bab 2 tinjauan pustaka dan kerangka teori 2.1 piranti

26
Universitas YARSI 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti ortodonti lepasan Kasus maloklusi dapat ditangani dengan melakukan perawatan ortodonti (Dinnie dkk., 2017). Perawatan ortodonti bertujuan memperbaiki estetika dan fungsi di regio orofacial, yaitu dengan menggerakkan gigi atau dengan memodifikasi pertumbuhan rahang. Klasifikasi alat ortodonti yang paling sederhana adalah berdasarkan kemampuan pasien untuk melepas alat ortodonti, yaitu alat lepasan (removable), alat cekat (fixed), dan alat semi- cekat (semi-fixed) (Maharetta dkk., 2015). Piranti ortodonti lepasan memiliki kelebihan mudah dibersihkan dan harganya lebih murah dibandingkan dengan peranti ortodonti cekat. Piranti ortodonti lepasan dapat digunakan pada kasus maloklusi yang sederhana, karena pengaplikasiannya yang mudah dan stabil didalam rongga mulut pasien (Tara dkk., 2017). 2.1.1 Akrilik Polymethyl-methacrylates (PMMAs) tetap menjadi bahan yang paling populer untuk digunakan dalam ortodonti sebagai basis pada alat ortodonti (BOA) terutama di negara-negara berkembang karena biaya murah dan kemudahan penggunaan (Ghorbanzadeh dkk., 2015). Plat basis merupakan bagian utama dari piranti lepasan (Singh, 2015). Plat basis akrilik membentuk badan dari piranti lepasan dan memiliki fungsi yaitu (Isaacson, 2002; Vijayalakshmi, 2010): 1) Menyediakan fondasi untuk mendukung komponen lain seperti pegas dan clasp,

Upload: others

Post on 13-May-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Piranti ortodonti lepasan

Kasus maloklusi dapat ditangani dengan melakukan perawatan

ortodonti (Dinnie dkk., 2017). Perawatan ortodonti bertujuan memperbaiki

estetika dan fungsi di regio orofacial, yaitu dengan menggerakkan gigi atau

dengan memodifikasi pertumbuhan rahang. Klasifikasi alat ortodonti yang

paling sederhana adalah berdasarkan kemampuan pasien untuk melepas alat

ortodonti, yaitu alat lepasan (removable), alat cekat (fixed), dan alat semi-

cekat (semi-fixed) (Maharetta dkk., 2015). Piranti ortodonti lepasan memiliki

kelebihan mudah dibersihkan dan harganya lebih murah dibandingkan

dengan peranti ortodonti cekat. Piranti ortodonti lepasan dapat digunakan

pada kasus maloklusi yang sederhana, karena pengaplikasiannya yang mudah

dan stabil didalam rongga mulut pasien (Tara dkk., 2017).

2.1.1 Akrilik

Polymethyl-methacrylates (PMMAs) tetap menjadi bahan yang paling

populer untuk digunakan dalam ortodonti sebagai basis pada alat ortodonti

(BOA) terutama di negara-negara berkembang karena biaya murah dan

kemudahan penggunaan (Ghorbanzadeh dkk., 2015). Plat basis merupakan

bagian utama dari piranti lepasan (Singh, 2015). Plat basis akrilik membentuk

badan dari piranti lepasan dan memiliki fungsi yaitu (Isaacson, 2002;

Vijayalakshmi, 2010):

1) Menyediakan fondasi untuk mendukung komponen lain seperti pegas

dan clasp,

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 8

2) Berkontribusi untuk penjangkaran (anchorage) melalui kontaknya

dengan palatal dan gigi yang tidak digerakkan,

3) Dapat dibuat menjadi bite plane untuk bidang gigitan atau mereduksi

overbite.

4) Memperpanjang akrilik hingga ke pegas jari dan pegas kantilever

sebagai boxing.

5) Plat sebagai pemegang sekrup ekspansi

6) Berfungsi sebagai tonjolan plat Nance untuk menahan lengkung

(Nance holding arch- kombinasi piranti cekat dan akrilik)

7) Pada kasus distalisasi molar, dilakukan pembuatan tonjolan akrilik

pada bagian palatal (kombinasi piranti cekat dan akrilik)

Gambar 2.1. Plat basis akrilik (Singh, 2015).

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 9

2.1.2 Macam akrilik yang digunakan pada basis piranti ortodonti lepasan

Bahan yang paling sering digunakan untuk plat basis adalah akrilik cold cure dan

heat cure (Singh, 2015).Berikut tabel perbandingan antara resin akrilik self cure

dan heat cure (Manappallil, 2016).

Tabel 2.1. Perbandingan antara resin akrilik self cure dan heat cure (Manappallil, 2016).

Self cure Heat Cure

Tidak membutuhkan panas untuk proses

curing

Membutuhkan panas untuk proses

curing

Porositas lebih besar Porositas bahan yang lebih rendah

Memiliki berat molekukul rata-rata yang

lebih rendah

Berat molekul yang lebih besar

Kadar monomer residual tinggi Kadar monomer residual rendah

Bahan lebih lentur (karena berat molekul

yang lebih rendah)

Bahan relative lebih kuat

Sifat reologi:

• Menunjukkan distorsi yang lebih besar

• Lebih banyak deformasi initial

• Peningkatan penyebaran dan

melambatnya recovery

• Menunjukkan distorsi yang lebih

rendah

• Deformitas initial lebih rendah

• Penyebaran lebih rendah dan

recovery lebih cepat

Stabilitas warna kurang baik Stabilitas warna baik

Mudah untuk dilakukan deflask Sulit untuk dilakukan deflask

Tingkat difusi monomer yang lebih rendah Peningkatan laju difusi monomer pada

suhu yang lebih tinggi

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 10

2.1.2.1 Resin akrilik heat-cure

Resin akrilik heat cured merupakan campuran antara monomer metil metakrilat dan

polimer polimetil metakrilat yang dipolimerisasi dengan cara pemanasan (Diansari

dkk., 2016). Berikut tabel komposisi resin akrilik heat cure (Manappallil, 2016).

Tabel 2.2. Komposisi resin akrilik heat cure (Manappallil, 2016).

Bubuk

Bahan Fungsi

Poli (metil metakrilat) Komponen mayor

Etil atau Butil metakrilat (5%) Kopolimer -

meningkatkan sifat

Benzoil peroksida Inisiator

Gabungan dari merkuri sulfida, cadmium sulfida, dll Pewarna

Zinc atau titanium oksida Pemutih

Dibutil phthalate Plasticizer

Filler inorganik seperti fiber glass, zirkonium silikat,

alumina, dll

Meningkatkan sifat

fisik

Nylon sintetik atau akrilik fiber Untuk stimulan

kapiler-kapiler kecil

Cairan

Bahan Fungsi

Metil metakrilat Memplastisisasi

polimer

Dibutil phthalate Plasticizer

Glikol dimetakrilat (1-2%) Agen Cross-link

Hidroquinon Inhibitor

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 11

Gambar 2.2. Produk basis akrilik heat cure. (Manappallil, 2016).

Gambar 2.3. Piranti ortodonti yang dibuat dengan warna berbeda agar lebih menarik untuk pasien

yang lebih muda. PMMA khusus digunakan untuk tujuan ini (Manappallil, 2016).

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 12

2.1.2.2 Sifat mekanis pada resin akrilik heat-cure

Berikut adalah tabel sifat mekanis pada resin akrilik heat cure dan self cure (Alla,

2015; Kassim dkk., 2011).

Tabel 2.3. Sifat mekanis pada resin akrilik heat cure dan self cure (PMMA;Alla, 2015; Kassim

dkk., 2011).

No Basis Sifat Mekanis ISO (PMMA secara umum)

1 Heat

cure

1. Kekuatan kompresi - 76

Mpa

2. Kekuatan tensil - 48-62

Mpa

3. Persentase elongasi - 1-2%

4. Impact Strenght - 0.98-

1.27 J

5. Kekuatan Kelenturan -

68.4 Mpa

6. Kekuatan fatigue - 1.5x106

siklus pada 17.2 Mpa

7. Modulus elastisitas -

3.8x103 Mpa

1. Kekuatan tensil - 83

Mpa (ISO 527)

2. Persentase elongasi - 5%

(ISO 527)

3. Kekuatan kelenturan -

120 Mpa (ISO 178)

4. Modulus Elastisitas -

3200 Mpa (ISO 527)

5. Impact Strenght - 20

KJ/m2 (ISO 179)

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 13

2.1.2.3 Sifat fisik pada resin akrilik heat-cure

Berikut adalah tabel sifat fisik pada resin akrilik heat cure dan self cure (Alla

dkk., 2015).

Tabel 2.4. Sifat fisik pada resin akrilik heat cure dan self cure (PMMA; Alla dkk., 2015).

No. Basis Sifat fisik ISO (PMMA secara umum)

1 Heat

cure

1. Konduktivitas termal –

5.7x10-4 oC/cm

2. Koefisien termal

ekspansi – 81x10-6 /oC

3. Kekasaran permukaan –

18-20 KHN

4. Densitas – 1.16-1.18

g/cc

1. Densitas – 1.2 g/cm-3

(ISO 1183)

2. Koefisien termal ekspansi

– 7x10-5 /oC (ISO 75-1,2)

2.1.3 Keuntungan dan kerugian pada resin akrilik Heat cure

Keuntungan (Sofya, 2017)

1. Non-toksik

2. Tidak mengiritasi

3. Tidak larut pada cairan rongga mulut

4. Estetika yang baik

5. Mudah dimanipulasi

6. Mudah diperbaiki

7. Perubahan dimensional yang sangat sedikit

Kerugian (Vojdani dan Giti, 2015)

1. Menyusut pada saat polimerisasi

2. Kurang lentur

3. Kurang kuat terhadap benturan

4. Resistensi fatigue yang relatif rendah

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 14

2.2. Inovasi pada bahan resin akrilik heat-cure

1. PMMA dikombinasikan dengan serbuk kulit jeruk

Sampel dengan ditambahkan 4% bubuk kulit jeruk memiliki nilai

maksimum pada kekuatan regangan (56MPa). Sampel yang ditambahkan

8% bubuk kulit jeruk memiliki nilai maksimum pada kekuatan lentur

(94MPa), dan modulus kelenturan (6.2GPa). Sampel dengan 2% bubuk kulit

jeruk memiliki persentase elongasi maksimum sebesar 3.7%. Selanjutnya

sampel dengan 6% bubuk kulit jeruk memiliki nilai maksimum pada impact

strenght sebesar 11 KJ/m2 (Mohammed dan Al-Ghabban, 2019).

2. PMMA dengan fiber nanopigmen

Kekuatan lentur bertambah dibandingkan dengan resin akrilik biasa, serta

mengurangi porositas dan perlekatan jamur Candida Albicans dan

bertambahnya efek nontoksik pada bahan PMMA yang dikombinasikan

dengan fiber nanopigmen (Moreno-Maldonado dkk., 2012).

3. PMMA dengan fiber glass, polyaramid, dan nilon

PMMA yang ditambahkan 4% fiber glass secara signifikan meningkatkan

kekuatan transversal dan penambahan 4% polyaramid juga secara signifikan

meningkatkan kekuatan transversal dari PMMA (Kumar dkk., 2016).

4. PMMA dengan campuran nanopartikel ZrO2 dan fiber glass

Penambahan nano-ZrO2 + GFs pada PMMA dapat meningkatkan kekuatan

lentur dan impact strenght. Rekomendasi campuran untuk mendapatkan

keseimbangan maksimum antara kekuatan lentur dan impact strenght

adalah 95% PMMA + 2,5% nano-ZrO2 + 2,5% GFs (Gad dkk., 2019).

5. PMMA dengan kombinasi silanized poliamid dan fiber poliester

Penambahan silanized fiber (poliester, poliamid, dan kombinasi keduanya)

meningkatkan impact strenght, kekuatan transversal, dan kekerasan dari

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 15

PMMA serta tanpa efek kasar pada permukaannya (Powers dan Wataha,

2013).

2.3. Proses pembuatan basis ortodonti lepasan

2.3.1. Proses pembuatan basis dengan resin heat-cure (Manappallil, 2016)

Teknik pencetakan kompresi biasanya menggunakan resin heat cure. Pertama

lakukan pembuatan pola menggunakan malam, kemudian akan diganti oleh akrilik.

Pola malam yang diletakkan pada model kerja akan dilakukan penuangan gips putih

dengan teknik tiga kali tuang (flasking) (Manappallil, 2016).

Setelah itu dilanjutkan pembuangan malam dengan menggunakan air panas.

Dilanjutkan dengan aplikasi akrilik pada bagian yang kosong yang dibentuk sesuai

dengan bagian pada model kerja (packing). Sebelum aplikasi akrilik, pada bagian

model kerja diolesi dengan agen separasi untuk menghindari melekatnya akrilik

pada model dan juga memudahkan operator pada saat pembukaan resin akrilik.

Lakukan penekanan pada wadah setelah ditutup menggunakan alat tekanan hidrolik

atau manual. Lakukan secara perlahan untuk mengeluarkan kelebihan akrilik pada

wadah. Setelah itu diamkan wadah pada suhu ruangan sekitar 30-60 menit (bench

curing). Setelah itu lakukan curing dengan menggunakan panas, siklus pemanasan

panjang direkomendasikan pada teknik ini (Manappallil, 2016).

1. Siklus panjang

a. 74 oC selama 8 jam

b. 74 oC selama 8 jam, dilanjutkan perebusan selama 1 jam

2. Siklus pendek - 74 oC selama 2 jam, dilanjutkan perebusan selama 1 jam

(untuk resin akrilik yang lebih tipis)

Kemudian lakukan pendinginan secara perlahan (bench cooling), diamkan selama

30 menit pada suhu ruangan dilanjutkan dengan peletakan pada air dingin selama

15 menit. Setelah itu, buka wadah resin akrilik (deflasking) dengan menggunakan

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 16

tang pembuka. Hal ini harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari akrilik

menjadi bengkok atau patah (Manappallil, 2016).

2.3.2. Manipulasi resin akrilik Heat cure (Manappallil, 2016).

1. Teknik tabur

Pertama, aplikasi agen separasi diaplikasikan pada cetakan. Bubuk dan

cairan diaplikasikan dengan menggunakan pipet. Setelah itu bubuk ditaburkan pada

cetakan lalu dibasahi dengan monomer. Piranti atau protesa dibuat bagian per

bagian hingga selesai untuk meningkatkan kekuatan, piranti atau protesa kemudian

diletakkan pada air panas dengan tekanan selama 20 menit pada pressure pot.

2. Teknik adaptasi

Bubuk dan monomer cairan diatur dan dicampur pada gelas kaca atau wadah

porselen. Ketika sampai pada dough stage, dengan segera dikeluarkan dan

diadaptasikan pada cetakan dan secara manual dibentuk dengan cepat. Setelah itu

tunggu setting menggunakan pressure pot.

3. Teknik cairan resin (tuang)

Penggunaan resin yang berbeda pada teknik ini (PMMA merk Castdon by

Dreve). Komposisi kimia pada resin tipe tuang ini sama dengan bahan PMMA.

Perbedaan prinsip yang dimiliki oleh resin tipe tuang ini adalah tingginya berat

molekul partikel pada bubuk ketika dicampurkan dengan monomer, hasil campuran

akan sangat cair. Bahan ini disebut cairan resin. Bahan ini menggunakan rasio

rendah pada bubuk-cairan (dari 2:1 hingga 2.5:1) agar mudah untuk dicampurkan.

Agar hidrokoloid atau silikon digunakan sebagai cetakan pada gipsum. Teknik ini

membutuhkan wadah yang berbeda. Teknik ini juga membutuhkan preparasi pada

hasil cetakan, pembuatan saluran untuk mengaliri bahan ini. Polimerisasi akan

selesai dengan tekanan 0.14 Mpa (20 Psi) dengan temperatur 25o selama 25 menit.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 17

Gambar 2.4. Polimerisasi akrilik (Powers dan Wataha, 2013).

Heat Cure

Powder Cairan

MMA Hidroquinone

PMMA Pengisi Pewarna Benzoil peroksida

Sandy

Stringy

Doughy

Rubbery

Polimerisasi

Heat

Chemical Cure/Self

Cure

Powder Cairan

MMA Hidroquinone Akselerator

PMMA Pengisi Pewarna Benzoil peroksida

Sandy

Stringy

Doughy

Rubbery

Polimerisasi

Polimerisasi dimulai

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 18

2.4. Tinjauan Islam

2.4.1. Kesehatan gigi dan mulut dalam pandangan Islam

Islam merupakan agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia,

untuk mengatur kemakmuran di bumi guna menuju kebahagiaan dunia dan

akhirat. Salah satu penunjang kebahagiaan tersebut adalah dengan memiliki

tubuh yang sehat, sehingga dengannya kita dapat beribadah dengan lebih baik

kepada Allah. Agama Islam sangat mengutamakan kesehatan (lahir dan batin)

dan menempatkannya sebagai kenikmatan kedua setelah Iman. Islam sebagai

agama yang sempurna dan lengkap, telah menetapkan prinsip-prinsip dalam

penjagaan keseimbangan tubuh manusia (Nismal, 2018).

Rasulullah saw bersabda:

هو ابن سعيد أنهه سمع أباه ي بن إبراهيم حدهثنا عبد الله خبرنا المك

عل صلهى الله ث عن ابن عبهاس قال قال رسول الله ة يحد حه يه وسلهم إنه الص

مغبون فيهما كثير من النهاس والفراغ نعمتان من نعم الله

Telah mengabarkan kepada kami [Al Makki bin Ibrahim] telah menceritakan

kepada kami [Abdullah] ia adalah Ibnu Sa'id, bahwa ia mendengar [ayahnya]

menceritakan dari [Ibnu Abbas] ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: "Sesungguhnya kesehatan dan waktu luang adalah dua

kenikmatan dari kenikmatan-kenikmatan Allah yang sering dilalaikan oleh

kebanyakan manusia." (H.R. Ad. Darimi).

Dalam keterangan hadist yang lain, Rasulullah saw bersabda:

عليه وسلهم اللههمه إن ي أعوذ بك صلهى: الله قال كان من دعاء رسول الله

ل عافيتك وفجاءة من زوال نعمتك وتح نقمتك وجميع سخطك و

“Rasulullah saw berdo’a: Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari

kehilangan nikmat karunia-Mu, dari perubahan kesehatan yang telah Engkau

berikan, mendadaknya balasan-Mu, dan dari segala kemurkaan-Mu”. (H.R.

Muslim)

Islam sangat memperhatikan soal kesehatan dengan cara antara lain

mengajak dan menganjurkan untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 19

yang telah dimiliki setiap orang. Anjuran menjaga kesehatan itu bisa

dilakukan dengan tindakan preventif (pencegahan) dan kuratif (pelenyapan

penyakit atau pengobatan). Secara preventif, perhatian Islam terhadap

kesehatan ini bisa dilihat dari anjuran sungguh-sungguh terhadap

pemeliharaan kebersihan (Nismal, 2018).

Anjuran menjaga kesehatan gigi dan mulut sering dikaitkan dengan

kebersihan. Menjaga kesehatan sedikit banyaknya dapat dilakukan dengan

menjaga kebersihan itu sendiri.2 Dalam terminologi Islam, masalah yang

berhubungan dengan kebersihan disebut al-Taharat. Dari sisi pandang

kebersihan dan kesehatan, al-taharat merupakan salah satu bentuk upaya

preventif, berguna untuk menghindari penyebaran berbagai jenis kuman dan

bakteri. Menjaga kebersihan melibatkan banyak hal yang dilakukan secara

rutin setiap hari. Diantaranya adalah dengan menyikat gigi, berkumur, dan

menggunakan pembersih mulut (Al-Qaradhawi, 2007).

Bersuci merupakan setengah dari iman sebagaimana disebutkan dalam hadist

Nabi:

عليه وسلهم الطهور صلهى الله قال قال رسول الله عن أبي مالك الشعري

يمان شطر ال

Dari Abi Malik al-Asy’ari, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam bersabda: "Bersuci adalah setengah dari iman...” (H.R. Muslim)

Anjuran untuk memperhatikan kebersihan banyak terdapat pada ayat Al-

Quran dan hadits, baik secara khusus atau yang terkait langsung dengan syarat

sahnya ibadah, juga menggalakkan kebersihan dan menganjurkan agar

menjadi umat yang membiasakan hidup bersih, sebagaimana dinyatakan

dalam ayat Al-Quran (Zuhroni, 2003):

Allah Ta’ala berfirman:

يحب التو رين إن الل ابين ويحب المتطه

“…sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai

orang-orang yang mensucikan diri” (QS. al-Baqarah (2):222)

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 20

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman:

رينفيه رجال يحبون أن يتطهروا والل يحب المطه

“….di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah

menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. al-Taubat (9):108)

Mulut merupakan tempat pertama dimana peluang penyakit dapat terjadi,

karena mulut adalah tempat yang hangat dan lembab sehingga baik untuk

penyebaran bakteri. Kebersihan mulut berpengaruh terhadap kesehatan. (Al-

Qaradhawi, 2007).

Di dalam Islam Rasulullah saw juga telah menganjurkan umatnya untuk

menjaga kebersihan gigi dan mulut. Salah satu rukun berwudhu adalah

dengan berkumur-kumur untuk menjaga kebersihan mulut (Al-Qaradhawi,

2007). Perintah berkumur-kumur disebutkan dalam sejumlah hadits, di

antaranya dalam hadits Luqaith bin Shabrah:

أت فمضمض إذا توضه

"Apabila kamu berwudhu, maka berkumur-kumurlah." (H.R. Abu Dawud, al-

Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah. Dinukil dari Shahih Fiqih Sunnah:

1/151. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani.)

Apabila telah selelai makan dan hendak menunaikan shalat, maka dianjurkan

untuk berkumur-kumur sebagaimana disebutkan dalam hadist:

بن مسلمة عن مالك عن يحيى بن سعيد عن بشير بن يسار حدهثنا عبد الله

ع صلهى الله ليه وسلهم عام أنه سويد بن النعمان أخبره أنهه خرج مع النهبي

هباء وهي من أدنى خيبر صلهى العصر ثمه دعا خيبر حتهى إذا كنها بالصه

ي فأكل وأكلنا ثمه قام إلى بالزواد فلم يؤت إله بالسهويق فأمر به فثر

أ المغرب فمض مض ومضمضنا ثمه صلهى ولم يتوضه

Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Maslamah] dari [Malik] dari

[Yahya bin Sa'id] dari [Busyair bin Yasar] bahwa: “[Suwaid bin An Nu'man]

mengabarkannya bahwa dia pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu

'alaihi wasallam ketika perang Khaibar, ketika mereka sampai di Shahba'

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 21

yaitu pinggiran Khaibar, beliau mengerjakan shalat 'Ashar. Setelah itu

beliau minta perbekalan, namun beliau tidak diberi kecuali makanan yang

terbuat dari tepung. Maka beliau memintanya lalu memakannya dan kami

pun ikut memakannya. Setelah itu beliau berdiri untuk melaksanakan shalat

Maghrib, beliau berkumur-kumur, dan kami juga berkumur-kumur, lalu

mengerjakan shalat tanpa berwudlu' lagi." (H.R. Al-Bukhari)

Dari hadist di atas dapat ditarik hikmahnya bahwa Islam sangat

memperhatikan setiap detail dari kehidupan manusia, bahkan sampai dengan

menjaga kebersihan mulut. Sebagaimana telah Rasulullah saw contohkan

setelah beliau memakan sesuatu dan hendak shalat, beliau berkumur-kumur

terlebih dahulu. Selain untuk menjaga ke sah-an shalat dari sisa-sisa makanan

yang masih terdapat di dalam mulut, hal ini juga menunjukkan bahwa

kebersihan adalah hal yang penting.

2.4.2. Upaya perawatan gigi dan mulut dalam pandangan Islam

Kebersihan jasmani adalah bebas dari kotoran ataupun penyakit termasuk

bebas dari penyakit rongga mulut/gigi. Seseorang akan merasa malu bila

terlihat kotor jasmaninya karena akan dianggap sebagai orang yang tidak

memperhatikan kebersihan dirinya, sedangkan untuk kebersihan rohani tidak

ada orang lain yang tahu selain diri sendiri. Menjaga kebersihan atau kesucian

rohani adalah salah satu cara mengukur potensi kepedulian masyarakat untuk

menerapkan niat dan motivasi dalam menjalankan kehidupan yang nyaman

dan juga menjadi bentuk perwujudan keteguhan iman seseorang kepada Allah

SWT (Thawil, 2011).

Beberapa hadits Nabi SAW. yang berkaitan dengan kebersihan antara

lain seperti yang diriwayatkan oleh Al-Tirmizi, yang pada intinya

menyatakan bahwa kebersihan, kesucian dan keindahan adalah sesuatu yang

disukai oleh Allah SWT. Sehingga apabila manusia melakukan perbuatan

yang disukai tentu akan mendapatkan nilai pahala dariNya dan salah satu

caranya adalah selalu menjaga kebersihan di semua tempat atau lingkungan

berada (Thawil, 2011).

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 22

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yaitu:

“Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah

SAW. : Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci,

Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai

kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu

bersihkanlah tempat-tempatmu” (AT. Tirmizi)

Dalam hal menjaga kebersihan bukan saja bersih fisik atau badan saja

tetapi meliputi kebersihan jiwa atau rohani. Sebagai manusia yang taat

seharusnya melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah SWT, seperti

yang tergambar dalam hadits Rasul riwayat Muslim yang maknanya adalah

menjaga kebersihan merupakan salah satu bentuk keimanan kepada Allah

SWT (Thawil, 2011). Rasulullah SAW. bersabda :

“Diriwayatkan dari Malik Al Asy’ari dia berkata, Rasulullah saw.

bersabda : Kebersihan adalah sebagian dari iman dan bacaan hamdalah

dapat memenuhi mizan (timbangan), dan bacaan subhanallahi

walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi, dan shalat adalah cahaya

dan shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan Al Quran adalah

pedoman bagimu. Setiap manusia pada waktu pagi hari, hakekatnya harus

memperjual belikan dirinya. Ada kalanya ia laba ( selamat dari maksiat) dan

ada kalanya rugi (terseret maksiat)” (HR. Muslim)”

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 23

Menurut ahli medis, pengobatan terdiri atas dua bentuk, yaitu

pencegahan dan penyembuhan. Dari sisi fungsi obat digunakan untuk

mengurangi, menghilangkan penyakit, atau menyembuhkan penyakit. Dalam

Islam, berobat termasuk tindakan yang dianjurkan (Zuhroni, 2003). Berbagai

riwayat menunjukkan jika Nabi pernah berobat untuk dirinya sendiri, serta

menyuruh keluarga dan para sahabatnya agar berobat ketika sakit. Pesan yang

terdapat dalam hadits-hadits tentang berobat adalah jika dalam keyakinan

Islam proses penyembuhan terhadap suatu penyakit selain berdasarkan

hukum kausalitas atau sunnatullah, hukum atau keteraturan ciptaan Allah

SWT, juga karena turun dan campur tangan dari Tuhan. (Zuhroni, 2003).

Mengutip ucapan Nabi Ibrahim yang menyebutkan:

“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku” (Al-

Syu’ara’ (26):80).

Ayat di atas menekankan agar orang yang sakit mengupayakan sehat

sebagai anjuran agama. Dalam menafsirkan ayat ini, Al-Dzahabi menyatakan,

bahwa tindakan upaya penyembuhan penyakit secara medis merupakan

perbuatan baik dan terpuji. Ini juga sesuai dengan pesan Nabi lakukanlah

penyembuhan secara medis. Pada zaman Nabi telah menggunakan berbagai

metode pengobatan untuk kesembuhan. Sejalan dengan perkembangan ilmu

kedokteran yang ada Nabi mengizinkan menggunakan sebagai bukti Islam

mendukung ilmu pengetahuan, termasuk disiplin ilmu tentang kedokteran

(Zuhroni, 2003).

Islam mengajarkan untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Anjuran ini menunjukkan bahwa kebersihan gigi termasuk hal yang penting,

semua yang diajarkan dalam Islam mempunyai tujuan yang baik dilihat dari

sisi kesehatan jasmani, terlebih lagi kalau ditinjau dari sisi rohani karena

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 24

semua hal untuk menjadikan manusia sehat dan memiliki iman yang teguh

(Thawil, 2011).

Ajaran untuk menjaga kebersihan gigi terdapat dalam hadits Nabi SAW

yang intinya mengingatkan agar manusia selalu dalam keadaan bersih

sebelum melakukan ibadah wajib (shalat) (Thawil, 2011).

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi SAW telah bersabda: “Sekiranya

arahanku tidak akan memberatkan orang mukmin, niscaya aku akan

memerintahkan mereka bersiwak (menggosok gigi) setiap kali hendak

mendirikan shalat”. (H.R. al-Bukhari dan Muslim).

Hadits ini menegaskan betapa pentingnya manusia menjaga kebersihan

(gigi) demi menghindarkan dari berbagai penyakit, namun ada kekhawatiran

dari Nabi SAW dilihat bahwa hadits ini akan memberatkan umat Islam

sehingga beliau tidak mewajibkannya walaupun dalam kehidupan sehari-hari

beliau menggosok gigi beberapa kali. Beberapa tuntunan perilaku Nabi SAW

dalam menjaga kebersihan rongga mulut antara lain ialah Nabi SAW

menyikat gigi 3 kali setiap malam, 1 kali sebelum tidur, 1 kali ketika Nabi

bangun untuk membaca Al-Qur’an dan sekali lagi sebelum pergi ke masjid

untuk melaksanakan salat subuh. Adapun alat yang digunakan Nabi untuk

menyikat gigi adalah ranting kayu Arak/siwak sebagaimana disampaikan oleh

Malaikat Jibril. Bahkan setiap akan memasuki rumah Nabi membersihkan

gigi dengan menggunakan siwak terlebih dahulu. Para sahabat

menggambarkan keadaan gigi Nabi SAW adalah giginya teratur rapi,

walaupun agak jarang tetapi selalu bersih berkilau (Thawil, 2011).

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 25

2.4.3. Perawatan ortodonti dalam pandangan Islam

Allah SWT memerintahkan untuk mempelajari secara global dan

mengenali diri secara fisik biologis sebagai media peningkatan iman dan

memenuhi kebutuhan setiap individu dalam menyelamatkan, memperbaiki dan

menjaga hidupnya. Ilmu kedokteran pada umumnya juga bertujuan untuk

menghilangkan kemadharatan.(Khalil, 2018)

Anjuran menjaga kesehatan itu bisa dilakukan dengan tindakan preventif

(pencegahan) dan kuratif (pelenyapan penyakit atau pengobatan).10 Perawatan

ortodonti lepasan merupakan perawatan kuratif. Menurut ulama, penggunaan

alat ortodonti lepasan dengan tujuan untuk memperbaiki cacat atau kerusakan

pada gigi sehingga gigi dapat berfungsi dengan baik dan terhindar dari penyakit

yaitu diperbolehkan (halal) (Khalil, 2018).

Keahlian medis dalam masalah merapikan gigi yang dikenal dengan

istilah ortodonti (ortodontics) merupakan nikmat Allah SWT kepada umat

manusia untuk mengembalikan kepada fitrah penciptaannya yang paling indah

(fi ahsani taqwim) yang patut disyukuri dengan menggunakannya pada

tempatnya dan tidak disalahgunakan untuk memenuhi nafsu insani yang kurang

bersyukur. Oleh karena itu Islam sangat memuliakan ilmu kesehatan dan

kedokteran sebagai alat merawat kehidupan dengan izin Allah SWT (Zuhroni,

2003).

Salah satu kelainan yang harus diperbaiki pada kasus ortodonti adalah

oklusi yang abnormal. Oklusi yang abnormal ditandai dengan tidak benarnya

hubungan antar lengkung di setiap bidang spasial atau anomali abnormal dalam

posisi gigi (Harty FJ dan Ongston R, 2012). Penyebab maloklusi adalah faktor

keturunan maupun kebiasaan buruk seseorang ketika masih kecil. Maloklusi

yang parah dapat menyebabkan gangguan pada saat proses pengunyahan

makanan, cara berbicara bahkan sampai permasalahan pada pernafasan.

Sehingga maloklusi ini dikategorikan sebagai kelainan atau penyakit yang

harus diobati dengan obat dan terapi yang tepat.

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 26

Rasulullah bersabda,

“Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah tidak

meletakkan suatu penyakit kecuali dia juga telah meletakkan obat

penyembuhnya, selain penyakit yang satu, yaitu penyakit tua.” (HR. Ahmad,

Ibnu Hibban dan al-Hakim dari Usamah ibnu Syuraih).

Dari hadits yang menganjurkan berobat, paling kurang anjuran tersebut

bernilai sunnah. Ia menambahkan, jika penyakitnya secara medis dapat

disembuhkan hukumnya bisa sunnah atau wajib, tapi jika sudah jelas tidak

dapat diharapkan sembuhnya sesuai hasil diagnosis orang-orang yang benar-

benar ahli/pakarnya dalam bidang terkait, maka tak seorang ulama pun yang

mengatas namakan sunnah, apalagi mewajibkannya (Zuhroni, 2003).

Hadits yang menganjurkan berobat, paling kurang anjuran tersebut

bernilai sunnah. Selain itu, jika penyakitnya secara medis dapat disembuhkan

hukumnya bisa sunnah atau wajib, tapi jika sudah jelas tidak dapat diharapkan

sembuhnya sesuai hasil diagnosis orang-orang yang benar-benar ahli/pakarnya

dalam bidang terkait, maka tak seorang ulama pun yang mengatas namakan

sunnah, apalagi mewajibkannya (Setiawan, 2003).

Maksud hadits tersebut adalah, apabila seseorang diberi obat yang

sesuai dengan penyakit yang dideritanya, dan waktunya sesuai dengan yang

ditentukan oleh Allah, maka dengan seizin-Nya orang sakit tersebut akan

sembuh. Dan Allah akan mengajarkan pengobatan tersebut kepada siapa saja

yang Dia kehendaki. Ini juga berdasarkan pada pesan Nabi: “lakukanlah

penyembuhan secara medis” (Zuhroni, 2003).

Tujuan utama perawatan ortodonti adalah memperbaiki susunan dan

kedudukan gigi-geligi untuk mendapatkan hubungan gigi-geligi (fungsi oklusi)

yang stabil, perbaikan pengunyahan, keseimbangan otot dan keserasian

estetika wajah yang harmonis. Secara umum perawatan ortodontik bertujuan

memperbaiki kehidupan pasien dengan mengatasi kesulitan psikososial yang

berhubungan dengan penampilan wajah dan gigi (Gill, 2008).

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 27

Sama halnya orang yang menderita kelainan gigi tersebut adalah seperti

mendapat penyakit yang dapat mengancam masa depan hidupnya,

mengganggu akfitas sehari-hari bahkan mengganggu kenyamanan lingkungan.

Sehingga sebisa mungkin harus dihilangkan penyakit tersebut. Dampak

tersebut meliputi dampak negatif pada fisik maupun psikologi. Nabi SAW pun

memerintahkan kita untuk senantiasa berobat agar terhindar dari segala

marabahaya yang diakibatkan oleh penyakit (Sulaiman, 2008).

Perawatan ortodonti lepasan dapat dilakukan pada anak-anak dan remaja.

Perawatan ini merupakan perawatan pencegahan maupun perawatan untuk

memperbaiki ketidakteraturan bentuk, lengkung gigi, dan ketidakharmonisan

antara gigi dan wajah sehingga menghasilkan gigitan yang sehat dan fungsional

sejak usia dini (Nismal, 2018).

Pada dasarnya, semua ciptaan Allah adalah baik, Allah melarang untuk

mengubah bentuk yang telah Allah anugerahkan kepada manusia (Nismal,

2018). Rasulullah bersabda,

Allah melaknat wanita-wanita yang membuat tato, meminta ditato, mencabuti

alis dan memperbaiki susunan giginya untuk mempercantik diri, yang telah

merubah ciptaan Allah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Sehingga perawatan ortodonsia yang dibolehkan dalam Islam adalah

perawatan ortodonsia yang memiliki indikasi medis. Tidak semata-mata karena

estetika saja. Misalnya pada gigi yang tonggos atau maju, maka hal ini

terhitung penyakit dan mengganggu fungsional gigi dan mulut seperti

terganggunya pelafalan makhraj huruf yang kurang tepat (Nismal, 2018).

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 28

2.4.4. Penggunaan bahan dalam perawatan gigi dan mulut dalam pandangan

Islam

Islam mengajarkan prinsip keyakinan bahwa penyakit merupakan takdir

Allah kepada seseorang, sehingga harus disikapi dengan sabar. Namun pada

saat yang sama, diperintahkan pula untuk berobat. Dengan demikian berobat

merupakan bagian dari melaksanakan perintah agama, sehingga oleh

karenanya harus dengan cara yang halal. Kehalalan tersebut mencakup

metode terapi, obat-obatan, maupun bahan yang digunakan, terdapat cukup

banyak dalil-dalil shahih dari Nabi Muhammad SAW. tentang hal tersebut

(Astiwara, 2018).

Dari Jabir bin Abdullah radhiallahuanhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan

penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa

Ta‟ala.” (HR. Muslim)

Terdapat pula sejumlah dalil yang menunjukkan larangan berobat dengan

yang haram. Hal ini menjadi prinsip dasar bagi para fuqaha dan dokter-dokter

Muslim dalam menjalankan profesi mereka (Fatwa MUI, 2018). Diantara

dalil-dalil tersebut ialah:

“Sesungguhnya Thariq bin Suwaid al-Ju’fiy R.A bertanya kepada Nabi

SAW tentang Khamr, kemudian Nabi melarangnya untuk membuatnya.

Kemudian dia berkata: sesungguhnya saya membuatnya untuk obat.

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 29

Kemudian Nabi SAW bersabda: “Sesunggunya (khamar) itu bukan obat,

melainkan penyakit”. (HR. Muslim)

Dari Abud Darda’, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam bersabda,

“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, dan Dia

menjadikan setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, dan jangan

kalian berobat dengan yang haram” (HR. Abu Daud).

Dalam Fatwa MUI Nomor 30 Tahun 2013 tentang Obat dan Pengobatan.

Ketentuan Hukum (Fatwa MUI, 2018):

1) Islam mensyariatkan pengobatan karena ia bagian dari perlindungan dan

perawatan kesehatan yang merupakan bagian dari menjaga Al-

Dharuriyat Al-Kham (lima pokok substansi ajaran agama yang meliputi

dîn (agama), jiwa, keturunan, akal dan harta).

2) Dalam ikhtiar mencari kesembuhan wajib menggunakan metode

pengobatan yang tidak melanggar syariat.

3) Obat yang digunakan untuk kepentingan pengobatan wajib

menggunakan bahan yang suci dan halal.

4) Penggunaan bahan najis atau haram dalam obat-obatan hukumnya

haram.

5) Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk pengobatan

hukumnya haram kecuali memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Digunakan pada kondisi keterpaksaan (al-dlarurat), yaitu kondisi

keterpaksaan yang apabila tidak dilakukan dapat mengancam jiwa

manusia, atau kondisi keterdesakan yang setara dengan kondisi

darurat (al-hajat allati tanzilu manzilah al-dlarurat), yaitu kondisi

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 30

keterdesakan yang apabila tidak dilakukan maka akan dapat

mengancam eksistensi jiwa manusia di kemudian hari;

b. Belum ditemukan bahan yang halal dan suci; dan

c. Adanya rekomendasi paramedis kompeten dan terpercaya bahwa

tidak ada obat yang halal.

6) Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk pengobatan luar

hukumnya boleh dengan syarat dilakukan pensucian.

Berobat dengan zat yang haram adalah haram hukumnya, kecuali tidak

ada obat lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keharaman itu dapat

ditepis ketika sangat diperlukan saja (Astiwara, 2018).

Keberhasilan dalam tindakan medik tergantung pada pemakaian bahan

atau biomaterial pada ilmu kedokteran gigi. Berbagai bahan yang digunakan

dalam kedokteran gigi yang dapat digunakan bagi manusia harus memenuhi

persyaratan sebagai biomaterial (aman bagi manusia). Batasan penggunaan

biomaterial kedokteran gigi yaitu (Zuhroni, 2003):

a) Biokompatibel atau aman bagi manusia,

b) Tidak termasuk bahan yang diharamkan

c) Dampak yang didapatkan

d) Caranya tidak berbenturan dengan syariat Islam

Bahan yang terkandung dalam basis piranti ortodonti lepasan terdiri dari

cairan dan bubuk yang mengandung senyawa kimiawi. Komposisi yang

terkandung pada basis ortodonti lepasan dengan akrilik heat cure yaitu:

● Bubuk:

1. PMMA (Polimetil metakrilat)

2. Hidroquinone

● Cairan:

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 31

1. MMA (Metil metakrilat)

2. Plasticizer

3. Pewarna

4. Benzoil

5. Peroksida

Komposisi yang terkandung dalam basis ortodonti lepasan dengan bahan self

cure yaitu:

● Bubuk:

1. PMMA (Polimetal metakrilat)

2. Hidroquinone

3. Akselerator

● Cairan:

1. MMA (Metil metakrilat)

2. Plasticizer

3. Pewarna

4. Benzoil

5. Peroksida

Komposisi dari bahan basis ortodonti lepasan mengandung senyawa-senyawa

kimiawi untuk dapat polimerisasi membentuk basis akrilik ortodonti lepasan.

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Piranti

Universitas YARSI 32

2.5 Kerangka teori

Gambar. Kerangka teori penelitian (Singh, 2015; Dinnie dkk., 2017; Maharetta

dkk., 2015).

Maloklusi

Piranti ortodonti

lepasan Piranti ortodonti

cekat

Komponen

retentif Basis

akrilik

Komponen

aktif

Komponen

penjangkaran

Heat cure Self cure