25.721 m2 dengan

    1.966 kios, 865 los dan 1.795 pedagang kaki lima.

    Berdasarkan tanda daftar perusahaan (TDP),

    terdapat perseroan terbatas (PT), comanditer

    venotschaap/perseroan komanditer (CV), perusahaan

    perorangan (PO), koperasi, firma, dan bentuk usaha

    lain yang keseluruhannya berjumlah 5.146 unit. Yang

    paling banyak adalah adalah PT yaitu berjumlah 2.467

    unit sedangkan yang paling sedikit adalah firma yang

    hanya berjumlah 2 unit.

    Industri bukan merupakan sektor utama yang

    menggerakkan perekonomian Kota Tangerang

    Selatan. Namun demikian, perannya masih lebih besar

    dibandingkan dengan sektor primer seperti sektor

    pertanian. Ada lima jenis industri kerajinan yang

    terdapat di Kota Tangerang Selatan, yaitu kerajinan

    kayu berjumlah 165 unit, anyaman 28 unit, gerabah 1

    unit, kain 293 unit dan makanan 164 unit. Selain itu

    industri kerajian tersebut, juga terdapat 7 unit pabrik

    yang di dalamnya terdapat 1 kawasan industry.

  • II-31

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    Tabel 2.19 Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa

    Kota Tangerang Selatan Tahun 2007

    Kecamatan

    Sebaran

    Pasar Modern

    Pasar Tradisional

    Bank BPR KUD/

    Koperasi Kompleks

    Ruko Minimart

    Serpong 2 1 21 0 0 10 8

    Serpong Utara 1 0 4 1 0 5 3

    Ciputat 1 0 5 2 0 4 13

    Ciputat Timur 1 1 9 0 0 15 13

    Pamulang 1 2 9 0 1 20 23

    Pondok Aren 1 2 12 0 0 6 4

    Setu 1 2 1 1 0 0 7

    Jumlah (unit) 8 8 61 4 1 60 71

    Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010

    Tabel 2.20 Sebaran Industri Kecil, Menengah/Besar di Kota Tangerang Selatan

    Kecamatan

    Jenis Industri

    Kerajinan Kayu

    Kerajinan Anyaman

    Kerajinan Gerabah

    Kerajinan kain

    Industri Makanan

    Pabrik

    Serpong 8 5 0 0 12 0

    Serpong Utara 7 0 0 0 13 5

    Ciputat 35 1 0 6 18 0

    Ciputat Timur 64 0 0 4 10 0

    Pamulang 33 4 0 2 39 1

    Pondok Aren 5 3 1 281 3 0

    Setu 13 15 0 0 69 1 (kawasan

    industri)

    Jumlah 165 28 1 293 164 7

    Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010

    Tabel 2.18 Jumlah Perusahaan Menengah dan Besar Menurut Status Penanaman Modal dan

    Jumlah Tenaga Kerja Menurut Kecamatan Di Kota Tangerang Selatan

    Kecamatan

    Status Penanaman Modal Pekerja Produksi Pekerja Lainnya

    Jumlah

    PMDN PMA Non Fas

    Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

    Serpong - - -

    Serpong Utara - - -

    Setu - - -

    Pamulang 6 - 11 963 2,613 213 234 4,023

    Ciputat 4 2 22 3,095 2,436 641 413 6,585

    Ciputat Timur - - -

    Pondok Aren 2 - 18 303 189 42 43 577

    Jumlah 12 2 51 4,361 5,238 896 690 11,185

    Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010

  • II-32

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    2.5.3. Keuangan Daerah

    1) APBD 2009

    Pendapatan

    Dalam APBD Tahun Anggaran 2009, pendapatan

    daerah hanya berasal dari lain-lain pendapatan daerah

    yang sah, yaitu dari pendapatan hibah, bagi hasil

    pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya,

    dan bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah

    daerah lainnya. Hal tersebut disebabkan pendapatan

    asli daerah, baik pajak maupun retribusi, masih masuk

    ke dalam pendapatan daerah Pemerintah Kabupaten

    Tangerang. Kota Tangerang Selatan juga belum

    mendapatkan dana perimbangan baik berupa bagi

    hasil pajak / bagi hasil bukan pajak, dana alokasi

    umum maupun dana alokasi khusus, karena peraturan

    mengenai dana perimbangan ditetapkan sebelum

    ditetapkannya Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008

    Tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di

    Propinsi Banten. Dalam perkembangannya,

    pendapatan asli daerah sudah dapat diterima

    langsung oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan,

    tidak lagi seperti asumsi awal yang harus masuk ke

    dalam kas Pemerintah Kabupaten Tangerang.

    Dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2009,

    total pendapatan daerah Kota Tangerang Selatan

    direncanakan sebesar Rp.191.699.005.762,00

    yang berasal dari pendapatan asli daerah (PAD)

    dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

    Pendapatan Asli Daerah. PAD berasal dari pajak,

    retribusi daerah dan lain-lain pendapatan asli

    daerah yang sah. Besar target PAD adalah

    sebesar Rp.25.367.150.025,00 yang berasal dari

    pajak sebesar Rp.15.397.425.025,00, retribusi

    Rp.9.219.725.000,00 dan lain-lain PAD yang sah

    Rp.750.000.000,00.

    Kota Tangerang Selatan juga belum

    mendapatkan dana perimbangan baik berupa

    bagi hasil pajak / bagi hasil bukan pajak, dana

    alokasi umum maupun dana alokasi khusus, oleh

    karenanya target capaian untuk dana

    perimbangan adalah nol.

    Lain-lain pendapatan daerah yang sah berasal

    dari pendapatan hibah, bagi hasil pajak dari

    provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dan

    bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah

    daerah lainnya. Pendapatan hibah sebesar

    Rp.15.000.000.000,00, bagi hasil pajak dari

    provinsi dan pemerintah daerah lainnya sebesar

    Rp.131.331.855.737,00 dan bantuan keuangan

    dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya

    sebesar Rp.20.000.000.000,00. Pendapatan

    hibah seluruhnya berasal dari Pemerintah

    Kabupaten Tangerang, sedangkan bantuan

    keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah

    lainnya adalah bantuan dana dari Pemerintah

    Propinsi Banten sebesar Rp.5.000.000.000,00.

    Besar hibah dan bantuan keuangan tersebut

    sesuai dengan yang ditetapkan dalam UU No. 51

    Tahun 2008. Selain itu, Pemerintah Propinsi

    Banten juga memberikan bantuan khusus

    pendidikan (specific grant) sebesar

    Rp.15.000.000.000,00.

    Belanja

    Besar alokasi belanja Tahun Anggaran 2009 adalah

    sebesar Rp.191.698.355.762,00 yang dialokasikan

    untuk belanja seluruh SKPD Kota Tangerang Selatan.

    Belanja langsung dialokasikan sebesar

    Rp.137.997.533.096,00 dengan rincian belanja

    pegawai sebesar 25.439.759.820,00, belanja

    barang dan jasa Rp.67.035.480.416,00 dan

    belanja modal Rp.45.522.292.860,00.

    Belanja tidak langsung dialokasikan sebesar

    Rp.53.700.822.666,00. Dari jumlah tersebut,

    sebesar Rp.37.999.149.862,20 merupakan

    belanja pegawai; Rp.9.783.787.000,00

    merupakan belanja hibah yang diperuntukkan

    bagi Bantuan Operasional Pendidikan Daerah

    dan untuk badan / lembaga / organisasi

    kemasyarakatan; Rp.4.917.885.803,80

    merupakan belanja bantuan sosial yang

    dialokasikan untuk bantuan sosial organisasi

    kemasyarakatan; dan Rp.1.000.000.000,00

    merupakan belanja tidak terduga. Tidak ada

  • II-33

    PENYUSUNAN RTRW KOTA TANGERANG SELATAN PROPINSI BANTEN

    LAPORAN AKHIR

    rencana alokasi untuk belanja bunga, belanja

    subsidi, belanja bagi hasil dan belanja bantuan

    keuangan.

    Pembiayaan

    Dari segi pembiayaan, tidak ada kebijakan untuk

    mendapatkan penerimaan maupun melakukan

    pengeluaran pembiayaan. Belum ada sisa lebih

    perhitungan anggaran daerah tahun 2008, pencairan

    dana cadangan, serta penerimaan piutang daerah

    karena Perubahan APBD Tahun Anggaran 2009

    merupakan perubahan dari rencana penganggaran

    pertama yang disusun Pemerintah Kota Tangerang

    Selatan yaitu APBD Tahun Anggaran 2009. Selain itu,

    juga belum ada rencana penerimaan pembiayaan dari

    penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah.

    Tidak ada rencana pengeluaran daerah, baik dari

    pembentukan dana cadangan, penyertaan modal

    (investasi), pembayaran pokok utang dan pemberian

    pinjaman daerah.

    2) APBD 2010

    Pendapatan

    Dalam APBD Tahun Anggaran 2010, pendapatan

    daerah berasal dari pendapatan asli daerah (PAD),

    dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah

    yang sah.

    Target PAD tahun 2010 adalah sebesar

    Rp.88.002.147.993,00 yang berasal dari pajak,

    retribusi daerah dan lain-lain pendapatan asli

    daerah yang sah.

    Besar dana perimbangan Kota Tangerang

    Selatan adalah Rp.395.414.035.000,00 yang

    berasal dari bagi hasil pajak / bagi hasil bukan

    pajak, dana alokasi umum sebesar dan dana

    alokasi khusus.

    Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah

    sebesar Rp.180.340.767.587,00 berasal dari

    pendapatan hibah, bagi hasil pajak dari provinsi

    dan pemerintah daerah lainnya, dan bantuan

    keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah

    lainnya.

    Belanja

    Besar alokasi belanja Tahun Anggaran 2010 adalah

    sebesar Rp.686.333.782.638,57 yang dialokasikan

    untuk belanja langsung dan tidak langsung Kota

    Tangerang Selatan.

    Belanja langsung dialokasikan sebesar Rp.

    326.315.706.512,00 dengan rincian belanja

    pegawai sebesar Rp. 61.411.511.500,00, belanja

    barang dan jasa Rp122.254.044.941,00 dan

    belanja modal Rp142.650.150.071,00.

    Belanja tidak langsung dialokasikan sebesar

    Rp.360.018.076.126,57. Dari jumlah tersebut,

    sebesar Rp.296.173.763.241,57 merupakan

    belanja pegawai; Rp.45.050.000.000,00

    merupakan belanja hibah yang diperuntukkan

    bagi Bantuan Operasional Pendidikan Daerah

    dan untuk badan / lembaga / organisasi

    kemasyarakatan; Rp.5.110.000.000,00

    merupakan belanja bantuan sosial yang

    dialokasikan untuk bantuan sosial organisasi

    kemasyarakatan; Rp.5.000.000.000,00

    merupakan belanja bagi hasil dan belanja

    bantuan keuangan; dan Rp.8.684.312.885,00

    merupakan belanja tidak terduga. Tidak ada

    rencana alokasi untuk belanja bunga dan belanja

    subsidi.

  • II-34

    Tabel 2.21 Ringkasan APBD Kota Tangerang Selatan 2010

    Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010

    Pembiayaan

    Besar penerimaan pembiayaan adalah

    Rp.22.576.832.058,57 yang seluruhnya berasal dari

    sisa lebih perhitungan anggaran daerah tahun 2009.

    Tidak ada rencana pengeluaran daerah, baik dari

    pembentukan dana cadangan, penyertaan modal

    (investasi), pembayaran pokok utang dan pemberian

    pinjaman daerah.

    Ringkasan pendapatan, belanja dan pembiayaan

    selengkapnya tertera pada Tabel 2.19.

    2.6. KONDISI SOSIAL DAN BUDAYA

    Indikator makro pembangunan di antaranya

    adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang

    menjadi ukuran pembangunan dalam pemenuhan tiga

    unsur, yaitu peluang berumur panjang dan sehat,

    pengetahuan dan ketrampilan yang memadai dan

    peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang

    dimiliki dalam kegiatan produktif. IPM Kota Tangerang

    Selatan pada tahun 2008 adalah sebesar 75,1.

    Sedangkan pada pertengahan tahun 2009 mencapai

    75,50. Angka tersebut merupakan angka tertinggi

    kabupaten/kota di Provinsi Banten dan termasuk ke

    dalam kategori menengah atas.

    Tabel 2.22 Perbandingan IPM Kota Tangerang Selatan

    dengan Wilayah Sekitarnya

    No. Provinsi/Kabupaten/Kota IPM

    (2008)

    1 Kota Tangerang Selatan 75,10

    2 Kota Bogor 74,64

    3 Kota Depok 76,85

    4 Kota Tangerang 75,16

    5 Kota Bekasi 73,73

    6 Kabupaten Bogor 68,1

    7 Kabupaten Tangerang 70,65

    8 Provinsi Banten 69,70

    9 Provinsi DKI Jakarta 77,03

    10 Provinsi Jawa Barat 71,12

    Sumber: www.bps.go.id; Daerah Dalam Angka 2009

    Penduduk dengan permasalahan

    kesejahteraan sosial ini tidak memiliki data series.

    Namun begitu, permasalahan kesejahteraan sosial

    akan cenderung meningkat karena perubahan gaya

    hidup, perubahan lingkungan, himpitan ekonomi,

    dan semakin terbukanya media komunikasi.

  • II-35

    2.6.1. Pendidikan

    Pendidikan merupakan salah satu sektor yang

    penting dalam hal peningkatan kualitas manusia.

    Indikator pendidikan yaitu angka melek huruf (AMH)

    dan rata-rata lama sekolah (RLS) digunakan sebagai

    variabel dalam menghitung indeks pembangunan

    manusia (IPM) selain indikator kesehatan dan indikator

    ekonomi. AMH Kota Tangerang Selatan pada tahun

    2008 adalah sebesar 98,9% sedangkan RLS sebesar

    10,0 tahun. Kedua angka ini merupakan angka AMH

    dan RLS tertinggi di Provinsi Banten. Pada pertengahan

    tahun 2009, angka AMH Kota Tangerang Selatan

    mencapai 99,2% dan RLS 10,5 tahun.

    Komposisi penduduk berdasarkan tingkat

    pendidikan tahun 2008 menunjukkan bahwa penduduk

    dengan tingkat pendidikan SLTA berjumlah paling besar

    yaitu 29,22%. Penduduk dengan tingkat pendidikan

    perguruan tinggi (sarjana muda dan sarjana) juga cukup

    tinggi, yaitu 29,05%. Profil penduduk berdasarkan

    tingkat pendidikan cenderung mirip antar kecamatan,

    kecuali untuk Kecamatan Setu. Pada kecamatan lain,

    tidak tercatat penduduk yang tidak lulus SD atau

    penduduk buta huruf (belum melek aksara) namun di

    Kecamatan Setu masih ada dengan angka sebesar

    0,52%. Penduduk dengan tingkat pendidikan perguruan

    tinggi di kecamatan lain melebihi angka 29% namun di

    Kecamatan Setu hanya sebesar 15,10%.

    Dilihat dari sisi prasarana, masih banyak hal yang

    perlu ditingkatkan. Jumlah total unit sekolah adalah

    sebesar 667 unit dengan rincian 236 sekolah negeri, 5

    madrasah negeri, 292 sekolah swasta dan 134

    madrasah swasta. Ruang kelas rusak SD negeri

    mencapai 213 ruang dari total ruang kelas SD negeri

    sebanyak 1.169 ruang atau 18,22%. Ruang kelas rusak

    SMP negeri mencapai 27 ruang dari total ruang kelas

    SMP negeri sebanyak 486 ruang atau 5,56%,

    sedangkan SMA negeri mencapai 17 ruang dari total

    312 ruang atau 5,45%. Pada tahun 2009 dilakukan

    rehabilitasi terhadap 9 unit SD dan 9 unit SMP yang

    rusak dengan rincian ruang kelas SD sebanyak 48 lokal

    sedangkan ruang kelas SMP sebanyak 29 lokal.

    Dari sisi kompetensi pendidik, masih banyak guru yang

    belum tersertifikasi. Sedangkan dari sisi sarana belajar,

    masih banyak sekolah yang belum memiliki

    perpustakaan dan laboratorium. Karena itu,

    peningkatan kompetensi guru baik tingkat dasar

    maupun tingkat menengah serta penyediaan sarana

    belajar masih harus diprioritaskan.

    Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka

    Partisipasi Murni (APM) kecamatan-kecamatan Kota

    Tangerang Selatan masih rendah, terutama pada

    pendidikan tingkat menengah, yang ditunjukkan dengan

    APK dan APM SMA / SMK yang masih di bawah 70%.

    Selain karena tingkat partisipasi, rendahnya APK dan

    APM diduga juga disebabkan oleh banyaknya

    penduduk usia sekolah yang tidak bersekolah di

    wilayah Kota Tangerang Selatan, melainkan

    bersekolah di daerah seperti Kota Tangerang dan

    DKI Jakarta. Dilihat dari sisi pendidikan tinggi, di

    Kota Tangerang Selatan terdapat 14 unit perguruan

    tinggi/akademi di antaranya Universitas Islam

    Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Sekolah Tinggi

    Akutansi Negara (STAN), Institut Teknologi

    Indonesia (ITI), Swiss Germany University (SGU)

    dan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).

    Tabel 2.23

    Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kecamatan di

    Kota Tangerang Selatan Tahun 2008

    Kecamatan SD SMP SMA

    APK APM APK APM APK APM

    Serpong 118.40 98.59 120.83 83.62 80.01 61.79

    Pamulang 80.17 66.92 58.96 36.46 62.40 50.14

    Ciputat 109.45 91.21 109.42 82.47 79.75 54.01

    Pondok Aren 71.62 59.17 52.72 36.41 31.25 22.21

    Serpong Utara 88.51 71.09 80.31 70.17 60.56 49.91

    Ciputat Timur 58.44 49.01 60.69 58.84 79.65 61.90

    Setu 85.85 71.13 60.17 59.05 54.00 41.07

    Jumlah Rata-

    rata 87.49 72.45 77.59 61.00 63.95 48.72

    Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010

  • II-36

    Tabel 2.24 Data Terkait Kesehatan Keluarga Miskin Menurut Kecamatan

    di Kota Tangerang Selatan Tahun 2008

    No Kecamatan

    Rumah Tangga

    Rawan Gakin

    (unit)

    Peserta

    Jamkesmas

    (Jiwa)

    Anak umur 0-11

    bulan Gakin

    (orang)

    Anak umur 11-59

    bulan Gakin

    (orang)

    Ibu Hamil

    Gakin

    (orang)

    1 Serpong 4.711 14.562 38 158 34

    2 Serpong Utara 5.707 17.831 52 333 41

    3 Setu 6.605 20.773 20 105 48

    4 Pamulang 13.195 45.954 25 325 107

    5 Ciputat 7.079 25.933 78 125 60

    6 Ciputat Timur 4.538 16.666 33 364 39

    7 Pondok Aren 17.998 57.392 76 1.199 133

    Kota Tangerang

    Selatan 59.833 199.111 322 2.609 462

    Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010

    2.6.2. Kesehatan

    Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan dapat

    tercermin dari tingkat kesehatan masyarakat yang

    merupakan salah satu indikator pembangunan

    manusia. Salah satu indikator kesehatan adalah Angka

    Harapan Hidup (AHH) yang menunjukkan perkiraan

    lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak

    ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Indikator

    ini dalam perhitungannya didapatkan dari Angka Lahir

    Hidup (ALH) dan Angka Masih Hidup (AMH). Kedua

    angka ini sangat dipengaruhi oleh kondisi

    kesehatanalita dan kesehatan reproduksi ibu.

    Pelayanan kesehatan dan sarana prasarana kesehatan

    terkait hal tersebut merupakan hal yang penting.

    Pada tahun 2008, AHH Kota Tangerang Selatan

    adalah sebesar 68,8 dengan indeks AHH sebesar 73.

    Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk Kota

    Tangerang Selatan rata-rata bisa mencapai usia 68,8

    tahun. Pada pertengahan tahun 2009 AHH Kota

    Tangerang Selatan mencapai 69 tahun.

    Selain indikator makro tesebut, kondisi

    kesehatan masyarakat juga diantaranya dapat dilihat

    dari keadaan gizi balita, kondisi kesehatan ibu,

    kesehatan keluarga miskin, dan kesehatan orang lanjut

    usia. Dilihat dari keadaan gizi balita, masih ada balita

    dengan status gizi buruk yang tentunya harus

    mendapat perhatian khusus dari Pemerintah

    Daerah. Dari 63.439 orang balita yang ditimbang,

    sebesar 91,54% dalam keadaan gizi baik, 0,51%

    gizi buruk, 5,75% gizi kurang dan 2,21% gizi lebih.

    Terdapat cukup banyak rumah sakit bersalin

    dan praktek bidan swasta serta sudah ada

    pelayanan Pelatihan Obstetri Neonatal Emergensi

    Dasar (PONED) di Puskesmas Ciputat, namun

    belum ada pusat pelayanan kesehatan ibu ataupun

    unit pelayanan kesehatan ibu di Puskesmas yang

    lengkap dengan cakupan yang besar yang

    dibutuhkan terutama untuk melayani ibu hamil dari

    kalangan masyarakat miskin. Hal ini menjadi penting

    karena kesehatan ibu merupakan salah satu unsur

    penentu angka harapan hidup.

    Masih cukup banyak keluarga miskin yang

    membutuhkan bantuan dari segi kesehatan.

    Menurut catatan Dinas kesehatan, masih ada

    59.833 rumah tangga miskin dengan 2.931 orang

    Penyakit menular masih menjadi permasalahan

    yang harus mendapatkan perhatian serius. Penyakit

    menular yang tercatat oleh Dinas Kesehatan di

    antaranya demam berdarah, filariasis, tuberculosis,

    HIV/AIDS, Pneumonia, infeksi menular seksual

    (IMS), diare, kusta, difteri dan campak. Penyakit

    dengan angka kejadian tertinggi adalah diare

    dengan 10.533 kejadian disusul pneumonia dengan

    2.473 kejadian. Penyakit menular lain dengan angka

  • II-37

    Tabel 2.25 Jumlah Rumah Tangga Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial Menurut Kecamatan di Kota

    Tangerang Selatan Tahun 2008

    No Kecamatan Rumah

    Tangga

    Penerima BLT

    Rumah Tangga

    Sasaran PPLS08

    Kepala &

    Anggota RTS

    PPLS 08

    Jumlah

    Penduduk

    (jiwa)

    Presentase RTS

    Terhadap Jumlah

    Penduduk

    1 Serpong 2.463 2.420 5.317 102.733 5.18%

    2 Serpong Utara 1.742 1.590 5.453 79.234 6,88%

    3 Setu 1.993 1.817 6.313 57.758 10,93%

    4 Pamulang 5.963 5.299 18.119 254.085 7,13%

    5 Ciputat 2.438 1.848 6.086 165.559 3,68%

    6 Ciputat Timur 1.685 928 4.003 164.207 2,44%

    7 Pondok Aren 2.820 2.411 7.353 252.302 2,91%

    Kota Tangerang

    Selatan 19.104 16.303 52.644 1.076.302

    4,89%

    Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010

    kejadian yang besar adalah tuberculosis (625 kejadian)

    dan demam berdarah (154 kejadian). Kejadian

    HIV/AIDS yang tercatat di Puskesmas adalah sebanyak

    3 kejadian, yaitu di Ciputat dan Ciputat Timur, namun

    angka yang sesungguhnya diduga jauh lebih besar

    karena banyak pasien yang diduga berobat di RSUD

    Kabupaten Tangerang atau rumah sakit lain di Jakarta

    serta fenomena gunung es yang biasanya terjadi pada

    penyakit ini.

    Jumlah peserta KB aktif adalah 114.433 orang dari

    189.433 orang yang termasuk kelompok PUS

    sedangkan peserta KB baru adalah 18.522 orang.

    Petugas Keluarga Berencana berjumlah petugas KB

    sebanyak 54 orang yang terdiri dari 6 orang PLKB/PKB,

    24 orang dokter dan 24 orang bidan.

    2.6.3. Agama

    Berdasarkan komposisi penduduk menurut

    agama yang dipeluk, sebagian besar penduduk

    memeluk agama Islam yaitu sebanyak 90,98%.

    Penduduk selebihnya memeluk agama Protestan

    (4,07%), Kristen (3,14%), Budha (1,21%) dan Hindu

    (0,60%). Sarana peribadatan yang tersedia untuk

    para pemeluk agama adalah mesjid sebanyak 436

    buah, langgar/mushola 968 buah, gereja 42 buah,

    vihara/kuil 7 buah.

    2.6.4. Kesejahteraan Masyarakat

    Panti sosial yang terdapat di Kota Tangerang

    Selatan adalah panti asuhan anak sejumlah 14 panti

    dan tresna werdha sejumlah 5 panti dan bina

    grahita sejumlah 1 panti. Potensi dan sumber daya

    kesejahteraan sosial di antaranya adalah tenaga

    kesejahteraan masyarakat, organisasi masyarakat,

    karang taruna dan panti sosial.

    Penyandang masalah kesejahteraan sosial

    masih banyak dan beragam jenis permasalahannya.

    Dari dua puluh empat jenis permasalahan,

    penyandang yang paling banyak adalah anak

    jalanan, wanita rawan sosial, lansia berumur lebih

    dari 60 tahun yang terlantar, korban bencana alam

    setahun lalu, penduduk di daerah rawan bencana

    alam, keluarga fakir miskin, dan penduduk yang

    tinggal di rumah tidak layak huni. Ada yang memang

  • II-38

    permasalahan khas daerah perkotaan seperti anak

    jalanan dan pengemis namun ada juga yang bukan.

    Untuk orang terinfeksi HIV/AIDS dinyatakan tidak ada.

    Hal ini kemungkinan besar disebabkan belum ada data

    terpisah per kecamatan yang disebabkan oleh sifat

    kerahasiaan berkaitan dengan domisili individu-individu

    tersebut. Namun diperkirakan angkanya cukup besar

    yang di antaranya disebabkan oleh lokasi yang

    berbatasan dengan DKI Jakarta sehingga memudahkan

    penyebaran HIV dari Ibukota.

    Jumlah rumah tangga penerima Bantuan

    Langsung Tunai (BLT) di Kota Tangerang Selatan

    adalah sebanyak 19.104 RT. Jumlah penerima paling

    banyak di Pamulang yaitu sebanyak 5.963 rumah

    tangga, sedangkan paling sedikit di Ciputat Timur yaitu

    sebanyak 1.685 rumah tangga. Menurut hasil

    Pendataan Program Perlindungan Sosial (2008) yang

    memverifikasi hasil sensus BLT tahun 2005, terjadi

    penurunan jumlah RTS menjadi 16.303 RT dengan

    jumlah kepala dan anggota rumah tangga 58.093 orang

    atau 4,89% jika dibandingkan dengan jumlah penduduk

    pada tahun 2008. Persentase tersebut lebih kecil jika

    dibandingkan dengan persentase di Kabupaten

    Tangerang (dengan 36 kecamatan) yang sebesar

    19,18% (687.797 orang jumlah kepala dan anggota

    RTS dari 3.585.269 orang penduduk) dengan jumlah

    rumah tangga sasaran sebanyak 189.236 RTS.

    Di Provinsi Banten, Kota Tangerang Selatan

    menempati posisi kedua setelah Kota Cilegon dalam

    hal persentase penduduk miskin (RTS) yang paling

    sedikit. Jika dilihat per kecamatan, persentase jumlah

    kepala dan anggota rumah tangga RTS tertinggi adalah

    di Setu dengan 10,93% dan yang terendah adalah di

    Ciputat Timur dengan 2,44%.

  • II-39

    Tabel 2.26 Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Kecamatan

    di Kota Tangerang Selatan Tahun 2008

    No Jenis Serpong

    Serpong Utara

    Setu Pamulang Ciputat Ciputat Timur

    Pondok Aren

    Kota Tangerang Selatan

    1 Balita Terlantar 648 14 7 12 9 9 - 735

    2 Anak terlantar 115 - 410 - - - - 525

    3 Anak Nakal 37 8 101 85 99 72 31 433

    4 Anak Jalanan 24 2 35 68 559 516 2 1.206

    5 Anak 5-21 Korban Kekerasan 8 - 8 12 - - - 28

    6 Wanita 22-59 Korban Kekerasan 7 - - - - - - 7

    7 Wanita Rawan Sosial 247 161 965 1 - - 5 1.379

    8 Lansia >60 th Terlantar 97 4 1.162 - 13 12 6 1.294

    9 Lansia >60 th Korban Kekerasan 8 - - - - - - 8

    10 Anak Cacat Usia 5-21 119 36 - 55 63 - 48 321

    11 Penyandang Cacat 79 30 111 81 64 57 63 485

    12 Penyandang Cacat Exs TBC 1 - 3 38 - 10 39 91

    13 Penyandang Cacat Exs Kusta - - 3 20 - 16 - 39

    14 Mantan Napi 66 4 26 466 18 60 11 651

    15 Pekerja Seks Komersial 14 10 75 38 - - - 137

    16 Waria 13 - - - - - 1 14

    17 Pengemis 15 7 27 27 109 92 - 277

    18 Pemulung - - 164 164 - - 70 234

    19 Gelandangan 2 - - - 17 12 1 45

    20 Exs Korban NAPSA 49 7 16 16 6 6 22 122

    21 Pengidap HIV/AIDS - - - - - - - -

    22 Korban Bencana Sosial/Pengungsi - - - - - - - -

    23 Korban Bencana Alam setahun Lalu 5 2.638 1.775 8 21 86 3 5.516

    24 Penduduk Di Daerah Rawan Bencana 284 9 1.873 81 7 558 6.250 9.062

    25 Kelurga Fakir Miskin 2.182 2.140 3.431 107 122 130 5.698 13.810

    26 Yang Tinggal Di Rumah Tidak Layak Huni

    315 61 1.222 6 8 7 130 1.649

    27 Keluarga Bermasalah Sosial Pisikologis

    - - - - - - - -

    28 Keluarga Rentan Sosial Ekonomi - - - - - - - -

    Sumber : Profil Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2010

  • II-40

    2.7. KONDISI SISTEM DAN JARINGAN TRANSPORTASI

    2.7.1 Moda Angkutan

    Moda angkutan di Kota Tangerang Selatan

    berupa kendaraan umum penumpang baik berupa

    minibus/angkutan kota, taxi, bus/feeder bus serta kereta

    api dengan sebaran stasiun Pasar Serpong, Rawa

    Buntu (BSD), Tegal Rotan (Pondok Aren), Ciputat

    Jombang) dan Ciputat Timur Pondok Ranji. Ada juga

    angkutan barang yang melayani untuk kebutuhan

    pengangkutan barang mulai dari mobil pick-up hingga

    truk. Selain itu terdapat juga moda angkutan ojek motor

    dan becak.

    Penduduk dalam melakukan aktivitas sehari-hari

    seperti dalam rangka bekerja, sekolah, belanja,

    rekreasi/hiburan atau kegiatan lainnya, umumnya

    menggunakan kendaraan jenis angkutan umum mikro

    bus dan minibus/angkutan kota, selain mobil pribadi,

    taksi dan kereta api untuk melayani perjalanannya.

    Penduduk yang tinggal di kompleks perumahan yang

    letaknya jauh dari jalan raya dan atau tidak/belum

    terjangkau angkutan minibus angkot, biasanya untuk

    menjangkau tempat pangkalan mobil atau ke jalan raya

    yang dilintasi angkutan umum, dapat dilakukan dengan

    cara berjalan kaki ataupun dengan menggunakan

    angkutan ojek motor atau becak.

    Berdasarkan tinjauan tersebut terlihat sekilas

    bahwa sistem pelayanan angkutan umum di wilayah

    Kota Tangerang Selatan saat ini memberikan

    gambaran sebagai sistem pelayanan yang

    pemanfaatannya masih terbatas hanya pada jalur

    utama dan sebagian kecil kawasan perumahan.

    Bila ditinjau dari jangkauan operasinya, moda

    angkutan lingkup lokasi di wilayah Kota Tangerang

    Selatan mempunyai jangkauan operasi pelayanan jarak

    dekat, yaitu dilayani oleh minibus/angkutan kota,

    sedangkan untuk jangkauan operasi yang jarak jauh

    dilayani oleh Bus. Angkutan jenis minibus/angkutan

    kota juga melayani wilayah perbatasan, yaitu antar

    wilayah Tangerang Selatan dengan DKI Jakarta,

    Kabupaten Bogor, Kabupaten/Kota Tangerang.

    Angkutan umum penumpang yang beroperasi di

    Wilayah Tangerang Selatan lebih didominasi oleh jenis

    kendaraan minibus/non bus dibandingkan mikrobus

    atau bus, serta mempunyai jangkauan operasi

    pelayanan sampai ke lingkungan perumahan (door to

    door service).

    Jumlah trayek angkutan yang ada di Kota

    Tangerang Selatan sebanyak 39 trayek. Paling banyak

    di Ciputat yang melayani hingga 19 trayek.

    2.7.2 Jaringan Jalan

    Jaringan jalan merupakan prasarana terpenting

    dalam sistem transportasi. Keterkaitan wilayah satu

    dengan wilayah lain atau hubungan antara satu wilayah

    dengan wilayah lain tidak lepas dari suatu sistem

    transportasi yang dihubungkan dengan jaringan

    jalan. Pengaruh tersebut dapat terjadi dari pola

    sistem transportasi internal dan sistem transportasi

    eksternal. Transportasi internal Kota Tangerang

    Selatan akan berpengaruh terhadap pola

    pergerakan internal Kota Tangerang Selatan dan

    wilayah sekitarnya. Sedangkan sistem transportasi

    yang lebih luas dalam arti keadaan transportasi

    yang dipengaruhi oleh pola-pola pergerakan antar

    wilayah atau kota/kabupaten. Elemen-elemen yang

    mendukung sistem transportasi adalah sarana

    dalam hal ini moda atau alat angkut dan prasarana

    atau infrastruktur yang berupa jaringan jalan.

    Pola jaringan jalan di Kota Tangerang Selatan

    pada umumnya berbentuk grid dengan kondisi alam

    yang relatif datar amat memungkinkan pola jalan

    seperti ini dibuat untuk mendukung pergerakan

    penduduk. Jangkauan pelayanan jalan pada saat

    ini di Kota Tangerang Selatan sudah hampir merata

    pada semua wilayah hanya ada beberapa jalan

    yang rusak dan belum diperbaiki.

    Menurut Dinas Pekerjaan Umum dalam

    Kompilasi data awal Kota Tangerang Selatan, total

    panjang jalan Kota Tangsel adalah 137,773 km dan

    diperkirakan 5% rusak ringan, 5% rusak sedang dan

    20% rusak berat.

  • II-41

    Jaringan jalan yang ada di Kota Tangerang

    Selatan sendiri terdiri atas :

    Jalan Arteri Primer

    Jalan arteri primer dalam wilayah Kota Tangerang

    Selatan merupakan terusan jalan arteri primer luar

    wilayah. Jalan arteri melalui atau menuju kawasan

    primer. Jalan arteri primer dirancang berdasarkan

    kecepatan rencana paling rendah 60 km/jam.

    Lebar badan jalan arteri primer tidak kurang dari 8

    meter. Lalu lintas yang terjadi di jalan ini

    merupakan lalu lintas regional. Untuk itu lalu lintas

    tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu lintas

    ulang-alik, dan lalu lintas lokal dari kegiatan lokal.

    Kendaraan angkutan berat dan dan kendaraan

    umum bus dapat diizinkan melalui jalan ini. Jumlah

    jalan masuk/akses tidak boleh lebih pendek dari

    500 meter. Jalur khusus untuk kendaraan yang

    lebih lambat harus disediakan. Jalan arteri primer

    yang ada di Kota Tangerang Selatan adalah jalan

    tol Jakarta Serpong sepanjang 11,07 km.

    Tabel 2.17 Trayek Angkutan Umum di Wilayah Kota Tangerang Selatan Tahun 2008

    No Wilayah Jumlah Trayek Trayek/Jurusan Jenis Moda Angkutan

    1 Ciputat 19 Ciputat Lembah Bukit Angkutan Kota

    Ciputat J ombang Angkutan Kota

    Ciputat Muncul Serpong Angkutan Kota

    Ciputat Jombang Terminal BSD Angkutan Kota

    Ciputat - Pd. Ranji Bintaro Mall Arinda Angkutan Kota

    Ciputat - Pondok Aren Angkutan Kota

    Ciputat - Serua Permai Angkutan Kota

    Ciputat Serua Bukit Ciater BSD Angkutan Kota

    Ciputat Pamulang Pondok Benda Angkutan Kota

    Ciputat Pamulang Reni Jaya Angkutan Kota

    Ciputat Sawangan Angkutan Kota

    Ciputat - Pondok Labu Angkutan Kota

    Ciputat Kota Bus AC

    Ciputat Blok M Bus Non-AC

    Ciputat Pulo Gadung Bus AC

    Ciputat Senen Bus AC

    Ciputat Kampung Rambutan Kopaja

    Rempoa Blok M Kopaja

    2 Pondok Aren 5 Pondok Aren (Arinda) Kebayoran Lama Angkutan Kota

    Pondok Jagung Parigi Bintaro Plaza Gintung Angkutan Kota

    Pondok Kacang Jombang Angkutan Kota

    Bintaro Plaza Pamulang Bus AC

    Bintaro Ratu Plaza Bus AC/ Feeder Busway

    3 BSD/Serpong 13 BSD Cikokol (Kota Tangerang) Angkutan Kota

    BSD Pasar Serpong Angkutan Kota

    BSD Cikarang Bus AC

    BSD Mangga Dua Bus AC/ Feeder Busway

    BSD Ratu Plaza Bus AC/ Feeder Busway

    BSD Pasar Baru Bus AC/ Feeder Busway

    Serpong Kalideres Angkutan Kota

    Serpong Cisauk Angkutan Kota

    Serpong Prumpung Angkutan Kota

    Serpong Cikokol Angkutan Kota

    Tangerang Serpong Bogor Bus Kecil Non AC

    Tangerang Serpong Sukabumi Bus Kecil Non AC

    Serpong Legok Angkutan Kota

    4 Pondok Cabe 2 Pamulang Lebak Bulus Angkutan Kota

    Lebak Bulus Sawangan Angkutan Kota

  • II-42

    Jalan Arteri Sekunder

    Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan

    primer dengan kawasan sekunder satu, kawasan

    sekunder satu dengan kawasan sekunder kedua.

    Jalan ini dirancang berdasarkan kecepatan

    rencana paling rendah 30 km/jam. Lebar jalan tidak

    kurang dari 8 meter. Lalu lintas cepat pada jalan ini

    tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

    Akses langsung dibatasi tidak lebih pendek dari

    250 meter. Lokasi berhenti dan parkir pada badan

    jalan sangat dibatasi dan seharusnya tidak

    diizinkan pada jam sibuk. Panjang Arteri Sekunder

    di Kota Tangerang Selatan adalah 29,26 Kilometer.

    Jalan Kolektor Primer

    Jaringan jalan mulai dari batas DKI Jakarta

    Ciputat Timur sampai batas Depok merupakan

    jaringan jalan nasional dengan Rumija 40 meter

    dan panjang 9 km.

    Jalan Kolektor Sekunder

    Jalan kolektor sekunder menghubungkan antar

    kawasan sekunder kedua, kawasan sekunder

    kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Jalan ini

    dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling

    rendah 20 km/jam. Lebar badan jalan tidak kurang

    dari 7 meter. Kendaraan angkutan berat tidak

    diizinkan melalui fungsi jalan ini di daerah

    permukiman. Lokasi parkir pada badan jalan

    dibatasi. Harus mempunyai kelengkapan jalan

    yang cukup seperti rambu marka, lampu pengatur

    lalu lintas dan penerangan jalan. Adapun jalan di

    Kota Tangerang Selatan yang termasuk jalan

    kolektor sekunder antara lain adalah jalan yang

    menghubungkan batas Kota Tangerang Serpong

    Utara Serpong Setu Batas Kabupaten Bogor

    yang merupakan jalan provinsi dengan rumija 40

    meter dan panjang 16 km. Ruas jalan yang

    menghubungkan Serpong dan Setu dengan

    Rumija 30 meter dan panjang 6 km. Ruas jalan

    yang menghubungkan jalan raya Serpong dengan

    jalan raya Ciputat dengan Rumija 30 meter dan

    panjang 6,5 km.

    Jalan Lokal Primer

    Jalan lokal primer dalam wilayah Kota Tangerang

    Selatan merupakan terusan jalan lokal primer luar

    Kota Tangerang Selatan dan melalui atau menuju

    kawasan primer atau jalan primer lainnya. Jalan ini

    dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling

    rendah 20 km/jam. Kendaraan barang dan bus

    dapat diizinkan melalui jalan ini. Lebar jalan tidak

    kurang dari 6 meter. Termasuk dalam jalan ini

    diantaranya adalah ruas jalan Pamulang II Rawa

    Buntu, ruas jalan Pondok Kacang Jombang.

    Jalaan Lokal Sekunder

    Jalan lokal sekunder menghubungkan antar

    kawasan ketiga atau dibawahnya, kawasan

    sekunder dengan perumahan. Jalan ini

    didesain berdasarkan kecepatan rencana

    paling rendah 10 km/jam. Lebar badan jalan

    lokal sekunder tidak kurang dari 5 meter.

    Kendaraan angkutan barang dan bus tidak

    diizinkan melalui jalan ini. Termasuk dalam

    jalan ini adalah jalan pada kawasan

    perumahan-perumahan yang ada di Kota

    Tangerang Selatan.

  • II-43

    Tabel 2.18 Kondisi Jalan Wilayah Kota Tangerang Selatan

    No

    Nama Jalan/ Ruas Jalan

    Status Jalan

    Panjang Jalan (Km)

    Kondisi Jalan

    Baik

    Sedang

    Rusak

    1 Jl. Raya Serpong Pahlawan Seribu

    Arteri Sekunder

    5.88

    2 Jl. Letnan Sutopo (BSD) Ciater

    Kolektor Sekunder

    3.96

    3 Jl. Kapten Subianto (BSD) Rawa Buntu

    Arteri Sekunder

    3.67

    4 Jl. Ciater Raya Bukit Indah

    Kolektor Sekunder

    2.54

    5 Jl. Astek Jombang

    Kolektor Sekunder

    3.55

    6 Jl. Jombang Raya Aria Putra

    Kolektor Sekunder

    3.63

    7 Jl. Aria Putra Pasar Ciputat

    Kolektor Sekunder

    3.06

    8 Jl. Otista Dewi Sartika Pasar Ciputat

    Arteri Sekunder

    1.94

    9 Jl. Pamulang Raya Pajajaran

    Arteri Sekunder

    2.18

    10 Jl. Setia Budi Cabe Raya

    Kolektor Sekunder

    2.15

    11 Jl. Cabe Raya Cirendeu

    Kolektor Sekunder

    7.00

    12 Jl. Ir. H. Juanda Pasar Jum'at

    Arteri Sekunder

    3.52

    13

    Jl. Tegal Rotan Cendrawasih Ki Hajar Dewantoro Pasar Ciputat

    Kolektor Sekunder

    5.16

    14 Jl. Rempoa Gintung

    Kolektor Sekunder

    2.65

    15 Jl. Menteng Raya (Bintaro) Bintaro Utama

    Kolektor Sekunder

    3.41

    16

    Jl. Pondok Betung Raya WR. Supratman (IAIN Ciputat)

    Kolektor Sekunder

    6.02

    No

    Nama Jalan/ Ruas Jalan

    Status Jalan

    Panjang Jalan (Km)

    Kondisi Jalan

    Baik

    Sedang

    Rusak

    17 Jl. Ceger Raya Pondok Betung

    Kolektor Sekunder

    5.31

    18 Jl. Pondok Kacang Parigi

    Kolektor Sekunder

    4.15

    19 Jl. Elang (Bintaro) Menteng Raya (Bintaro)

    Kolektor Sekunder

    1.99

    20 Jl. Graha Bunga Parigi

    Kolektor Sekunder

    6.25

    21 Jl. Bhayangkara Mas Mansyur

    Kolektor Sekunder

    3.95

    22 Jl. Sutera Utama (Alam Sutera)

    Kolektor Sekunder

    4.58

    23 Jl. Raya Puspiptek Pamulang

    Arteri Sekunder

    2.78

    24 Jalan Tol Serpong Bintaro

    Arteri Primer

    11.07

    25 Jl. German Center Muncul

    Arteri Sekunder

    7.14

    26 Jl. Rawa Buntu Viktor Arteri Sekunder

    2.15

    27 Jalan Lingkar Selatan Arteri Sekunder

    2.71

    28 Parakan Ciater Raya Kolektor Sekunder

    3.41

    Sumber : Kompilasi Data Awal Kota Tangerang Selatan Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tahun 2009

    2.7.3 Terminal

    Jumlah terminal yang ada di Kota Tangerang

    Selatan yang resmi hanya 1 buah yaitu di Pondok

    Cabe namun saat ini tidak dimanfaatkan dan dalam

    kondisi tidak terurus. Adapun terminal di BSD juga

    belum optimal dimanfaatkan. Selama ini kendaraaan

    angkutan umum (Angkot dan lainnya) lebih banyak

    parkir (ngetem) di pinggir jalan menunggu naik dan

    turun penumpang yang biasanya berlokasi di sekitar

    pasar, stasiun, kompleks perumahan, persimpangan

    jalan dsb.

    Kondisi saat ini dengan telah beroperasinya

    Fly Over (FO) Ciputat tuntutan akan kebutuhan

    terminal semakin dirasakan karena jika tidak

    dibangun terminal maka pembangunan FO Ciputat

    akan percuma saja karena hanya memindahkan

    kemacetan tetapi bukan dilihat sebagai suatu sistem

    yang utuh dan saling mendukung dalam pelayanan

    sistem transportasi Kota Tangerang Selatan.

    2.7.4 Kereta Api

    Wilayah Kota Tangerang Selatan yang dilalui

    oleh lintasan rel kereta api antara lain wilayah

    Serpong (Stasiun Pasar Serpong), Stasiun Rawa

    Buntu (BSD), Stasiun Tegal Rotan (Pondok Aren),

    Ciputat (Stasiun Jombang) dan Ciputat Timur

    (Stasiun Pondok Ranji). Kereta api yang melintas

    adalah kereta api penumpang dan kereta api

  • II-44

    barang. Moda angkutan kereta api ini lebih banyak

    dipilih warga Kota Tangerang Selatan yang beraktifitas

    di Jakarta karena berbagai pertimbangan lebih cepat,

    murah atau memang lokasi stasiunnya yang berdekatan

    dengan kantor / tempat kerja mereka.

    Jalur ganda kereta api jurusan Ser