bab 2 tinjauan pusaka 2.1. anatomi kulit 2.1.1....

14
BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluan Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m 2 dengan berat kira-kira 16% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital vserta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Tortora, Derrickson, 2009). Kulit mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai perlindung, pengantar haba, penyerap, indera perasa, dan fungsi pergetahan (Setiabudi, 2008). Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang, pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa (Djuanda, 2003). Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang berambut kasar terdapat pada kepala (Djuanda, 2003). Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora, Derrickson, 2009). 2.1.2. Lapisan Epidermis Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSAKA . 2.1. Anatomi Kulit . 2.1.1

BAB 2

TINJAUAN PUSAKA

2.1. Anatomi Kulit

2.1.1. Pendahuluan

Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m2 dengan berat kira-kira 16%

berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital vserta merupakan cermin

kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive,

bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada

lokasi tubuh (Tortora, Derrickson, 2009). Kulit mempunyai berbagai fungsi seperti

sebagai perlindung, pengantar haba, penyerap, indera perasa, dan fungsi pergetahan

(Setiabudi, 2008).

Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang, pirang dan hitam,

warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan

pada genitalia orang dewasa (Djuanda, 2003).

Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit

yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal

dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada

muka, yang berambut kasar terdapat pada kepala (Djuanda, 2003).

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu

lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis

tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya

jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora, Derrickson, 2009).

2.1.2. Lapisan Epidermis

Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum

granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum adalah lapisan

kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSAKA . 2.1. Anatomi Kulit . 2.1.1

berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Stratum

lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel

gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut

eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki (Djuanda,

2003).

Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan

sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri

atas keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk

poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.

Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak

ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di

antara sel-sel stratum spinosun terdapat jembatan-jembatan antar sel yang terdiri atas

protoplasma dan tonofibril atau keratin. Pelekatan antar jembatan-jembatan ini

membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel

spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung

banyak glikogen (Djuanda, 2003).

Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun

vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan

ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mrngalami

mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel

yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar,

dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang antar sel, dan sel pembentuk melanin

atau clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik

dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes) (Djuanda, 2003).

2.1.3. Lapisan Dermis

Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis yang

jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa

padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSAKA . 2.1. Anatomi Kulit . 2.1.1

menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi

ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya

yang menonjol kea rah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang

misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan

kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblast,

membentuk ikatan yang mengandung hidrksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda

bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil.

Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk

amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis (Djuanda, 2003).

2.1.4. Lapisan Subkutis

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat

longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar,

dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini

membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang

fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan

makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah

bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasinya. Di

abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat

sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan (Djuanda, 2003).

Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di

bagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus

profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil

dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis,

di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan

pembuluh darah teedapat saluran getah bening (Djuanda, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSAKA . 2.1. Anatomi Kulit . 2.1.1

2.1.5. Adneksa Kulit

Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Kelenjar

kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit. Ada 2

macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di

dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih

dalam dan sekretnya lebih kental (Djuanda, 2003).

Kelenjar enkrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan

berfungsi 40 minggu setelah kehamilan. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan

bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan

terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada

beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan emosional

(Djuanda, 2003).

Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola

mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia

belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan

mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa,

biasanya pH sekitar 4-6,8 (Djuanda, 2003).

Kelenjar palit terletak di selruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak

tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen

dan sekret kelenjar ini berasala dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit

biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar

rambut (folikel rambut). Sebum mengandungi trigliserida, asam lemak bebas,

skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi hormone androgen, pada

anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan

banyak serta mulai berfungsi secara aktif (Djuanda, 2003).

Kuku, adalah bagian terminal stratum korneum yang menebal. Bagian kuku

yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di atas dasar

jaringan lunak kulit pada ujung jari dikenali sebagai badan kuku, dan yang paling

ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSAKA . 2.1. Anatomi Kulit . 2.1.1

kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per minggu. Sisi kuku agak mencekung

membentuk alur kuku. Kulit tipis yang yang menutupi kuku di bagian proksimal

disebut eponikium sedang kulit yang ditutupki bagian kuku bebas disebut hiponikium

(Djuanda, 2003).

Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit dan bagian yang

berada di luar kulit. Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut

halus, tidak mrngandung pigmen dan terdapat pada sbayi, dan rambut terminal yaitu

rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat

pada orang dewasa. Pada orang dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat bulu

mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, dan janggut yang pertumbuhannya

dipengaruhi hormone androgen. Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut

velus. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen berlangsung 2-6 tahun dengan

kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm per hari. Fase telogen berlangsung beberapa

bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen. Komposisi rambut terdiri

atas karbon 50,60%, hydrogen 6,36%,, nitrogen 17,14%, sulfur 5% dan oksigen

20,80% (Djuanda, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSAKA . 2.1. Anatomi Kulit . 2.1.1

Gambar 2.1 Anatomi kulit (Dikutip dari: http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/08/anatomi-dan-fisiologi-

kulit.html)

2.2. Jerawat

Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel

polisebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, nodus, dan kista

pada tempat predileksinya seperti di wajah, punggung, dan lengan atas (Djuanda,

2003).

2.2.1. Patogenesis

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi patogenesis pertumbuhan

jerawat, faktor utama adalah faktor genetik (Goulden et al, 1999). Jika kedua orang

tua mengalami masalah jerawat, 3 dari 4 anak akan mengalami masalah jerawat. Jika

satu dari orang tua mempunyai jerawat, maka 1 dari 4 anak akan mempunyai jerawat.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSAKA . 2.1. Anatomi Kulit . 2.1.1

Walaupun demikian, tidak semua keluarga akan mengalami pola yang sama, jerawat

boleh melompat generasi. Yang diwariskan adalah kecenderungan untuk

hiperproliferasi folikel epidermal dengan sumbatan folikel. Faktor memperburuk

yang lain termasuk sebum yang berlebihan, terdapat aktivitas dari Propionibacteri

acnes dan peradangan.

Penahanan hiperkeratosis adalah proses pertama pembentukan jerawat

(Norris, Cunliffe, 1988). Sebab utama terjadinya hiperproliferasi masih tidak dikenal

pasti. Buat masa sekarang terdapat 3 hipotesa yang menerangkan kenapa folikel

epithelium menghasilkan sel dengan cepat pada penderita jerawat.

Pertama, peningkatan hormon androgen sebagai pencetus awal (Thiboutot et

al, 1999). Komedo adalah lesi yang disebabkan oleh tersumbatnya folikel yang mula

terlihat pada zona-T setelah peningkatan aktifitas kelenjar adrenal sewaktu pubertas.

Lebih-lebih lagi, tingkat komedo pada anak perempuan prepubertal saling berkaitan

dengan tingkat sirkulasi adrenal androgen dehydroepiandrosterone sulfate (DHEA-S)

(Lucky et al, 1997). Tambahan pula, reseptor hormon androgen terdapat dalam

kelenjar sebasea. Individu dengan gangguan reseptor androgen tidak akan mengalami

masalah pertumbuhan jerawat (Holland et al, 1998).

Produksi sebum yang berlebihan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan

jerawat. Hormon androgen mempromosikan produksi dan lepasan sebum (Pochi,

Strauss, 1988). Berbagai lagi hormon lain yang juga berfungsi untuk produksi dan

lepasan sebum seperti growth hormones dan insulinlike growth factor.

Faktor ketiga adalah Propionibacterium acne yang bersifat anaerob. P acne

menyebabkan peradangan dengan menghasilkan proinflamatory mediators yang

berdifusi melalui dinding folikel. P acne mengaktifasikan toll-like receptor 2 di

monosit dan neutrofil (Kim et al, 2002), yang menghasilkan sitokin seperti IL-12, IL-

8, dan TNF.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSAKA . 2.1. Anatomi Kulit . 2.1.1

Gambar 2.2 Patogenesis jerawat

(Dikutip dari: Adhi Djuanda et al. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, Edisi ke-3, 2003;236)

2.2.2. Klasifikasi

Akne meliputi berbagai kelainan kulit yang hampir mirip satu dengan lainnya,

sehingga diperlukan penggolongan atau klasifikasi untuk membedakannya. Beberapa

peneliti atau penulis buku dermatologi mengemukakan klasifikasi yang berbeda.

Domonkos dalam buku Andrews’ diseases of the skin (1971) menulis bahwa

akne terdiri atas akne vulgaris, akne keloidalis, perifolikulitis, akne tropikalis, akne

neonatorum, rinofima, akne rosasea, dan perioral dermatitis.

Cunliffe dalam buku Acne (1989) menyatakan bahwa akne terdiri atas :

1. Akne vulgaris yang meliputi akne konglobata, akne fulminans, folikulitis

negative-gram, pioderma fasial, dan akne vasikulitis.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSAKA . 2.1. Anatomi Kulit . 2.1.1

2. Varian akne yang meliputi akne induksi obat, acne excoriee, akne infantile,

akne juvenile, akne klor, oil acne, akne kimiawi lain, Fiddler’s neck, akne nevoid,

akne fisika (frictional acne dan immobility acne), akne kosmetika, akne deterjen, dan

akne tropikalis.

Klasifikasi yang dibuat oleh Plewig dan Kligman dalam buku Acne:

Morphogenesis and treatment (1975) terbagi seperti berikut:

1. Akne vulgaris dan varietasnya:

a. Akne tropikalis

b. Akne fulminan

c. Pioderma fasiale

d. Akne mekanika dan lainnya

2. akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya:

a. Akne kosmetika

b. Pomade acne

c. Akne klor

d. Akne akibat kerja

e. Akne deterjen

3. Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya:

a. Solar commedones

b. Akne radiasi (sinar x. kobal)

Pergolongan ini membedakannya secara jelas dengan kelainan yang mirip

akne, erupsi akneiformis akibat induksi obat yang digunakan secara lama, misalnya

kortikosteroid, ACTH, INH, iodida, bromide, vitamin B12, difenil hidrantoin,

trimetadion, dan fenobarbital.

Pada akne vulgaris terjadi perubahan jumlah dan konsistensi lemak kelenjar

akibat pengaruh berbagai faktor penyebab. Pada akne venenata terjadi penutupan

oleh massa eksternal. Pada akne fisis, saluran keluar menyempit akibat radiasi sinar

ultraviolet, sinar matahari, atau sinar radioaktif.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSAKA . 2.1. Anatomi Kulit . 2.1.1

2.2.3. Gradasi

Gradasi yang menunjukkan berat ringannya penyakit diperlukan bagi pilihan

pengobatan. Ada berbagai pola pembagian gradasi penyakit akne vulgaris yang

dikemukakan.

Terdapat 4 gradasi jerawat menurut Pillsbury (1963) yaitu :

a. gradasi I mempunyai komedo terbuka (blackhead) dan komedo tertutup

(whitehead),

b. gradasi II pula mempunyai komedo dan beberapa papulopustul,

c. gradasi III sama seperti gradasi II tetapi papul yang telah mengalami

peradangan,

d. gradasi IV mempunyai nodulokistik yang berciri komedo, lesi radang,

nodul yang berdiameter lebih besar dari 5mm dan juga parut kawah.

Menurut Frank (1970) acne vulgaris dapat digradasikan pada 8 gradasi yaitu:

a. gradasi I akne komedonal tanpa radang,

b. gradasi II akne komedonal radang,

c. gradasi III akne papula,

d. gradasi IV akne papulo pustule,

e. gradasi V akne agak berat,

f. gradasi VI akne berat,

g. gradasi VII akne nodulo kistik/konglobata.

Gradasi acne vulgaris menurut plewig dan kligman (1975) terbagi atas tiga

kelas yaitu :

1. Kelas I komedonal yang terdiri atas 4 gradsi :

a. bila ada kurang dari 10 komedo dari satu sisi muka,

b. bila ada 10 sampai 24 komedo,

c. bila ada 25 sampai 50 komedo,

d. bila ada lebih dari 50 komedo.

2. Kelas II papulopustula yang terdiri atas 4 gradasi yaitu :

a. bila ada kurang dari 10 lesi papulopustula dari satu sisi muka,

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSAKA . 2.1. Anatomi Kulit . 2.1.1

b. bila ada 10 sampai 20 lesi papulopustula,

c. bila ada 21 sampai 30 lesi papulopustula,

d. bila ada lebih dari 30 lesi papulopustula.

3. Kelas III terdapat konglobata.

Gambar 2.3 Gradasi I Akne vulgaris

(Dikutip dari: http://emedicine.medscape.com/article/1069804-overview)

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSAKA . 2.1. Anatomi Kulit . 2.1.1

Gambar 2.4 Gradasi II Akne vulgaris

(Dikutip dari: http://emedicine.medscape.com/article/1069804-overview)

Gambar 2.5 Gradasi III Akne vulgaris

(Dikutip dari: : http://emedicine.medscape.com/article/1069804-overview)

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSAKA . 2.1. Anatomi Kulit . 2.1.1

Gambar 2.6 Gradasi IV Akne vulgaris

(Dikutip dari: http://emedicine.medscape.com/article/1069804-overview) 2.3. Cara Dan Kebiasaan Membersihkan wajah

Membersihkan wajah setiap hari secara rutin adalah sangat penting untuk

menjaga kulit wajah. Membersikan wajah dapat menanggalkan kotoran debu,

bakteri, dan kulit mati dari wajah yang dapat menyebabkan penyerapan obat topikal

dengan lebih efektif (Subramanyan, 2004). Paradoksnya, membersihkan kulit wajah

juga dapat melemahkan hambatan di mana banyak sulfaktan pembersih yang

berinteraksi dengan protein dan lipid dari stratum korneum (Subramanyan, 2004).

Sebetulnya, digalakan untuk mencuci wajah sebanyak 2 kali dalam 1 hari

yaitu pada pagi hari dan malam hari (Kern, 2010). Mencuci wajah lebih atau kurang

dari 2 kali dalam sehari tidak digalakkan karena mencuci wajah secara berlebihan

dapat mengiritasikan kulit wajah dan menyebabkan pertumbuhan jerawat, manakala

kurang mencuci wajah akan mengurangkan tingkat kebersihan wajah.

Cara betul membersihkan wajah adalah dengan menggunakan kedua telapak

tangan secara sirkuler selama 10 detik dan harus dibilas dengan air hangat hingga

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Anatomi Kulit 2.1.1. Pendahuluanrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21475/4/Chapter II.pdf · BAB 2 . TINJAUAN PUSAKA . 2.1. Anatomi Kulit . 2.1.1

tertanggal semua kesan sabun pencuci wajah (Kern, 2010). Tidak perlu untuk

mengosok dengan kuat karena dapat menyebabkan iritasi kulit (Subramanyan, 2004).

Setelah itu, tepukkan wajah dengan kain bersih hingga wajah kering (Kern, 2010).

Setelah wajah kering, disarankan supaya mengoles pelembab untuk mencegah kulit

wajah menjadi terlalu kering.

Universitas Sumatera Utara