bab 2 tinjauan pustaka dan kerangka teori 2.1 piranti
TRANSCRIPT
Universitas YARSI 7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
2.1 Piranti ortodonti lepasan
Kasus maloklusi dapat ditangani dengan melakukan perawatan
ortodonti (Dinnie dkk., 2017). Perawatan ortodonti bertujuan memperbaiki
estetika dan fungsi di regio orofacial, yaitu dengan menggerakkan gigi atau
dengan memodifikasi pertumbuhan rahang. Klasifikasi alat ortodonti yang
paling sederhana adalah berdasarkan kemampuan pasien untuk melepas alat
ortodonti, yaitu alat lepasan (removable), alat cekat (fixed), dan alat semi-
cekat (semi-fixed) (Maharetta dkk., 2015). Piranti ortodonti lepasan memiliki
kelebihan mudah dibersihkan dan harganya lebih murah dibandingkan
dengan peranti ortodonti cekat. Piranti ortodonti lepasan dapat digunakan
pada kasus maloklusi yang sederhana, karena pengaplikasiannya yang mudah
dan stabil didalam rongga mulut pasien (Tara dkk., 2017).
2.1.1 Akrilik
Polymethyl-methacrylates (PMMAs) tetap menjadi bahan yang paling
populer untuk digunakan dalam ortodonti sebagai basis pada alat ortodonti
(BOA) terutama di negara-negara berkembang karena biaya murah dan
kemudahan penggunaan (Ghorbanzadeh dkk., 2015). Plat basis merupakan
bagian utama dari piranti lepasan (Singh, 2015). Plat basis akrilik membentuk
badan dari piranti lepasan dan memiliki fungsi yaitu (Isaacson, 2002;
Vijayalakshmi, 2010):
1) Menyediakan fondasi untuk mendukung komponen lain seperti pegas
dan clasp,
Universitas YARSI 8
2) Berkontribusi untuk penjangkaran (anchorage) melalui kontaknya
dengan palatal dan gigi yang tidak digerakkan,
3) Dapat dibuat menjadi bite plane untuk bidang gigitan atau mereduksi
overbite.
4) Memperpanjang akrilik hingga ke pegas jari dan pegas kantilever
sebagai boxing.
5) Plat sebagai pemegang sekrup ekspansi
6) Berfungsi sebagai tonjolan plat Nance untuk menahan lengkung
(Nance holding arch- kombinasi piranti cekat dan akrilik)
7) Pada kasus distalisasi molar, dilakukan pembuatan tonjolan akrilik
pada bagian palatal (kombinasi piranti cekat dan akrilik)
Gambar 2.1. Plat basis akrilik (Singh, 2015).
Universitas YARSI 9
2.1.2 Macam akrilik yang digunakan pada basis piranti ortodonti lepasan
Bahan yang paling sering digunakan untuk plat basis adalah akrilik cold cure dan
heat cure (Singh, 2015).Berikut tabel perbandingan antara resin akrilik self cure
dan heat cure (Manappallil, 2016).
Tabel 2.1. Perbandingan antara resin akrilik self cure dan heat cure (Manappallil, 2016).
Self cure Heat Cure
Tidak membutuhkan panas untuk proses
curing
Membutuhkan panas untuk proses
curing
Porositas lebih besar Porositas bahan yang lebih rendah
Memiliki berat molekukul rata-rata yang
lebih rendah
Berat molekul yang lebih besar
Kadar monomer residual tinggi Kadar monomer residual rendah
Bahan lebih lentur (karena berat molekul
yang lebih rendah)
Bahan relative lebih kuat
Sifat reologi:
• Menunjukkan distorsi yang lebih besar
• Lebih banyak deformasi initial
• Peningkatan penyebaran dan
melambatnya recovery
• Menunjukkan distorsi yang lebih
rendah
• Deformitas initial lebih rendah
• Penyebaran lebih rendah dan
recovery lebih cepat
Stabilitas warna kurang baik Stabilitas warna baik
Mudah untuk dilakukan deflask Sulit untuk dilakukan deflask
Tingkat difusi monomer yang lebih rendah Peningkatan laju difusi monomer pada
suhu yang lebih tinggi
Universitas YARSI 10
2.1.2.1 Resin akrilik heat-cure
Resin akrilik heat cured merupakan campuran antara monomer metil metakrilat dan
polimer polimetil metakrilat yang dipolimerisasi dengan cara pemanasan (Diansari
dkk., 2016). Berikut tabel komposisi resin akrilik heat cure (Manappallil, 2016).
Tabel 2.2. Komposisi resin akrilik heat cure (Manappallil, 2016).
Bubuk
Bahan Fungsi
Poli (metil metakrilat) Komponen mayor
Etil atau Butil metakrilat (5%) Kopolimer -
meningkatkan sifat
Benzoil peroksida Inisiator
Gabungan dari merkuri sulfida, cadmium sulfida, dll Pewarna
Zinc atau titanium oksida Pemutih
Dibutil phthalate Plasticizer
Filler inorganik seperti fiber glass, zirkonium silikat,
alumina, dll
Meningkatkan sifat
fisik
Nylon sintetik atau akrilik fiber Untuk stimulan
kapiler-kapiler kecil
Cairan
Bahan Fungsi
Metil metakrilat Memplastisisasi
polimer
Dibutil phthalate Plasticizer
Glikol dimetakrilat (1-2%) Agen Cross-link
Hidroquinon Inhibitor
Universitas YARSI 11
Gambar 2.2. Produk basis akrilik heat cure. (Manappallil, 2016).
Gambar 2.3. Piranti ortodonti yang dibuat dengan warna berbeda agar lebih menarik untuk pasien
yang lebih muda. PMMA khusus digunakan untuk tujuan ini (Manappallil, 2016).
Universitas YARSI 12
2.1.2.2 Sifat mekanis pada resin akrilik heat-cure
Berikut adalah tabel sifat mekanis pada resin akrilik heat cure dan self cure (Alla,
2015; Kassim dkk., 2011).
Tabel 2.3. Sifat mekanis pada resin akrilik heat cure dan self cure (PMMA;Alla, 2015; Kassim
dkk., 2011).
No Basis Sifat Mekanis ISO (PMMA secara umum)
1 Heat
cure
1. Kekuatan kompresi - 76
Mpa
2. Kekuatan tensil - 48-62
Mpa
3. Persentase elongasi - 1-2%
4. Impact Strenght - 0.98-
1.27 J
5. Kekuatan Kelenturan -
68.4 Mpa
6. Kekuatan fatigue - 1.5x106
siklus pada 17.2 Mpa
7. Modulus elastisitas -
3.8x103 Mpa
1. Kekuatan tensil - 83
Mpa (ISO 527)
2. Persentase elongasi - 5%
(ISO 527)
3. Kekuatan kelenturan -
120 Mpa (ISO 178)
4. Modulus Elastisitas -
3200 Mpa (ISO 527)
5. Impact Strenght - 20
KJ/m2 (ISO 179)
Universitas YARSI 13
2.1.2.3 Sifat fisik pada resin akrilik heat-cure
Berikut adalah tabel sifat fisik pada resin akrilik heat cure dan self cure (Alla
dkk., 2015).
Tabel 2.4. Sifat fisik pada resin akrilik heat cure dan self cure (PMMA; Alla dkk., 2015).
No. Basis Sifat fisik ISO (PMMA secara umum)
1 Heat
cure
1. Konduktivitas termal –
5.7x10-4 oC/cm
2. Koefisien termal
ekspansi – 81x10-6 /oC
3. Kekasaran permukaan –
18-20 KHN
4. Densitas – 1.16-1.18
g/cc
1. Densitas – 1.2 g/cm-3
(ISO 1183)
2. Koefisien termal ekspansi
– 7x10-5 /oC (ISO 75-1,2)
2.1.3 Keuntungan dan kerugian pada resin akrilik Heat cure
Keuntungan (Sofya, 2017)
1. Non-toksik
2. Tidak mengiritasi
3. Tidak larut pada cairan rongga mulut
4. Estetika yang baik
5. Mudah dimanipulasi
6. Mudah diperbaiki
7. Perubahan dimensional yang sangat sedikit
Kerugian (Vojdani dan Giti, 2015)
1. Menyusut pada saat polimerisasi
2. Kurang lentur
3. Kurang kuat terhadap benturan
4. Resistensi fatigue yang relatif rendah
Universitas YARSI 14
2.2. Inovasi pada bahan resin akrilik heat-cure
1. PMMA dikombinasikan dengan serbuk kulit jeruk
Sampel dengan ditambahkan 4% bubuk kulit jeruk memiliki nilai
maksimum pada kekuatan regangan (56MPa). Sampel yang ditambahkan
8% bubuk kulit jeruk memiliki nilai maksimum pada kekuatan lentur
(94MPa), dan modulus kelenturan (6.2GPa). Sampel dengan 2% bubuk kulit
jeruk memiliki persentase elongasi maksimum sebesar 3.7%. Selanjutnya
sampel dengan 6% bubuk kulit jeruk memiliki nilai maksimum pada impact
strenght sebesar 11 KJ/m2 (Mohammed dan Al-Ghabban, 2019).
2. PMMA dengan fiber nanopigmen
Kekuatan lentur bertambah dibandingkan dengan resin akrilik biasa, serta
mengurangi porositas dan perlekatan jamur Candida Albicans dan
bertambahnya efek nontoksik pada bahan PMMA yang dikombinasikan
dengan fiber nanopigmen (Moreno-Maldonado dkk., 2012).
3. PMMA dengan fiber glass, polyaramid, dan nilon
PMMA yang ditambahkan 4% fiber glass secara signifikan meningkatkan
kekuatan transversal dan penambahan 4% polyaramid juga secara signifikan
meningkatkan kekuatan transversal dari PMMA (Kumar dkk., 2016).
4. PMMA dengan campuran nanopartikel ZrO2 dan fiber glass
Penambahan nano-ZrO2 + GFs pada PMMA dapat meningkatkan kekuatan
lentur dan impact strenght. Rekomendasi campuran untuk mendapatkan
keseimbangan maksimum antara kekuatan lentur dan impact strenght
adalah 95% PMMA + 2,5% nano-ZrO2 + 2,5% GFs (Gad dkk., 2019).
5. PMMA dengan kombinasi silanized poliamid dan fiber poliester
Penambahan silanized fiber (poliester, poliamid, dan kombinasi keduanya)
meningkatkan impact strenght, kekuatan transversal, dan kekerasan dari
Universitas YARSI 15
PMMA serta tanpa efek kasar pada permukaannya (Powers dan Wataha,
2013).
2.3. Proses pembuatan basis ortodonti lepasan
2.3.1. Proses pembuatan basis dengan resin heat-cure (Manappallil, 2016)
Teknik pencetakan kompresi biasanya menggunakan resin heat cure. Pertama
lakukan pembuatan pola menggunakan malam, kemudian akan diganti oleh akrilik.
Pola malam yang diletakkan pada model kerja akan dilakukan penuangan gips putih
dengan teknik tiga kali tuang (flasking) (Manappallil, 2016).
Setelah itu dilanjutkan pembuangan malam dengan menggunakan air panas.
Dilanjutkan dengan aplikasi akrilik pada bagian yang kosong yang dibentuk sesuai
dengan bagian pada model kerja (packing). Sebelum aplikasi akrilik, pada bagian
model kerja diolesi dengan agen separasi untuk menghindari melekatnya akrilik
pada model dan juga memudahkan operator pada saat pembukaan resin akrilik.
Lakukan penekanan pada wadah setelah ditutup menggunakan alat tekanan hidrolik
atau manual. Lakukan secara perlahan untuk mengeluarkan kelebihan akrilik pada
wadah. Setelah itu diamkan wadah pada suhu ruangan sekitar 30-60 menit (bench
curing). Setelah itu lakukan curing dengan menggunakan panas, siklus pemanasan
panjang direkomendasikan pada teknik ini (Manappallil, 2016).
1. Siklus panjang
a. 74 oC selama 8 jam
b. 74 oC selama 8 jam, dilanjutkan perebusan selama 1 jam
2. Siklus pendek - 74 oC selama 2 jam, dilanjutkan perebusan selama 1 jam
(untuk resin akrilik yang lebih tipis)
Kemudian lakukan pendinginan secara perlahan (bench cooling), diamkan selama
30 menit pada suhu ruangan dilanjutkan dengan peletakan pada air dingin selama
15 menit. Setelah itu, buka wadah resin akrilik (deflasking) dengan menggunakan
Universitas YARSI 16
tang pembuka. Hal ini harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari akrilik
menjadi bengkok atau patah (Manappallil, 2016).
2.3.2. Manipulasi resin akrilik Heat cure (Manappallil, 2016).
1. Teknik tabur
Pertama, aplikasi agen separasi diaplikasikan pada cetakan. Bubuk dan
cairan diaplikasikan dengan menggunakan pipet. Setelah itu bubuk ditaburkan pada
cetakan lalu dibasahi dengan monomer. Piranti atau protesa dibuat bagian per
bagian hingga selesai untuk meningkatkan kekuatan, piranti atau protesa kemudian
diletakkan pada air panas dengan tekanan selama 20 menit pada pressure pot.
2. Teknik adaptasi
Bubuk dan monomer cairan diatur dan dicampur pada gelas kaca atau wadah
porselen. Ketika sampai pada dough stage, dengan segera dikeluarkan dan
diadaptasikan pada cetakan dan secara manual dibentuk dengan cepat. Setelah itu
tunggu setting menggunakan pressure pot.
3. Teknik cairan resin (tuang)
Penggunaan resin yang berbeda pada teknik ini (PMMA merk Castdon by
Dreve). Komposisi kimia pada resin tipe tuang ini sama dengan bahan PMMA.
Perbedaan prinsip yang dimiliki oleh resin tipe tuang ini adalah tingginya berat
molekul partikel pada bubuk ketika dicampurkan dengan monomer, hasil campuran
akan sangat cair. Bahan ini disebut cairan resin. Bahan ini menggunakan rasio
rendah pada bubuk-cairan (dari 2:1 hingga 2.5:1) agar mudah untuk dicampurkan.
Agar hidrokoloid atau silikon digunakan sebagai cetakan pada gipsum. Teknik ini
membutuhkan wadah yang berbeda. Teknik ini juga membutuhkan preparasi pada
hasil cetakan, pembuatan saluran untuk mengaliri bahan ini. Polimerisasi akan
selesai dengan tekanan 0.14 Mpa (20 Psi) dengan temperatur 25o selama 25 menit.
Universitas YARSI 17
Gambar 2.4. Polimerisasi akrilik (Powers dan Wataha, 2013).
Heat Cure
Powder Cairan
MMA Hidroquinone
PMMA Pengisi Pewarna Benzoil peroksida
Sandy
Stringy
Doughy
Rubbery
Polimerisasi
Heat
Chemical Cure/Self
Cure
Powder Cairan
MMA Hidroquinone Akselerator
PMMA Pengisi Pewarna Benzoil peroksida
Sandy
Stringy
Doughy
Rubbery
Polimerisasi
Polimerisasi dimulai
Universitas YARSI 18
2.4. Tinjauan Islam
2.4.1. Kesehatan gigi dan mulut dalam pandangan Islam
Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia,
untuk mengatur kemakmuran di bumi guna menuju kebahagiaan dunia dan
akhirat. Salah satu penunjang kebahagiaan tersebut adalah dengan memiliki
tubuh yang sehat, sehingga dengannya kita dapat beribadah dengan lebih baik
kepada Allah. Agama Islam sangat mengutamakan kesehatan (lahir dan batin)
dan menempatkannya sebagai kenikmatan kedua setelah Iman. Islam sebagai
agama yang sempurna dan lengkap, telah menetapkan prinsip-prinsip dalam
penjagaan keseimbangan tubuh manusia (Nismal, 2018).
Rasulullah saw bersabda:
هو ابن سعيد أنهه سمع أباه ي بن إبراهيم حدهثنا عبد الله خبرنا المك
عل صلهى الله ث عن ابن عبهاس قال قال رسول الله ة يحد حه يه وسلهم إنه الص
مغبون فيهما كثير من النهاس والفراغ نعمتان من نعم الله
Telah mengabarkan kepada kami [Al Makki bin Ibrahim] telah menceritakan
kepada kami [Abdullah] ia adalah Ibnu Sa'id, bahwa ia mendengar [ayahnya]
menceritakan dari [Ibnu Abbas] ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sesungguhnya kesehatan dan waktu luang adalah dua
kenikmatan dari kenikmatan-kenikmatan Allah yang sering dilalaikan oleh
kebanyakan manusia." (H.R. Ad. Darimi).
Dalam keterangan hadist yang lain, Rasulullah saw bersabda:
عليه وسلهم اللههمه إن ي أعوذ بك صلهى: الله قال كان من دعاء رسول الله
ل عافيتك وفجاءة من زوال نعمتك وتح نقمتك وجميع سخطك و
“Rasulullah saw berdo’a: Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari
kehilangan nikmat karunia-Mu, dari perubahan kesehatan yang telah Engkau
berikan, mendadaknya balasan-Mu, dan dari segala kemurkaan-Mu”. (H.R.
Muslim)
Islam sangat memperhatikan soal kesehatan dengan cara antara lain
mengajak dan menganjurkan untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan
Universitas YARSI 19
yang telah dimiliki setiap orang. Anjuran menjaga kesehatan itu bisa
dilakukan dengan tindakan preventif (pencegahan) dan kuratif (pelenyapan
penyakit atau pengobatan). Secara preventif, perhatian Islam terhadap
kesehatan ini bisa dilihat dari anjuran sungguh-sungguh terhadap
pemeliharaan kebersihan (Nismal, 2018).
Anjuran menjaga kesehatan gigi dan mulut sering dikaitkan dengan
kebersihan. Menjaga kesehatan sedikit banyaknya dapat dilakukan dengan
menjaga kebersihan itu sendiri.2 Dalam terminologi Islam, masalah yang
berhubungan dengan kebersihan disebut al-Taharat. Dari sisi pandang
kebersihan dan kesehatan, al-taharat merupakan salah satu bentuk upaya
preventif, berguna untuk menghindari penyebaran berbagai jenis kuman dan
bakteri. Menjaga kebersihan melibatkan banyak hal yang dilakukan secara
rutin setiap hari. Diantaranya adalah dengan menyikat gigi, berkumur, dan
menggunakan pembersih mulut (Al-Qaradhawi, 2007).
Bersuci merupakan setengah dari iman sebagaimana disebutkan dalam hadist
Nabi:
عليه وسلهم الطهور صلهى الله قال قال رسول الله عن أبي مالك الشعري
يمان شطر ال
Dari Abi Malik al-Asy’ari, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Bersuci adalah setengah dari iman...” (H.R. Muslim)
Anjuran untuk memperhatikan kebersihan banyak terdapat pada ayat Al-
Quran dan hadits, baik secara khusus atau yang terkait langsung dengan syarat
sahnya ibadah, juga menggalakkan kebersihan dan menganjurkan agar
menjadi umat yang membiasakan hidup bersih, sebagaimana dinyatakan
dalam ayat Al-Quran (Zuhroni, 2003):
Allah Ta’ala berfirman:
يحب التو رين إن الل ابين ويحب المتطه
“…sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri” (QS. al-Baqarah (2):222)
Universitas YARSI 20
Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman:
رينفيه رجال يحبون أن يتطهروا والل يحب المطه
“….di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah
menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. al-Taubat (9):108)
Mulut merupakan tempat pertama dimana peluang penyakit dapat terjadi,
karena mulut adalah tempat yang hangat dan lembab sehingga baik untuk
penyebaran bakteri. Kebersihan mulut berpengaruh terhadap kesehatan. (Al-
Qaradhawi, 2007).
Di dalam Islam Rasulullah saw juga telah menganjurkan umatnya untuk
menjaga kebersihan gigi dan mulut. Salah satu rukun berwudhu adalah
dengan berkumur-kumur untuk menjaga kebersihan mulut (Al-Qaradhawi,
2007). Perintah berkumur-kumur disebutkan dalam sejumlah hadits, di
antaranya dalam hadits Luqaith bin Shabrah:
أت فمضمض إذا توضه
"Apabila kamu berwudhu, maka berkumur-kumurlah." (H.R. Abu Dawud, al-
Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Dinukil dari Shahih Fiqih Sunnah:
1/151. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani.)
Apabila telah selelai makan dan hendak menunaikan shalat, maka dianjurkan
untuk berkumur-kumur sebagaimana disebutkan dalam hadist:
بن مسلمة عن مالك عن يحيى بن سعيد عن بشير بن يسار حدهثنا عبد الله
ع صلهى الله ليه وسلهم عام أنه سويد بن النعمان أخبره أنهه خرج مع النهبي
هباء وهي من أدنى خيبر صلهى العصر ثمه دعا خيبر حتهى إذا كنها بالصه
ي فأكل وأكلنا ثمه قام إلى بالزواد فلم يؤت إله بالسهويق فأمر به فثر
أ المغرب فمض مض ومضمضنا ثمه صلهى ولم يتوضه
Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Maslamah] dari [Malik] dari
[Yahya bin Sa'id] dari [Busyair bin Yasar] bahwa: “[Suwaid bin An Nu'man]
mengabarkannya bahwa dia pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam ketika perang Khaibar, ketika mereka sampai di Shahba'
Universitas YARSI 21
yaitu pinggiran Khaibar, beliau mengerjakan shalat 'Ashar. Setelah itu
beliau minta perbekalan, namun beliau tidak diberi kecuali makanan yang
terbuat dari tepung. Maka beliau memintanya lalu memakannya dan kami
pun ikut memakannya. Setelah itu beliau berdiri untuk melaksanakan shalat
Maghrib, beliau berkumur-kumur, dan kami juga berkumur-kumur, lalu
mengerjakan shalat tanpa berwudlu' lagi." (H.R. Al-Bukhari)
Dari hadist di atas dapat ditarik hikmahnya bahwa Islam sangat
memperhatikan setiap detail dari kehidupan manusia, bahkan sampai dengan
menjaga kebersihan mulut. Sebagaimana telah Rasulullah saw contohkan
setelah beliau memakan sesuatu dan hendak shalat, beliau berkumur-kumur
terlebih dahulu. Selain untuk menjaga ke sah-an shalat dari sisa-sisa makanan
yang masih terdapat di dalam mulut, hal ini juga menunjukkan bahwa
kebersihan adalah hal yang penting.
2.4.2. Upaya perawatan gigi dan mulut dalam pandangan Islam
Kebersihan jasmani adalah bebas dari kotoran ataupun penyakit termasuk
bebas dari penyakit rongga mulut/gigi. Seseorang akan merasa malu bila
terlihat kotor jasmaninya karena akan dianggap sebagai orang yang tidak
memperhatikan kebersihan dirinya, sedangkan untuk kebersihan rohani tidak
ada orang lain yang tahu selain diri sendiri. Menjaga kebersihan atau kesucian
rohani adalah salah satu cara mengukur potensi kepedulian masyarakat untuk
menerapkan niat dan motivasi dalam menjalankan kehidupan yang nyaman
dan juga menjadi bentuk perwujudan keteguhan iman seseorang kepada Allah
SWT (Thawil, 2011).
Beberapa hadits Nabi SAW. yang berkaitan dengan kebersihan antara
lain seperti yang diriwayatkan oleh Al-Tirmizi, yang pada intinya
menyatakan bahwa kebersihan, kesucian dan keindahan adalah sesuatu yang
disukai oleh Allah SWT. Sehingga apabila manusia melakukan perbuatan
yang disukai tentu akan mendapatkan nilai pahala dariNya dan salah satu
caranya adalah selalu menjaga kebersihan di semua tempat atau lingkungan
berada (Thawil, 2011).
Universitas YARSI 22
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yaitu:
“Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah
SAW. : Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci,
Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai
kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu
bersihkanlah tempat-tempatmu” (AT. Tirmizi)
Dalam hal menjaga kebersihan bukan saja bersih fisik atau badan saja
tetapi meliputi kebersihan jiwa atau rohani. Sebagai manusia yang taat
seharusnya melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah SWT, seperti
yang tergambar dalam hadits Rasul riwayat Muslim yang maknanya adalah
menjaga kebersihan merupakan salah satu bentuk keimanan kepada Allah
SWT (Thawil, 2011). Rasulullah SAW. bersabda :
“Diriwayatkan dari Malik Al Asy’ari dia berkata, Rasulullah saw.
bersabda : Kebersihan adalah sebagian dari iman dan bacaan hamdalah
dapat memenuhi mizan (timbangan), dan bacaan subhanallahi
walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi, dan shalat adalah cahaya
dan shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan Al Quran adalah
pedoman bagimu. Setiap manusia pada waktu pagi hari, hakekatnya harus
memperjual belikan dirinya. Ada kalanya ia laba ( selamat dari maksiat) dan
ada kalanya rugi (terseret maksiat)” (HR. Muslim)”
Universitas YARSI 23
Menurut ahli medis, pengobatan terdiri atas dua bentuk, yaitu
pencegahan dan penyembuhan. Dari sisi fungsi obat digunakan untuk
mengurangi, menghilangkan penyakit, atau menyembuhkan penyakit. Dalam
Islam, berobat termasuk tindakan yang dianjurkan (Zuhroni, 2003). Berbagai
riwayat menunjukkan jika Nabi pernah berobat untuk dirinya sendiri, serta
menyuruh keluarga dan para sahabatnya agar berobat ketika sakit. Pesan yang
terdapat dalam hadits-hadits tentang berobat adalah jika dalam keyakinan
Islam proses penyembuhan terhadap suatu penyakit selain berdasarkan
hukum kausalitas atau sunnatullah, hukum atau keteraturan ciptaan Allah
SWT, juga karena turun dan campur tangan dari Tuhan. (Zuhroni, 2003).
Mengutip ucapan Nabi Ibrahim yang menyebutkan:
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku” (Al-
Syu’ara’ (26):80).
Ayat di atas menekankan agar orang yang sakit mengupayakan sehat
sebagai anjuran agama. Dalam menafsirkan ayat ini, Al-Dzahabi menyatakan,
bahwa tindakan upaya penyembuhan penyakit secara medis merupakan
perbuatan baik dan terpuji. Ini juga sesuai dengan pesan Nabi lakukanlah
penyembuhan secara medis. Pada zaman Nabi telah menggunakan berbagai
metode pengobatan untuk kesembuhan. Sejalan dengan perkembangan ilmu
kedokteran yang ada Nabi mengizinkan menggunakan sebagai bukti Islam
mendukung ilmu pengetahuan, termasuk disiplin ilmu tentang kedokteran
(Zuhroni, 2003).
Islam mengajarkan untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Anjuran ini menunjukkan bahwa kebersihan gigi termasuk hal yang penting,
semua yang diajarkan dalam Islam mempunyai tujuan yang baik dilihat dari
sisi kesehatan jasmani, terlebih lagi kalau ditinjau dari sisi rohani karena
Universitas YARSI 24
semua hal untuk menjadikan manusia sehat dan memiliki iman yang teguh
(Thawil, 2011).
Ajaran untuk menjaga kebersihan gigi terdapat dalam hadits Nabi SAW
yang intinya mengingatkan agar manusia selalu dalam keadaan bersih
sebelum melakukan ibadah wajib (shalat) (Thawil, 2011).
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi SAW telah bersabda: “Sekiranya
arahanku tidak akan memberatkan orang mukmin, niscaya aku akan
memerintahkan mereka bersiwak (menggosok gigi) setiap kali hendak
mendirikan shalat”. (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menegaskan betapa pentingnya manusia menjaga kebersihan
(gigi) demi menghindarkan dari berbagai penyakit, namun ada kekhawatiran
dari Nabi SAW dilihat bahwa hadits ini akan memberatkan umat Islam
sehingga beliau tidak mewajibkannya walaupun dalam kehidupan sehari-hari
beliau menggosok gigi beberapa kali. Beberapa tuntunan perilaku Nabi SAW
dalam menjaga kebersihan rongga mulut antara lain ialah Nabi SAW
menyikat gigi 3 kali setiap malam, 1 kali sebelum tidur, 1 kali ketika Nabi
bangun untuk membaca Al-Qur’an dan sekali lagi sebelum pergi ke masjid
untuk melaksanakan salat subuh. Adapun alat yang digunakan Nabi untuk
menyikat gigi adalah ranting kayu Arak/siwak sebagaimana disampaikan oleh
Malaikat Jibril. Bahkan setiap akan memasuki rumah Nabi membersihkan
gigi dengan menggunakan siwak terlebih dahulu. Para sahabat
menggambarkan keadaan gigi Nabi SAW adalah giginya teratur rapi,
walaupun agak jarang tetapi selalu bersih berkilau (Thawil, 2011).
Universitas YARSI 25
2.4.3. Perawatan ortodonti dalam pandangan Islam
Allah SWT memerintahkan untuk mempelajari secara global dan
mengenali diri secara fisik biologis sebagai media peningkatan iman dan
memenuhi kebutuhan setiap individu dalam menyelamatkan, memperbaiki dan
menjaga hidupnya. Ilmu kedokteran pada umumnya juga bertujuan untuk
menghilangkan kemadharatan.(Khalil, 2018)
Anjuran menjaga kesehatan itu bisa dilakukan dengan tindakan preventif
(pencegahan) dan kuratif (pelenyapan penyakit atau pengobatan).10 Perawatan
ortodonti lepasan merupakan perawatan kuratif. Menurut ulama, penggunaan
alat ortodonti lepasan dengan tujuan untuk memperbaiki cacat atau kerusakan
pada gigi sehingga gigi dapat berfungsi dengan baik dan terhindar dari penyakit
yaitu diperbolehkan (halal) (Khalil, 2018).
Keahlian medis dalam masalah merapikan gigi yang dikenal dengan
istilah ortodonti (ortodontics) merupakan nikmat Allah SWT kepada umat
manusia untuk mengembalikan kepada fitrah penciptaannya yang paling indah
(fi ahsani taqwim) yang patut disyukuri dengan menggunakannya pada
tempatnya dan tidak disalahgunakan untuk memenuhi nafsu insani yang kurang
bersyukur. Oleh karena itu Islam sangat memuliakan ilmu kesehatan dan
kedokteran sebagai alat merawat kehidupan dengan izin Allah SWT (Zuhroni,
2003).
Salah satu kelainan yang harus diperbaiki pada kasus ortodonti adalah
oklusi yang abnormal. Oklusi yang abnormal ditandai dengan tidak benarnya
hubungan antar lengkung di setiap bidang spasial atau anomali abnormal dalam
posisi gigi (Harty FJ dan Ongston R, 2012). Penyebab maloklusi adalah faktor
keturunan maupun kebiasaan buruk seseorang ketika masih kecil. Maloklusi
yang parah dapat menyebabkan gangguan pada saat proses pengunyahan
makanan, cara berbicara bahkan sampai permasalahan pada pernafasan.
Sehingga maloklusi ini dikategorikan sebagai kelainan atau penyakit yang
harus diobati dengan obat dan terapi yang tepat.
Universitas YARSI 26
Rasulullah bersabda,
“Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak
meletakkan suatu penyakit kecuali dia juga telah meletakkan obat
penyembuhnya, selain penyakit yang satu, yaitu penyakit tua.” (HR. Ahmad,
Ibnu Hibban dan al-Hakim dari Usamah ibnu Syuraih).
Dari hadits yang menganjurkan berobat, paling kurang anjuran tersebut
bernilai sunnah. Ia menambahkan, jika penyakitnya secara medis dapat
disembuhkan hukumnya bisa sunnah atau wajib, tapi jika sudah jelas tidak
dapat diharapkan sembuhnya sesuai hasil diagnosis orang-orang yang benar-
benar ahli/pakarnya dalam bidang terkait, maka tak seorang ulama pun yang
mengatas namakan sunnah, apalagi mewajibkannya (Zuhroni, 2003).
Hadits yang menganjurkan berobat, paling kurang anjuran tersebut
bernilai sunnah. Selain itu, jika penyakitnya secara medis dapat disembuhkan
hukumnya bisa sunnah atau wajib, tapi jika sudah jelas tidak dapat diharapkan
sembuhnya sesuai hasil diagnosis orang-orang yang benar-benar ahli/pakarnya
dalam bidang terkait, maka tak seorang ulama pun yang mengatas namakan
sunnah, apalagi mewajibkannya (Setiawan, 2003).
Maksud hadits tersebut adalah, apabila seseorang diberi obat yang
sesuai dengan penyakit yang dideritanya, dan waktunya sesuai dengan yang
ditentukan oleh Allah, maka dengan seizin-Nya orang sakit tersebut akan
sembuh. Dan Allah akan mengajarkan pengobatan tersebut kepada siapa saja
yang Dia kehendaki. Ini juga berdasarkan pada pesan Nabi: “lakukanlah
penyembuhan secara medis” (Zuhroni, 2003).
Tujuan utama perawatan ortodonti adalah memperbaiki susunan dan
kedudukan gigi-geligi untuk mendapatkan hubungan gigi-geligi (fungsi oklusi)
yang stabil, perbaikan pengunyahan, keseimbangan otot dan keserasian
estetika wajah yang harmonis. Secara umum perawatan ortodontik bertujuan
memperbaiki kehidupan pasien dengan mengatasi kesulitan psikososial yang
berhubungan dengan penampilan wajah dan gigi (Gill, 2008).
Universitas YARSI 27
Sama halnya orang yang menderita kelainan gigi tersebut adalah seperti
mendapat penyakit yang dapat mengancam masa depan hidupnya,
mengganggu akfitas sehari-hari bahkan mengganggu kenyamanan lingkungan.
Sehingga sebisa mungkin harus dihilangkan penyakit tersebut. Dampak
tersebut meliputi dampak negatif pada fisik maupun psikologi. Nabi SAW pun
memerintahkan kita untuk senantiasa berobat agar terhindar dari segala
marabahaya yang diakibatkan oleh penyakit (Sulaiman, 2008).
Perawatan ortodonti lepasan dapat dilakukan pada anak-anak dan remaja.
Perawatan ini merupakan perawatan pencegahan maupun perawatan untuk
memperbaiki ketidakteraturan bentuk, lengkung gigi, dan ketidakharmonisan
antara gigi dan wajah sehingga menghasilkan gigitan yang sehat dan fungsional
sejak usia dini (Nismal, 2018).
Pada dasarnya, semua ciptaan Allah adalah baik, Allah melarang untuk
mengubah bentuk yang telah Allah anugerahkan kepada manusia (Nismal,
2018). Rasulullah bersabda,
Allah melaknat wanita-wanita yang membuat tato, meminta ditato, mencabuti
alis dan memperbaiki susunan giginya untuk mempercantik diri, yang telah
merubah ciptaan Allah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Sehingga perawatan ortodonsia yang dibolehkan dalam Islam adalah
perawatan ortodonsia yang memiliki indikasi medis. Tidak semata-mata karena
estetika saja. Misalnya pada gigi yang tonggos atau maju, maka hal ini
terhitung penyakit dan mengganggu fungsional gigi dan mulut seperti
terganggunya pelafalan makhraj huruf yang kurang tepat (Nismal, 2018).
Universitas YARSI 28
2.4.4. Penggunaan bahan dalam perawatan gigi dan mulut dalam pandangan
Islam
Islam mengajarkan prinsip keyakinan bahwa penyakit merupakan takdir
Allah kepada seseorang, sehingga harus disikapi dengan sabar. Namun pada
saat yang sama, diperintahkan pula untuk berobat. Dengan demikian berobat
merupakan bagian dari melaksanakan perintah agama, sehingga oleh
karenanya harus dengan cara yang halal. Kehalalan tersebut mencakup
metode terapi, obat-obatan, maupun bahan yang digunakan, terdapat cukup
banyak dalil-dalil shahih dari Nabi Muhammad SAW. tentang hal tersebut
(Astiwara, 2018).
Dari Jabir bin Abdullah radhiallahuanhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan
penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa
Ta‟ala.” (HR. Muslim)
Terdapat pula sejumlah dalil yang menunjukkan larangan berobat dengan
yang haram. Hal ini menjadi prinsip dasar bagi para fuqaha dan dokter-dokter
Muslim dalam menjalankan profesi mereka (Fatwa MUI, 2018). Diantara
dalil-dalil tersebut ialah:
“Sesungguhnya Thariq bin Suwaid al-Ju’fiy R.A bertanya kepada Nabi
SAW tentang Khamr, kemudian Nabi melarangnya untuk membuatnya.
Kemudian dia berkata: sesungguhnya saya membuatnya untuk obat.
Universitas YARSI 29
Kemudian Nabi SAW bersabda: “Sesunggunya (khamar) itu bukan obat,
melainkan penyakit”. (HR. Muslim)
Dari Abud Darda’, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, dan Dia
menjadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, dan jangan
kalian berobat dengan yang haram” (HR. Abu Daud).
Dalam Fatwa MUI Nomor 30 Tahun 2013 tentang Obat dan Pengobatan.
Ketentuan Hukum (Fatwa MUI, 2018):
1) Islam mensyariatkan pengobatan karena ia bagian dari perlindungan dan
perawatan kesehatan yang merupakan bagian dari menjaga Al-
Dharuriyat Al-Kham (lima pokok substansi ajaran agama yang meliputi
dîn (agama), jiwa, keturunan, akal dan harta).
2) Dalam ikhtiar mencari kesembuhan wajib menggunakan metode
pengobatan yang tidak melanggar syariat.
3) Obat yang digunakan untuk kepentingan pengobatan wajib
menggunakan bahan yang suci dan halal.
4) Penggunaan bahan najis atau haram dalam obat-obatan hukumnya
haram.
5) Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk pengobatan
hukumnya haram kecuali memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Digunakan pada kondisi keterpaksaan (al-dlarurat), yaitu kondisi
keterpaksaan yang apabila tidak dilakukan dapat mengancam jiwa
manusia, atau kondisi keterdesakan yang setara dengan kondisi
darurat (al-hajat allati tanzilu manzilah al-dlarurat), yaitu kondisi
Universitas YARSI 30
keterdesakan yang apabila tidak dilakukan maka akan dapat
mengancam eksistensi jiwa manusia di kemudian hari;
b. Belum ditemukan bahan yang halal dan suci; dan
c. Adanya rekomendasi paramedis kompeten dan terpercaya bahwa
tidak ada obat yang halal.
6) Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk pengobatan luar
hukumnya boleh dengan syarat dilakukan pensucian.
Berobat dengan zat yang haram adalah haram hukumnya, kecuali tidak
ada obat lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keharaman itu dapat
ditepis ketika sangat diperlukan saja (Astiwara, 2018).
Keberhasilan dalam tindakan medik tergantung pada pemakaian bahan
atau biomaterial pada ilmu kedokteran gigi. Berbagai bahan yang digunakan
dalam kedokteran gigi yang dapat digunakan bagi manusia harus memenuhi
persyaratan sebagai biomaterial (aman bagi manusia). Batasan penggunaan
biomaterial kedokteran gigi yaitu (Zuhroni, 2003):
a) Biokompatibel atau aman bagi manusia,
b) Tidak termasuk bahan yang diharamkan
c) Dampak yang didapatkan
d) Caranya tidak berbenturan dengan syariat Islam
Bahan yang terkandung dalam basis piranti ortodonti lepasan terdiri dari
cairan dan bubuk yang mengandung senyawa kimiawi. Komposisi yang
terkandung pada basis ortodonti lepasan dengan akrilik heat cure yaitu:
● Bubuk:
1. PMMA (Polimetil metakrilat)
2. Hidroquinone
● Cairan:
Universitas YARSI 31
1. MMA (Metil metakrilat)
2. Plasticizer
3. Pewarna
4. Benzoil
5. Peroksida
Komposisi yang terkandung dalam basis ortodonti lepasan dengan bahan self
cure yaitu:
● Bubuk:
1. PMMA (Polimetal metakrilat)
2. Hidroquinone
3. Akselerator
● Cairan:
1. MMA (Metil metakrilat)
2. Plasticizer
3. Pewarna
4. Benzoil
5. Peroksida
Komposisi dari bahan basis ortodonti lepasan mengandung senyawa-senyawa
kimiawi untuk dapat polimerisasi membentuk basis akrilik ortodonti lepasan.
Universitas YARSI 32
2.5 Kerangka teori
Gambar. Kerangka teori penelitian (Singh, 2015; Dinnie dkk., 2017; Maharetta
dkk., 2015).
Maloklusi
Piranti ortodonti
lepasan Piranti ortodonti
cekat
Komponen
retentif Basis
akrilik
Komponen
aktif
Komponen
penjangkaran
Heat cure Self cure