bab iirepo.itera.ac.id/assets/file_upload/sb2009160014/... · 2020. 12. 28. · 31 bab ii tinjauan...
TRANSCRIPT
-
31
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Smart City (Smart City)
2.1.1 Definisi Smart City
Dalam beberapa tahun terakhir, dengan pesatnya perkembangan teknologi,
konsep Smart City (atau yang lebih dikenal luas Smart City) telah banyak
dikembangkan sebagai konsep kota terstruktur. Konsep ini telah berkembang sejak
tahun 1990-an, dan sejak dimulainya tahun 1960-an, koneksi internet mulai
mendunia. Menurut Allwinkle dan Cruickshank (2007) dalam kertas kerja PSPPR
(PSPPR UGM, 2016), Pada masa itulah perkembangan internet semakin
mempermudah pelayanan, dan informasi dapat diakses melalui situs-situs yang
disediakan oleh pemerintah kota. Meski masih sebatas one way services yang hanya
memberikan informasi statis dan terbatas mengenai kebijakan perkotaan, tata guna
lahan dan perencanaan, tidak dapat dipungkiri bahwa inilah awal dari munculnya
konsep “Smart City”. Ada beberapa definisi Smart City menurut para ahli yaitu:
TABEL II.3
DEFIINISI SMART CITY OLEH PARA AHLI
NO AHLI DEFINISI SMART CITY
1
Griffinger
dkk
(2007)
A city well performing in a forward-looking way in these six
characteristics (economy, people, governance, mobility,
environment, and living) built on the smart‟ combination of
endowments and activities of self-decisive, independent and
aware citizens
2
Chourabi
dkk
(2012:2290)
“A city that monitors and integrates conditions of all of its
critical infrastructures, including roads, bridges, tunnels,
rails, subways, airports, seaports, communications, water,
power, even major buildings, can better optimize its
resources, plan its preventive maintenance activities, and
monitor security aspects while aximizing services to its
citizens.” (Hall dalam Chourabi, 2012)
-
32
NO AHLI DEFINISI SMART CITY
3
A. Caragliu,
dkk dalam
Schaffers
(2010:3)
We believe a city to be smart when investments in human and
social capital and traditional (transport) and modern (ICT)
communications infrastructure fuel sustainable economic
growth and a high quality of life, with a wise management of
natural resources, through participatorygovernance”
4 Dall’O
(2016)
Smart City adalah kota yang dibangun atas dasar
pembangunan manusia. Kearifan kota mengacu pada
kemampuan kota dalam memenuhi kebutuhan warganya.
5 Suhono
(2014)
Smart City adalah kota yang dapat menggunakan solusi
inovatif, terintegrasi, dan berkelanjutan untuk mengelola
semua sumber daya secara efektif guna menyelesaikan
berbagai tantangan. Pengelolaan ini hanya untuk
meningkatkan kualitas hidup warga perkotaan.
6 Forrester
“Smart City memperdalam pentingnya menggunakan
teknologi komputasi cerdas untuk menciptakan infrastruktur
dan area layanan perkotaan, yang meliputi manajemen
perkotaan, pendidikan, kesehatan, keselamatan publik, real
estat, transportasi dan utilitas yang lebih cerdas, saling
terhubung dan efisien."
7 Mathew
Smart City adalah hasil dari strategi pengetahuan dan strategi
inovasi, yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja sosial-
ekonomi, ekologi, logistik dan kompetitif kota. Smart City
tersebut dibangun di atas fondasi yang menjanjikan dari
sumber daya manusia (seperti pekerja terampil), modal
infrastruktur (seperti fasilitas komunikasi berteknologi tinggi),
modal sosial (seperti hubungan jaringan yang tertutup dan
terbuka), dan modal kewirausahaan.
Sumber: Laporan Evaluation Tools Model dan Assessment Bandung Smart City dan Widyaningsih
(2013) dalam working paper psppr UGM (2016)
Walaupun beberapa definisi diatas terlihat sangat berbeda, namun semua
menunjukkan kesamaan arti yaitu penerapan konsep Smart City dalam perencanaan
kota melalui integrasi pemerintahan, ekonomi, kualitas hidup, lingkungan, SDM
dan transportasi2.
2 Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional (PSPPR) UGM. 2016. Road Map Kota
Yogyakarta Menuju Smart City http://psppr.ugm.ac.id/wp-
content/uploads/sites/49/2017/07/abstrak-working-paper-smart-city.pdf
http://psppr.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/49/2017/07/abstrak-working-paper-smart-city.pdfhttp://psppr.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/49/2017/07/abstrak-working-paper-smart-city.pdf
-
33
2.1.2 Model dan Dimensi Smart City
Dimensi Smart City merupakan panduan yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam mengembangkan kota. Beberapa dimensi Smart City berkembang
dalam implementasinya, baik dari kalangan akademik maupun industri. Melalui
paparan dalam dalam seminar hasil kajian kebijakan deputi VI tahun 2017, terdapat
beberapa konsep yang dapat di adopsi untuk pengembangan kota menuju menuju
Smart City di Indonesia.
Sumber: Materi Seminar Hasil Kajian Kebijakan Deputi VI tahun 2017
GAMBAR II.1
BEBERAPA KONSEP PILIHAN TERKAIT SMART CITY
Beberapa konsep tersebut merupakan konsep oleh Giffinger dkk dengan
konsep Smart City yang digunakan di eropa, Frost & Sullivan yang menjelaskan
smart diamond, ITB yang mengembangkan frameworks dan standard Smart City
dengan Garuda Smart City Model (GSCM), kemudian Djunaedi (2014) dalam Paper
PSPPR UGM menekankan perlunya penambahan satu kategori tambahan yaitu
“Smart Disaster Management” dikarenakan kondisi indonesia yang berada di “ring
of Fire”.
Giffingger (2007) menggunakan enam aspek pengembangan Smart City
untuk mengukur Smart City Eropa, yaitu ekonomi pintar, orang pintar,
pemerintahan pintar, perjalanan pintar, lingkungan Sumter dan kehidupan pintar.
Melalui enam dimensi ini, Giffinger telah mengukur kota-kota Eropa. Model ini
-
34
juga umum dalam pengembangan Smart City Eropa. Selain itu, ITB
mengembangkan Garuda Smart City Model (GSCM) pada tahun 2014. Dalam
konsep Smart City GSCM, Smart City adalah kota yang dapat mengelola sumber
daya secara efektif dan efisien untuk menciptakan masyarakat yang aman, nyaman
dan berkelanjutan. Model GSCM mendukung kota dengan memperkuat manusia,
tata kelola, dan teknologi.Teknologi tersebut mendukung 3 aspek utama yaitu,
ekonomi, lingkungan, dan masyarakat.
Selain konsep pengembangan Smart City di atas, Boyd Cohen menjelaskan
lebih detail perkembangan model dan indikator pengembangan Smart City. Smart
City = pendekatan komprehensif dan komprehensif yang dapat meningkatkan
efisiensi operasional kota, meningkatkan kualitas hidup warga, dan
mengembangkan perekonomian daerah3. Cohen (2014) membagi Smart City
menjadi enam dimensi (dimensi), yaitu smart economy, smart mobility, smart
environment, smart people, smart living, dan smart governance4.
a. Smart Economy
Penekanan pada inovasi dan kewirausahaan, dengan fokus pada
pengembangan teknologi tinggi dan mendukung inovasi untuk menutup
hubungan antara ekonomi lokal dan ekonomi global dengan menjaga daya saing
kota.
b. Smart Mobility
Menekankan penggunaan video surveillance dan teknologi deteksi jarak
jauh untuk memantau lalu lintas dan melakukan analisis data untuk mengatur
arus lalu lintas, arus pejalan kaki dan arus kargo (termasuk situasi darurat) untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kualitas lalu lintas perkotaan.
c. Smart Environment
Menekankan pada perencanaan kota dengan pendekatan kota hijau berikut
dukungan teknologi berbasis web dan pemantauan jarak jauh untuk distribusi
3 Tim Pelaksana Smart City Bandung.2018. (Tim Konsultan, 2018).
-
35
ruang publik, sabuk hijau, dan sebagainya dalam mengembangkan lingkungan
hijau.
d. Smart People
Dalam situasi sosial yang beragam, fleksibel, terbuka dan kreatif,
mendorong pengembangan sumber daya manusia yang kondusif bagi inovasi
dan TIK, serta akan membawa manfaat yang maksimal bagi lingkungan masa
depan.
e. Smart Living
Dengan bantuan Internet of Things dan kerangka media sosial online,
dorong peningkatan lingkungan hidup dan kualitas hidup untuk meningkatkan
hubungan antara manusia dan lingkungan, membuat mereka lebih sehat, lebih
bahagia, dan memiliki gaya hidup yang bersemangat.
f. Smart Governance
Penekanan pada penguatan koneksi dalam pemerintahan dan antara
pemerintah dengan masyarakat dan pengusaha melalui jaringan informasi
publik dan dukungan layanan yang komprehensif. Smart City mengharuskan
pemerintah untuk memainkan peran penting dalam membimbing dan
menerapkan teknologi IT, dimensi integrasi sistem, berbagi informasi, dan
mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah yang muncul (Yu & Xu,
2018).
Dari enam konsep pengembangan Smart City oleh Cohen, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (BAPPENAS) menambahkan satu dimensi lagi yaitu Smart
Infrastruktur. Smart Infrastruktur oleh BAPPENAS (2015) menekankan pada
pengembangan infrastruktur yang termasuk didalamnya infrastruktur jaringan,
infrastruktur transportasi, serta pengembangan terhadap sistem informasi yang
berbasis IT. Berikut merupakan dimensi serta indikator ketercapaian pada masing-
masing dimensi oleh BAPPENAS:
-
36
Sumber: BAPPENAS 2015
GAMBAR II.2
DIMENSI DAN INDIKATOR SMART CITY
Adaptasi dimensi Smart City dilakukan melalui perbandingan berbagai
konsep Smart City oleh para ahli dan disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan
karakteristik yang ada di Indonesia, dalam hal ini mengambil kasus pada Smart
City di Kota Bandar Lampung.
2.1.3 Indikator Smart City
Berdasarkan dimensi Smart City yang dijelaskan oleh para ahli serta
BAPPENAS, maka disimpulkan dimensi-dimensi yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah seperti pada tabel berikut.
TABEL II.II
BENCHMARKING DIMENSI DAN INDIKATOR SMART CITY
NO PENELITI DIMENSI INDIKATOR
1
Gifinger (2007)
“Smart City dalam
konteks giffinger
adalah
kemampuan kota
untuk melakukan
penyediaan
1. Smart Economy
• Inovasi
• Entrepreneurship
• Image ekonomi dan branding
• Produktivitas
• Flexibilitas ketenagaakerjaan
• Kemampuan untuk melakukan perubahan
2. Smart People • Level of qualification
-
37
NO PENELITI DIMENSI INDIKATOR
layanan terhadap
warga melalui
pengelolaan dan
sustainabilitas
kondisi kota “
• Kemampuan untuk meningkatkan kualitas melalui
pembelajaran berkelanjutan
• Kreatifitas
• Keterbukaan berpendapat
3. Smart Governance
• Keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan
• Pelayanan public
• Transparansi dalam pemerintahan
• Political will
4. Smart Mobility
• Kemudahan akses untuk transportasi lokal
• Kemudahan Akses ke interasional
• Ketersediaan infrastruktur IT
• Sustainable, inovasi dan keamanan dalam melakukan
pergerakan (transportasi)
5. Smart Environment
• Pengelolaan lingkungan
• Polusi indeks
• Keberadaan Perlindungan terhadap alam
• Pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan
6. Smart Living
• Fasilitas kultur
• Kondisi layanan kesehatan
• Keamanan individu
• Kualitas perumahan
• Fasilitas pendidikan
• Kondisi pariwisata
• Kondisi interaksi sosial
2
Boyd Cohen
(2012)
Smart City adalah
sebuah pendekatan
yang luas,
terintegrasi dalam
meningkatakan
efisiensi
pengoperasian
sebuah kota,
meningkatkan
kualitas hidup
penduduknya dan
menumbuhkan
1. Smart Economy
• Entrepreneurship & innovation
• Productivity
• Local & global interconnectedness
2. Smart
Environment
• Green buildings
• Green energy
• Green urban planning
3. Smart
Governance
• Enabling supply & demand side policy
• Transparency & open data
• ICT & e-Gov
4. Smart Living
• Healthy
• Safe
• Culturally vibrant & happy
-
38
NO PENELITI DIMENSI INDIKATOR
ekonomi
daerahnya.
5. Smart Mobility
• Mixed-modal access
• Clean & non-motorized options
• Integrated ICT
6. Smart People
• 21th century education
• Inclusive society
• Embrace creativity
3 BAPPENAS
(2015)
1. Smart Economy
• Pengembangan City Branding
• Pengembangan Kewirausahaan
• Pengembangan e-commerce
2. Smart People
• Pendididkan dan pengembangan SDM yang melek teknologi
• Dukungan Penelitian
• Pengembangan karakter sosial budaya masyarakat
3. Smart Governance
• Pengembangan e-governance
• Ada partisipasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan
4. Smart Environment
• Pengelolaan lingkungan berbasis IT
• Pengelolaan SDA berbasis IT
• Pengembangan sumber energi terbarukan
5. Smart Living
• Kemudahan akses terhadap layanan pendidikan
• Kemudahan akses terhadap layanan Kesehatan
• Pengembangan peran media
• Kemudahan akses terhadap jaringan keamanan
6. Smart Infrastruktur
• Pengembangan jaringan IT
• Pengembangan transport berbasis IT
• Pengembangan sistem informasi, manajemen berbasis
IT
-
39
NO PENELITI DIMENSI INDIKATOR
4
(Achmad
Djunaedi, dkk,
2018)
1. Ekonomi Cerdas
• Semangat berinovasi
• Kewirausahaan
• Pencitraan dan merek dagang ekonomi
• Produktivitas
• Keluwesan pasar kerja
• Keterhubungan internasional
• Kemampuan untuk bertransformasi
2. Masyarakat
Cerdas
• Modal sosial dan SDM yang mencakup tingkat kualifikasi
• Kemauan untuk terus belajar
• Pluralitas sosial dan etnis
• Keluwesa dan kreativitas
• Kosmopolitanisme atau keterbukaan pikiran
• Partisipasi dalam kehidupan publik
3. Pemerintah
Cerdas
• Partisipasi dalam pengambilan keputusan
• Layanan publik dan kemasyarakatan
• Transparansi tata kelola pemerintah, strategi dan
kebijakan publik
4. Mobilitas Cerdas
• Transportasi dan TIK yang mencakup unsur aksesibilitas
lokal, nasional dan internasional
• Ketersediaan infrastruktur TIK
• Sistem transportasi yang berkelanjutan, inovatif dan
aman
5. Lingkungan
Cerdas
• Unsur daya tarik kondisi alam
• Kelestarian lingkungan
• Manajemen sumber daya berkelanjutan
-
40
NO PENELITI DIMENSI INDIKATOR
6. Gaya Hidup
Cerdas
• Unsur fasilitas kultural
• Kondisi kesehatan
• Kualitas perumahan
• Fasilitas pendidikan
• Daya tarik pariwisata
• Kohesi sosial
Sumber: Telaah Pustaka 2020
2.1.4 Kondisi Ideal
Kondisi ideal merupakan keadaan yang diharapkan atau dicita-citakan
terjadi5. Dalam penelitian ini kondisi ideal yang dibahas dinyatakan sebagai nilai
atau persentase yang dapat merepresentasikan nilai terbaik dari setiap indikator
yang dimiliki kota. Setelah setiap sub indikator dipilih, masing-masing sub
indikator akan dipetakan menjadi nilai yang ideal, yang akan menjadi acuan dalam
pengembangan Smart City. Kondisi ideal pada tabel berikut didapat melalui studi
literatur pada jurnal terkait Smart City seperti salah satunya dengan mengadopsi
kondisi ideal dalam dokumen Bandung Smart City6 yang memiliki benchmarking
lebih lengkap dan juga dokumen road map Kota Yogyakarta menuju Smart City7
dengan menggunakan Kota Toronto yang mendapat peringkat ke dua dalam
penelitian Boyd Cohen Smart City Wheel sebagai patokan (benchmark) serta
dokumen standar nasional maupun internasional yang ada.
TABEL II.I
KONDISI IDEAL SMART CITY
NO DIMENSI INDIKATOR SUB-INDIKATOR IDEAL
1 Smart
Economy
Kewirausahaan dan
Inovasi
Wirausaha/industri terdaftar Ya
Index Inovasi Kota 54
Terdapat StartUp Ya
5 S, Samhis. 2019. Latar Belakang Masalah – Pengertian, Permasalahan, Cara, Contoh, Para Ahli.
https://www.gurupendidikan.co.id/latar-belakang-masalah/ di akses pada 6 Desember 2019 6 Pemerintah Kota Bandung. (2018). Peraturan Wali Kota Bandung Nomor Tahun 2018 Tentang Rencana Induk Bandung Smart City (Masterplan Bandung Smart City). Bandung: Pemerintah
Kota Bandung. https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/eksternal/show/146 7 PSPPR UGM. (2016). Road Map Kota Yogyakarta Menuju Smart City. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
https://www.gurupendidikan.co.id/latar-belakang-masalah/https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/eksternal/show/146
-
41
NO DIMENSI INDIKATOR SUB-INDIKATOR IDEAL
Keberadaan area industri
khusus Ya
% PDB yang diinvestasikan
dalam penelitan dan
pengembangan di sektor
privat.
1.69%
Produktivitas
PDRB per kapita (dalam
US$, kecuali EU, dalam
Euros)
55102
Flekibilitas
ketenagaakerjaan
% optimalisasi tugas pokok
dan fungsi Disnaker 100%
Terdapat kemudahan akses
informasi pekerjaan
Ya,
Online
Persentase jumlah
pengangguran
Keterhubungan
internasional
Adanya Kegiatan/event
Internasional Ya
Keterikatan pada Industri
Internasional Ya
Pengembangan
City Branding
Memiliki Produk Khas Kota Ya
Memiliki Identitas Kota Ya
Pengembangan e-
commerce
Terdapat sistem pemasaran
online untuk setiap hasil
industri
Ya
Terdapat pelatihan pemasaran
online bagi pelaku UMKM
Ya,
Rutin
2 Smart People
Kreatifitas Terdapat industri kreatif Ya
Keterbukaan
berpendapat Terdapat fasilitas aspirasi
publik melalui situs resmi
Ya,
Online
Modal sosial dan
SDM yang
mencakup tingkat
kualifikasi &
Kemauan untuk
terus belajar
% Siswa yang menyelesakan
pendidikan SMA/SMK 100%
Keluwesan dan
kreativitas
Persentase tenaga kerja yang
terlibat dalam industri kreatif 6%
Pendididkan dan
pengembangan
SDM yang melek
teknologi
Tersedia e-learning dan atau
e-education Ya
Persentase sekolah
terakreditasi 100%
Partisipasi dalam
kehidupan publik Partisipasi masyarakat dalam
perencanaan (RDTR/RTRW) Ya
3 Smart
Governance
Keterlibatan
masyarakat dalam
Terdapat sosialisasi
penyusunan kebijakan Ya
-
42
NO DIMENSI INDIKATOR SUB-INDIKATOR IDEAL
pengambilan
keputusan
Terdapat usulan program
kegiatan
dari masyarakat
Ya,
Online
Keterlibatan
stakeholder/masyarakat
dalam proses penyusunan
Ya
Transparansi dalam
pemerintahan
Keberadaan dan Kejelasan
pembiayaan untuk setiap
layanan yang diberikan
Ya,
Online
Terdapat alat ukur kinerja
secara akuntabel untuk setiap
layanan yang dilakukan
Ya,
Online
Layanan publik
dan
kemasyarakatan
Layanan yang terintegrasi
dalam satu layanan terpadu
(kesehatan dan keselamatan)
7
Pengembangan e-
governance
% layanan pemerintahan yang
dapat diakses oleh warga via
website atau handphone
100%
4 Smart Mobility
Transportasi dan
TIK yang
mencakup unsur
aksesibilitas lokal,
nasional dan
internasional
Terdapat akses transportasi
lokal Ya
Terdapat akses ke interasional Ya
Ketersediaan
infrastruktur TIK
Penyediaan konektivitas
infrastruktur jaringan TIK
(Kabel, serat optik, nirkabel)
Ya
Tersedia penerangan umum
cerdas yang terhubung ke
jaringan komunikasi data
Ya
Tersedia tempat parkir cerdas
yang dapat mengidentifikasi
jumlah ruang kosong dan
mengarahkan pengemudi
menuju ruang tersebut
Ya
Akses ke Informasi
Real Time
Kehadiran harga berdasarkan
permintaan/ (contoh : Harga
saat macet, harga jalur tol
yang beragam, harga tempat
parkir yang beragam)
Ya
-
43
NO DIMENSI INDIKATOR SUB-INDIKATOR IDEAL
Jumlah layanan transportasi
publik yang
menyediakan pelayanan
mengenai informasi secara
real time kepada publik (bus,
regional train, metro, rapid
transit system (e.g. BRT,
tram), and sharing modes
(e.g. bikesharing, carsharing)
5
Ketersediaan aplikasi transit
multi moda
dengan minimal 3 layanan
yang terintegrasi
Ya
Sistem transportasi
yang
berkelanjutan,
inovatif dan aman
Tersedia transportasi Publik
Elektrik Ya
Kendaraan Non-
motorized/Elektrik
Panjang jalur dan lajur sepeda
dalam kilometer per 100,000 18,3
5 Smart
Environment
Pengelolaan SDA
Total penggunaan energi
perumahan per kapita (in
kWh/tahun)
1830
Emisi efek rumah kaca diukur
dalam ton perkapita 7,38
Konsentrasi Fine Particullar
Matter 2.5 (µg/m3) 8,42
Indeks Polusi 50
Terdapat sensor pemantau
kebocoran air Ya
% Jumlah TPS dengan 3R 100%
% Industri yang memiliki
IPAL 100%
% sampah padat yang di daur
ulang 100%
Keberadaan
Perlindungan
terhadap alam
Memiliki rencana/strategi
mengenai ketahanan iklim Ya
Green energy Sosialisasi penggunaan energi
Ya,
Rutin
Green urban
planning
Ruang Hijau per 100,000
(dalam m2) 445
Pengelolaan
lingkungan
berbasis IT
Terdapat sistem pengelolaan
lingkungan berbasis IT
Ya
-
44
NO DIMENSI INDIKATOR SUB-INDIKATOR IDEAL
Pengembangan
energi terbarukan
Terdapat pengembangan
energi alternatif (Pemanfaatan
limbah/sampah sebagai
biogas, energi surya, tenaga
angin, biomassa (tumbuhan
dan hewan)
Ya
Terdapat program Green
buildings Ya
6 Smart Living
Budaya dan
kesejahteraan Indeks Gini 4
Kondisi layanan
kesehatan
5 Unit pelayanan kesehatan
milik pemerintah yang
memenuhi standar layanan
100%
Kecukupan jumlah rumah
sakit (sesuai standar jumlah
rumah sakit berdasarkan
jumlah penduduk)
Ya
Tersedia RSUD Ya
Kualitas
perumahan
Terdapat program perbaikan
rumah tidak layak huni Ya
Terdapat peningkatan jumlah
perbaikan rumah tidak layak
huni setiap tahun
Ya
Fasilitas
pendidikan
Jumlah sekolah
(TK,SD,SMP,SMA) sesuai
SNI berdasarkan jumlah
penduduk
Ya
Tersedia perpustakaan daerah Ya
Jumlah guru 1:20
Kondisi interaksi
sosial
Tersedia fasilitas tempat
rekreasi Ya
Kemudahan akses
terhadap layanan
Kesehatan
Rata-rata angka harapan
hidup 82,45
Fasilitas keamanan
Teradapat sosialisasi terkait
keamanan lingkungan
Ya,
Online
Tersedia teknologi yang
digunakan untuk membantu
pencegahan kejahatan
(CCTV, taxi apps, teknologi
untuk melakukan prediksi
kejahatan)
Ya
7 Smart
Infrastruktur
Pengembangan
jaringan IT
Tersedia BTS yang memadai
Ada,
Menyelu
ruh
Pengembangan Jaringan Wifi Ya
Pengembangan Fiber Optik Ya
-
45
NO DIMENSI INDIKATOR SUB-INDIKATOR IDEAL
Pengembangan
sistem informasi,
manajemen
berbasis IT
Tersedia E-Parking Ya,
Online
Sumber: Telaah Pustaka 2020
2.1.5 Tantangan Smart City
Tantangan membangun Smart City sangat beragam dan kompleks.
Diantaranya adalah efisiensi, keberlanjutan, komunikasi, keselamatan, tantangan
biaya dan juga keamanan. Tantangan merancang Smart City dibatasi oleh banyak
faktor yaitu kebijakan pemerintah, lingkungan alam, komunitas sosial, dan ekonomi
(Suraju P. Mohanty, dkk, 2016). Biaya adalah salah satu faktor terpenting dalam
desain Smart City. Biaya perancangan Smart City mencakup biaya perancangan dan
biaya operasional. Biaya desain adalah biaya satu kali untuk mendesain Smart City.
Biaya operasional adalah biaya yang dibutuhkan untuk memelihara Smart City.
Biaya desain harus kecil untuk mewujudkan Smart City. Diwaktu yang bersamaan,
dalam jangka panjang biaya operasional yang rendah dapat membuat kota lebih
mudah dioperasikan, sementara beban anggaran kota minimal. Efisiensi
operasional Smart City merupakan tantangan penting dimana efisiensi yang lebih
tinggi dapat meningkatkan keberlanjutan Smart City dan mengurangi biaya
operasional. Smart City perlu memastikan keberlanjutan jangka panjang dengan
biaya operasional yang optimal dan melakukan penyelesaian terhadap masalah
pertumbuhan penduduk (Suraju P. Mohanty, dkk, 2016).
Smart City harus mampu bertahan dari bencana dan kegagalan. Bencana
bisa datang dari mana saja, termasuk alam. Kesalahan bisa datang dari mana saja
karena berbagai alasan di sistem, seperti misalnya kegagalan TIK atau mungkin
kegagalan pada daya. Bencana alam yang terjadi juga dapat menyebabkan
kegagalan di semua tingkatan Smart City. Sehingga setiap mendesain Smart City
perlu mempertimbangkan factor bencana dan kegagalan tersebut sehingga Smart
City dapat dengan cepat pulih dari situasi ini dalam waktu sesingkat mungkin.
Tantangan lain yang dibawa oleh pembiayaan adalah menarik investasi dalam
pengembangan Smart City, karena biaya investasi untuk desain ini sangat besar
sehingga sulit untuk mendapatkan investasi eksternal. Pertama-tama, keselamatan
publik merupakan tantangan desain penting yang dihadapi Smart City, karena
-
46
keselamatan penghuninya sangat penting, yang juga dapat meningkatkan anggaran
desain dan operasional (Suraju P. Mohanty, dkk, 2016). Selain itu, beberapa hal
yang menjadi tantangan mendesain Smart City adalah ketersediaan dan manajemen
data informasi untuk mendukung sistem kota yang terintegrasi. Tentangan juga
datang pada keamanan. Untuk menjadikan masyarakat yang tinggal di sebuah
Smart City haruslah dipastikan aman dan nyaman.
2.2 Preseden
2.2.1 Smart City Bandung
Kota Bandung merupakan salah satu kota yang semakin memperkuat
penerapan konsep Smart City di wilayahnya. Kota Bandung berpenduduk 2,5 juta
jiwa, kota metropolitan 7 juta jiwa, penduduk muda, 60% penduduk di bawah 40
tahun, dan ada 80 perguruan tinggi. Bandung adalah salah satu kota terbesar ketiga
di Indonesia, dengan penduduk 15.000 orang per kilometer persegi. Bandung
adalah kota muda dan bersemangat yang bertujuan untuk meningkatkan reputasinya
sebagai Teknopolis, kota teknologi Indonesia. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil
meyakini Bandung merupakan Smart City yang dapat memanfaatkan konsentrasi
perguruan tinggi dan perguruan tinggi serta usianya yang relatif masih muda.
Sumber: https://tonz94.files.wordpress.com/2017/08/smart-city-bandung-ridwan-kamil.pdf
GAMBAR II.3.
INTEGRASI SMART CITY BANDUNG
Menciptakan Smart City untuk Bandung membutuhkan kota untuk mencapai
tujuan menciptakan kota yang lebih berkelanjutan atau nyaman, sambil mengatasi
https://tonz94.files.wordpress.com/2017/08/smart-city-bandung-ridwan-kamil.pdf
-
47
tantangan yang dihadapi oleh banyak kota yang berkembang pesat, termasuk
kemacetan lalu lintas, pengelolaan sampah, dan formalisasi ekonomi kelabu (seperti
pedagang kaki lima dan booming). Pengembangan perusahaan). Permasalahan
yang tidak tertata, permasalahan akibat banjir, terwujudnya infrastruktur fisik yang
memadai di bidang energi dan transportasi, serta infrastruktur sosial yang
berkualitas melalui sekolah dan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Masalah ini
biasa terjadi di banyak kota, dan Bandung tidak dimulai dari awal. Bandung selalu
pandai beradaptasi dengan teknologi baru, dan fasilitas yang ditingkatkan biasanya
memberikan dasar yang baik untuk menjadi kota yang berkelanjutan, cerdas, dan
indah. Bandung berpeluang menambah pengetahuannya tentang industri lokal
strategis berbasis teknologi yang bisa dikatakan sebagai bagian dari Smart City,
termasuk perusahaan di industri pertahanan, penerbangan, farmasi dan
telekomunikasi. Beberapa teknologi yang kemungkinan besar memberikan dampak
positif terbesar di Bandung adalah di sektor transportasi dan energi. Rekomendasi
ini adalah hasil dari pengumpulan pengetahuan dan pengalaman tim global dan
lokal Bandung (Suyono, 2016).
Wilayah metropolitan Bandung meliputi area seluas hampir 1.900 kilometer
persegi dan berpenduduk hampir 7 juta. Sebagian besar infrastruktur dan pekerjaan
terletak di pusat kota yang padat penduduk. Pemerintah Kota Bandung telah fokus
pada rencana pencapaian infrastruktur keras dan elemen-elemen yang diperlukan
untuk mendukung pengembangan Smart City, termasuk pengembangan kawasan
Gedebage yang lebih luas, realisasi infrastruktur perkotaan, dan komitmen
pencegahan banjir dan longsor yang lebih baik, dan Perbaiki jaringan jalan raya.
Terhubung ke lokal dan regional melalui jalan baru. Fokus dari strategi
pengembangan Smart City adalah pertama-tama merealisasikan infrastruktur aktual
untuk pengoperasian normal kota, termasuk perluasan layanan broadband, jalur
akses Internet, dan pusat data lokal yang dapat mendukung aplikasi kota.
Pemerintah cerdas telah mulai mencapai ini melalui sistem komunikasi dan
dokumentasi dan informasi tanpa kertas. Pemerintahan terbuka didasarkan pada
kesediaan kota untuk berbagi data, dan semakin banyak aplikasi kota yang
membuktikan tujuan Bandung dalam membuka data dan layanannya.
-
48
Sumber: https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas
GAMBAR II.4
REALISASI SMART GOVERNANCE BANDUNG
Tujuan dari Tata Kelola Cerdas Bandung adalah mewujudkan
penyelenggaraan pemerintahan daerah secara komunikatif, efektif, efisien,
transparan dan bertanggung jawab dan tetap meningkatkan kinerja birokrasi melalui
adopsi teknologi yang terintegrasi dan inovasi. Tata kelola yang cerdas harus dapat
diwujudkan dalam tiga unsur pemerintahan yaitu pelayanan, birokrasi dan
kebijakan. Smart Branding merupakan salah satu inovasi dalam pemasaran di Kota
Bandung yang bertujuan untuk dapat meningkatkan terhadap daya saing daerah
dengan cara pengembangan terhadap bidang pariwisata, citra kota dan bisnis. selain
bisa memanfaatkan potensi lokalnya untuk memenuhi permintaan, kota ini mampu
menarik partisipasi masyarakat yang ada didalam dan luar daerah, para pengusaha
dan investor untuk mempercepat pembangunan (Pemerintah Kota Bandung, 2018).
Sumber: https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas
GAMBAR II.5
REALISASI SMART BRANDING BANDUNG
Melalui Smart Branding Bandung, tujuan yang diinginkan pemerintah yaitu
meningkatkan daya saing daerah dengan membentuk citra kota dan memasarkan
potensi daerah secara lokal, nasional dan internasional. Bandung memberikan
promosi merek eksternal melalui keberadaan taman hiburan, sedangkan Bandung
https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdashttps://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas
-
49
meningkatkan daya tarik wisatanya dengan menyelenggarakan acara Bandung yang
indah.
Tujuan dari Ekonomi Cerdas Kota Bandung adalah menciptakan sebuah
ekosistem yang dapat mendukung kegiatan perekonomian masyarakat di sektor
ekonomi unggulan pada daerah yang beradaptasi dengan perubahan era informasi,
dan meningkatkan literasi keuangan masyarakat melalui beberapa rencana
termasuk mewujudkan less-cash society.
Sumber: https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas
GAMBAR II.6
REALISASI SMART ECONOMY BANDUNG
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara mengembangkan tiga elemen
ekonomi pintar diantaranya ekosistem industri, peningkatan kesejahteraan
masyarakat, dan ekosistem transaksi keuangan. Rencana pembangunan ekonomi
cerdas dapat dilaksanakan pada berbagai indikator, antara lain pembentukan
ekosistem industri yang kompetitif (industri), pembentukan daya saing industri
daerah dalam industri unggulan, terwujudnya kesejahteraan rakyat (kesejahteraan),
dan pembentukan ekosistem transaksi keuangan.
Smart Living merupakan dimensi yang dapat menjamin kelayakan taraf
hidup. Kelayakan hidup tersebut ditinjau melalui beberapa aspek, diantaranya
adalah kelayakan gaya hidup, kelayakan metode transportasi yang dapat
mendukung pergerakan orang dan barang di Smart City dan kualitas kesehatan.
https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas
-
50
Sumber: https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas
GAMBAR II.7
REALISASI SMART LIVING BANDUNG
Tujuan dari Bandung Smart Living adalah untuk menciptakan lingkungan
hidup yang layak, nyaman dan efisien. Inisiatif pembangunan Smart Living meliputi
beberapa indikator yaitu, mengkoordinasikan penataan ruang wilayah,
mewujudkan infrastruktur sanitasi, dan menjamin ketersediaan sarana transportasi.
Dalam rangka mewujudkan Visi Kota Bandung 2025, “Kota Bermartabat
Bandung” atau Kota Mulia Bandung. Oleh karena itu salah satu tugasnya yang
berkaitan dengan masalah kemasyarakatan adalah “mengembangkan kreativitas,
kesadaran dan kesadaran yang tinggi dalam kehidupan sosial budaya kota”, dan
arah pengembangannya adalah meningkatkan kualitas kerjasama antar semua
pemangku kepentingan dalam pembangunan kota Bandung..
Sumber: https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas
GAMBAR II.8
REALISASI SMART SOCIATY BANDUNG
Aspek keenam dari Smart City yaitu smart environment. Cerdas yang ada
pada konsep smart environment ini yaitu perhatian yang diberikan pada lingkungan
melalui pembangunan perkotaan atau bisa disebut seperti perhatian pada
pembangunan infrastruktur fisik, serta pembangunan sarana dan prasarana
permukiman. Ide dasar lingkungan cerdas di Smart City adalah untuk mencapai
https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdashttps://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas
-
51
pembangunan berkelanjutan, dan pembangunan berkelanjutan tidak dapat hilang
ketika konsep Smart City yang digerakkan oleh elemen teknologi lahir.
Sumber: https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas
GAMBAR II.9
REALISASI SMART ENVIRONMENT BANDUNG
Lingkungan cerdas dapat didefinisikan sebagai dunia fisik yang
memvirtualisasikan dan menghubungkannya melalui penggunaan sensor, aktuator,
tampilan, dan elemen komputasi yang tertanam dalam objek yang ada di lingkungan
sehari-hari kita dan terhubung ke jaringan. Lingkungan cerdas membuat interaksi
antara manusia dan sistem menjadi pengalaman yang menyenangkan. Singkatnya,
walikota berharap dapat menciptakan budaya inovasi dan teknologi yang
mengandalkan keberhasilan berkelanjutan dari industri inti yang ada, membina
usaha kreatif, dan yang terpenting memberi mereka peluang untuk berkembang di
lokasi geografis yang diusulkan di pusat kota Bandung. ITB mulai mengembangkan
konsep Garuda Smart City Model (GSCM) pada tahun 2014. Dimana Smart City
didalam konsep GSCM merupakan kota yang mampu melola sumberdaya secara
efisien dan efektif sehingga menciptakan masyarakat yang aman, nyaman dan
berkelanjutan. Konsep ini berorientasi pada pengembangan kota melalui penguatan
tatakelola, manusia dan teknologi yang menopang 3 komponen utama yaitu
Ekonomi, Lingkungan dan sosial (Tim Konsultan, 2018).
2.2.2 Smart City Jakarta
Jakarta yang sebagai ibu kota negara dengan pendapatan per kapita tertinggi
di Indonesia dan tingkat urbanisasi tertinggi di dunia, menghadapi tantangan yang
cukup kompleks dan masih terus bekerja keras untuk membangun komunitas yang
kompak dan berpartisipasi aktif dalam mewujudkan Jakarta yang lebih baik.
Sehingga, Kota Jakarta perlu melakukan penyelesaian terhadap permasalahannya
https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/program_kota_cerdas
-
52
secara lebih efektif melalui pemanfaatan TIK yang terintegrasi pada semua sektor
publik.
Sebagai kota transisi, Jakarta juga menghadapi banyak tantangan, termasuk
masalah yang terkait dengan perencanaan strategis dan pemerintahan jangka
panjang, sekaligus memenuhi kebutuhan infrastruktur cerdas dan penyediaan
infrastruktur dan sumber daya keuangan yang memadai, sekaligus memenuhi
kebutuhan penduduk tetap Jakarta yang terus meningkat. Menyediakan dana untuk
pembangunan dan perbaikan kota. Menanggapi tantangan ini memerlukan
pendekatan sistematis untuk menetapkan status target yang jelas dari waktu ke
waktu, mengidentifikasi kesenjangan utama antara status saat ini dan status target,
serta mengembangkan dan menerapkan serangkaian solusi praktis untuk
mengatasinya secara terkoordinasi.
Sumber: http://interactive.smartcity.jakarta.go.id/
GAMBAR II.10
PERJALANAN MENJADI SEBUAH SMART CITY
Beberapa program pintar yang mendukung ambisi Jakarta menjadi Smart
City sudah beroperasi. Namun, untuk melakukan transisi yang lengkap, Jakarta
harus memiliki pemahaman yang jelas tentang tujuan dan sasaran, metrik, dan
sasaran praktisnya. Saat menentukan negara target untuk memfasilitasi realisasi
tujuan ini, digunakan "kerangka roda Smart City", yang telah banyak digunakan
http://interactive.smartcity.jakarta.go.id/
-
53
untuk menentukan kondisi target transisi dari Jakarta ke Smart City pada tahun
2025.
Menetapkan serangkaian tujuan terkait enam kategori Smart City yang saling
berhubungan, yaitu kehidupan cerdas, perjalanan cerdas, tata kelola cerdas,
lingkungan cerdas, ekonomi cerdas dan orang pintar, dan mengubahnya menjadi 25
subkategori dan 108 korelasi. Indikator spesifik dari determinan terkait yang
ambisius, terukur dan dapat dicapai. Untuk mengetahui gap yang dimaksud tersebut
diukur dengan membandingkan kondisi saat ini dengan kondisi target yang
ditentukan pada setiap kategori Smart City. Oleh karena itu, akhirnya pada tahap
pengusulan solusi, untuk memahami berbagai gap antara kondisi Jakarta saat ini
dengan situasi target, langkah diambil selanjutnya yaitu mengembangkan solusi
yang dapat menjembatani kesenjangan tersebut. Untuk memastikan Kota Jakarta
dapat mencapai tujuan yang diharapkan, cetak biru dan juga roadmap yang
komprehensif perlu dikembangkan untuk memandu penerapan solusi.
Sumber: http://interactive.smartcity.jakarta.go.id/
GAMBAR II.11
VISI DAN MISI SMART CITY JAKARTA
Jakarta memiliki visi dan misi sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Tahun 2013-2017 Nomor 2 Peraturan Daerah Tahun 2013. Visi
pembangunan jangka menengah Provinsi DKI Jakarta 2013-2017 adalah Jakarta
baru.Kota modern ini memiliki tata ruang yang rapi dan menjadi tempat hidup yang
layak dan manusiawi, dengan komunitas budaya dan pemerintahan yang fokus pada
http://interactive.smartcity.jakarta.go.id/
-
54
pelayanan publik (khususnya kawasan khusus ibu kota) (Pemerintah Daerah
Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta , 2013). Untuk mewujudkan visi tersebut,
dikembangkan lima tugas untuk mendukungnya. Menurut enam indikatornya,
kelima tugas ini juga mencerminkan cita-cita Jakarta menjadi Smart City, enam
indikator tersebut adalah tata kelola yang cerdas, masyarakat cerdas, ekonomi
cerdas, transportasi cerdas, lingkungan cerdas, dan kehidupan cerdas.
Terwujudnya smart economy melalui misi pertama yaitu penyelenggaraan
mewujudkan Jakarta menjadi kota modern, dan sejalan dengan rencana tata ruang
wilayah. Untuk membangun Jakarta yang baru dan modern, beberapa upaya konkrit
sedang dilakukan, seperti konsep Transit Oriented Development (TOD) untuk
membangun infrastruktur dan mendukung pengembangan industri berteknologi
tinggi. Hal ini juga mendukung terwujudnya target "ekonomi pintar". Karena
pembangunan perkotaan yang terencana akan mendukung iklim ekonomi yang
berkelanjutan. Perjalanan cerdas dalam misi kedua membebaskan Jakarta dari
masalah kronis seperti kemacetan lalu lintascfv bn m, banjir, kawasan kumuh, dan
sampah. Pemprov DKI Jakarta tengah menggarap pembangunan sarana dan
prasarana sistem transportasi umum, seperti menambah koridor, armada,
meningkatkan pelayanan Transjakarta, dan membangun jenis angkutan umum baru
seperti MRT dan LRT. Pekerjaan ini sejalan dengan tujuan Jakarta untuk mencapai
indikator perjalanan cerdas. Rencana “smart living and smart environment” yang
dikembangkan oleh Pemprov DKI Jakarta sesuai dengan misi ketiga adalah
menyelesaikan masalah jangka panjang seperti masalah banjir, permukiman kumuh
dan persampahan, menghubungkannya dengan realisasi misi ketiga, yaitu
memastikan kota. Pasokan perumahan bagi penghuni dan perumahan umum yang
terjangkau. Untuk mengatasi banjir, pemerintah perlu melakukan normalisasi
sungai.
Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan memindahkan
pemukiman penduduk di cekungan dan menyediakan hunian masyarakat yang
memadai dengan membangun apartemen. Pada tugas keempat, insan cerdas budaya
akan membentuk budaya masyarakat perkotaan yang toleran dan memiliki
kesadaran untuk menjaga kota. Karenanya, Pemprov DKI Jakarta bekerja sama
dengan beragam budaya lain untuk mengembangkan budaya Betawi. Oleh karena
-
55
itu, Jakarta diharapkan berkembang menjadi kota modern dan tidak meninggalkan
budaya asli daerahnya serta memelihara toleransi di antara semua lapisan
masyarakat. Meningkatkan pelayanan untuk mencapai indikator smart governance
yaitu mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan, dan berorientasi pada
pelayanan publik.Ini merupakan tugas kelima DKI Jakarta sesuai RPJMD 2013-
2017.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai tugas ini. Beberapa di
antaranya adalah meningkatkan layanan perizinan dan non-izin melalui layanan
terpadu satu pintu (PTSP), layanan pendidikan melalui kartu Jakarta pintar (KJP),
dan bantuan yang diberikan oleh asuransi kesehatan nasional untuk meningkatkan
akses layanan medis. Coba raih lima tugas ini dalam empat tahun pemerintahan.
Waktu untuk menciptakan Jakarta baru sangat singkat. Oleh karena itu, upaya
tersebut akan terus dilanjutkan untuk mewujudkan Jakarta yang lebih baik bagi
seluruh warganya.
Sumber: http://interactive.smartcity.jakarta.go.id/
GAMBAR II.12 FOKUS UNITS SMART CITY JAKARTA
Portal Jakarta Smart City (JSC) adalah salah satu website milik Kota Jakarta
yang menampilkan data dan informasi yang dapat diakses publik. Keberadaan
portal tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan
transparansi yang terbukti dengan melakukan sentralisasi dan integrasi semua data
dalam satu wadah. Alamat portal Smart City adalah smartcity.jakarta.go.id, terdapat
http://interactive.smartcity.jakarta.go.id/
-
56
informasi mengenai konsep JSC, informasi event, penelitian terkait JSC, dan peta
yang dilengkapi representasi data didalamnya.
JSC memberikan ruang baru bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan Jakarta Baru melalui aplikasi dan website yang bahkan dapat diakses
melalui telepon genggam. Masyarakat dapat melaporkan permasalahan melalui
aplikasi Qlue yang kemudian pejabat serta instansi terkait dapat segera
menindaklanjutinya. Masyarakat juga dapat memantau kinerja aparatur pemerintah
melalui website atau SMS Gubernur. Modifikasi fungsi SMS Gubernur telah
dilakukan agar dapat dikelola dengan menggunakan komputer, sehingga laporan
yang masuk dari masyarakat dapat dilacak lebih efektif dan memungkinkan lebih
banyak orang untuk berpartisipasi dalam pemeriksaan dan pemrosesan laporan.
Selama ini pengembangan JSC telah mendorong interaksi lebih lanjut antara
pemerintah dan masyarakat. Pemerintah juga memberikan kesempatan kepada
seluruh masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam membangun atau membantu
mengembangkan solusi permasalahan di Jakarta. Departemen manajemen JSC
tidak hanya bertanggung jawab atas keseluruhan konsep Smart City Jakarta, tetapi
juga bertanggung jawab atas kinerja dan peluncuran produk serta promosi
departemen implementasi Jakarta Smart City. Publikasi tersebut memuat flagship
plan Pemprov DKI Jakarta yang menyebutkan enam indikator Smart City. Hal ini
dilakukan agar publik mengetahui upaya dan pengembangan Pemprov DKI Jakarta
untuk mencapai tujuan Smart City. Publikasikan dan promosikan secara online dan
offline. Departemen implementasi JSC menerbitkan konten secara online melalui
saluran media sosial, mulai dari penelitian, foto, infografis hingga audio dan video.