bab 2 tinjauan pustaka 2.1 konsep penyakit hiv dan …
TRANSCRIPT
6
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit HIV dan AIDS
2.1.1 Definisi HIV (Human Immunodeficiency Virus)
Seseorang yang positif HIV telah menjalani dua tes pemeriksaan yang
telah dilakukan, yaitu tes awal laboratorium dan tes konfirmasi bahwa
menunjukkan hasil positif. Klien terinfeksi HIV bisa menularkan virus kepada
orang lain (The U.S Departement Of Health, 2015). HIV atau human
immunodeficiency virusyaitu suatu penyakit menyerang imun manusia, yang dapat
menginfeksi setiap orang. Dapat bereproduksi diri sendiri didalam sel, dan jika
sudah terinfeksi kekebalan tubuh manusia bisa turun sehingga gagal melawan
infeksi, kelanjutan dari penyakit HIV yaitu acquired immune deficiency syndrome
(AIDS)(Nursalam et al., 2018).
2.1.2 Manifestasi klinis
Pasien AIDS rentan terhadap infeksi protozoa, bakteri, fungus, dan virus.
Pneumonia Pnuemocytis Carinii (PPC) adalah infeksi serius yang paling sering
dijumpai dengan gejala panas yang pendek, sesak nafas, batuk, nyeri dada, dan
demam. Hal ini hampir serupa tanda dan gejalanya dengan pasien AIDS yang
disertai Tuberkulosis (TB) karena Mycobacterium tuberculosis. Infeksi lainnya
seperti fungus antara lain kandidiasis, kriptokokosis, dan histoplasmosis. Infeksi
opurtunistik yang disebabkan oleh virus sangat beragam dan merupakan penyebab
semakin parahnya patologi yang terjadi (Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare,
2010).
7
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
Acquired Immunodeficiency Sindrom (AIDS) memiliki beragam
menifestasi kliis dalam bentuk keganansan dan infeksi opurtunistik. Jenis
keganasan yang sering dijumpai pada pasien yang terinfeksi HIV adalah myeloma
multipel, leukemia limfositik akut sel B, limfoma limfoblastik T, penyakit
Hodgkin, karsinoma anus, kasrsinoma sel skuamosa di lidah, karsinoma
adenoskuamosa paru, adenokarsinoma kolon dan pankreas, kanker serviks, dan
kanker testis (Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2010).
2.1.3 Diagnostik
Terdapat dua macam pendekatan untuk tes HIV(Jennifer L, Weinberg,
Carrie L, 2010) :
Penegakkan diagnostik pada HIV-AIDS ada dua macam pendekatan, yaitu
secara sukarela dan atas inisiatif petugas kesehatan. Memastikan diagnosis infeksi
HIV dilakukan beberapa jenis pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan serologik
berfungsi untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV dan pemeriksaan untuk
mendeteksi keberadaan virus HIV.Vaksinasi, anti ARV, profilaksis dan
pengobatan infeksi oportunistik serta konseling ialah komponen mayor dari terapi
HIV. Masing-masing memiliki pesan yang sangat penting untuk memperbaiki
kualitas hidup & mengurangi penderitaan.
Masyarakat indonesia sampai saat ini tes HIV masih bersifat voluntary.
Walaupun telah dilakukan berbagai macam penyuluhan tentang HIV-AIDS,
jumlah penduduk yang telah melakukan tes HIV masih rendah. Kurangnya
kesadaran masyarakat bahwa, sebenarnya HIV-AIDS mengancam kita semua.
Karena stigma yang melekat pada Klien HIV-AIDS begitu kuat. Menyebabkan
8
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
sebagian orang merasa malu, enggan, takut saat akan melakukan pemeriksaan
dilaboratorium, sehingga tidak jadi melakukan pemeriksaan.
2.1.4 Epidemiologi
Berdasarkan data 36,9 juta orang diseluruh dunia menderita HIV (UNAIDS,
2018). Epidemi HIV-AIDS menjadi masalah di Indonesia yang merupakan negara
urutan ke-5 paling banyak beresiko terinfeksi HIV-AIDS di Asia (Kementerian
Kesehatan RI, 2013). Laporan kasus baru HIV ada peningkatan setiap tahun sejak
pertama kali dilaporkan pada tahun 1987. Lonjakan peningkatan paling banyak
adalah pada tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015, yaitu sebesar 10.315
kasus. Berdasarkan data Ditjen pencegahan dan penanggulangan penyakit (P2P),
laporan tahun 2017 yang bersumber dari Sistem Informasi HIV-AIDS dan IMS
(SIHA) menunjukkan terjadi peningkatan angka kasus orang terinfeksi HIV
namun untuk AIDS relatif stabil, hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak
ODHA yang berstatus masih terinfeksi HIV namun masih belum masuk pada
stadium AIDS. Berdasarkan data dari SIHA lima provinsi dengan jumlah infeksi
HIV terbesar adalah Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Papua, sedangkan untuk kasus AIDS yang terbanyak adalah provinsi Jawa
Tengah, Jawa Barat, Papua, Jawa Timur dan Bali.
Tabel 2.1 Jumlah Tes HIV Positif Kelompok Risiko (Kemenkes, 2017)
No Kelompok Beresiko Tes HIV HIV Positif
Persentase
HIV Positif
(%)
1 WPS (Wanita Penjaja Seks) 161.215 3.313 2,06
2 PPS (Pria Penjaja Seks) 2.063 112 5,43%
3 Waria (Wanita Pria) 25.533 1.002 3,92%
4 LSL (Lelaki Seks Lelaki) 153.154 10.628 6.94%
9
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
5 IDU (Injecting Drug User) 18.930 832 4.40%
6 Pasangan Risti (Risiko
Tinggi)
95.336 4.097 4.30%
7 Pelanggan PS (Pasangan
Pekerja Seks)
34.800 3.257 9.36%
8 Lain-lain 347.562 3.935 1.3%
9 WBP (Warga Binaan
Pemasyarakatan)
43.704 439 1.00%
10 Sero Discordant (Salah satu
pasangan memiliki HIV,
sementara yang lain tidak
424 360 84.91%
2.1.5 Penularan HIV
Ada tiga cara seseorang bisa tertular atau menularkan HIV-AIDS(Haryono
Rudi, 2019)menyebutkan sebagai berikut :
1) Hubungan seksual
Untuk mengurangi resiko tertular HIV, sebaiknya menggunakan kondom
dengan benar dan konsisten saat berhubungan, batasi jumlah pasangan
seksual, dan jangan pernah berbagi peralatan suntik narkoba. HIV-AIDS lebih
mudah terjadi penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus
seperti herpes genitalis, silifilis, gonore.
2) Kontak langsung
Seseorang bisa tertular atau menularkanHIV-AIDS karena hal-hal berikut :
a. Transfusi darah tercemar HIV
b. Pemakian jarum yang tidak steril
c. Pemakaian bersama jarum suntik
d. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan
10
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
2.1.6 Stadium HIV
Stadium HIV-AIDS dibagi menjadi 4 stadium berdasarkan(Kemenkes,
2017):
1) Stadium pertama :HIV
Infeksi HIV dimulai dari masuknya virus HIV ke dalam tubuh diikuti
perubahan serologis saat antibodi terhadap virus berubah dari negatif menjadi
positif.
2) Stadium kedua : Asimptomatik (tanpa gejala)
Pada stadium ini klien HIV dapat menularkan penyakitnya melalui
cairan tubuh. Asimptomatik yaitu tidak munculnya gejala yang ditunjukkan
tapi virus HIV sudah ada didalam tubuh, keadaan ini berlangsung ± 5-10
tahun.
3) Stadium ketiga : pembesaran kelenjar limfe
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent
Generalized lymphadenopathy) bisa muncul dimana saja tidak hanya pada
satu tempat, dan berlangsung lebih dari satu bulan.
4) Stadium keempat :AIDS
Pada stadium ini sudah muncul gejala berbagai penyakit seperti
penyakit konstitusional, penyakit saraf dan penyakit infeksi sekunder.
Tabel 2.1Klasifikasi Stadium WHO(The U.S Departement Of Health,
2015)Untuk Orang Dewasa dan Remaja Terinfeksi HIV Stadium Klinis Kondisi Klinis atau Gejala
Infeksi primer HIV 1. Asimptomatis
2. Sindrom retrovirus akut
Infeksi stadium I 1. Asimptomatis 2. Limfadenopaati generasisata persisten
Infeksi stadium II 1. Penurunan berat badan sedang yang tidak diketahui
11
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
sebabnya (<10% dari berat badan yang terukur)
2. Infeksi traktus respiratorius rekuren (sinusitis, otitis
media, faringitis)
3. Herpes zoster 4. Cheilitis angular
5. Ulserasi oral rekuren
6. Erupsi pruritik papular 7. Infeksi jamur pada kuku jari ekstremitas
Infeksi stadium III 1. Penurunan berat badan yang berat (<10% berat badan
yang terukur)
2. Demam persisten yang tidak diketahui penyebabnya (intermiten atau konstan selama > 1 bulan)
3. Kandidiasis oral
4. Oral hairy leukoplakia 5. Tuberkulosis paru, didiagnosis selama 2 tahun terakhir
6. Infeksi bakteri berat (pneumonia, empiema,
piomiositis, infeksi tulang atau sendi, meningitis,
bakteremia) 7. Stomatitis, gingivitis/periontitis ulseratif nekrosis akut.
8. Kondisi anemia yang tidak diketahu penyabbanya
(<8g/dl) dengan atau neutropenia (500/mm3) atau trombositopeni (<50.000/mm3) selama >1 bulan
(kondisi dikonfirmasi melalui uji diagnosistik)
Infeksi stadium IV 1. HIV wasting syndrome
2. Pneumonia pneumocystis 3. Bakteri berat atau secara radiologi dan rekuren
4. Infeksi herpes simpleks kronik
5. Kandidas esofageal 6. Tuberkulosis ekstraparu
7. Sarkoma kaposi
8. Toksoplasmosis pada sistem saraf pusat 9. Ensefalopati HIV
10. Infeksi herpes simpleks viseral
2.1.7 Prinsip penatalaksanaan Klien HIV
Beberapa prinsip diantaranya pemberian nutrisi demi memulihkan status
imun, dukungan psikologis serta pola hidup sehat. Pemberian Antiretroviral
therapy (ART) kombinasi, terapi infeksi sekunder, berikut ini prinsip pemberian
ARV (Tjokroprawiro, 2015):
1) Indikasi dan pemberian ARV secara tepat dan sesuai
12
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
2) Pemberian ARV harus dengan kombinasi, kurang lebih dengan 3 jenis obat
untuk memperkecil resistensi obat
3) Pemilihan obat lini pertama diprioritaskan, selanjutnya pemilihan obat lini
kedua atau obat lainnya
4) Pemberian obat ditentukan pada stadium klinis penderita
5) Kompleksitas ARV sangat tinggisehingga menyebabkan beberapa obat
mengalami interaksi dan efek samping jika berinteraksi dengan obat lain non
ARV
6) Resisten harus selalu diperhatikan, umumnya setelah 2 tahun mengkonsumsi
ARV
7) Informasi yang lengkap harus disampaikan kepada penderita mengenai tujuan
ARV, efek samping, resistensi obat dan dampak jika menghentikan ARV
secara sepihak. Selain itu juga menyampaikan hasil laboratorium secara
berkala
8) Edukasi dan motivasi supaya Klien tidak terlalu larut dalam kecemasan
9) Monitoring penggunaan ARV
10) Interaksi obat satu sama lain perlu diperhatikan secara seksama
2.2 Konsep Respon Psikologis Penderita HIV
Tahapan berduka terdapat 5 tahapanKubler Ross, (2004), yaitu:
1) Denial (Penolakan)
Penolakan atau denial merupakan salah satu mekanisme pertahanan yang
biasa dilakukan orang untuk melindungi hal yang ia percayai.
2) Anger (Marah)
13
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
Memudarnya efek penyangkalan dan isolasi akan diiringi dengan rasa sakit
yang belum bisa diterima seseorang. Seseorang dengan rasa sakit rentan
terpicu emosi untuk melampiaskan rasa sakitnya melalui kemarahan.
3) Bergaining (Penawaran)
Fase ini adalah fase pertahanan yang paling lemah dalam melindungi
seseorang dari kenyataan yang menyakitkan. Seseorang mulai percaya
terhadap apa yang sudah menimpanya, diam-diam akan membuat
kesepakatan dengan Tuhan sebagai upaya melindungi diri dari rasa sakit.
4) Depression (Depresi)
Depresi ini sebuah persiapan untuk melepas dan menerima seluruh keadaan.
Dalam tahapan ini menunjukkan sikap sangat penurut,keragu-raguan,
menyataan keputusasaan, sikap menarik diri, kesedihan , bahkan merasa tidak
berharga.
5) Acceptance (Penerimaan)
Perasaan kurang puas dalam fase ini bisa diminimalisir apabila seseorang
sudah mampu menerima. Tahapan ini akan memikirkan objek yang hilang
beralih ke objek lain, dan menerima kenyataan kehilangan. Serta mulai
memandang ke depan.
2.2.1 Konsep Respon Sosial
Aspek psikososial (Stewart, 1997)dibedakan menjadi tiga aspek yaitu:
1) Diskriminasi terhadap klien HIV, misalnya penolakan ditempat bekerja
dan hidup serumah juga akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan.
14
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
2) Stigma sosial bisa memperparah depresi dan pandangan yang negatif
tentang harga diri pasien.
3) Proses terjadinya respon psikologis yang lama, mulai dari penolakan,
marah-marah, tawar-menawar, dan depresi, mengakibatkan keterlambatan
upaya pencegahan, penanganan dan pengobatan. Klien akhirnya
mengkonsumsi obat-obat terlarang untuk menghilangkan stres.
2.2.2 Jenis-jenis dukungan sosial
Terdapat enam bentuk dukungan yang juga terdapat dalam konsep fungsi
hubungan interpersonal yang dikembangkan oleh(Cutrona, C. E., & Russel,
1987). Bentuk dukungan sosial tersebut antara lain:
1) Kelekatan (attachment), yaitu berupa perasaan kedekatan secara emosional
kepada orang lain yang memberikan rasa aman, biasanya didapat dari
pasangan, keluarga, teman, tokohlain.
2) Integrasi sosial (social integration), suatu kelompok yang memiliki kesamaan
minat, kepedulian, dan aktivitas hiburan bersama yaitu dalam bentuk
dukungan sosial yang membuat seeorang merasa diterima.
3) Bimbingan (guidance), yaitu bentuk dukungan ini paling banyak diperoleh
dari orang tua, guru, atau mentor. Berupa saran, pengarahan, atau informasi
yang dapat individu gunakan dalam mengatasi masalah.
4) Jaminan adanya seseorang yang dapat membantu saat dibutuhkan (reliable
alliance), merupakan dukungan sosial yang memberikan keyakinan pada
seseorang bahwa ia memiliki sumber daya yang dapat diandalkan bantuannya
saat dibutuhkan, biasanya diperoleh dari anggota keluarga. Bentuk dukungan
15
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
ini disebut dengan dukungan materi atau nyata.
5) Penghargaan diri (reasurance of worth), yaitu dengan adanya dukungan sosial
ini dapat meningkatkan keyakinan diri penerimanya bahwa ia berharga dan
memiliki kompetensi dalammenyelesaikanmasalah. Misalnya, dengan
memberikan umpan balik positif terhadap kemampuan individu dalam
mengatasi suatu masalah atau bisa juga disebut esteem support.
6) Kesempatan untuk mengasihi (opportunity of nurturance), yaitu kesempatan
untuk memberikan bantuan kepada seseorang. Salah satu aspek penting dari
hubungan interpersonal adalah perasaan dibutuhkan oleh orang lain.
2.3 Konsep Quality of Life
Masalah sosial seperti stigma masyarakat dan depresi menjadi salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka dalam hal kesehatan fisik,
mental, dan sosial mereka. Quality of lifemerupakan indicator tidak hanya
seberapa baik fungsi individu dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga bagaimana
persepsi individu dari status kesehatan mempengaruhi sikap hidup atau quality of
life(Bello & Bello, 2013).
2.3.1 Definisi Quality of Life
Quality of life merupakan indikator untuk menilai seberapa baik fungsi
individu dalam kehidupan sehari- hari, tetapi juga bagaimana persepsi individu
dari status kesehatan mempengaruhi sikap hidup atau kualitas hidup (Bello&
Bello, 2013). Quality of life adalah persepsi individu mengenai posisinya dalam
kehidupan, dan nilai yang berkaitan dengan tujuan, budaya, harapan yang
16
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
mencakup beberapa aspek yaitu fisik, tingkat kemandirian, psikologis,serta
hubungan sosial (Medeiros et al., 2017).
Menurut World Health Organization (WHO) kualitas hidup dianggap
sebagai persepsi individu tentang posisi mereka dalam kehidupan, dalam konteks
budaya dan sistem nilai. Kaitannya dengan tujuan, harapan, standar mereka dan
kekhawatiran, menggabungkan secara komplek tentang kesehatan fisik, keadaan
psikologis, tingkat kemandirian dan hubungan sosial. (Domingues et al., 2018).
2.3.2 Teori Quality Of Life
Gambar 2.3 Grapic representation of the relationship among some
variabel and quality of life (global and per dimension) in individuals living with
the AIDS virus in some healthcare institutions in Cali, Colombia(Alencia et al.,
2010).
Jenis asuransi kesehatan terdiri dari masalah keuangan dan penyedia
layanan kesehatan. Pada Klien HIV-AIDS depresi adalah hal yang sering terjadi
bisa berdampak pada fungsi seksual dan kekhawatiran tentang kondisi mereka.
17
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
Setelah terjadi depresi muncul banyak kekhawatiran diantaranya kekhawatiran
tentang pengobatan, kekhawatiran tentang kesehatan dan fungsi umum.
Kekhawatiran tersebut harus ditangani dengan baik, sebagai pelayanan
kesehatan harus memberikan pelayanan yang baik. Peran keluarga juga penting
agar pasien tidak depresi dan putus asa. Terjadinya pelecehan seksual
berhubungan dengan kepuasan dengan hidup seseorang. Klien yang menjalani
terapi antiretroviral bisa mengurangi frekuensi gejala. Faktor – faktor yang
sudah dijelaskan diatas berkaitan atau berhubungan dengan quality of life
(Alencia et al., 2010).
2.4 Teori Keperawatan Precede Proceed Model
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok,
yaitu faktor perilaku (behavior causes)dan faktor luar lingkungan (nonbehavior
causes). Untuk mewujudkan suatu perilaku kesehatan, diperlukan pengelolaan
manajemen program melalui tahap pengkajian, perencanaan, intervensi sampai
dengan penilaian dan evaluasi.
Gambar 2.4 Precede proceed model (GreenLw. & Kreuter Mw, 1991)
18
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
Selanjutnya (Precede Proceed model) yang diadaptasi dari konsep
Lawrence Green. Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor
yang memengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengan berusaha
mengubah, memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut kearah yang lebih
positif. Proses pengkajian atau pada tahap precede dan proses penindaklanjutan
pada tahap proceed. Dengan demikian suatu program untuk memperbaiki perilaku
kesehatan adalah penerapankeempat proses pada umumnya ke dalam model
pengkajian dan penindaklanjutan.
1) Sasaran utama yang harus dicapai dibidang pembangunan adalah kualitas
hidup. Jika tingkat kesejahteraan sejalan dengan kualitas hidup maka
semakin tinggi kualitas hidupnya.
2) Sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan adalah derajat
kesehatan, maka adanya derajat kesehatan akan terlihat masalah kesehatan
yang sedang dihadapi. Pengaruh terhadap derajat kesehatan seseorang
adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan.
3) Faktor lingkungan adalah faktor biologis,fisik, dan sosial budaya
yanglangsung/tidak memengaruhi derajat kesehatan.
4) Faktor perilaku dan gaya hidup yaitu suatu faktor yang timbul disebabkan
adanya aksi dan reaksi seseorang. Faktorperilaku dapat terjadi apabila ada
rangsangan, sedangkan gaya hidup adalah pola kebiasaan seseorang yang
biasanya dilakukan karena jenis pekerjaannya selalu mengikuti trend yang
berlaku dalam kelompok sebayanya atau meniru tokoh idolanya.
Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:
19
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor
internal yang ada pada diri individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat yang mempermudah individu untuk berperilaku
yangterwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-
nilai, dan sebagainya.
2) Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau
sarana-sarana kesehatan.
3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan faktor yang
menguatkan perilaku, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan, teman sebaya, orang tua, yang merupakan kelompok referensi
dari perilaku masyarakat.
2.5 Keaslian Penelitian
Pencarian jurnal dalam penelitian ini menggunakan kata kunci “kualitas
hidup” dan “Klien HIV-AIDS” atau “quality of life” dan “clients HIV-AIDS” pada
database Scopus dan Garuda, Science Direct, Journal ofUniversitas Airlangga.
Kesimpulan tabel keaslian penelitian hingga saat ini yang sudah diketahui tentang
Health-Related Quality of Life (HRQoL) adalah klien yang menjalani pengobatan
ARV memiliki Health-Related Quality of Life yang baik. Responden yang
memiliki Health-Related Quality of Life rendah (75,6%), membutuhkan upaya
untuk memperkuat dalam aspek fisik dan fungsi kesehatan umum.Faktor-faktor
yang mempengaruhi heatlh-related quality of life sampai saat ini belum diketahui.
Peneliti ingin mengetahui faktor predisposisi, faktor enabling, dan faktor
20
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
reinforcingyang mempengaruhi heatlh-related quality of life menggunakan
pendekatan teori keperawatan Lawrence Green.
Tabel 2.5 Keaslian penelitian analisis faktor yang mempengaruhi Health-Related
Quality of Life pada klien dengan HIV-AIDS
No Judul Artikel;
Penulis; Tahun Metode Hasil
1. Model to Reduce HIV
Related Stigma among
Indonesian
nurses(Sismulyanto,
Supriyanto S, Nursalam,
2015)
D: Analytical
Observational
S: 77 respondents
V : Independent :
Model to Reduce
Dependent : Stigma
I : Questionnaire and
analyzed
A : Partial Least
Squares
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada
stigma di antara perawatpada pasien ODHA. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi
stigma perawat terrhadap pasien HIV dan AIDS adalah
faktor pekerjaan, faktor
fasilitas, faktor nilai, dan
faktor pengetahuan. Untuk mengurangi stigma
perawat dengan
mengintervensi transkultural komponen antara faktor-
faktor lain yang
mempengaruhi faktor
pekerjaan, faktor fasilitas, nilai-nilaifaktor dan faktor
pengetahuan. Penelitian
lebih lanjut harus menerapkan model ini
diasuhan keperawatan.
2. Family Empoverment
Model Based Health-Related Quality of
Lifeamong Housewives
With HIV-AIDS(Nursalam et al., 2020)
D : Cross Sectional
S: 135 respondents V : Independent :
Family
empovermentDependent
: Quality of Life
I : Focus group and
expert discussion A : Partial Least Squares
(SEM-PLS) test
Hasil penelitian adalah
responden HIV tidak menunjukkan gejala (48,1%)
dan tidak ada infeksi
oportunistik (96,3%). Ada beberapa responden yang
memiliki kualitas hidup
rendah (75,6%), membutuhkan upaya untuk
memperkuat dalam aspek
fisik dan fungsi kesehatan
umum.
3. Assessing Quality Of Life
In People With HIV In
Spain: Psychometric Testing Of The Spanish
Version Of WHOQOL-
HIV-BREF(Fuster-
Ruizdeapodaca Et Al.,
D : Cross Sectional
S : 1462 PLHIV
V : Independent : Quality Of Life
I : Online survey
A : ANOVA
Hasil penelitian ini adalah
Klien yang terinfeksi HIV-
AIDS dari faktor data sosial demografis dan kesehatan.
Kualitas hidup yang rendah
disebabkan oleh
ketergantungan obat,
21
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
2019) menyalahkan keadaan, dan
spiritual.
4. Respons Bio-Psiko-Sosio-
Spiritual Pada Keluarga Tenaga Kerja Indonesia
Yang Terinfeksi HIV
(Nursalam et al., 2014)
D : Komparatif
S : 17 orang V : Independent : Bio-
Psiko-Sosio-Spiritual
I: Kuisioner dan wawancara
A :Wilcoxon, Mann-
Whitney
Hasil penelitian bahwa pada
aspek psikologis, sebagian keluarga penderita HIV TKI
berada pada tahap
bargaining, sedangkan keluarga penderita non TKI
pada tahap acceptance
(menerima). Respon sosial
terbanyak adalah emosi dan sosial, sedangkan cemas
berada pada minoritas
responden. Respons spiritual keluarga, baik TKI maupun
non TKI adalah mayoritas
tabah.
5. The Difference Of Perceived HIV Stigma
Between People Living
With HIV Infection And Their Families(Ibrahim et
al., 2019)
D : Cross Sectional
S : 30 respondents
V : Independent : Stigma
I : Questionnaire
A : Independent t-test
Hasil penelitian adalah bahwa tingkat stigma yang
dirasakan oleh PLWH dan
Keluarga, sebagian besar responden ODHA dan
keluarga merasakan stigma
dalam tingkat sedang.
Stigma pribadi yang dirasakan sendiri lebih tinggi
daripada stigma publik di
antara keluarga responden.
6. Determinants Of Stigma
Attitude Among People
Living With
HIV(Nursalam et Al., 2019)
D :Cross Sectional
S: 135 Housewife
V:Dependent : Stigma
I: Questionnaire A: Binary Logistic
Regression
Hasil dari penelitian
menunjukkan ada lima faktor
yang terkait dengan stigma
dalam ODHA, yaitu dukungan kebijakan (p =
0,019), status perkawinan (p
= 0,039), pertama didiagnosis dengan HIV (p =
0,006), beban keluarga (p =
0,000) dan keluarga ketahanan (p = 0,041). Dari
lima variabel, hanya empat
yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap stigma, yaitu status perkawinan,
didiagnosis dengan
HIV,beban keluarga dan ketahanan keluarga.
7. Stigma And
Discrimination: Barriers
To The Utilisation Of A Nutritional Program In
D: Cross Sectional
S:48 respondents
V : Independent : Stigma And
Hasil penelitian adalah
Ketakutan akan
pengungkapan status HIV dan stigma terkait HIV.
22
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
HIV Care Services In The
Tigray Region,
Ethiopia(Tesfay et al.,
2020)
Discrimination
Dependent : Nutritional
Program In HIV
I : Interview data
A: NVivo 11
Selanjutnya diidentifikasi
dan diberikan perhatian
pada Klien HIV melalui
peningkatan jumlah frekuensi kunjungan ke
layanan, dan dukungan
nutrisi.
8. Beyond Viral Suppression:
The Quality Of Life Of
People Living With HIV In
Sweden(Zeluf-Andersson et al., 2019)
D : Cross Sectional
S :1096 respondents
V : Dependent : The
Quality Of Life I :Questionnaire
A: Regression
Hasil penelitian
menunjukkan faktor
sosiodemografi dan
responden HIV sebagian besar responden adalah laki-
laki (70%), 29%
adalah perempuan. Usia rata-rata adalah 47,6 tahun. Cara
penularan HIV adalah
hubungan seks antara laki-
laki (41%), diikuti oleh seks
heteroseksual (32%) dan
suntikan penggunaan narkoba (11%). Hampir
setengah (48%) tinggal
bersama HIV selama > 10 tahun, dan 95% memakai
ART. Rata-rata, kualitas
hidup mereka tinggi 63%.
9. The Effect of Extrinsic
Motivation on Adversity
Quotient in patients
with HIV-
AIDS(Nursalam,
Misutarno, 2008)
D : Quasy
Experimental
S: 16 respondents V: Independent :
Extrinsic Motivation
Dependent : Adversity
Quotient
I : Questionnaire and
interview
A : Wilcoxon Signed
Rank Test and Mann
Whitney U Test
Hasil penelitian
menunjukkan nilai
p=0,017. Berarti ada
pengaruh motivasi
ekstrinsik terhadap
Adversity Quotient pada
penderita HIV-AIDS.
Terdapat peningkatan
hasil dari 70,75 menjadi
77. Menunjukkan bahwa
tingkat Adversity Quotient
penderita meningkat
setelah diberikan
intervensi, sedangkan
untuk kelompok kontrol
peningkatan sangat sedikit
sekali yaitu dari 70,625
menjadi 70,875 dengan
nilai signifikansi p=0,943. 10. Stigmatization of
household Mother with
D : Qualitative method
S : 11 informant
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa masih
23
IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI… LAILA SALMA IKMALA
HIV-AIDSin Tulungagung
District, East Java,
Indonesia(Erwansyah,
Nursalam, Efendy, 2020)
V : Independent :
Stigmatization
I: Interviews and
collection of documents in the AIDS
Commission in
Tulungagung Regency
A : Collaizi's steps
ada stigma yang diterima
oleh ODHA. Sehingga
selanjutnyapengobatan
stigma di lembaga perawatan kesehatan diperlukan untuk
meningkatkan
profesionalisme layanan kesehatan, petugas kesehatan
dalam perawatan
kesehatanlembaga harus dapat memberikan layanan
yang adil kepada setiap
pasien yangmembutuhkan
perawatan kesehatan dan menjaga privasi pasien
11. Quality of life in persons
living with HIV–AIDS in
three healthcare institutions of Cali,
Colombia(Alencia et al.,
2010)
D : Cross Sectional
S: 137 respondents
V: Independent :
Quality of life
I : Questionnaire
A: T test and the
Pearson correlation
Dimensi kualitas hidup
dengan adalah fungsi
seksual, kepuasandengan penyedia layanan kesehatan,
dan kepuasan hidup. Skor
kualitas hidup tertinggi diperoleh oleh
Klienyangmenerima terapi
antiretroviral, memiliki asuransi kesehatan, gejala
depresi yang lebih rendah,
frekuensi dan intensitas yang
rendahgejala, dan tidak ada laporan pelecehan seksual
sebelumnya.