bab 2 tinjauan pustaka 2.1 konsep penyakit hiv dan …

18
6 IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit HIV dan AIDS 2.1.1 Definisi HIV (Human Immunodeficiency Virus) Seseorang yang positif HIV telah menjalani dua tes pemeriksaan yang telah dilakukan, yaitu tes awal laboratorium dan tes konfirmasi bahwa menunjukkan hasil positif. Klien terinfeksi HIV bisa menularkan virus kepada orang lain (The U.S Departement Of Health, 2015). HIV atau human immunodeficiency virusyaitu suatu penyakit menyerang imun manusia, yang dapat menginfeksi setiap orang. Dapat bereproduksi diri sendiri didalam sel, dan jika sudah terinfeksi kekebalan tubuh manusia bisa turun sehingga gagal melawan infeksi, kelanjutan dari penyakit HIV yaitu acquired immune deficiency syndrome (AIDS)(Nursalam et al., 2018). 2.1.2 Manifestasi klinis Pasien AIDS rentan terhadap infeksi protozoa, bakteri, fungus, dan virus. Pneumonia Pnuemocytis Carinii (PPC) adalah infeksi serius yang paling sering dijumpai dengan gejala panas yang pendek, sesak nafas, batuk, nyeri dada, dan demam. Hal ini hampir serupa tanda dan gejalanya dengan pasien AIDS yang disertai Tuberkulosis (TB) karena Mycobacterium tuberculosis. Infeksi lainnya seperti fungus antara lain kandidiasis, kriptokokosis, dan histoplasmosis. Infeksi opurtunistik yang disebabkan oleh virus sangat beragam dan merupakan penyebab semakin parahnya patologi yang terjadi (Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2010).

Upload: others

Post on 29-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit HIV dan AIDS

2.1.1 Definisi HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Seseorang yang positif HIV telah menjalani dua tes pemeriksaan yang

telah dilakukan, yaitu tes awal laboratorium dan tes konfirmasi bahwa

menunjukkan hasil positif. Klien terinfeksi HIV bisa menularkan virus kepada

orang lain (The U.S Departement Of Health, 2015). HIV atau human

immunodeficiency virusyaitu suatu penyakit menyerang imun manusia, yang dapat

menginfeksi setiap orang. Dapat bereproduksi diri sendiri didalam sel, dan jika

sudah terinfeksi kekebalan tubuh manusia bisa turun sehingga gagal melawan

infeksi, kelanjutan dari penyakit HIV yaitu acquired immune deficiency syndrome

(AIDS)(Nursalam et al., 2018).

2.1.2 Manifestasi klinis

Pasien AIDS rentan terhadap infeksi protozoa, bakteri, fungus, dan virus.

Pneumonia Pnuemocytis Carinii (PPC) adalah infeksi serius yang paling sering

dijumpai dengan gejala panas yang pendek, sesak nafas, batuk, nyeri dada, dan

demam. Hal ini hampir serupa tanda dan gejalanya dengan pasien AIDS yang

disertai Tuberkulosis (TB) karena Mycobacterium tuberculosis. Infeksi lainnya

seperti fungus antara lain kandidiasis, kriptokokosis, dan histoplasmosis. Infeksi

opurtunistik yang disebabkan oleh virus sangat beragam dan merupakan penyebab

semakin parahnya patologi yang terjadi (Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare,

2010).

7

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

Acquired Immunodeficiency Sindrom (AIDS) memiliki beragam

menifestasi kliis dalam bentuk keganansan dan infeksi opurtunistik. Jenis

keganasan yang sering dijumpai pada pasien yang terinfeksi HIV adalah myeloma

multipel, leukemia limfositik akut sel B, limfoma limfoblastik T, penyakit

Hodgkin, karsinoma anus, kasrsinoma sel skuamosa di lidah, karsinoma

adenoskuamosa paru, adenokarsinoma kolon dan pankreas, kanker serviks, dan

kanker testis (Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2010).

2.1.3 Diagnostik

Terdapat dua macam pendekatan untuk tes HIV(Jennifer L, Weinberg,

Carrie L, 2010) :

Penegakkan diagnostik pada HIV-AIDS ada dua macam pendekatan, yaitu

secara sukarela dan atas inisiatif petugas kesehatan. Memastikan diagnosis infeksi

HIV dilakukan beberapa jenis pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan serologik

berfungsi untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV dan pemeriksaan untuk

mendeteksi keberadaan virus HIV.Vaksinasi, anti ARV, profilaksis dan

pengobatan infeksi oportunistik serta konseling ialah komponen mayor dari terapi

HIV. Masing-masing memiliki pesan yang sangat penting untuk memperbaiki

kualitas hidup & mengurangi penderitaan.

Masyarakat indonesia sampai saat ini tes HIV masih bersifat voluntary.

Walaupun telah dilakukan berbagai macam penyuluhan tentang HIV-AIDS,

jumlah penduduk yang telah melakukan tes HIV masih rendah. Kurangnya

kesadaran masyarakat bahwa, sebenarnya HIV-AIDS mengancam kita semua.

Karena stigma yang melekat pada Klien HIV-AIDS begitu kuat. Menyebabkan

8

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

sebagian orang merasa malu, enggan, takut saat akan melakukan pemeriksaan

dilaboratorium, sehingga tidak jadi melakukan pemeriksaan.

2.1.4 Epidemiologi

Berdasarkan data 36,9 juta orang diseluruh dunia menderita HIV (UNAIDS,

2018). Epidemi HIV-AIDS menjadi masalah di Indonesia yang merupakan negara

urutan ke-5 paling banyak beresiko terinfeksi HIV-AIDS di Asia (Kementerian

Kesehatan RI, 2013). Laporan kasus baru HIV ada peningkatan setiap tahun sejak

pertama kali dilaporkan pada tahun 1987. Lonjakan peningkatan paling banyak

adalah pada tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015, yaitu sebesar 10.315

kasus. Berdasarkan data Ditjen pencegahan dan penanggulangan penyakit (P2P),

laporan tahun 2017 yang bersumber dari Sistem Informasi HIV-AIDS dan IMS

(SIHA) menunjukkan terjadi peningkatan angka kasus orang terinfeksi HIV

namun untuk AIDS relatif stabil, hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak

ODHA yang berstatus masih terinfeksi HIV namun masih belum masuk pada

stadium AIDS. Berdasarkan data dari SIHA lima provinsi dengan jumlah infeksi

HIV terbesar adalah Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Papua, sedangkan untuk kasus AIDS yang terbanyak adalah provinsi Jawa

Tengah, Jawa Barat, Papua, Jawa Timur dan Bali.

Tabel 2.1 Jumlah Tes HIV Positif Kelompok Risiko (Kemenkes, 2017)

No Kelompok Beresiko Tes HIV HIV Positif

Persentase

HIV Positif

(%)

1 WPS (Wanita Penjaja Seks) 161.215 3.313 2,06

2 PPS (Pria Penjaja Seks) 2.063 112 5,43%

3 Waria (Wanita Pria) 25.533 1.002 3,92%

4 LSL (Lelaki Seks Lelaki) 153.154 10.628 6.94%

9

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

5 IDU (Injecting Drug User) 18.930 832 4.40%

6 Pasangan Risti (Risiko

Tinggi)

95.336 4.097 4.30%

7 Pelanggan PS (Pasangan

Pekerja Seks)

34.800 3.257 9.36%

8 Lain-lain 347.562 3.935 1.3%

9 WBP (Warga Binaan

Pemasyarakatan)

43.704 439 1.00%

10 Sero Discordant (Salah satu

pasangan memiliki HIV,

sementara yang lain tidak

424 360 84.91%

2.1.5 Penularan HIV

Ada tiga cara seseorang bisa tertular atau menularkan HIV-AIDS(Haryono

Rudi, 2019)menyebutkan sebagai berikut :

1) Hubungan seksual

Untuk mengurangi resiko tertular HIV, sebaiknya menggunakan kondom

dengan benar dan konsisten saat berhubungan, batasi jumlah pasangan

seksual, dan jangan pernah berbagi peralatan suntik narkoba. HIV-AIDS lebih

mudah terjadi penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus

seperti herpes genitalis, silifilis, gonore.

2) Kontak langsung

Seseorang bisa tertular atau menularkanHIV-AIDS karena hal-hal berikut :

a. Transfusi darah tercemar HIV

b. Pemakian jarum yang tidak steril

c. Pemakaian bersama jarum suntik

d. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan

10

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

2.1.6 Stadium HIV

Stadium HIV-AIDS dibagi menjadi 4 stadium berdasarkan(Kemenkes,

2017):

1) Stadium pertama :HIV

Infeksi HIV dimulai dari masuknya virus HIV ke dalam tubuh diikuti

perubahan serologis saat antibodi terhadap virus berubah dari negatif menjadi

positif.

2) Stadium kedua : Asimptomatik (tanpa gejala)

Pada stadium ini klien HIV dapat menularkan penyakitnya melalui

cairan tubuh. Asimptomatik yaitu tidak munculnya gejala yang ditunjukkan

tapi virus HIV sudah ada didalam tubuh, keadaan ini berlangsung ± 5-10

tahun.

3) Stadium ketiga : pembesaran kelenjar limfe

Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent

Generalized lymphadenopathy) bisa muncul dimana saja tidak hanya pada

satu tempat, dan berlangsung lebih dari satu bulan.

4) Stadium keempat :AIDS

Pada stadium ini sudah muncul gejala berbagai penyakit seperti

penyakit konstitusional, penyakit saraf dan penyakit infeksi sekunder.

Tabel 2.1Klasifikasi Stadium WHO(The U.S Departement Of Health,

2015)Untuk Orang Dewasa dan Remaja Terinfeksi HIV Stadium Klinis Kondisi Klinis atau Gejala

Infeksi primer HIV 1. Asimptomatis

2. Sindrom retrovirus akut

Infeksi stadium I 1. Asimptomatis 2. Limfadenopaati generasisata persisten

Infeksi stadium II 1. Penurunan berat badan sedang yang tidak diketahui

11

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

sebabnya (<10% dari berat badan yang terukur)

2. Infeksi traktus respiratorius rekuren (sinusitis, otitis

media, faringitis)

3. Herpes zoster 4. Cheilitis angular

5. Ulserasi oral rekuren

6. Erupsi pruritik papular 7. Infeksi jamur pada kuku jari ekstremitas

Infeksi stadium III 1. Penurunan berat badan yang berat (<10% berat badan

yang terukur)

2. Demam persisten yang tidak diketahui penyebabnya (intermiten atau konstan selama > 1 bulan)

3. Kandidiasis oral

4. Oral hairy leukoplakia 5. Tuberkulosis paru, didiagnosis selama 2 tahun terakhir

6. Infeksi bakteri berat (pneumonia, empiema,

piomiositis, infeksi tulang atau sendi, meningitis,

bakteremia) 7. Stomatitis, gingivitis/periontitis ulseratif nekrosis akut.

8. Kondisi anemia yang tidak diketahu penyabbanya

(<8g/dl) dengan atau neutropenia (500/mm3) atau trombositopeni (<50.000/mm3) selama >1 bulan

(kondisi dikonfirmasi melalui uji diagnosistik)

Infeksi stadium IV 1. HIV wasting syndrome

2. Pneumonia pneumocystis 3. Bakteri berat atau secara radiologi dan rekuren

4. Infeksi herpes simpleks kronik

5. Kandidas esofageal 6. Tuberkulosis ekstraparu

7. Sarkoma kaposi

8. Toksoplasmosis pada sistem saraf pusat 9. Ensefalopati HIV

10. Infeksi herpes simpleks viseral

2.1.7 Prinsip penatalaksanaan Klien HIV

Beberapa prinsip diantaranya pemberian nutrisi demi memulihkan status

imun, dukungan psikologis serta pola hidup sehat. Pemberian Antiretroviral

therapy (ART) kombinasi, terapi infeksi sekunder, berikut ini prinsip pemberian

ARV (Tjokroprawiro, 2015):

1) Indikasi dan pemberian ARV secara tepat dan sesuai

12

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

2) Pemberian ARV harus dengan kombinasi, kurang lebih dengan 3 jenis obat

untuk memperkecil resistensi obat

3) Pemilihan obat lini pertama diprioritaskan, selanjutnya pemilihan obat lini

kedua atau obat lainnya

4) Pemberian obat ditentukan pada stadium klinis penderita

5) Kompleksitas ARV sangat tinggisehingga menyebabkan beberapa obat

mengalami interaksi dan efek samping jika berinteraksi dengan obat lain non

ARV

6) Resisten harus selalu diperhatikan, umumnya setelah 2 tahun mengkonsumsi

ARV

7) Informasi yang lengkap harus disampaikan kepada penderita mengenai tujuan

ARV, efek samping, resistensi obat dan dampak jika menghentikan ARV

secara sepihak. Selain itu juga menyampaikan hasil laboratorium secara

berkala

8) Edukasi dan motivasi supaya Klien tidak terlalu larut dalam kecemasan

9) Monitoring penggunaan ARV

10) Interaksi obat satu sama lain perlu diperhatikan secara seksama

2.2 Konsep Respon Psikologis Penderita HIV

Tahapan berduka terdapat 5 tahapanKubler Ross, (2004), yaitu:

1) Denial (Penolakan)

Penolakan atau denial merupakan salah satu mekanisme pertahanan yang

biasa dilakukan orang untuk melindungi hal yang ia percayai.

2) Anger (Marah)

13

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

Memudarnya efek penyangkalan dan isolasi akan diiringi dengan rasa sakit

yang belum bisa diterima seseorang. Seseorang dengan rasa sakit rentan

terpicu emosi untuk melampiaskan rasa sakitnya melalui kemarahan.

3) Bergaining (Penawaran)

Fase ini adalah fase pertahanan yang paling lemah dalam melindungi

seseorang dari kenyataan yang menyakitkan. Seseorang mulai percaya

terhadap apa yang sudah menimpanya, diam-diam akan membuat

kesepakatan dengan Tuhan sebagai upaya melindungi diri dari rasa sakit.

4) Depression (Depresi)

Depresi ini sebuah persiapan untuk melepas dan menerima seluruh keadaan.

Dalam tahapan ini menunjukkan sikap sangat penurut,keragu-raguan,

menyataan keputusasaan, sikap menarik diri, kesedihan , bahkan merasa tidak

berharga.

5) Acceptance (Penerimaan)

Perasaan kurang puas dalam fase ini bisa diminimalisir apabila seseorang

sudah mampu menerima. Tahapan ini akan memikirkan objek yang hilang

beralih ke objek lain, dan menerima kenyataan kehilangan. Serta mulai

memandang ke depan.

2.2.1 Konsep Respon Sosial

Aspek psikososial (Stewart, 1997)dibedakan menjadi tiga aspek yaitu:

1) Diskriminasi terhadap klien HIV, misalnya penolakan ditempat bekerja

dan hidup serumah juga akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan.

14

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

2) Stigma sosial bisa memperparah depresi dan pandangan yang negatif

tentang harga diri pasien.

3) Proses terjadinya respon psikologis yang lama, mulai dari penolakan,

marah-marah, tawar-menawar, dan depresi, mengakibatkan keterlambatan

upaya pencegahan, penanganan dan pengobatan. Klien akhirnya

mengkonsumsi obat-obat terlarang untuk menghilangkan stres.

2.2.2 Jenis-jenis dukungan sosial

Terdapat enam bentuk dukungan yang juga terdapat dalam konsep fungsi

hubungan interpersonal yang dikembangkan oleh(Cutrona, C. E., & Russel,

1987). Bentuk dukungan sosial tersebut antara lain:

1) Kelekatan (attachment), yaitu berupa perasaan kedekatan secara emosional

kepada orang lain yang memberikan rasa aman, biasanya didapat dari

pasangan, keluarga, teman, tokohlain.

2) Integrasi sosial (social integration), suatu kelompok yang memiliki kesamaan

minat, kepedulian, dan aktivitas hiburan bersama yaitu dalam bentuk

dukungan sosial yang membuat seeorang merasa diterima.

3) Bimbingan (guidance), yaitu bentuk dukungan ini paling banyak diperoleh

dari orang tua, guru, atau mentor. Berupa saran, pengarahan, atau informasi

yang dapat individu gunakan dalam mengatasi masalah.

4) Jaminan adanya seseorang yang dapat membantu saat dibutuhkan (reliable

alliance), merupakan dukungan sosial yang memberikan keyakinan pada

seseorang bahwa ia memiliki sumber daya yang dapat diandalkan bantuannya

saat dibutuhkan, biasanya diperoleh dari anggota keluarga. Bentuk dukungan

15

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

ini disebut dengan dukungan materi atau nyata.

5) Penghargaan diri (reasurance of worth), yaitu dengan adanya dukungan sosial

ini dapat meningkatkan keyakinan diri penerimanya bahwa ia berharga dan

memiliki kompetensi dalammenyelesaikanmasalah. Misalnya, dengan

memberikan umpan balik positif terhadap kemampuan individu dalam

mengatasi suatu masalah atau bisa juga disebut esteem support.

6) Kesempatan untuk mengasihi (opportunity of nurturance), yaitu kesempatan

untuk memberikan bantuan kepada seseorang. Salah satu aspek penting dari

hubungan interpersonal adalah perasaan dibutuhkan oleh orang lain.

2.3 Konsep Quality of Life

Masalah sosial seperti stigma masyarakat dan depresi menjadi salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka dalam hal kesehatan fisik,

mental, dan sosial mereka. Quality of lifemerupakan indicator tidak hanya

seberapa baik fungsi individu dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga bagaimana

persepsi individu dari status kesehatan mempengaruhi sikap hidup atau quality of

life(Bello & Bello, 2013).

2.3.1 Definisi Quality of Life

Quality of life merupakan indikator untuk menilai seberapa baik fungsi

individu dalam kehidupan sehari- hari, tetapi juga bagaimana persepsi individu

dari status kesehatan mempengaruhi sikap hidup atau kualitas hidup (Bello&

Bello, 2013). Quality of life adalah persepsi individu mengenai posisinya dalam

kehidupan, dan nilai yang berkaitan dengan tujuan, budaya, harapan yang

16

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

mencakup beberapa aspek yaitu fisik, tingkat kemandirian, psikologis,serta

hubungan sosial (Medeiros et al., 2017).

Menurut World Health Organization (WHO) kualitas hidup dianggap

sebagai persepsi individu tentang posisi mereka dalam kehidupan, dalam konteks

budaya dan sistem nilai. Kaitannya dengan tujuan, harapan, standar mereka dan

kekhawatiran, menggabungkan secara komplek tentang kesehatan fisik, keadaan

psikologis, tingkat kemandirian dan hubungan sosial. (Domingues et al., 2018).

2.3.2 Teori Quality Of Life

Gambar 2.3 Grapic representation of the relationship among some

variabel and quality of life (global and per dimension) in individuals living with

the AIDS virus in some healthcare institutions in Cali, Colombia(Alencia et al.,

2010).

Jenis asuransi kesehatan terdiri dari masalah keuangan dan penyedia

layanan kesehatan. Pada Klien HIV-AIDS depresi adalah hal yang sering terjadi

bisa berdampak pada fungsi seksual dan kekhawatiran tentang kondisi mereka.

17

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

Setelah terjadi depresi muncul banyak kekhawatiran diantaranya kekhawatiran

tentang pengobatan, kekhawatiran tentang kesehatan dan fungsi umum.

Kekhawatiran tersebut harus ditangani dengan baik, sebagai pelayanan

kesehatan harus memberikan pelayanan yang baik. Peran keluarga juga penting

agar pasien tidak depresi dan putus asa. Terjadinya pelecehan seksual

berhubungan dengan kepuasan dengan hidup seseorang. Klien yang menjalani

terapi antiretroviral bisa mengurangi frekuensi gejala. Faktor – faktor yang

sudah dijelaskan diatas berkaitan atau berhubungan dengan quality of life

(Alencia et al., 2010).

2.4 Teori Keperawatan Precede Proceed Model

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok,

yaitu faktor perilaku (behavior causes)dan faktor luar lingkungan (nonbehavior

causes). Untuk mewujudkan suatu perilaku kesehatan, diperlukan pengelolaan

manajemen program melalui tahap pengkajian, perencanaan, intervensi sampai

dengan penilaian dan evaluasi.

Gambar 2.4 Precede proceed model (GreenLw. & Kreuter Mw, 1991)

18

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

Selanjutnya (Precede Proceed model) yang diadaptasi dari konsep

Lawrence Green. Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor

yang memengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengan berusaha

mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut kearah yang lebih

positif. Proses pengkajian atau pada tahap precede dan proses penindaklanjutan

pada tahap proceed. Dengan demikian suatu program untuk memperbaiki perilaku

kesehatan adalah penerapankeempat proses pada umumnya ke dalam model

pengkajian dan penindaklanjutan.

1) Sasaran utama yang harus dicapai dibidang pembangunan adalah kualitas

hidup. Jika tingkat kesejahteraan sejalan dengan kualitas hidup maka

semakin tinggi kualitas hidupnya.

2) Sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan adalah derajat

kesehatan, maka adanya derajat kesehatan akan terlihat masalah kesehatan

yang sedang dihadapi. Pengaruh terhadap derajat kesehatan seseorang

adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan.

3) Faktor lingkungan adalah faktor biologis,fisik, dan sosial budaya

yanglangsung/tidak memengaruhi derajat kesehatan.

4) Faktor perilaku dan gaya hidup yaitu suatu faktor yang timbul disebabkan

adanya aksi dan reaksi seseorang. Faktorperilaku dapat terjadi apabila ada

rangsangan, sedangkan gaya hidup adalah pola kebiasaan seseorang yang

biasanya dilakukan karena jenis pekerjaannya selalu mengikuti trend yang

berlaku dalam kelompok sebayanya atau meniru tokoh idolanya.

Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:

19

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor

internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau

masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku

yangterwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-

nilai, dan sebagainya.

2) Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau

sarana-sarana kesehatan.

3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan faktor yang

menguatkan perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan, teman sebaya, orang tua, yang merupakan kelompok referensi

dari perilaku masyarakat.

2.5 Keaslian Penelitian

Pencarian jurnal dalam penelitian ini menggunakan kata kunci “kualitas

hidup” dan “Klien HIV-AIDS” atau “quality of life” dan “clients HIV-AIDS” pada

database Scopus dan Garuda, Science Direct, Journal ofUniversitas Airlangga.

Kesimpulan tabel keaslian penelitian hingga saat ini yang sudah diketahui tentang

Health-Related Quality of Life (HRQoL) adalah klien yang menjalani pengobatan

ARV memiliki Health-Related Quality of Life yang baik. Responden yang

memiliki Health-Related Quality of Life rendah (75,6%), membutuhkan upaya

untuk memperkuat dalam aspek fisik dan fungsi kesehatan umum.Faktor-faktor

yang mempengaruhi heatlh-related quality of life sampai saat ini belum diketahui.

Peneliti ingin mengetahui faktor predisposisi, faktor enabling, dan faktor

20

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

reinforcingyang mempengaruhi heatlh-related quality of life menggunakan

pendekatan teori keperawatan Lawrence Green.

Tabel 2.5 Keaslian penelitian analisis faktor yang mempengaruhi Health-Related

Quality of Life pada klien dengan HIV-AIDS

No Judul Artikel;

Penulis; Tahun Metode Hasil

1. Model to Reduce HIV

Related Stigma among

Indonesian

nurses(Sismulyanto,

Supriyanto S, Nursalam,

2015)

D: Analytical

Observational

S: 77 respondents

V : Independent :

Model to Reduce

Dependent : Stigma

I : Questionnaire and

analyzed

A : Partial Least

Squares

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada

stigma di antara perawatpada pasien ODHA. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi

stigma perawat terrhadap pasien HIV dan AIDS adalah

faktor pekerjaan, faktor

fasilitas, faktor nilai, dan

faktor pengetahuan. Untuk mengurangi stigma

perawat dengan

mengintervensi transkultural komponen antara faktor-

faktor lain yang

mempengaruhi faktor

pekerjaan, faktor fasilitas, nilai-nilaifaktor dan faktor

pengetahuan. Penelitian

lebih lanjut harus menerapkan model ini

diasuhan keperawatan.

2. Family Empoverment

Model Based Health-Related Quality of

Lifeamong Housewives

With HIV-AIDS(Nursalam et al., 2020)

D : Cross Sectional

S: 135 respondents V : Independent :

Family

empovermentDependent

: Quality of Life

I : Focus group and

expert discussion A : Partial Least Squares

(SEM-PLS) test

Hasil penelitian adalah

responden HIV tidak menunjukkan gejala (48,1%)

dan tidak ada infeksi

oportunistik (96,3%). Ada beberapa responden yang

memiliki kualitas hidup

rendah (75,6%), membutuhkan upaya untuk

memperkuat dalam aspek

fisik dan fungsi kesehatan

umum.

3. Assessing Quality Of Life

In People With HIV In

Spain: Psychometric Testing Of The Spanish

Version Of WHOQOL-

HIV-BREF(Fuster-

Ruizdeapodaca Et Al.,

D : Cross Sectional

S : 1462 PLHIV

V : Independent : Quality Of Life

I : Online survey

A : ANOVA

Hasil penelitian ini adalah

Klien yang terinfeksi HIV-

AIDS dari faktor data sosial demografis dan kesehatan.

Kualitas hidup yang rendah

disebabkan oleh

ketergantungan obat,

21

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

2019) menyalahkan keadaan, dan

spiritual.

4. Respons Bio-Psiko-Sosio-

Spiritual Pada Keluarga Tenaga Kerja Indonesia

Yang Terinfeksi HIV

(Nursalam et al., 2014)

D : Komparatif

S : 17 orang V : Independent : Bio-

Psiko-Sosio-Spiritual

I: Kuisioner dan wawancara

A :Wilcoxon, Mann-

Whitney

Hasil penelitian bahwa pada

aspek psikologis, sebagian keluarga penderita HIV TKI

berada pada tahap

bargaining, sedangkan keluarga penderita non TKI

pada tahap acceptance

(menerima). Respon sosial

terbanyak adalah emosi dan sosial, sedangkan cemas

berada pada minoritas

responden. Respons spiritual keluarga, baik TKI maupun

non TKI adalah mayoritas

tabah.

5. The Difference Of Perceived HIV Stigma

Between People Living

With HIV Infection And Their Families(Ibrahim et

al., 2019)

D : Cross Sectional

S : 30 respondents

V : Independent : Stigma

I : Questionnaire

A : Independent t-test

Hasil penelitian adalah bahwa tingkat stigma yang

dirasakan oleh PLWH dan

Keluarga, sebagian besar responden ODHA dan

keluarga merasakan stigma

dalam tingkat sedang.

Stigma pribadi yang dirasakan sendiri lebih tinggi

daripada stigma publik di

antara keluarga responden.

6. Determinants Of Stigma

Attitude Among People

Living With

HIV(Nursalam et Al., 2019)

D :Cross Sectional

S: 135 Housewife

V:Dependent : Stigma

I: Questionnaire A: Binary Logistic

Regression

Hasil dari penelitian

menunjukkan ada lima faktor

yang terkait dengan stigma

dalam ODHA, yaitu dukungan kebijakan (p =

0,019), status perkawinan (p

= 0,039), pertama didiagnosis dengan HIV (p =

0,006), beban keluarga (p =

0,000) dan keluarga ketahanan (p = 0,041). Dari

lima variabel, hanya empat

yang memiliki pengaruh

signifikan terhadap stigma, yaitu status perkawinan,

didiagnosis dengan

HIV,beban keluarga dan ketahanan keluarga.

7. Stigma And

Discrimination: Barriers

To The Utilisation Of A Nutritional Program In

D: Cross Sectional

S:48 respondents

V : Independent : Stigma And

Hasil penelitian adalah

Ketakutan akan

pengungkapan status HIV dan stigma terkait HIV.

22

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

HIV Care Services In The

Tigray Region,

Ethiopia(Tesfay et al.,

2020)

Discrimination

Dependent : Nutritional

Program In HIV

I : Interview data

A: NVivo 11

Selanjutnya diidentifikasi

dan diberikan perhatian

pada Klien HIV melalui

peningkatan jumlah frekuensi kunjungan ke

layanan, dan dukungan

nutrisi.

8. Beyond Viral Suppression:

The Quality Of Life Of

People Living With HIV In

Sweden(Zeluf-Andersson et al., 2019)

D : Cross Sectional

S :1096 respondents

V : Dependent : The

Quality Of Life I :Questionnaire

A: Regression

Hasil penelitian

menunjukkan faktor

sosiodemografi dan

responden HIV sebagian besar responden adalah laki-

laki (70%), 29%

adalah perempuan. Usia rata-rata adalah 47,6 tahun. Cara

penularan HIV adalah

hubungan seks antara laki-

laki (41%), diikuti oleh seks

heteroseksual (32%) dan

suntikan penggunaan narkoba (11%). Hampir

setengah (48%) tinggal

bersama HIV selama > 10 tahun, dan 95% memakai

ART. Rata-rata, kualitas

hidup mereka tinggi 63%.

9. The Effect of Extrinsic

Motivation on Adversity

Quotient in patients

with HIV-

AIDS(Nursalam,

Misutarno, 2008)

D : Quasy

Experimental

S: 16 respondents V: Independent :

Extrinsic Motivation

Dependent : Adversity

Quotient

I : Questionnaire and

interview

A : Wilcoxon Signed

Rank Test and Mann

Whitney U Test

Hasil penelitian

menunjukkan nilai

p=0,017. Berarti ada

pengaruh motivasi

ekstrinsik terhadap

Adversity Quotient pada

penderita HIV-AIDS.

Terdapat peningkatan

hasil dari 70,75 menjadi

77. Menunjukkan bahwa

tingkat Adversity Quotient

penderita meningkat

setelah diberikan

intervensi, sedangkan

untuk kelompok kontrol

peningkatan sangat sedikit

sekali yaitu dari 70,625

menjadi 70,875 dengan

nilai signifikansi p=0,943. 10. Stigmatization of

household Mother with

D : Qualitative method

S : 11 informant

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa masih

23

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA

HIV-AIDSin Tulungagung

District, East Java,

Indonesia(Erwansyah,

Nursalam, Efendy, 2020)

V : Independent :

Stigmatization

I: Interviews and

collection of documents in the AIDS

Commission in

Tulungagung Regency

A : Collaizi's steps

ada stigma yang diterima

oleh ODHA. Sehingga

selanjutnyapengobatan

stigma di lembaga perawatan kesehatan diperlukan untuk

meningkatkan

profesionalisme layanan kesehatan, petugas kesehatan

dalam perawatan

kesehatanlembaga harus dapat memberikan layanan

yang adil kepada setiap

pasien yangmembutuhkan

perawatan kesehatan dan menjaga privasi pasien

11. Quality of life in persons

living with HIV–AIDS in

three healthcare institutions of Cali,

Colombia(Alencia et al.,

2010)

D : Cross Sectional

S: 137 respondents

V: Independent :

Quality of life

I : Questionnaire

A: T test and the

Pearson correlation

Dimensi kualitas hidup

dengan adalah fungsi

seksual, kepuasandengan penyedia layanan kesehatan,

dan kepuasan hidup. Skor

kualitas hidup tertinggi diperoleh oleh

Klienyangmenerima terapi

antiretroviral, memiliki asuransi kesehatan, gejala

depresi yang lebih rendah,

frekuensi dan intensitas yang

rendahgejala, dan tidak ada laporan pelecehan seksual

sebelumnya.