bab 2 radi pak toyo

Upload: yoyotopten-works-tocrhist

Post on 07-Jul-2015

117 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi SMPN 26 Surakarta 1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya SMPN 26 Surakarta Pada awal berdirinya, SMP Negeri 26 Surakarta merupakan sekolah kejuruan dengan nama Sekolah Kerajinan Negeri (SKN) pada tahun 1951. Kegiatan belajar mengajar pada saat itu masih sangat sederhana dengan perlengkapan-perlengkapan dan sarana, serta prasarana penunjang yang masih terbatas.Untuk meningkatkan mutu pendidikan dari yang semula hanya sekolah kerajinan, maka oleh Pemerintah pada tahun 1965 Sekolah Kerajinan Negeri (SKN) secara resmi diubah menjadi Sekolah Teknik (ST) yaitu Sekolah Teknik (ST) Negeri 6 Surakarta. Penggantian status ini berdasarkan Surat Keputusan Direktur Sekolah Tinggi Jakarta No. 60/Dirt/B.I/65 tanggal 5 April 1965. Surat Keputusan yang dikeluarkan ini merupakan SK Pemerintah dalam peningkatan status institusi/lembaga. Sekolah Tinggi (ST) Negeri 6 Surakarta ini cakupannya lebih luas daripada SKN, dimana siswa-siswanya lebih dikembangkan keahlian dan ketrampilannya dalam bidang teknologi. Kemudian mulai tahun 1994 tepatnya pada tanggal 5 Oktober 1994, ST Negeri 6 Surakarta diubah statusnya menjadi sekolah umum yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Surakarta. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Mendiknas No. 0259/O/1994. Selama berdirinya, SMP Negeri 26 Surakarta sudah mengalami

1

12

2 beberapa kali pergantian Kepala Sekolah. Beberapa Kepala Sekolah yang pernah dan masih memimpin SMP Negeri 26 Surakarta antara lain: 1. Paidi 2. Suherman 3. Soejoed 4. Tukiran 5. Hartanto 6. Suwardi (1966) (1966-1971) (1971-1993) (1993-1995) (1995-2002) (2002-2005)

7. Ratna P. S.Pd (2005-2008) 8. Sutisno. M.Pd (2008- sekarang) 2. Visi dan Misi 2.1. Visi Unggul dalam prestasi dan memiliki pribadi yang cerdas, terampil serta humanis. 2.2. Misi 2.2.1. Menyelenggarakan pendidikan berorientasi pada prestasi baik pengetahuan keterampilan, dan sikap. 2.2.2. Menumbuhkan motivasi belajar yang kuat. 2.2.3. Membekali peserta didik melalui general life skill. 2.2.4. Membentuk sikap penuh kasih dan melayani. 3. Tujuan Sekolah Pada mulanya Sekolah ini didirikan dengan tujuan memberikan ketrampilan dan kerajinan bagi rakyat Indonesia setelah sekian lama tidak pernah merasakan kesempatan memperoleh pendidikan dikarenakan belenggu penjajahan. Banyaknya masyarakat Indonesia yang hidup dengan kebodohan dan ketertinggalan mendorong

3 berdirinya sekolah-sekolah, baik oleh individu (swasta) maupun oleh negara untuk meningkatkan tingkat kecerdasan bangsa Indonesia yang sempat tercabik-cabik oleh penjajahan. Kemudian mulai tahun 1994 tepatnya pada tanggal 5 Oktober 1994, ST Negeri 6 Surakarta diubah statusnya menjadi sekolah umum yaitu Sekolah Menengah Pertama Negeri 26 Surakarta. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Mendiknas No. 0259/O/1994. Perubahan tersebut dilakukan agar siswa yang ditampung dapat lebih banyak karena status/sifatnya yang umum yang pada dasarnya sekolah umum bertujuan untuk menciptakan manusia-manusia yang terampil, ahli dan juga terdidik. 4. Tenaga Pengajar dan Pegawai 4.1. Kepala Sekolah 4.1.1. Tugas Kepala Sekolah

Sekolah merupakan Unit Pelaksana (UPT) terdepan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Kepala Sekolah sebagai orang yang dipercaya memimpin institusi terdepan berkewajiban melaksanakan semua kebijakan Departemen dan mampu menjabarkannya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Semua kebijakan yang dilakukan harus berdasarkan ketentuan yang berlaku. 4.1.2. Fungsi Kepala Sekolah 4.1.2.1 Kepala Sekolah sebagai Edukator Sebagai edukator harus mampu membina, mendidik, dan melatih semua guru dan personil sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing dalam rangka memberikan tambahan pengetahuan keterampilan dan pengalaman maupun perubahan sikap yang lebih positif terhadap pelaksanaan tugas. 4.1.2.2 Kepala Sekolah sebagai Manajer

4 Sebagai manajer harus mampu membagi habis semua tugas kepada guru dan personil sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kemampuan masing-masing. Kepala Sekolah harus mampu membimbing semua personil agar mampu melaksanakan tugas seoptimal mungkin secara efektif dan efisien. Kepala Sekolah harus sanggup mengontrol jalannya pelaksanaan tugas sesuai fungsi dan program yang sudah direncanakan. 4.1.2.3 Kepala Sekolah sebagai Administrasi Sebagai administrasi kepala sekolah harus mampu mendayagunakan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya sarana dan prasarana. 4.1.2.4 Kepala Sekolah sebagai Supervisor Sebagai supervisor kepala sekolah harus memiliki pengetahuan, kemampuan, berpendidikan dan berpengalaman dan mampu bertindak selaku mitra kerja dalam rangka membantu guru dan personil mengembangkan profesionalismenya melalui kegiatan yang efektif. 4.2. Komite Sekolah Komite Sekolah merupakan mitra sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan edukatif yang dilakukan sekolah yang sebelumnya bernama BP3. Untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran di sekolah, diperlukan suatu bentuk hubungan kerjasama berdasarkan kedudukan yang sejajar antara sekolah dengan Komite Sekolah. Kepala Sekolah, pengurus Komite Sekolah, dan semua warga sekolah perlu menjalin dan menunjunjung tinggi hubungan kerja yang bersifat kemitraan dan sinergi demi terwujudnya tujuan pendidikan. Hal ini berarti bahwa Kepala Sekolah maupun pengurus Komite Sekolah tidak saling melanggar wewenang masing-masing tetapi saling bahu-membahu berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan. Tugas utama Komite Sekolah antara lain:

5 4.2.1. Membantu kelancaran penyelenggaraan pendidikan di sekolah 4.2.2. Mendayagunakan kemampuan yang ada pada orang tua, masyarakat, dan lingkungan dimana pendayagunaan tersebut tidak hanya bersifat material keuangan saja tetapi juga bersifat non material seperti pemberian saran dan sumbangan pemikiran 4.2.3. Membantu meningkatkan kualitas pendidikan dan sekolah Pengurus Komite Sekolah terdiri dari staf SMP Negeri 26 Surakarta sendiri, orang tua siswa, serta perwakilan dari masyarakat. Pengurus Komite Sekolah SMP Negeri 26 Surakarta antara lain: Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bendahara : Soerachman, BA : Soeseno : Bambang Martoyo : Suranto, BA

Wakil Bendahara : Suyanto, S.Pd Anggota : Parno

4.3. Tugas Wakil Kepala Sekolah Jumlah wakil kepala sekolah di SMP/SMA berbeda disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sekolah. Namun di SMP Negeri 26 Surakarta hanya memiliki satu yang bertugas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 4.3.1.Menyusun perencanaan, membuat program kegiatan dan jadwal pelaksanaan 4.3.2.Melakukan pengorganisasian, pengarahan, ketenagaan (staffing), pengkoordinasian, pengawasan dan penilaian. 4.3.3.Melakukan identifikasi dan pengumpulan serta penyusunan laporan

6 4.4. Ketatausahaan (TU) Dalam ketatausahaan SMP Negeri 26 Surakarta pembagian tugasnya terdiri dari: 4.4.1.Koordinator/Ka. TU Membantu kepala sekolah dalam mengelola ketenagaan, keuangan, inventaris dan perlengkapan. Sebagai koordinator staf TU Melaksanakan tugas lain yang diberikan kepala sekolah 4.4.2.Staf TU Membuat daftar gaji Melaksanakan sebagian tugas kepegawaian antara lan: pembuatan SK KGB dan urusan Dansos. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Sekolah maupun Kepala TU. 4.4.3.Staf TU II Melaksanakan urusan inventaris/perlengkapan Membantu pustakawan sekolah Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Sekolah maupun Kepala TU. 4.4.4.Staf TU III Melaksanakan urusan rutin/gaji Urusan Askes Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Sekolah maupun Kepala TU. 4.4.5.Staf TU IV Melaksanakan urusan administrasi siswa Melayani/membantu tugas pelayanan eks siswa Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Sekolah maupun Kepala TU 4.4.6.Staf TU V

7 Melaksanakan kebersihan ruangan gedung induk, halaman barat, dan KM/WC timur selatan Membantu mengantar surat dinas/kepentingan lainnya Jaga malam karena domisilinya di sekolah Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Sekolah maupun Kepala TU. 4.4.7.Staf TU VI Melaksanakan kebersihan ruang TU Menerima, mencatat, dan meneruskan surat ke alamat Menata dan menyimpan arsip surat-surat dinas Membantu dan melaksanakan pengetikan surat-surat dinas Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Sekolah maupun Kepala TU. 4.4.8.Staf TU VII Melaksanakan ruang belajar, dan ruangan lainnya Melayani minuman guru/pegawai secara rutin Jaga malam karena domisilinya di sekolah Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Sekolah maupun Kepala TU. 4.5. Guru Bimbingan dan Konseling (BK) Bimbingan dan Konseling (BK) membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 4.5.1. Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling 4.5.2. Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi 4.5.3. Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai 4.5.4. Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling 4.5.5. Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar

8 4.5.6. Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling 4.6 Guru Wali Kelas Wali kelas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 4.6.1. Pengelolaan dan penyelenggaraan administrasi kelas 4.6.2. Penyusunan statistik bulanan dan pengisian daftar nilai siswa 4.6.3. Pembuatan catatan khusus tentang siswa dan mutasi siswa 4.6.7. Pengisian dan pembagian buku laporan pendidikan (rapor) 4.7. Guru Mata Pelajaran (Mapel) Tugas dan tanggung jawab guru mata pelajaran antara lain: 4.7.1. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar 4.7.2. Mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya. 4.7.3. Membuat catatan kemajuan hasil belajar masing-masing siswa 4.7.4. Memeriksa tingkat pemahaman siswa tentang pelajaran yang diberikan. Di samping itu, untuk membantu penyelenggaraan urusan-urusan lain yang mendukung kegiatan sehari-hari sekolah agar lebih efektif dan efisien, maka ada pembagian tugas-tugas lain, yaitu: 1. Urusan Kurikulum Tugas urusan kurikulum secara garis besarnya adalah selalu melakukan pengembangan kurikulum pendidikan sesuai dengan kurikulum pengajaran yang digariskan oleh Pemerintah yang setiap tahun dapat berubah-ubah supaya tidak tertinggal.

2. Urusan Kesiswaan

9 Tugas urusan kesiswaan secara garis besanya adalah mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan siswa seperti OSIS, Pramuka, PMR, penyeleksian calon penerima beasiswa, dan sebagainya. 3. Urusan Sarana dan Prasarana Berusaha melengkapi sarana dan prasarana secara bertahap sesuai dengan kemampuan sekolah guna menunjang proses belajar mengajar. 5. Letak Geografis SMP Negeri 26 Surakarta berlokasi di jalan Joyonegaran No. 2, Kelurahan Kepatihan Barat, Kecamatan Jebres, Solo 57129. SMP Negeri 26 Surakarta menempati posisi yang cukup strategis, meskipun letaknya agak tersembunyi tapi masih sangat dekat dengan jalan raya sehingga mudah dijangkau dengan sarana transportasi seperti bus kota, angkutan kota (angkot), maupun kendaraan pribadi. Dengan demikian maka siswa-siswi, guru, maupun karyawan dari manapun tidak akan mengalami kesulitan dalam menjangkau lokasi sekolah. Sedangkan kondisi lingkungan sekitar sekolah dapat dikatakan cukup aman dan kondusif sehingga sangat mendukung kegiatan belajar mengajar. Hal ini karena letak sekolah berada di tengah-tengah perkampungan penduduk dan dapat dikatakan sudah menyatu dengan lingkungan eksternalnya (sosial) serta sudah menjadi salah satu bagian penting dalam kehidupan masyarakat sekitar sekolah sehingga masyarakat sekitar pun ikut menjaga keberadaan SMP Negeri 26 Surakarta.

6. Organisasi

10 Struktur Organisasi SMP Negeri 26 SurakartaKomite Sekolah Kepala Sekolah

Wakil Kepsek Ketatausahaan (TU)

Guru Mapel

Wali Kelas

Guru BK

Siswa

7. Program Kegiatan SMPN 26 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 7.1. Bidang Intra Kurikuler Materi pelajaran di SMP Negeri 26 Surakarta didasarkan atas kurikulum yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan. Kurikulum 1994 mulai dilaksanakan pada tahun 1994/1995. Kurikulum ini ditemui pelaksanaannya pada kelas III. Pada tahun 2004/2005 kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi mulai berlaku dan sekarang dapat ditemui pada kelas I dan kelas II. 7.2. Bidang Ekstra Kurikuler dan Wawasan Keilmuan Untuk meningkatkan SMP Negeri 26 Surakarta dilaksanakan dengan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang mengarah pada peningkatan skill (ketrampilan). Setiap siswa diwajibkan mengikuti kegiatan tersebut sesuai dengan minat masing-masing. Adapun bentuk kegiatan ekstrakurikuler tersebut antara lain: 7.2.1. Komputer 7.2.2. Pramuka 7.2.3.Keolahragaan

11 7.2.4. Keadaan siswa, tugas dan kewajiban selama di sekolah Pada waktu di sekolah ketika pelajaran berlangsung para siswa wajib datang di sekolah paling lambat 5 menit sebelum pelajaran dimulai, masuk ruang kelas dengan tertib dan teratur, memulai pelajaran dengan doa, bersiap untuk menerima pelajaran dan wajib melapor kepada guru jaga atau guru piket apabila terlambat lebih dari 10 menit dan telah mendapatkan ijin masuk kelas. Pada waktu di sekolah setelah jam pelajaran selesai, bila meninggalkan sekolah sebelum jam pelajaran sekolah siswa wajib meminta ijin kepada guru jaga (piket) karena sakit, ada keperluan dengan surat keterangan dari orang tua/wali dan atau dispensasi. Siswa yang berhalangan hadir ada bukti surat dari orang tua/wali kelas dan siswa yang meninggalkan sekolah sebelum waktunya tanpa ijin dari guru jaga akan dikenai sanksi. Untuk menjaga ketertiban di kelas diadakan pengurus kelas dan regu kerja. Tiap-tiap kelas mempunyai pengurus kelas yang sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Setiap hari pelajaran disusun regu kerja yang bertugas mengurus segala keperluan demi kelancaran pelajaran. Ketua kelas sebagai koordinator kelas bertanggung jawab atas segala yang terjadi termasuk kelengkapan fasilitas kelas. Adapun kelengkapan yang harus dimiliki dan beberapa hal yang wajib diperhatikan dengan kelengkapan sekolah adalah setiap sswa wajib memiliki alat-alat perlengkapan lengkap, bagi siswa yang membawa sepeda atau kendaraan bermotor harus menempatkannya di tempat yang telah disediakan oleh sekolah dan dalam keadaan terkunci. Apabila hilang, maka menjadi resiko siswa sendiri, dan siswa wajib menjaga keselamatan baik hak milik sendiri maupun milik temannya dan terlebih milik sekolah.

12 B. Deskripsi Disiplin 1. Pengertian John M. Drescher memaparkan, Kata disiplin berasal dari kata discipline dan disciple berasal dari kata Latin untuk murid, artinya memberi pengajaran, mendidik dan melatih.1 Berdasarkan pendapat ini, displin bukan hanya sekedar menuruti perintah atau aturan saja, tetapi disiplin berarti mendidik, melatih dan membangun tingkah laku. Pendisiplinan berarti penegakan sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai serta kaidah yang berlaku. Sproul memaparkan, Disiplin ialah orang yang dapat mengerjakan apa yang harus dikerjakan pada saat hal tersebut harus dikerjakan. Disiplin adalah satu-satunya cara yang memungkinkan spontanitas berfungsi supaya menjadi berkat yang sesungguhnya.2 Disiplin mengajarkan dalam diri seseorang suatu kebiasaan yang bertalian dengan kebenaran, damai sejahtera dan sukacita di dalam Tuhan. Dengan kata lain, disiplin itu timbul dari dalam diri seseorang secara spontan, bukan hanya karena sekedar menuruti peraturan saja. Berdasarkan pendapat beberapa ahli yang telah dikutip, penulis menyimpulkan tentang pendisiplinan sebagai suatu penerapan disiplin atau aturan dengan tujuan untuk melatih dan mendidik seseorang untuk menepati atau mematuhi ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai serta kaidah yang berlaku.

2. Dasar Alkitabiah 2.1. Perjanjian Lama1 2

John M. Drescher, Tujuh Kebutuhan Anak (Jakarta : BPKGunung Mulia, 1992), hlm. 105 R.C. Sproul, Pola Hidup Kristen (Malang: Gandum Mas, 1989), hlm. 454

13 Allah menciptakan seluruh isi bumi ini dengan amat baik (Kej 1-2). Tentunya dari seluruh ciptaan-Nya dapat tercipta keteraturan yang baik. Demikian juga dengan manusia ciptaan-Nya dapat hidup disiplin dan teratur. Supaya manusia disiplin dan keteraturan itu terjadi, maka Allah memberikan perintah-perintah larangan yang tidak boleh dilakukan manusia. Peraturan-peraturan tersebut adalah sebagai kebaikan bagi diri manusia. Ketika Adam dan Hawa tidak disiplin dan melanggar apa yang sudah ditentukan Allah, maka mereka diusir dari taman Eden (Kej. 3). Taman tersebut dijaga oleh Allah sehingga tidak ada seorang pun yang dapat masuk ke taman tersebut. Hukuman tersebut untuk mendisiplinkan Adam dan Hawa dari ketidaktaatannya. Schlink memaparkan, Sesungguhnya, ketidaktaatan itu tidak menghormati hukum-hukum Allah yang menyatakan kehendak-Nya.3 Allah menghukum umat-Nya untuk mendisiplinkan. Tetapi manusia terus melakukan yang jahat di mata Tuhan. Maka Allah mengirimkan air bah dengan maksud supaya mereka disiplin dalam hidup benar dengan Allah (Kej 6-7). Dia juga mengatur makanan yang harus dimakan oleh umat-Nya. Hal ini dimaksudkan supaya manusia disiplin dalam mengatur pola makanannya. Allah memberikan hukuman bukan hanya sekedar untuk mencegah kejahatan, melainkan supaya hidup disiplin terhadap perintah dan kehendak-Nya. Abraham seorang yang hidup disiplin di dalam kebenaran-kebenaran Tuhan (Kej 12). Dengan sikap hidup dari Abraham tersebut, dia menjadi berkat bagi Lot. Abraham melakukan hal itu tentunya bukan karena kemampuan dirinya sendiri, tetapi Tuhan yang ada dalam hidupnya yang selalu menyertai. Tuhan membimbing orang-orang yang merindukan Dia dengan cara menanggapi Dia. Karena itu, setiap umat-Nya harus mengetahui kehendak-Nya dan berkomunikasi dengan Allah.3

Basilea Schlink, Yang Lama telah Berlalu (Malang: Gandum Mas, 1997), hlm. 101

14 Roy Lessin memaparkan, Disiplin termasuk cara Allah untuk membawa seorang sedini mungkin kepada Dia dan menyesuaikan hidup itu dengan citra-Nya.4 Dengan disiplin tersebut maka hidup seseorang semakin hari semakin diubahkan agar sesuai dengan kehendak Allah dan rencana-Nya. Untuk menjalankan disiplin dituntut adanya kesediaan untuk mengerti kehendak dan kemauan Allah. Maka dari itu umatNya harus tunduk dan taat di dalam kehendak Allah. Perlu ada penguasaan diri dan menahan diri dari segala yang ada dalam tawaran dunia.

2.2. Perjanjian Baru Paulus menggambarkan orang Kristen sebagai seorang prajurit, petani dan olahragawan yang disiplin dan tertib (2Tim 2: 3-6). Stamps mengatakan, Paulus memandang hidup Kristen sebagai suatu peperangan bahkan satu-satunya perjuangan yang layak.5 Stamps menambahkan, Seperti atlet mereka harus bersedia berkorban dan hidup berdisiplin keras.6 Allah menghendaki agar umat-Nya adalah orang-orang yang disiplin dan tertib. Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (2 Tim 1: 7). Paulus menulis kepada jemaat di Korintus agar mereka beribadah dalam keteraturan. Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur (1 Kor.14: 40). Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera (ay 33). Jadi, jelas bahwa Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru menekankan pentingnya kedisiplinan atau ketertiban bagi orang percaya.

4 5

Roy Lessin, Disiplin dalam Keluarga (Malang: Gandum Mas, 1978), hlm. 78 Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 1994), hlm. 2039 6 Ibid., hlm. 2034

15 Kedisiplinan itu berlaku dalam segala hal, baik dalam pekerjaan, pelayanan, ibadah dan seluruh aspek kehidupan orang percaya. 3. Tujuan

3.1. Pertobatan Kamus Istilah Teologi memaparkan, Conversion (pertobatan) dalam bahasa Latin convertere (berbalik), artinya berbalik dari dosa kepada Allah.7 Pertobatan berasal dari kata tobat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memaparkan, Tobat adalah sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan.8 Sedangkan Ensiklopedi Alkitab Masa kini memaparkan, Pertobatan dalam Perjanjian Lama berasal dari kata ( sub) berarti berputar, berbalik kembali. Mengacu kepada tindakan berbalik dari dosa kepada Allah.9 Jadi, dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pertobatan adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sadar dan menyesali dosa dan memperbaiki tingkah laku serta berbalik dari dosa kepada Allah. Allah memberikan hukuman kepada manusia supaya bertobat dari hidup yang tidak taat dari perintah-Nya. Sebetulnya pertobatan bisa dilakukan sebelum Allah memberi hukuman. Tetapi inilah yang menjadi masalah bahwa manusia lebih suka menuruti keinginan daging daripada menuruti kehendak Allah. Sproul memaparkan, Pertobatan adalah bagian lain dari kesadaran akan dosa. Merupakan suatu kerinduan untuk meninggalkan manusia lama dan menjalani satu kehidupan baru di dalam Kristus.10

7 8

M. E. Manton, Kamus Istilah Teologi Inggris-Indonesia (Malang: Gandum Mas, 1995), hlm. 46 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit., hlm. 1202 9 J. Murray, Tobat, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (Jakarta: LAI, t,th), II: 486 10 Sproul, Op.Cit., hlm. 25

16 Penghukuman Allah turun atas umat-Nya dikarenakan mereka belum sadar dari dosa-dosanya. Bahkan kejahatan mereka semakin lama semakin bertambah banyak. Walaupun Nuh sudah berseru-seru supaya mereka pada waktu itu bertobat, tetapi mereka tidak mau mendengarkan Nuh. Tindakan Nuh tersebut adalah sebagai suatu peringatan supaya mereka bertobat. Tetapi hanya keluarga Nuh yang diselamatkan. Manusia yang bertobat dari segala tingkah laku dan perbuatannya berarti telah memulihkan kembali hubungannya dengan Allah. Jadi penghukuman Allah bermaksud supaya manusia bertobat dan kembali memiliki hubungan yang baik dengan Allah.

3.2. Menanamkan Disiplin Disiplin dapat dimulai dari lingkungan yang terkecil, yaitu keluarga. Di dalam keluarga ada aturan-aturan dengan tujuan semua anggota keluarga disiplin terhadap aturan tersebut. Pemberian hukuman juga diperlukan untuk menegakkan disiplin. Hukuman yang diberikan perlu dijelaskan alasannya dan hukuman itu harus dipandang sebagai bentuk pertanggungjawaban atas perbuatan yang melanggar batasan-batasan yang ditetapkan. Disiplin harus memiliki tujuan yang jelas. Allah menciptakan seluruh isi bumi ini dengan amat baik. Tentunya dari seluruh ciptaan-Nya dapat tercipta keteraturan yang baik. Demikian juga dengan manusia ciptaan-Nya dapat hidup disiplin dan teratur. Supaya manusia disiplin dan keteraturan itu terjadi maka Allah memberikan perintah-perintah larangan yang tidak boleh dilakukan manusia. Peraturan-peraturan tersebut adalah sebagai kebaikan bagi diri manusia. Ketika Adam dan Hawa tidak disiplin dan melanggar apa yang sudah ditentukan Allah, maka mereka diusir dari taman Eden. Taman tersebut dijaga oleh

17 Allah sehingga tidak ada seorang pun yang dapat masuk ke taman tersebut. Hukuman tersebut untuk mendisiplinkan Adam dan Hawa dari ketidaktaatannya. Schlink memaparkan, Sesungguhnya, ketidaktaatan itu tidak menghormati hukum-hukum Allah yang menyatakan kehendak-Nya.11 Allah menghukum umat-Nya supaya mereka disiplin. Tetapi manusia terus melakukan yang jahat di mata Tuhan. Maka Allah mengirimkan air bah dengan maksud supaya mereka disiplin dalam hidup benar dengan Allah. Dia juga mengatur makanan yang harus dimakan oleh umat-Nya. Hal ini dimaksudkan supaya manusia disiplin dalam mengatur pola makanannya. Allah memberikan hukuman bukan hanya sekedar untuk mencegah kejahatan, melainkan supaya hidup disiplin terhadap perintah dan kehendak-Nya.

3.3. Menciptakan Suasana Belajar Mengajar yang Kondusif Tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah mengelola pengajaran agar menjadi efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai dengan adanya keterlibatan aktif antara guru dan peserta didik. Setiawati mengatakan, Cara mengajar yang kurang menarik dapat membosankan peserta didik. Bila guru tidak dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar, tidak heranlah kalau murid akan kacau.12 Karena itu, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan serta strategi dalam menciptakan situasi belajar agar berlangsung secara efektif dan efisien serta tepat pada tujuan yang diharapkan. Di samping itu, guru perlu menanamkan disiplin kepada anak, sehingga suasana belajar mengajar yang kondusif dapat tercipta. Sebagai contoh: guru menetapkan waktu mengerjakan soal adalah lima belas menit, maka dalam lima

11 12

Schlink, Op.Cit., hlm. 101 Mary Go Setiawati, Pembaruan Mengajar (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999), hlm. 66

18 belas menit anak-anak harus sudah selesai mengerjakan soal dan waktu selanjutnya digunakan untuk meneruskan materi pelajaran. 3.4. Mencapai Tujuan Pendidikan Setiap melakukan suatu pekerjaan pasti ada tujuan yang akan dicapai. Menurut Homrighausen dan Enklaar tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah, Memperkenalkan para pelajarnya dengan Juruselamat dunia ini, dan yang amat penting adalah pengenalan Roh Kudus.13 Melalui pendisiplinan dan dengan adanya Pendidikan Agama Kristen, kehidupan rohani murid-murid harus berkembang karena dikuasai Roh Kudus, yang bekerja di dalam hati mereka. Pendisiplinan akan membantu untuk mencapai tujuan pendidikan Agama Kristen. Tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah supaya anak didik memiliki nilai-nilai Kristiani yang menjadi teladan bagi orang percaya bahkan bagi orang yang belum percaya. Jadi, jelas bahwa pendisiplinan menolong guru dan murid untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Kristen, yaitu memperkenalkan peserta didik tentang Tuhan Yesus sebagai Juruselamat dan hidup dalam kebaikan-Nya serta menjadi teladan bagi semua orang. 4. Manfaat 4.1. Mendidik Hukuman adalah sebagai konsekunsi dari pelanggaran yang dilakukan. Tidak ada orang yang suka diberikan hukuman, karena hukuman itu menyakitkan dan tidak enak. Allah menghukum manusia karena tidak taat kepada perintah dan hukumhukum-Nya. Dalam tradisi Yahudi bahwa mereka harus mengajar dan mendidik anak-anak mereka. Dalam hal ini Adam dan Hawa juga dididik oleh Allah secara langsung. Hal ini berlangsung terus sampai pada keturunan-keturunan yang13

Ibid., hlm.57

19 selanjutnya bahwa Allah memberikan perintah-perintah kepada Bapa-bapa leluhur untuk taat dan setia kepada-Nya. Adam dan Hawa dididik langsung oleh Allah. Sesuai dengan definisi disiplin berarti memberi pengajaran, Allah juga mengajar atau mendidik umat-Nya. Ketika Allah memberikan ketetapan-ketetapan-Nya kepada manusia maka Dia telah memberikan pengajaran dan pendidikan kepada manusia. Allah mengajarkan kepada manusia tentang hukum-hukum-Nya bahkan sampai kepada hal makanan, Dia turut serta mengajarkan. Ketika manusia mendapatkan pengajaran dari Allah maka manusia bisa melakukan dan menaati hal tersebut. Allah mengajar dengan memberikan firman-Nya dengan maksud umat-Nya taat kepada Dia. Ketika umat-Nya telah menyimpang dari pengajaran-Nya maka Allah akan menyadarkan umat-Nya untuk kembali dan bertobat dalam kehendakNya. Salah satu tugas tanggung jawab dari orangtua adalah mendidik anak-anak mereka. Sama halnya juga dengan Allah bahwa Dia juga mendidik umat-Nya. Allah mendidik umat-umat-Nya dengan perintah-Nya. Jika ada orang yang melanggar maka akan dihukum. Sebelum Allah menghukum maka Dia sudah memberikan peringatan kepada manusia. Hukuman yang diberikan oleh Allah adalah untuk mendidik manusia. Melalui hukuman-hukuman yang dialami manusia, mereka dididik untuk dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan. Dari hukuman tersebut Allah mendidik kehidupan mereka, yaitu dari kehidupan yang melakukan dosa dan dididik untuk menjauhi dosa. Allah adalah Allah yang benar yang tidak bisa bersinggungan dengan dosa. Allah adalah Allah yang setia. Walaupun manusia suka melakukan yang jahat,

20 Dia tetap mendidik manusia. Melalui hukuman, manusia dididik dalam kehidupannya yang selanjutnya. Allah dekat dengan orang-orang yang dikasihi-Nya, tetapi jika mereka berdosa, mereka tidak lepas dari hukuman Allah. Allah memakai hukuman untuk mendidik umat-umat-Nya yang dikasihi. Allah menghukum manusia dengan tujuan mendidik supaya menjaga kekudusan hidup dan semakin dewasa.

4.2. Menyatakan Kesalahan Pendisiplinan bertujuan untuk memberi peringatan kepada manusia. Ketika manusia sudah melakukan yang jahat di mata Tuhan, bukan berarti Allah meninggalkannya. Tetapi Allah memberikan peringatan dengan menegur kepada umat-Nya agar segala ketetapan yang sudah Allah berikan dapat dilakukan setiap waktu. Allah menegur Kain ketika mukanya muram dan marah karena korban persembahannya ditolak Allah. Teguran ini untuk menyatakan kesalahan Kain dan mendidik Kain kepada hal yang benar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memaparkan, Dosa adalah perbuatan yang melanggar hukum Tuhan atau agama; perbuatan salah.14 Setiap peraturan agama pasti melarang umat-umatnya supaya tidak melakukan dosa. Aturan-aturan agama maupun hukum-hukum yang sudah tertulis harus dilakukan dan ditaati oleh setiap pemeluk agama yang memiliki Tuhan. Jadi orang yang tidak melakukan hukum Tuhan berarti dia menentang Tuhan dan hal ini adalah sebuah dosa. Dalam Kejadian 4:7, Sphiros memaparkan bahwa kata dosa berasal dari kata ( hataat) yang diartikan sin.15 Dosa selalu berhubungan dengan kejahatan. 14 15

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit., hlm. 242 Zodhiates, Op.Cit., hlm. 38

21 Segala bentuk tindakan kejahatan yang dilakukan oleh manusia dipandang oleh Allah sebagai suatu dosa. Orang yang berdosa itu maka sebagai ganjarannya diberikan hukuman. Adam manusia pertama yang melakukan dosa, tetapi akibat dari dosa itu masih dirasakan sampai saat ini. Bahwa akibat dari dosa memisahkan manusia dengan Allah. Adam dan Hawa sebelum jatuh ke dalam dosa hidup bersama dengan Allah. Tetapi setelah jatuh dalam dosa hubungan mereka menjadi terputus. Dosa adalah sikap atau perbuatan yang menentang Allah karena tidak mentaati peraturan-Nya. Maka dari itu Allah tidak dapat membiarkan dosa dengan begitu saja berkembang dalam kehidupan umat-umat-Nya. Allah akan bertindak terhadap dosa tersebut dan dalam tindakan-Nya tersebut dia akan menghukum orangorang yang melakukan dosa. Dengan demikian Allah menyatakan yang salah dan yang benar di hadapan-Nya. Manusia tidak dapat hidup di dunia ini dengan bertindak sesuka hatinya. Ketika umat-Nya melakukan kesalahan dan dosa, Allah memperingatkan melalui hukuman untuk menuntun umat-Nya berjalan dalam kehendak Allah. Dengan teguran yang Allah berikan dapat menyadarkan umat-Nya akan dosa dan kesalahan kemudian membawa hidup umat-Nya untuk lebih disiplin di hadapan Tuhan.

4.3. Memperbaiki Kelakuan Disiplin bertujuan untuk memberi peringatan kepada manusia. Ketika manusia sudah melakukan yang jahat di mata Tuhan, bukan berarti Allah meninggalkannya. Tetapi Allah memberikan peringatan dengan menegur kepada umat-Nya agar segala ketetapan yang sudah Allah berikan dapat dilakukan setiap waktu. Allah menegur Kain ketika mukanya muram dan marah karena korban persembahannya ditolak Allah. Teguran ini untuk mendidik Kain kepada hal yang benar.

22 Manusia diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa-Nya. Wycliffe memaparkan, Manusia memiliki kedudukan yang jauh lebih tinggi sebab Allah menciptakan manusia untuk menjadi tidak fana, dan menjadikan manusia suatu gambar khusus dari keabadian-Nya sendiri.16 Sebab, kedudukannya tersebut, maka manusia dapat berhubungan dengan Allah. Manusia sebagai ciptaan yang paling mulia harus bertanggung jawab kepada Allah dan perintah-Nya serta menaati-Nya. Allah mengajar dengan memberikan firman-Nya dengan maksud agar umat-Nya taat kepada Dia. Ketika umat-Nya telah menyimpang dari pengajaran-Nya maka Allah akan menyadarkan umat-Nya untuk kembali dan bertobat dalam kehendak-Nya dan memperbaiki tingkah laku mereka yang jahat. Evans memaparkan, Allah tidak membinasakan kita semua, sebab walaupun Ia menghina serta menghakimi dosa, Dia sangat mengasihi orang berdosa. Allah ingin menghancurkan dosa tanpa menghancurkan pendosa.17 Sewaktu Adam dan Hawa mengambil dan memakan dari buah pohon terlarang, Allah tidak menghukum mereka dengan kematian jasmani. Dari kesalahan yang mereka perbuat, hubungan dengan Allah menjadi terputus. Dengan kasih-Nya, Allah tidak meninggalkan mereka tetapi peduli kepada mereka. Bukti dari kepedulian Allah adalah Dia membuatkan pakaian dari kulit binatang untuk dipakai oleh mereka. Allah tidak membuat mereka malu, tetapi Dia mengampuni kesalahan mereka, merangkul dan memulihkan keadaan mereka. Jelas bahwa pendisiplinan bermanfaat untuk memperbaiki kelakukan bukan untuk membinasakan atau menyakiti. Pendisiplinan yang dilakukan di sekolah bermanfaat untuk memperbaiki kelakuan anak, bukan untuk menyakiti secara fisik.

1617

Paul Harrison, Memahami Dunia Anak-anak (Bandung: GM, 1999), I: 29Ibid., hlm. 97

23 Dengan pendisiplinan, anak akan mengerti kesalahannya dan memperbaiki kelakuannya.

C. Deskripsi Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Menurut Arsyad motivasi adalah daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.18 Sedangkan motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan. Jadi menurut penulis motivasi belajar adalah suatu dorongan individu untuk melakukan kegiatan dan memperoleh keberhasilan dalam belajarnya. Motivasi belajar sesuatu yang menggerakkan orang baik secara fisik atau mental untuk belajar. Sesuai dengan asal katanya yaitu motip yang berarti sesuatu yang memberikan dorongan atau tenaga untuk melakukan sesuatu. Motivasi belajar merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk belajar sesuatu atau atau melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.

2. Jenis-jenis Motivasi 2.1. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah yang muncul dari dalam diri anak dan berkaitan langsung dengan aktivitas belajar. Misalnya anak memiliki keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, anak belajar karena ingin memecahkan suatu permasalahan, dan sebagian menjadi seseorang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Keinginan ini diwujudkan dalam upaya kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan belajar.Ada 3 tipe motivasi intrinsik yaitu:18

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Granfindo Persada, 2005), hlm. 170

24

2.1.1. Motivasi Intrinsik untuk Tahu.

Dalam motivasi untuk tahu ini, seseorang melibatkan diri dalam sebuah aktivitas karena kesenangan untuk belajar. Dalam konteks olahraga, motivasi ini penting dalam proses latihan. Para pemain harus mempunyai motivasi intrinsik jenis ini untuk memastikan bahwa mereka selalu terlibat dalam proses latihan dengan baik. Untuk selalu menggugah motivasi ini, para pelatih juga harus selalu kreatif menciptakan metode latihan yang selalu memberi sesuatu yang baru kepada para pemain. Jika pelatih gagal memberi sesuatu yang baru, mungkin motivasi yang sudah dimiliki oleh para pemain akan luntur perlahan-lahan.

2.1.2. Motivasi Intrinsik yang berkaitan dengan pencapaian. Manusia selalu mempunyai naluri untuk mencapai sesuatu. Bahkan secara ekstrem, orang yang sudah kaya raya pun tidak pernah berhenti untuk mengeruk harta. Ini membuktikan bahwa setiap manusia mempunyai keinginan untuk mencapai sesuatu. Dalam konteks olahraga, atlet sebenarnya juga mempunyai hal serupa. Motivasi intrinsik tipe ini seseorang melakukan aktivitas karena terdorong oleh kesenangan mencoba untuk melampaui dirinya sendiri. Artinya ada keinginan untuk lebih dan lebih. Seorang pelatih bisa menciptakan hal ini dengan selalu membawa unsur kompetisi dalam proses latihan. Para pemain juga harus selalu mengikuti kompetisi yang kompetitif dengan jenjang yang selalu meningkat. Selain untuk

25 mengevaluasi kemampuan, tapi juga agar mereka selalu terfasilitasi untuk melewati pencapaian yang sudah pernah diperoleh.

2.1.3. Motivasi Intrinsik untuk merasakan stimulasi.

Jenis ini mendorong seseorang untuk terlibat dalam sebuah aktivittas dalam rangka merasakan kenikmatan yang sensasional. Para atlet panjat tebing, pendaki gunung dan sebagainya adalah contoh orang-orang yang selalu ingin merasakan pengalaman yang sensasional ini. Untuk atlet lain, barangkali dengan mendapat pencapaian tertinggi, maka pengalaman sensasional ini akan tercapai. Bayangkan jika seseorang berhasil mendapatkan medali emas olimpiade, pasti luar biasa. Untuk itulah, para atlet harus selalu dirangsang untuk selalu mengeset sasarannya setinggi mungkin.2.2 Motivasi Ektrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri anak didik sendiri yang berkaitan langsung dalam kegiatan belajar. Oemar Hamalik menjelaskan bahwa, Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar seperti kredit, nilai, ijazah, kenaikan, hadiah, medali, dan persaingan negative yang bersifat sarkasme.19 Motivasi ekstrinsik tetap diberlakukan disekolah sebab pembelajaran disekolah tidak semuanya menarik dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Ada kemungkinan peserta didik belum menyadari pentingnya bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru.19

Oemar Hamalik, Pengajaran Unit Kurikulum dan Metodologi (Bandung: Alumni, 1997), hlm. 12

26 3. Tujuan Motivasi Menurut M. Ngalim Purwanto, Ada tiga tujuan motivasi yaitu: pertama, mendorong manusia untuk bertindak; kedua, menentukan arah perbuatan untuk mewujudkan satu tujuan; ketiga, sebagai penyeleksi perbuatan kita. Artinya perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan guna mencapai tujuan.20 Sedangkan Hamalik mengatakan Tujuan motivasi adalah mendorong tingkah laku atau perbuatan, mengarahkan untuk mencapai tujuan, serta menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.214. Fungsi Motivasi

Dalam proses belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pelajaran yang diajarkan. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Sehubungan dengan hal tersebut ada 3 fungsi motivasi menurut Sardiman.A.M yaitu, Pertama, mendorong manusia untuk berbuat. Kedua, menentukan arah perbuatan. Ketiga, menyeleksi perbuatan.22 Penulis menyimpulkan bahwa adanya fungsi motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik juga. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar akan mendapatkan prestasi yang baik. 5. Peranan Motivasi Dalam kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa sangat membutuhkan adanya motivasi, baik motivasi internal maupun motivasi eksternal. H. Mukhtar mengatakan20 21

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997), hlm. 60 Hamalik, Op.Cit., hlm. 116 22 Sardiman, Op.Cit., hlm. 85

27 bahwa, Kegiatan belajar adalah sangat memerlukan motivasi. Motivation is an assential condition of learning.23 Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Jadi dapat disimpulkan motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Kegiatan pembelajaran tidak pernah dilakukan tanpa adanya dorongan atau motivasi yang kuat dari dalam diri individu ataupun dari luar diri individu yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam mencapai tujuan atau hasil dari pembelajaran. Mukhtar mengemukakan peranan motivasi dalam pembelajaran sebagai berikut, Pertama, sebagai motor penggerak kegiatan pembelajaran. Kedua, memperjelas tujuan pembelajaran. Ketiga, menyeleksi arah perbuatan. Keempat, peran motivasi internal dan eksternal dalam pembelajaran. Kelima, menentukan ketekunan dalam pembelajaran. Keenam, melahirkan prestasi.24 Jadi peranan motivasi sangat mempengaruhi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan dalam pembelajaran. D. Pengaruh Disiplin Guru Pendidikan Agama Kristen terhadap Motivasi Belajar bagi Siswa yang Beragama Kristen 1. Sisiwa Lebih Bersungguh-sungguh di dalam Belajar Sekolah merupakan faktor pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem, dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etika, moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. Pencapaian prestasi belajar yang baik tidak hanya diperoleh dari tingkatkecerdasan siswa saja, tetapi juga didukung oleh lingkungan keluarga dan sekolah dimana guru dan alat belajar dijadikan sebagai

23

H. Mukhtar, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru (Ciputat: Gaung Persada Press, 2009), hlm. 192 24 Ibid., hlm. 192-193

28 sumber belajar bagi kelancaranproses belajar mengajar. Dalam membentuk disiplin, ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah tingkah lakuyang diinginkannya. Sebaliknya, pihak lain memiliki ketergantungan pada Pihak pertama, sehingga ia bisa menerima apa yang diajarkan kepadanya. Guru Pendidikan Agama Kristen adalah pihak pertama yang menjadi model dan teladan bagi siswa sebagai pihak kedua. Guru yang disiplin adalah model yang dapat dilihat oleh siswa.. Sanjaya menjelaskan pemodelan adalah, Proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.25 Guru Pendidikan Agama Kristen yang memiliki kedisiplinan akan di contoh oleh siswa di dalam belajar juga. Seorang guru Pendidikan Agama Kristen dituntut menjadi teladan bagi siswa-siswinya, seperti Tuhan Yesus yang selalu memberikan teladan bagi murid-muridNya. Oleh sebab itu guru Pendidikan Agama Kristen menjadi panutan dan contoh bagi peserta didiknya. Apabila guru mengajar dengan baik, maka peserta didiknya akan baik juga. Tuhan Yesus menunjukkan sikap hidup yang sederhana, rendah hati, dan Ia melayani dengan tulus hati. Tuhan Yesus sendiri menjadi teladan bagi semua semua orang, maka guru Pendidikan Agama Kristen juga menjadi teladan bagi murid-muridnya terlebih bagi orang-orang yang belum percaya. Guru Pendidikan Agama Kristen harus bertanggung jawab dalam memberi teladan bagi anak didiknya. Guru memegang kebenaran ilahi dalam pelajarannya, ia menghadapi jiwa manusia yang besar nilainya di hadapan Allah. Guru Pendidikan Agama Kristen sebagai pengajar yang harus menjadi teladan bagi anak-anak dan menjadi saksi Kristus. Dalam mendisiplin peserta didik, guru harus dapat membedakan dengan cara memberikan hukuman, sebab bila sampai salah maka akan25

Sanjaya, Op.cit., hlm. 267

29 berakibat fatal bagi peserta didik. Misalnya bila peserta didik datang terlambat sekolah maka disiplin yang diberikan dengan cara meminta surat ijin kepada guru piket agar dapat diperbolehkan masuk sekolah dengan alasan yang tepat dan dapat diterima oleh guru. Pendisiplinan guru akan membuat mereka termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan baik dan memperoleh pengetahuan atau keterampilan baru. Motivasi belajar peserta didik mempengaruhi minat belajarnya. Dengan membangkitkan motivasi belajar maka minat belajar peserta didik itu akan bangkit pula. Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri dalam belajar. Guru Pak yang berdisiplin sangat mempengaruhi kesungguhan siswa di dalam belajar sebab mereka membutuhkan panutan. Mereka akan meniru apa yang dilakukan oleh panutan mereka. .

2. Siswa Memiliki Kesadaran Bahwa Belajar Merupakan Tanggung Jawab Seorang Murid Tanggung jawab seorang siswa adalah belajar. Belajar sebagai tindakan proaktif atau sebagai tindakan reaktif? Seorang pelajar yang belajar setelah merasa bosan dinasihati, atau karena perintah, instruksi atau bahkan karena diultimatum, tentu saja bukanlah bertanggung jawab. Ia belajar sebagai reaksi dari sebuah ancaman luar. Tindakan yang tidak didasarkan pada kesadaran diri. Kendati ia belajar, ia melakukannya secara terpaksa, ia belajar untuk sesuatu di luar dirinya, bukan untuk dirinya. Dalam konteks ini, pelajar bukan belajar tetapi melindungi diri terhadap ancaman luar. Hasil yang diperoleh tentu saja tidak maksimal karena belajar menjadi kamuflase. Sikap seperti ini sangat merugikan diri sendiri. Jelas ini bukan sebuah proses menuju kepada kesuksesan. Belajar karena kesadaran akan pentingnya nilai belajar untuk kesuksesan diri merupakan tindakan proaktif. Belajar sebagai perilaku tanggap terhadap kesadaran diri bahwa hidupnya adalah tanggung jawab

30 dirinya. Kesadaran yang muncul dari dalam diriya, dan ini adalah dorongan intrinsic yang tidak ada satu orang pun dapat menghalanginya. Seseorang yang memiliki dorongan intrinsic untuk belajar, ia akan tetap belajar kendati tidak ada guru di kelas, kendati semua siswa rebut, ia akan terus belajar. Ia sadar bahwa waktu adalah sangat berharga. Ia mengetahui tindakan mana yang benar dan mana yang salah, ia mengerti bahwa keputusannya saat ini akan menentukan kualitas dirinya. Ini lah pribadi yang bertanggung jawab. Guru Pendidikan Agama Kristen yang berdisiplin akan menjadi teladan bagi siswa di dalam belajar mereka. 3. Siswa Menyadari bahwa Belajar adalah Bukti Tanggung Jawab kepada Tuhan Tanggung jawab seorang guru Pendidikan Agama Kristen adalah menyampaikan kebenaran Firman Allah dengan benar, sehingga berhasil dan berkualitas dalam pengajarannya di sekolah. Guru mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan mengarahkan anak, selama anak berada di sekolah. Guru harus bisa menciptakan situasi yang menyenangkan bagi peserta didiknya agar setiap anak merasa aman atau betah di sekolah dan menerima pelajaran dengan senang hati. Dalam Pendidian Agama Kristen, seorang guru perlu membimbing mereka ke jalan yang benar dan menumbuhkan kerohanian mereka.Seorang guru sangat bertanggung jawab dalam menerangkan Firman Allah kepada peserta didiknya, karena hal itu adalah tugas dan tanggung jawab seorang guru. Guru akan menjelaskan bahwa belajar adalah bukti tanggung jawab siswa kepada Tuhan. Siswa yang menyadari bahwa belajar adalah bukti tanggung jawab kepada Tuhan, mereka akan berhasil dalam belajar. Untuk mendapatkan anak-anak didik yang baik dan berkualitas terlebih dahulu dimulai dari seorang guru yang bertanggung jawab dan memiliki kerelaan hati dalam

31 mengajar dan memiliki motivasi yang benar, bukan karena tuntutan profesi, atasan dan gaji, akan tetapi benar-benar mau melayani peserta didik dengan baik. 4. Siswa lebih Bersemangat dalam Belajar untuk Mewujudkan Cita-citanya Salah satu ciri guru yang bisa memotivasi adalah antusiasme, mereka peduli dan paham dengan apa yang diajarkannya dan mengkomunikasikannya dengan murid bahwa apa yang sedang mereka pelajari itu penting. Ia memberikan teladan yang dapat menjadi inspirasi bagi siswanya. Ciri-ciri guru yang berdisiplin dan bisa memotivasi siswa adalah guru yang melakukan hal-hal sebagai berikut : 4.1. Menjadi manajer yang baik yang mampu merencanakan, mengelola, mengorganisasikan serta mengevaluasi kelasnya, murid-murid akan merasa aman dan nyaman bersamanya. 4.2. Fasilitator yang memperlakukan semua siswa mendapatkan kesempatan untuk belajar dan bertanggung jawab. 4.3. Memberikan pengaruh arus balik yang bersifat korektif 4.4. Memberikan test-tes yang adil, penilaian yang bersifat informatif 4.5. Membantu murid-murid untuk menyadari bahwa mereka sedang tumbuh dalam persaingan dan keunggulan. Melalui pendisiplinan dan dengan adanya Pendidikan Agama Kristen, kehidupan rohani murid-murid harus berkembang karena dikuasai Roh Kudus, yang bekerja di dalam hati mereka. Pendisiplinan akan membantu untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan Pendidikan adalah supaya anak didik dapat meraih cita-cita yang diinginkan.

32