bab 2 tinjauan pustaka 2.1 botani dan morfologi tanaman

18
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit 2.1.1 Akar Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Artinya, tanaman dari famili araceae ini memiliki akar serabut. Radikula pada bibit tumbuh memanjang kebawah selama enam bulan mencapai 15cm dan akan menjadi akar primer. Akar tersebut yang tumbuh secara vertikal dan horizontal di dalam tanah. Akar ini akan bercabang menjadi akar sekunder. Selanjutnya, akar sekunder akan berkembang dan bercabang kembali menjadi akar tersier. Begitu seterusnya. Akar kelapa sawit tumbuh di seluruh pangkal batang hingga 50 cm di atas permukaan tanah. Akar ini terdiri dari akar primer. Sekunder, tersier hingga quarter yang biasa disebut dengan feeder roots. Jika dirawat dengan baik, perkembangan akar akan membantu pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produksi kelapa sawit. Perakaran yang kuat lebih tahan terhadap penyakit pangkal batang (Ganoderma sp) dan kekeringan. Perakaran kelapa sawit dapat mencapai kedalaman 8 meter dan 16 meter secara horizontal. Pemeliharaan akar akan meningkatkan absorsi tanaman (penyerangan terhadap penyerangan oleh tanaman melalui akar). Percobaan di lapangan dengan menimbun daerah perakaran pada pangkal batang akan memperbaiki pertumbuhan tanaman. Akar yang terpelihara akan menambah berat TBS memperbaiki perbandingan sex ratio sebagai faktor penentu produksi tanaman kelapa sawit. (Sunarko, 2009).

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

2.1.1 Akar

Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Artinya, tanaman dari famili

araceae ini memiliki akar serabut. Radikula pada bibit tumbuh memanjang

kebawah selama enam bulan mencapai 15cm dan akan menjadi akar primer.

Akar tersebut yang tumbuh secara vertikal dan horizontal di dalam tanah. Akar ini

akan bercabang menjadi akar sekunder. Selanjutnya, akar sekunder akan

berkembang dan bercabang kembali menjadi akar tersier. Begitu seterusnya. Akar

kelapa sawit tumbuh di seluruh pangkal batang hingga 50 cm di atas permukaan

tanah. Akar ini terdiri dari akar primer. Sekunder, tersier hingga quarter yang

biasa disebut dengan feeder roots.

Jika dirawat dengan baik, perkembangan akar akan membantu pertumbuhan

tanaman dan meningkatkan produksi kelapa sawit. Perakaran yang kuat lebih

tahan terhadap penyakit pangkal batang (Ganoderma sp) dan kekeringan.

Perakaran kelapa sawit dapat mencapai kedalaman 8 meter dan 16 meter secara

horizontal.

Pemeliharaan akar akan meningkatkan absorsi tanaman (penyerangan terhadap

penyerangan oleh tanaman melalui akar). Percobaan di lapangan dengan

menimbun daerah perakaran pada pangkal batang akan memperbaiki pertumbuhan

tanaman. Akar yang terpelihara akan menambah berat TBS memperbaiki

perbandingan sex ratio sebagai faktor penentu produksi tanaman kelapa sawit.

(Sunarko, 2009).

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

2

2.1.2 Batang

Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh pelepah daun

(fround base). Karena sebab tertentu dapat juga timbul percabangan meskipun

sangat jarang sekali. Batang ini berbentuk selindris berdiameter 0,5 m pada

tanaman dewasa. Bagian bawah umumnya lebih besar disebut bonggol atau bowl.

Sampai umur 3 tahun batang masih belum terlihat karena umumnya terbungkus

oleh pelepah daun yang belum dipangkas atau ditunas. Tergantung dari varietas

dan tipenya pertumbuhan yang meninggi berbeda-beda. Karena sifatnya yang

phototropi dan heliotropi (menuju cahaya arah matahari) maka pada keadaan

terlindung tubuhnya akan lebih tinggi, tetapi diameternya (tebal) batang akan

lebih kecil. Pengamatan pertumbuhan meninggi 2 tipe D X P di Marihat

menunjukkan angka seperti pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Perbedaan Tinggi 2 Tipe D X P di Pusat Penelitian Marihat

Umur (tahun)

Tinggi (m) Umur

(tahun)

Tinggi (m)

D X P (1) D X P (2) D X P (1) D X P (2)

4 2,22 1,83 14 9,75 5,96

5 2,59 1,96 15 9,96 6,63

6 3,78 2,31 16 10,50 7,35

7 4,48 2,79 17 11,05 7,92

8 5,36 3,01 18 11,30 8,14

9 5,71 3,53 19 11,52 8,52

10 6,69 3,77 20 11,88 8,88

11 7,45 3,85 21 12,4 9,03

12 8,38 4,16 22

9,48

13 8,87 4,88 Rata2 0,54 0,43

Catatan : DxP (1) = D. Sinumbah. DxP (2) = DxP Marihat

Sumber data : Lubis,Adlin U (2008)

Dari data tersebut dapat dilihat perbedaan kecepatan tumbuh rata-rata pertahun

tidak sama tergantung pada kondisi pada tahun tersebut seperti pupuk yang

diberikan, umur, iklim, kerapatan tanaman dan lain-lain. Pada kedua DxP yang

dihasilkan Marihat.

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

3

Jadi jelas terlihat ada perbedaan tinggi tanaman berdasarkan tipe DxP yang

dipakai namun tinggi atau rendahnya tanaman tidak mencerminkan produksi

karena diperoleh korelasinya. Melainkan ada beberapa faktor yang penting untuk

menentukan produksi tanaman diantaranya : bahan tanam, ketersediaan air, unsur

hara, dan lain-lain.

2.1.3 Daun

Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman. Bentuk

daun, jumlah daun dan susunan sangat berpengaruh pada luas tangkapan sinar

matahari yang diproses menjadi energi. Pada saat kecambah, bakal daun yang

pertama muncul adalah plumula, lalu mulai membelah menjadi dua helai daun

pada umur satu bulan. Seiring bertambahnya daun, anak daun mulai membelah

pada umur 3-4 bulan sehingga terbentuk daun sempurna. Daun ini terdiri dari

kumpulan anak daun (leaflet) yang memiliki tulang anak daun (midrib) dengan

helai anak daun (lamina). Sementara itu, tangkai daun (rachis) yang berfungsi

sebagai anak daun melekat akan semakin membesar menjadi pelepah kelapa

sawit.

Daun kedua dihitung sesuai susunan spiral atau pola susunan daun (filotaksis).

Pola spiral ini dihitung sejak dari titik tumbuh mengikuti sudut divergent yang

besarnya 135,7◦ (sudut finobacci). Pola spiral ini dapat berupa spiral kanan atau

spiral kiri, tergantung pada genetik tanaman. Pola ini tidak mempengaruhi

produktifitas atau kecepatan tumbuh kelapa sawit (Lubis, dkk, 2011)

2.1.4 Bunga dan Buah

Kelapa sawit yang berumur 3 tahun sudah mulai dewasa dan sudah mulai

mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina. Bunga tersebut keluar dari ketiak

atau pangkal pelepah daun bagian dalam. Bunga jantan berbentuk lonjong

memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Kelapa sawit mengadakan

penyerbukan bersilang (cross polination). Artinya, bunga betina dibuahi oleh

bunga jantan dari pohon lainnya dengan perantara angin atau serangga penyerbuk.

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

4

Perbandingan bunga jantan dan bunga betina (sex ratio) sangat dipengaruhi air

dan pupuk. Jika tanaman kekurangan pupuk atau air, bunga jantan akan lebih

banyak keluar. Produktifitas tanaman kekurangan pupuk dan kekurangan air,

bunga jantan akan lebih banyak keluar. Produktifitas tanaman menjadi baik jika

unsur hara dan air tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Kecukupan

hara dan air didasarkan pada analisa tanah, air, dan daun yang sesuai dengan umur

tanaman. Sex ratio mulai terbentuk 24 bulan sebelum di panen. Artinya, calon

bunga (primordia) telah terbentuk dua bulan sebelum panen. Karena itu,

perencanaan produksi dihitung minimal tiga bulan sebelumnya, sehingga

perancanaan pemupukan dapat dijadwalkan (Sunarko, 2009).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Kelas kesesuaian lahan (KKL) di tetapkan berdasarkan jumlah dan investasi

faktor pembatasan. Kelas lahan menurut FAO (Food agriculture Organization)

pada tahun1976 dibagi menjadi 2 yaitu sesuai (S) dan tidak sesuai (N). Kelas

sesuai dibagi menjadi 3 sub kelasi yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), dan agak

sesuai (S3). Kelas tidak sesuai dibagi menjadi 2 sub kelas yaitu tidak sesuai

besyarat (N1) dan tidak sesuai permanen (N2). Setiap seb kelas terdiri dari satu

atau lebih unit kesesuaian yang lebih menjelaskan tentang jumlah intensitas faktor

pembatas (Sulistyo, 2010).

Kriteria masing-masing kelas lahan kelapa sawit pada tanah mineral dapat

disajikan pada Tabel 2.2

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

5

Tabel 2.2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit pada Tanah Mineral.

No Karakteristik

Lahan Symbol

Intensitas Faktor Pembatas

Tanpa

(0)

Ringan

(1) Sedang

(2) Berat

(3)

1

Curah hujan

(mm) H > 1700 1700 – 1450 1450 – 1250 < 1250

2 Bulan Kering (bulan) K < 1 1 – 2 2 – 3 > 3

3

Ketinggian

diatas

permukaan laut (m dpl)

K 0 – 200 200 – 300 300 – 400 > 400

4 Bentuk

daerah/lereng

(%)

W Datar -

Berombak

(< 8)

Berombak -

Bergelombang

(8-15)

Bergelombang -

Berbukit

(15-30)

Berbukit -

Bergunung

(> 30)

5

Batuan/kerikil

di permukaan dan di dalam

tanah (%)

B < 3 3 – 15 15 – 40 > 40

6 Kedalaman

Efektif/tanah

(cm)

S > 100 50 – 100 25 – 50 < 25

7 Tekstur Tanah T

Lempung

berdebu;

lempung

liat berpasir;

lempung

liat berdebu;

lempung

berliat

Liat; lempung;

berpasir;

lempung

pasir

bergelumpung; debu

Liat

berat; pasir

8 Kelas Drainase D Baik;

sedang

Agak

terhambat; agak cepat

cepat;

terhambat

sangat cepat;

sangat

terhambat

selalu tergenang

9 Kemasaman

tanah (pH) A 5,0 - 6,0 4,0 - 5,0 3,5 - 4,0 < 3,5

6,0 - 6,5 6,7 - 7,0 > 7,0

Sumber: Sulistyo, dkk. 2010. Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

6

2.3 Potensi Produksi

Setiap kelas kesesuain lahan dapat dikaitkan dengan produksi kelapa sawit yang

ingin di capai. Produktifitas tanaman kelapa sawit berdasarkan kelas lahan pada

umur 3 sampai 25 tahun di sajikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Produktifitas Tanaman Kelapa Sawit Pada Kelas S1,S2 dan S3

Umur Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3

(tahun) JPT RBT TBS JPT RBT TBS JPT RBT TBS

3 21,6 3,2 9,0 18,1 3,1 7,3 15,9 3,0 6.2

4 19,2 6,0 15,0 17,6 5,9 13,5 17,4 5,3 12,0

5 18,5 7,5 18,0 17,3 7,1 16,0 16,6 6,7 14,5

6 16,2 10,0 21,1 15,1 9,4 18,5 15,4 8,5 17,0

7 16,0 12,5 26,0 15,0 11,8 23,0 15,7 10,8 22,0

8 15,3 15,1 30,0 14,9 13,2 25,5 14,8 12,7 24,5

9 14,0 17,0 31,0 13,1 16,5 28,0 12,9 15,5 26,0

10 12,9 18,5 31,0 12,3 17,5 28,0 12,5 16,0 26,0

11 12,2 19,6 31,0 11,6 18,5 28,0 11,5 17,4 26,0

12 11,6 20,5 31,0 11,0 19,5 28,0 10,8 18,5 26,0

13 11,3 21,1 31,0 10,8 20,0 28,0 10,3 19,5 26,0

14 10,3 22,5 30,0 10,1 20,5 27,0 9,6 20,0 25,0

15 9,3 23,0 27,9 9,2 21,8 26,0 9,1 20,6 24,5

16 8,5 24,5 27,1 8,5 23,1 25,5 8,3 21,8 23,5

17 8,0 25,0 26,0 7,8 24,1 24,5 7,4 23,0 22,0

18 7,4 26,0 24,9 7,2 25,2 23,5 6,7 24,2 21,0

19 6,7 27,5 24,1 6,6 26,4 22,5 6,0 25,5 20,0

20 6,2 28,5 23,1 5,9 27,8 21,5 5,5 26,6 19,0

21 5,8 29,0 21,9 5,6 28,6 21,0 5,1 27,4 18,0

22 5,1 30,0 19,8 5,0 29,4 19,0 4,6 28,4 17,0

23 4,8 30,5 18,9 4,6 30,1 18,0 4,2 29,4 16,0

24 4,4 31,9 18,1 4,2 31,0 17,0 3,8 30,4 15,0

25 4,1 32,4 17,1 3,8 32,0 16,0 3,6 31,2 14,0

Rata-rata

10,8 20,9 24,0 10,2 20,1 22,0 9,9 19,2 20,0

Sumber : Lubis, 2008

Keterangan : JPT : Jumlah tandan/pohon/tahun

RBT : Rata – rata berat tandan (Kg)

TBS : Tandan Buah Segar (Ton/ Ha/ Tahun)

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

7

2.4 Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit

2.4.1 Kebutuhan Unsur Hara

Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan

produksi TBS secara maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap

hama dan penyakit. Selain itu untuk mencapai kondisi tanah yang subur

maka perlu kombinasi pemakaian pupuk organik dan anorganik.

Pemupukan yang baik dapat meningkatkan produksi hingga mencapai

produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya. Unsur hara

yang utama mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman kelapa sawit

meliputi N, P, K, Mg, Cu, dan B. Masing-masing unsur hara tersebut di

harapkan tersedia cukup dalam tanah. Ketersediaan hara dalam tanah yang

rendah dapat berakibat tanaman mengalami gejala defisiensi hara (Sutarta,

dkk, 2000).

Kebutuhan pupuk per hektar di perkebunan kelapa sawit adalah 24 persen

dari biaya produksi keseluruhan atau sekitar 40-60 persen dari total biaya

pemeliharaan. Sedangkan untuk menentukan dosis pupuk yang tepat,

sebelumnya harus dilakukan analisis tanah dan daun terlebih dahulu.

Tujuannya untuk mengetahui ketersediaan unsure-unsur hara di dalam tanah

pada saat itu dan keadaan terakhir yang ada pada tanaman (Hartanto, 2011).

2.4.2 Prinsip Pemupukan

Produktivitas tanaman yang tinggi pada perkebunan kelapa sawit ini tidak

terlepas dari peranan pemupukan yang baik. Pemupukan merupakan upaya

perawatan yang sangat penting pada tanaman kelapa sawit, untuk

meningkatkan dan mencukupi kebutuhan unsur hara dalam tanah yang di

butuhkan oleh kelapa sawit.

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

8

Aplikasi pemupukan di perkebunan kelapa sawit merupakan investasi yang

cukup besar dalam rangka mencapai produksi kelapa sawit yang optimal.

Mengingat hal tersebut, pupuk harus dapat di gunakan secara efektif dan

efisien. Ada konsep 5T yang harus dijadikan pedoman dalam pemupukan

yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat sasaran

(Poelengan, dkk, 2000)

a. Tepat Jenis

Jenis pupuk untuk tanaman kelapa sawit dapat di kelompokkan dalam lima

kelompok yaitu : pupuk tunggal, pupuk campuran, pupuk majemuk, pupuk

lambat tersedia (tablet) dan pupuk organik. Pemilihan jenis pupuk oleh

pihak kebun disarankan agar hati-hati, hal ini mengingat telah banyak jenis

pupuk yang telah beredar dipasar dengan berbagai bentuk dan komposisi

hara (Winarna dan Sutarta, 2000).

Pupuk tunggal adalah kelompok pupuk yang hanya mengandung satu jenis

unsur hara utama. Pupuk tunggal yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan hara N, P, K, Mg, dan Ca pada tanaman kelapa sawit. Pupuk

tunggal merupakan pupuk yang paling umum di gunakan dalam

pemupukan tanaman kelapa sawit, utamanya untuk tanaman

menghasilkan.

Kelebihan dari pupuk tunggal adalah mudah di dapat dan harga lebih

murah, kepastian dosis bisa lebih tepat sesuai rekomendasi yang

dibutuhkan, kelarutan dalam tanah sangat cepat dan cepat diserap tanaman.

Sedangkan kelemahan dari pupuk tunggal adalah pupuk secara kelarutan

cepat sehingga tingkat kehilangan pupuk sangat tinggi contohnya tercuci

dan menguap. Pupuk tunggal juga dapat memperburuk sifat tanah seperti

menimbulkan pengerasan ataupun peningkatan atom H dalam tanah.

Jenis dan spesifikasi pupuk tunggal yang umum di rekomendasikan untuk

tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

9

Tabel 2.4. Jenis dan Spesifikasi Pupuk Tunggal dan Pupuk Majemuk yang Umum

di Rekomendasikan untuk Tanaman Kelapa Sawit. Hara Pupuk Spesifikasi

N Urea 46% N

ZA 21% N; 23% S

P SP-36 P2O5 (total) ; 36%

P2O5 (larut dalam asam sitrat) : 34%

S : 5%

Rock Phosphate (RP) SNI kuaklitas A

P2O5 (total) ; min 28%

P2O5 (larut dalam asam sitrat 2%) : min 8%

Ca+Mg (setara CaO : min 40%

Al2O2+Fe2O3 : maks 3%

Kadar air : maks 3%

Kehalusan (lolos saringan 80 mesh) : min

50%

Kehalusan (lolos saringan 25 mesh) : min

80%

K MOP (KCl) K2O : 60%

Mg Kieserite MgO : 26% ; S :21%

Dolomit MgO : min 18%

CaO : min 30%

Kadar air : maks 5%

Ni : maks 5ppm

Kehalusan (lolos saringan 100 mesh) : min

80%

NPKMg Majemuk 12.12.17.2 12% N

12% P205

17% K2O

2%MgO.

Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

Pupuk majemuk berisi beberapa unsur hara yang di kombinasikan dalam satu

formulasi. Jika dibuat secara benar setiap butir pupuk majemuk mengandung hara

yang sama. Keuntungan aplikasi pupuk majemuk adalah semua unsur hara utama

diaplikasikan dalam satu rotasi pemupukan. Namun demikian biaya untuk unit

hara mungkin lebih tinggi secara nyata dibandingkan pupuk tunggal atau pupuk

campur dan perbandingan hara yang diperlukan tidak dapat dipenuhi.

Pada saat ini diperkenalkan berbagai pupuk majemuk yang berbentuk tablet yang

mempunyai sifat lambat larut (slow release) sehingga dapat mengurangi

kehilangan hara melalui pencucian, penguapan dan pengikatan menjadi senyawa

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

10

yang tidak tersedia bagi tanaman. Selain itu aplikasinya dapat dilakukan hanya

sekali selama masa pembibitan atau selama satu tahun pada tanaman di lapangan.

b. Tepat Dosis

Setiap tanaman harus mendapatkan pupuk yang sesuai dengan dosis yang

direkomendasikan untuk mendapatkan jaminan pertumbuhan kelapa sawit

yang baik dan seragam. Semua pohon harus dipupuk dengan

menggunakan takaran yang memenuhi standar. Penentuan dosis pupuk

biasanya berdasarkan pedoman dari kantor pusat atau rekomendasi dari

balai penelitian.

Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pupuk guna

mengimbangi kekurangan hara dalam tanah meliputi : hasil analisis daun

dan tanah, realisasi produksi lima tahun sebelumnya, realisasi pemupukan

tahun sebelumnya, data curah hujan selama minimal lima tahun

sebelumnya, hasil pengamatan lapangan yang meliputi gejala defesiensi

hara, kultur teknis, dan panen (Winarna dan Sutarta, 2000).

Kebutuhan minimum untuk tanaman belum menghasilkan (TBM) yaitu

dengan komposisi dan persentase hara N, P, K, Mg per pohon pada TBM

yang berumur 2 bulan adalah 0,846% N, 0,098% P, 1,53% K, 0,205% Ca.

Sedangkan komposisi dan persentase hara N, P, K, Mg pada TM, yaitu

hara yang terangkut bersama tandan buah segar (TBS) (25 ton/ Ha/ Tahun)

dan hara yang terimobilisasi dalam bagian vegetatif tanaman yaitu 114,1

kg N, 14,7 kg P, 149,1 kg K dan 32,3 kg Mg (Mangoensoekarjo, 2008).

Setiap ton tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan mengandung hara

yang setara dengan 6,3 kg Urea, 2,1 kg TSP, 7,3 kg KCL dan 4,9 kg

Kieserit. Hara tersebut harus dikembalikan dalam bentuk pupuk. Jumlah

pupuk yang diberikan akan lebih besar dari hara yang terbawa panen

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

11

dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti jumlah hara yang tercuci,

terimobilisasi, terserap misel tanah, hanyut, dan menguap (PPKS, 2005).

Aplikasi pupuk dijamin bahwa tanaman menerima pupuk sesuai dengan

dosis rekomendasi. Ketepatan dosis pupuk dipengaruhi oleh: sistem

pengeceran pupuk, alat aplikasi, kondisi fisik lahan (topografi, akses

perawatan, dsb), sistem pengupahan, dsb. Pengeceran pupuk disesuaikan

dengan kemampuan wajar tenaga angkut manusia dan dosisnya. Alat

aplikasi menjamin bahwa alat tersebut memiliki keakuratan yang tinggi

(variasi rendah) dan mudah digunakan.

Dosis atau kuantitas aplikasi pupuk harus mempertimbangkan kapasitas

tanah menyerap hara. Jika jumlahnya melebihi kapasitas tanah, maka

mendorong terjadinya kehilangan hara pupuk.

Berikut ini dosis pupuk pada tanaman belum menghasilkan (TBM) kelapa sawit

disajikan pada Tabel 2.5.

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

12

Tabel 2.5. Dosis pupuk pada tanaman belum menghasilkan (TBM) kelapa sawit.

Umur

(Bulan)

Dosis kg/pohon

ZA atau urea RP MOP Kieserit HGF Borate

Saat

tanam - 0,5 - - -

1 0,10 - - - -

3 0,25 - - - -

5 0,25 0,50 0,15 0,10 -

8 0,25

0,35 0,15 0,02

12 0,50 0,75 0,35 0,25 -

Jumlah 1,35 1,75 1,00 0,70 0,02

TBM 1

16 0,50 - 0,50 0,50 0,03

20 0,50 1,00 0,50 0,50 -

24 0,50 - 0,75 0,50 0,05

Jumlah 1,50 1,00 1,75 1,50 0,08

TBM 2

28 0,75 1,00 0,75 0,75 -

32 0,75 - 1,00 0,75 -

Jumlah 1,50 1,00 1,75 1,50 -

TBM 3

Total 4,35 3,75 4,50 3,70 0,10

Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

Sebagai pedoman umum, dosis pupuk tanaman menghasilkan TM dapat dilihat

pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Dosis Pupuk Pada Tanaman Menghasilkan (TM) Kelapa sawit

Pemupukan (Aplikasi)

Dosis Pupuk (Kg/Phn)

Urea atau

ZA RP atau TSP MOP Keiserit Borate

Semester I 1 1,5 0,75 0,5 0,75 0,5 -

Semester II 1 1,5 1 0,75 0,75 0,75 0,05

Jumlah 2 3 1,75 1,25 1,5 1,25 0,05

Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

c. Tepat Waktu

Waktu pemupukan perlu disesuaikan dengan kondisi curah hujan.

Pemupukan yang optimum dilakukan pada saat (bulan-bulan) dengan

curah hujan 100-200 mm/bulan, sedangkan curah hujan minimum 60

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

13

mm/bulan dan maksimum 300 mm/bulan. Bila curah hujan per bulan < 60

mm/bulan, pemupukan sebaiknya ditunda dan menunggu curah hujan

mencapai > 60 mm/bulan.

Begitu juga bila curah hujan mencapai >300 mm/bulan maka pemupukan

juga ditunda. Dalam praktek di lapangan untuk perkebunan kelapa sawit

dapat digunakan pedoman waktu pemupukan sebagai berikut :

a. Waktu mulai pemupukan bila sudah turun hujan 50 mm/10 hari

(awal musim hujan).

b. Waktu harus berhenti pemupukan (terutama pupuk N) adalah :

- Bila periode panjang tidak hujan (hari tidak hujan berturut-turut, (dry

spell) 20 hari (terlalu kering).

- Jumlah hari hujan > 20 hari/bulan (terlalu basah atau banyak hujan).

- Intensitas hujan harian tinggi > 30 mm/hari (terlalu basah atau

kelebihan hujan).

- Tanah jenuh air (lewat kapasitas lapang atau air sudah tergenang)

karena hujan terus menerus. (Darmosarkoro, dkk, 2005).

Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan pada akhir musim hujan

(Maret-April) untuk pemupukan yang pertama, dan pada awal musim

hujan (Agustus-September) untuk pemupukan yang kedua seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

14

Gambar 2.1. Waktu aplikasi pupuk

d. Tepat Cara

Menurut Darmosarkoro, dkk, (2005) pemilihan metode aplikasi

didasarkan antara lain pada jenis pupuk, efisiensi, ketersediaan alat,

kondisi lahan, dan unsur tanaman. Metode aplikasi dapat dilakukan

dengan cara tabur (manual, mekanik, aerial spray), pocket dan foliar.

- Penaburan Pupuk Secara Manual

Penaburan pupuk secara manual dilakukan pekerja dengan menggunakan

ember (tempat pupuk) dan takaran (untuk ukuran penaburan). Pupuk di

tabur merata pada jarak 1,5 m ke arah luar dalam piringan pohon. Aplikasi

pemupukan pada tanaman kelapa sawit tanaman menghasilkan disajikan

pada Tabel 2.6.

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

15

Tabel 2.6. Penempatan Pupuk pada Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan.

Umur Tanaman Jarak Penaburan

TM < 8 tahun Pupuk N = 50-100 cm

P,K,Mg = 100-250 cm

TM > 8 tahun Semua pupuk 100-250 cm, pupuk ditabur pada

permukaan piringan pohon, dari pangkal pohon

kearah pinggir piringan

Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

- Penaburan pupuk dengan Mesin (Fertilizer Spreader)

Pupuk di tempatkan pada alat penabur yang dipasangkan pada traktor.

Sebelum digunakan, mesin perlu dikalibrasi untuk mengetahui jumlah dan

jangkauan penaburannya. Mesin penabur ini dapat digunakan pada areal

yang relative datar dengan tanaman kelapa sawit yang sudah cukup tinggi

kanopinya dan dengan jenis pupuk prill/granul.

- Pemberian Pupuk Secara Benam (pocket)

Pupuk dimasukkan ke dalam lubang yang telah dibuat sebelumnya dengan

menggunakan cangkul dan kemudian lubang ditutup dengan tanah

kembali. Lubang (pocket) yang tidak ditutup kembali akan menyebabkan

pupuk hilang atau hanyut karena erosi dan air hujan.

e. Tepat Sasaran

Untuk pertumbuhan tanaman yang sehat dan berproduksi tinggi, tanaman

kelapa sawit membutuhkan unsur hara yang seimbang dan cukup tersedia

di dalam tanah. Mempertahankan kesuburan tanah pada tingkat yang

memuaskan dan pada waktu yang sama juga menghasilkan tanaman yang

menguntuntungkan baik dari segi kejaguran maupun produksinya adalah

merupakan sasaran utama pemupukan, sehingga pemupukan harus

dilaksanakan dengan baik agar sasaran pemupukan terpenuhi.

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

16

Biaya pemupukan tanaman kelapa sawit berkisar antara 40-60% dari biaya

pemeliharaan tanaman secara keseluruhan atau 15-20% dari biaya

produksi dan merupakan ekploitasi yang besar bagi perusahaan. Agar

sasaran pemupukan dapat tercapai dan efisiensi pemupukan dapat di

tingkatkan maka manajemen pemupukan kelapa sawit perlu dibina dan

dimantapkan serta terus menerus di sempurnakan sehingga biaya

pemupukan yang sudah begitu besar tidak sia sia. (Puputwawan. 2011)

2.5 Manajemen Pemupukan

Mengingat biaya pemupukan yang cukup tinggi maka pemupukan harus

dilakukan secara efektif dan efisien. Hal ini menyangkut jenis pupuk, dosis pupuk,

waktu pemupukan, dan metode pemupukan. Oleh sebab itu manajemen kebun

perlu melakukan persiapan dan pengawasan secara ketat sehingga aplikasi pupuk

dapat mencapai sasaran.

2.5.1 Persiapan Lapangan

Pembenahan tapak kuda, teras kontur, silfit, rorak, penyiangan piringan

harus sudah dilakukan sebelum pemupukan. Pada piringan pohon yang

berbatasan dengan parit, rorak, dan teras jalan supaya penebaran pupuk

jangan sampai ke piringan/kedalam parit, rorak, tebing/teras jalan. Pupuk

yang menggumpal agar ditumbuk sampai halus, bila perlu diayak

kemudian dapat ditabur.

2.5.2 Sarana

Takaran pupuk yang digunakan harus sesuai dengan dosis yang di

anjurkan, mengingat setiap jenis pupuk mempunyai volume yang berbeda

walaupun beratnya sama. Takaran pupuk disesuaikan kepada jenis dan

dosis pupuk. Alat lain yang perlu disiapkan yaitu ember, karung tempat

pupuk, dan cangkul/sekop.

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

17

2.5.3 Pelaksanaan

Tenaga penabur sudah terlatih dan tersedia sesuai kebutuhan, pupuk diecer

ke blok oleh tenaga yang telah tersedia. Penaburan pupuk sesuai jalurnya

atau jalannya masing-masing, pupuk ditabur di sekeliling piringan penuh,

tidak dibenarkan penaburan yang terputus-putus. Jarak tabur tergantung

kepada perkembangan pohon, tepatnya jalur penaburan harus di bawah

proyeksi ujung tajuk.

2.5.4 Administrasi

Rencana pemupukan untuk setiap aplikasi dibuat oleh asisten afdeling dan

dibuat rangkap 4 untuk administrator, asisten kepala, bagian gudang, dan

asisten afdeling yang bersangkutan. Lembar rencana pemupukan berisi

afdeling, tahun tanam, blok, luas, jumlah pokok produktif, jenis pupuk,

dosis per pohon, jumlah pupuk, dan waktu pemupukan.

Permintaan kebutuhan pupuk dan persiapan kebutuhan tenaga penebar,

pengecer, pengangkutan pupuk. Membuat rencana mingguan dan rencana

harian pemupukan. Membuat rencana pemupukan harian, menggambarkan

arah pelaksanaan pemupukan, membuat barchat pemupukan yang

menggambarkan rencana dan realisasi pemupukan.

Permintaan kendaraan dilakukan minimal 24 jam sebelum pelaksanaan

pemupukan. Dalam permintaan pengangkutan harus di cantumkan jumlah

pupuk yang di angkut per hari. Pengangkutan pupuk ke lapangan harus

dilakukan paling lambat jam 06.00 WIB, sedangkan regu pemupuk harus

sudah sampai di lapangan (blok) pada jam 06.30 WIB untuk memulai

pemupukan.

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman

18

2.5.5 Pengawasan

Mengingat biaya pemupukan yang cukup mahal, maka diperlukan

pengawasan dan pelaksanaan di lapangan dengan intensif dan ketat oleh

Mandor Pupuk, Mandor Besar, Sinder Afdeling, Sinder Kepala, dan

Adminisator (Winarna dan Sutarta, 2000).