bab 2 tinjauan pustaka 2.1. pengertian kesehatan pada...
TRANSCRIPT
19
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kesehatan pada Lansia
2.1.1 Definisi Sehat
Menurut Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization
(WHO), sehat adalah keadaan sejahtera baik secara f isik, mental, dan
sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat.
a. Sehat Jasmani
Sehat j asmani a dalah kom ponen ut ama d alam m akna s ehat
sepenuhnya, b erbentuk sosok m anusia yang b erpenampilan kul it
bersih, m ata be rcahaya, rambut t ersisir r api, ke nakan pa kaian r api,
berotot, tak gemuk, nafas tak bau, selera makan baik, tidur nyenyak,
gesit serta semua manfaat fisiologi badan jalan normal.
b. Sehat Mental
Sehat Mental serta sehat jasmani senantiasa dikaitkan keduanya
dalam pe patah kuno M en S ana In C orpore S ano yang be rarti J iwa
yang s ehat ad a d idalam badan yang s ehat. A tribut s eseorang i nsan
yang mempunyai mental yang sehat yaitu seperti berikut :
Senantiasa merasa senang dengan apa yang ada pada dianya, tak
sempat m enyesal s erta k asihan p ada d irinya s endiri, s enantiasa
senang, e njoy s erta m engasyikkan da n t ak a da s inyal t anda konf lik
kejiwaan.
19
19
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
20
Bisa b ergaul d engan b aik serta b isa te rima kritik d an ta k
gampang tersinggung serta geram, senantiasa pengertian serta toleransi
pada keperluan emosi orang lain.
Bisa mengontrol diri serta tak gampang emosi dan tak gampang
takut, c emburu, t idak suka da n ha dapi s erta bi sa m erampungkan
persoalan dengan cara cerdik serta bijaksana.
c. Kesejahteraan Sosial
Batasan k esejahteraan s osial yang ad a d i t iap-tiap ar ea at au
negara s usah di ukur serta be nar-benar be rgantung pa da kul tur,
kebudayaan s erta t ingkat ke makmuran p enduduk s etempat. D alam
makna yang l ebih ha kiki, ke sejahteraan s osial yaitu s ituasi ke hidupan
berbentuk perasaan aman damai serta sejahtera, cukup pangan, sandang
serta pa pan. Dalam ke hidupan pe nduduk yang s ejahtera, pe nduduk
hidup t eratur s erta s enantiasa m enghormati ke butuhan or ang l ain d an
penduduk umum.
d. Sehat Spiritual
Spiritual a dalah kom ponen pe nambahan pa da pe ngertian s ehat
oleh WHO serta mempunyai makna utama dalam kehidupan keseharian
penduduk. T iap-tiap i ndividu but uh m emperoleh pe ndidikan r esmi
ataupun informal, pe luang untuk l iburan, mendengar a lunan lagu serta
musik, s iraman r ohani s eperti c eramah agama s erta yang l ain s upaya
berlangsung k eseimbangan j iwa yang d inamis s erta t ak m onoton
20
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
21
Sedangkan m enurut K amus B esar B ahasa Indonesia, s ehat adalah
keadaan seluruh badan serta bagian badan yang terbebas dari sakit.
Menurut UU Kesehatan No 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan
kesejahteraan d ari b adan, j iwa d an s osial yang memungkinkan s etiap
orang hi dup pr oduktif s ecara e konomi da n s osial. D ari ke tiga de finisi
diatas d apat di simpulkan ba hwa de finisi s ehat adalah s uatu ke adaan
fisik, m ental, da n s osial yang t erbebas d ari s uatu pe nyakit s ehingga
seseorang dapat melakukan aktivitas nya secara optimal.
2.1.2 Definisi Lansia
Usia l anjut at au l anjut usia ad alah s eseorang yang berusia 60
tahun a tau l ebih, yang s ecara fisik t erlihat b erbeda de ngan ke lompok
umur l ainnya ( Depkes RI, 2003) . Menurut W HO l ansia m erupakan
seseorang yang b erusia 65 t ahun ke atas unt uk Amerika Serikat d an
Eropa B arat. N egara A sia, l ansia ad alah s eseorang yang b erusia 6 0
tahun ke atas. Lansia s ebagai t ahap a khir s iklus ke hidupan m erupakan
tahap pe rkembangan no rmal yang akan di alami ol eh s etiap i ndividu
yang m encapai us ia l anjut da n m erupakan ke nyataan yang t idak da pt
dihindari.
Dikatakan l ansia t ergantung dari konteks kebutuhan yang t idak
dipisah-pisahkan. Konteks kebutuhan i tu dihubungkan secara biologis,
sosial dan ekonomi dan dikatakan usia lanjut dimulai paling t idak saat
puber da n p rosesnya b erlangsung s ampai ke hidupan de wasa ( Depkes
21
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
22
RI, 2000). Durmin dalam Arisman, 2007 m embagi dua kategori lansia
yaitu young elderly (67-74 tahun) dan older elderly (75 tahun).
Adapun ba tasan pe nduduk l ansia da pat di lihat da ri be rbagai
aspek yaitu aspek biologi, ekonomi, sosial dan batasan umur, yaitu:
a. Aspek Biologi
Aspek bi ologi pa da pe nduduk l ansia a dalah pe nduduk yang t elah
menjalani proses menua atau penuan. Proses penuan adalah s iklus
kehidupan yang ditandai dengan tahap-tahap menurunnya berbagai
fungsi organ tubuh yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh
terhadap s erangan b erbagai m acam p enyakit yang d apat s ampai
fatal h ingga k ematian s eperti p ada s istem k ardiovaskuler,
pembuluh da rah, pe ncernaan, p ernafasan, endokrin da n l ain
sebagainya (Hawari, 2007).
Adapun pe rubahan f isiologis yang t ampak p ada l ansia
adalah kekuatan fisik berkurang, merasa cepat capek dan stamina
berkurang, b adan yang s emula t egap m enjadi bong kok, kul it
menjadi keriput dan mengerut, pertumbuhan berkurang dan rambut
tampak memutih, g igi mulai rontok, t erjadi pe rubahan pada mata,
berkurangnya pe ndengaran, da ya c ium da n m elemahnya i ndra
perasa serta terjadinya pengapuran pada tulang (Bustan, 2000).
b. Aspek Ekonomi
Penduduk lansia dianggap sebagai beban daripada potensi sumber
daya bagi pembangunan. Lansia dianggap adalah warga yang tidak
22
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
23
produktif dan perlu ditopang oleh generasi muda. Bagi lansia yang
masih bekerja, produktifitasnya sudah menurun dan pendapatannya
lebih rendah dibandingkan pekerja usia produktif. Akan tetapi tidak
semua penduduk termasuk da lam kelompok umur lansia memiliki
kualitas dan produktifitas rendah (Notoatmodjo, 2011).
c. Aspek Sosial
Pada m asyarakat t radisional A sia s eperti Indonesia, pe nduduk
lansia me miliki s trata yang tin ggi, d engan k ata la in k elas s osial
lansia terbilang tinggi karna harus dihormati oleh masyarakat yang
usianya l ebih m uda ( Notoadmodjo, 2011) , s edangkan di negara
Barat, pe nduduk l ansia m enduduki s trata s osial di bawah ka um
muda. J adi p erlu adanya p ersiapan yang b agi l ansia d alam
menghadapi p erubahan s tatus s osial l ansia t ersebut k arena
membawa akibat bagi yang bersangkutan. Aspek sosial tidak dapat
diabaikan da n s ebaiknya l ansia m engetahui s edini m ungkin
sehingga d apat m empersiapkan di ri s ebaik m ungkin ( Depkes R I,
2000).
d. Aspek Umur
Pendekatan um ur atau usia a dalah yang pa ling m emungkinkan
untuk m endefinisikan penduduk l ansia. Berdasarkan unda ng-
undang no 13 t ahun 1998 ba tasan us ia l anjut adalah 60 t ahun.
Namun b erdasarkan p endapat p ara ahli d alam p rogram k esehatan
23
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
24
lansia, Kementrian Kesehatan m embuat p engelompokan s eperti
dibawah ini:
1. Kelompok pertengahan umur
Merupakan masa persiapan lansia yang menampakan perkasaan
fisik d an k ematangan j iwa ( 45-54 t ahun) bi asa di sebut m asa
virilitas.
2. Kelompok lansia dini
Masa pr asenium, yaitu kelompok us ia yang m emasuki l ansia
(55-64 tahun).
3. Kelompok lansia
Masa senium (65 tahun ke atas)
4. Kelompok lansia dengan resiko tinggi
Kelompok yang be rusia l ebih da ri 70 t ahun a tau kelompok
lansia yang hi dup s endiri, t erpencil, m enderita penyakit be rat
atau cacat.
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lansia meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun.
2. Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia antara 60-70 tahun.
3. Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 75-90 tahun.
4. Usia s angat t ua (very old) adalah ke lompok us ia 90 t ahun
(Notoatmodjo, 2007).
24
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
25
2.1.3 Karakteristik Lansia
beberapa ka rakteristik l ansia yang pe rlu di ketahui unt uk m engetahui
keberadaan masalah kesehatan lansia menurut Depkes tahun 2005 dalam
Notoadmodjo, 2007 yaitu sebagai berikut :
a. Jenis kelamin: lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan
kebutuhan d an m asalah kesehatan yang b erbeda an tara l ansia l aki-
laki d an p erempuan. Misalnya l ansia l aki-laki s ibuk de ngan
hipertropi pr ostat, m aka pe rempuan m ungkin m enghadapi
osteoporosis (Notoatmodjo, 2007).
b. Status perkawinan: status masih pasangan lengkap atau sudah hidup
janda atau duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik
fisik maupun psikologis (Notoatmodjo, 2007).
c. Living arrangement: misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau
bersama istri, anak atau keluarga lainnya.
1. Tanggungan k eluarga: masih m enanggung a nak a tau a nggota
keluarga.
2. Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal bersama anak. Dengan ini
kebanyakan lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik
lansia sebagai k epala k eluarga atau b agian d ari k eluarga
anaknya. Namun akan cenderung bahwa lansia akan ditinggalkan
oleh ke turunannya d alam r umah yang be rbeda (Notoatmodjo,
2007)
25
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
26
d. Kondisi Kesehatan
1. Kondisi Umum: ke mampuan um um unt uk t idak t ergantung
kepada o rang l ain d alam k egiatan s ehari-hari seperti ma ndi,
buang air besar dan kecil.
2. Frekuensi Sakit: f rekuensi s akit yang t inggi m enyebabkan
menjadi t idak pr oduktif l agi ba hkan m ulai t ergantung ke pada
orang lain (Notoatmodjo, 2007).
e. Keadaan Ekonomi
1. Sumber pendapatan resmi: pensiun ditambah sumber pendapatan
lain kalau masih bisa aktif
2. Sumber pe ndapatan ke luarga: a da t idaknya ba ntuan ke uangan
dari an ak a tau ke luarga l ainnya ba hkan m asih a da a nggota
keluarga yang tergantung padanya.
3. Kemampuan p endapatan: l ansia me merlukan b iaya yang le bih
tinggi, sementara pendapatan semakin menurun. Status ekonomi
sangat t erancam, s ehingga c ukup be ralasan unt uk m elakukan
berbagai perubahan besar dalam kehidupan, menentukan kondisi
hidup yang de ngan pe rubahan s tatus e konomi da n kondi si f isik
(Notoatmodjo, 2007).
26
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
27
2.2 Posyandu Lansia
2.2.1 Pengertian Posyandu Lansia
Posyandu Lansia at au K elompok U sia Lanjut ( POKSILA)
adalah s uatu w adah p elayanan b agi u sia l anjut d i m asyarakat, d imana
proses pe mbentukan da n pe laksanaannya di lakukan ol eh m asyarakat
bersama Lembaga S wadaya M asyarakat ( LSM), l intas s ektor
pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain,
dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif
(Komnas Lansia, 2010).
Usia la njut atau l anjut usia ad alah s eseorang yang b erusia 6 0
tahun a tau l ebih, yang s ecara fisik t erlihat b erbeda de ngan ke lompok
umur lainnya (Depkes RI, 2003). Pelayanan kesehatan dikelompok usia
lanjut me liputi p emeriksaan k esehatan f isik d an me ntal e mosional.
Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia sebagai alat pencatat dan pemantau
untuk mengetahui l ebih awal penyakit yang diderita(deteksi dini) atau
ancaman m asalah k esehatan yang d ihadapi d an m encatat
perkembangannya d alam b uku P edoman P emeliharaan K esehatan
(BPPK) u sia l anjut at au cat atan k ondisi k esehatan yang l azim
digunakan dipuskesmas (Depkes RI, 2003).
Pelayanan k esehatan d an s osial d itingkat m asyarakat adalah
posyandu lanjut usia (Komnas Lansia, 2010). Pelayanan yang dilakukan
diposyandu m erupakan pe layanan uj ung tombak d alam p enerapan
kebijakan pe merintah un tuk pe ncapaian l anjut us ia s ehat, m andiri da n
27
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
28
berdaya guna. Oleh karna i tu arah dari kegiatan posyandu lansia t idak
boleh l epas da ri konsep active aging/menua s ecara ak tif. Active aging
adalah pr oses opt imalisasi p eluang k esehatan, p artisipasi d an
keamanana untuk meningkatkan kualitas hidup dimasa tua.
2.2.2 Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan um um da ri P osyandu Lansia a dalah meningkatkan
kesejahteraan Lansia m elalui k egiatan P osyandu Lansia yang m andiri
dalam masyarakat. T ujuan khus usnya, m eliputi: ( 1) m eningkatnya
kemudahan bagi Lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar
dan r ujukan, ( 2) m eningkatnya cakupan d an kua litas pe layanan
kesehatan Lansia, khususnya aspek peningkatan dan pencegahan tanpa
mengabaikan a spek pe ngobatan da n pe mulihan, ( 3) be rkembangnya
Posyandu Lansia yang aktif m elaksanakan k egiatan d engan k ualitas
yang baik secara berkesinambungan (Depkes RI, 2003).
Tujuan Pembentukan Posyandu Lansia secara garis besar antara
lain: meningkatkan jangkauan layanan kesehatan lansia d i masyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia. M endekatkan pelayanan d an m eningkatkan p eran s erta
masyarakat d an s wasta d alam p elayanan kesehatan d isamping
meningkatkan komunikasi antara masyarakat lanjut usia.
2.2.3 Pelayanan Kesehatan di Posyandu Lansia
Jenis p elayanan k esehatan yang d apat d iberikan k epada Lansia
di Posyandu adalah sebagai berikut:
28
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
29
a.) P emeriksaan ak tifitas k egiatan s ehari-hari ( activity o f d aily liv ing)
meliputi ke giatan da sar da lam ke hidupan, s eperti m akan/minum,
berjalan, m andi, be rpakaian, na ik t urun t empat t idur, bua ng a ir
besar/kecil dan sebagainya.
b.) P emeriksaan s tatus m ental. P emeriksaan i ni be rhubungan de ngan
mental emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 m enit
(lihat KMS Usia Lanjut).
c.) P emeriksaan s tatus g izi m elalui p enimbangan b erat b adan d an
pengukuran t inggi ba dan da n di catat pa da grafik Indeks M assa
Tubuh (IMT).
d.) P engukuran t ekanan da rah de ngan m enggunakan t ensimeter da n
stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e.) P emeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau
cuprisulfat.
f.) Pemeriksaan adanya g ula d alam air s eni s ebagai d eteksi aw al
adanya penyakit gula (diabetes mellitus).
g.) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.
h.) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
i) P enyuluhan bi sa di lakukan di d alam m aupun di luar ke lompok
dalam r angka kunj ungan r umah da n kons eling ke sehatan yang
dihadapi oleh individu dan atau kelompok lansia.
29
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
30
j) K unjungan r umah oleh ka der di sertai pe tugas b agi a nggota
kelompok l ansia yang t idak da tang, d alam r angka ke giatan
perawatan kesehatan masyarakat (Publik Health Nursing) (Komnas
Lansia, 2010).
Kegiatan lain di posyandu lansia yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan
kondisi setempat:
a.) Pemberian M akanan T ambahan ( PMT) p enyuluhan s ebagai co ntoh
menu m akanan d engan m emperhatikan aspek kesehatan d an gizi
Lansia, s erta m enggunakan bahan m akanan yang berasal dari d aerah
tersebut.
b.) K egiatan o lah r aga a ntara l ain s enam l ansia, gerak j alan s antai, d an
lain s ebagainya unt uk m eningkatkan ke bugaran. K ecuali ke giatan
pelayanan kesehatan seperti uraian di atas, kelompok dapat melakukan
kegiatan non ke sehatan di ba wah bi mbingan s ektor l ain, c ontohnya
kegiatan ke rohanian, a risan, ke giatan e konomi pr oduktif, f orum
diskusi, penyaluran hobi dan lain-lain (Depkes RI, 2003).
2.2.4 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Lansia
Untuk memberikan pe layanan kesehatan yang p rima t erhadap
Lansia, m ekanisme p elaksanaan k egiatan yang s ebaiknya d igunakan
adalah sistim 5 meja/tahapan sebagai berikut:
1. Tahap p ertama: p endaftaran Lansia s ebelum p elaksanaan
pelayanan.
30
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
31
2. Tahap k edua: p encatatan k egiatan s ehari-hari yang di lakukan
Lansia, s erta p enimbangan be rat b adan da n p engukuran t inggi
badan.
3. Tahap k etiga: p engukuran t ekanan d arah, p emeriksaan k esehatan,
dan pemeriksaan status mental.
4. Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium
sederhana).
5. Tahap ke lima: pe mberian pe nyuluhan da n ko nseling ( Depkes R I,
2003).
Pelaksanaan ke giatan pos yandu di laksanakan s esuai
perencanaan yang telah disepakati. Namun dapat uraikan berdasarkan
pengelompokan kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan pelayanan kesehatan, gizi
b. Kegiatan seni budaya, olahraga dan rekreasi
c. Kegiatan peningkatan spritual
d. Kegiatan kesejahteraan/ sosial
e. Kegiatan pendidikan keterampilan (Komnas Lansia, 2010).
2.2.5 Indikator Keberhasilan Posyandu Lansia
Penilaian k eberhasilan u paya p embinaan l ansia m elalui k egiatan
pelayanan kesehatan di posyandu dilakukan dengan menggunakan data
pencatatan da n pe laporan, pe ngamatan kh usus da n pe nelitian.
Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari:
31
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
32
1. Meningkatnya s osialisasi m asyarakat l ansia d engan
berkembangnya j umlah o rganisasi m asyarakat l ansia d engan
berbagai aktifitas pengembangannya.
2. Berkembangnya j umlah l embaga p emerintah / swasta yang
memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia
3. Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan pada lembaga
4. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia
5. Penurunan an gka k esakitan d an k ematian ak ibat p enyakit p ada
lansia.
Indikator yang di perlukan da lam pe ngendalian pos yandu l ansia da lam
Komnas Lansia (2010) adalah:
1. Frekuensi pertemuan atau pelaksanaan kegiatan.
2. Kehadiran kader.
3. Pelayananan kesehatan
a. Cakupan penimbangan
b. Cakupan pemeriksaan laboratorium
c. Cakupan hasil pemeriksaan kesehatan
d. Cakupan penyuluhan kesehatan.
4. Frekuensi pelaksanaan senam
5. Frekuensi pelaksanaan pengajian/kebaktian
6. Kegiatan usaha ekonomi produktif
7. Kegiatan penghapusan buta aksara
8. Rekreasi
32
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
33
9. Kegiatan peningkatan pendidikan dan ketermpilan
10. Ketersediaan dana untuk penyelenggaraan kegiatan.
2.2.6 Efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan posyandu lansia
Agar pelaksanaan kegiatan posyandu berjalan efisien dan efektif, maka
dibutuhkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Organisasi yang tertata baik
2. Sumber daya manusia yang mempunyai ilmu dan kemampuan.
3. Tugas dan fungsi yang jelas dari masing-masing petugas posyandu.
4. Mekanisme ke rja yang ba ik m eliputi pe rencanaan, p elaksanaan,
monitoring dan evaluasi (Komnas Lansia, 2010).
A. Organisasi
Organisasi l anjut us ia a dalah or ganisasi ke masyarakatan non
struktural yang berdasarkan azas gotong royong untuk sehat dan
sejahtera, yang di organisir ol eh s eorang koor dinator a tau ke tua,
dibantu ol eh s ekretaris, be ndahara d an be berapa or ang k ader.
Organisasi posyandu lanjut usia ini tidak saja dapat dibentuk oleh
masyarakat setempat, tetapi dapat juga oleh : organisasi profesi,
institusi p emerintah/swasta, le mbaga s wadaya ma syarakat,
kelompok seminat dalam masyarakat.
33
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
34
Salah satu bentuk organisasi sebagai berikut:
Struktur Organisasi Karang Wreda Ciptoning Kelurahan
Balongsari
1.
B. Sumber Daya Manusia (SDM)
Tenaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu sebaiknya
8 orang namun bisa kurang dengan konsekuesi bekerja rangkap.
Kepengurusan yang dianjurkan adalah :
1. Ketua posyandu
2. Sekretaris
3. Bendahara
Wakil Ketua
Ketua
Sie Seni /Budaya Sie Kesejahteraan /Ekonomi
Sie Olahraga & rekreasi
Sie Kesehatan Sie Spritual/keaga
maan
Sekretaris Seksi-seksi
Bendahara
Pembina
Gambar 2.1 Struktur organisasi
34
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
35
4. Kader sekitar 5 orang:
a. Meja 1 tempat pendaftaran
b. Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan,
pengukuran da n pe ncatatn t inggi ba dan s erta
penghitungan index massa tubuh (IMT).
c. Meja 3 t empat m elakukan k egiatan p emeriksaan d an
pengobatan sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb dan
pemberian vitamin, dan lain-lain).
d. Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan,
gizi, dan kesejahteraan)
e. Meja 5 t empat m emberikan i nformasi da n m elakukan
kegiatan s osial ( pemberian m akanan t ambahan, bantuan
modal, pendampingan, dan lain-lain sesuai kebutuhan).
C. Tugas dan Fungsi
1. Ketua Posyandu
a. Bertanggung j awab t erhadap s emua k egiatan yang
dilakukan posyandu.
b. Bertanggung j awab t erhadap k erjasama d engan s emua
stakeholder dalam rangka meningkatkan mutu pelaksnaan
posyandu.
2. Sekretaris
Mencatat s emua aktifitas p erencanaan, p elaksanaan d an
pemantuan serta pengendalian posyandu.
35
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
36
3. Bendahara
a. Pencatatan p emasukan dan p engeluaran s erta p elaporan
keuangan posyandu.
4. Kader
Tugas kader dalam posyandu lanjut usia antara lain:
a. Mempersiapkan s arana dan p rasarana yang d iperlukan
pada kegiatan posyandu.
b Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu.
c. Melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan posyandu
lansia.
d. Melaksanakan k egiatan p enimbangan b erat b adan d an
pengukuran t inggi b adan pa ra l anjut us ia da n
mencatatnya dalam KMS atau buku pencatatan lainnya.
e. Membantu p etugas d alam p elaksannaan p emeriksaan
kesehatan dan pelayanan lainnya.
f. Melakukan p enyuluhan ( kesehatan, gizi, s osial, a gama
dan karya)sesuai dengan minatnya.
D. Mekanisme Kerja
Untuk memberikan pelayanan kesehatan dan sosial yang prima
terhadap l anjut us ia di kelompoknya, di butuhkan pe rencanaan
yang m atang, p elaksanaan yang b enar d an t epat w aktu, s erta
pengendalian yang akurat.
36
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
37
2.3 Berbagai faktor yang mempengaruhi lansia untuk datang ke posyandu
menurut penelitian terkait
a. Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kunjungan
lansia diposyandu lansia. Pada 58 or ang lansia yang terdiri dari 30 l ansia
aktif da n 28 l ansia t idak a ktif da lam k egiatan pos yandu m ununjukan
bahwa usia l ansia yang aktif dalam kegiatan posyandu lansia ≥ 65 tahun
68,0 % m emiliki s tatus IMT nor mal, s edangkan yang t idak a ktif 41,7 %
(Azania (2007) dalam Murdianto (2013).
Menurut pe nelitian F auzi ( 2008) da lam Murdianto (2013), l ansia
lebih a ktif da lam ke giatan pos yandu l ansia adalah l ansia yang b erusia
antara 60-69 tahun, yang merupakan kategori l anjut us ia sehingga belum
banyak m asalah k esehatan yang s erius yang d ialami l ansia, yang d apat
menyulitkan upaya mereka menjangkau lokasi posyandu lansia. Jika lansia
merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa
harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka lansia
hal i ni da pat m endukung m inat atau m otivasi l ansia unt uk m engikuti
kegiatan pos yandu, ka rna ke amanan i ni m erupakan f aktor e ksternal d ari
terbentuknya motivasi seseorang.
b. Jenis kelamin
lansia yang p aling b anyak ad alah p erempuan, seperti data y ang
didapatkan pada susenas (2012) (Buletin Lansia semester I, 2013). Hal ini
menunjukkan ba hwa u mur ha rapan hi dup yang paling tin ggi adalah
37
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
38
perempuan. B ila dibandingkan pe rjenis kelamin, a ngka r asio
ketergantungan pe nduduk l ansia p erempuan l ebih t inggi di bandingkan
dengan pe nduduk l ansia l aki-laki ( 12,95 berbanding 10,86) jadi r asio
ketergantungan penduduk lansia menurut tipe daerah d an jenis kelamin
antara p erkotaan d an pedesaan l ebih b anyak d idominasi o leh l ansia
perempuan. Menurut j enis ke lamin, pol a s tatus pe rkawinan pe nduduk
lansia laki-laki berbeda dengan lansia perempuan.
Lansia p erempuan l ebih b anyak yang b erstatus cer ai m ati
(59,15%), s edangkan l ansia l aki-laki l ebih b anyak yang b erstatus k awin
(82,71%). H al i ni di sebabkan us ia ha rapan hi dup pe rempuan yang l ebih
tinggi di bandingkan de ngan us ia ha rapan hi dup l aki-laki, s ehingga pe r-
sentase l ansia p erempuan yang b erstatus c erai m ati l ebih b anyak
dibandingkan de ngan l ansia l aki-laki. S atu h al yang m enarik da ri s tatus
perkawinan l ansia ad alah p ersentase yang cu kup t inggi d ari l ansia
perempuan yang berstatus cerai.
Hal i ni m ungkin di sebabkan s ebagian be sar pe rempuan s etelah
cerai tidak k awin lagi dalam j angka w aktu yang r elatif l ama. S ebaliknya
lansia l aki-laki yang bercerai um umnya s egera ka win l agi. Untuk
penduduk lansia yang bekerja menurut jenis kelamin, persentase penduduk
lansia l aki-laki yang be kerja ( 61,47%) l ebih t inggi di bandingkan l ansia
perempuan (31,39%).
38
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
39
c. Pengetahuan
Pengetahuan m erupakan h asil d ari t ahu, d an i ni t erjadi s etelah
seseorang m elakukan p enginderaan t erhadap s uatu o bjek t ertentu.
Pengetahuan a tau r anah kognitif m erupakan dom ain yang s angat pe nting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari
pengalaman pr ibadi da lam kehidupan sehari-harinya. D engan m enghadiri
kegiatan pos yandu, l ansia a kan m endapatkan pe nyuluhan t entang
bagaimana c ara h idup s ehat d engan s egala k eterbatasan at au m asalah
kesehatan yang m elekat p ada m ereka. D engan p engalaman i ni,
pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan
sikap da n d apat m endorong m inat a tau m otivasi m ereka unt uk s elalu
mengikuti kegiatan posyandu lansia.
Hasil pe nelitian M ismar ( 2010), m enunjukkan ba hwa f aktor yang
berhubungan s ecara be rmakna de ngan t ingkat kunj ungan l ansia ke
posyandu adalah p engetahuan l ansia ( p = 0,0 00), s ikap ( p = 0,023) ,
dukungan petugas (p = 0,029), dukungan keluarga (p = 0,000), jarak (p =
0,007), dan sarana (p = 0,000). Demikian juga dengan Khotimah (2011),
memperoleh h asil b ahwa v ariabel yang b erhubungan s ecara s ignifikan
dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu pengetahuan (p=0,000), s ikap
(p=0,001), duk ungan s osial ( p=0,010) da n p eran ka der ( p=0,009).
Berdasarkan pe nelitian Sulistiyani ( 2005), pa da 90 or ang l ansia hasilnya
39
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
40
menunjukan ba hwa t erdapat pe ngaruh t ingkat pe ngetahuan t erhadap
keefektifan lansia untuk datang ke posyandu lansia.
d. Sikap
Sikap m erupakan r eaksi a tau r espon yang m asih t ertutup da ri s eseorang
terhadap s uatu s timulus a tau obj ek. Manisfastasi s ikap itu tid ak d apat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku
yang t ertutup. S ikap m enurut N ewcomb ba hwa ke siapan a tau k esedian
untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif t ertentu. S ikap
belum m erupakan s uatu t indakan a tau a ktifitas, a kan t etapi m erupakan
predisposisi tindakan suatu prilaku.
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan
dasar at as k esiapan at au k esediaan l ansia u ntuk m engikuti k egiatan
posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu
hadir a tau mengikuti ke giatan yang di adakan di pos yandu l ansia. H al i ni
dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk
bereaksi t erhadap s uatu o byek. K esiapan m erupakan k ecenderungan
potensial unt uk be reaksi de ngan cara-cara t ertentu a pabila i ndividu
dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.
e. Pendidikan
Sistem pe ndidikan na sional tahun 2003 m endifinisikan ba hwa
pendidikan a dalah s uatu pr oses yang be rjalan b erkesinambungan m ulai
dari usia anak anak sampai dewasa, karena itu memerlukan berbagai cara
40
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
41
dan s umber. S istem pe ndidikan di bedakan m enjadi m enjadi pe ndidikan
formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan f ormal yaitu pe ndidikan yang t erstruktur da n
berjenjang yang t erdiri atas pe ndidikan a tas, m engengah da n p endidikan
tinggi, pe ndidikan i nformal yaitu pe ndidikan yang di peroleh de ngan
berbagai j alan atau p rogram yang d ikenal d engan i stilah pe nyuluhan
sedangkan pe ndidikan n on f ormal a dalah j alur pendidikan di luar j alur
pendidikan f ormal yang da pat di laksanakan de ngan t erstuktur da n
berjenjang.
Pendidikan m erupakan f aktor s osial yang s angat pe nting,
pembangunan harus diikuti dengan tingkat pendidikan yang memadai agar
seseorang m udah m enerima i de p erubahan da n pe mbaharuan d alam
pembangunan, Aputra (2000) dalam Murdyasatuti (2009) menyatakan :
1) Manusia yang terdidik akan lebih kreatif dan terbuka terhadap usaha
pembaharuan.
2) Manusia y ang t erdidik akan l ebih d inamis b aik d alam cara b erfikir
maupun sikap dan tindakan.
3) Manusia yang terdidik akan lebih mudah melihat cara dan kesempatan
untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Menurut pe nelitian H erdini ( 2013) f aktor yang be rhubungan
dengan frekuensi ke hadiran l ansia di pos yandu a ntara l ain a dalah
pengetahuan, pe ndidikan. Dikarenakan Di k alangan keluarga d engan
kondisi ekonomi terbatas dan kurang berpendidikan, memang lazim terjadi
41
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
42
perbedaan t ingkat pa rtisipasi da n ke hadiran l ansia ke pos yandu
dikarenakan kurangnya pengetahuan lansia terhadap manfaat dari kegiatan
di pos yandu l ansia, ku rangnya m endapat i nformasi t entang ke giatan d i
posyandu lansia. Sehingga banyak lansia yang berpendidikan rendah tidak
aktif berpartisipasi dalam kegiatan di posyandu lansia.
f. Aktifitas
Dari ha sil p enelitian yang di lakukan di b erbagai ka bupaten di P ropinsi
Jawa Timur, ditemukan dilihat bahwa para lansia perempuan, kebanyakan
masih a ktif d alam melakukan berbagai a ktivitas dom estik
kerumahtanggaan. D iakui m emang s ecara f isik m ereka s epintas t erlihat
ringkih d an r apuh t etapi d alam k enyataan t ernyata l ansia p erempuan
seringkali m asih s anggup m engerjakan b erbagai t ugas dom estik, s eperti
membersihkan r umah, memasak, m encuci, m engasuh c ucu da n be rbagai
jenis a ktivitas k erumahtanggan yang l ain. D i w ilayah p edesaan, ba hkan
pemandangan i bu-bu t ua yang r ambutnya s udah memutih be rjalan p elan
dari bawah ke atas lewat jalan-jalan yang berkelok-kelok adalah hal yang
biasa, dan ini mengindikasikan bahwa meski berstatus lansia, tetapi energi
dan kondi si f isik m ereka m asih c ukup kua t unt uk m elakukan a ktivitas
domestik bahkan kegiatan ekonomi produktif (Perwakilan BkkbN Provinsi
Jawa Timur, 2012).
Lansia, yang s ecara f isik t elah b erkurang d an melemah, t entu j uga s ulit
diharapkan da pat b ekerja l ayaknya m asyarakat yang n ormal fisiknya.
Bekerja, b agi s eorang l ansia unt uk s aat i ni um umnya di pahami s ebagai
42
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
43
pekerjaan sampingan yang tidak memiliki target tertentu, kecuali sekadar
mengisi waktu luang, meringankan beban anak-anak mereka, dan sekadar
untuk mencari tambahan uang saku pribadi dan cucu-cucunya.
g. Pendapatan
Pendapatan o rang l ansia b erasal d ari b erbagai s umber b agi m ereka yang
dulunya bekerja mendapat penghasilan dari dana pensiun. Bagi lansia yang
sampai saat ini bekerja mendapat penghasilan dari gaji dan upah. Selain itu
sumber ke uangan yang lain a dalah k euntungan, bi snis, s ewa, i nvestasi,
sokongan dari pemerintah atau swasta, atau dari anak, kawan dan keluarga
(Kartari, 1993: Y ulmardi 1995) . D iperkotaan up ah a tau gaji pa ra l ansia
yang bekerja relatif lebih tinggi dari pada dipedesaan. Namun hal ini tidak
berarti l ansia p erkotaan l ebih s ejahtera d ari l ansia d ipedesaan. A danya
upah l ansia yang s angat m inim j ika t idak di tunjang d engan dukun gan
finansial da ri pi hak l ain ba ik a nggota ke luarga maupun or ang l ain t idak
dapat be rharap ba hwa l ansia t ersebut a kan hi dup da lam kondi si yang
menguntungkan.
Berbeda de ngan m asa k etika pa ra l ansia m asih pr oduktif pe nuh, m ereka
umumnya m asih bi sa m encari ua ng s endiri da n hi dup da ri p enghasilan
yang mereka peroleh. Tetapi, untuk saat ini, akibat deraan penyakit menua,
menurunnya kondi si f isik, da n di tambah l agi dengan ke butuhan bi aya
kesehatan yang m eningkat, m aka bi sa di pahami j ika pa ra l ansia pun
mengaku kondi sinya s ekarang m enjadi l ebih bur uk. B agi l ansia ya ng
berasal da ri ke luarga m iskin da n kondi si l ansia yang s akit-sakitan, t entu
43
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
44
yang dibutuhkan adakah pengeluaran ekstra, sehingga wajar ketika harga
berbagai k ebutuhan p okok t ermasuk unt uk ke butuhan ke sehatan
meningkat, m aka k ehidupan m ereka pun j uga m enjadi s emakin s ulit.
Hanya 1 7% r esponden yang m enyatakan b isa hidup m andiri t anpa
bantuan finansial dari anak-anaknya. Mereka umumnya adalah lansia yang
memiliki uang pensiunan atau simpanan tersendiri. Tetapi, meski demikian
sebanyak 30% r esponden m enyatakan t idak bi sa hi dup m andiri t anpa
dukungan f inansial d ari a nak-anaknya atau k erabatnya yang l ain, d an
bahkan 17% menyatakan sama sekali tidak bisa.
h. Akses pelayanan kesehatan
Pelayanan k esehatan adalah u paya yang d iselenggarakan s ecara
sendiri da n be rsama-bersama da lam s uatu or ganisasi unt uk m emelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit dan
memulihkan ke sehatan ke luarga, pe rorangan, ke lompok a taupun
masyarakat (Sarwono, 2007).
Menurut N otoatmodjo ( 2011) pa da p rinsipnya ada d ua k ategori
pelayanan k esehatan yaitu k ategori yang b erorintasi p ublik ( masyarakat)
dan ka tegori yang be rorintasi pa da p erorangan ( individu). P elayanan
kesehatan yang te rmasuk d alam k ategori p ublik te rdiri d ari s anitasi,
imunisasi, ke bersihan a ir, da n pe rlindungan k ualitas uda ra. P elayanan
kesehatan m asyarakat l ebih di arahklan l angsung ke publ ik da ri pa da ke
arah i ndividu yang khu sus. S edangkan p elayanan ke sehatan p erorangan
langsung diarhakn ke individu itu sendiri.
44
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
45
Fasilitas p elayanan k esehatan p ada h akikatnya u ntuk m endukung
atau m eningkatkan t erwujudnya pe rubahan pe rilaku ke sehatan
(Notoatmodjo, 2011) . M enurut pe nelitian F auzi ( 2008) pa da 59 or ang
lansia di dapatkan ha sil yaitu s ebagian be sar l ansia ( 86,7%) m empunyai
jarak te mpat tin ggal y ang s ulit u ntuk dijangkau s ehingga kur ang
mendukung m inat l ansia da tang k eposyandu da n ( 13,3%) l ansia m udah
untuk menjangkau lokasi posyandu.
i. Dukungan kader posyandu
Peran k ader d alam p elaksanaan p osyandu l ansia m erupakan s alah s atu
faktor yang m empengaruhi kunj ungan l ansia ke pos yandu. Menurut
penelitian yang di lakukan ol eh S usi N ovita (2013), dengan popul asi 720
jumlah s ampel 50 l ansia, da lam ke giatan pos yandu m ununjukan ba hwa
adanya pengaruh antara peran kader terhadap pemanfaatan posyandu lansia
dengan p value 0,009 dan ada pengaruh antara dukungan keluarga terhadap
pemanfaatan pos yandu l ansia de ngan p value 0, 004. dari 50 responden
yang tid ak me miliki peran k ader s ebanyak 2 6 o rang ( 52%). diketahui
bahwa da ri 26 r esponden yang t idak ada p eran k adernya t ernyata
pemanfaatan pelayanan pos yandu l ansia t idak ba ik s ebanyak 100%, da ri
24 r esponden yang a da peran kadernya t ernyata p emanfaatan p elayanan
posyandu lansia tidak baik sebanyak 70,8%. Penelitian Harisman dan Dina
didapatkan ha sil ada p engaruh t ingkat p endidikan (p -value = 0,005) ,
pengetahuan (p-value = 0,015), penghargaan kader (p-value = 0,025) dan
dukungan keluarga (p-value = 0,015) terhadap keaktifan kader posyandu di
45
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
46
Desa M ulang M aya Kecamatan Kotabumi S elatan K abupaten Lampung
Utara Tahun 2012.
j. Dukungan tokoh masyarakat
Anggota m asyarakat s ering m eminta pendapat m engenai berbagai u rusan
tertentu d an b iasanya merupakan t empat b ertanya. M asyarakat d alam
pelaksanaan pos yandu l ansia, or ganisasi s eperti ka rang wreda, R T, R W
merukan tumpuan keberhasilan programnya. Kepala dusun, ketua RT dan
ketua R W a dalah pe mimpin yang m erupakan tokoh m asyarakat yang
dipilih l angsung ol eh masyarakat da n m erupakan uns ur pe nting da lam
memberikan pengaruh untuk aktif datang ke posyandu lansia.
2.4 Partisipasi Masyarakat
2.4.1 Pengertian partisipasi Masyarakat
Partisipasi m asyarakat ad alah i kut s ertanya s eluruh an ggota
masyarakat d alam m emecahkan s egala p ermasalahan yang ad a d i
masyarakakat. P artisipasi m asyarakat d ibidang k esehatan b erarti
keikutsertaan s eluruh anggota m asyarakat d an be rupaya unt uk
memecahkan m asalah k esehatan yang d ihadapi o leh m ereka s endiri
dalam h al me nyelesaikan ma salah d imulai d ari me mikirkan,
merencanakan, melaksanakan sampai mengevaluasi program kesehatan
yang mereka jalankan. Institusi kesehatan sekedar sebagai pembimbing
dan memotivasi (Notoadmojo, 2011).
46
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
47
Partisipasi setiap anggota masyarakat dituntut suatu konstribusi,
konstribusi tersebut bukan hanya berbatas pada dana dan finansial saja,
tetapi b erupa d aya (tenaga) d an i de ( pemikiran). H al t ersebut
diwujudkan d alam 4 M , yaitu manpower (tenaga), money (uang),
material dan mind (ide atau gagasan)
Kontribusi
Gambar 2.2 Kontribusi dan Partisipasi (Notoatmodjo, 2011)
2.4.2 Dasar filosofi partisipasi masyarakat
Partisipasi m asyarakat d apat m enciptakan fasilitas d an t enaga
kesehatan. Program kesehatan dan pelayanan kesehatan yang diciptakan
dengan ad anya p artisipasi m asyarakat d idasarkan k epada i dealisme
(Notoatmodjo, 2013) :
1. Community felt need
Pelayanan kesehatan dibutuhkan masyarakat berarti pelayanan atau
program itu d i c iptakan o leh ma syarakat itu s endiri. Berarti
pelayanan kesehatan diperlukan masyarakat dan untuk masyarakat.
2. Organisasi p elayanan a tau program k esehatan m asyarakat yang
berdasarkan p artisipasi m asyarakat ad alah s alah s atu b entuk
pengorganisasian m asyarakat, h al i ni b erarti f asilitas p elayanan
kesehatan itu datang dari masyarakat itu sendiri.
M anpower M oney M aterial M ind/ideas
Program kesehatan
Health status (derajat kesehatan)
47
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
48
3. Pelayanan kesehatan tersebut akan dilaksankan atau dikerjakan oleh
masyarakat s endiri, b erarti p etugas d an p enyelenggara k egiatan
adalah m asyarakat i tu s endiri s ecara s ukarela, d ibawah b imbingan
petugas kesehatan setempat.
2.4.3 Metode partisipasi masyarakat
Cara yang d apat d ilakukan u ntuk m engajak at au menumbuhkan
partisipasi masyarakat, ada dua :
1. Partisipasi dengan paksaan (Enforcement participation)
Artinya m emaksa m asyarakat unt uk be rkontribusi da lam s uatu
program melalui perundang-undangan, peraturan dan perintah lisan,
cara i ni ak an cep at b erhasil d an m udah di lakukan, t etapi be refek
tidak baik terhadap masyarakat dan berakibat masyarakat tidak akan
mempunyai rasa m emiliki t erhadap pr ogram di karenakan
masyarakat m erasa t akut, t erpaksa d an k aget, k arna b ukan
berdasarkan kesadaran (awarenees) tetapi ketakutan.
2. Partisipasi dengan edukasi dan persuasi
Yaitu p artisipasi yang d idasari o leh p ada k esadaran, t etapi b utuh
waktu yang lama, sukar ditumbuhkan. Tetapi bila tercapai hasilnya
masyarakat ak an m erasa m emiliki d an r asa p emeliharaan. P roses
partisipasi ini di mulai dengan penerangan, penyuluhan, pendidikan
baik secara langsug dan tidak langsung (Notoatmodjo, 2012).
2.4.4 Elemen partisipasi masyarakat
Elemen partisipasi masyarakat adalah sebagai berikut:
48
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
49
1. Motivasi
Persyaratan untuk masyarakat berpartisipasi adalah motivasi. Tanpa
motivasi ma syarakat s ulit u ntuk b erpartisipasi d i s egala p rogram.
Timbulnya mo tivasi h arus d ari ma syarakat itu sendiri d an adanya
pihak l uar yang m endukung. U ntuk i tu di perlukan pr omosi da n
pendidikan kesehatan untuk memotivasi seseorang.
2. Komunikasi
Dalam kom unikasi yang b aik, a pabila ko munikasi i tu bi sa
menyampaikan ide, pesan dan informasi kepada masyarakat. Media
massa s eperti t v, r adio, koran, pos ter, f ilm s ebagian s angat e fektif
untuk m enyampaikan p esan s ehingga m asyarakat t ermotivasi d an
mau berpartisipasi.
3. Koperasi
Kerjasama d engan i nstansi d i l uar k esehatan m asyarakat d an
instansi ke sehatan s endiri a dalah m utlak di perlukan. A danya
kerjasama dan team work akan menumbuhkan partisipasi.
4. Mobilisasi
Partisipasi ad alah j uga s ebagai gerakan m asyarakat m enuju
masyarakat s ehat. P artisipasi m asyarakat d apat d i m ulai s eawal
mungkin s ampai a khir da n i dentifikasi m asalah, m enentukan
prioritas, p erencanaan p rogram, p elaksanaan s ampai d engan
monitoring pr ogram. T idak ha nya t erbatas pa da bi dang k esehatan
saja, melainkan bersifat multidisiplin (Notoatmodjo, 2012).
49
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
50
Departemen Kesehatan (1999) memberi pemahaman tentang
pemberdayaan m asyarakat ad alah s egala u paya fasilitasi yang
bersifat non i nstruktif g una m eningkatkan pengetahuan da n
kemampuan m asyarakat a gar ma mpu me ngidentifikasi ma salah,
merencanakan d an m elakukan p emecahan masalah d engan
memanfaatkan p otensi d an f asilitas yang ad a d itempat, b aik d ari
instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat.
Pemberdayaan m asyarakat ak an m enghasilkan k emandirian
masyarakat. P emberdayaan m asyarakat m erupakan p roses,
sedangkan ke mandirian m asyarakat m erupakan ha silnya.
Kemandirian m asyarkat m asyarakat ap at d iartikan s egai
kemampuan u ntuk d apat m engidentifikasi m asalah, m erencanakan
dan m elakukan p emecahannya d engan m emanfaatkan p otensi
setempat, tanpa bergantung pada bantuan dari luar.
Dengan l andasan t eori dari D epartemen K esehatan ( 1999),
disusun prinsip dan cirri pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari
8 prinsip yaitu:
1. Menumbuh ke mbangkan pot ensi m asyarakat yaitu : s egala
potensi masyarakat di tumbuhkan a tau dikembangkan seoptimal
mungkin u ntuk m engatasi m asalah k esehatan, m emelihara d an
meningkatkan s tatus k esehatan m asyarakat. Bantuan d ari l uar,
bersifat s ebagai s timulant unt uk m enumbuhkan pot ensi
masyarakat.
50
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
51
2. Kontribusi m asyarakat dalam pe mbangunan k esehatan yaitu :
pemberdayaan m asyarakat, be rprinsip m eningkatkan kont ribusi
masyarkat d alam p embangunan k esehatan, b aik s ecara
kuantitatif ma upun k ualitatif. S ecara k uantitaf b erarti s emakin
banyak masyarakat yang berkiprah dibidang pelayana kesehatan,
semakin b anyak m ayarakat yang m emanfatkan p elayanan
kesehatan, penerima penyuluhan kesehatan untuk tetap menjaga
kesehatan. S ecara k ualitatif, b erarti an ggota m asyarakat b ukan
hanya memanfaatkan pelayanan saja, t etapi juga ikut berkiprah
melakukan penyuluhan,ikut menjadi kader.
3. Mengembangkan gotong royong yaitu : pengembangan potensi
masyarakat me lalui f asilitasi d an mo tivasi d iupayakan a gar
selalu be rpegang t eguh pa da pr insip m emperkuat da n
mengembangkan budaya “gotong royong”, berat sama di pikul,
ringan s ama d ijinjing, yang te lah m embudaya dikalangan
masyarakat.
4. Bekerja bersama masyarakat yaitu : bekerja untuk dan bersama
masyarakat, k arena d engan k ebersamaan i nilah t erjadi p roses
fasilitasi, motivasi, alih pengetahuan dan alih keterampilan dari
petugas ke pada ka der pa da khus usnya, da n m asyarakat pa da
umumnya.
5. KIE b erbasis m asyarakat : m odel K IE yang dikembangkan
adalah konv ensional ha rus di gunakan pul a pa da pr insip K IE
51
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
52
berbasis m asyarakat. P rinsipnya ad alah s ebanyak m ungkin
menggunakan da n m emanfaatkan pot ensi l ocal. B ila m ungkin
gunakan penyuluh local.
6. Kemitraan d engan LSM d an o rmas l ain : k emitraan an tara
pemerintah, LSM ( lembaga s wadaya m asyarakat), o rmas
(organisasi k emasyarakat) d an b erbagai k elompok or ganisasi
masyarakat l ainnya ak an m emudahkan k erjasama d i l apangan,
sehingga potensi bisa dimanfaatkan secara optimal.
7. Desentralisasi yaitu : u paya p emberdayaan m asyarakat s angat
berkaitan de ngan kul tur buda ya s etempat, s egala be ntuk
pengambilan keputusan harus diserahkan ke tingkat operasional
agar tetap sesuai dengan kultur budaya setempat
2.4.5 Ciri pemberdayaan masyarakat
Sebuah kegiatan d ikategorikan k e d alam p emberdayaan m asyarakat
bila k egiatan te rsebut bersifat f asilitatif n on in struktif d an dapat
memperkuat, meningkatkan atau mengembangkan potensi masyarakat
setempat, g una m encapai t ujuan yang di harapkan. P otensi s etempat
tersebut dapat berupa :
1. Community L eaders :para p emimpin ma syarakat b aik f ormal
maupun informal, tokoh masyarakat, kader dll
2. Community or ganizations : organisasi, l embaga, ke lompok
masyarakat.
3. Community fund :dana masyarakat
52
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
53
4. Community material : sarana masyarakat
5. Community knowledge :pengetahuan masyarakat
Agar masyarakat menjadi peduli kepada orangtua yang berada di
lingkungannya, m aka harus diberi p engetahuan b agaimana
merawat, m enyantuni lahir d an b atin l anjut u sia. P embekalan
kepada anggota m asyarakat i ni ad alah s ebagai salah s atu kunci
keberhasilan g erakan n asional pemberdayaan dalam u paya
meningkatkan k esejahteraan lanjut usia. Dengan di berikannya
pengetahuan b agaimana merawat l anjut u sia, diharapkan ak an
banyak relawan yang peduli terhadap lanjut usia (Martono, 2008)
6. Community t echnology : teknologi m asyarakat, t eknologi t epat
guna t ermasuk c ara b erinteraksi m asyarakat s etempat s ecara
cultural.
7. Community de cision m aking : pengambilan keputusan ol eh
masyarakat m elalui p roses m enemukan m asalah, m erencanakan
dan melakukan pemecahannya.
2.5 Konsep Perilaku
2.5.1 Pengertian perilaku
Perilaku merupakan respon at au r eaksi s eseorang t erhadap s timulus
(rangsangan dari luar). Oleh karna itu perilaku ini terjadi melalui proses
adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespon ( Skinner, 1938) da n de finisi l ain da ri pe rilaku a dalah s uatu
kegiatan atau ak tivitas o rganisme ( mahluk hi dup) yang b ersangkutan.
53
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
54
Sehingga yang dimaksud dengan prilaku manusia adalah tindakan atau
aktivitas d ari ma nnusia itu s endiri, b aik yang d apat d iamati s ecara
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
2.5.2 Jenis perilaku
Perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap s timulus dalam bentuk tertutup. Respon
atau r eaksi t erhadap s timulus i ni m asih t erbatas p ada p erhatian,
persepsi pe ngetahuan/kesadaran, d an s ikap yang t erjadi pa da or ang
yang m enerima s timulus te rsebut, d an b elum d apat d iamati s ecara
jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon s esorang t erhadap s timulus da lam be ntuk t indakan n yata
dan t erbuka. R espon t erhadap s timulus t ersebut sudah j elas da lam
bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat o leh o rang la in Benyamin B loom ( 1908) dalam
(Notoatmodjo, 2012).
2.5.3 Domain perilaku
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap s timulus
atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan
respon sangat t ergantung pada karakteristik a tau faktor l ain dari orang
yang bersangkutan. Faktor yang membedakan respon terhadap stimulus
54
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
55
yang berbeda disebut dengan determinan perilaku. Determinan perilaku
ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Determinan a tau f aktor i nternal, yaitu ka rakteristik or ang yang
bersangkutan, yang b ersifat b awaan, s eperti t ingkat k ecerdasan,
tingkat emosional, jenis kelamin.
2. Determinan atau faktor eksternal, yaitu lingkungan baik lingkungan
fisik, s osial, buda ya, e konomi, pol itik. Faktor l ingkungan i ni yang
paling mendominan perilaku seseorang.
Benyamin B loom ( 1908) s eorang a hli ps ikologi pe ndidikan
membagi p erilaku ma nusia k e d alam tig a d omain yaitu k ognitif
(cognitive), a fektif (affective), da n ps ikomotor (psychomotor).
Perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan, yaitu :
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan m erupakan ha sil da ri t ahu, da n i ni t erjadi
setelah s eseorang m elakukan pe nginderaan t erhadap s uatu obj ek
tertentu. P engetahuan atau r anah ko gnitif m erupakan dom ain yang
sangat p enting d alam m embentuk t indakan s eseorang (overt
behavior).
Tingkat pengetahuan di da lam dom ain kog nitif m empunyai e nam
tingkatan yaitu :
1. Tahu (know)
55
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
56
Tahu d iartikan s ebagai p engingat s uatu m ateri yang t elah
dipelajari s ebelumnya. Termasuk k edalam p engetahuan t ingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan
seluruh b ahan yang d ipelajari at au r angsangan yang t elah
diterima. M aka t ahu i tu m erupakan t ingkat p engetahuan yang
paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami di artikan s ebagai s uatu ke mampuan unt uk
menjelaskan s ecara b enar tentang obj ek yang diketahui, da n
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar
3. Aplikasi (aplication)
Kemampuan unt uk m enggunakan m ateri yang t elah di pelajari
pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (analysis)
Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Menunjuk ke pada s uatu ke mampuan unt uk meletakkan atau
menghubungkan ba gian-bagian k edalam s uatu be ntuk
keseluruhan yang b aru. Dengan k ata l ain s intesis ad alah s uatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
ada.
56
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
57
6. Evaluasi (evaluation)
Berkaitan de ngan ke mampuan unt uk m elakukan j ustifikasi a tau
penilaian t erhadap s uatu m ateri at au obj ek. P enilaian i ni
didasarkan p ada s uatu kriteria yang di tentukan s endiri, a tau
menggunakan kriteria yang telah ada.
2. Sikap (attitude)
Sikap m erupakan reaksi a tau r espon yang m asih t ertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manisfastasi sikap
itu t idak da pat l angsung di lihat, t etapi ha nya da pat di tafsirkan
terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Sikap menurut Newcomb
bahwa k esiapan a tau ke sedian unt uk be rtindak, da n buk an
merupakan p elaksanaan m otif t ertentu. S ikap be lum merupakan
suatu t indakan a tau a ktifitas, a kan t etapi m erupakan pr edisposisi
tindakan suatu perilaku.
Allport da lam H alim ( 1979) be rpendapat ba hwa s ikap
adalah k esiapan m ental d an saraf, yang terbentuk m elalui
pengalaman, yang m emberikan ar ah at au p engaruh yang dinamis
kepada r eaksi s eseorang t erhadap s emua o bjek dan k eadaan yang
menyangkut sikap itu.
Fishman dalam Sumarsono dan Partana (2004) memandang
bahwa s ikap s ebagai suatu keadaan kesiapan m ental, suatu variabel
antara yang me njembatani s uatu s timulus tertentu pada s eseorang
dengan respon terhadap stimulus itu. Dari berbagai pendapat tersebut
57
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
58
dapat di simpulkan ba hwa s ikap a dalah s uatu pe rilaku yang
dipertimbangkan sebagai suatu keadaan internal diri seseorang yang
timbul karena adanya stimulus dan menimbulkan respon seseorang.
Dari d efinisi itu k ita me ngetahui, s ikap timbul ma nakala
terdapat s uatu s timulus, da n s ikap i tu m encakup pe ngetahuan a tau
kekayaan mental t erhadap s esuatu, as pek r asa d an p andangan
seseorang terhadap sesuatu.
a. Komponen pokok sikap
Sikap m anusia b ermacam-macam. M enurut A zwar ( 2000)
komponen s ikap terdiri atas t iga ha l yaitu kom ponen kognitif,
afektif, dan konatif (perilaku).
1. Komponen Kognitif
Komponen kog nitif m enyangkut pe ngetahuan m engenai a lam
sekitar d an gagasan yang b iasanya merupakan ka tegori yang
dipakai da lam pr oses berpikir. M isalnya, da lam hubungan
dengan ke adaan ke bahasaan di Indonesia, kom ponen ko gnitif
menyangkut pengetahuan ki ta m engenai ba hasa-bahasa y ang
terdapat atau di pergunakan di Indonesia dan pe nggolongan
bahasa-bahasa i tu m enjadi b ahasa Indonesia, b ahasa d aerah,
dan bahasa asing.
2. Komponen Afektif
Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap
objek sikap dan perasaan yang menyangkut masalah emosional
58
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
59
subjektif. K omponen a fektif m enyangkut ni lai r asa baik atau
tidak bai k, suka atau tidak s uka terhadap s esuatu. A pabila
seseorang memiliki rasa baik atau suka terhadap sesuatu berarti
memiliki sikap p ositif terhadap s esuatu t ersebut. M isalnya
seseorang yang menyukai bahasa Jawa itu artinya dia memiliki
sikap yang positif terhadap bahasa Jawa.
Sebaliknya ap abila s eseorang k urang s uka t erhadap
bahasa Jawa, maka dia memiliki sikap negatif terhadap bahasa
Jawa. K omponen afektif i tu pa da um umnya t ertanam s ejak
lama d an m erupakan s alah s atu aspek d ari s ikap yang paling
bertahan l ama. N amun s ebaliknya, ap abila s eseorang
mempunyai r asa tidak s uka atau tidak bai k terhadap s esuatu,
maka ia mempunyai sikap negatif terhadap sesuatu tersebut.
3. Komponen Konatif / perilaku
Komponen kona tif/perilaku menunjukkan ba gaimana
perilaku atau kecenderungan b erperilaku yang a da da lam di ri
seseorang be rkaitan de ngan obj ek s ikap yang di hadapinya.
Kaitan i ni d idasari o leh as umsi b ahwa k epercayaan d an
perasaan banyak mempengaruhi pe rilaku. Dengan ka ta l ain,
konatif m enyangkut ke cenderungan seseorang u ntuk be rbuat
atau bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu keadaan.
Komponen kona tif m eliputi be ntuk pe rilaku yang t idak
hanya dapat d ilihat s ecara langsung saja, akan t etapi meliputi
59
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
60
pula be ntuk-bentuk pe rilaku yang b erupa p ernyataan atau
perkataan yang diucapkan seseorang. Misalnya seseorang yang
mempunyai s ikap positif te rhadap mo de r ambut r emaja ma sa
kini t idak ha rus di cerminkan ol eh i kut sertanya ia m emotong
rambut m enurut m ode r emaja m asa ki ni. A kan t etapi d apat
disimpulkan d ari p ernyataan yang m engatakan b ahwa i a m au
memotong rambutnya menurut model tersebut.
b. Berbagai tingkatan sikap
Seperti h alnya d engan p engetahuan, s ikap i ni t erdiri d ari
berbagai tingkatan yaitu :
1. Menerima (Reveiving)
Menerima d iartikan b ahwa orang ( subjek) m au da n
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan j awaban apabila d itanya, m engerjakan, d an
menyelesaikan t ugas yang di berikan a dalah s uatu i ndikasi
dari s ikap, ka rena de ngan s uatu us aha unt uk menjawab
pertanyaan at au m engerjakan t ugas yang d iberikan, t erlepas
dari p ekerjaan i tu b enar at au s alah, ad alah b erarti b ahwa
orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
suatu m asalah ad alah suatu i ndikasi s ikap t ingkat t iga.
60
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
61
Seorang lansia yang mengajak tetangga nya untuk mengikuti
kegiatan di posyandu l ansia de ngan m aksud unt uk
memeriksakan kesehatan mereka di posyandu lansia.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan s egala r esiko m erupakan s ikap ya g pa ling t inggi.
Misalnya seorang lansia yang menjadi kader dalam kegiatan
posyandu lansia meskipun lansia tersebut memiliki pekerjaan
lainnya di luar posyandu lansia.
3. Praktik atau tindakan (Practice)
Suatu s ikap be lum ot omatis t erwujud da lam s uatu t indakan (overt
behavior). U ntuk m ewujudkan s ikap da lam s uatu pe rbuatan n yata
diperlukan f aktor p endukung a tau s uatu kondi si yang
memungkinkan, antara lain a dalah fasilitas da n j uga di perlukan
faktor dukun gan (support) dari pi hak l ain. D an pr aktik i ni
mempunyai beberapa tingkatan yaitu :
1. Respon terpimpin (guided response)
Dapat melalkukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai de ngan c ontoh m erupakan i ndikator pr aktik t ingkat
pertama.
61
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
62
2. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, a tau s esuatu i tu s udah m erupakan ke biasaan, m aka i a
sudah mencapai praktik tingkat kedua.
3. Adopsi (adoption)
Adopsi a dalah s uatu pr aktik a tau t indakan yang s udah
berkembang de ngan b aik. A rtinya t indakan i tu s udah di
modifikasikannya t anpa m engurangi k ebenaran t indakan
tersebut. Pengukuran pr ilaku dapat dapat di lakukan secara t idak
langsung yakni d engan w awancara t erhadap k egiatan-kegiatan
yang t elah di lakukan. P engukuran j uga da pat di l akukan s ecara
langsung, yakni de ngan m engobservasi t indakan da n kegiatan
responden. P engukuran pr aktik j uga da pat di ukur da ri ha sil
prilaku tersebut.
2.6 Theory Social determinant of health
Beberapa t eori da pat digunakan unt uk m enganalisis f aktor
determinan dari partisipasi lansia. Salah satunya adalah Social Determinant
of H ealth (SDH). T eori S DH yang di kemukakan ol eh M armot. M da n
Wilkinson. R , ( 2003), ba hwa S DH m erupakan faktor s osial yang p aling
dominan dalam mempengaruhi kesehatan perseorangan. Ada 10 faktor yang
disebutkan da lam t eori tersebut yakni t ingkatan s osial, s tres, ke hidupan
62
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
63
awal, pe ngucilan s osial, pe kerjaan, p engangguran, dukun gan s osial,
ketagihan, makanan, dan transportasi.
Penjabaran d ari t eori Social D eterminant o f H ealth (SDH) y ang
terkait dengan penelitian yaitu:
1. Tingkatan s osial yang d imaksud a dalah be rkaitan de ngan kondi si
sosial e konomi yang mempengaruhi k esehatan. Y akni t entang
kaya, m iskin, s ejahtera, t idak s ejahtera. Marmot, (2003)
menyebutkan bahwa tingkatan sosial individu yang tinggi memiliki
risiko l ebih r endah untuk m engalami s akit da n ke matian
dibandingkan dengan individu dengan tingkat sosial rendah. Lansia
yang me ngalami s akit akan me mpengaruhi tin gkat p artisipasi,
Tetapi p ada ma salah tin gkatan s osial p ada la nsia tid ak d iteliti
karena keterbatasan penelitian dan membutuhkan waktu yang lama.
2. Stres m erupakan b agian d ari s osial d eterminan k esehatan. P ada
lansia, s tres s angat dipengaruhi ol eh ke adaan s osial da n
kejiwaannya. P ada pe nelitian i ni t idak a kan di lakukan a nalisis
terhadap hubun gan a ntara stres d engan pa rtisipasi l ansia. Stres di
sini m embahas m engenai m asalah k eadaan seseorang t erkait
pekerjaannya, d imana d engan ad a t idaknya p ekerjaan
mengakibatkan stres, tetapi stres berat dialami oleh seseorang yang
tidak me miliki p ekerjaan. Hal i tu di karenakan p emeriksaan s tress
memiliki cara pengukuran tersendiri dan membutuhkan waktu yang
lama.
63
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
64
3. Kehidupan a wal m erupakan s alah s atu f aktor d eterminan d ari
kesehatan i ndividu. D iawali de ngan a danya dukung an da ri
orangtua t entang p endidikan d an k esehatan an aknya. P ada l ansia,
kehidupan a wal m erupakan ke hidupan yang dimulai s ejak di a
berada dalam kandungan. Berkaitan dengan nutrisi yang diberikan
saat dia tumbuh dan pendidikan yang diberikan orangtua padanya.
Marmot, 2006 t entang determinan s osial ke sehatan pa da l ansia,
menyebutkan ba hwa p endidikan m erupakan s alah s atu f aktor
determinan yang mempengaruhi lansia dalam kesehatannya, karena
dengan pe ndidikan yang di p eroleh m aka akan m empengaruhi
pengetahuan dari lansia.
4. Faktor p engucilan sosial yang di maksud ol eh M armot, 2003
berkaitan de ngan nor ma, d iskriminasi, stigma ma syarakat yang
menganggap l ansia s udah t idak pr oduktif l agi dan m enganggpa
sebagai b eban d i m asyarakat, kebencian, da n pe ngangguran.
Pengucilan s osial m enghalangi s eseorang u ntuk b erpartisipasi
dalam s uatu pe ndidikan, pe latihan, m aupun m endapatkan a kses
kesehatan. Diskriminasi la nsia te rjadi d ikarenakan s tatus
pendidikan r endah/buta huruf, be rpengaruh pa da ke percayaan di ri
dan perilaku lansia, lansia tidak memiliki daya upaya, lansia akan
merasa d irinya m emang w arga m asyarakat yang d ependen d an
tidak dapat memberikan kontribusi apa-apa. Pengucilan sosial erat
kaitannya dengan ca ra b ersosialisasi l ansia dengan l ansia l ainnya.
64
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
65
Sehingga, s emakin erat sosialisasi yang d ibentuk o leh s eseorang,
maka p artisipasi lansia ke pos yandu s emakin t inggi. Diskriminasi
usia s angat s ulit di ukur. H anya a da s edikit pe nelitian yang
dilakukan mengenai diskriminasi usia dan sulit.
5. sosial d ari k esehatan adalah p ekerjaan. P ekerjaan d isini e rat
kaitannya d engan s tres, d itempat k erja yang m enyebabkan
terjadinya p enyakit p ada s eseorang. Aktivitas adalah s alah s atu
determinan s osial da ri ke sehatan. l ansia m erupakan ke lompok
sumber da ya m anusia ( SDM) yang tidak pr oduktif
(ketergantungan). K enyataannya m asih b anyak l ansia yang m asih
produktif da n m ampu be rperan a ktif da lam ke hidupan
bermasyarakat, b erbangsa, d an b ernegara, n amun k arena f aktor
usia, tentunya lansia dihadapkan dengan keterbatasan. Berdasarkan
kegiatan s ehari-hari, pe nduduk us ia ke rja t ermasuk j uga l ansia
diklasifikasikan me njadi dua ke lompok, yaitu a ngkatan ke rja da n
bukan a ngkatan ke rja. A ngkatan ke rja m erupakan ke lompok
penduduk us ia ke rja yang aktif m elakukan k egiatan e konomi,
mencakup mereka yang melakukan kegiatan bekerja/berusaha dan
mereka yang aktif mencari pekerjaan/usaha. Sedangkan penduduk
bukan a ngkatan ke rja m encakup m ereka yang s edang be rsekolah,
mengurus rumah t angga da n m ereka yang m elakukan ke giatan
lainnya s eperti p ensiun, pe nerima t ransfer/kiriman, pe nerima
65
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
66
deposito/bunga b ank, j ompo a tau a lasan yang l ain ( Profil lansia,
2009).
Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2009, ha mpir separuh
(47,44 persen) lansia di Indonesia memiliki kegiatan utama bekerja
dan s ebesar 0,41 pe rsen t ermasuk m enganggur/mencari ke rja,
kemudian m engurus r umah t angga 27,88 pe rsen da n ke giatan
lainnya sekitar 24,27 persen (BPS RI, 2009). Tingginya persentase
lansia yang bekerja dapat dimaknai bahwa sebenarnya lansia masih
mampu be kerja s ecara pr oduktif unt uk m embiayai ke hidupan
rumah t angganya, na mun di sisi lain m engindikasikan ba hwa
tingkat kesejahteraan lansia masih rendah, sehingga meskipun usia
sudah l anjut, l ansia t erpaksa be kerja unt uk m embiayai ke hidupan
rumah t angganya. B erdasarkan ha sil s tudi l ansia t ahun 2008,
tingginya pa rtisipasi pe nduduk l ansia yang b ekerja, a ntara l ain
karena k ebutuhan e konomi r umah t angga, m emanfaatkan w aktu
luang, da n m enjaga k esehatan (Komnas Lansia, 2010) . Aktivitas
memiliki hubungan dengan partisipasi lansia ke posyandu. Hal ini
sesuai de ngan pe nelitian M enurut pe nelitian F ahrun dkk (2009)
faktor yang mempengaruhi kunjungan lansia ke posyandu lansia di
RW 7 K elurahan W onokusumo K ecamatan S emampir S urabaya
adalah pekerjaan, pendapatan, tingkat pengetahuan dan pola tempat
tinggal. Pengaruh pekerjaan dengan kunjungan lansia ke posyandu
adalah 69,3% ibu rumah tangga dan 6,6% wiraswata dan PNS.
66
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
67
6. Pengangguran merupakan keadaaan individu yang tanpa pekerjaan
atau an gkatan k erja yang s ama s ekali t idak b ekerja d an m encari
pekerjaan ( Buletin l ansia, 2009) . Lansia pe ngangguran akan
menimbulkan ke sakitan da n ke matian yang cepat. M armot, 2003,
menjelaskan b ahwa p engangguran b erkaitan d engan ad anya
peningkatan d epresi d an s tres. P enelitian i ni tidak m elakukan
research t erhadap t ingkat s tres da ri l ansia. D engan kondi si l ansia
yang t idak s ehat m aka a kan m empengaruhi t ingkat pa rtisipasi
lansia.
7. Dukungan s osial j uga merupakan s alah s atu f aktor de terminan
sosial dari kesehatan. Berdasarkan studi awal yang telah dilakukan,
didapatkan hasil bahwa dukungan sosial mempengaruhi partisipasi
lansia ke pos yandu. Dukungan s osial yang di maksud t erdiri da ri
dukungan kader, petugas kesehatan, tetangga, keluarga, teman, dan
tokoh tokoh masyarakat dan agama. Ditambahakan teori dukungan
sosial m odifikasi T aylor ( 2009), dukun gan s osial t erdiri da ri 5
bentuk e mosional, i nformasional, i nstrumental dan ap praisal d an
kelompok s osial, da pat di rinci s ebagai b erikut ( a) D ukungan
emosional A spek i ni m elibatkan ke kuatan j asmani da n ke inginan
untuk pe rcaya p ada or ang l ain s ehingga i ndividu yang
bersangkutan m enjadi yakin b ahwa o rang l ain t ersebut m ampu
memberikan cinta da n kasih s ayang ke padanya. D ukungan i ni
mencakup un gkapan e mpati, ke pedulian d an perhatian t erhadap
67
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
68
individu, s ehingga i ndividu t ersebut m erasa n yaman, di cintai da n
diperhatikan. B eberapa h al yang t ermasuk i nteraksi yang
mendukung a dalah m endengarkan de ngan penuh pe rhatian,
merefleksikan p ernyataan s ubjek, m enawarkan s impati d an
menyakinkan k embali, m embagi pe ngalaman pr ibadi d an
menghindari konflik, (b) Dukungan Instrumental aspek ini meliputi
penyediaan sarana untuk mempermudah atau menolong orang lain
sebagai c ontohnya a dalah pe ralatan, pe rlengkapan, da n s arana
pendukung l ain da n t ermasuk di dalamnya m emberikan pe luang
waktu untuk memberikan bantuan langsung. Dukungan ini dikenal
juga d engan i stilah dukung an pe rtolongan, duk ungan n yata a tau
dukungan m aterial, ( c) D ukungan Informatif, aspek i ni b erupa
pemberian i nformasi unt uk m engatasi m asalah. Aspek i nformatif
ini terdiri dari pemberian nasehat, pengarahan, dan keterangan lain
yang di butuhkan ol eh i ndividu yang be rsangkutan, s ehingga
individu dapat m engatasi m asalahnya dan m encoba m encari j alan
keluar unt uk m emecahkan m asalahnya, ( d) D ukungan pe nilaian /
penghargaan, aspek i ni terdiri a tas dukun gan p eran s osial yang
meliputi um pan ba lik, pe rbandingan s osial, da n a firmasi
(persetujuan). P emberian dukunga n i ni m embantu i ndividu unt uk
melihat s egi p ositif yang ada d alam d irinya d ibandingkan d engan
keadaan orang l ain yang be rfungsi untuk menambah penghargaan
diri, m embentuk ke percayaan di ri da n k emampuan s erta m erasa
68
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
69
dihargai dan berguna saat individu mengalami tekanan. Dukungan
sosial da lam be ntuk p enilaian yang pos itif dapat m embantu
individu da lam m engembangkan ke pribadian dan m eningkatkan
identitas di ri, ( e) K elompok s osial, be ntuk d ukungan i ni a kan
membuat i ndividu merasa a nggota da ri s uatu ke lompok y ang
memiliki k esamaan minat d an aktifitas s osial d engannya. D engan
begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.
8. Kecanduan a tau ke tagihan yang di maksud ol eh M armot, 2003
adalah b erkaitan d engan a lkohol, oba t-obatan, t embakau, da n
menderita k arena pe nggunaannya. D isebutkan p ula ba hwa ha l i tu
bisa t erjadi k arena ad anya p engaruh d ari l ingkungan s osial.
Kecanduan tembakau atau perokok bisa terjadi pada lansia. Namun
pada pe nelitian i ni t idak m enjelaskan t entang hubung an p erokok
dengan kesehatan lansia.
9. Makanan yang di maksud ol eh M armot, 2003, adalah be rkaitan
dengan di et untuk menjaga kesehatan d an menghindari t erjadinya
mal nut risi. B erdasarkan s tudi a wal yang telah di lakukan,
didapatkan ha sil ba hwa pos yandu l ansia m elaksanakan k egiatan
yang disebut pemberian makanan tambahan (PMT). PMT diberikan
dalam upaya menjaga kelangsungan kesehatan lansia yang hadir ke
posyandu. P enelitian i ni t idak m elakukan research mengenai d iet
gizi. H al i tu di karenakan pe nelitian i ni l ebih di tekankan pa da
69
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
70
menganalisis hubungan dari sebuah teori dengan partisipasi lansia
ke posyandu.
10. Faktor l ain d eterminan sosial d ari k esehatan ad alah t ransportasi.
Kebijakan t ransportasi yang di sebutkan be rkaitan de ngan j arak
yang di tempuh ol eh l ansia ke pos yandu unt uk berpartisipasi da n
alat tr ansportasi itu s endiri. B erdasarkan h asil s tudi a wal d ari
penelitian i ni, di sebutkan ba hwa t ransportasi berhubungan e rat
dengan pa rtisipasi l ansia ke pos yandu. H al i ni s esuai de ngan
penelitian J uniardi ( 2012) da lam pe nelitiannya t entang pa rtisipasi
lansia m enyebutkan ba hwa f aktor yang m empengaruhi pa rtisipasi
lansia adalah salah s atunya yaitu pengetahuan l ansia, j arak rumah
dengan lokasi posyandu terhadap tingkat partisipasi.
2.7 Teori dukungan sosial
Dukungan sosial didefinisikan oleh Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino
(1998) s erta T aylor ( 2009), s ebagai t ransaksi i nterpersonal yang m elibatkan
satu at au l ebih as pek-aspek yang t erdiri da ri pe rhatian e mosional, b antuan
instrumental, p emberian i nformasi, ad anya p enilaian at au p enghargaan d an
kelompok sosial.
Sheridan da n R admacher ( 1992), Sarafino ( 1998) da n T aylor (2009),
membagi dukungan sosial dalam lima bentuk, yaitu :
a. E mosional A spek i ni m elibatkan ke kuatan j asmani da n ke inginan unt uk
percaya pa da or ang l ain s ehingga i ndividu yang be rsangkutan m enjadi
70
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
71
yakin b ahwa or ang l ain t ersebut m ampu m emberikan c inta da n k asih
sayang kepadanya. Dukungan ini mencakup ungkapan empati, kepedulian
dan pe rhatian t erhadap i ndividu, sehingga i ndividu t ersebut m erasa
nyaman, di cintai d an di perhatikan. Beberapa ha l yang t ermasuk interaksi
yang mendukung adalah mendengarkan dengan penuh perhatian.
b. Instrumental Aspek ini meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah atau
menolong orang l ain sebagai contohnya adalah pe ralatan, perlengkapan, dan
sarana pendukung lain dan termasuk didalamnya memberikan peluang waktu
untuk m emberikan bantuan l angsung. Dukungan i ni d ikenal j uga d engan
istilah dukungan pertolongan, dukungan nyata atau dukungan material.
c. Informatif
Aspek i ni be rupa pe mberian i nformasi unt uk m engatasi m asalah. Aspek
informatif ini t erdiri dari pemberian nasehat, pengarahan, dan keterangan
lain yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan, sehingga individu
dapat mengatasi m asalahnya d an m encoba m encari j alan k eluar u ntuk
memecahkan masalahnya.
d. Penilaian / Penghargaan
Aspek i ni t erdiri a tas du kungan pe ran s osial yang m eliputi um pan ba lik,
perbandingan sosial, dan afirmasi (persetujuan). Pemberian dukungan ini
membantu i ndividu unt uk m elihat s egi pos itif y ang ada da lam di rinya.
Dukungan s osial da lam be ntuk pe nilaian yang pos itif da pat m embantu
individu da lam m engembangkan ke pribadian da n m eningkatkan i dentitas
diri.
71
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah
72
e. Kelompok sosial
Bentuk dukun gan i ni a kan m embuat i ndividu m erasa a nggota da ri s uatu
kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya.
Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.
Dalam k aitannya d engan p eran s ebagai p emberi d ukungan, I fe
dalam A di (2008), m elihat ba hwa s alah s atu p eran d ari pe mberdayaan
masyarakat a dalah unt uk m enyediakan da n m engembangkan dukun gan
terhadap warga yang mau terlibat da lam s truktur dan aktivitas komunitas
tersebut. D ukungan i tu s endiri t idak s elalu be rsifat e kstrinsik a taupun
materil, te tapi d apat ju ga b ersifat in strinsik s eperti p ujian, p enghargaan
dalam be ntuk ka ta-kata, a taupun s ikap d an pe rilaku yang m enunjukkan
dukungan da ri pe laku perubahan t erhadap apa yang di lakukan ol eh
masyarakat. S eperti m enyediakan w aktu ba gi lansia bila m ereka i ngin
berbicara dengannya guna membahas permasalahan yang mereka hadapi.
2.7.1 Sumber dukungan sosial
Dukungan s osial da pat di penuhi da ri t eman atau pe rsahabatan,
keluarga, dokter (petugas ke sehatan), ps ikolog, psikiater ( Sarafino,1998).
Hal s enada j uga diungkapkan ol eh T aylor ( 2009), ba hwa dukunga n s osial
bersumber dari orang yang memiliki hubungan berarti bagi individu seperti
keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan kerja, tetangga, dan saudara.
72
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS Determinan Sosial Kesehatan Partisipasi..... Diyan Mutyah