bab 2 tinjauan pustaka 2.1 konsep nanas

22
10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas 2.1.1 Pengertian nanas Nanas (Ananas comosus (L) Merr) adalah sejenis tumbuhan tropis yang berperawakan tumbuhannya rendah dengan 30 atau lebih daun yang panjang, berujung tajam, tersusun dalam bentuk roset mengelilingi batang yang tebal. Nanas (Ananas comosus L) bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari Brazilla, Argentina dan Paraguay yang merupakan daerah tropis, namun ada juga yang menyebutkan nanas berasal dari Amerika Selatan dan pada abad ke-16, bangsa spanyol membawa tanaman nanas ke Filipinan dan Semananjung Malaysia dan pada akhirnya masuk ke wilayah nusantara. Tanaman nanas selanjutnya berkembang meluas ke seluruh dunia yang beriklim panas (tropis). (Puspaningtyas 2013) 2.1.2 Morfologi Nanas (Ananas comosus L) Di Indonesia, Kabupaten Subang yang merupakan salah satu daerah penghasil nanas terbesar di Indonesia. Tumbuhan yang mempunyai nama latin Ananas comosus ini termasuk kedalam keluarga Bromeliaceae atau keluarga nanas nanasan yang merupakan salah satu anggota tumbuhan berbunga. Nanas di Indonesia mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, kemudian berkembang dan meluas menjadi tanam kebun, lahan kering. Nanas adalah salah satu jenis tanaman yang banyak di gemari orang karena rasanya enak, segar, dan sedikit asam. Secara umum, nanas memiliki kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan sedikit vitamin B. Selain itu, nanas merupakan sumber vitamin A yang

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Nanas

2.1.1 Pengertian nanas

Nanas (Ananas comosus (L) Merr) adalah sejenis tumbuhan tropis

yang berperawakan tumbuhannya rendah dengan 30 atau lebih

daun yang panjang, berujung tajam, tersusun dalam bentuk roset

mengelilingi batang yang tebal.

Nanas (Ananas comosus L) bukan tanaman asli Indonesia,

melainkan berasal dari Brazilla, Argentina dan Paraguay yang

merupakan daerah tropis, namun ada juga yang menyebutkan nanas

berasal dari Amerika Selatan dan pada abad ke-16, bangsa spanyol

membawa tanaman nanas ke Filipinan dan Semananjung Malaysia

dan pada akhirnya masuk ke wilayah nusantara. Tanaman nanas

selanjutnya berkembang meluas ke seluruh dunia yang beriklim

panas (tropis). (Puspaningtyas 2013)

2.1.2 Morfologi Nanas (Ananas comosus L)

Di Indonesia, Kabupaten Subang yang merupakan salah satu

daerah penghasil nanas terbesar di Indonesia. Tumbuhan yang

mempunyai nama latin Ananas comosus ini termasuk kedalam

keluarga Bromeliaceae atau keluarga nanas nanasan yang

merupakan salah satu anggota tumbuhan berbunga. Nanas di

Indonesia mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, kemudian

berkembang dan meluas menjadi tanam kebun, lahan kering. Nanas

adalah salah satu jenis tanaman yang banyak di gemari orang

karena rasanya enak, segar, dan sedikit asam. Secara umum, nanas

memiliki kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein,

lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan sedikit

vitamin B. Selain itu, nanas merupakan sumber vitamin A yang

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

11

baik karena 100 gram nanas dapat menyumbangkan sekitar 10-395

dari kebutuhan vitamin A sehari. Vitamin A sangat di perlukan

bagi kesehatan sistem kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Vitamin

A dan C pada nanas bekhasiat sebagai antioksida ( Soedaryo, 2014)

Nanas (Ananas comosus) juga memiliki kandungan air 90% dan

kaya akan Kalium, Kalsium, Lodium, Sulfur, dan Khlor. Selain itu

juga kaya akan asam, Biotin, Vitamin serta Enzim Bromelin.

Bromelin pada buah nanas adalah enzim proteolitik yang di

temukan pada bagian batang, buah dan kulit nanas (Ananas

comosus). Beberapa kegunaan dari enzim ini adalah mengurangi

pembengkakan karena luka atau operasi. Enzim ini terus bekerja

sampai jaringan kulit yang sehat menampakan diri. Enzim ini juga

memiliki fungsi untuk mengangkat jaringan kulit yang mati

terutama padakulit kepala penyebab ketombe.(Usyan 2014)

Gambar 2.1 Bagian-bagian Nanas

(Namal 2014)

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

12

Tanaman nanas (Ananas comosus) berbentuk semak dan hidupnya

bersifat tahunan susunan tanaman nanas terdiri dari bagian utama

meliputi : akar, batang, daun, bunga dan buah (Namal 2014).

1. Akar

Nanas tumbuh di tanah dengan menggunakan akar. Akarnya

berupa akar tunggang dengan susunan akar serabut, bercabang

banya, berbentuk bulat sampai agak pesegi dan berbatang

lemah. Akar tanaman nanas menyebar, tetapi dangkal, akar-

akar cabang dan rambut-rambut akar banyak terdapat di

permukaan tanah.

2. Batang

Nanas merupakan herba tahunan atau dua tahunan dengan

tinggi 50-150 cm memiliki tunas yang keluar pada bagian

pangkalnya. Batang tanaman nanas tegak, mengandung sedikit

zat kayu, terutama di dekat permukaan tanah. Batang berwarna

kehijauan sampai keunguan dengan ruas berwarna hijau,

bergantung pada varietasnya.

3. Daun

Daun berkumpul dalam roset akar dan pada bagian pangkalnya

melebar menjadi pelepah daun. Helaian daun berbentuk

pedang, tebal, liat dengan panjang 80-120cm, lebar daun

berkisar antara 2-6 cm. Warna daunnya adalah hijau atau hijau

kemerahan.

4. Bunga

Bunga nanas bersifat inflorescente, tumbuh dari titik tumbuh

batang tanaman. Bunga tersebut muncul sekitar 450 hari

sesudah tanam. Tangkai buah pendek 7-15 cm, jumlah bunga

100-200. Bunga-bunga tersebut tumbuh spiral mengelilingi

tangkai buah membentuk buah majemuk bersatu kokoh.

Bunganya bermaprodit, kelopaknya 3, pendek dan berdaging,

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

13

mahkotanya 3. Tangkai putik lebih panjang dari pada tangkai

sari. Bunga mekar pada pagi hari.

5. Buah

Buah nanas bukan buah sejati, melainkan gabungan buah-buah

sejati, yang bekasnya terlihat pada setiap sisik pada kulit bua,

yang dalam perkembangannya tergabung bersama dengan

tongkol menjadi buah. Nanas merupakan tanaman buah yang

buahnya selalu tersedia sepanjang tahun. Buahnya tergolong

buah buni majemuk dengan bentuk bulat panjang, berdaging.

Rasa buah nanas adalah manis hingga asam manis. Berat buah

lebih kurang 0,9-1,8 kg. (Murniati,2014)

2.1.3 Klasifikasi tanaman buah Nanas

Menurut Soedarya (2013) tanaman nanas mempunyai nama botani

Ananas comosus. Tanaman nanas, jika di klasifikasikan termasuk

tanaman berbunga, klasifikasi dari tanaman nanas adalah sbagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophytae

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Farinosae (Bromeliales)

Family : Bromeliaceae

Genus : Ananas

Species : Ananas comosus Merr

2.1.4 Nama Daerah buah Nanas

Nanas memiliki berbagai nama daerah antara lain : Gona (Nias),

Henas, kenas, atau Honas (Batak), Danas atau ganas (Sunda),

Nanas (jawa), Nanas, Lanas (Madura), Ai nasi, Than baba-bab,

atau Kai nasi (Seram), Manas (Bali), Nanas (Sasak), Aruma,

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

14

Fanda, atau Pandal (Bima), Panda (Sumba), Pedang, Anana

(Flores, Pandang (Bugis), Nanati (Gorontalo), Nanasi (Toraja),

Nanas (Indonesia). (Dalimartha,2014)

2.1.5 Jenis buah Nanas

Berdasarkan bentuk daun dan buah. Tanaman nanas dapat di

golongkan menjadi empat, yaitu cayenne, Queen,Spanish, dan

Abacaxi. Namun, di Indonesia pada umumnya hanya di

kembangkan dua golongan nanas sebagai berikut.

1. Golongan Cayenne

Gambar 2.2 Buah nanas jenis cayenne

(sumber : Healthbenefitstimes,2010)

Ciri-cirinya daun halus, berduri sampai tidak berduri ; ukuran

buah besar, silindris, mata buah agak datar, berwarna hijau

kekuningan-kuningan, dan rasanya agak masam.

Contoh : nanas subang memiliki buah besar menggelambung ,

mahkota buat kecil, banyak berair, aroma kuat, dan rasanya

manis.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

15

2. Golongan Queen

Gambar 2.3 Buah nanas jenis queen

(sumber Healthbenefitstimes,2010)

Ciri-cirinya daun pendek dan berduri tajam ; buah berbentuk

lonjong mirip kerucut sampai silindris,mata buah menonjol,

berwarna kuning kemerah merahan, dan rasanya manis.

Contoh : nanas Palembang memiliki buah kecil, mahkota buah

besar, dan rasanya manis sekali.

Contoh lain, nanas Bogor memiliki buah kecil, kulit kuning,

daging buah berserat halus, dan rasanya manis.

3. Golongan Spanyol (spanish)

Gambar 2.4 Jenis buah nanas Spanyol

(sumber foodsukleha, 2012)

Ciri-cirinya mempunyai daun panjang, bobot buah 0,9-1,8 kg,

bentuk buah membulat, mata menonjol, warna buah respondene

atau merah, warna daginng buah kuning pucat sampai putih,

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

16

hati besar berserat asam. Varietas yang termasuk Spanish yaitu

red Spanish, Singapora, Spanish nenas merah dan nenas putih

4. Golongan Maipure

Gambar 2.5 Buah nanas jenis Maipure

(sumber : comofos 2011)

Ciri-cirinya memiliki pinggir daun berduri, bobot buah sekitar

0,8-2,5 kg, silinder, warna buah kuning atau merah, warna

daging buah putih atau kuning tua, hati kecil sampai medium,

rasanya lebih manis dari pada cayenne, berserat. Nenas

maipure di budidayakan di Amerika Tengah dan Selatan.

2.1.6 Kandungan nanas

Daging buah nanas mengandung berbagai macam zat gizi yang

memberikan kontribusi bagi kesehata. Daging buah nanas

mengandung 85% air, 0,4% protein, 14% karbohidrat, 0,1% lemak,

dan 0,5 % seraat. Selain itu, nanas juga kaya akan vitamin A,

vitamin B, vitamin B6, vitamin, dan serat (Desty Ervira

Puspaningtyas 2013)

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

17

Tabel 2.1 Komponen zat gizi

Komponen Zat Gizi Jumlah

Air 88,9 gram

Energi 40 kcal

Protein 0,6 gram

Lemak 0,3 gram

Karbohidrat 9,9 gram

Serat 0,6 gram

Kalsium 22 mg

Fosfor 14 mg

Besi 0,9 mg

Magnesium 12 mg

Natrium -

Kalium 150 mg

Karoten total 90 g

Tiamin 0,02 mg

Vitamin C 22 mg

Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2008)

(Irfandi,2008)

Bromelin spesialis anti peradangan kehadiran bromelin dalam

nanas sudah diketahui sejak 1891 oleh Lotz-Winter. Bromelin

adalah suatu enzim protease yang dapat di ekstraksi dan di ambil

sarinya dari buah atau kulit nanas(Ananas comosus) yang dapat

menghidrolisis protein protease atau peptida. Baik nanas yang

muda maupun yang tua mengandung bromelin, bromelin juga

terdapat pada seluruh bagian buah nanas seperti bagian daging,

buah, kulit nanas dan bonggol . Bromelin di percaya memberikan

efek anti peradangan, anti nyeri, dan anti kanker. Bromelin

memiliki kemampuan untuk mengurangi kondisi inflamasi.

(Puspaningtyas 2013)

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

18

Tabel 2.2 Kandungan biomelin

Bagian buah Jumlah %

Buah utuh masak 0,06 – 0,08

Daging buah masak 0,08 – 0,13

Kulit buah 0,05 – 0,08

Tangkai 0,04 – 0,06

Buah utuh mentah 0,04 – 0,06

Daging buah mentah 0,05 – 0,07

Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2008)

(Irfandi,2008)

2.2 Konsep ketombe

2.2.1 Definis kotembe

Ketombe atau dandruff (dandruff, dandriffe) berasal dari bahasa

Anglosaxon kombinasi dari “tan” yang berarti “tetter” (penyakit

kulit yang menyebabkan gatal) dan “drof” yang berati “dirty”

(kotor). (ranganathan,S 2014) Ketombe biasa dikenal melalui

berbagai istilah medis seperti pityriasis capitis, seborrhea sicca,

atau dermatitis seboroik ringan pada bagian kepala.(Robbins CR,

2012). Ketombe adalah suatu kondisi eksfoliasi atau pengelupasan

di kulit kepala yang terletak di atas kepala dengan gejala berupa

munculnya sisik berwarna keputihan dan menimbulkan rasa gatal.

(RahhaliN dkk , 2010).

Menurut kamus kedokteran Dorland ketombe dapat diartikan

menjadi dua pengertian. Pertama ketombe dapat diartikan sebagai

benda bersisik yang terlepas dari epidermis. Pelepasan ini dapat

tergolong normal atau berlebihan yang kedua ketombe dapat

diartikan sebagai dermatitis seboroik. Ada dua pendapat berbeda

mengenai pengertian ketombe dalam hubungan dengan dermatitis

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

19

seboroik. Pendapat pertama menyatakan ketombe adalah bentuk

non inflamasi dari dermatitis seboroik atau bentuk ringan dari

dermatitis seboroik.(Wolff dkk, 2012) Pendapat ini diperkuat

dengan ditemukannya jumlah nukleus yang berbeda pada kulit

kepala normal, kulit kepala dengan ketombe, dan kulit kepala

dengan dermatitis seboroik. Pada kulit kepala normal ditemukan

nukleus sebanyak 3700 sel/sq cm, dan pada kulit kepala dengan

dermatitis seboroik ditemukan nukleus sel sebanyak 76.000 sel/sq

cm. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kulit kepala dengan

ketombe dan kulit kepala dengan dermatitis seboroik memiliki

jumlah nukleus yang lebih banyak akibat proses deskuamasi

fisiologis yang berlebihan pada waktu yang cepat. Hal ini

menyebabkan retensi nukleus pada sel stratum korneum yang tidak

memiliki banyak waktu untuk matang secara sempurna (Arndt dkk,

2013). Data ini juga memberikan informasi bahwa kulit kepada

dengan dermatitis seboroik memiliki nukleus tidak matang yang

lebih banyak dibandingkan dengan kulit kepada dengan ketombe.

Pendapat kedua menyatakan ketombe adalah manifestasi dari

dermatitis seboroik pada bagian kulit kepala. Pendapat ini

menyatakan bahwa dermatitis seboroik memiliki berbagai macam

manifestasi pada daerah tertentu termasuk pada kulit

kepala.Pernyataan ini dapat diketahui bahwa ketombe adalah salah

satu bentuk dari dermatitis seboroik. (Arndt dkk, 2013).

2.2.2 Epidemiologi ketombe

Ketombe mengenai lebih dari 50 % populasi di dunia dan

meningkat setiap tahunnya. Ketombe adalah penyakit kepada yang

paling sering di derita oleh remaja dan dewasa muda, kemudian

mulai jarang pada orang tua berusia lebih dari 50 tahun. Hal ini

berkaitan dengan aktivitas sebum pada manusia. Ketombe juga

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

20

sering terjadi pada bayi yang baru lahir (cradle cap)

(Ranganathan,S 2014)

Prevalensi ketombe meningkat pada populasi yang padat walaupun

ketombe tidak di tularkan melalui kontak manusia. Hal ini

berkaitan dengan keadaan lingkungan pada populasi

tersebut(Rundramurthy dkk, 2014)

Di Indonesia sendiri, banyak masyarakat menderita ketombe

kerena Indonesia adalah negara tropis. Seluruh wilayah di

Di Indonesia sendiri, banyak masyarakat menderita ketombe

kerena Indonesia adalah negara tropis. Seluruh wilayah di

Indonesia tropis akibat wilayah di Indonesia di lewati oleh garis

khatulistiwa. Suhu pantai atau laut di Indonesia rata-rata 28°C

sedangkan suhu daerah pedalaman dan pegunungan berkisar 26°C

di suhu gunung yang lebih tinggi berkisar 23°C. Area di Indonesia

juga termasuk lembab dengan kelembaban 70 hingga 90%.

Meskipun belum ada penelitian yang jelas tentang angka kejadian

ketombe di Indonesia. (Climate, 2014).

2.2.3 Etiologi ketombe

Etiologi dari ketombe bergantung dari tiga faktor, yaitu aktivitas

kelenjar sebasea, metabolisme mikroflora, dan kerentanan individu.

2.2.3.1 Aktivitas kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea adalah tipe dari kelenjar holokrin pada

bagian dermis yang mensekresikan produk berupa sebum

menuju folikel rambut. Aktivitas dari kelenjar sebasea ini

berhubungan dengan peningkatan angka kejadian ketombe

pada masa bayi (cradle cap), dan terus meningkat pada usia

remaja dan dewasa muda dan menurun pada umur dari 50

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

21

tahun. Ketombe dapat muncul pada kulit kepala yang kaya

akan sebum.(L,Thomas & Dawson 2012)

Pada kulit sebum berfungsi untuk transportasi dari

antioksidan, proteksi, panas kulit, diferensiasi epidermal,

dan juga proteksi dari UV. Sebum terdiri atas trigliserida,

asam lemak, max ester, sterol ester, kolesterol, kolesterol

ester, dan squalene.(L,Thomas & Dawson 2012)

Trigliserida dan ester yang merupakan komponen dari

sebum akan pecah oleh mikroflora menjadi digliserida,

monigliserida, dan asam lemak. Asam lemak bebas akan

memulai respon iritan, termasuk hiperproliferasi dari kulit

kepala. Pemecahan dari sebum menjadi bahan yang iritatif

menunjukan bahwa sebum bukan merupakan penyebab

primer dari ketombe. Ketombe bisa ditemukan pada kulit

kepala yang terdiri dari banyak sebum atau tidak hal ini

juga menunjukan bahwa sebum bukan merupakan

penyebab primer dari ketombe.(L,Thomas & Dawson 2012)

2.2.3.2 Metabolime Mikroflora

Pada kulit manusia terdapat flora normal seperti pada organ

tubuh lain. Salah satu flora normal yang berada di kulit

adalah jamur genus Malassezia. Walaupun Malassezia

adalah flora normal kulit tetapi Malassezia sangat berperan

pada kelainan pada kulit salah satunya adalah ketombe.

Pada abad ke 20 nama jamur Malassezia di ubah menjadi

pityrosporum, meskipun nama Malassezia yang lebih

banyak di gunakan. Malassezia di sinyalir menjadi

penyebab primer dari ketombe. Malassezia dapat

menyebabkan suatu kelainan apabila jumlahnya berlebih.

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

22

Ketika jumlahnya normal, Malassezia hanya menjadi jamur

komensal. Malassezia banyak di temukan di daerah dengan

suhu panas dan lembab.(L,Thomas & Dawson 2012)

Malassezia di klasifikasikan menjadi dua spesies yaitu:

lipid dependent, spesies yang berdiri dari M.Globosa,

M.Restritica, M.Furfur, M.Obtusa, M.Slooffiae,

M.Syympodialis, M.Japonoca, M.Nana, M. Dermatis, dan

M.Syampodialis, dan Non-lipid dependent spesies yang

terdiri dari zoopholix species, dan M.Pachydermatis.

Malassezia globosa dan Malassezia Restritia adalah jenis

Malassezia yang sering menyebabkan kelainan pada kulit

kepala.(L,Thomas & Dawson 2012)

Faktor risiko sebum dan metabolisme mikroflora

Malassezia sangat berkaitan erat. Mikroflora Malassezia

hidup di daerah kaya sebum, Malassezia mensekresi enzim

hidrolitik termasuk lipase menuju extraseluler millieu.

Enzim lipase akan menghidrolisis trigliserida menjadi asam

lemak tersaturasi spesifik dan asam lemak tidak tersaturasi

serta gliserol. Asam lemak tersaturasi di gunakan

Malassezia untuk berproliferasi sedangkan asam lemak

tidak tersaturasi yang akan mengiritasi kulit kepala dengan

merusak barier pertahanan kulit yang akan menyebabkan

deskuamasi dari kulit kepala.(L,Thomas & Dawson 2012)

2.2.3.3 Kerentanan Individu

Kerentanan individu menjadi salah satu faktor dalam

perkembangan dari ketombe. Belum di ketahui secara pasti

bagaimana kerentanan individu dapat mempengaruhi

ketombe. Hal ini di duga disebabkan oleh perbedaan dari

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

23

fungsi barier dari stratum korneum, perbedaan respon imun

dari protein dan polisakarida yang berasal dari Malassezia

dari setiap individu.(L,Thomas & Dawson 2012)

2.2.4 Patofisiologi Ketombe

Terdapat empat rentetan kejadian pada patofisiologi ketombe

1. Ekosostem dari Malassezia dan interaksi dari Malassezia pada

epidermis

2. Inisiasi dan perkembangan dari proses inflamasi

3. Proses kerusakan, proliferassi, dan di ferensiasi pada epidermis

4. Kerusakan barrier secara fungsional maupun struktural

(Schwartz & James R,2013)

2.2.5 Gambaran Klinik Ketombe

Ketombe mempunyai gambaran klinik berupa skuama yang

berwarna putih kekuningan, berupa serbuk putih atau berupa titik-

titik pada rambut dan pundak akibat terjadinya pelepasan lapisan

keratin epidermal pada saat kulit kepala digaruk yang kemudian

menempel di batang rambut atau jatuh ke baju, rambut cenderung

rontok akibat dikorek, dan warna kulit kemerahanGejala dan Tanda

Ketombe.( Arndt KA, 2012)

Gejala klinis dari deskuamasi yang ditemukan pada pasien yeng

mengalami ketombe dan dermatitis seboroik pada umumnya

didapati rasa gatal ( 66%), iritasi (25%), dan rasa kering pada kulit

kepala (59%).

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

24

Gambar 2.6 Ketombe derajat ringan

(sumber : Grimalt 2013)

Gambar 2.7 Ketombe derajat sedang

(sumber : Grimalt 2013)

Gambar 2.8 Ketombe derajat berat

(sumber : Grimalt 2013)

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

25

Tingkatan derajat skuamasi pada spektrum ketombe-dermatitis

seboroik, 2.6 ketombe derajat ringan yaitu ketombe bergelantungan

di bagian rambur 2.7 ketombe derajat sedang yaitu, ketombe

menempel di daerah kulit kepala 2.8 ketombe derajat berat yaitu

ketombe menempel di kulit kepala tetapi berwarna kekuningan

( Grimalt 2013)

2.2.6 Gejala dan tanda ketombe berhubungan dengan alur patofisiologi

timbulnya ketombe

1. Infiltrasidari jamur Malassezia pada stratum korneum

epidermis

Jamur Malassezia dapatmenginfiltrasi stratum korenum dari

epidermis. Jamur Malassezia akan memcah komponen sebum

(Trigiserida menjadi asam lemak yang tersaturasi spesifik dan

asam lemak tidak tersaturasi spesifik) di mana hal ini akan

menimbulkan gejala inflamsi dan sisik yang merupakan

rangkaian patofisiologi Malassezia berikutnya.(Vashti, 2014)

2. Insiasi dan perkembangan dari proses Inflamasi

Pada tahap ini, gejala yang timbul adalah munculnya etitema,

gatal, panas, terasa terbakar, terganggunya kualitas dari rambut.

Pada proses ini, gejala yang timbul tergantung dari tingkatan

dermatitis seboroik yang paling rendah, dimana biasanya tidak

sampai di temukan tanda-tanda inflamasi seperti pada

dermatitis seboroik atau biasanya tanda inflamasi yang terjadi

hanya eritema.

3. Inisiasi dari proses inflamasi di sebabkan oleh pengaktifan

mediator Inflamasi karena infiltrasi jamur Malassezia pada

stratum korneum epidermis. Sitokin yang teraktifikasi adalah:

IL- 1α, IL 1-ra, IL-8, TNF-α, dan IFN γ, dan juga pengeluaran

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

26

histamin. Akibatnya tanda-tanda yang lebih dominan pada

gejala dari ketombe adalah sisik tipis dan juga gatal. (Avissa

Mada Vashti, 2014)

4. Proses kerusakan, proliferasi, dan diferensiasi, pada epidermis

Setelah Malassezia memicu pengeluaran mediator inflamasi,

mulai terjadi proliferasi dan diferensiasi serta kerusakan yang

lebih parah dari sebelumnya dari kulit kepala. Ketika jamur

Malassezia berkembang terjadi pemecahan trigliserida yang

menimbulkan iritasi dan hiperproliferasi epidermis. Akibatnya

Hiperproliferansi epidermis, keratinosit yang terbentuk menjadi

tidak matang dengan jumlah nukleus yang lebih banyak.

Nekleus yang jumlahnya lebih banyak akan mengalami retensi

pada stratum korneum. Hiperproliferasi dari epidermis

menyebabkan adanya gambaran sisik pada kulit kepala atau

dengan bentuk bulat bergelung seperti debu yang disebut

ketombe. (Schwartz & James R,2013)

5. Kerusakan Barrier Epidermis secara Fungsional dan Struktural

Kerusakan Barrier pada epidermis dapat menyebabkan TEWL

(Transepidermal Water Loss), hal ini menyebabkan perasaan

kering pada kulit kepala dan perasaan ketat pada kulit kepala.

Pernyataan ini sangat bertolak belakang, karena pada keadaan

seborrhea biasanya kulit kepala dan rambut terasa lembab.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketombe dapat terjadi pada

kulit kepala kering maupun berminyak. Selain itu pada proses

ini, juga terjadi perubahan dari struktur selular sehingga

menyebabkan perubahan dari struktur lamellar yang dibentuk

oleh ceramides menjadi struktur lemak yang lebih kasar dan

struktur lemak yang tidak terstruktur (Schwartz & James

R,2013)

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

27

2.2.7 Penatalaksanaan Ketombe

Penatalaksanaan ketombe dilakukan secara teratur, konsisten,

tekun, dan menyeluruh. Pengobatan dapat dilakukan secara

sistemik maupun topikal. Tujuan pengobatan topikal adalah untuk

mengurangi pertumbuhan P. ovale, mengurangi hipersekresi

kelenjar sebum, menghilangkan rasa gatal atau reaksi inflamasi,

mencegah kerontokan rambut, serta membersihkan rambut dan

kulit kepala terhadap kotoran yang berasal dari sekresi kulit,

lingkungan, dan residu produk perawatan rambut. (Arndt KA,

2012) Obat-obat yang digunakan secara topikal antara lain:

1. Asam salisilat adalah beta-hidroksi asam, agen keratolitik yang

berguna dalam menghilangkan sisik, kulit hiperkeratotik, dan

mengurangi adhesi sel cellto antara korneosit. Dalam peraturan

Ka Badan POM No. HK.00.05.42.1018, dan Asam salisilat

sebagai anti ketombe dibatasi 3% untuk produk dibilas dan 2%

produk lainnya.

2. Sulfur (belerang) bersifat keratolitik dan sifat antimikroba.

3. Zinc pyrithione (ZPT) bersifat bakteriostatik, antimitosis,

normalisasi keratinisasi epitel stratum korneum, produksi

sebum, sitotoksi, dan antimikroba.

4. Tar bersifat anti inflamasi, antiproliferatif dan sitostatik.

5. Kortikosteroid topikal bersifat anti-inflamasi dan

antiproliferatif.

6. Selenium sulfida bersifat antimikroba, antimitotis ,anti-

seboroik dan muncul untuk menghasilkan efek sitostatik pada

sel-sel epidermis dan folikel epitel. Selenium sulfide dengan

kadar 1% dan 2,5% digunakan pada kulit kepala untuk

mengontol gejala ketombe.

7. Ketokenazole merupakan agen antimikotik spektrum luas yang

aktif terhadap Candida albicans dan Malassezia furfur.

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

28

8. Pirokton olamine atau Oxtopirox merupakan terapi infeksi

jamur sebagai salah satu komponen shampoo anti ketombe

pengganti seng pityrion. (Vashti, 2014)

2.2.8 Kulit kepala

Kulit kepala memiliki berbagai fungsi antara lain lain mengantur

kelembapan kulit, mengatur suhu tubuh, membentuk mantrl asam

dan pernapasan kulit. Pada kulit kepala terdapat sangat banyak

kelenjer minyak yang tersebar di seluruh permukaan kulit kepala,

jika rambut kepala di sisir, minyak akan terekskresikan dan

menyebar ke seluruh tangkai rambut, menyebabkan rambut tampak

kemilau, keratin kulit dapat memiliki daya tahan terhadap benturan

mekanik dan zat kimia. Permukaan kulit di selubungi oleh mantel

asam yang berupa cairan pH 4-6 . fungsi mantel asam ini terutama

untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau jamur. (ditjen

POM,2012)

2.3 Konsep Remaja

2.3.1 Definisi remaja

Remaja adalah masa berumur belasan tahun. Pada masa remaja,

manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapu tidak dapat pula

disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa transisi antara masa

kanak-kanak dan dewasa, serta relatif belum mencapai tahap

mematangkan mental dan sosial, sehingga mereka harus

menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang sering

bertentangan ( Herawati,2013)

Masa remaja merupakan periode yang penting dalam rentang

kehidupan manusia, karena remaja bukan lagi seorang anak dan

juga bukan orang dewasa. Masa remaja bukan lagi seorang anak

dan juga bukan orang dewasa. Masa remaja sering pula disebut

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

29

adolesensi (lat. Adolescere = adultus ; menjadi dewasa atau dalam

perkembangan menjadi dewasa). Secara global masa remaja

berlangsung antara usia 12-21 tahun. Fase pada masa remaja dibagi

3 (Hurlock dalam Mappiare, 1990) yaitu masa remaja awal (13-15

tahun), masa remaja madya (15-17 tahun), masa remaja akhir (17-

21 tahun). Istilah yang biasa diberikan bagi remaja awal adalah “

teenagers” atau anak usia belasan tahun. Menurut Minks, dkk

(1999) remaja adalah suatu periode peralihan dari masa kanak-

kanak kemasa dewasa. Menurut Ausubel (Monks, dkk 1999)

remaja adalah masa suatu periode peralihan dari masa kanak-kanak

kemasa dewasa. Menurut Ausubel (Monks, dkk 1999) remaja

adalah masa setelah pemasakan seksual atau yang biasa disebut

pubertas. Sedangkan menurut Panuju (1999) masa remaja

merupakan suatu masa belajar yang luas meliputi bidang intelegasi,

sosial, maupun hal-hal yang berhubungan dengan kepribadian

dengan kepribadian (Herawati, 2013)

2.3.2 Pembagian Perkembangan Masa Remaja

Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan

kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati

tahapan berikut : (Herawati,2013)

2.3.2.1 Masa remaja / dini (early adolescence) usia 11-13 tahun.

2.3.2.2 Masa remaja pertengahann (middle adolescence) usia 14-16

tahun.

2.3.2.3 Masa remaja lanjut (late adolescence) usia 17-20 tahun.

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

30

2.4 Kerangka Konsep

Hidayat (2014 : 37) menyatakan bahwa kerangka konsep merupakan

konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seseorang peneliti menyusun

teori atau menghubungkan secara bagus beberapa fakta yang di anggap

penting untuk masalah. Dalam kerangka konsep peneliti ingin menjelaskan

mengenai Pengaruh Pemberian Buah Nanas Terhadap Tingkat Kejadian

Ketombe Pada Remaja Putri Pondok Pesantren Darul Ilmi

Skema 2.1 Kerangka Konsep penelitian

2.5 Hipotesis

Ada Pengaruh Pemberian buah nanas Terhadap Tingkat Kejadian

Ketombe Pada Remaja Putri Pondok Pesantren Darul Ilmi kota

Banjarbaru

Ketombe

Sesudah

Ketombe

Sebelum

Kelompok

kontrol Tidak di

beri Buah Nanas

Pemberian Buah

Nanas

Derajat 3

Derajat 0

Derajat 2

Derajat 0

Derajat 1

Derajat 0

Derajat 0

Derajat 0

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Nanas

31