bab 2 tinjauan pustaka dan landasan teori 2.1...

41
11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Definisi Perancangan Kegiatan mencipta, membuat atau mendesain suatu benda produk dengan berbagai pertimbangan dan analisa (ITS, 2001) Mengatur atau menata sesuatu dengan keinginan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia III hlm 815) 2.1.2 Definisi SOHO SOHO adalah singkatan dari ‘Small Office, Home Office’, yaitu: tren bekerja di dalam rumah. (Imelda Akmal. 2010) Dari uraian di atas dapat disimpulkan definisi SOHO adalah sebuah hunian, yaitu rumah atau apartemen, yang menggabungkan fungsi tempat tinggal dengan kantor sehingga di dalamnya dilengkapi dengan fasilitas penunjang kantor. Konsep SOHO ini memungkinkan para pemilik dan pengguna unit apartemen untuk menggunakan unit apartemennya sebagai unit hunian ataupun sebagai unit kantor dengan izin yang legal. Menurut Imelda Akmal, 2010 (dalam buku SOHO Seri Rumah Ide hlm 15), Semakin banyak profesi yang cocok dengan konsep SOHO, yaitu jenis profesi yang tidak terlalu menuntut jam kerja tetap dan berada di belakang meja setiap saat (fleksibel). Contohnya adalah profesi yang bergerak dibidang kreatif seperti arsitek, desainer, grafis, penulis, fotografer, koki, pemusik, dan masih ada segudang profesi kreatif lainnya yang tumbuh makin marak dalam kurun 5 tahun terakhir.

Upload: trinhhanh

Post on 03-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

11

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Definisi Perancangan

• Kegiatan mencipta, membuat atau mendesain suatu benda produk

dengan berbagai pertimbangan dan analisa (ITS, 2001)

• Mengatur atau menata sesuatu dengan keinginan. (Kamus Besar

Bahasa Indonesia III hlm 815)

2.1.2 Definisi SOHO

SOHO adalah singkatan dari ‘Small Office, Home Office’, yaitu: tren

bekerja di dalam rumah. (Imelda Akmal. 2010)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan definisi SOHO adalah sebuah

hunian, yaitu rumah atau apartemen, yang menggabungkan fungsi tempat

tinggal dengan kantor sehingga di dalamnya dilengkapi dengan fasilitas

penunjang kantor. Konsep SOHO ini memungkinkan para pemilik dan

pengguna unit apartemen untuk menggunakan unit apartemennya sebagai unit

hunian ataupun sebagai unit kantor dengan izin yang legal.

Menurut Imelda Akmal, 2010 (dalam buku SOHO Seri Rumah Ide hlm

15), Semakin banyak profesi yang cocok dengan konsep SOHO, yaitu jenis

profesi yang tidak terlalu menuntut jam kerja tetap dan berada di belakang

meja setiap saat (fleksibel). Contohnya adalah profesi yang bergerak dibidang

kreatif seperti arsitek, desainer, grafis, penulis, fotografer, koki, pemusik, dan

masih ada segudang profesi kreatif lainnya yang tumbuh makin marak dalam

kurun 5 tahun terakhir.

12

Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan SOHO

Plus Minus SOHO Kelebihan Kekuarangan

Efisiensi waktu dan biaya (tak perlu sewa tempat), tak butuh waktu lama untuk

mencapai tempat kerja)

Harus siap mendisiplinkan diri karena tidak ada aturan jam kerja yang

mengikat

Biasa dekat dengan keluarga Harus siap dengan tambahan biaya listrik, air, dan jaringan komunikasi

Fleksibel mengatur waktu istirahat (bahkan bisa tidur siang disela-sela jam

istirahat)

Harus siap dengan area parkir tambahan, jika pegawai membawa

kendaraan

Sumber: Buku SOHO Seri Rumah Ide Hlm 15

Menurut Imelda Akmal, 2010 (dalam buku SOHO Seri Rumah Ide hlm

32 - 33), Hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan Orientasi dan

sirkulasi ruang dalam SOHO:

• Hitung jumlah pengguna

• Data kebutuhan furniture

• Mengatur sirkulasi ruang

• Memilih furniture yang sesuai dengan ukuran ruang

• Mengatur tata letak furniture

• Memilih pencahayaan yang sesuai dengan kebutuhan

Yang terpenting dalam mendesain SOHO adalah pembatasan antara

area kantor dengan area hunian, seperti diberi sekat antara kantor dengan

ruangan lain. Pemberian batasan tersebut diharapkan bisa memunculkan aura

profesionalisme yang tertuang dalam ketersediaan ruang sebagai sebuah

kantor. Dengan begitu tidak akan memunculkan kesan bekerja dari rumah bisa

dilakukan sesuka hati. Akibat positif SOHO adalah efisiensi ruang dan waktu,

percepatan proses, peningkatan kinerja dan reduksi biaya. Akibat negatifnya

adalah hilangnya sejumlah fungsi, struktur dan aktivitas serta ketergantungan

13

terhadap teknologi. Lingkungan dan budaya kerja akan berubah secara drastis,

apabila tidak disikapi dengan bijaksana oleh manajemen akan menimbulkan

shock, friksi dan resistensi karena harus senantiasa beradaptasi.

Tabel 2.2 Perbandingan Tipe Hunian untuk SOHO

Perbandingan Tipe Hunian untuk SOHO No Tipe Hunian Kelebihan (+) Kekuranagan (-)

1 Rumah di

lingkungan perumahan

Dekat dengan fasilitas publik Berisiko menggangu tetangga Suasana Lingkungan

Mendukung Jika pembagian ruang untuk tempat tinggal dan bekerja

kurang jelas, aktivitas kantor dapat menggangu kenyamanan

penghuni

Cocok untuk Keluarga Suami atau istri bisa bekerja dari

rumah sambil mengurus keluarga

Bisa direnovasi sesuai kebutuhan rumah dan kantor

- Fleksibel untuk berbagai bidang pekerjaan, baik sendiri atau

bersama pegawai

2 Apartemen /

Rumah Susun

Lokasi strategis di tengah kota Berada di gedung tinggi, jumlah unit cukup banyak

sehingga kemungkinan lebih sulit dicari jika ada tamu klien

yang berkunjung

Fasilitas penunjang lengkap, mendukung berbagai aktivitas di

satu tempat

Memiliki pilihan luas dan desain sesuai kebutuhan

Luas terbatas

Kurang leluasa untuk bekerja dengan beberapa orang Cocok untuk pekerjaan kreatif

yang bisa dilakukan sendiri dengan fleksibel -

3 Town House

Lokasi strategis di tengah kota Sulit mengganti desain rumah

Memiliki citra eksklusif Unit dan penghuni sedikit, sosialisasi dengan tetangga

terbatas Sistem keamanan lebih terjaga

Lingkungan tenang dan nyaman - Desain unit umumnya sudah

dilengkapi ruang kerja

No Tipe Hunian Kelebihan (+) Kekuranagan (-)

4 Rumah Kantor (Rukan)

Lokasi sesuai untuk peruntukan kantor

Hunian berada di lantai atas sehingga gerak penghuni lebih

terbatas

Kesan lebih formal dan profesional

Lokasi di tepi jalan raya menimbulkan kebisingan

Ruang untuk kantor sudah disediakan, siap digunakan

- Cocok untuk bekerja dengan

beberapa orang

Sumber: Buku SOHO Seri Rumah Ide Hlm 17

14

2.1.3 Definisi Apartemen

• Menurut kamus umum bahasa Indonesia, Apartemen adalah bangunan

bertingkat yang terdiri dari beberapa kamar yang diperuntukan untuk

tempat tinggal dan biasanya mempunyai beberapa jenis semacam itu.

• Apartemen adalah ruang atau beberapa ruang yang dirancang sebagai

tempat tinggal dimana satu atau beberapa ruangannya sama dalam satu

gedung, definisi apartemen tersebut berdasarkan Dictionary of

Architecture and Cunstruction.

2.1.4 Definisi Kantor

Dalam sebuah kantor terdapat aktivitas yang sama yaitu ‘bekerja’.

Perbedaanya terletak pada jenis pekerjaan yang dilakukan, cara melakukan

serta kebutuhan-kebutuhan lain dalam proses pekerjaan tersebut. Perbedaan-

perbedaan inilah yang harus diakomodasi oleh sbuah desain.

Menurut Philips, Derek (2004) menyatakan bahawa kantor adalah salah

satu fungsi dimana persoalan visual sangat penting sehingga pencahayaannya

harus memenuhi persyaratan tingkay iluminasi dan kesialuan. Hal-hal lain yang

juga penting adalah view keluar. Jadi sudah merupakan kebutuhan dalam

desain untuk menyediakan ruangan dengan tingkat iluminasi yang sesuai

dengan kegiatan yang berlangsung di dalam ruangan itu. Jenis aktivitas yang

beragam dalam sebuah kantor, seperti bekerja dengan menggunakan komputer,

kegiatan menulis, membaca, rapat, kegiatan teknis dengan tingkat ketelitian

yang tinggi, tentu membutuhkan pencahayaan yang berbeda. Demikian pula

dengan tingkat kesialuan harus direduksi sampai sekecil mungkin agar

berbagai kegiatan di dalamnya berjalan dengan baik.

15

Pengertian Tata Ruang, menurut George R. Terry (dalam Jurnal Anita

B. Wandanaya dan Meta Amalya Dewi, 2010) yang menyatakan sebagai

berikut : “ Office layout is the determination of space requirement and the

detailed utilization of this space in order to provide a practical arrangement of

the physical factors considered necessary for the execution of the office work

within reasonable cost “ (tata ruang kantor adalah penentuan mengenai

kebutuhan-kebutuhan ruang dan tentang penggunaannya secara terperinci dari

ruangan tersebut untuk menyiapkan suatu susunan yang praktis dari faktor-

faktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan kerja perkantoran dengan

biaya yang layak).

Istilah Tata Ruang Kantor sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu

Office Layout atau sering disebut juga Layout saja. Tata Ruang Kantor adalah

pengaturan perabotan , mesin, dan sebagainya di dalam ruangan yang tersedia.

Ada beberapa ahli yang mendefenisikan Tata Ruang Kantor diantaranya

sebagai berikut:

“Lingkungan fisik atau Tata Ruang Kantor adalah suatu yang berada di

sekitar pekerja yang meliputi cahaya, warna, udara, suara serta musik yang

mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan “

(Moekijat 1997)

Sedangkan menurut The Liang Gie (1981) lingkungan fisik

merupakan segenap faktor fisik, yang bersama-sama merupakan suatu suasana

fisik yang melingkupi suatu tempat kerja.

Menurut George Terry (dalam buku The Liang Gie, 1981)

menyatakan “Tata Ruang Kantor adalah penentuan mengenai kebutuhan-

kebutuhan dalam penggunaan ruang secara terperinci dari ruang ini untuk

16

menyiapkan suatu susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap

perlu bagi pelaksanaan kerja perkantoran dengan biaya yang layak”

Menurut Littlefield and Peterson menyatakan “Tata Ruang Kantor

dapat dirumuskan sebagai penyusunan perabotan dan alat perlengkapan pada

luas lantai yang tersedia”(1956:117)

Bahkan ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa lokasi fisik atau Tata

Ruang tempat orang bekerja mempunyai pengaruh terhadap produktivitas dan

sikap antara karyawan yang satu dan yang lainnya.

2.1.5 Definisi Industri Kreatif

Definisi industri kratif, menurut Departemen Perdagangan pada studi

pemetaan industri kreatif tahun 2007 dalam buku Pengembangan Ekonomi

Kreatif Indonesia 2025 (2008) adalah: “Industri yang berasal dari pemanfaatan

kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan

serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan

daya cipta individu tersebut.

Gambar 2.1 Jenis Industri Kreatif di Indonesia Sumber: Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 (2008)

17

Industri kreatif dapat dikelompokkan menjadi 14 subsektor. Menurut

Departemen Perdagangan Republik Indonesia dalam buku Pengembangan

Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif 2025, ke 14 subsektor industri

kreatif Indonesia adalah :

1. Periklanan (advertising)

Definisi periklanan menurut beberapa sumber adalah sebagai berikut:

• Kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah

dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi,

produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya:

perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material

iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak

(surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan

berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran,

brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials

atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.

• Segala bentuk pesan tentang suatu produk disampaikan melalui suatu

media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada

sebagian atau seluruh masyarakat.

2. Arsitektur

Definisi jasa arsitektur menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha

Indonesia (KBLI) 2005 adalah jasa konsultasi arsitek, yaitu mencakup

usaha seperti: desain bangunan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota,

dan sebagainya. Misalnya arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan

biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi,

18

perencanaan kota, konsultasi kegiatan teknik dan rekayasa seperti

bangunan sipil dan rekayasa mekanika dan elektrikal.

3. Pasar Barang Seni

Yaitu kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang

asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui

lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, meliputi barang-barang

musik, percetakan, kerajinan, automobile, dan film.

4. Kerajinan (craft)

Industri kreatif subsektor kerajinan adalah kegiatan kreatif yang berkaitan

dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dan dihasilkan

oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses

penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat

dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu,

logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain,

marmer, tanah liat, dan kapur.

5. Desain

Yaitu kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain

interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan

jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

6. Fesyen (fashion)

Industri kreatif Subsektor fesyen/mode adalah kegiatan kreatif yang terkait

dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode

lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk

fesyen, serta distribusi produk fesyen.

19

7. Video, Film dan Fotografi

Industri kreatif Subsektor film, video, dan fotografi adalah kegiatan

kreatif yang terkait dengan kreasi, produksi video, film, dan jasa fotografi,

serta distribusi rekaman video, film dan hasil fotografi.Termasuk di

dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan

eksibisi film.

8. Permainan Interaktif (game)

Industri kreatif sub sektor permainan interaktif adalah kegiatan

kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan

komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Sub

sektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata

tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.

9. Musik

Industri kreatif sub sektor musik adalah kegiatan kreatif yang berkaitan

dengan kreasi/komposisi, pertunjukan musik, reproduksi, dan distribusi dari

rekaman suara. Seiring dengan perkembangan industri musik ini yang

tumbuh sedemikian pesatnya, maka Klasifikasi Baku Lapangan Indonesia

2005 (KBLI) perlu dikaji ulang, yaitu terkait dengan pemisahan lapangan

usaha distribusi reproduksi media rekaman, manajemen-representasi-

promosi (agensi) musik, jasa komposer, jasa pencipta lagu dan jasa

penyanyi menjadi suatu kelompok lapangan usaha sendiri.

10. Seni Pertunjukan (showbiz)

Industri kreatif kelompok seni pertunjukan meliputi kegiatan kreatif yang

berkaitan dengan usaha yang berkaitan dengan pengembangan konten,

20

produksi pertunjukan, musik-tradisional, musik-teater, opera, termasuk tur

musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan

tata pencahayaan.

11. Penerbitan dan Percetakan

Industri kreatif subsektor penerbitan dan percetakan meliputi kegiatan

kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal,

koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita.

12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak (software)

Industri kreatif sub sektor layanan komputer dan piranti lunak meliputi

kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi

termasuk jasa layanan komputer, pengembangan piranti lunak, integrasi

sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain

prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal.

13. Televisi & Radio (broadcasting)

Industri kreatif kelompok televisi dan radio meliputi kegiatan kreatif yang

berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan, penyiaran, dan

transmisi televisi dan radio.

14. Riset dan Pengembangan (R&D)

Industri kreatif subsektor riset dan pengembangan meliputi kegiatan kreatif

yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan

teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan

produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru,

metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.

21

Tabel 2.3 Pengelompokan Kebutuhan Ruang Aktivitas Industri Kreatif

Industri Kreatif R.

Principal R.

Karyawan R.

Rapat R.

Tamu R.

Display Studio

Sound Editing

Gudang

Advertising √ √ √

Arsitektur √ √ √ √ √

Pasar Brg Seni √ √ √ √ √

Kerajinan √ √ √ √ √

Desain √ √ √ √ √

Fesyen √ √ √ √

Video,Film,Fotografi √ √ √

Permainan Interaktif √ √ √

Musik √ √ √ √ √

Seni Pertunjukan √ √ √

Penerbitan √ √ √

Layanan Komputer √ √ √

Televisi & Radio √ √ √ √ √

Riset & Dev. √ √ √ √ √

Total Persentase 100% 86% 57% 29% 36% 50% 14% 36%

Sumber: Data Olahan Pribadi, 2013

Tabel 2.4 Elemen Pendukung Aktivitas Industri Kreatif

Sumber: Data Olahan Pribadi, 2013

Industri Kreatif Cahaya Suara View Space

Advertising √ √ Arsitektur √ √ Pasar Brg Seni √ √

Kerjainan √ √

Desain √ √ Fesyen √ Video,Film,Fotografi √ √ √

Permainan Interaktif Musik √ Seni Pertunjukan √ √

Penerbitan √ Layanan Komputer Televisi & Radio √ √ Riset & Pengembangan √

22

2.2 Tinjauan Khusus

2.2.1 Definisi Adaptive Building

Semua arsitektur beradaptasi pada tingkat tertentu, karena bangunan

selalu dapat disesuaikan 'secara manual' dalam beberapa cara. Penggunaan

istilah 'Arsitektur Adaptif' harus dilihat dalam konteks keseluruhan antara

beradaptasi dan adaptif : Arsitektur Adaptif berkaitan dengan bangunan yang

secara khusus dirancang untuk beradaptasi (dengan lingkungan mereka, untuk

para penghuninya, dan objek di dalamnya) baik secara otomatis maupun

melalui campur tangan manusia. Hal ini dapat terjadi pada berbagai tingkat dan

seringkali melibatkan teknologi digital (sensor, actuator, pengendali, teknologi

komunikasi).

2.2.2 Teori Adaptive Architecture Menurut Holger Schnädelbach

Menurut Holger Schnädelbach, Adaptive Architecture berkaitan

dengan bangunan yang didesain untuk beradaptasi dengan lingkungannya,

penghuninya, dan obyek termasuk bangunan itu sendiri yang keseluruhannya

dikendalikan oleh data internal. Bangunan dalam konteks adaptif ini

digambarkan dengan fleksibel, interaktif atau dinamis, menmberikan kesan

bahwa arsitektur itu adaptif dan bukan merupakan artefak statis, hal ini

seringkali didukung oleh adaptasi komputer.

Semua arsitektur dapat diadaptasikan pada tingkatan tertentu, karena

bangunan dapat selalu diadaptasikan secara manual dalam berbagai cara.

Penggunaan istilah ‘Adaptive Architecture’ dapat diartikan sebagai bangunan

23

yang secara spesifik dirancang untuk beradaptasi, baik secara otomatis ataupun

melalui intervensi manusia.

Pendorong atau motivasi untuk mendesain sebuah bangunan yang

adaptif dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Cultural

b. Societal

c. Organisational

d. Communication

Untuk elemen yang diadaptasikan pada bangunan dapat meliputi

beberapa hal berikut :

a. Permukaan

Dalam hal ini, permukaan merujuk pada permukaan luar bangunan atau

selimut bangunan yang dapat diadaptasikan, biasanya fasad. Adaptasi

mekanis mengubah tampilan dan properti secara keseluruhan pada selimut

bangunan.

b. Komponen atau modul

Komponen yang dapat dipakai ulang yaitu konstruksi bangunan yang

focus pada penggunaan kembali komponen-komponen yang sudah ada

seperti karya Santiago Cirugeda di Spanyol (2005). Penggunaan ulang

modul merupakan kemungkinan lain dan sudah memiliki sejarah panjang

dalam desain arsitektur. Contohnya Nakagin Capsule Tower karya

Kurukawa. Setidaknya pada dasarnya mereka didesain untuk dapat

dipindahkan dan dihilangkan.

c. Fitur spasial

24

Fitur spasial dapat ditransformasikan , mulai dari lokasi, topologi, dan

orientasi, hingga bentuk, hubungan antara ruang luar dan dalam serta

partisi internal. Lokasi bangunan dapat berubah selama siklus kehidupan

penghuni.Salah satu contoh yang menarik yaitu Markies karya Bohtlingk,

yaitu camper trailer yang dapat diperluas dengan melipat keluar sisinya

untuk menciptakan penutup yang lebih besar.

d. Sistem teknis

Dalam arsitektur adaptif terdapat sistem tertentu meliputi sensor, software,

dan actuator yang sesungguhnya menciptakan adaptasi ketika tidak

sepenuhnya berada di bawah intervensi manusia.Sistem teknis merupakan

elemen yang beradaptasi sekaligus metode untuk beradaptasi.

2.2.3 Definisi Pencahayaan Alami

Cahaya matahari (sunlight) adalah gelombang magnet-elektro yang

mempunyai gelombang antara 290 hingga 2300 nm dan mempunyai spektrum

lengkap dari ungu-ultra hingga merah-infra. Mata manusia paling peka

terhadap cahaya kuning (550nm).

Cahaya langit (sky light) adalah cahaya bola langit. Cahaya inilah yang

dipakai untuk penerangan alami ruangan, bukan sinar langsung matahari. Sinar

langsung matahari akan sangat menyilaukan dan membawa panas sehingga

tidak dipakai untuk menerangi ruangan.

Arus cahaya (luminous flux, flow; diukur dengan lumen) adalah banyak

cahaya yang dipancarkan ke segala arah oleh sebuah sumber cahaya per satuan

waktu.

25

Iluminan (Illuminance; diukur dengan lux) adalah banyak arus cahaya yang

datang pada satu unit bidang. Iluminasi (Ilumination) adalah datangnya cahaya

ke suatu obyek.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002,

penerangan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan

untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Oleh sebab itu salah satu masalah

lingkungan ditempat kerja harus diperhatikan yaitu pencahayaan. Nilai

Pencahayaan yang dipersyaratkan oleh Kep-Menkes RI No.

1405/Menkes/SK/XI/2002 yaitu minimal 100 lux.

Peran Pencahayaan Alami pada Manusia

Parmonangan Manurung (2012:17) memaparkan bahwa salah satu

peran yang diberikan cahaya alami pada manusia adalah dalam hal

kenyamanan. Peran ini diberikan tidak hanya di dalam bangunan, tetapi juga di

luar bangunan. Setidaknya ada dua macam kenyamanan yang dipengaruhi oleh

cahaya alami pada diri manusia yaitu, kenyamanan visual dan kenyamanan

termal. Kenyamanan visual terkait dengan cahaya alami yang membantu

manusia dalam mengakses informasi visual dalam mengakses informasi visual

tanpa menganggu indera visual manusia. Kondisi visual yang terlalu gelap

karena kurangnya cahaya akan menciptakan ketidaknyamanan bagi indera

visual.

Sebaliknya, tingkat iluminasi yang berlebihan yang ditimbulkan oleh

cahaya alami juga akan menimbulkan ketidaknyamanan pada indera visual.

Tingginya tingkat iluminasi cahaya akan mengakibatkan silau dan berpengaruh

pada kenyamanan visual, serta dapat berdampak negatif tidak hanya pada

fisiologi, tetapi juga pada sisi psikologi manusia. Kekurangan maupun

26

kelebihan cahaya akan membuat mata manusia menjadi cepat lelah. Kelelahan

pada mata pun dapat menimbulkan berbagai efek yang buruk pada diri

manusia.

27

Menurut Steffy (2012), terdapat lima pengaruh yang terkait dengan

pencahayaan, yaitu:

1. Visual Clarity (kejelasan visual)

Visual Clarity mengacu pada kemampuan pengguna (users) mebedakan

detail-detail arsitektur dan interior, perlengkapan serta objek lainnya. Untuk

mengujinya dapat digunakan kata clear (jelas) melawan hazy (kabur).

2. Spaciousness

Spaciousness mengacu pada persepsi pengguna terhadap volume ruang.

Kurangnya pencahayaan pada sebuah ruang akan menciptakan pembatasan

ruang. Kata-kata yang bisa digunakan untuk menguji kondisi visual sebuah

ruang adalah spacious (luas) melawam cramped (sempit).

3. Preference

Preference mengacu pada evaluasi pengguna secara keseluruhan terhadap

pencahayaan ruang. Skala diferensial yang bisa digunakan adalah like

(suka) melawan dislike (tidak suka).

4. Relaxation

Relaxation mengacu pada derajat intensitas pekerjaan yang dirasakan

pengguna. Pencahyaan yang tidak seragam (bervariasi) akan menciptakan

perasaan santai. Sedangkan pencahyaan yang seragam dan memusat akan

menumbuhkan perasaan tegang.

5. Intimacy

Intimacy mengacu pada persepsi pengguna terhadap privasi atau keakraban

sebuah ruang. Skala diferensial yang bisa digunakan adalah privat melawan

public (umum)

28

Penerangan atau cahaya yang cukup merupakan pertimbangan yang

penting dalam fasilitas fisik kantor. Lebih-lebih dalam gedung yang luas dan

kurang jendalanya, cahaya alam itu tidak dapat menembus sepenuhnya, karena

itu sering dipergunakan cahaya lampu untuk mengatur penerangan dalam

kantor. Pencahayaan yang tidak memadai akan menyebabkan kelelahan pada

otot dan saraf mata yang berlanjut pada kelelahan lokal mata dan akhirnya

kelelahan keseluruhan fisiologis pada seorang pekerja. Kelelahan yang timbul

kemudian akan mengakibatkan turunnya konsentrasi kerja, meningkatkan

tingkat kesalahan dalam bekerja yang berujung pada tingginya cacat produksi.

Hal-hal ini yang kemudian menyumbang peran untuk menurunkan

produktivitas pekerja secara individual maupun perusahaan secara keseluruhan.

Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang

menerangi benda-benda ditempat kerja. Penerangan dapat berasal dari cahaya

alami dan cahaya buatan, banyak obyek kerja beserta benda atau alat dan

kondisi disekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja, hal ini penting untuk

menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi, selain itu penerangan yang

memadai memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan

lingkungan yang menyegarkan.

Pencahayaan yang kurang memadai merupakan beban tambahan bagi

pekerja, sehingga dapat menimbulkan gangguan performance (penampilan)

kerja yang akhirnya dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan dan

keselamatan kerja. Hal ini sangat erat kaitannya dan mutlak harus ada karena

berhubungan denganfungsi indera penglihatan, yang dapat mempengaruhi

produktifitas bagi tenagakerja. Berdasarkan baku mutu lingkungan kerja,

29

standar pencahayaan untuk ruangan yang dipakai untuk melakukan pekerjaan

yang memerlukan ketelitian adalah 500 - 1000 Lux.

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar

matahari.Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi

listrik juga dapat membunuh kuman.Untuk mendapatkan pencahayaan alami

pada suatu ruang diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca

sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai.

Pencahayaan alami diartikan sebagai cahaya yang masuk ke dalam

ruangan pada bangunan yang berasal dari cahaya matahari. Sebelum masuk

kedalam ruangan melalui bukaan, cahaya ini dapat diproses terlebih dahulu

dengan menggunakan ”shading”. Shading dimaksudkan sebagai penyaring

cahaya yang masuk kedalam ruangan sehingga menghasilkan kualitas

pencahayaan pada ruang yang diinginkan.

Tujuan Pencahayaan Alami

Norbert Lechner (1991:132) dalam bukunya yang berjudul Heating,

Cooling, Lighting memaparkan bahwa sejak pertengahan abad ke-20,

pencahayaan alami kurang diperhatikan lagi karena adanya pencahayaan

buatan yang dapat dijadikan pilihan utama. Dimana pencahyaan buatan

dianggap menguntungkan karena perencana bengunan tidak memperdulikan

lagi bukaan (jendela) pada perancangan bangunannya.

“There is no need for great precision in daylight carculations, because

daylight is only one aspect of lighting” (Peter R. Smith, 1983:144)

Selain cahaya matahari sebagai sumber kehidupan, pencahayaan alami

juga bertujuan untuk menghemat energi yang tak-terbarui. Mengapa kita harus

30

terus mengeksploitasi sesuatu yang terbatas sedangkan tersedia yang

melimpah.

Dalam buku Prasasto Satwiko yang berjudul Arsitektur Sadar Energi

dijelaskan bahwa matahari adalah sumber energi bumi. Boleh dikatakan hampir

semua energi yang ada di bumi dapat dilacak asal usulnya dari matahari.

Dengan kelimpahan ini, sudah seharusnya potensi cahaya matahri dapat

dimanfaatkan dalam perancangan bangunan yang tentunya juga

memperhatikan aspek-aspek lain yang menyangkut lingkungan dan manusia.

Kelebihan dan Kekurangan Pencahayaan Alami

Beberapa kelebihan cahaya matahari menurut Prasasto Satwiko

(2004:80) dalam bukunya Fisika Bangunan, antara lain sebagai berikut:

• Bersifat alami (natural)

• Tersedia berlimpah

• Tersedia secara gratis

• Terbarui

• Memiliki spektrum cahaya lengkap

• Memiliki daya panas dan kimiawi yang diperlukan makhluk hidup di bumi

• Dinamis

Sedangkan beberapa kelemahan cahya matahari menurut Prasasto

Satwiko (2004:80) dalam bukunya Fisika Bangunan, antara lain sebagai

berikut:

• Pada bangunan berlantai banyak dan berdenah rumit sulit untuk

memanfaatkan cahaya alami matahari

• Intensitas tidak mudah diatur, dapat sangat menyilaukan atau sangat redup

• Pada malam hari tidak tersedia

31

• Sering membawa serta panas masuk ke dalam ruangan

• Dapat memudarkan warna

Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding

dengan penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang

tidak tetap, sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-

faktor yang perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat

keuntungan, yaitu:

• Variasi intensitas cahaya matahari

• Distribusi dari terangnya cahaya

• Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan

• Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung

Pemanfaatan Pencahayaan dan Aplikasi

Memanfaatkan cahaya mahari yang masuk ke dalam bangunan dapat

mengontrol pula penggunaan energi pada bangunan, namun pemasukan

cahaya kedalam bangunan menimbulkan banyak permasalahan terutama

dikaitkan dengan panas dan visual. Panas yang masuk ke dalam bangunan

akibat cahaya matahari yang masuk langsung ke dalam sehingga suhu dalam

ruang

meninggkat. Dalam visualisasi juga berpengaruh misal sebuah ruangan yang

membutuhkan kaca besar untuk mengambil view sebesar-besarnya namun hal

tersebut dapat membuat cahaya matahari masuk langsung. Berikut adalah hal-

hal yang perlu diperhatikan dalam mengontrol cahaya matahari yang masuk ke

dalam bangunan untuk memperoleh kenyamanan pengguna ruangnya:

32

1. Pembayangan

Bayangan dari cahaya matahari diperlukan dalam mengurangi panas akibat

cahaya matahari yang terkena ke bangunan, bila digabungkan dengan

konsep arah peletakan bangunan yang tepat maka pembayangan akan lebih

efektif. Penggunaan kaca hemat energi (low-transmission glass) tidak dapat

mengalahkan keefektifan dari penggunaan pembayangan pada bangunan

karena kaca hemat energi hanya mampu mencegah cahaya matahari yang

masuk sebanyak 10% (William. M, 2003)

2. Pengalihan pencahayaan matahari

Distribusi cahaya dimana cahaya dibutuhkan untuk meminimalisir

penggunaan cahaya buatan, namun dalam keadaan nyata distribusi cahaya

matahari pada bangunan tidak tersebar secara merata, hanya daerah dekat

jendela memiliki pencahayaan paling kuat, yang dapat dilakukan adalah

dengan mengalihkan cahaya agar tingkat penerangan setiap area ruang

merata.

3. Pengambilan view ke luar

Maksimalkan view ke luar bangunan dengan membuka bukaan ke arah view

bagus dan menghalangi view ke arah area tidak bagus. Penggunaan kisi-kisi

pada bukaan merupakan solusi untuk membiarkan cahaya masuk namun

view yang tidak bagus dapat terhalangi

2.2.4 Definisi Kenyamanan Visual

Menurut Ken Yeang dalam bukunya. The Green Skyscraper (Yeang,

1996), menyatakan bahwa terdapat beberapa parameter yang menjadi konsep

dasar desain sadar energi, yaitu:

33

1. Kenyamanan Thermal

Bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan sinar matahari sesuai

dengan kebutuhannya. Bangunan yang berada pada iklim dingin harus

mampu menerima radiasi matahari yang cukup untuk pemanasan,

sedangkan bangunan yang berada pada iklim panas, harus mampu

mencegah radiasi matahari secukupnya untuk pendinginan.

2. Kenyamanan Visual

Membahas mengenai bagaimana bangunan dapat mengontrol perolehan

cahaya matahari (penerangan) sesuai dengan kebutuhannya.

3. Kontrol Lingkungan Pasif

Dilakukan untuk mencapai kenyamanan thermal maupun visual dengan

memanfaatkan seluruh potensi iklim setempat yang dikontrol dengan

elemen – elemen bangunan (atap, dinding, lantai, pintu, jendela, aksesoris,

lansekap) yang dirancang tanpa menggunakan energi (listrik).

4. Kontrol Lingkungan Aktif

Dilakukan untuk mencapai kenyamanan thermal dan visual dengan

memanfaatkan potensi iklim yang ada dan dirancang dengan bantuan

teknologi maupun instrumen yang menggunakan energy (listrik).

5. Kontrol Lingkungan Hibrid

Dilakukan untuk mencapai kenyamanan thermal maupun visual dengan

kombinasi pasif dan aktif untuk memperoleh kinerja bangunan yang

maksimal.

Menurut Frick, 2009 (dalam Jurnal Sofia Pamela, 2012) menjelaskan

bahwa karena pencahayaan matahari di daerah tropis mengandung gejala

sampingan dengan sinar panas, maka di daerah tropis tersebut manusia sering

34

menggangap ruang yang agak gelap terasa sejuk dan nyaman. Akan tetapi

untuk ruang kerja ketentuan tersebut melawan kebutuhan cahaya untuk mata

manusia. Karena pencahayaan buatan dengan lampu mempengaruhi kesehatan

manusia, maka dibuthkan pencahayan alami yang terang tanpa kesilauan dan

sinar panas.

Menurut Lenchner, 2007 (dalam Jurnal Sofia Pamela, 2012)

menyebutkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi penampilan

pada kegiatan visual dimana penglihatan menjadi penting. Faktor dasar yang

mempengaruhi kegiatan visual dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Karakteristik kegiatan visual, yaitu ukuran atau jarak kedekatan,

keterbatasan waktu, tingkat terang, kontras, dan keakraban;

b. Kondisi pencahayaan, yaitu tingkat iluminasi, rasio terang, dan kilau;

c. Karakteristik pengamat, yaitu kondisi mata, adaptasi dan tingkat kesadaran.

Standar Besar Kekuatan Cahaya Berdasarkan Ruang

Standar tingkat pencahayaan dalam ruang akan mempengaruhi

bagaimana desain besarnya bukaan bangunan nantinya, sehingga kekuatan

cahaya tidak akan berlebihan dan ditempatkan pada sesuai fungsi ruang

sehingga tidak akan menimbulkan efek panas yang berlebih dalam ruang

namun akan menghemat pemakaian pencahayaan buatan dalam ruangan.

35

Tabel 2.5 Standar Lux Industri Kreatif

Industri Kreatif IES Standar Illumination Level ( lux) Standar SNI Kepmenkes

Advertising 200 - 500 300 – 500

Arsitektur 750 500 - 1000

Pasar Brg Seni 600 500 - 1000

Kerjainan 600 500 - 1000

Desain 750 500 - 1000

Fesyen 750 500 - 1000

Video,Film,Fotografi 200 - 500 300 – 500

Permainan Interaktif 200 - 500 300 – 500

Musik 100 300 – 500

Seni Pertunjukan 350 300 – 500

Penerbitan 200 - 500 300 – 500

Layanan Komputer 200 - 500 300 – 500

Radio 350 300 – 500

Televisi 50 300 – 500

Riset dan Pengembangan 200 - 500 300 – 500

Sumber : IES (Illuminance Engineering Society)dan Kepmenkes (Olahan)

Gambar 2.2 Standar Tingkat Pencahayaan Bersadarkan Jenis Pekerjaan Sumber: Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002

36

Tabel 2.6 Kebutuhan Lux Rumah Tinggal

Fungsi Ruangan

Tingkat

Pencahayaan

(lux)

Kelompok Renderasi

Warna

Rumah Tinggal :

Teras 60 1 atau 2

Ruang tamu 120~250 1 atau 2

Ruang makan 120~250 1 atau 2

Ruang kerja 120~250 1

Kamar tidur 120~250 1 atau 2

Kamar mandi 250 1 atau 2

Dapur 250 1 atau 2

Garasi 60 3 atau 4

Sumber: Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002

2.2.5 Definisi Embedded Computation (dalam Tesis Hafizs, Y., dan Indraprastha)

Responsive architecture merupakan pendekatan yang pada umumnya

digunakan untuk menjelaskan adaptasi dan interaksi antara arsitektur dengan

lingkungannya (Beesley, 2006) termasuk respon langsung terhadap kebutuhan

pengguna. Untuk menciptakan arsitektur yang responsif secara autonomy ini,

dapat dicapai dengan memberikan kemampuan intelegensi dan kinetic pada

arsitektur (Negroponte, 1970).

Perkembangan teknologi dan kemampuan engineer pada saat ini,

memungkinkan untuk mewujudkan banyak hal yang diimajinasikan oleh

arsitek, dan meninggalkan pertanyaan “apa yang seharusnya arsitek

37

imajinasikan”. Pertimbangan yang dilakukan oleh arsitek dalam pengambilan

keputusan pada responsive architecture meliputi ekspresi, perilaku, konfigurasi

dan mekanisme yang dilakukan arsitektur dalam merespon kondisi lingkungan

yang berubah dan diterjemahkan ke dalam pemrograman algoritma. Oleh

karena itu, dalam melakukan rancangan arsitektur yang responsif, arsitek

dituntut untuk mengembangkan pemahaman tentang dasar elektronika, kontrol

sistem, sensor dan actuator(Fox, 2009).

Dengan perkembangan embedded computation yang pada saat ini telah

terjangkau bagi arsitek maupun mahasiswa arsitektur, sehingga memiliki

potensi untuk diterapkan sebagai alat bantu dalam proses eksplorasi

perancangan arsitektur yang berbasiskan intelligence, hal ini dimaksudkan

untuk memahami keunggulan dan keterbatasan perilaku kinetic pada arsitektur

dan memberikan kebebasan yang lebih luas dalam mengembangkan eksplorasi

dalam perancangan responsive architecture.

Embedded Computation

Embedded computation (EC) merupakan sistem yang menyatu dengan

komponen bangunan, dan memiliki kemampuan dalam mengumpulkan

informasi, mengolah informasi tersebut dan menggunakannya untuk

mengendalikan perilaku atau bentuk fisik arsitektur (Fox, 2009). Embedded

computation terdiri dari sensor (input), prosesor (mikrokontroler) dan

actuator(output), sehingga EC tidak hanya berfungsi untuk mengetahui

perubahan kondisi lingkungan, namun juga berfungsi sebagai pengendali

perilaku bangunan dalam merespon terhadap perubahan lingkungan.

38

Gambar 2.3 Metode Embedded Computation

Sumber: Tesis Hafizs, Y., dan Indraprastha, 2012

Komponen embedded computation tersebut antara lain, sensor

merupakan perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dari

dunia nyata. Sensor terdiri dari dua jenis : contact-based sensor yang

mendeteksi informasi secara bersentuhan baik dari pengguna maupun kondisi

lingkungan seperti, sentuhan tangan, gerakan angin, tekanan, kelembaban dan

lainnya. Sedangkan non-contact basedmerupakan sensor yang mendeteksi

informasi dengan adanya perubahan, seperti infrared, sonar, gyroscopic,

accelerometer, kinect, photocell, camera, tilt, microphone dan lainnya.

Mikrokontroler, merupakan gabungan perangkat prosesor, memory dan

fungsi input/output. Mikrokontroler berfungsi untuk menjalankan framework

yang telah dirancang oleh arsitek melalui algoritma. Mikrokontroler sangat

baik dalam mengeksekusi tiga hal yaitu, menerima informasi dari sensor,

mengendalikan actuator (servo) dan perangkat kinetic lainnya, serta

mengirimkan informasi ke mikrokontroler atau komputer lainnya.

2.2.6 Mekanisme Camshaft (dalam Jurnal Friza Utama Sjarifudin)

Cam memiliki bagian menonjol yang sering disebut cam lobe. Bagian

inilah yang mengatur saat pembukaan katup. Letak cam lobe berbeda sesuai

39

dengan urutan pembukaan katup masuk dan katup buang. Peletakan posisi cam

lobe untuk katup masuk dan katup buang disusun berdasarkan konstruksi poros

engkol (crankshaft).

Gambar 2.4 Camshaft Sumber:http://www.google.com/ diakses 4 Mei 2013

Gambar 2.5 Mekanisme Camshaft Sumber: Jurnal Friza Utama Sjarifudin

Gambar 2.6 Mekanisme Camshaft Sumber: Jurnal Friza Utama Sjarifudin

Camshaft yang diterapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi

beberapa fase perubahan yang nantinya akan digunakan untuk menggerakkan

shading dengan membentuk sudut yang berbeda-beda.

Mekanisme ini diterapkan pada selimut bangunan (building envelope)

untuk beradaptasi dengan radiasi matahari yang mengarah ke bangunan.

Camshaft yang dapat berotasi ini dibentuk penampangnya berdasarkan analisis

40

pola pergerakan matahari sepanjang tahun agar menghasilkan selimut

bangunan yang optimal menahan radiasi matahari.

2.3 Studi Banding

Perkembangan konsep SOHO di Jakarta yang tergolong masih baru

beberapa tahun terakhir ini membuat jumlahnya masih belum terlalu banyak.

Beberapa diantaranya adalah Citylofts Sudirman dan SOHO Central Park.

Citylofts Sudirman sudah selesai tahap pembangunannya dan sudah mulai

dihuni pada akhir tahun 2007 sedangkan untuk SOHO Central Park saat ini

(2013) masih dalam tahap pembangunan.

2.3.1 Citylofts Sudirman

Gambar 2.7 Citylofts Sudirman

Sumber: http:// www.citylofts.co.id/news.html, 2April 2013

Data Proyek:

Pengembang : PT. Duta Anggada Realty

41

Lokasi : Jl. KH Mas Mansyur

Konsultan Arsitek : PT. DAIP

Konsultan Struktur : WHL – Los Angeles

Kontraktor Utama : PT. Murinda

Pengelola : PT. Graha Sarana Inti Management

Gambar 2.8 Lokasi Citylofts Sudirman

Sumber: http:// www.citylofts.co.id/news.html, 2 April 2013

Gambar 2.9 Fasilitas Citylofts Sudirman

Sumber: http:// www.citylofts.co.id/news.html, 2 April 2013

42

Citylofts adalah apartemen berkonsep lofts yang menggabungkan

fungsi tempat tinggal dengan tempat kerja dalam setiap unitnya atau yang

dikenal small office home office (SOHO). Sebagai sebuah hunian vertikal,

Citylofts dilengkapi dengan citywalk (mall) yang difungsikan untuk food and

beverage, leisure, entertaiment, fitness centre (gym), kolam renang dan fasilitas

pedukung lainnya.

Citylofts terdiri dari satu tower dengan empat puluh lantai, terdiri dari

466 unit lofts dimana fungsi SOHO mulai dari lantai tujuh sampai dengan

empat puluh. Setiap lapis lantai citylofts terdapat enam tipe hunian. Penamaan

unitnya mengambil nama-nama kota besar di dunia yakni San Fransisco, Paris,

Boston, Milan, London, dan New York. Unit-unit ini memiliki kesamaan

secara umum yakni memiliki mezanin, void luas, ketinggian ceiling 5,4 m pada

bagian void, denah terbuka tanpa sekat, jendela yang besar dan tidak ada area

servis.

Berikut adalah beberapa contoh unit yang ada di Citylofts Sudirman:

Gambar 2.10 Denah Lantai Unit SOHO di Citylofts Sudirman Sumber: http:// www.citylofts.co.id/floorplan.html, 2 April 2013

1. Unit San Fransisco (SF)

43

Gambar 2.11 Denah Lantai Unit San Fransisco

Sumber: http:// www.citylofts.co.id/sfa.html, 2 April 2013

2. Unit London

Gambar 2.12 Denah Lantai Unit London

Sumber: http:// www.citylofts.co.id/london.html, 2 April 2013

3. Unit New York

Gambar 2.13 Denah Lantai Unit New York

Sumber: http:// www.citylofts.co.id/newyork.html, 2 April 2013

Hampir semua unit di Citylofts dapat difungsikan sebagai hunian

maupun tempat bekerja namun pada Unit New York hanya dapat difungsikan

sebagai hunian saja. Hal ini dikarenakan bentuk ruangan yang kurang

mengakomodasi kebutuhan kantor. Bentuk ruang seperti ini akibat dari adanya

tangga darurat.

44

Gambar 2.14 Interior Unit Citylofts Sudirman

Sumber: http:// www.citylofts.co.id/, 2 April 2013

Interior setiap unit di Citylofts memiliki ceiling setinggi 5,4 m dengan

void yang lebar dan jendela kaca yang lebar dan tinggi. Denah ruang yang

terbuka tanpa partisi memberikan kebebasan bagi penghuni. Bukan hanya

sebagai hunian, pengembang juga menawarkan unit-unit ini untuk digunakan

sebagai kantor ataupun dua fungsi sekaligus seperti yang telah dijelaskan di

atas.

2.3.2 SOHO Central Park

Data Proyek:

Pengembang : PT. Tiara Metropolitan Indah

Lokasi : Jl. Let. Jend. S. Parman

Konsultan Arsitek : DP Architects, Pte., Ltd.

Pengelola : PT. Agung Podomoro Land

Gambar 2.15 SOHO Central Park Night View

45

Sumber: http:// www.sohopodomorocity.com, 2 April 2013

Gambar 2.16 Lokasi SOHO Central Park Sumber: http:// www.sohopodomorocity.com, 2 April 2013

Gambar 2.17 SOHO Central Park from Street View

Sumber: http:// www.sohopodomorocity.com, 2 April 2013

SOHO adalah apartemen yang menggabungkan fungsi tempat tinggal

dengan tempat kerja dalam setiap unitnya. Sebagai sebuah hunian vertikal,

SOHO dilengkapi dengan Premium Mall yang difungsikan untuk food and

beverage, leisure, entertaiment, fitness centre (gym), kolam renang dan fasilitas

pedukung lainnya.

SOHO terdiri dari satu tower dengan empat puluh lantai, terdiri dari

720 unit lofts dimana fungsi SOHO mulai dari lantai 10 – 26 dan lantai 28 - 40.

Setiap lapis lantai SOHO terdapat enam jenis tipe hunian yakni Avenue,

Maple, Melrose, Dakota, Ebony, dan Hampton. Unit-unit ini memiliki

kesamaan secara umum yakni memiliki mezanin, void luas, ketinggian ceiling

46

6.0 m pada bagian void, denah terbuka tanpa sekat, jendela yang besar dan

tidak ada area servis.

Gambar 2.18 SOHO Central Park Master Plan Sumber: Brosur SOHO Central Park

Berikut adalah beberapa contoh unit yang ada di SOHO Central Park:

Gambar 2.19 SOHO Central Park Typical Floor

47

Sumber: Brosur SOHO Central Park

1. Unit Avenue

Gambar 2.20 Denah Lantai Unit Avenue

Sumber: Brosur SOHO Central Park

2. Unit Maple

Gambar 2.21 Denah Lantai Unit Maple

Sumber: Brosur SOHO Central Park

3. Unit Melrose

Gambar 2.22 Denah Lantai Unit Melrose

Sumber: Brosur SOHO Central Park

48

4. Unit Dakota

Gambar 2.23 Denah Lantai Unit Dakota

Sumber: Brosur SOHO Central Park

5. Unit Ebony

Gambar 2.24 Denah Lantai Unit Ebony

Sumber: Brosur SOHO Central Park

6. Unit Hampton

Gambar 2.25 Denah Lantai Unit Hampton

Sumber: Brosur SOHO Central Park

49

Dalam setiap unit SOHO ini diberi kebebasan kepada setiap pemilik

SOHO untuk memfungsikan unitnya sebagai Home/Home atau Office/Home.

Oleh karena itu, dalam setiap brosur tersebut terdapat 2 jenis gambar denah

agar pembeli dapat membandingkan dan menggambarkan layout di dalamnya

untuk kedua jenis aktivitas tersebut. Jenis unit SOHO dibedakan menurut

ukuran unitnya misalnya unit Maple dan Unit Melrose, pada unit Maple

memiliki ukuran yang lebih luas dibandingkan unit Melrose sehingga pemilik

dapat mempekerjakan karyawan + 5 orang, sedangkan pada unit Melrose hanya

dapat mempekerjakan karyawan + 3 orang.

Gambar 2.26 Interior View 1 SOHO Central Park

Sumber: Brosur SOHO Central Park

Gambar 2.27 Interior View 2 SOHO Central Park

Sumber: Brosur SOHO Central Park

50

Interior setiap unit di SOHO memiliki ceiling setinggi 6.0 m dengan

void yang lebar dan jendela kaca yang lebar dan tinggi. Denah ruang yang

terbuka tanpa partisi juga memberikan kebebasan bagi penghuni untuk menata

interior di dalamnya.

Kesimpulan studi banding:

• Konsep SOHO pada kedua proyek diatas didesain dengan layout unit

tipikal dimana area kantor diletakkan di lantai bawah dan area hunian di

lantai atas (mezzanin).

• Setiap unit SOHO memiliki izin untuk melakukan aktivitas kantor pada

umumnya secara legal (IMB). Tamu atau pengunjung setiap unit kantor

dapat berkunjung dengan leluasa seperti kantor-kantor pada umunya.

• Dari kedua proyek SOHO di atas, desain unit dibuat berbeda-beda.

Perbedaan utamanya adalah ukuran unitnya, yaitu unit yang lebih besar

akan dapat menampung karyawan yang lebih banyak, namun tidak

didesain secara spesifik untuk jenis pekerjaan tertentu.

51

2.4 Unsur Kebaruan

Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lainnya atau

sebelumnya yaitu adanya analisis besaran lux (intensitas cahaya alami) yang

dibutuhkan untuk aktivitas kerja yang diadaptasikan melalui sistem shading

(dengan sudut-sudut bukaan tertentu) agar sesuai dengan kebutuhan

penerangan bagi 14 industri kreatif dan aktivitas rumah tangga di dalam unit

SOHO tersebut. Dengan demikian, sistem yang diterapkan dalam penelitian ini

dapat memberikan manfaat yang cukup signifikan yakni dengan mengurangi

penggunaan pencahayaan buatan pada jam-jam kerja di dalam setiap unit

bangunan SOHO ini.

Sistem shading yang diterapkan dalam penelitian ini berupa louvre

shading yang nantinya dapat begerak secara adaptif dengan sudut-sudut

kemiringan yang berbeda-beda sesuai kebutuhan. Pergerakan shading ini

dikendalikan oleh sebuah sistem dengan micro controller yang mengatur

pergerakan motor pada shading. Meski demikian, sistem adaptif yang

diterapkan berdasarkan studi pergerakan matahari pada tapak dan pengaruhnya

ke dalam unit bangunan sehingga menjadi sebuah acuan atau setelan yang

mengatur sudut bukaan shading untuk mendapatkan intensitas cahaya tertentu.

Hal ini diwujudkan dengan adanya camshaft dengan dimensi yang berbeda-

beda di setiap unit (tergantung kebutuhan aktivitas di dalamnya) guna

mengurangi penggunaan motor dan sensor karena kedua elemen ini

membutuhkan energi listrik yang besar apabila dalam jumlah yang banyak

sehingga dapat menyebabkan sistem adaptif menjadi kurang efisien.