bab 2 tinjauan pustaka 2.1. klasifikasi kelapa sawit€¦ · pada tahun 1984 saat ini masih hidup 1...

13
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit Kelapa sawit memiliki 36 kromosom menurut Henry (1945), sedang menurut Darlington & Wylie (1956) dan Arasu adalah 32. Elaeis dari Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani.Guineesis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika), Jacq berasal dari nama Botanist Amerika Jacquin (Lubis, 2008). Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ord : Palmales Famili : Palmae Sub family : Cocoideae Genus : Elaeis Species : Elaeis guineensis Jacq (Wahyuni, 2008) 2.2. Botani dan Morfologi kelapa sawit 1 Akar Tanaman kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer,sekunder tersier dan kuartier.Akar akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, akar sekunder,tersier kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dari air dan dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit. Perakarannya yang paling padat terdapat pada kedalaman 25 cm. Panjang akar yang tumbuh ke samping dapat mencapai 6 m. Tanaman sawit tidak boleh terendam air. Oleh karena itu, permukaan air tanah harus diupayakan sekitar

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit€¦ · pada tahun 1984 saat ini masih hidup 1 pohon dan sudah berumur 145 tahun, tingginya telah mencapai 20 meter. Batang sawit

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit

Kelapa sawit memiliki 36 kromosom menurut Henry (1945), sedang menurut

Darlington & Wylie (1956) dan Arasu adalah 32. Elaeis dari Elaion berarti

minyak dalam bahasa Yunani.Guineesis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika),

Jacq berasal dari nama Botanist Amerika Jacquin (Lubis, 2008).

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ord : Palmales

Famili : Palmae

Sub family : Cocoideae

Genus : Elaeis

Species : Elaeis guineensis Jacq (Wahyuni, 2008)

2.2. Botani dan Morfologi kelapa sawit

1 Akar

Tanaman kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer,sekunder

tersier dan kuartier.Akar – akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, akar

sekunder,tersier kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier

berfungsi menyerap unsur hara dari air dan dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit

banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman 1 meter dan semakin

ke bawah semakin sedikit.

Perakarannya yang paling padat terdapat pada kedalaman 25 cm. Panjang akar

yang tumbuh ke samping dapat mencapai 6 m. Tanaman sawit tidak boleh

terendam air. Oleh karena itu, permukaan air tanah harus diupayakan sekitar

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit€¦ · pada tahun 1984 saat ini masih hidup 1 pohon dan sudah berumur 145 tahun, tingginya telah mencapai 20 meter. Batang sawit

5

kedalaman 80-100 cm, teristimewah pada areal tanah gambut drainase harus

lancar.

2. Batang

Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil tidak bercabang dan tidak mempunyai

kambiun. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang harus berkembang

membentuk daun dan ketinggian batang.Diameter batang dapat mencapai 90

cm.Tinggi batang untuk tanaman komersial tidak lebih dari 12 meter sudah sulit

dipanen, maka pada umumnya tanaman pada usia 25 tahun sudah diremajakan.

Nenek moyang kelapa sawit sebanyak 4 batang di kebun raya bogor yang ditanam

pada tahun 1984 saat ini masih hidup 1 pohon dan sudah berumur 145 tahun,

tingginya telah mencapai 20 meter. Batang sawit berfungsi sebagai penyimpan

dan pengangkut makanan untuk tanaman serta sebagai penyangga mahkota daun.

3. Daun

Daun kelapa sawit membentuk suatu pelepah bersisip genap dan bertulang sejajar.

Panjang pelepah dapat mencapai 9 m, jumlah anak daun tiap pelepah dapat

mencapai 380 helai. Panjang panjang anak daun dapat mencapai 120 cm. Pelepah

daun sejak mulai terbentuk sampai tua mencapai waktu 7 tahun. Jumlah pelepah

dalam satu pohon dapat mencapai 60 pelepah. Untuk kemudahan panen digunakan

sisitem songgo dua, jumlah daun setelah tunas pemeliharaan dipertahankan sekitar

48-54 pelepah.

Luas permukaan daun tanaman dewasa dapat mencapai 15 m. Daun kelapa sawit

berfungsi sebagai tempat berlangsunya fotosintesis dan alat respirasi. Oleh karena

itu pemangkasan daun sejauh munkin dihindarkan, kecuali pangkas pendahuluan

dan pangkas pemeliharaan yang hanya dibenarkan sampai songgo dua.

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit€¦ · pada tahun 1984 saat ini masih hidup 1 pohon dan sudah berumur 145 tahun, tingginya telah mencapai 20 meter. Batang sawit

6

Jika pelepah dapat dipertahankan lebih lama berarti semakin lama pula proses

fotosintesis berlangsung dan semakin banyak bahan makanan yang dikirim ke

buah. Hal ini berarti tandan akan meningkat lebih berat (Lubis, 1992).

4. Bunga

Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 bulan. Pembungaan kelapa sawit

termasuk monocious artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu

pohon tetapi tidak terdapat pada satu tandan yang sama.Namun kadang-kadang

dijumpai juga dalam satu tandan terdapat bunga jantan dan bunga betina.Bunga

seperti itu disebut bunga banci (hermaprodit).Tanaman kelapa sawit dapat

menyerbuk secara silang dan juga menyerbuk sendiri.

a) Bunga Jantan

Bunga jantan ataupun betina keluar dari ketiak pelepah daun. Satu tandan bunga

jantan terdapat sampai 200 spikiet. Dalam 1 splikiet terdapat 700-1.000 bunga

jantan. Dalam 1 bunga jantan dapat mencapai 50 gram tepung sari.

b)Bunga Betina

Bunga betina dalam 1 tandan juga dapat mencapai 200 splikiet. Tetapi dalam 1

splikiet hanya terdapat 20 bunga betina. Dalam 1 tandan bunga betina terdapat

3.000 bunga betina. Bentuk bunga betina seperti buga cengkeh. Sex diverenciation

terjadi 17 - 25 bulan sebelum masa receptive.Tanaman kelapa sawit yang berumur

tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan dan bunga

betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak

bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross pollination).

Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon

yang lainnya dengan perantara angin dan serangga penyerbuk (Putranto,2011).

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit€¦ · pada tahun 1984 saat ini masih hidup 1 pohon dan sudah berumur 145 tahun, tingginya telah mencapai 20 meter. Batang sawit

7

5. Buah

Proses pembentukan buah sejak saat penyerbukan sampai buah matang ± 6 bulan.

Dapat juga terjadi lebih lambat atau lebih cepat tergantung dan keadaan iklim

setempat. Dalam 1 tandan dewasa dapat mencapai ± 2.000 buah. Buah kelapa

sawit pada waktu muda bewarna hitam (nigrescens), kemudian setelah berumur ±

5 bulan berangsur-angsur menjadi merah kekuning-kuningan. Pada saat perubahan

warna tersebut terjadi proses pembentukan minyak pada mesocarp (daging buah).

Perubahan warna tersebut karena pada butir-butir minyak mengandung zat warna

(corotein).

Proses pembentukan minyak dalam daging buah berlangsung selama 3-4 minggu

yaitu sampai tingkat matang morfologis. Yang disebut matang morfologis adalah

buah telah matang dan kandungan minyaknya sudah optimal. Sedangkan matang

fisiologis adalah buah sudah matang namun dan sudah siap untuk tumbuh, yakni ±

1 bulan setelah matang morfologis. Berat buah berkisar 10-20 gram. Buah kelapa

sawit termasuk buah batu yang terdiri dari tiga bagian, yakni :

a. Lapisan luar (epicarpim) disebut kulit luar.

b. Lapisan tengah (meso carpium) disebut daging buah, mengandunh minyak

sawit.

c. Lapisan dalam ( endo carpium ) disebut inti, mengandung minyak inti.

Di antara inti dan daging buah terdapat lapisan tempurung ( cangkang) yang keras.

Biji kelapa sawit (karnel) terdiri dari 3 bagian, yakni :

a. Kulit biji (spermodermis) disebut cangkang ( sheel).

b. Tali pusat (funiculus)

c. Inti biji (nucleus seminis).

Di dalam inti inilah lembaga atau embrio yang merupakan calon tanaman baru

(Sastrosayono.s, 2003).

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit€¦ · pada tahun 1984 saat ini masih hidup 1 pohon dan sudah berumur 145 tahun, tingginya telah mencapai 20 meter. Batang sawit

8

2.3. Biologi Serangga E. Kamerunicus

2.3.1. Klasifikasi Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus

Klasifikasi dari serangga penyerbuk kelapa sawit Elaeidobius kamerunicus adalah

sebagai berikut:

Filum : Anthropoda

Kelas : Insect

Ordo : Coleoptera

Famili : Curculionidae

Genus : Elaeidobius

Spesies : Elaeidobius kameunicus

(Susanto dkk, 2007).

2.3.2. Siklus Hidup E. kamerunicus

E. kamerunicus saat ini menjadi penyerbuk utama kelapa sawit di Indonesia

setelah proses introduksi oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit pada tahun 1982.

Sebelum introduksi E. kamerunicus, proses penyerbukan bunga kelapa sawit di

Indonesia utamanya dilakukan dengan bantuan manusia yang sering disebut

Assisted polination. Kegiatan assisted polination ini memerlukan biaya yang

sangat mahal, terlebih jika dilakukan dengan pada tanaman kelapa sawit

menghasilkan di atas umur 5 tahun (Prasetyo dan Susanto, 2012).

E. kamerunicus merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna

yang berkembang dari telur menjadi larva, kemudian kepompong, dan akhirnya

menjdi imago. Serangga ini termasuk kedalam familiy Curculionidae (kumbang

moncong). Siklus hidup E. kamerunicus berlangsung sekitar 1 bulan seperti yang

di tunjukkan pada gambar 2.1 berikut ini : (Prasetyo dan Susanto, 2012).

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit€¦ · pada tahun 1984 saat ini masih hidup 1 pohon dan sudah berumur 145 tahun, tingginya telah mencapai 20 meter. Batang sawit

9

Gambar 2.1. Siklus Hidup E. kamerunicus

Sumber : Prasetyo dan Susanto, 2012

a) Telur

Satu ekor kumbang E. kamerunicus betina dapat meletakan telur rata-rata 57.64

butir pada bunga jantan kelapa sawit selama 59 hari masa hidupnya. Telur

berwarna keputih-putihan, berbentuk lonjong dan kulitnya licin dan ukuran

panjang telur 06,60 - 0,68 mm dan lebar 0,3 – 0,5 mm. Telur akan menetas setelah

2 hari peletakan telur di spikelet bunga jantan dan akan berwarna lebih gelap

(Meliala, 2008).

b) Larva

Larva berkembang dalam tiga instar. Larva instar pertama berwarna putih

kekuningan berada disekitar tempat peletakan telur. Setelah 1-2 hari, larva

menjadi larva instar kedua yang kemudian pindah ke pangkal bunga jantan yang

sama.Larva instar kedua berwarna kuning kekuningan dan bagian dalam tubuh

sedikit transparan dan adapun lama dari larva instar kedua ini berkisar 2 - 3 hari.

Larva pada tahap ini memakan bagian jaringan – jaringan bagian pangkal bunga

atas tersebut (Meliala, 2008).

Sebelum semua bagian dari bunga habis dimakan (selama 1- 2 hari), larva instar

kedua menjadi larva instar ketiga terus memakan pangkal sari sampai tinggal

bagian atasnya saja (5-9 hari). Larva instar ketiga, berwarna kuning terang, dapat

memakan lima sampai enam bunga jantan (Prasetyo dan Susanto, 2012).

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit€¦ · pada tahun 1984 saat ini masih hidup 1 pohon dan sudah berumur 145 tahun, tingginya telah mencapai 20 meter. Batang sawit

10

c) Kepompong

Kepompong terbentuk didalam bunga jantan yang terakhir dimakan. Sebelum

menjadi kepompong, larva instar ketiga terlebih dahulu menggigit bagian ujung

bunga jantan sehinng lepas. Dengan demikian terjadilah lubang yang menjadi

tempat keluarnya kumbang. Sekitar 1 hari sebelum terbentuk kepompong, larva

ketiga menjadi tidak aktif. Periode kepompong berlangsung dalam waktu 2-6 hari.

Warna kepompong kuning terang dengan sayap yang mulai terbentuk dan

berwanra putih.

d) Serangga

Kumbang E. kamerunicus memakan tangkai sari bunga jantan yang sudah mekar.

Perkawinan (kopulasi) terjadi siang hari antara 2-3 hari sesudah kumbang menjadi

dewasa, akan tetapi ada juga yang berkopulasi lebih awal. Lama hidup kumbang

betina dapat mencapai 65 hari dan kumbang jantan 46 hari. Berikut gambar

Kumbang E. kamerunicus pada gambar 2.2.

(A) (B)

Gambar 2.2 Kumbang E. kamerunicus (A) betina dan (B ) jantan.

Sumber : Prasetyo dan Susanto, 2012

Pada gambar 2.2. kumbang betina memiliki mocong lebih panjang, tidak ada

benjolan pada eltira (sayap) dan bulu pada eltira lebih sedikit. Ukuran E.

kamerunicus betina 2 - 3 mm. Kumbang E. kamerunicus jantan memiiki mocong

lebih pendek, 2 benjolan pada pangkal eltira dan bulu yang lebih banyak pada

eltira. Ukuran E. kamerunicus jantan 3 - 4 mm (Prasetyo dan Susanto, 2012).

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit€¦ · pada tahun 1984 saat ini masih hidup 1 pohon dan sudah berumur 145 tahun, tingginya telah mencapai 20 meter. Batang sawit

11

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Elaeidobius

kamerunicus

2.4.1. Musuh Alami Elaeidobius kamerunicus

Populasi serangga penyerbuk kelapa sawit E. kamerunicus dapat menurun oleh

sejumlah musuh alami yang berupa predator maupun parasit. Predator yang telah

dilaporkan memakan E. kamerunicus meliputi telur, larva, kepompong dan imago

adalah tikus, semut, dan berbagai jenis laba-laba predator. Jenis parasit yang dapat

menurunkan populasi serangga penyerbuk kelapa sawit E. kamerunicus adalah

nematoda Cyilindrocorpus inevectus yang ditemukan pada permukaan bawah

sayap serangga penyerbukan kelapa sawit. Adanya serangan tikus menimbulkan

dua dampak negatif yakni kerusakan buah dan mengganggu perkembangbiakan

serangga penyerbuk kelapa sawit E. kamerunicus (Mangoensoekarjo dan

Semangun, 2008).

2.4.2 Ketersediaan Bunga Jantan Kelapa Sawit

Ketersediaan bunga jantan kelapa sawit juga merupakan faktor penting yang

mempengaruhi perkembang populasi E. kamerunicus. Idealnya, semakin banyak

bunga jantan maka akan semakin tinggi populasi serangga penyerbuk kelapa sawit

E. kamerunicus. Selain sebagai sumber makanan, tandan bunga jantan kelapa

sawit juga berfungsi sebagai tempat tempat berkembang biak E. kamerunicus

(Prasetyo dan Susanto, 2012).

2.4.3. Penggunaan Insektisida

Diketahui bahwa pada umumnya semua jenis insektisida yang sudah biasa

digunakan untuk pengendalian ulat api dan ulat kantung melalui penyemprotan

atau injeksi batang, beracun terhadap E. kamerunicus. Apabila penyemprotan

dilakukan pada mahkota daun, maka pengeruh sampingan insektisida yang

digunakan hanya kecil. Apabila larutan insektisida disemprotkan pada bunga,

maka pengaruhnya sangat besar serangga penyerbuk E. kamerunicus tidak di

jumpai pada 1-3 hari setelah penyemprotan (Prasetyo dan Susanto, 2012).

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit€¦ · pada tahun 1984 saat ini masih hidup 1 pohon dan sudah berumur 145 tahun, tingginya telah mencapai 20 meter. Batang sawit

12

2.4.4. Curah Hujan

Selain adanya musuh alami dan ketersediaan bunga jantan, curah hujan juga

menjadi faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan populasi serangga

penyerbuk E. kamerunicus. Di Indonesia, perkembangan populasi serangga

penyerbuk E. kamerunicus lebih cepat pada musim hujan walaupun secara

perilaku lebih aktif pada musim kemarau. Perkembangan seerangga penyerbuk E.

kamerunicus akan meningkat jika curah hujan bulanan mencapai lebih dari 250

mm (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).

2.5. Fruit Set Kelapa Sawit

Fruit Set (tatanan buah) adalah istilah yang sering digunakan dalam bidang kelapa

sawit untuk menggambarkan perbandingan atau rasio buah yang jadi (hasil dari

penyerbukan) terhadap keseluruhan buah pada satu tandan termasuk buah yang

partenokarpi. Buah yang jadi dicirikan dengan adanya inti buah (kernel) yang

merupakan hasil akhir dari perkawinan polen ( tepung sari) dari bunga jantan

dengan sel telur didalam bunga betina kelapa sawit, sedangkan buah partenokarpi

tidak memiliki kernel (Prasetyo dan Susanto, 2012).

Fruit Set suatu tandan adalah 80% artinya dalam suatu tandan tersebut persentase

buah yang jadi adalah 80% sedangkan buah yang partenokarpi adalah 20%. Fruit

Set yang baik pada tanaman kelapa sawit adalah diatas 75%. Semakin tinggi nilai

fruit set, maka berat, kualitas dan ukuran tandan akan semakin meningkat,

sedangkan ukuran buah semakin kecil. Persentase kernel/tandan, mesocarp

buah/tandan atau pun minyak/tandan akan meningkat juga. Berat tandan buah

tergantung pada jumlah spiklet, jumlah bunga per spiklet, Fruit Set berat buah dan

efisiensi penyerbukan. Perhitungan nilai Fruit Set dapat dilakukan dengan cara :

1) Tentukan tandan buah yang akan digunakan sebagai sampel yang akan

mewakili seluruh tandan diareal tertentu. Misalnya pada bahan tanaman yang

sama, umur yang sama,dan lokasi yang sama diambil 5-10 tandan fraksi 0 (

matang tetapi belum membrondol ) sebagai sampel.

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit€¦ · pada tahun 1984 saat ini masih hidup 1 pohon dan sudah berumur 145 tahun, tingginya telah mencapai 20 meter. Batang sawit

13

2) Potong keseluruhan spiklet buah dengan menggunakan alat kampak kecil.

Untuk tanaman menghasilkan ( TM ) 1-5 diambil masing-masing 10 spiklet pada

bagian dekat pangkal, tengah dan ujung tandan buah ; untuk TM > 5, diambil

masing-masing 10 spiklet pada bagian dekat pangkal, tengah dan ujung tandan

buah.

3) Hitung buah yang jadi (mengandung kernel) dan buah yang partenokarpi (tidak

mengandung inti).

4) Nilai Fruit set = 𝐽𝑈𝑀𝐿𝐴𝐻 𝐵𝑈𝐴𝐻 𝑌𝐴𝑁𝐺 𝐽𝐴𝐷𝐼

𝐽𝑈𝑀𝐿𝐴𝐻 𝐵𝑈𝐴𝐻 𝑌𝐴𝑁𝐺 𝐽𝐴𝐷𝐼 + 𝐵𝑈𝐴𝐻 𝑃𝐴𝑅𝑇𝐸𝑁𝑂𝐾𝐴𝑅𝑃𝐼𝑥 100%

Fruit set yang tinggi ditunjukkan dengan banyaknya buah yang jadi, sebaliknya

fruit set yang rendah ditunjukkan dengan banyaknya buah yang partenokarpi.

2.6. Pengembangan Serangga E.kamerunicus

2.6.1. Teknik Hatch And Carry

Metode Hatch And Carry ini telah diterapkan di beberapa kebun di Indonesia dan

telah berhasil meningkatkan Fruit Set hinggga 30%, bahkan lebih tergantung pada

nilai Fruit Set awal. Semakin rendah nilai Fruit Set awal maka peningkatannya

akan semakin besar. Hatch And Carry berasal dari kata “hatch” yang artinya

menetas dan “carry” yang artinya membawa.

Dalam hal ini berarti Hatch And Carry adalah sistem penangkaran E. kamerunicus

yang disertai dengan penyemprotan polen pada tubuh kumbang tersebut yang

bertujuan untuk menambah populasi E. kamerunicus dan nilai Fruit Set kelapa

sawit pada suatu kebun, berikut ini contoh gambar kotak Hatch And Carry pada

gambar 2.3.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit€¦ · pada tahun 1984 saat ini masih hidup 1 pohon dan sudah berumur 145 tahun, tingginya telah mencapai 20 meter. Batang sawit

14

Gambar 2.3 Kotak penangkaraan Hatch And Carry

Sumber : Prasetyo dan Susanto, 2012

Penangkaran E. kamerunicus dilakukan dengan menggunakan kotak dengan

ukuran 60 cm x 60 cm x 120 cm. Kotak terbuat dari kayu triplek dengan bagian

atas berupa kain kasa yang bisa di buka dan ditutup untuk memasukkan dan

mengeluarkan E. kamerunicus.

Masing-masing kotak memiliki atap yang dapat terbuat dari seng, asbes, atau atap

rumbia untuk melindungi penyinaran langsung oleh matahari atau terkena tetesan

air hujan. Kotak-kotak ini biasanya dipasang dengan jumlah 1-3 kotak / 25 Ha

atau lebih tergantung pada kondisi Fruit Set awal. Teknik ini umumnya dilakukan

pada TM 1-3 yang mempunyai nilai Fruit Set rendah dan sex ratio bunga sangat

tinggi (Prasetyo dan Susanto, 2012).

2. Strategi Aplikasi Hatch And Carry

E. kamerunicus masih berupa larva dan pupa biasanya berada di dalam tandan

bunga jantan 4-5 hari lewat anthesis. Tandan bunga jantan berasal dari tanaman

tua dengan sex ratio bunga kelapa sawit rendah (<75%). Dalam satu blok dapat

diambil sekitar 15% tandan bunga jantan lewat anthesis, misalnya dengan

mengambilnya pada baris ke 4 atau 5 dan kelipatannya. Untuk mempermudah

operasional teknik Hatch And Carry , maka dalam 1 kotak dibagi menjadi 2

ruangan.

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit€¦ · pada tahun 1984 saat ini masih hidup 1 pohon dan sudah berumur 145 tahun, tingginya telah mencapai 20 meter. Batang sawit

15

Ruangan pertama berisi 3-4 tandan bunga jantan, begitu juga dengan ruangan

kedua. Pengsian bunga jantan ini pada masing-masing ruangan dilakukan pada

waktu yang berbeda yang kemudian dapat diganti dengan tandan bunga jantan

yang lewat anthesis yang baru setiap 8-9 hari sekali (Prasetyo dan Susanto, 2012).

Penyemprotan polen kelapa sawit murni pada tubuh kumbang E. kamerunicus

dilakukan setiap hari. Penyemprotan ini dilakukan mulai jam 7 pagi dengan

jumlah polen yang disemprotkan sekitar 1 g / kotak. Penyemprotan dilakukan

padas sisi atas kotak Hatch And Carry, 2-3 semprotan. Tutup kotak kemudian

dibuka dan dilakukan penyemprotan pada bagian bawah tutup sebanyak 15-20

semprotan dan di dalam kotak sebanyak 2 - 4 semprotan.

Botol semprotan yang digunakan memiliki daya semprot dan sebar yang cukup

baik seperti botol semprot yang biasa digunakan untuk penyemprotan nyamuk.

Setelah dilakukan penyemprotan tutup kotak Hatch And Carry dibiarkan

membuka selama 1-2 jam sehingga kumbang E. kamerunicus yang telah

membawa polen terbang kelapangan kemudian ditutup kembali pada jam 9 pagi

(Prasetyo dan Susanto, 2012).

2.7. Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit

Produksi kelapa sawit ditentukan antara lain oleh sukses tidaknya penyerbukan.

Penyerbukan pada tanaman kelapa sawit memerlukan agen, karena meskipun

kelapa sawit berumah satu (monocious) namun bungabunga pada bulir (spikelet)

jantan dan betina mekar pada waktu yang berlainan sehingga selalu terjadi

penyerbukan antar tumbuhan atau penyerbukan silang (Lubis, 2008). Elaeidobius

kamerunicus (Coleoptera : Curculionidae) merupakan serangga yang berperan

penting dalam proses penyerbukan kelapa sawit ini. Pelepasan kumbang E.

kamerunicus di Indonesia pada tahun 1983 secara signifikan meningkatkan

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit€¦ · pada tahun 1984 saat ini masih hidup 1 pohon dan sudah berumur 145 tahun, tingginya telah mencapai 20 meter. Batang sawit

16

produktivitas kelapa sawit dari 40% ke 60%. Berdasarkan keberhasilan ini E.

kamerunicus dipercaya sebagai aktor utama yang berperan penting dalam

meningkatkan keberhasilan pembentukan buah jadi atau fruit set (Nurindah,

2015).

1. Penyerbukan Alami

Penyerbukan alami merupakan penyerbukan yang dapat terlaksana dengan adanya

hembusan angin dari bunga jantan ke bunga betina. Serbuk sari dari bunga jantan

menyebar karena hembusan angin, kemudian serbuk sari itu hinggap di atas putik

atau karena kaki serangga penyerbuk kelapa sawit E. kamerunicus yang membawa

serbuk sari di kakinya hinggap pada bunga betina. Keberhasilan penyerbukan

alami ini sangat bergantung pada beberapa faktor, terutama jumlah bunga betina

di areal perkebunan, dan pengaruh cuaca (terutama curah hujan) terhadap

penyebaran serbuk sari (Tim Bina Karya Tani, 2009).

2. Penyerbukan Bantuan

Jika buah dalam tandan dibawah optimal, ini menunjukan bahwa jumlah bunga

yang dibuahi tentu dibawah optimal juga. Untuk memperoleh tandan-tandan

dengan jumlah buah yang optimal, penyerbukan harus dibantu dengan

memberikan serbuk sari buatan. Teknik memberikan serbuk ini sebagai

penyerbukan buatan atau polinasi bantuan (assisted pollination), yaitu pemberian

serbuk sari yang di kumpulkan kepada bunga betina selama masa reseptif.

Penyerbukan buatan ini dilakukan dengan mengambil serbuk sari dari bunga

jantan yang segar dan sedang mekar yang ditandai dengan warna kuning terang

dan bau yang khas. Selanjutnya serbuk sari dihembuskan di seluruh bagian bunga

betina yang sedang resptif dengan tanda putiknya berwarna kuning kemerah-

merahan, dan kelopak bunga bagian atas sudah terbuka sampai serbuk sari itu

mencapai putik ( Tim Bina Karya Tani, 2009 )