bab 2 tinjauan pustaka 2.1. hamil usia dinirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46328/4/chapter...

15
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hamil Usia Dini Kehamilan usia dini (usia muda/remaja) adalah kehamilan yang terjadi pada remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena hubungan seksual (hubungan intim) dengan pacar, dengan suami, pemerkosaan, maupun faktor-faktor lain yang menyebabkan sperma membuahi telurnya dalam rahim perempuan tersebut (Masland, 2004). Masa kehamilan dimulai dari pembuahan sampai lahirnya janin, lamanya 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, dihitung dari hari pertama haid terakhir (Manuaba, 2010). Dalam masa reproduksi, usia di bawah 20 tahun adalah usia yang dianjurkan untuk menunda perkawinan dan kehamilan. Proses pertumbuhan berakhir pada usia 20 tahun, dengan alasan ini maka dianjurkan perempuan menikah pada usia minimal 20 tahun (BKKBN, 2010). Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan beresiko akan menyebabkan terjadinya kematian 2-4 x lebih tinggi dari reproduksi sehat (Manuaba, 2010). Kehamilan yang terjadi di usia muda merupakan salah satu resiko seks pranikah atau seks bebas adalah kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Menurut Kartono (1999) kehamilan pranikah adalah kehamilan yang pada umumnya tidak direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya, ditambah lagi dengan adanya sanksi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan (Lesnapurnawan. 2009). Menurut Susanti (2008), kehamilan pada remaja dapat menimbulkan masalah karena pertumbuhan tubuhnya belum sempurna, kurang siap dalam sosial ekonomi, Universitas Sumatera Utara

Upload: doannhu

Post on 18-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hamil Usia Dini

Kehamilan usia dini (usia muda/remaja) adalah kehamilan yang terjadi pada

remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena

hubungan seksual (hubungan intim) dengan pacar, dengan suami, pemerkosaan, maupun

faktor-faktor lain yang menyebabkan sperma membuahi telurnya dalam rahim perempuan

tersebut (Masland, 2004).

Masa kehamilan dimulai dari pembuahan sampai lahirnya janin, lamanya 280

hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, dihitung dari hari pertama haid terakhir

(Manuaba, 2010). Dalam masa reproduksi, usia di bawah 20 tahun adalah usia yang

dianjurkan untuk menunda perkawinan dan kehamilan. Proses pertumbuhan berakhir

pada usia 20 tahun, dengan alasan ini maka dianjurkan perempuan menikah pada usia

minimal 20 tahun (BKKBN, 2010).

Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika

terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan beresiko akan

menyebabkan terjadinya kematian 2-4 x lebih tinggi dari reproduksi sehat (Manuaba,

2010).

Kehamilan yang terjadi di usia muda merupakan salah satu resiko seks pranikah

atau seks bebas adalah kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Menurut Kartono (1999)

kehamilan pranikah adalah kehamilan yang pada umumnya tidak direncanakan dan

menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya,

ditambah lagi dengan adanya sanksi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan

kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan (Lesnapurnawan. 2009).

Menurut Susanti (2008), kehamilan pada remaja dapat menimbulkan masalah

karena pertumbuhan tubuhnya belum sempurna, kurang siap dalam sosial ekonomi,

Universitas Sumatera Utara

kesulitan dalam persalinan, atau belum siap melaksanakan peran sebagai ibu. Alasan

kehamilan pada remaja adalah:

1. Kecelakaan (hamil di luar nikah)

2. Untuk mendapatkan tunjangan kesejahteraan.,

3. Ingin anak

4. Ingin berperan

5. Faktor hubungan

6. Keinginan untuk meniru saudara yang sedang hamil pada usia remaja

2.1.1 Dampak yang Memengaruhi Hamil Usia Dini

Banyak dampak yang dapat mempengaruhi remaja hamil usia muda, yang

selanjutnya melahirkan di usia muda antara lain :

1. Kesiapan Menerima Kehamilan

Langkah pertama untuk beradaptasi dengan peran sebagai ibu adalah menerima

kehamilan. Tingkat penerimaan ini digambarkan dalam kesiapan wanita untuk hamil dan

dalam respon emosinya. Banyak wanita merasa kaget mendapatkan dirinya hamil.

Penerimaan terhadap kondisi hamil sejalan dengan penerimaan tumbuhnya janin secara

nyata. Kehamilan yang tidak diterima, berbeda dengan menolak anak. Seorang wanita

dapat saja tidak suka hamil, tetapi mencintai anak yang akan dilahirkan (Susanti, 2008).

2. Kesiapan sebagai Seorang Ibu

Periode kehamilan adalah suatu kondisi yang dipersiapkan secara fisik dan

psikologis untuk kelahiran dan menjadi orang tua. Kehamilan adalah suatu krisis yang

mematangkan dan dapat menimbulkan stres tetapi konsekuensinya adalah wanita

tersebut harus siap memasuki suatu fase baru untuk bertanggungjawab dan memberi

perawatan. Konsep dirinya berubah, siap menjadi orang tua dan menyiapkan peran

barunya. Secara bertahap ia berubah dari memperhatikan dirinya sendiri, punya

kebebasan menjadi suatu komitmen untuk bertanggungjawab kepada makhluk lain

(Salmah, 2006)

Universitas Sumatera Utara

Kehamilan merupakan tantangan, titik balik dari kehidupan keluarga, dan

biasanya diikuti oleh stres dan gelisah, baik itu kehamilan yang diharapkan atau tidak

terutama pada kehamilan usia dini. Untuk keluarga pemula, kehamilan adalah periode

transisi dari masa anak-anak menjadi orang tua dengan karakteristik yang menetap dan

mempunyai tanggungjawab yang menuntut kesiapan menjadi seorang ibu. Wanita akan

menjadi ibu dan suaminya akan menjadi ayah (Susanti, 2008).

3. Cemas Melahirkan Tidak Normal

Cemas adalah suatu emosi yang sejak dulu dihubungkan dengan kehamilan.

Cemas merupakan emosi positif sebagai perlindungan menghadapi stressor, yang dapat

menjadi masalah apabila berlebihan. Menurut David (1961) dan Crandon (1979)

tingginya kecemasan pada ibu hamil usia dini berhubungan dengan kejadian abnormal

yang dialaminya, sehingga ibu cemas akan melahirkan tidak normal (Susanti, 2008).

4. Takut Mengalami Komplikasi Kehamilan

Efek psikologis pada kehamilan remaja putri adalah ibu takut mengalami

terjadinya komplikasi kehamilan seperti perdarahan, infeksi pada masa kehamilan, kurang

darah, dan lain-lain (Susanti, 2008).

5. Perubahan Fisiologis

Respons emosi dan psikologis ibu hamil selama hamil termasuk menolak,

menerima, perubahan perasaan, dan perubahan citra tubuh seperti ibu merasa tidak cantik

lagi, ibu merasa suami tidak sayang lagi pada dirinya, takut suaminya selingkuh (Salmah

dkk., 2006).

6. Emosi Masih Labil

Kondisi hamil mengganggu citra tubuh dan juga ia perlu mengkaji kembali

perubahan peran dan hubungan sosialnya. Stres ibu hamil dipengaruhi oleh emosinya

yang masih labil, lingkungan sosial, latar belakang budaya, dan penerimaan atau

penolakan terhadap kehamilannya (Salmah dkk., 2006).

7. Khawatir Bayi Lahir Prematur

Universitas Sumatera Utara

Stres pada ibu hamil tidak saja berakibat pada ibu tetapi juga berakibat pada janin

yang dikandungnya. Karena posisi janin yang berada di dalam rahim dalam merespons

apa yang sedang dialami oleh ibu. Berdasarkan penelitian, ibu hamil yang mengalami

stres akan meningkatkan resiko melahirkan bayi prematur, melahirkan bayi yang lebih

kecil. Bahkan bahaya stres pada ibu hamil dapat mengakibatkan janin keguguran

(Susanti, 2008)

8. Khawatir Berhubungan Seksual

Kurangnya pengetahuan remaja putri tentang kehamilan menyebabkan mereka

takut untuk melakukan hubungan seksual terutama pada trimester III. Ketakutan tersebut

karena mereka beranggapan dengan melakukan hubungan seksual akan mencederai bayi

(Salmah, 2006).

9. Peran Dukungan Keluarga

Wanita yang hamil tanpa suami, ia mengalami perubahan peran dan matang

secara psikologis. Ia juga menghadapi kenyataan dan merencanakan sebagai orang tua

tunggal. Bahkan jika ia ingin melepas anaknya, ia harus tetap meneruskan kehamilannya

dengan pemikiran masih ada yang bergantung kepadanya. Wanita tersebut memerlukan

dukungan dari keluarga.

Keluarga dengan ibu hamil, perlu memelihara keterbukaan dan keseimbangan,

menjaga tugas perkembangan, serta mencari bantuan dan dukungan agar tidak terjadi

konflik. Selama hamil, pasangan merencanakan bersama kelahiran anak pertama mereka,

dan mengumpulkan informasi tentang cara menjadi orang tua. Ketersediaan dukungan

sosial untuk kesejahteraan psikososial ibu hamil merupakan faktor penting. Anggota

keluarga yang lain, terutama ayah dan ibu, kakek/nenek dan saudara yang lain juga harus

menyesuaikan diri dengan remaja yang hamil. Untuk beberapa pasangan, kehamilan

dapat berkembang menjadi krisis yang merupakan gangguan atau konflik yang dapat

mengganggu keseimbangan antara anggota keluarga (Susanti, 2008).

10. Sosial ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya wanita

untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Karena kemiskinan ini, remaja putri

terpaksa bekerja. Namun sering kali mereka tereksploitasi, bekerja lebih dari 12 jam

sehari, bekerja di perumahan tanpa dibayar hanya diberi makan dan pakaian, bahkan

beberapa mengalami kekerasan seksual (Aryani, 2009).

2.1.2. Masalah yang Terjadi pada Kehamilan Usia Dini

Kehamilan pada masa remaja dan menjadi orang tua pada usia remaja

berhubungan secara bermakna dengan resiko medis dan psikososial, baik terhadap ibu

maupun bayinya. Faktor kondisi fisiologis dan psikososial intrinsik remaja, bila

diperberat lagi dengan faktor-faktor sosiodemografi seperti kemiskinan, pendidikan yang

rendah, belum menikah, asuhan pranatal yang tidak adekuat akan mengakibatkan

meningkatnya risiko kehamilan dan kehidupan keluarga yang kurang baik (Soetjiningsih,

2004).

Perkawinan dan kehamilan yang dilangsungkan pada usia muda (remaja)

umumnya akan menimbulkan masalah-masalah sebagai berikut: (Lesnapurnawan, 2009,

Romauli, 2011).

a. Masalah Kesehatan Reproduksi

Remaja yang akan menikah kelak akan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai

kesehatan reproduksi yang sehat sehingga dapat menurunkan generasi penerus yang

sehat. Untuk itu memerlukan perhatian karena belum siapnya alat reproduksi untuk

menerima kehamilan yang akhirnya akan menimbulkan berbagai bentuk komplikasi.

Selain itu kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20

tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-

29 tahun.

b. Masalah Psikologis

Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum matang,

sehingga masih lebih dalam menghadapi masalah yang timbul dalam perkawinan.

Universitas Sumatera Utara

Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian, karena kawin cerai biasanya terjadi pada

pasangan yang umurnya pada waktu kawin relatif masih muda. Tetapi untuk remaja yang

hamil di luar nikah menghadapi masalah psikologi seperti rasa takut, kecewa, menyesal,

rendah diri dan lain-lain, terlebih lagi masyarakat belum dapat menerima anak yang orang

tuanya belum jelas.

c. Masalah Sosial Ekonomi

Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk kematangan dalam

bidang sosial ekonomi juga akan makin nyata. Pada umumnya dengan bertambahnya

umur akan makin kuatlah dorongan mencari nafkah sebagai penopang. Ketergantungan

sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres (tekanan batin).

Menurut Manuaba (2010), penyulit pada kehamilan remaja lebih tinggi

dibandingkan dengan kurun reproduksi sehat yaitu umur 20-30 tahun. Keadaan ini

disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan

kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan

makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress psikologis, sosial, ekonomi),

sehingga memudahkan terjadinya :

1. Keguguran

Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan

remaja yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan oleh tenaga

non profesional dapat menimbulkan akibat samping yang serius seperti tingginya

angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat

menimbulkan kemandulan.

2. Persalinan prematur, BBLR dan kelainan bawaan

Kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dapat

mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah,

dan cacat bawaan.

3. Mudah terjadi infeksi

Universitas Sumatera Utara

Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stres memudahkan

terjadi infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas.

4. Anemia kehamilan

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia pada

kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan

sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas

sumber daya manusia.

5. Keracunan kehamilan

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin

meningkatkan terjadinya keracunan kehamilan, dalam bentuk preeklampsia atau

eklampsia. Preeklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian yang serius

karena dapat menyebabkan kematian.

6. Kematian ibu yang tinggi

Remaja putri yang stres akibat kehamilannya sering mengambil jalan pintas

untuk melakukan gugur kandung oleh tenaga dukun. Angka kematian karena

gugur kandung yang dilakukan dukun cukup tinggi, tetapi angka pasti tidak

diketahui. Kematian ibu terutama karena perdarahan dan infeksi.

Menurut Manuaba (2010), dampak sosial dan ekonomi yang disebabkan

kehamilan pada perkawinan usia muda adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan kehamilan dapat menimbulkan

berbagai masalah kebidanan.

2. Putus sekolah, sehingga pendidikan menjadi terlantar

3. Putus kerja karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya masalah sosial

ekonomi.

4. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres (tekanan batin).

Universitas Sumatera Utara

5. Nilai gizi yang relatif rendah dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan.

6. Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknya sendiri, masyarakat belum siap

menerima kelahiran tanpa pernikahan. Berbeda halnya dengan negara maju seperti

Amerika Serikat, masyarakatnya sudah dapat menerima kelahiran sebagai hasil

hidup bersama walaupun dilakukan sebelum pernikahan.

2.1.3 Faktor – faktor Penyebab Kehamilan Usia Dini

Menurut Unicef (2008), faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kehamilan

remaja meliputi :

a. Tradisi yang mengarah pada pernikahan dini (negara berkembang)

b. Perilaku seksual remaja yang juga dapat dipengaruhi oleh alkohol dan obat-obatan

c. Kurangnya pendidikan dan informasi mengenai kesehatan seksual reproduksi.

terutama dari orang tua

d. Tekanan teman sebaya untuk terlibat dalam aktivitas seksual

e. Kurangnya akses ke alat-alat yang mencegah kehamilan sehingga dapat

menyebabkan penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat

f. Pelecehan seksual yang mengarah untuk pada pemerkosaan

g. Kemiskinan

h. Kekerasan dan pelecehan yang terjadi dalam rumah tangga.

i. Harga diri rendah

j. Rendahnya kemampuan untuk mewujudkan tidak punya ambisi dan tujuan dalam hal

pendidikan

Irma (2010) yang mengutip pendapat Soetjiningsih (2007) menyatakan faktor –

faktor yang diduga menjadi sebab terjadinya kehamilan remaja adalah :

a. Faktor sosio demografik

1) Kemiskinan

2) Kebiasaan

Universitas Sumatera Utara

3) Peran wanita dimasyarakat

4) Seksualitas aktif, dan

5) Media massa.

6) Hubungan antar keluarga yang tidak harmonis.

b. Status perkembangan

1) Kurang pemikiran tentang masa depan

2) Ingin mencoba-coba

3) Kebutuhan terhadap perhatian serta ;

c. Penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan

Berdasarkan analisis faktor yang dilakukan Rosa (2012), tentang kehamilan usia

muda terdapat dua faktor yang diketahui dapat menyebabkan terjadinya kehamilan usia

muda, yaitu faktor pandangan mengenai konsep cinta disebut sebagai faktor internal yang

berarti bahwa remaja yang hamil di usia muda disebabkan oleh dorongan dalam diri

mereka sendiri, sementara faktor pendidikan, ekonomi, dan adat istiadat atau opini publik

disebut sebagai faktor external yang berarti bahwa ada sekelompok wanita yang hamil di

usia muda disebabkan oleh dorongan dari luar mereka.

2.2. Konsep Remaja

2.2.1. Pengertian Remaja

Istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan masa remaja menurut

Gunarsa dan Gunarsa (1991) antara lain: (A) puberteit, puberty dan (b) adolescence.

Istilah puberty (bahasa Inggris) berasal dari istilah Latin, pubertas yang berarti kelaki-

lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki-lakian. Pubescence

dari kata pubis (pubic hair) yang berarti rambut (bulu) pada daerah kemaluan (genital),

maka pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya rambut pada

daerah kemaluan. Lebih lanjut Santrock (1998) mendefenisikan pubertas sebagai masa

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan tulang-tulang dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja

(Dariyo, 2004).

Hurlock (2003) menyatakan bahwa secara tradisional masa muda dianggap

sebagai “badai dan tekanan” yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi

sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.

Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa.

Sebetulnya, masa depan dari seluruh budaya tergantung pada seberapa efektifnya

pengasuhan itu (Larson dkk, 2002 dalam Santrock, 2007). Transisi perkembangan pada

masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun

sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai. Bagian dari masa kanak-kanak itu

antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah.

Adapun bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh

termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu

berpikir secara abstrak (Jahja, 2011).

2.2.2. Batasan Usia Remaja

The Health Resources and Service Administrations Guidelines Amerika Serikat,

rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap yaitu remaja awal

(11-14 tahun) remaja menengah (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun)

(Kusmiran, 2011).

Menurut Monks (2006) batasan usia dengan global berlangsung antara umur 12

dan 21 tahun dengan pembagian 12-15 tahun masa muda awal, 15-18 tahun masa muda

pertengahan, 18-21 tahun masa muda akhir. Batasan usia remaja menurut WHO adalah

12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah 10 sampai 19 tahun dan belum kawin,

menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, 2009). Sedangkan Pinem

(2009) membagi perkembangan masa remaja menjadi tiga tahap dalam rentang usia 10-19

tahun yaitu: masa remaja awal (10-12 tahun); masa remaja tengah (13-15 tahun); masa

remaja akhir (16-19 tahun).

Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Tahapan Perkembangan Perilaku Seksual Remaja

Menurut Soetjiningsih (2004), perkembangan fisik termasuk organ seksual serta

peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada anak laki-laki maupun

pada anak perempuan akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara

keseluruhan. Perkembangan seksual tersebut sesuai dengan beberapa fase mulai

praremaja, remaja awal, remaja menengah, sampai pada remaja akhir.

1. Pra Remaja

Masa praremaja adalah suatu tahap untuk memasuki tahap remaja yang

sesungguhnya. Pada masa praremaja ada beberapa indikator yang telah ditentukan

untuk menentukan identitas jender laki-laki atau perempuan. Beberapa indikator

tersebut ialah indikator biologis yang berdasarkan jenis kromosom, bentuk gonad dan

kadar hormon. Ciri-ciri perkembangan seksual pada masa ini antara lain

perkembangan fisik yang masih tidak banyak berbeda dengan sebelumnya. Pada

masa praremaja ini mereka sudah mulai senang mencari tahu informasi tentang seks

dan mitos seks baik dari teman sekolah, keluarga atau dari sumber lainnya.

Penampilan fisik dan mental secara seksual tidak banyak memberikan kesan yang

berarti.

2. Remaja Awal (10 – 12 Tahun)

Merupakan tahap awal (permulaan), remaja sudah mulai tampak ada

perubahan fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan berkembang. Pada masa ini

mereka sudah mulai mencoba melakukan onani (masturbasi) karena telah seringkali

terangsang secara seksual akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini

diakibatkan oleh faktor internal yaitu meningkatnya kadar testosterone pada laki-laki

dan estrogen pada remaja perempuan. Sebagian dari mereka amat menikmati apa

yang mereka rasakan, tetapi ternyata sebagian dari mereka justru selama atau sesudah

merasakan kenikmatan tersebut kemudian merasa kecewa dan merasa berdosa.

Universitas Sumatera Utara

3. Remaja Menengah (13-15 Tahun)

Pada masa remaja menengah, para remaja sudah mengalami pematangan fisik

secara penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan anak

perempuan sudah mengalami haid. Pada masa ini gairah seksual remaja sudah

mencapai puncak sehingga mereka mempunyai kecenderungan mempergunakan

kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik. Namun demikian, perilaku seksual

mereka masih secara alamiah. Mereka tidak jarang melakukan pertemuan untuk

bercumbu bahkan kadang-kadang mereka mencari kesempatan untuk melakukan

hubungan seksual. Sebagian besar dari mereka mempunyai sikap yang tidak mau

bertanggungjawab terhadap perilaku seksual yang mereka lakukan.

4. Remaja Akhir (16-19 Tahun)

Pada masa remaja akhir, remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara

penuh, sudah seperti orang dewasa. Mereka telah mempunyai perilaku seksual yang

sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran.

2.2.4. Kesehatan Reproduksi pada Masa Remaja

Pada masa remaja terjadi perubahan fisik pada alat reproduksi ditandai dengan

masa pubertas yang diawali dengan berfungsinya ovarium. Pubertas berakhir pada saat

ovarium sudah berfungsi dengan mantap dan teratur. Secara klinis, pubertas mulai dengan

timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir kalau sudah ada kemampuan

reproduksi. Pubertas pada wanita mulai kira-kira pada umur 8-14 tahun dan berlangsung

kurang lebih selama 4 tahun, dipengaruhi oleh bangsa, iklim, gizi dan kebudayaan

(Widyastuti, 2009).

Kejadian yang penting pada pubertas pada remaja putri adalah pertumbuhan

badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche (haid pertama kali)

dan perubahan psikis. Ovarium mulai berfungsi di bawah pengaruh hormon gonadotropin

dan hipofisis, dan hormon ini dikeluarkan atas pengaruh relasing factor dari hipotalamus.

Universitas Sumatera Utara

Dalam ovarium folikel mulai tumbuh, walaupun folikel-folikel tidak sampai matang,

karena sebelumnya mengalami atresia, namun folikel-folikel tersebut sudah mampu

mengeluarkan estrogen. Pada saat yang kira-kira bersamaan, korteks kelenjar suprarenal

mulai membentuk androgen, dan hormon ini memegang peranan dalam pertumbuhan

badan (Kusmarini, 2011).

Pengaruh peningkatan hormon yang pertama-tama nampak ialah pertumbuhan

badan anak yang lebih cepat, terutama ekstremitasnya dan badan lambat laun

mendapatkan bentuk sesuai jenis kelamin. Walaupun ada pengaruh hormon somatotropin,

diduga bahwa pada wanita kecepatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh estrogen.

Estrogen ini pula yang pada suatu waktu menyebabkan penutupan garis epifisis tulang-

tulang, sehingga pertumbuhan badan terhenti. Pengaruh estrogen yang lain ialah

pertumbuhan genetalia interna, genetalia eksterna dan ciri-ciri kelamin sekunder. Dalam

masa pubertas genetalia interna dan genetalia eksterna lambat laun tumbuh untuk

mencapai bentuk dan sifat seperti pada masa dewasa (Widyastuti, 2009).

Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian

terutama di kalangan remaja. Remaja yang kelak akan menikah dan menjadi orang tua

sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima, sehingga dapat menurunkan

generasi sehat. Di kalangan remaja telah terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang

menjurus ke arah liberalisasi yang dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan

seksual yang merugikan alat reproduksi. Bila pada saatnya diperlukan untuk hamil

normal, besar kemungkinan kesehatan reproduksi sudah tidak optimal dan dapat

menimbulkan berbagai akibat samping kehamilan. Dengan demikian dianjurkan untuk

melakukan pemeriksaan kesehatannya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk hamil

dalam keadaan optimal (Manuaba, 2010).

2.3. Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara

Kerangka teori ini menggunakan gabungan dari teori penyebab kehamilan remaja

menurut Unicef (2008), Irma (2010) yang mengutip pendapat Soetjiningsih (2007) dan

Rosa (2012), yaitu :

Menurut Unicef (2008), faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kehamilan

remaja meliputi :

a. Tradisi yang mengarah pada pernikahan dini (negara berkembang)

b. Perilaku seksual remaja yang juga dapat dipengaruhi oleh alkohol dan obat-obatan

c. Kurangnya pendidikan dan informasi mengenai kesehatan seksual reproduksi.

terutama dari orang tua

d. Tekanan teman sebaya untuk terlibat dalam aktivitas seksual

e. Kurangnya akses ke alat-alat yang mencegah kehamilan sehingga dapat

menyebabkan penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat

f. Pelecehan seksual yang mengarah untuk pada pemerkosaan

g. Kemiskinan

h. Kekerasan dan pelecehan yang terjadi dalam rumah tangga.

i. Harga diri rendah

j. Rendahnya kemampuan untuk mewujudkan tidak punya ambisi dan tujuan dalam hal

pendidikan

Irma (2010) yang mengutip pendapat Soetjiningsih (2007) menyatakan faktor –

faktor yang diduga menjadi sebab terjadinya kehamilan remaja adalah :

a. Faktor sosio demografik

1) Kemiskinan

2) Kebiasaan

3) Peran wanita dimasyarakat

4) Seksualitas aktif, dan

5) Media massa.

6) Hubungan antar keluarga yang tidak harmonis.

Universitas Sumatera Utara

b. Status perkembangan

1) Kurang pemikiran tentang masa depan

2) Ingin mencoba-coba

3) Kebutuhan terhadap perhatian serta ;

c. Penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan

Selanjutnya berdasarkan analisis faktor yang dilakukan Rosa (2012), tentang

kehamilan usia muda terdapat faktor pandangan mengenai konsep cinta, faktor

pendidikan, ekonomi, dan adat istiadat atau pandangan masyarakat.

2.4. Kerangka Konsep

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan arah dari alur penelitian ini

adalah seperti tergambar dalam kerangka konsep di bawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian BAB 3

Faktor Penyebab Kehamilan Usia Dini : 1. Tradisi yang mengarah pada

pernikahan dini 2. Kurangnya pendidikan dan

informasi mengenai kesehatan seksual reproduksi.

3. Kurangnya akses ke alat-alat yang mencegah kehamilan sehingga dapat menyebabkan penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat

4. Pelecehan seksual yang mengarah untuk pada pemerkosaan

5. Kemiskinan 6. Harga diri rendah 7. Rendahnya kemampuan/ambisi dan

tujuan dalam hal pendidikan 8. Kebutuhan terhadap perhatian 9. Peran wanita dimasyarakat 10. Pandangan mengenai konsep cinta 11. Opini Publik

Kehamilan Usia Dini

Universitas Sumatera Utara