bab 2 tinjauan pustakalibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/bab 2...yang telah dirangkum atau...

22
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Data James O‟Brien (2006) data yaitu fakta atau observasi mentah, yang biasanya mengenai fenomena fisik atau transaksi bisnis Rainer dan Cegielski dalam Introduction to Information Systems Enabling and Transforming Business (2011, p 10 ) data adalah deskripsi dasar mengenai sesuatu, peristiwa, aktivitas, dan transaksi yang dicatat, diklasifikasikan, dan disimpan tetapi belum diolah sehingga tidak mempunyai maksud atau nilai tertentu. Data dapat berupa angka, teks, figur, suara atau gambar. McLeod mengatakan bahwa data adalah fakta-fakta dan angka yang relatif tidak berarti untuk pemakai. 2.2. Aset Menurut Hidayat (2011) pengertian aset adalah barang atau benda yang bergerak dan juga tidak bergerak, baik yang berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible), dimana keseluruhan hal tersebut mencakup aset atau harta aset dari suatu organisasi, instansi, badan usaha, ataupun perorangan. Epstein dan Jermakowics dalam Wiley International Financical Reporting Standards (2008, p 56) menyebutkan aset adalah sumber daya yang diatur oleh perusahaan sebagai hasil dari kejadian masa lalu yang akan menjadi arus keuntungan ekonomi perusahaan di masa depan. 7

Upload: others

Post on 07-Jan-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Data

James O‟Brien (2006) data yaitu fakta atau observasi mentah,

yang biasanya mengenai fenomena fisik atau transaksi bisnis

Rainer dan Cegielski dalam Introduction to Information Systems

Enabling and Transforming Business (2011, p 10 ) data adalah deskripsi

dasar mengenai sesuatu, peristiwa, aktivitas, dan transaksi yang dicatat,

diklasifikasikan, dan disimpan tetapi belum diolah sehingga tidak

mempunyai maksud atau nilai tertentu. Data dapat berupa angka, teks,

figur, suara atau gambar.

McLeod mengatakan bahwa data adalah fakta-fakta dan angka

yang relatif tidak berarti untuk pemakai.

2.2. Aset

Menurut Hidayat (2011) pengertian aset adalah barang atau benda

yang bergerak dan juga tidak bergerak, baik yang

berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible), dimana

keseluruhan hal tersebut mencakup aset atau harta aset dari suatu

organisasi, instansi, badan usaha, ataupun perorangan.

Epstein dan Jermakowics dalam Wiley International Financical

Reporting Standards (2008, p 56) menyebutkan aset adalah sumber daya

yang diatur oleh perusahaan sebagai hasil dari kejadian masa lalu yang

akan menjadi arus keuntungan ekonomi perusahaan di masa depan.

7

8

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan aset adalah berbagai

bentuk kekayaan perusahaan yang didapat dari arus ekonomi perusahaan

dan diharapkan bisa memberikan keuntungan di masa mendatang untuk

kepentingan arus kas perusahaan di masa depan.

2.3 Informasi

Rainer dan Cegielski dalam Introduction to Information Systems

Enabling and Transforming Business (2011, p 10), informasi adalah data

yang telah diolah sehingga mempunyai maksud dan nilai tertentu bagi para

penggunanya.

Menurut Sawyer dan Williams (2007, p25), informasi adalah data

yang telah dirangkum atau dimanipulasi dalam bentuk lain untuk tujuan

pengambilan keputusan. Misalnya, jumlah suara untuk sebuah kandidat

yang dipakai dalam penentuan pemenang pemilu. Menurut (Mardi, 2011,

p. 4), informasi adalah hasil proses atau hasil pengolahan data, meliputi

hasil gabungan, analisis, penyimpulan dan pengolahan sistem informasi

komputerisasi.

2.4 Sistem Informasi

Pearlson dan Saunders dalam Strategic Management of

Information Systems (2009, p 15-16), Sistem Informasi adalah kombinasi

teknologi, manusia, dan proses di dalam perusahaan untuk memproduksi

dan mengelola informasi.

Menurut Gelinas, Dull, Wheeler (2012: 14) Information System is

a man made system that generally consist of an integrated set of computer

9

based components and manual components established to collect, store,

and manage data, and to provide output information to users.

Sistem informasi merupakan sistem buatan manusia yang secara

umum terdiri dari sekumpulan komponen berbasis komputer yang

terintegrasi dan komponen manual yang ditetapkan untuk mengumpulkan,

menyimpan, dan mengelola data, serta menyediakan keluaran (output)

informasi kepada user.

2.5 Teknologi Informasi

Rainer dan Cegielsky dalam Introduction to Information Systems

Enabling and Transforming Business (2011, p 30), teknologi informasi

adalah alat berbasis komputer yang digunakan oleh manusia untuk

bekerja dengan informasi dan mendukung pengolahan informasi yang

dibutuhkan di dalam organisasi.

2.6 Risiko

Hery (2015, p 100) Risiko adalah pengaruh dari ketidakpastian

terhadap sasaran atau tujuan perusahaan.ISO 31000 (2015), risiko adalah

pengaruh ketidakpastian terhadap pencapaian sasaran atau target

perusahaan. Pengaruh didefinisikan sebagai ketidaksesuaian terhadap

sesuatu yang terlah diperkirakan. Bisa positif dan negatif. Sedangkan

ketidakpastian didefinisikan sebagai kurangnya informasi terkait dengan

suatu peristiwa

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan risiko adalah sebuah

pengaruh dari ketidakpastian yang dapat mempengaruhi suatu kegiatan

10

saat ini atau yang datang yang disebabkan kurangnya suatu informasidari

kegiatan tersebut.

2.7 Manajemen Risiko

Peltier (2005, p 7) manajemen risiko adalah proses yang

memungkinkan manajer bisnis untuk menyeimbangkan biaya operasional

dan ekonomi dengan mengambil langkah-langkah perlindungan dan

mencapai keuntungan dalam misi untuk melindungi proses bisnis yang

mendukung tujuan bisnis atau misi perusahaan. Tujuan dilakukannya Risk

Management adalah untuk mengurangi dampak dari suatu risiko agar bisa

ditangani oleh kemampuan perusahaan.

Dalam penjelasan diatas dapat disimpulkan Risk Management

merupakan suatu elemen penting pada perusahaan dan harus dibentuk dan

dilaksanakan oleh perusahaan agar perusahaan dapat mengambil langkah

untuk menangani risiko.

2.8 Analisa Risiko

Dalam proses untuk melaksanakan Risk Management ada proses

yang disebut Risk Analysis. Menurut Peltier (2005, p 15) pengertian Risk

Analysis atau analisa risiko adalah teknik untuk mengidentifikasi dan

menilai faktor yang dapat menghalangi sebuah projek untuk mencapai

tujuannya. Teknik ini juga dapat membantu mendefinisikan perhitungan

untuk sebuah pencegahan yang dapat mengurangi kemungkinan faktor itu

terjadi dan mengidentifikasi langkah penanganan ketika hal ini terjadi.

11

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan Risk Analysis

merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan dalam Risk

Management. Perusahaan harus melaksanakan tahap ini agar bisa

mendefinisikan risiko dan menilai seberapa besar tingkat risiko akan

terjadi agar bisa dibuat suatu analisa untuk membuat langkah pencegahan

atau mengurangi kemungkinan risiko itu terjadi.

2.9 Metode Penilaian Risiko menggunakan OCTAVE

OCTAVE adalah penilaian strategis berbasis risiko dan teknik

perencanaan untuk keamanan informasi. Hal ini mengarahkan diri sendiri,

yang berarti bahwa orang-orang dari dalam organisasi bertanggung jawab

untuk menetapkan strategi keamanan organisasi. Pendekatan ini

memanfaatkan pengetahuan masyarakat yang berhubungan dengan

keamanan praktek organisasi mereka dan proses untuk menangkap

keadaan saat praktek keamanan dalam organisasi. Risiko terhadap aset

yang paling penting yang digunakan untuk memprioritaskan bidang

perbaikan dan mengatur strategi keamanan untuk organisasi. Berbeda

dengan penilaian teknologi yang berfokus yang ditargetkan pada risiko

teknologi dan fokus pada isu-isu taktis, OCTAVE ditargetkan pada risiko

organisasi dan terfokus pada strategi, praktik-isu terkait. Ini adalah

evaluasi fleksibel yang dapat disesuaikan untuk sebagian besar

organisasi. Ketika menerapkan OCTAVE, sebuah tim kecil dari unit

operasional atau bisnis dan departemen TI bekerja bersama untuk

12

membentuk tim analisis dan kebutuhan keamanan organisasi yang

bertugas

a. Mengidentifikasi aset informasi penting

b. Fokus pada kegiatan analisis risiko atas aset kritis

c. Mempertimbangkan hubungan antara aset kritis, ancaman

terhadap aset- aset dan kerentanan (baik organisasi dan

teknologi) yang dapat mengekspos aset untuk ancaman

d. Mengevaluasi risiko dalam konteks operasional, yaitu,

bagaimana aset penting yang digunakan untuk melakukan bisnis

organisasi dan bagaimana mereka berisiko karena ancaman

keamanan dan kerentanan

e. Menciptakan praktik berbasis strategi perlindungan untuk

perbaikan organisasi serta mitigasi resiko berencana untuk

mengurangi risiko terhadap aset kritis organisasi

Carrali, Stevens, Young, Wilson, William R. (2007, p 1)

menyatakan OCTAVE adalah suatu metodologi untuk mengidentifikasi

dan mengevaluasi risiko pada keamanan informasi dan bertujuan untuk

membantu organisasi dalam:

1. Membentuk penilaian risiko secara kualitatif dan menjelaskan

toleransi risiko pada kegiatan operasional

2. Identifikasi aset penting dan berhubungan dengan misi organisasi

3. Identifikasi kerentanan dan ancaman pada aset tersebut

4. Menentukan dan menilai konsekuensi dari kemungkinan ancaman

itu terjadi

13

Metode OCTAVE merupakan singkatan dari Operationally

Critical Threat, Asset, and Vulnerability Evaluation. Metode OCTAVE

melakukan penilaian risiko berdasarkan pada tiga prinsip dasar

administrasi keamanan, yaitu: confidentiality, integrity, availability.

Mengacu kepada tabel yang sudah dibuat oleh Stephanus (2014)

pada jurnalnya. Terdapat beberapa perbedaan dari pendekatan metode

OCTAVE dan metode lain.

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Metode OCTAVE dan Metode Lain

Sumber: (Stephanus, 2014)

OCTAVE Metode Lain

Terdapat beberapa tingkatan dalam Tidak memiliki fase peningkatan dari

manajemen risiko sistem informasi manajemen risiko sistem informasi

(CRAMM, CORAS) (Bornman

&Labuschagne, 2006)

Terdapat prosedur formal untuk Tidak ada prosedur formal untuk proses

proses menerima risiko menerima risiko (CRAMM, CORAS)

(Bornman &Labuschagne, 2006)

Fokus kepada evaluasi risiko sistem Fokus kepada proses membangun tata

informasi kelola IT perusahaan (COBIT) (Bornman

&Labuschagne, 2006)

Menyatakan manusia merupakan aset Tidak menyatakan manusia sebagai aset

dalam mengevaluasi risiko sistem dalam mengevaluasi risiko sistem informasi

informasi (Alberts,

Dorofee, Stevens, & Woody, 2005)

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa OCTAVE

memiliki beberapa keunggulan dibanding metode manajemen risiko yang

lain. OCTAVE memiliki tingkatan yang bertahap dalam pelaksanaannya,

14

prosedur yang bisa diikuti, dan fokus untuk mengevaluasi risiko sistem

informasi. Tabel diatas juga menyatakan kalau manusia merupakan aset

yang perlu dievaluasi dalam mengelola risiko sistem informasi. Hakemi

(2014) juga menyatakan kalau metode OCTAVE merupakan metode

analisa risiko yang cocok dan bisa digunakan di tipe studi kasus apa pun.

OCTAVE mempunyai dua varian yang sering dipakai yaitu

OCTAVE S dan OCTAVE Allegro dalam melakukan penilaian risiko..

Menurut (A., Stevens, & Woody, 2005), OCTAVE-S is a variation of the

approach tailored to the limited means and unique constrains typically

found in small organizations (less than 100 people). Dapat diartikan

OCTAVE-S adalah variasi dan pendekatan OCTAVE yang

dikembangkan untuk kebutuhan organisasi yang kecil (kurang dari 100

orang). Untuk mengelola risiko terhadap keamanan sistem informasi,

maka perlu dilakukan analisa risiko untuk mengurangi kerugian-kerugian

yang mungkin terjadi. Salah satu metode analisa risiko keamanan sistem

informasi suatu organisasi atau perusahaan adalah metode OCTAVE-S

(The Operationally Critical Threat, Asset, and Vulnerability Evaluation)-

Small yang mampu mengelola risiko perusahaan dengan mengenali

risiko-risiko yang mungkin terjadi pada perusahaan dan membuat rencana

penanggulangan dan mitigasi terhadap masing-masing risiko yang telah

diketahui.

Sedangkan OCTAVE Allegro merupakan suatu metode varian

modern yang berkembang dari metode octave yang dimana berfokus

pada aset informasi. Seperti metode octave sebelumnya, octave allegro

15

bisa ditampilkan di workshop-style, collaborative setting, tetapi octave

allegro juga cocok untuk individu yang ingin menampilkan penaksiran

yang berisiko tanpa keterlibatan organisasi yang luas, keahlian, dan

masukan-masukan. Fokus utama dari octave allegro adalah aset

informasi, aset lain yang penting dari organisasi adalah identifikasi dan

penaksiran yang berdasarkan pada aset informasi yang terhubung dengan

aset-aset organisasi tersebut.

2.10 Metode Penilaian Risiko OCTAVE Allegro

Keating (2014) menyatakan metode penilaian risiko OCTAVE

Allegro dibuat oleh Carnegie Mellon University Software Engineering

Institute (SEI) yang memiliki kemampuan untuk memberikan hasil

penilaian risiko yang kuat, dengan investasi yang relatif kecil dalam

waktu dan sumber daya, bahkan untuk organisasi-organisasi yang tidak

memiliki keahlian manajemen risiko yang luas.

Menurut Macek & Ivkovic, (2011) OCTAVE Allegro dapat

dilakukan dengan panduan lembar kerja dan panduan kuesioner yang

sudah terdapat dalam lampiran OCTAVE Allegro. Salah satu kelebihan

OCTAVE Allegro selain cocok untuk digunakan oleh individu yang

ingin melakukan penilaian risiko yang komprehensif tanpa keterlibatan

yang luas dari organisasi, ahli atau sumber daya.

Caralli et.al., (2007, p 4), OCTAVE Allegro merupakan salah

satu pendekatan OCTAVE yang dapat digunakan untuk penilaian risiko

pada lingkungan operasional dengan tujuan membuat hasil yang lebih

16

kuat tanpa membutuhkan pengetahuan tentang penilaian risiko secara

berlebihan. Pendekatan ini berfokus bagaimana informasi tentang aset

ini digunakan, lokasinya, di proses, dan bagaimana aset tersebut bisa

bertemu dengan ancaman yang menghasilkan kerusakan. Kata allegro:

(al-leg-ro) berarti dalam tempo yang cepat dan lincah. Hal ini

menggambarkan kinerja OCTAVE Allegro yang lincah dan cepat.

Metode OCTAVE merupakan singkatan dari the Operationally

Critical Threat, Aset, and Vulnerability Evaluation. Metode OCTAVE

melakukan penilaian risiko berdasarkan pada tiga prinsip dasar Jurnal

Pustakawan Indonesia Volume 14 No. 1 15 administrasi keamanan,

yaitu: confi- dentiality, integrity, availability. OCTAVE mempunyai dua

varian, yaitu OCTAVE- S dan OCTAVE Allegro. Kata allegro: (al-leg-

ro) berarti dalam tempo yang cepat dan lincah. Hal ini menggambarkan

kinerja OCTAVE Allegro yang lincah dan cepat. Keating (2014)

menyatakan metode penilaian risiko OCTAVE Allegro dibuat oleh

Carnegie Mellon University Software Engineering Institute (SEI) yang

memiliki kemampuan untuk memberikan hasil penilaian risiko yang

kuat, dengan investasi yang relatif kecil dalam waktu dan sumber daya,

bahkan untuk organisasi-organisasi yang tidak memiliki keahlian

manajemen risiko yang luas. OCTAVE Allegro dapat dilaku- kan dalam

bentuk workshop, setting bersama yang didukung dengan panduan,

lembar kerja, dan kuesioner, yang terdapat dalam lampiran OCTAVE

Allegro. Salah satu kelebihan OCTAVE Allegro selain cocok untuk

digunakan oleh individu yang ingin melakukan penilaian risiko yang

17

komprehensif tanpa keterlibatan yang luas dari organisasi, ahli atau

sumber daya yang ada juga memiliki kelebihan lainnya yaitu OCTAVE

Allegro direkomendasikan untuk peniaian risiko container informasi

(Macek & Ivkovic, 2011).

Metode OCTAVE memiliki tiga jenis yaitu OCTAVE,

OCTAVE-S dan OCTAVE Allegro. OCTAVE merupakan seperangkat

peralatan, teknik dan metode untuk penilaian dan perencanaan keamanan

sistem informasi berbasis risiko. OCTAVE Allegro merupakan metode

yang disederhanakan yang fokus pada aset informasi. OCTAVE Allegro

dapat dilakukan dengan metoda workshop-style dan kolaboratif.

Penggunaan metode OCTAVE Allegro lebih ditujukan kepada

sebuah penilaian yang lebih luas terhadap lingkungan operasional dari

sebuah organisasi, dengan harapan melalui metode ini akan memperoleh

hasil yang lebih baik tanpa pengetahuan yang lebih luas dalam

melakukan proses penilian risiko. Fokus OCTAVE Allegro lebih kepada

aset informasi dalam hal bagaimana aset tersebut digunakan, disimpan,

dipindahkan dan diolah serta bagaimana aset informasi tersebut terkena

ancaman, kerentanan, dan gangguan sebagai hasil yang ditimbulkan.

OCTAVE Allegro memiliki 4 besaran aktivitas dengan 8 langkah dan 21

aktivitas. Berikut gambar aktivitas dari metode OCTAVE Allegro:

18

Gambar 2.1 Langkah – Langkah OCTAVE Allegro

19

1. Membangun Kriteria Pengukuran Risiko.

Langkah ini terdapat dua kegiatan, diawali dengan membangun

organizational drivers digunakan untuk mengevaluasi dampak

risiko pada misi dan tujuan bisnis, serta mengenali impact area

yang paling penting. Kegiatan 1 yaitu membuat definisi ukuran

kualitatif yang di dokumentasikan pada Risk Measurement

Criteria Worksheets. Kegiatan dua melakukan pemberian nilai

prioritas impact area menggunakan Impact Area Ranking

Worksheet.

2. Mengembangkan Profil Aset Informasi

Terdiri dari delapan kegiatan, diawali dengan

identifikasi aset informasi selanjutnya dilakukan penilaian

risiko terstruktur pada aset yang kritis. kegiatan tiga dan empat

mengumpulkan i nformasi mengenai information aset yang

penting di lanjutkan dengan membuat dokumentasi alasan

pemilihan aset informasi kritis. Kegiatan lima dan enam

membuat deskripsi aset informasi kritis kemudian

mengidentifikasi kepemilikan dari aset informasi kritis

tersebut. Kegiatan tujuh mengisi kebutuhan keamanan untuk

confidentiality, integrity dan availaibility. Kegiatan delapan

mengidentifikasi kebutuhan keamanan yang paling penting

untuk aset informasi.

20

3. Mengidentifikasi Kontainer dari Aset Informasi

Hanya ada satu kegiatan pada langkah tiga, perhatikan

tiga poin penting terkait dengan keamanan dan konsep dari

kontainer aset informasi yaitu cara aset informasi dilindung,

tingkat perlindungan atau pengaman aset informasi dan

kerentanan serta ancaman terhadap kontainer dari aset

informasi.

4. Mengidentifikasi Area Masalah

Kegiatan pada langkah empat yaitu diawali dengan

pengembangan profil risiko dari aset informasi dengan cara

bertukar pikiran untuk mencari komponen ancaman dari situasi

yang mungkin mengancam aset informasi. Dengan

berpedoman pada dokumen Information Asset Risk

Environment Maps dan Information Asset Risk Worksheet

maka dapat dicatat area of concern. Berpedoman pada

dokumen Information Asset Risk Worksheet lakukan review

dari kontainer untuk membuat Area of Concern dan

mendokumentasikan setiap Area of Concern.

5. Mengidentifikasi Skenario Ancaman

Kegiatan satu pada langkah lima yaitu melakukan

identifikasi skenario ancaman tambahan pada aktivitas ini

dapat menggunakan Threat Scenarios Questionnaries.

21

Kegiatan dua melengkapi Information Asset Risk Worksheets

untuk setiap threat scenario yang umum.

6. Mengidentifikasi Risiko

Kegiatan satu pada langkah 6 menentukan threat

scenario yang telah di dokumentasikan di Information Asset

Risk Worksheet dapat memberikan dampak bagi instansi.

7. Menganalisis Risiko

Kegiatan harus dilakukan mengacu pada dokumentasi

yang terdapat pada Information Asset Risk Worksheet. Kegiatan

satu dimulai dengan melakukan review risk measurement

criteria dilanjutkan dengan kegiatan kedua menghitung nilai

risiko relatif yang dapat digunakan untuk menganalisis risiko

dan memutuskan strategi terbaik dalam menghadapi risiko.

8. Memilih Pendekatan Pengurangan Resiko

Kegiatan satu pada langkah delapan yaitu mengurutkan

setiap risiko yang telah diidentifikasi berdasarkan nilai

risikonya. Hal ini dilakukan untuk membantu dalam

pengambilan keputusan status mitigasi risiko tersebut.

Kegiatan dua melakukan pendekatan mitigasi untuk setiap

risiko dengan berpedoman pada kondisi yang unik di instansi

tersebut.

Berdasarkan studi yang sudah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa OCTAVE Allegro memiliki beberapa

22

keunggulan yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian

manajemen risiko antara lain

1. OCTAVE Allegro tidak membutuhkan keahlian atau

pengetahuan yang lebih dalam pelaksanaannya.

2. Hasil penilaian risiko yang kuat namun tidak

membutuhkan investasi besar dari sisi sumber daya dan

waktu untuk pelaksanaannya.

3. Bisa dilakukan oleh individu yang ingin melakukan

penilaian risiko yang komprehensif.

4. Berfokus untuk menilai bagaimana aset informasi itu

ditempatkan, digunakan, dan diproses sehingga

penilaian risiko bisa lebih akurat.

Disisi lain terdapat metode OCTAVE yang

dikembangkan sebelum OCTAVE Allegro. Ada metode

OCTAVE dan ada metode OCTAVE-S kedua metode ini

dikembangkan oleh Carnegie Mello University Software

Engineering Institute (SEI). Menurut Alberts (2003) metode

OCTAVE merupakan metode terstruktur untuk tim analisis yang

memerlukan pengetahuan mengenai IT dan isu keamanannya.

Metode ini juga memerlukan pikiran terbuka dan pendekatan

dengan brainstorming untuk mengumpulkan dan menganalisa

informasi. Metode OCTAVE-S menawarkan metode yang lebih

terstruktur. Konsep keamanan sudah diterapkan dalam lembar

kerja OCTAVE-S. Memungkinkan seseorang yang tidak

23

memiliki banyak pengalaman dapat menggunakan metode ini

dengan mengikuti tahapan dan panduan yang sudah dijelaskan

pada metode OCTAVE-S.

Berdasarkan studi mengenai metode OCTAVE dapat

dibuatkan suatu perbandingan sebagai berikut

Tabel 2.2 Perbandingan Metode OCTAVE, OCTAVE-S, OCTAVE Allegro

B

e

r

d

a

b

e

r

d

a

s

a

r

k

B

e

r

d

a

OCTAVE OCTAVE-S OCTAVE Allegro

Membutuhkan keahlian Menjelaskan Tidak membutuhkan

dan pengetahuan tentang konsep keamanan pengetahuan atau keahlian

IT dan keamanan IT yang sudah tentang penilaian risiko

(Alberts et,al 2003) dijelaskan dalam secara berlebihan (Caralli

panduan metode et,al 2007)

OCTAVE-S

(Alberts et,al 2003)

Membutuhkan suatu tim Membutuhkan Cocok digunakan oleh

dan membutuhkan 1 orang suatu tim dengan individu yang ingin

yang memiliki pengetahuan melakukan penilaian risiko

kemampuan untuk mendalam tentang secara komprehensif

menjalankan infrastruktur perusahaan (Alberts (Macek & Ivkovic, 2011)

IT (Alberts et,al 2003) et,al 2003)

Cocok untuk perusahaan Cocok untuk Berfokus ke bagaimana aset

yang mengelola perusahaan yang sistem informasi itu dikelola

infrastruktur IT-nya mengalih dayakan baik internal atau eksternal

sendiri (Alberts et,al fungsi IT (Alberts (Caralli et,al 2007)

2003) et,al 2003)

24

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

OCTAVE Allegro merupakan metode yang cocok untuk digunakan

untuk menganalisa risiko sistem informasi pada SIAS SMK Bina

Prestasi Balikpapan

2.11. Penelitian Sebellumnya Yang Menggunakan Metode

Octave Allegro

1. Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan, Merry, Nelly (2011, Vol. 5,

No. 1), bertujuan mengidentifikasi risiko teknologi informasi

perusahaan, untuk menilai semua risiko, dan mengambil tindakan

keamanan untuk pemecahan masalah menggunakan OCTAVE-S.

Metode yang digunakan dengan mengumpulkan data dan metode

analisis. Pengumpulan data dilakukan dengan kajian pustaka dan studi

lapangan melalui wawancara dan observasi

2. Penilitian yang dilakukan oleh Deni, dkk (2013) membahas tentang

manajemen risiko sistem informasi Akademik pada perguruan

tinggi.Metode yang digunakan pada penelitiannya adalah metode

OCTAVE-Allegro. Penelitian yang di lakukan fokus pada analisis

risiko aset informasi pada Sistem Informasi Akademik (SIA).

Dari hasil perhitungan nilai risiko pada system informasi akademi

berdasarkan relative risk score menunjukkan bahwa kesalahan pada

jumlah data nilai yang dilakukan staff administrasi kemahasiswaan

menghasilkan nilai dari reputasi dan kepercayaan

pelanggan/mahasiswa adalah 10 (Medium), Finansial adalah 4 (Low),

25

Produktivitas adalah 9 (High), Keamanan adalah 1 (Low) dengan total

score 24

3. Penilaian Risiko Kerawanan Informasi Dengan Menggunakan Metode

Octave Allegro Rosini , Meutia Rachmaniah , Badollahi Mustafa

Mahasiswa Pascasarjana IPB Program Studi Magister Teknologi

Informasi Penelitian ini berusaha mendeskripsikan hasil kajian dari

setiap tahap atau lembar kerja yang diadopsi dari metode OCTAVE

allegro dalam menilai potensi kerawanan di Perpustakaan X. Penilaian

risiko pada dasarnya merupakan proses identifikasi terhadap aset

informasi, ancaman, dan kerawanan. Dengan menggunakan metode

OCTAVE Allegro maka hasil penilaian risiko dapat dilakukan.

Perpustakaan X memiliki 10 aset yang dianggap kritis. Tiga aset

dimiliki oleh Ka UPT Perpustakaan. Satu aset dimiliki Kasub unit

layanan administrasi yaitu Data koleksi baru. Satu aset milik Kasub

unit pengolahan. Dua aset milik Kasub unit layanan sirkulasi. Sisanya

tiga aset milik oleh Kasub Unit Referens. Pemilik aset informasi disini

merupakan para pengelola yang bertanggungjawab terhadap

kelangsungan dan keamanan aset informasi di Perpustakaan X. Pada

10 aset informasi yang ada pada Perpustakaan X terdokumentasi ada

10 aset yang memiliki integritas. Sembilan aset informasi kritis

memiliki kerahasiaan. Tujuh aset yang memiliki ketersediaan. Serta

ada dua aset yang memiliki karakteristik kepemilikan (possession).

Lima aset informasi dinyatakan integritas sebagai syarat keamanan

terpenting pada aset informmasi Mahasiswa Pascasarjana IPB Program

26

Studi Magister Teknologi Informasiasi. Sedangkan sisanya lima aset

dinyatakan ketersediaan sebagai persyaratan keamanan yang paling

penting. Area of concern merupakan salah satu ancaman bagi aset

informasi dimana terdapat sebanyak 52 area of concern yang berasal

dari 10 aset informasi. Pelaku ancaman terhadap aset informasi di

Perpustakaan X dibagi dalam 3 kategori. Kategori internal

Perpustakaan X terc Usakti ada 13 pelaku dan sisanya ada 2 pelaku

dari kategori eksternal. Skenario ancaman yang dapat menyebabkan

aset informasi menjadi terbuka (disclosure) terdapat pada 7 area of

concern, menyebabkan rusak (destruction) terdapat pada 27 area of

concern, menyebabkan perubahan (modification) ada pada 6 area of

concern, dan yang dapat menyebabkan layanan terganggu

(interruption) ada pada 34 area of concern. Peluang yang paling sedikit

adalah Kategori siding yaitu sebanyak 16 probabilitas,kategori

tinggi sebanyak 17 probabilitas, dan kategori rendah sebanyak 19

probabilitas. Ada 62 konsekuensi dari 52 area of concern jika skenario

ancaman terjadi. Konsekuensi yang terbanyak ada pada dokumen

elektronik koleksi X-ana, yaitu dari 6 area of concern menghasilkan 10

konsekuensi, Gambaran tingkat kerawanan informasi berdasarkan

matriks nilai risiko relatif berada pada kategori 3 atau tingkat cukup.

Untuk mengatasi berbagai kera- wanan informasi yang ada,

Perpustakaan X perlu menyesuaikan pengurangan risiko yang

dilakukan pada masing- masing area of concern yang disebut kontrol

atau kendali risiko. Dari hasil penilaian risiko ini, yang dapat

27

dilakukan adalah mengurangi atau menghilangkan risiko (mitigate)

sebanyak 21 area of concern, memindahkan risiko (transfer) atau

mitigate sebanyak 16 area of concern, menunda risiko (defer) sebanyak

12 area of concern, dan menerima risiko (accept) atau menunda

sebanyak 3 area of concern. atat ada 14 pelaku, kategori internal

4. Manajemen Risiko Sistem Informasi Akademik pada Perguruan Tinggi

Menggunakan Metoda Octave Allegro Deni Ahmad Jakaria , R. Teduh

Dirgahayu , Hendrik Magister Informatika, Seminar Nasional Aplikasi

Teknologi Informasi (SNATI) 2013 Yogyakarta, 15 Juni 2013

Penelitian ini akan mengamati layanan akademik berbasis web pada

salah satu Perguruan Tinggi. Penelitian ini memfokuskan pada

identifikasi, analisis dan penilaian risiko Sistem Informasi Akademik

berbasis web pada Perguruan Tinggi menggunakan metoda OCTAVE

Allegro. Saat ini belum banyak institusi yang melakukan risk

assessment pada sistem informasi yang digunakan. Di satu sisi sistem

informasi telah menjadi bagian yang sulit dipisahkan pada hampir

setiap proses bisnis di institusi tersebut. Dengan demikian jika terdapat

gangguan pada sistem informasi maka dapat mengganggu

keberlangsungan proses bisnis institusi yang bersangkutan.

OCTAVE Allegro merupakan salah satu metoda manajemen risiko

sistem informasi yang dapat diterapkan pada perguruan tinggi tanpa

memerlukan keterlibatan yang ekstensif di dalam organisasi dan

difokuskan pada aset informasi yang kritis bagi keberlangsungan

organisasi dalam mencapai misi dan tujuannya. Penilaian risiko dapat

28

memberikan gambaran mengenai kemungkinan adanya ancaman pada

aset kritikal dan mengambil langkah – langkah pencegahan yang tepat

untuk meminimalkan kemungkinan ancaman tersebut terjadi. Dari

hasil penilaian risiko maka pembuat kebijakan dapat membuat

perencanaan strategis untuk menjaga aset informasi kritikal secara

tepat serta langkah – langkah pemulihan jika skenario ancaman benar –

benar.