bab 2 tinjauan pustaka 2.1 sirih merah (piper...

18
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatum) Sirih merah (Piper crocatum) merupakan jenis sirih yang merambat dan banyak tumbuh di daerah tropis khususnya Indonesia. Tumbuhan sirih dikenal sebagai antiseptik sejak 600 SM. Sirih termasuk famili piperaceae yang merambat dan bersandar di batang pohon lain (Duryatmo, 2005). Pada tahun 1990-an sirih merah difungsikan sebagai tanaman hias, karena penampilannya yang menarik. Permukaan daunnya merah keperakan dan mengkilap. Pada beberapa tahun terakhir ini ramai dibicarakan dan dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Gambar 2.1 Sirih Merah (Piper crocatum) (dikutip dari wikipedia.com) 2.1.1 Klasifikasi Sirih merah merupakan salah satu spesies dari keluarga piperaceae, dengan sistematika sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Upload: phamhuong

Post on 13-May-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sirih Merah (Piper crocatum)

Sirih merah (Piper crocatum) merupakan jenis sirih yang merambat dan

banyak tumbuh di daerah tropis khususnya Indonesia. Tumbuhan sirih dikenal

sebagai antiseptik sejak 600 SM. Sirih termasuk famili piperaceae yang

merambat dan bersandar di batang pohon lain (Duryatmo, 2005). Pada tahun

1990-an sirih merah difungsikan sebagai tanaman hias, karena penampilannya

yang menarik. Permukaan daunnya merah keperakan dan mengkilap. Pada

beberapa tahun terakhir ini ramai dibicarakan dan dimanfaatkan sebagai tanaman

obat.

Gambar 2.1 Sirih Merah (Piper crocatum) (dikutip dari wikipedia.com)

2.1.1 Klasifikasi

Sirih merah merupakan salah satu spesies dari keluarga piperaceae,

dengan sistematika sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

6

Order : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Species : Piper crocatum (Vossen, 2000)

2.1.2 Morfologi

1. Habitus

Tanaman ini diketahui tumbuh di berbagai daerah di Indonesia, seperti di

lingkungan Keraton Yogyakarta dan di lereng Merapi sebelah timur, serta di

Papua, Jawa Barat, Aceh dan beberapa daerah lainnya. Tanaman sirih merah

tergolong langka, karena tidak tumbuh disetiap tempat atau daerah. Sirih merah

tidak dapat tumbuh di daerah panas, di tempat berhawa dingin sirih merah dapat

tumbuh dengan baik. Jika terlalu banyak terkena sinar matahari batangnya cepat

mengering, warna merah daunnya bisa menjadi pudar, buram, dan kurang

menarik. Tanaman sirih merah akan tumbuh baik jika mendapatkan 60-70 %

cahaya matahari (Sudewo, 2005).

2. Daun

Karakter morfologi daun sirih merah dengan nama ilmiah Piper crocatum

adalah mempunyai bentuk daun yang cukup bervariasi antara daun muda (fase

muda) dan daun pada cabang yang akan menghasilkan alat reproduksi (fase

dewasa). Saat muda umumnya mempunyai bentuk daun menjantung dan

membulat seperti telur dan pada fase dewasa (siap menghasilkan alat reproduksi)

terjadi perubahan bentuk daun dari membulat menjadi seperti berbentuk telur.

Daun tunggal dan kaku, permukaan helaian daun bagian atas rata agak cembung,

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

7

mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung dengan pertulangan

daun yang menonjol, panjang daun 6,1–14,6cm, lebar daun 4–9,4cm, warna dasar

daun hijau pada kedua permukaannya, bagian atas hijau dengan garis-garis merah

jambu kemerahan, permukaan bagian bawah hijau merah tua keunguan. Tangkai

daun hijau merah keunguan, panjang 2,1–6,2 cm, pangkal tangkai daun pada

helaian daun agak ketengah sekitar 0,7–1 cm dari tepi daun bagian bawah (Inggit

dkk, 2011).

3. Batang

Tumbuhan merambat atau menjalar, panjangnya dapat mencapai sekitar 5-

10m, batang bulat, hijau merah keunguan, beruas dengan panjang ruas 3-8cm,

pada setiap buku tumbuh satu daun (Inggit dkk, 2011).

2.1.3 Kandungan Kimia

Komposisi senyawa ekstrak etanol 70% daun sirih merah berdasarkan

analisis GC-MS (Gas Chromatogrpahy Mass Spectrometry) dapat dilihat pada

tabel 2.1. Hasil kromatogram tersebut diolah dengan database perangkat lunak

menunjukan komponen senyawa ekstrak etanol 70% daun sirih merah terdiri dari

golongan asam lemak, terpenoid, flavonoid, steroid, alkaloid, pirimidin, minyak

atsiri, polifenol, dan vitamin E. Terdapat beberapa senyawa yang memiliki

kesesuaian rendah dengan database kemungkinan disebabkan oleh karena databse

tidak mempunyai data-data kromatogram yang sesuai dengan ekstrak (Alfarabi,

2010).

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

8

Tabel 2.1 Komposisi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum) 70%

(Alfarabi, 2010)

Waktu retensi

(Menit)

Area

(%)

Nama Kesesuaian

(%)

9.87 1.80 Asam miristat (asam lemak) 98

11.68 1.78 Fitol (terpenoid) 91

12.07 6.13 Asam linolenat (asam lemak) 91

12.28 1.93 Asam stearat (asam lemak) 99

21.15 1.81 Mirisetin (flavonoid) 43

22.05 2.06 Pirazol (minyak atsiri) 25

23.56 4.96 2,4,6(1H,3H,5H)-pyrimidinetrione

(pirimidin)

59

23.87 2.67 Naftalena (minyak atsiri) 46

24.03 4.05 2,4,6(1H,3H,5H)-pyrimidinetrione

(pirimidin)

59

24.89 12.19 Stilben (polifenol) 30

26.12 4.52 Metyhl (25R)-5-oxo-A-nor-3,5-

secospirostan-3oate (stereoid)

90

27.20 44.69 4,4-stilbendiamin (polifenol) 60

28.42 1.53 Pirimidin 44

28.85 1.83 4-Allyloxy-6mehoxy-N.N-dimethyl-

1,3,5-triazin-2-amine (alkaloid)

91

34.46 1.65 Vitamin E 99

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

9

Selain itu telah dilakukan uji identifikasi kandungan kimia ekstrak etanol

daun sirih merah dan didapatkan bahwa sirih merah mengandung alkaloid,

saponin, flavonoid dan polifenolat (Yulias dkk, 2011). Daun sirih merah

mengandung nilai nutrisi yang dibutuhkan untuk peningkatan proses

penyembuhan, misalnya vitamin A dan C (Prahastuti, 2004). Namun, belum

terdapat penelitian yang menyebutkan berapa persen kadar saponin, vitamin A dan

C yang terdapat di dalam sirih merah.

Uraian beberapa kandungan kimia daun sirih merah adalah sebagai berikut:

a. Polifenol

Polifenol merupakan senyawa yang memiliki subkomponen berupa

fenol. Fenol sendiri dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan unit basanya dan

subkomponen fenolnya. Polifenol dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan unit

basanya yaitu asam gallat, flavon dan asam sinamat. Masing-masing senyawa

tersebut berbeda mulai dari struktur sampai sifat aktivitas dan fungsinya

(Astawan, 2008).

Flavonoid merupakan salah satu senyawa golongan terbesar dalam

polifenol. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila

ditambah basa atau ammonia (Sesty, 2007). Flavonoid diketahui mempunyai efek

antioksidan yang kuat dengan cara menghambat oksidasi lipid. Komposisinya

mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan membran sel untuk

melindungi dari radikal bebas (Saija, 1995). Flavonoid berperan dalam proses

antiinflamasi yaitu dengan cara mempersingkat waktu inflmasi sehingga proses

proliferasi dapat terjadi (Indraswari, 2011). Flavonoid juga berfungsi sebagai

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

10

antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein

ekstraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri (Cowan, 1999).

b. Alkaloid

Alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau

lebih atom N, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik.

Alkaloid biasanya tanpa warna, kebanyakan berbentuk kristal, hanya sedikit yang

berupa cairan. Senyawa alkaloid dapat dideteksi dengan pereaksi dragendorf

(Setsy, 2007). Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme

yang diduga adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan

pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan

menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson, 1991).

c. Tanin

Tanin mempunyai efek antibakteri dengan cara dapat mengkerutkan

dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri.

Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup

sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati (Ajizah, 2004).

d Saponin

Saponin tidak larut dalam pelarut non-polar, paling cocok diekstraksi

dengan etanol atau metanol 70-96 (Sesty, 2007). Saponin adalah salah satu

senyawa yang memacu pembentukan kolagen, yaitu protein struktur yang

berperan dalam penyembuhan luka (Chandel, 1979). Saponin juga diketahui dapat

meningkatkan kepadatan fibroblas dengan aktifasi TGF-β (Kanzaki, 1998).

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

11

e. Minyak Atsiri

Minyak atsiri yang aktif sebagai antibakteri pada umumnya mengandung

gugus fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil. Turunan fenol berinteraksi dengan sel

bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar

rendah terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera

mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan

presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan

koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis (Parwata dkk, 2008).

f. Vitamin A, E dan C

Vitamin A berperan dalam proses penyembuhan luka yaitu dalam

pembentukan kolagen, diferensiasi sel epitel, dan meningkatkan imunitas.

Vitamin A juga mempercepat aktifasi makrofag ke daerah luka (Jeffcoate, 2004).

Vitamin C diketahui berperan penting sebagai penunjang kesembuhan melalui

kemampuannya dalam mempercepat regenerasi jaringan. yaitu ikut serta dalam

biosintesa kolagen. Vitamin C juga berfungsi menstimulir respon kemotaktik dan

proliferasi dari neutrofil serta transformasi limfosit (Kus, 1996). Sedangkan

vitamin E memiliki efek antioksidan, yaitu mencegah peroksidasi lipid dan

menghasilkan membran sel yang stabil (Douglas, 2003).

2.1.4 Khasiat

Sirih merah memiliki banyak manfaat dalam pengobatan tradisional,

mempunyai potensi menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Banyak pengalaman

menggunakan sirih merah dapat menurunkan asam urat, menurunkan tekanan

darah, mengobati hepatitis dan maag. Selain itu sirih merah dapat digunakan

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

12

sebagai antiseptik, serta memiliki efek hipoglikemik. Sirih merah juga dapat

digunakan sebagai obat untuk batuk, asma, radang tenggorokan, dan radang

hidung (Sulistyani dkk, 2007). Daun sirih merah juga bermanfaat bagi kesehatan

gigi dan mulut, antara lain: menghilangkan bau mulut, mengobati gusi berdarah

(radang pada gusi), obat sariawan, radang pada tenggorokan, gigi berlubang, dan

penghilang bengkak. Selain itu efek zat aktif yang terkandung dalam daun sirih

merah dapat merangsang saraf pusat dan daya pikir, serta memiliki efek

pencegahan ejakulasi dini, antikejang, antidiare, dan mempertahankan kekebalan

tubuh. Secara empiris ekstrak daun sirih merah dalam pemakaian secara tunggal

atau diformulasikan dengan tanaman obat lainnya mampu membasmi aneka

penyakit, seperti diabetes millitus, peradangan akut pada organ tubuh tertentu,

luka yang sulit sembuh, kanker payudara dan kanker rahim, leukimia, TBC,

radang pada lever (hepatitis), ambeien, jantung koroner, darah tingggi, dan asam

urat (Sudewo, 2005).

2.2 Uji Sitotoksisitas

Uji sitotoksisitas adalah bagian dari evaluasi bahan kedokteran gigi yang

diperlukan untuk prosedur skrining standar. Tujuannya adalah untuk mengetahui

efek toksik suatu bahan secara langsung terhadap kultur sel (Freshney, 2000).

Berikut adalah beberapa alasan mengapa dalam penelitian terdahulu lebih

banyak menggunakan metode in vitro dengan kultur sel:

1. Kultur sel dapat terpapar secara langsung oleh bahan yang diujikan,

sehingga kultur sel sangat sensitif terhadap bahan yang bersifat toksik.

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

13

2. Lingkungan pada kultur sel (pH, suhu, tekanan osmotik) lebih

terkontrol.

3. Respon terhadap sel hidup dapat langsung diamati.

4. Sampel lebih homogen.

5. Menghindari tekanan masyarakat terhadap hewan coba.

6. Dapat diukur secara kuantitatif.

Kekurangan metode in vitro dengan kultur sel, yaitu harus dilakukan

dalam kondisi aseptik, karena sel akan mati jika terkontaminasi mikroorganisme

(Freshney, 2000).

Pengujian efek biokompatibilitas pada tingkat awal dari material yang

digunakan pada kedokteran gigi untuk mengetahui toksisitas material yang diuji

menggunakan kultur sel. Toksisitas material yang diuji dihubungkan dengan sel

yang hidup. Apabila material yang diuji memberikan viabilitas sel hidup yang

tinggi, menunjukan bahwa material yang diuji tidak memberikan efek toksik,

begitu juga sebaliknya (Anita, 2005).

Salah satu syarat bahan yang digunakan dalam kedokteran gigi seharusnya

tidak toksik, tidak mengiritasi, dan harus mempunyai sifat biokompatibilitas atau

bahan yang diproduksi tidak boleh mempunyai efek yang merugikan terhadap

lingkungan biologis, baik lokal maupun sistemik. Salah satu metode untuk menilai

sitotoksisitas suatu bahan adalah dengan uji enzimatik menggunakan pereaksi

MTT. Paramater toksisitas berdasarkan CD50 artinya suatu bahan dikatakan toksik

apabila presentase sel hidup setelah terpapar bahan tersebut kurang dari 50%

(Telili dkk, 1999)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

14

Salah satu metode untuk menilai sitotoksisitas suatu bahan adalah dengan

uji enzimatik yang menggunakan perekasi MTT [3-(4,5-dimethyltiazol-2-yl)-2,5-

difeniltetrazolium bromide]. Uji ini banyak digunakan untuk mengukur proliferasi

selular secara kuantitatif atau untuk mengukur jumlah sel yang hidup (Fazwishni

dkk, 2000).

MTT adalah molekul larut yang dapat digunakan untuk menilai aktifitas

enzimatis seluler, didasarkan pada kemampuan sel hidup untuk mereduksi garam

MTT. Prinsip dari pewarnaan MTT adalah dengan pengubahan dari cincin

tetrazolium oleh karena aktifitas dari mitokondria pada sel hidup. Pada sel yang

mati tidak mengakibatkan perubahan dari cincin tetrazolium (Soenartyo dkk,

2003).

Mekanismenya adalah formazan garam tetrazolium akan direduksi di

dalam sel yang mempunyai aktifitas metabolik. Mitokondria sel hidup yang

berperan penting dalam hal ini adalah yang menghasilkan dehidroginase. Bila

dehidroginase tidak aktif karena efek sitotoksik, maka formazan tidak akan

terbentuk. Jumlah formazan yang terbentuk, proposional dengan aktifitas

enzimatik sel hidup (Craig, 2002).

Gambar 2.2 Reduksi MTT yang menghasilkan formazan

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

15

(dikutip dari biotek.com)

Produksi formazan dapat dihitung dengan melarutkan dan mengukur

densitas optik dari larutan yang dihasilkan. Reaksi warna biru keunguan

digunakan sebagai ukuran dari jumlah sel hidup. Semakin pekat warna biru

ungunya, semakin tinggi nilai absorbsinya, dan semakin banyak jumlah sel yang

hidup. Jumlah formazan yang dihasilkan dan kemudian diukur setelah dilarutkan

berbanding secara proposional dengan jumlah sel, walaupun absorbansi absolut

berbeda antara berbagai jenis sel. Makin pekat warnanya, makin tinggi nilai

absorbansinya, dan ini berarti makin banyak jumlah selnya (Fernandez dkk,

1995;Fazwishni dkk, 2000).

Uji sitotoksistas dengan esei MTT dapat digunakan untuk mengukur

proliferasi dan sitotoksisitas terhadap sel. Ujinya cukup positif, cepat,

semiotomatis, dan tidak menggunakan radioisotop. Uji ini berdasar kemampuan

sel hidup untuk mereduksi garam [3-(4,5-dimethyltiazol-2-yl)-2,5-

difeniltetrazolium bromide] (MTT). Reduksi garam tetrazolium terjadi intrasel dan

melibatkan enzim dari retikulum endoplasma dan mitokondria. Dengan demikian

jumlah sel yang hidup dapat diukur sebagai konsentrasi hasil produksi MTT

(Fazwishni dkk, 2000).

2.3 Proses Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka pada ulser pada dasarnya yaitu hampir sama

dengan proses penyembuhan luka pada kulit. Tahapan proses penyembuhan

meliputi proses keradangan, proliferasi, reepitalisasi, pembentukan jaringan

granulasi, angiogenesis, interaksi antara berbagai sel dan matriks, serta

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

16

remodelling jaringan (Goepel, 1992). Penyembuhan luka merupakan proses

pergantian sel yang rusak dengan sel yang baru, sehingga fungsi tubuh atau

jaringan akan pulih kembali dengan sempurna. Penyembuhan demikian disebut

regenerasi. Pada proses penyembuhan dari sel atau jaringan yang rusak akan

diganti dengan jaringan parut atau jaringan ikat (Sudiono dkk, 1995).

Pada fase inflmasi terjadi proses radang yang merupakan reaksi jaringan

hidup terhadap semua jejas. Hemostasis melibatkan konstriksi pembuluh darah,

kontraksi otot polos, agregasi tombrosit, koagulasi darah dan diikuti oleh

vasodilatasi yang disebabkan oleh adanya pelepasan histamin. Kemudian terjadi

aktivasi protombrin menjadi tombrin yang disebabkan oleh faktor-faktor

pembekuan darah, kemudian trombin akan mengaktivasi fibrinogen menjadi fibrin

dan platelet melepaskan mediator berupa PDGF (Platelet Derrived Growth

Factor), tromboksan dan prostaglandin yang akan menarik leukosit ke daerah

luka. Sel platelet melepaskan chemokines berupa growth factor (EGF/ Epithelial

Growth Factor, PDGF / Platelet Derived Growth Factor), fibrinogen, fibronektin,

serotonin dan komponen matriks ekstra seluler (Rosenberg,2006). Di dalam fase

inflmasi ini juga terdapat peningkatan permeabilitas pembuluh darah, dan terjadi

migrasi neutrofil dan monosit ke dalam jaringan (Douglas, 2003). Neutrofil

bertanggung jawab untuk menghancurkan bakteri dengan melakukan proses

fagositosis (Rosenberg, 2006). Pada hari ketiga setelah terjadi luka monosit

kemudian menggantikan fungsi neutrofil, dan kemudian disebut menjadi

makrofag apabila telah bermigrasi ke jaringan. Fungsi dari makrofag yaitu

melakukan fagositosis, membersihkan tempat yang terkontaminasi bakteri,

mengatur regulasi sintesa matriks melalui proses pelepasan growth factor platelet-

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

17

derived growth factor (PDGF), fibroblast growth factor (FGF), epidermal growth

factor (EGF) dan transforming growth factor-β (TGF-β), sitokin (TNF α / Tumor

Necroting Factor α, IL / Interlukin 1, 6, 8, IFN γ), enzim dan prostaglandin E2

untuk mengaktivasi sel dan angiogenesis (Rinastiti, 2003). Aktifasi makrofag saat

bermigrasi ke daerah yang mengalami keradangan diperlihatkan dalam bentuk

ukurannya yang bertambah besar, sintesis protein, mobilitas, aktifitas fagositik

dan kandungan enzim lisosom yang dimilikinya. Aktifasi ini diinduksi oleh

sinyal-sinyal, mencakup sitokin yang diproduksi oleh limfosit-T yang

tersensitisasi (IFN γ), endotoksin bakteri, berbagai mediator selama radang akut

dan protein matriks ekstrasel seperti fibronektin. Saat radang terjadi kronik,

makrofag dapat berakumulasi dan berproliferasi di tempat peradangan. Limfosit

yang teraktivasi akan mengeluarkan IFN γ yang akan mengaktivasi makrofag, dan

karena makrofag juga akan mengeluarkan IL-1 dan TNF yang akan mengaktivasi

limfosit, sehingga dengan demikian akan membentuk timbal balik antara

makrofag dan limfosit. Timbal balik tersebut menyebabkan makrofag akan

bertambah banyak di jaringan dan menyebabkan banyaknya jumlah makrofag di

daerah radang (Kumar dkk, 2000; Underwood 1999).

Pada fase proliferasi, sel fibroblas adalah salah satu faktor yang berperan

penting yaitu dengan berfungsi memproduksi kolagen dan protein Extracelullar

Matrix (ECM) yang merupakan komponen penting pada proses regenerasi atau

perbaikan luka. Aktivasi migrasi dan proliferasi fibroblas terjadi oleh karena

adanya pacuan dari molekul ECM serta growth factor. Fibroblast Growth Factor

(FGF), Transforming Growth Factor-beta (TGF-β), Platelet – Derivet Growth

Factor (PDGF) dan Epidermal Growth Factor (EGF) diketahui sebagai growth

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

18

factor yang bertanggung jawab terhadap migrasi dan proliferasi fibroblas

(Rinastiti, 2003). Pada tahap proliferasi ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblas

dan kolagen yang membentuk jaringan lunak, berwarna merah muda dan granuler

yang disebut jaringan granulasi. Secara mikroskopik jaringan granulasi terdiri dari

pembuluh darah kecil yang baru dibentuk dengan latar belakang jaringan kendir

dan mengandung fibroblas serta sel-sel radang (Robins and Kumar, 1995).

Pembentukan pembuluh darah yang baru disebut angiogenesis. Proses

angiogenesis diinduksi oleh TGF (Transforming Growth Facor), PDGF (Platelet

Derived Growth Factor), interlukin 8 dan VEGF (Vascular Endhothelial Growth

Factor) (Enoch and Price, 2004).

Tabel 2.2 Growth Factor dalam penyembuhan luka

Growth Factor Singkatan Asal Efek Epithelial Growth Factor

EGF Makrofag Kelenjar saliva Keratinosit .

Migrasi keratinosit, mitogen fibroblas dan keratinosit, membentuk jaringan granulasi

Transforming Growth Factor-alfa

TGF-α Makrofag Keratinosit Limfosit T

Proliferasi sel hepatosit dan epitel,

Hepatocyte Growth Factor

HGF Sel mesenkim Proliferasi sel epitel dan sel endotelial

Vascular Endhothelial Growth Factor

VEGF

Sel mesenkim

Permabilitas pembuluh darah, proliferasi sel endotelial, angiogenesis

Platelet Derived Growth Factor

PDGF Sel platelet Makrofag Sel endotelial Sel otot halus Keratinosit

Berperan dalam pembentukan jaringan granulasi, proliferasi sel fibroblas dan sel endotelial, memproduksi matriks

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

19

metalloproteinase dan fibronektin, Angiogenesis

Fibroblast Growth Factor 1 dan 2

FGF-1, -2 Makrofag Limfosit T Sel endotelial Sel fibroblas

Proliferasi sel fibroblas dan keratinosit, migrasi keratinosit, angiogenesis

Transforming Growth Factor-β

TGF-β Sel platelet Limfosit T Makrofag Sel endotelial Keratinosit Fibroblas

Pembentukan jaringan granulasi, sintesis TIMP, angiogenesis, proliferasi keratinosit, pembentukan jaringan fibrosa, kemotaksis fibroblas

Keratinocyte Growth Factor

KGF Fibroblas Migrasi, proliferasi dan diferensiasi keratinosit,

Fase terakhir dalam proses penyembuhan luka yaitu fase maturasi

(remodelling). Tujuan dari fase ini adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan

baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat. Fibroblas sudah mulai

meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringan berkurang dan

serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut.

Luka dikatakan telah sembuh apabila terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan

jaringan parut mampu atau tidak menganggu untuk melakukan aktifitas normal

(Samsuhidayat, 1997).

2.4 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau

lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat

diredam. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda,

memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus,

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

20

antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terbentuknya reaksi

radikal bebas (peroksida) dalam oksidasi lipid (Dalimartha dan Soedibyo, 1999).

Untuk kehidupannya, manusia maupun hewan tergantung pada oksigen.

Oksigen essensial berguna untuk kehidupan, bekerja melalui mekanisme reaksi

berurutan di dalam sel-sel tubuh, mempunyai batasan fungsi dan kemudian dapat

memberikan efek samping. Reaksi oksidasi yang lebih kompleks akan

menghasilkan radikal bebas, yang apabila tidak terdapat sistem antioksidan, akan

menghancurkan elemen vital sel-sel tubuh (Muchtadi, 2009). Berdasarkan sumber

perolehannya ada 2 macam antioksidan, yaitu antioksidan alami merupakan

antioksidan hasil ekstraksi bahan alami dan antioksidan buatan (sintetik) yang

merupakan antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia (Kochhar

and Rossell, 1990). Mekanisme antioksidan dalam menghambat oksidasi atau

menghentikan reaksi berantai pada radikal bebas dari lemak yang teroksidasi

dapat disebabkan oleh empat macam mekanisme reaksi yaitu:

1. Pelepasan hidrogen dari antioksidan

2. Pelepasan elektron dari antioksidan

3. Adisi lemak ke dalam cincin aromatik pada antioksidan

4. Pembentukan senyawa kompleks antara lemak dan cincin aromatik dari

antioksidan (Winarti, 2010).

Prinsip kerja dari antioksidan dalam menghambat otooksidasi pada lemak yaitu

oksigen bebas di udara akan mengoksidasi ikatan rangkap pada asam lemak yang

tidak jenuh, kemudian radikal bebas yang terbentuk akan beraksi dengan oksigen

sehingga akan menghasilkan peroksida aktif (Winarti, 2010).

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

21

2.5 Sel Fibroblas

Fibroblas adalah sel pembentuk kolagen dan badan interseluler. Di

samping merupakan kesatuan hidup dari jaringan ikat, fibroblas berperan aktif

dalam sintesa protein yang menjadi materi dasar untuk pembentukan bahan antar

sel yang berbentuk maupun amorf. Fibroblas merupakan sel yang besar, agak

memipih, seringkali agak berbentuk bulat panjang dan ovoid, disetai tonjolan-

tonjolan sitoplasma tumpul yang bercabang. Intinya lonjong menyerupai bentuk

dari selnya dapat diperlihatkan dengan beberapa cara pewarnaan, misalnya dengan

pembuatan sediaan bentangan jaringan ikat yang diwarnai dengan cat basa seperti

methylene blue, dilihat dengan mikroskop cahaya, sitoplasma fibroblas yang tercat

pucat pada pewarnaan ini seringkali meluas secara teratur dari badan sel dalam

bentuk tonjolan-tonjolan (Leeson, 1996).

Pembentukan kolagen oleh sel fibroblas dari protein yang didahului

dengan pembentukan prokolagen yang dihasilkan oleh retikulum endoplasma,

dibentuk di celah ekstra sel dari molekul kolagen berupa serabut kolagen yang

menyusun sesuai dengan susunan molekul (Bloom, 2002).

Gambar 2.3 Sel Fibroblas (dikutip dari rejuvenal.info)

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih Merah (Piper crocatumadln.lib.unair.ac.id/files/disk1/549/gdlhub-gdl-s1-2013-pelangicps...7 . mengkilat, permukaan helaian daun bagian bawah mencekung

22

Fibroblas mampu tumbuh dan bergenerasi seumur hidup apabila ada

rangsangan. Misalnya, penyembuhan luka pada jaringan yang beradang. Fibroblas

dapat merupakan gerakan merambat secara perlahan. Pada luka terbuka, fibroblas

melakukan proliferasi dan migrasi ke tempat luka, kemudian fibroblas mensekresi

matriks ekstraseluluer, dan akhirnya terbentuk jaringan parut yang menutup luka

(Leeson, 1996).

ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ... PELANGI C.P.S.