bab 2 raj backup

26
BAB II DATA DAN FAKTA A. Gambaran Umum Direktorat Penilaian Direktorat Penilaian merupakan bagian dari organisasi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Direktorat ini terletak di lantai 6 (Enam) Gedung Sjafruddin Prawiranegara, Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4. Direktorat Penilaian terdiri atas: i. Subdirektorat Standardisasi Penilaian Properti; ii. Subdirektorat Standardisasi Penilaian Bisnis dan Sumber Daya Alam; iii. Subdirektorat Peningkatan Kualitas Penilai Pemerintah; iv. Subdirektorat Analisis Data dan Informasi Penilaian;

Upload: dedy-sahputra-sirait

Post on 25-Jul-2015

84 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Raj Backup

BAB II

DATA DAN FAKTA

A. Gambaran Umum Direktorat Penilaian

Direktorat Penilaian merupakan bagian dari organisasi Direktorat Jenderal

Kekayaan Negara. Direktorat ini terletak di lantai 6 (Enam) Gedung Sjafruddin

Prawiranegara, Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4. Direktorat Penilaian terdiri atas:

i. Subdirektorat Standardisasi Penilaian Properti;

ii. Subdirektorat Standardisasi Penilaian Bisnis dan Sumber Daya Alam;

iii. Subdirektorat Peningkatan Kualitas Penilai Pemerintah;

iv. Subdirektorat Analisis Data dan Informasi Penilaian;

v. Subbagian Tata Usaha; dan

vi. Kelompok Jabatan Fungsional.

Direktorat Penilaian Direktorat Jenderal Kekayaan Negara mempunyai tugas dan

fungsi yang dirumuskan dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 Peraturan Menteri

Page 2: Bab 2 Raj Backup

Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010. Tugas Direktorat Penilaian yaitu merumuskan

serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang penilaian. Adapun

dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1131 Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.01/2010, Direktorat Penilaian

menyelenggarakan fungi:

a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian;

b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian;

c. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian;

d. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penilaian; dan

e. Pelaksanaan urusan tata usaha direktorat.

Salah satu subdirektorat dalam Direktorat Penilaian adalah Subdirektorat

Standardisasi Penilaian Properti. Subdirektorat ini memiliki tugas untuk menyiapkan

perumusan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang penilaian real properti dan

properti khusus, analisis dan evaluasi kebijakan teknis di bidang penilaian real

properti dan properti khusus, dan pelaksanaan penilaian.

Di dalam Subdirektorat Standardisasi Penilaian Properti, terdapat 4 seksi yaitu

Seksi Standardisasi Penilaian Properti I, Seksi Standardisasi Penilaian Properti II,

Seksi Standaridisasi Penilaiaan Properti Khusus I, dan Seksi Standaridisasi Penilaiaan

Properti Khusus II yang secara umum bertugas untuk masing-masing mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan kebijakan dan standardisasi teknis, analisis, serta

evaluasi kebijakan di bidang penilaian, serta pelaksanaan penilaian, sesuai penugasan

yang diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal. Dari tugas-tugas yang tercantum

Page 3: Bab 2 Raj Backup

tersebut terdapat pelaksanaan penilaian. Pelaksanaan penilaian juga mencakup

penilaian barang rampasan dan barang gratifikasi.

B. Landasan Teori

1. Dasar Hukum

Peraturan yang mengatur penilaian BMN yang berasal dari rampasan dan barang

gratifikasi adalah antara lain:

a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179/PMK.06/2009 tentang Penilaian Barang

Milik Negara.

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 03/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara yang Berasal dari Barang Rampasan dan Barang Gratifikasi

Negara.

2. Pengertian dan Ketentuan Penilaian Barang Rampasan dan Barang Gratifikasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 03/PMK.06/2011 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara yang Berasal dari Barang Rampasan Negara dan

Barang Gratifikasi, Barang Rampasan Negara adalah Barang Milik Negara yang

berasal dari barang bukti yang ditetapkan dirampas untuk negara berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Sedangkan Barang

Gratifikasi adalah barang yang telah ditetapkan status gratifikasinya menjadi milik

Negara oleh Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi. Selain itu, yang dimaksud

dengan pengurusan rampasan negara adalah serangkaian kegiatan yang meliputi

pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan,

penatausahaan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian atas barang rampasan

Page 4: Bab 2 Raj Backup

negara. Seperti yang telah tertulis di batasan masalah, yang akan dibahas di Laporan

Penilaian ini adalah masalah penilaian barang rampasan dan barang gratifikasi.

penilaian adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh penilai untuk memberikan suatu

opini nilai atas suatu objek penilaian pada saat tertentu dalam rangka pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D). Penilai terbatas pada penilaian untuk

mendapatkan nilai wajar saja. Defenisi nilai wajar adalah perkiraan jumlah uang pada

tanggal penilaian, yang dapat diperoleh dari transaksi jual beli, hasil penukaran, atau

penyewaan suatu properti, antara pembeli yang berminat membeli dan penjual yang

berminat menjual atau antara penyewa yang berminat menyewa dan pihak yang

berminat menyewakan dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang penawarannya

dilakukan secara layak dalam waktu yang cukup, dimana kedua pihak masing-masing

mengetahui kegunaan properti tersebut bertindak hati-hati, dan tanpa paksaan. Yang

akan dibahas di laporan ini nilai wajar ditetapkan oleh penilai dalam rangka

menentukan nilai limit lelang. Nilai limit adalah nilai terendah atas pelepasan barang

dalam lelang.

Adapun lingkup Aset Bekas Milik Asing/Cina merupakan tanah dan/atau

bangunan bekas milik :

a. Perkumpulan-perkumpulan Cina yang dinyatakan terlarang dan dibubarkan

dengan peraturan Penguasa Perang Pusat;

b. Perkumpulan/aliran kepercayaan asing yang tidak sesuai dengan kepribadian

Bangsa Indonesia yang dinyatakan terlarang dan dibubarkan;

c. Perkumpulan-perkumpulan yang menjadi sasaran aksi massa/kesatuan-kesatuan

aksi tahun 1965/1966 sebagai akibat keterlibatan Republik Rakyat Tjina (RRT)

Page 5: Bab 2 Raj Backup

dalam pemberontakan G.30.S/PKI yang diterbitkan dan dikuasai oleh Penguasa

Pelaksana Dwikora Daerah; atau

d. Organisasi yang didirikan oleh dan/atau untuk orang Tionghoa perantauan (Hoa

Kiauw) yang bukan Warga Negara Asing yang telah mempunyai hubungan

diplomatic dengan Negara Republik Indonesia dan/atau memperoleh pengakuan

dari Negara Republik Indonesia, beserta cabang-cabang dan bagian-bagiannya.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.06/2011 tentang Perubahan

Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.06/2008 Tentang Penyelesaian

Aset Bekas Milik Asing/Cina, disebutkan dalam penyelesaian status kepemilikan

dengan cara dilepaskan penguasaannya dari negara kepada pihak ketiga dengan cara

pembayaran kompensasi kepada pemerintah dengan menyetorkannya ke kas negara,

pelaksanaannya diatur sebagai berikut:

a. Bagi aset yang dipergunakan oleh swasta untuk kegiatan komersial dan rumah

tinggal, besarnya kompensasi ditetapkan sebesar 100% (seratus perseratus)dari

nilai aset.

b. Bagi aset yang dipergunakan oleh swasta untuk kegiatan sosial, besarnya

kompensasi ditetapkan dengan keringanan sebesar 50% (lima puluh perseratus)

dari nilai aset.

c. Bagi aset yang dipergunakan oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS)/anggota Tentara

Nasional Indonesia(TNI)/Kepolisia Republik Indonesia(POLRI), baik yang masih

aktif, telah pensiun/purna tugas, maupun oleh janda/duda PNS/anggota

TNI/POLRI untuk rumah tinggal, yang didasarkan pada suatu keputusan yang

Page 6: Bab 2 Raj Backup

diterbitkan oleh instansi yang berwenang, besarnya kompensasi ditetapkan dengan

keringanan sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari nilai aset.

d. Bagi aset yang dipergunakan untuk kegiatan peribadatan yang diakui Pemerintah,

besarnya kompensasi ditetapkan sebesar 0% (nol perseratus) dari nilai aset.

Dalam draft Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara pengganti Peraturan

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor PER-01/KN/2010 tentang Petunjuk

Teknis Penyelesaian Aset Milik Asing/Cina, yang dimaksud dengan:

a. Tim Penyelesaian adalah Tim Penyelesaian Aset Bekas Milik Asing/Cina Tingkat

Pusat;

b. Tim Asistensi Daerah yang selanjutnya disebut Tim Asistensi adalah Tim

Asistensi Penyelesaian Aset Bekas Milik Asing/Cina Tingkat Daerah;

c. Pemohon adalah Pihak Ketiga antara lain pejabat yang berwenang/ditunjuk oleh

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, Swasta baik individu maupun

organisasi, dan Badan Usaha Milik Negara/Daerah;

d. Surat Pernyataan Penerima Pelepasan Hak (SP3H) adalah surat pernyataan yang

dibuat serta ditandatangani oleh Pemohon dan saksi saksi antara lain Direktur

Jenderal atas nama Menteri, Kepala Kantor Wilayah serta Kepala Kantor

Pertanahan setempat.

C. Gambaran Proses Penyelesaian ABMA/C yang Dilepaskan Hak

Penguasaannya dari Negara kepada Pihak Ketiga dengan Pembayaran

Kompensasi

Page 7: Bab 2 Raj Backup

Berdasarkan draft Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara pengganti

Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor PER-01/KN/2010 tentang

Petunjuk Teknis Penyelesaian Aset Bekas Milik Asing/Cina, proses penyelesaian Aset

Bekas Milik Asing/Cina dengan pelepasan penguasaannya dari negara kepada pihak

ketiga dengan cara pembayaran kompensasi diatur dalam pasal 10-19 yang meliputi

proses sebagai berikut:

a. Usul penyelesaian status kepemilikan dengan dilepaskan penguasaannya dari

negara kepada pihak ketiga dengan cara pembayaran kompensasi kepada

pemerintah dengan menyetorkan ke kas negara diajukan oleh pemohon untuk

kepentingan:

1) Komersial atau rumah tinggal

2) Sosial

3) Pendidikan

4) Tempat tinggal PNS/POLRI/TNI baik aktif/telah pensiun

5) Tempat ibadah

Pemohon dapat berasal dari pihak swasta baik perorangan maupun badan usaha,

Badan Usaha Milik Negara/Daerah, anggota PNS/POLRI/TNI yang aktif atau

telah pensiun.

b. Pemohon yang dapat mengajukan usulan harus telah menempati/menghuni Aset

Bekas Milik Asing/Cina terus menerus paling sedikit 5(lima) tahun., dengan surat

keterangan dari pejabat kelurahan dan kecamatan setempat. Selain itu, terkecuali

Badan Usaha Milik Negara/Daerah, berdasarkan surat keterangan instansi

berwenang, pemohon bukan merupakan reinkarnasi/penerus/onderbouw/

Page 8: Bab 2 Raj Backup

perkumpulan/yayasan terlarang/eksklusif rasial sebagaimana tercantum dalam

Buku Petunjuk Penanganan Organisasi Eklusif Rasial (Buku Merah Putih) yang

dahulu menguasai aset.

c. Usulan diajukan secara tertulis yang ditujukan kepada Ketua Tim Asistensi

dengan dilampiri dokumen-dokumen yang diperlukan. Selanjutnya usulan

tersebut ditindaklanjuti dengan melakukan pembahasan dan penelitian oleh Tim

Asistensi yang dapat berkoordinasi dengan instansi lain yang berwenang dan

dapat melibatkan Pemohon. Hasil penelitian dan pembahasan dituang dalam

Berita Acara dengan disertai rekomendasi dari Tim Asistensi disampaikan oleh

Kepala Kantor Wilayah selaku Ketua Tim Asistensi kepada Direktur Jenderal u.p.

Direktur.

d. Berita Acara selanjutnya dibahas oleh Tim Penyelesaian. Jika diperlukan, Tim

Penyelesaian dapat melakukan penelitian lebih lanjut atas Berita Acara. Hasil

pembahasan atas Berita Acara dituang dalam Notulen sebagai rekomendasi,

ditandatangani oleh ketua dan anggota Tim Penyelesaian (minimal 5 unsur

instansi tingkat pusat). Sedangkan hasil penelitian lanjutan yang dilaksanakan

Tim Penyelesaian dituang dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh ketua

dan/atau anggota Tim Penyelesaian (minimal 2 unsur instansi tingkat pusat).

e. Berdasarkan Notulen dari Tim Penyelesaian, Direktur Jenderal atas nama Menteri

menetapkan:

1) Surat persetujuan besaran kompensasi kepada pemerintah, dalam hal usulan

disetujui; atau

2) Surat penolakan, dalam hal usulan tidak disetujui.

Page 9: Bab 2 Raj Backup

f. Surat persetujuan Direktur Jenderal atas nama Menteri disampaikan Direktur

kepada pemohon dan menjadi dasar bagi pemohon untuk melakukan pembayaran

kompensasi. Pembayaran kompensasi dilakukan secara tunai atau angsuran

dengan jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak tanggal surat

persetujuan Direktur Jenderal atas nama Menteri. Jika jangka waktu tersebut

terlampaui maka dapat diperpanjang paling lama 6 bulan dengan dilakukan

penilaian ulang.

g. Dalam hal pemohon telah melunasi pembayaran kompensasi kepada pemerintah

yang dibuktikan dengan bukti setor ke kas negara, pemohon harus

menandatangani Surat Pernyataan Penerima Pelepasan Hak (SP3H) yang juga

ditandatangani oleh Direktur atas nama Direktur Jenderal, Kepala Kantor

Wilayah selaku Ketua Tim Asistensi, dan Pejabat Kantor Pertanahan selaku

saksi-saksi. Berdasarkan buti setor ke kas negara, Direktur menerbitkan Surat

Keterangan Lunas (SKL).

h. Bukti setor, SP3H, SKL dan Berita Acara selanjutnya disampaikan oleh Direktur

kepada Direktur Jenderal agar Direktur Jenderal atas nama Menteri Keuangan

menetapkan keputusan pelepasan Aset Bekas Milik Asing/Cina kepada pihak

ketiga yang telah melakukan pembayaran kompensasi kepada pemerintah.

i. Direktur kemudian dapat menindaklanjuti dengan melakukan pencoretan Aset

Bekas Milik Asing/Cina dari daftar Aset Bekas Milik Asing/Cina. Keputusan

Direktur Jenderal atas nama Menteri Keuangan menjadi dasar pemohon

mengurus sertifikat hak kepemilikan di kantor pertanahan.

Page 10: Bab 2 Raj Backup

D. Pelaksanaan Pelepasan Penguasaan ABMA/C di Direktorat Pengelolaan

Kekayaan Negara dan Sistem Informasi

Pelaksanaan pelepasan penguasaan Aset Bekas Milik Asing/Cina yang

dilaksanakan oleh Direktorat Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi

mencakup wilayah kerja di seluruh wilayah Indonesia. Pelaksanaannya itu sendiri

relatif berjalan lambat dikarenakan dalam pelaksanaan penyelesaian itu sendiri

membutuhkan waktu yang tidak sebentar hingga diterbitkannya Keputusan Menteri

Keuangan yang menetapkan bahwa aset telah dilepaskan kepada pemohon.

Dalam pelaksanaan penyelesaian Aset Bekas Milik Asing/Cina dengan dilepaskan

penguasaannya kepada pihak ketiga dalam jangka waktu 2009 hingga 2011, hanya

ada 2 aset yang telah diselesaikan pembayaran kompensasinya oleh pemohon. Di

tahun 2011, Aset Bekas Milik Asing/Cina yang pembayaran kompensasi telah selesai

berada dalam wilayah kerja Kanwil X Surabaya. Aset yang dilepaskan tersebut

terletak di Jalan Sultan Agung, Kelurahan Ketawi, Kecamatan Ngawi, Kabupaten

Ngawi atas usulan pihak ketiga yaitu Yayasan Kegembiraan Baru ”Sien Hien Kiong”.

Aset seluas 2429m2 tersebut dilepaskan dengan diterbitkannya Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 40/KM.6/2011 tanggal 5 April 2011 yang menetapkan bahwa aset

dilepaskan dengan pembayaran kompensasi sebesar 0% (nol perseratus) dari nilai

aset. Keputusan melepaskan aset dengan kompensasi sebesar 0% dikarenakan Aset

Bekas Milik Asing/Cina tersebut dipergunakan untuk tempat peribadatan.

Page 11: Bab 2 Raj Backup

Aset Bekas Milik Asing/Cina lainnya yang telah dilepaskan penguasaannya

kepada pihak ketiga dengan pembayaran kompensasi berada dalam wilayah kerja

Kanwil IV Palembang yang terletak di Jalan S. Parman (Jalan Kelenteng No.178),

Tanjung Pandan, Belitung. Aset tersebut dilepaskan kepada Yayasan Budi Dharma

”Hok Tek”. Aset yang memiliki luas 947,47m2 tersebut dilepaskan dengan

pembayaran kompensasi sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari nilai aset yang

senilai Rp692.815.000 (enam ratus sembilan puluh dua juta delapan ratus lima belas

ribu rupiah). Pihak Yayasan Budi Dharma ”Hok Tek” berkewajiban membayar

sebesar Rp346.407.000 (Tiga ratus empat puluh enam juta empat ratus tujuh ribu

rupiah) yang telah dibayarkan 2 kali, yaitu dibayarkan pada tanggal 8 April 2009

sebesar Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan pembayaran kedua dilakukan pada

tanggal 29 April 2009 sebesar Rp146.407.000 (seratus empat puluh enam juta empat

ratus tujuh ribu rupiah). Uang hasil pembayaran kompensasi selanjutnya dimasukkan

dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), sedangkan asetnya dilepaskan

dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 167/KM.6/2009 tanggal

21 Oktober 2009.

Sebelumnya telah dilakukan pelepasan Aset Bekas Milik Asing/Cina (ABMA/C)

di tahun 2007, sebelum Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.06/2008. Aset

yang terletak di Jalan Jaksa Agung Suprapto No.37 Bojonegoro dilepaskan kepada

Yayasan Pendidikan Kesehatan Bojonegoro (YPKB) dengan masih berpedoman pada

Surat Menteri Keuagan nomor S-5321/MK.6/2006 tanggal 20 Juli 2006. Aset Bekas

Milik Asing/Cina yang hendak dilepaskan bernilai Rp593.340.000 (Lima ratus

sembilan puluh tiga juta tiga ratus empat puluh ribu rupiah), namun karena saat itu

Page 12: Bab 2 Raj Backup

aset hendak digunakan untuk kegiatan pendidikan maka YPKB berkewajiban

membayar kompensasi hanya sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari nilai aset,

yaitu sebesar Rp296.670.000 (Dua ratus sembilan puluh enam juta enam ratus tujuh

puluh ribu rupiah).

Aset-aset tersebut dilepaskan kepada masing-masing pemohon dengan

pembayaran kompensasi sesuai dengan tujuan penggunaan awal yang diajukan oleh

pemohon. Apabila di kemudian hari pemohon berkeinginan untuk mengubah tujuan

penggunaan atau melakukan pemindahtanganan maka pemohon berkewajiban

membayarkan sisa kompensasi sebesar yang diatur dalam Peraturan Menteri

Keuangan.

Tabel 2.1

Daftar ABMA/C yang Diselesaikan dengan Pembayaran Kompensasi

No. Alamat dan Pemakai Aset

Luas Tanah

Penetapan Menteri Keuangan

Nilai Kompensasi

1. Jl. Jaksa Agung Suprapto No. 37 BojonegoroYayasan Pendidikan

Kesehatan Bojonegoro

Surat Menteri Keuangan Nomor : S-5321/MK.6/2006

tanggal: 20 Juli 2006

Rp296.670.000(50% dari nilai

aset)

2. Jl. S. Parman (Jl. Kelenteng No.178)Tanjung Pandan,

BelitungYayasan Budi Dharma

”Hok Tek”

947,47m2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 167/MK.6/2009

tanggal: 21 Oktober 2009

Rp346.407.000 (50% dari nilai

aset)

3. Jl. Sultan Agung No.76Kel. Ketawi, Kec.Ngawi,

Kab. NgawiYayasan Kegembiraan

2429m2 Keputusan Menteri Keuangan Nomor:

40/KM.6/2011tanggal: 5 April 2011

0%

Page 13: Bab 2 Raj Backup

Baru ”Sien Hien Kong”Diolah dari Direktorat PNKNL dan Direktorat PKNSI

Berdasarkan data yang penulis peroleh, masih terdapat 340 ABMA/C yang masih

harus diselesaikan dengan cara dilepaskan penguasaannya kepada pihak ketiga

dengan pembayaran kompensasi. Selain itu, dengan diterbitkannya PMK Nomor

154/PMK.06/2011 yang menghapus 2 cara penyelesaian yang sbelumnya terdapat

dalam PMK Nomor 188/PMK.06/2008, yaitu dengan dipetukarkan dengan aset pihak

ketiga dan dihibahkan, maka terdapat kemungkinan sejumlah ABMA/C yang

direkomendasikan untuk diselesaikan dengan cara tersebut dialihkan cara

penyelesaiannya menjadi dilepaskan penguasaannya dengan pembayaran kompensasi.

Tabel 2.2

Daftar Jumlah ABMA/C yang Direkomendasikan Penyelesaiannya

dengan cara Dilepaskan Penguasaannya dengan Pembayaran Kompensasi tahun

2011

Kantor Wilayah Jumlah ABMA/CI 4II 69III 8IV 26V 5VI 2VII 14VIII 38IX 29X 44XI 50XII 6XIII 6XIV 8XV 22

Page 14: Bab 2 Raj Backup

XVI 7XVII 5

Diolah dari Direktorat PNKNL dan Direktorat PKNSI

E. Identifikasi Masalah

Penyelesaian dengan pelepasan penguasaan atas Aset Bekas Milik Asing/Cina

kepada pihak ketiga dengan pembayaran kompensasi kepada pemerintah dengan

menyetorkannya ke kas negara merupakan salah satu dari bentuk bentuk penyelesaian

yang tercantum dalam PMK Nomor 154/PMK.06/2011 yang merubah peraturan

sebelumnya yaitu PMK Nomor 188/PMK.06/2008. Bentuk-bentuk penyelesaian

lainnya yaitu dimantapkan statusnya sebagai Barang Milik Negara/Daerah dengan

diterbitkannya sertifikat atas nama Pemerintah Republik Indonesia/Pemerintah

Daerah, dikembalikan kepada pemilik perorangan yang sah dan dikeluarkan dari

daftar Aset Bekas Milik Asing/Cina. Perbedaan mendasar yang terlihat dalam

pelaksanaan penyelesaian dengan cara dilepaskan penguasaannya dari negara kepada

pihak ketiga dengan pembayaran kompensasi adalah dengan adanya penerimaan kas

dengan bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang diterima melalui

pembayaran kompensasi. Sedangkan penyelesaian dengan cara dimantapkan statusnya

sebagai Barang Milik Negara/Daerah lebih ditujukan untuk optimalisasi aset yang

nantinya dapat digunakan untuk kegiatan operasional pemerintahan.

Penyelesaian dengan cara dikembalikan kepada pemilik yang sah memiliki

persamaan dengan penyelesaian dengan dilepaskan penguasaannya kepada pihak

ketiga dengan pembayaran kompensasi yaitu aset yang tercatat dalam daftar Aset

Page 15: Bab 2 Raj Backup

Bekas Milik Asing/Cina diserahkan kepada pihak ketiga. Namun yang membedakan

dalam penyelesaian dengan cara dikembalikan kepada pemilik yang sah adalah aset

diserahkan kepada pihak ketiga setelah adanya putusan pengadilan yang telah

berkekuatan hukum tetap dan/atau pihak ketiga dapat membuktikan secara benar dan

sah bahwa aset yang bersangkutan merupakan miliknya. Sedangkan pada

penyelesaian dengan dilepaskan penguasaannya kepada pihak ketiga dengan

pembayaran kompensasi setelah pembayaran kompensasi selesai dibayarkan sesuai

dengan penggunaan aset. Selain itu, pihak ketiga yang dapat mengajukan permohonan

adalah pihak ketiga yang merupakan pemegang hak prioritas, yaitu pemohon

merupakan penghuni aset selama minimal 5 tahun.

Dalam pelaksaannya di lapangan, penyelesaian Aset Bekas Milik Asing/Cina

dengan cara dilepaskan penguasaannya kepada pihak ketiga dengan cara pembayaran

kompensasi tidaklah mudah. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam

mengelola Aset Bekas Milik Asing/Cina yang akan dilepaskan penguasaannya kepada

pihak ketiga dengan pembayaran kompensasi. Kendala-kendala tersebut nantinya

menyebabkan terhambatnya penyelesaian Aset Bekas Milik Asing/Cina yang

selanjutnya dapat berpotensi merugikan negara karena Penerimaan Negara Bukan

Pajak yang tidak diterima. Kendala-kendala yang dihadapi Direktorat Pengelolaan

Kekayaan Negara dan Sistem Informasi c.q. Subdirektorat Pengelolaan Kekayaan

Negara III meliputi:

a. Pihak ketiga yang menempati Aset Bekas Milik Asing/Cina merasa telah

memiliki aset sehingga tidak mengakui peraturan terkait Aset Bekas Milik

Asing/Cina, bahkan beberapa pihak ketiga telah menserifikatkan aset tersebut;

Page 16: Bab 2 Raj Backup

b. Pihak ketiga yang memiliki hak prioritas untuk memohon penyelesaian tidak

memiliki kemampuan bayar untuk pembayaran kompensasi;

c. Pemohon meminta perpanjangan waktu pelunasan dari waktu yang ditentukan;

d. Pemohon yang terlambat melunasi pembayaran tidak berkenan dilakukan

penilaian ulang atas aset karena dikhawatirkan nilai aset semakin tinggi yang

semakin membebani mereka.