bab 2 tinjauan pustaka 2.1. hamil usia dinirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46328/4/chapter...
TRANSCRIPT
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hamil Usia Dini
Kehamilan usia dini (usia muda/remaja) adalah kehamilan yang terjadi pada
remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena
hubungan seksual (hubungan intim) dengan pacar, dengan suami, pemerkosaan, maupun
faktor-faktor lain yang menyebabkan sperma membuahi telurnya dalam rahim perempuan
tersebut (Masland, 2004).
Masa kehamilan dimulai dari pembuahan sampai lahirnya janin, lamanya 280
hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Manuaba, 2010). Dalam masa reproduksi, usia di bawah 20 tahun adalah usia yang
dianjurkan untuk menunda perkawinan dan kehamilan. Proses pertumbuhan berakhir
pada usia 20 tahun, dengan alasan ini maka dianjurkan perempuan menikah pada usia
minimal 20 tahun (BKKBN, 2010).
Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika
terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan beresiko akan
menyebabkan terjadinya kematian 2-4 x lebih tinggi dari reproduksi sehat (Manuaba,
2010).
Kehamilan yang terjadi di usia muda merupakan salah satu resiko seks pranikah
atau seks bebas adalah kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Menurut Kartono (1999)
kehamilan pranikah adalah kehamilan yang pada umumnya tidak direncanakan dan
menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya,
ditambah lagi dengan adanya sanksi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan
kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan (Lesnapurnawan. 2009).
Menurut Susanti (2008), kehamilan pada remaja dapat menimbulkan masalah
karena pertumbuhan tubuhnya belum sempurna, kurang siap dalam sosial ekonomi,
Universitas Sumatera Utara
kesulitan dalam persalinan, atau belum siap melaksanakan peran sebagai ibu. Alasan
kehamilan pada remaja adalah:
1. Kecelakaan (hamil di luar nikah)
2. Untuk mendapatkan tunjangan kesejahteraan.,
3. Ingin anak
4. Ingin berperan
5. Faktor hubungan
6. Keinginan untuk meniru saudara yang sedang hamil pada usia remaja
2.1.1 Dampak yang Memengaruhi Hamil Usia Dini
Banyak dampak yang dapat mempengaruhi remaja hamil usia muda, yang
selanjutnya melahirkan di usia muda antara lain :
1. Kesiapan Menerima Kehamilan
Langkah pertama untuk beradaptasi dengan peran sebagai ibu adalah menerima
kehamilan. Tingkat penerimaan ini digambarkan dalam kesiapan wanita untuk hamil dan
dalam respon emosinya. Banyak wanita merasa kaget mendapatkan dirinya hamil.
Penerimaan terhadap kondisi hamil sejalan dengan penerimaan tumbuhnya janin secara
nyata. Kehamilan yang tidak diterima, berbeda dengan menolak anak. Seorang wanita
dapat saja tidak suka hamil, tetapi mencintai anak yang akan dilahirkan (Susanti, 2008).
2. Kesiapan sebagai Seorang Ibu
Periode kehamilan adalah suatu kondisi yang dipersiapkan secara fisik dan
psikologis untuk kelahiran dan menjadi orang tua. Kehamilan adalah suatu krisis yang
mematangkan dan dapat menimbulkan stres tetapi konsekuensinya adalah wanita
tersebut harus siap memasuki suatu fase baru untuk bertanggungjawab dan memberi
perawatan. Konsep dirinya berubah, siap menjadi orang tua dan menyiapkan peran
barunya. Secara bertahap ia berubah dari memperhatikan dirinya sendiri, punya
kebebasan menjadi suatu komitmen untuk bertanggungjawab kepada makhluk lain
(Salmah, 2006)
Universitas Sumatera Utara
Kehamilan merupakan tantangan, titik balik dari kehidupan keluarga, dan
biasanya diikuti oleh stres dan gelisah, baik itu kehamilan yang diharapkan atau tidak
terutama pada kehamilan usia dini. Untuk keluarga pemula, kehamilan adalah periode
transisi dari masa anak-anak menjadi orang tua dengan karakteristik yang menetap dan
mempunyai tanggungjawab yang menuntut kesiapan menjadi seorang ibu. Wanita akan
menjadi ibu dan suaminya akan menjadi ayah (Susanti, 2008).
3. Cemas Melahirkan Tidak Normal
Cemas adalah suatu emosi yang sejak dulu dihubungkan dengan kehamilan.
Cemas merupakan emosi positif sebagai perlindungan menghadapi stressor, yang dapat
menjadi masalah apabila berlebihan. Menurut David (1961) dan Crandon (1979)
tingginya kecemasan pada ibu hamil usia dini berhubungan dengan kejadian abnormal
yang dialaminya, sehingga ibu cemas akan melahirkan tidak normal (Susanti, 2008).
4. Takut Mengalami Komplikasi Kehamilan
Efek psikologis pada kehamilan remaja putri adalah ibu takut mengalami
terjadinya komplikasi kehamilan seperti perdarahan, infeksi pada masa kehamilan, kurang
darah, dan lain-lain (Susanti, 2008).
5. Perubahan Fisiologis
Respons emosi dan psikologis ibu hamil selama hamil termasuk menolak,
menerima, perubahan perasaan, dan perubahan citra tubuh seperti ibu merasa tidak cantik
lagi, ibu merasa suami tidak sayang lagi pada dirinya, takut suaminya selingkuh (Salmah
dkk., 2006).
6. Emosi Masih Labil
Kondisi hamil mengganggu citra tubuh dan juga ia perlu mengkaji kembali
perubahan peran dan hubungan sosialnya. Stres ibu hamil dipengaruhi oleh emosinya
yang masih labil, lingkungan sosial, latar belakang budaya, dan penerimaan atau
penolakan terhadap kehamilannya (Salmah dkk., 2006).
7. Khawatir Bayi Lahir Prematur
Universitas Sumatera Utara
Stres pada ibu hamil tidak saja berakibat pada ibu tetapi juga berakibat pada janin
yang dikandungnya. Karena posisi janin yang berada di dalam rahim dalam merespons
apa yang sedang dialami oleh ibu. Berdasarkan penelitian, ibu hamil yang mengalami
stres akan meningkatkan resiko melahirkan bayi prematur, melahirkan bayi yang lebih
kecil. Bahkan bahaya stres pada ibu hamil dapat mengakibatkan janin keguguran
(Susanti, 2008)
8. Khawatir Berhubungan Seksual
Kurangnya pengetahuan remaja putri tentang kehamilan menyebabkan mereka
takut untuk melakukan hubungan seksual terutama pada trimester III. Ketakutan tersebut
karena mereka beranggapan dengan melakukan hubungan seksual akan mencederai bayi
(Salmah, 2006).
9. Peran Dukungan Keluarga
Wanita yang hamil tanpa suami, ia mengalami perubahan peran dan matang
secara psikologis. Ia juga menghadapi kenyataan dan merencanakan sebagai orang tua
tunggal. Bahkan jika ia ingin melepas anaknya, ia harus tetap meneruskan kehamilannya
dengan pemikiran masih ada yang bergantung kepadanya. Wanita tersebut memerlukan
dukungan dari keluarga.
Keluarga dengan ibu hamil, perlu memelihara keterbukaan dan keseimbangan,
menjaga tugas perkembangan, serta mencari bantuan dan dukungan agar tidak terjadi
konflik. Selama hamil, pasangan merencanakan bersama kelahiran anak pertama mereka,
dan mengumpulkan informasi tentang cara menjadi orang tua. Ketersediaan dukungan
sosial untuk kesejahteraan psikososial ibu hamil merupakan faktor penting. Anggota
keluarga yang lain, terutama ayah dan ibu, kakek/nenek dan saudara yang lain juga harus
menyesuaikan diri dengan remaja yang hamil. Untuk beberapa pasangan, kehamilan
dapat berkembang menjadi krisis yang merupakan gangguan atau konflik yang dapat
mengganggu keseimbangan antara anggota keluarga (Susanti, 2008).
10. Sosial ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya wanita
untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Karena kemiskinan ini, remaja putri
terpaksa bekerja. Namun sering kali mereka tereksploitasi, bekerja lebih dari 12 jam
sehari, bekerja di perumahan tanpa dibayar hanya diberi makan dan pakaian, bahkan
beberapa mengalami kekerasan seksual (Aryani, 2009).
2.1.2. Masalah yang Terjadi pada Kehamilan Usia Dini
Kehamilan pada masa remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja
berhubungan secara bermakna dengan resiko medis dan psikososial, baik terhadap ibu
maupun bayinya. Faktor kondisi fisiologis dan psikososial intrinsik remaja, bila
diperberat lagi dengan faktor-faktor sosiodemografi seperti kemiskinan, pendidikan yang
rendah, belum menikah, asuhan pranatal yang tidak adekuat akan mengakibatkan
meningkatnya risiko kehamilan dan kehidupan keluarga yang kurang baik (Soetjiningsih,
2004).
Perkawinan dan kehamilan yang dilangsungkan pada usia muda (remaja)
umumnya akan menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut: (Lesnapurnawan, 2009,
Romauli, 2011).
a. Masalah Kesehatan Reproduksi
Remaja yang akan menikah kelak akan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai
kesehatan reproduksi yang sehat sehingga dapat menurunkan generasi penerus yang
sehat. Untuk itu memerlukan perhatian karena belum siapnya alat reproduksi untuk
menerima kehamilan yang akhirnya akan menimbulkan berbagai bentuk komplikasi.
Selain itu kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20
tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-
29 tahun.
b. Masalah Psikologis
Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum matang,
sehingga masih lebih dalam menghadapi masalah yang timbul dalam perkawinan.
Universitas Sumatera Utara
Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian, karena kawin cerai biasanya terjadi pada
pasangan yang umurnya pada waktu kawin relatif masih muda. Tetapi untuk remaja yang
hamil di luar nikah menghadapi masalah psikologi seperti rasa takut, kecewa, menyesal,
rendah diri dan lain-lain, terlebih lagi masyarakat belum dapat menerima anak yang orang
tuanya belum jelas.
c. Masalah Sosial Ekonomi
Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk kematangan dalam
bidang sosial ekonomi juga akan makin nyata. Pada umumnya dengan bertambahnya
umur akan makin kuatlah dorongan mencari nafkah sebagai penopang. Ketergantungan
sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres (tekanan batin).
Menurut Manuaba (2010), penyulit pada kehamilan remaja lebih tinggi
dibandingkan dengan kurun reproduksi sehat yaitu umur 20-30 tahun. Keadaan ini
disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan
makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress psikologis, sosial, ekonomi),
sehingga memudahkan terjadinya :
1. Keguguran
Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan
remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga
non profesional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya
angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan.
2. Persalinan prematur, BBLR dan kelainan bawaan
Kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dapat
mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah,
dan cacat bawaan.
3. Mudah terjadi infeksi
Universitas Sumatera Utara
Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stres memudahkan
terjadi infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas.
4. Anemia kehamilan
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia pada
kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan
sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas
sumber daya manusia.
5. Keracunan kehamilan
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan, dalam bentuk preeklampsia atau
eklampsia. Preeklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian yang serius
karena dapat menyebabkan kematian.
6. Kematian ibu yang tinggi
Remaja putri yang stres akibat kehamilannya sering mengambil jalan pintas
untuk melakukan gugur kandung oleh tenaga dukun. Angka kematian karena
gugur kandung yang dilakukan dukun cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak
diketahui. Kematian ibu terutama karena perdarahan dan infeksi.
Menurut Manuaba (2010), dampak sosial dan ekonomi yang disebabkan
kehamilan pada perkawinan usia muda adalah sebagai berikut:
1. Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan kehamilan dapat menimbulkan
berbagai masalah kebidanan.
2. Putus sekolah, sehingga pendidikan menjadi terlantar
3. Putus kerja karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya masalah sosial
ekonomi.
4. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres (tekanan batin).
Universitas Sumatera Utara
5. Nilai gizi yang relatif rendah dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan.
6. Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknya sendiri, masyarakat belum siap
menerima kelahiran tanpa pernikahan. Berbeda halnya dengan negara maju seperti
Amerika Serikat, masyarakatnya sudah dapat menerima kelahiran sebagai hasil
hidup bersama walaupun dilakukan sebelum pernikahan.
2.1.3 Faktor – faktor Penyebab Kehamilan Usia Dini
Menurut Unicef (2008), faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kehamilan
remaja meliputi :
a. Tradisi yang mengarah pada pernikahan dini (negara berkembang)
b. Perilaku seksual remaja yang juga dapat dipengaruhi oleh alkohol dan obat-obatan
c. Kurangnya pendidikan dan informasi mengenai kesehatan seksual reproduksi.
terutama dari orang tua
d. Tekanan teman sebaya untuk terlibat dalam aktivitas seksual
e. Kurangnya akses ke alat-alat yang mencegah kehamilan sehingga dapat
menyebabkan penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat
f. Pelecehan seksual yang mengarah untuk pada pemerkosaan
g. Kemiskinan
h. Kekerasan dan pelecehan yang terjadi dalam rumah tangga.
i. Harga diri rendah
j. Rendahnya kemampuan untuk mewujudkan tidak punya ambisi dan tujuan dalam hal
pendidikan
Irma (2010) yang mengutip pendapat Soetjiningsih (2007) menyatakan faktor –
faktor yang diduga menjadi sebab terjadinya kehamilan remaja adalah :
a. Faktor sosio demografik
1) Kemiskinan
2) Kebiasaan
Universitas Sumatera Utara
3) Peran wanita dimasyarakat
4) Seksualitas aktif, dan
5) Media massa.
6) Hubungan antar keluarga yang tidak harmonis.
b. Status perkembangan
1) Kurang pemikiran tentang masa depan
2) Ingin mencoba-coba
3) Kebutuhan terhadap perhatian serta ;
c. Penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan
Berdasarkan analisis faktor yang dilakukan Rosa (2012), tentang kehamilan usia
muda terdapat dua faktor yang diketahui dapat menyebabkan terjadinya kehamilan usia
muda, yaitu faktor pandangan mengenai konsep cinta disebut sebagai faktor internal yang
berarti bahwa remaja yang hamil di usia muda disebabkan oleh dorongan dalam diri
mereka sendiri, sementara faktor pendidikan, ekonomi, dan adat istiadat atau opini publik
disebut sebagai faktor external yang berarti bahwa ada sekelompok wanita yang hamil di
usia muda disebabkan oleh dorongan dari luar mereka.
2.2. Konsep Remaja
2.2.1. Pengertian Remaja
Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan masa remaja menurut
Gunarsa dan Gunarsa (1991) antara lain: (A) puberteit, puberty dan (b) adolescence.
Istilah puberty (bahasa Inggris) berasal dari istilah Latin, pubertas yang berarti kelaki-
lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. Pubescence
dari kata pubis (pubic hair) yang berarti rambut (bulu) pada daerah kemaluan (genital),
maka pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya rambut pada
daerah kemaluan. Lebih lanjut Santrock (1998) mendefenisikan pubertas sebagai masa
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan tulang-tulang dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja
(Dariyo, 2004).
Hurlock (2003) menyatakan bahwa secara tradisional masa muda dianggap
sebagai “badai dan tekanan” yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi
sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.
Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa.
Sebetulnya, masa depan dari seluruh budaya tergantung pada seberapa efektifnya
pengasuhan itu (Larson dkk, 2002 dalam Santrock, 2007). Transisi perkembangan pada
masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun
sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai. Bagian dari masa kanak-kanak itu
antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah.
Adapun bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh
termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu
berpikir secara abstrak (Jahja, 2011).
2.2.2. Batasan Usia Remaja
The Health Resources and Service Administrations Guidelines Amerika Serikat,
rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap yaitu remaja awal
(11-14 tahun) remaja menengah (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun)
(Kusmiran, 2011).
Menurut Monks (2006) batasan usia dengan global berlangsung antara umur 12
dan 21 tahun dengan pembagian 12-15 tahun masa muda awal, 15-18 tahun masa muda
pertengahan, 18-21 tahun masa muda akhir. Batasan usia remaja menurut WHO adalah
12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah 10 sampai 19 tahun dan belum kawin,
menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, 2009). Sedangkan Pinem
(2009) membagi perkembangan masa remaja menjadi tiga tahap dalam rentang usia 10-19
tahun yaitu: masa remaja awal (10-12 tahun); masa remaja tengah (13-15 tahun); masa
remaja akhir (16-19 tahun).
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Tahapan Perkembangan Perilaku Seksual Remaja
Menurut Soetjiningsih (2004), perkembangan fisik termasuk organ seksual serta
peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada anak laki-laki maupun
pada anak perempuan akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara
keseluruhan. Perkembangan seksual tersebut sesuai dengan beberapa fase mulai
praremaja, remaja awal, remaja menengah, sampai pada remaja akhir.
1. Pra Remaja
Masa praremaja adalah suatu tahap untuk memasuki tahap remaja yang
sesungguhnya. Pada masa praremaja ada beberapa indikator yang telah ditentukan
untuk menentukan identitas jender laki-laki atau perempuan. Beberapa indikator
tersebut ialah indikator biologis yang berdasarkan jenis kromosom, bentuk gonad dan
kadar hormon. Ciri-ciri perkembangan seksual pada masa ini antara lain
perkembangan fisik yang masih tidak banyak berbeda dengan sebelumnya. Pada
masa praremaja ini mereka sudah mulai senang mencari tahu informasi tentang seks
dan mitos seks baik dari teman sekolah, keluarga atau dari sumber lainnya.
Penampilan fisik dan mental secara seksual tidak banyak memberikan kesan yang
berarti.
2. Remaja Awal (10 – 12 Tahun)
Merupakan tahap awal (permulaan), remaja sudah mulai tampak ada
perubahan fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang. Pada masa ini
mereka sudah mulai mencoba melakukan onani (masturbasi) karena telah seringkali
terangsang secara seksual akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini
diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar testosterone pada laki-laki
dan estrogen pada remaja perempuan. Sebagian dari mereka amat menikmati apa
yang mereka rasakan, tetapi ternyata sebagian dari mereka justru selama atau sesudah
merasakan kenikmatan tersebut kemudian merasa kecewa dan merasa berdosa.
Universitas Sumatera Utara
3. Remaja Menengah (13-15 Tahun)
Pada masa remaja menengah, para remaja sudah mengalami pematangan fisik
secara penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan anak
perempuan sudah mengalami haid. Pada masa ini gairah seksual remaja sudah
mencapai puncak sehingga mereka mempunyai kecenderungan mempergunakan
kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik. Namun demikian, perilaku seksual
mereka masih secara alamiah. Mereka tidak jarang melakukan pertemuan untuk
bercumbu bahkan kadang-kadang mereka mencari kesempatan untuk melakukan
hubungan seksual. Sebagian besar dari mereka mempunyai sikap yang tidak mau
bertanggungjawab terhadap perilaku seksual yang mereka lakukan.
4. Remaja Akhir (16-19 Tahun)
Pada masa remaja akhir, remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara
penuh, sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang
sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran.
2.2.4. Kesehatan Reproduksi pada Masa Remaja
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik pada alat reproduksi ditandai dengan
masa pubertas yang diawali dengan berfungsinya ovarium. Pubertas berakhir pada saat
ovarium sudah berfungsi dengan mantap dan teratur. Secara klinis, pubertas mulai dengan
timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir kalau sudah ada kemampuan
reproduksi. Pubertas pada wanita mulai kira-kira pada umur 8-14 tahun dan berlangsung
kurang lebih selama 4 tahun, dipengaruhi oleh bangsa, iklim, gizi dan kebudayaan
(Widyastuti, 2009).
Kejadian yang penting pada pubertas pada remaja putri adalah pertumbuhan
badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche (haid pertama kali)
dan perubahan psikis. Ovarium mulai berfungsi di bawah pengaruh hormon gonadotropin
dan hipofisis, dan hormon ini dikeluarkan atas pengaruh relasing factor dari hipotalamus.
Universitas Sumatera Utara
Dalam ovarium folikel mulai tumbuh, walaupun folikel-folikel tidak sampai matang,
karena sebelumnya mengalami atresia, namun folikel-folikel tersebut sudah mampu
mengeluarkan estrogen. Pada saat yang kira-kira bersamaan, korteks kelenjar suprarenal
mulai membentuk androgen, dan hormon ini memegang peranan dalam pertumbuhan
badan (Kusmarini, 2011).
Pengaruh peningkatan hormon yang pertama-tama nampak ialah pertumbuhan
badan anak yang lebih cepat, terutama ekstremitasnya dan badan lambat laun
mendapatkan bentuk sesuai jenis kelamin. Walaupun ada pengaruh hormon somatotropin,
diduga bahwa pada wanita kecepatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh estrogen.
Estrogen ini pula yang pada suatu waktu menyebabkan penutupan garis epifisis tulang-
tulang, sehingga pertumbuhan badan terhenti. Pengaruh estrogen yang lain ialah
pertumbuhan genetalia interna, genetalia eksterna dan ciri-ciri kelamin sekunder. Dalam
masa pubertas genetalia interna dan genetalia eksterna lambat laun tumbuh untuk
mencapai bentuk dan sifat seperti pada masa dewasa (Widyastuti, 2009).
Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian
terutama di kalangan remaja. Remaja yang kelak akan menikah dan menjadi orang tua
sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima, sehingga dapat menurunkan
generasi sehat. Di kalangan remaja telah terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang
menjurus ke arah liberalisasi yang dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan
seksual yang merugikan alat reproduksi. Bila pada saatnya diperlukan untuk hamil
normal, besar kemungkinan kesehatan reproduksi sudah tidak optimal dan dapat
menimbulkan berbagai akibat samping kehamilan. Dengan demikian dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kesehatannya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk hamil
dalam keadaan optimal (Manuaba, 2010).
2.3. Kerangka Teori
Universitas Sumatera Utara
Kerangka teori ini menggunakan gabungan dari teori penyebab kehamilan remaja
menurut Unicef (2008), Irma (2010) yang mengutip pendapat Soetjiningsih (2007) dan
Rosa (2012), yaitu :
Menurut Unicef (2008), faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kehamilan
remaja meliputi :
a. Tradisi yang mengarah pada pernikahan dini (negara berkembang)
b. Perilaku seksual remaja yang juga dapat dipengaruhi oleh alkohol dan obat-obatan
c. Kurangnya pendidikan dan informasi mengenai kesehatan seksual reproduksi.
terutama dari orang tua
d. Tekanan teman sebaya untuk terlibat dalam aktivitas seksual
e. Kurangnya akses ke alat-alat yang mencegah kehamilan sehingga dapat
menyebabkan penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat
f. Pelecehan seksual yang mengarah untuk pada pemerkosaan
g. Kemiskinan
h. Kekerasan dan pelecehan yang terjadi dalam rumah tangga.
i. Harga diri rendah
j. Rendahnya kemampuan untuk mewujudkan tidak punya ambisi dan tujuan dalam hal
pendidikan
Irma (2010) yang mengutip pendapat Soetjiningsih (2007) menyatakan faktor –
faktor yang diduga menjadi sebab terjadinya kehamilan remaja adalah :
a. Faktor sosio demografik
1) Kemiskinan
2) Kebiasaan
3) Peran wanita dimasyarakat
4) Seksualitas aktif, dan
5) Media massa.
6) Hubungan antar keluarga yang tidak harmonis.
Universitas Sumatera Utara
b. Status perkembangan
1) Kurang pemikiran tentang masa depan
2) Ingin mencoba-coba
3) Kebutuhan terhadap perhatian serta ;
c. Penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan
Selanjutnya berdasarkan analisis faktor yang dilakukan Rosa (2012), tentang
kehamilan usia muda terdapat faktor pandangan mengenai konsep cinta, faktor
pendidikan, ekonomi, dan adat istiadat atau pandangan masyarakat.
2.4. Kerangka Konsep
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan arah dari alur penelitian ini
adalah seperti tergambar dalam kerangka konsep di bawah ini :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian BAB 3
Faktor Penyebab Kehamilan Usia Dini : 1. Tradisi yang mengarah pada
pernikahan dini 2. Kurangnya pendidikan dan
informasi mengenai kesehatan seksual reproduksi.
3. Kurangnya akses ke alat-alat yang mencegah kehamilan sehingga dapat menyebabkan penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat
4. Pelecehan seksual yang mengarah untuk pada pemerkosaan
5. Kemiskinan 6. Harga diri rendah 7. Rendahnya kemampuan/ambisi dan
tujuan dalam hal pendidikan 8. Kebutuhan terhadap perhatian 9. Peran wanita dimasyarakat 10. Pandangan mengenai konsep cinta 11. Opini Publik
Kehamilan Usia Dini
Universitas Sumatera Utara