bab 2 - masalah penelitian

17
TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN BAB 2: MASALAH PENELITIAN (pendekatan kuantitatif) Oleh: Rahmi Izzati Putri 041211333135 S1 Akuntansi Kelas – N Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Upload: rahmi-izzati-putri

Post on 16-Nov-2015

224 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Masalah penelitian untuk tugas metodologi penelitian

TRANSCRIPT

TUGAS MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIANBAB 2:MASALAH PENELITIAN(pendekatan kuantitatif)

Oleh:Rahmi Izzati Putri041211333135S1 AkuntansiKelas N

Departemen AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Airlangga Surabaya

Semester Genap 2014/2015

MASALAH PENELITIAN

A. Pengetian Masalah PenelitianDalam pengertian umum, masalah penelitian adalah suatu pertanyaan atau pernyataan yang menyatakan tentang situasi yang memerlukan pemecahan melalui penelitian, atau keputusan atau perlu didiskusikan. Secara lebih spesifik, masalah penelitian merupakan pertanyaan yang menanyakan hubungan antar variabel penelitian. Pengertian lain menunjukkan bahwa masalah merupakan kesenjangan antara situasi yang diharapkan dengan situasi yang ada. Dapat juga dikatakan sebagai kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan keterbatasan alat dan sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai tujuan tersebut. Masalah juga dapat dikatakan sebagai kesenjangan antara teori dan praktik.

Masalah terjadi apabila: Ada hambatan dalam memperoleh tujuan/mencapai sesuatu. Apa bila kenyataan tidak sesuai dengan harapan (tidak sesuainya antara das-soein kenyataan dengan das-sollen seharusnya) Das-sein: Kenyataan, realitas empirik, fakta, hasil observasi, bukti dilapangan, di lembaga pendidikan...... Das-sollen: Teori, dalil, konsep.......sesuatu yang sifatnya ideal

Menurut (Nasution, 2006:16), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh para calon peneliti dalam mengangkat permasalahan penelitian, antara lain: Apakah masalah itu sesuatu yang baru, menarik serta menimbulkan rasa ingin tahu pada calon peneliti ? Apakah masalah itu sesuai dengan jurusan, kemampuan, dan latar belakang pendidikanya? Apakah dengan metode tertentu dapat dikumpulkan data yang diperlukan? Apakah calon peneliti dapat meyangggung segala pembiayaannya? Apakah penelitian itu mengandung bahaya, ancaman, atau resiko lainya? Apakah calon peneliti dapat menyelesaikannya dalam waktu yang telah tersedia?

Selain pertimbangan tersebut di atas, ada beberapa hal yang juga harus dipertimbangkan secara ilmiah, apakah penelitian itu memberikan sumbangan kepada perkembangan pengetahuan, antara lain: Masalah itu hendaknya bertalian dengan konsep-konsep yang pokok. Masalah itu hendaknya mengembangkan atau memperluas cara-cara mentes suatu teori. Masalah itu memberi sumbangan kepada pengembangan metodologi penelitian dengan menemukan alat, teknik, atau metode baru. Masalah itu hendaknya memanfaatkan konsep-konsep teori, atau data dan teknik-teknik dari disiplin ilmu yang bertalian. Masalah itu hendaknya dituangkan dalam desain yang cermat dengan uraian yang teliti mengenai variabel-variabelnya serta menggunakan metode-metode yang paling serasi. (lihat, Nasution, 2006:17)

B. Sumber untuk Memperoleh MasalahBanyak peneliti menemukan kesulitan dalam menentukan permasalahan penelitian sehingga menghambat perkembangan kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Pada umumnya keadaan berikut ini bisa menjadi penuntun mewujudkan permasalahan:(1) Bila ada informasi yang mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan kita.(2) Bila ada hasil-hasil penelitian atau kajian yang bertentangan.(3) Bila ada suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskan melalui penelitian.

Kemudian sumber masalah tersebut dari mana datangnya? Sumber masalah penelitian bisa muncul dari tiga hal:

Masalah Yang Ada di Manusianya Sendiri (People and Problem)Kita harus hati-hati supaya tidak terjebak ke masalah di sekitar manusia yang bukan penelitian. Tapi juga jangan saklek, karena masalah manusia yang tadinya bukan masalah penelitian bisa kita goyang sedikit menjadi masalah penelitian. Contoh, mahasiswa punya masalah pokok yaitu kekurangan uang. Ini bisa kita konversi menjadi masalah penelitian misalnya menjadi : Mendeteksi raut muka mahasiswa tidak punya uang dengan face recognition systemModel bisnis di Internet dengan modal kecil untuk mahasiswa Masalah di Cara, Teknik dan Struktur Kerja (Program)Teknik dan struktur kerja yang bermasalah tentu juga bisa menjadi masalah penelitian. Contoh, dosen-dosen yang sangat sibuk ternyata kesulitan menemukan satu waktu yang pas untuk meeting bulanan di universitas. Nah ini jadi masalah penelitian, pendekatannyanya nanti kita bisa kembangkan satu aplikasi scheduling dengan sedikit sistem pakar didalamnya yang secara otomatis memberikan beberapa alternatif waktu meeting yang pas untuk semua. Fenomena yang Terjadi (Phenomenon)Fenomena yang ada di sekitar kita juga bisa menjadi masalah penelitian yang menarik. Contoh, fenomena bahwa situs portal yang dikembangkan di perusahaan-perusahaan ternyata sepi pengunjung. Ini adalah sebuah fenomena, untuk meningkatkan traffic, misalnya bisa dengan memainkan bebrapa teknik supaya search engine mau menengok situs kita, ini sering disebut dengan Search Engine Optimization. Dari sini kita sudah dapat judul: Mengembangkan situs portal traffic tinggi dengan teknik Search Engine Optimization (SEO). Fenomena lain lagi, proses pendeteksian golongan darah untuk skala besar (massal) misalnya untuk seluruh mahasiswa universitas yang mencapai 5000 orang ternyata memakan waktu yang sangat lama. Ini sebuah fenomena, kita beri solusi dengan software sistem yang menggunakan beberapa teknik artificial intelligence yang memungkinkan pendeteksian golongan darah ini. Sehingga 5000 orang bisa kita proses dalam beberapa jam misalnya.

Hal yang menjadi kendala untuk memperoleh masalah adalah kesanggupan peneliti menggali dan mengidentifikasi masalah serta mengetahui sumber-sumber dari masalah tersebut. Masalah penelitian dapat diperoleh antara lain dengan melakukan:

Pengamatan terhadap kegiatan manusia

Bacaan-bacaan

Analisa bidang pengetahuan

Ulangan dan perluasan penelitian

Cabang studi yang sedang dikembangkan

Pengetahuan dan catatan pribadi, praktek, dan keinginan masyarakat

Bidang spesialisasi pelajaran yang diikuti

Pengamatan terhadap alam sekeliling, dan

Diskusi-diskusi ilmiah

Sponsor

Intuisi peneliti

C. Tahap-tahap Menentukan Masalah Penelitian

Dalam menentukan masalah penelitian maka kita tidak akan terlepas di dalamnya dari berbagai permasalahan di dalamnya diantaranya yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah.

1. Latar belakang masalah

Latar belakang masalah adalah deskripsi singkat peneliti tentang obyek penelitian yang memuat :

1. Penalaran pentingnya pembahasan masalah atau alas an yang mendorong pemilihan masalah.

2. Telaah pustaka atau komentar mengenai tulisan yang telah ada yang berhubungan deengan masalah yang dibahas.

3. Manfaat praktis hasil pembahasan di dalam skripsi, serta

4. Perumusan masalah pokok (grand problem) yang akan dibahas secara jelas dan eksplisit dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan yang dapat membangkitkan perhatian membaca.

Inti dari latar belakang masalah adalah upaya peneliti untuk menggambarkan ada tidaknya masalah penelitian (scientific research problem) yakni penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi atau kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sain)

2. Identifikasi MasalahIdentifikasi masalah adalah upaya peneliti untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan pertanyaan yang dapat diajukan dan relevan berkaitan dengan variable penelitian yang dipilih. Jumlah butir pertanyaan tidak dibatasi, sepanjang memiliki relevansi dengan variabel penelitian tersebut.Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah penelitian secara umum bisa kita temukan lewat studi literatur atau lewat pengamatan lapangan (observasi, survey, dsb). Skripsi untuk level S1 seharusnya didesain untuk memecahkan masalah yang lebih riil dan sifatnya applied. Mahasiswa cukup fokus ke masalah yang ada di sekitarnya. Kalau jurusan kita di computing, kita lakukan saja observasi di lingkungan kita. Misalnya universitas, dosen, dan mahasiswa itu punya masalah apa yang kira-kira bisa kita pecahkan dengan teknologi informasi dan aplikasinya. Intinya kita harus kejar terus masalah penelitian ini, dan jangan lupa bahwa masalah yang kita identifikasi tersebut benar-benar menjadi masalah yang harus dipecahkan, bukan masalah yang kita ada-adakan.

3. Batasan MasalahDisamping peneliti memiliki keterbatasan dari berbagai segi (biaya, waktu, kemampuan, dan dukungan lainnya), penelitian juga membutuhkan kedalaman dan ketajaman analisis (sempit/ fokus dan mendalam), sehingga penelitian harus dibatasi pada aspek-aspek pertanyaan penelitian yang memungkinkan. Misalnya identifikasi masalah mengandung 5 pertanyaan, peneliti dapat menentukan tiga atau lebih pertanyaan yang dijadikan masalah penelitian.Kemudian, agar penelitian mengarah pada inti masalah yang sesungguhnya maka peneliti perlu membatasi masalah dengan memperhatikan hal yang paling bermanfaat jika diteliti. Supaya pilihan masalah didasari dengan pertimbangan yang matang maka sebaiknya memilih topik yang sesuai dengan bidang pekerjaan dan latar belakang pendidikan serta kompetensi yang dimiliki.Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah ruang lingkup penelitian supaya tidak terlalu luas sehingga mudah dilakukan. Masalah dapat dipecahkan sendiri, tersedia sumber teori atau peraturan yang mendasarinya. Hal penting lain untuk dipertimbangkan adalah hasil penelitian berpotensi untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan, data-data dapat diperoleh dari pelaksanaan tugas, penelitian dapat dilakukan secara mandiri sesuai dengan waktu dan biaya yang tersedia.

4. Merumuskan Masalah PenelitianPerumusan masalah dalam penelitian disebut research problem atau dikenal juga dengan istilah pertanyaan penelitian (research question) yang digunakan untuk menjadi panduan dalam menyusun instrument penelitian. Pertanyaan research problem ini disusun setelah peneliti melakukan pembatasan masalah, sehingga pertanyaan penelitian terfokus pada masalah yang ingin dibuktikan atau diteliti lebih lanjut.

Ada beberapa persyaratan dalam menyusun research problem:

1. Pertanyaan harus sesuai dengan metode penelitian yang digunakan (pada penelitiankuantitatif biasanya menggunakan kalimat Tanya apakah, seberapa besar, dan lain-lain yang berorientasi hasil, sedangkan pada penelitian kualitatif biasanya menggunakan kalimat Tanya bagaimana, mengapa, dan lain-lain yang berorientasi pada proses).

2. Pertanyaan harus layak dan dapat diteliti sebagai upaya untuk mencari jawaban/ solusi (feasible).

3. Jawaban bersifat critical incidence artinya dapat member kontribusi bagi pengembangan ilmu (minimal bagi peneliti).

4. Bisa diukur, bersifat konseptual (ada teori yang dapat dijadikan acuan), sehingga dapat diukur (measurable) dan mudah dilaksanakan (manageable).

Rumusan masalah ialah citra atau resume yang dikonsep dari latar belakang penelitian. Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data, yang didasarkan dari masalah.Perumusan masalah didasarkan pada jenis penelitian, kuantitatif dan kualitatif. Perumusan atau restriksi masalah pada penelitian kuantitatif lebih didasarkan pada taraf kepentingan, urgensi, dan feasebilitas masalah yang akan dipecahkan. Selain itu, terdapat juga faktor keterbatasan tenaga, dana, dan waktu.Sementara dalam penelitian kualitatif, perumusan masalah diperlukan buat mempertajam fokus atau masalah, mempersempit atau memperjelas masalah hingga sespesifik mungkin sehingga rumusan masalah ini kemudian akan membantu peneliti di dalam menentukan tiap-tiap langkah penelitian.

Bentuk-bentuk atau jenis rumusan masalah dikembangkan berdasarkan penelitian menurut taraf eksplanasi (level of explanation). Bentuk atau jenis rumusan masalah bisa dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif (Sugiono, 2011: 35, 309)

Rumusan Masalah Deskriptif-KuantitatifRumusan masalah deskriptif ialah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri).Jadi, dalam penelitian ini peneliti tak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari interaksi variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian dengan rumusan masalah semacam ini kemudian disebut dengan penelitian deskriptif-kuantitatif

Contoh Rumusan Masalah Deskriptif Kuantitatif Seberapa baik kinerja Kabinet Bersatu? Seberapa tinggi efektivitas kebijakan mobil berpenumpang tiga di Jakarta? Seberapa tinggi taraf kepuasan dan apresiasi masyarakat terhadap pelayayang pemerintah daerah di bidang kesehatan?

Rumusan Masalah KomparatifRumusan masalah komparatif ialah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel dengan variabel yang lain pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Rumusan masalah komparatif ialah rumusan masalah yang memandu peneliti buat membandingkan antara konteks sosial atau domain satu dibandingkan yang lain.

Contoh Rumusan Masalah Komparatif Kuantitatif Adakah disparitas produktivitas kerja antara Pegawai Negeri, BUMN, dan Swasta? Adakah kecenderungan cara promosi antara perusahaan PT dengan CV. Adakah disparitas kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai Partikelir Nasional dan Perusahaan Asing? Adakah disparitas kenyamayang naik Kereta Barah dengan Bus menurut berbagai kelompok masyarakat?

Rumusan Masalah AsosiatifRumusan masalah asosaitif ialah suatu rumusan masalah penelitian yang berisfat meyangyakan interaksi antara dua variabel atau lebih. Dalam hal ini, terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu sebagai berikut.

a. Hubungan simetris, suatu interaksi antara fua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersamaan.b. Hubungan kausal, interaksi yang bersifat sebab-akibat, jadi ada variabel yang independen atau mempengaruhi, ada yang dependen atau dipengaruhi.c. Hubungan interaktif/resiprokal/timbal-balik, interaksi yang saling mempengaruhi, tak diketahui variabelnya yang mana dependen yang mana independen.

Contoh Rumusan Masalah Asosiatif Kuantitatif (Hubungan Simetris) Adakah interaksi antara banyaknya bunyi burung prenjak dengan tamu yang datang? Adakah interaksi antara banyaknya semut di pohon dengan taraf manisnya buah? Adakah interaksi antara rona rambut dengan kemampuan memimpin? Adakah interaksi antara jumlah pisau yang terjual dengan taraf kejahatan di suatu daerah? Adakah interaksi antara banyaknya radio dengan taraf kemalasan para remaja di suatu desa?

Contoh Rumusan Masalah Asosiatif Kuantitatif (Hubungan Kausal) Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja? Seberapa besar pengaruh kepemimpiyang nasional terhadap konduite masyarakat? Seberapa besar pengaruh tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja karyawan? Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan, dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan suatu sekolah?

Contoh Rumusan Masalah Asosiatif Kuantitatif (Hubungan Resiprokal) Hubungan antara motivasi dan prestasi. Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Hubungan antara panjangnya slot iklan dengan taraf penjualan. Hubungan antara jingle iklan dengan branding produk.

D. Masalah dan Judul PenelitianHal yang yang penting dan perlu dikerhatikan oleh calon peneliti setelah menemukan masalah adalah, apakah masalah yang akan diangkat memenuhi karakteristik masalah yang baik. Ada beberapa kriteria masalah penelitian yang baik, antara lain: Topik atau judul menarik Pemecahan masalah benar-benar bermanfaat bagi orang-orang dalam lapangan pekerjaan atau bidang tertentu. Masalah harus merupakan hal baru Masalah harus mengandung rancangan yang lebih komplek. Harus dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang diinginkan Tidak bertentangan dengan etika dengan moral

Setelah menemukan masalah dalam penelitian, peneliti dapat merumuskan judul penelitian. Judul penelitian yang baik harus mengandung beberapa unsur antara lain: variabel-variabel yang akan diteliti, hubungan antara variable dan populasi sasaran.

E. Contoh Masalah PenelitianBerikut ini contoh latar belakang masalah dan rumusan masalah berdasarkan fenomena saat ini dalam lingkup ekonomi. Penulis mengambil salah satu artikel yang berkaitan dengan isu perekonomian di Indonesia dan menganalisis masalah yang dapat diambil serta menentukan judul penelitian.

Artikel: Rabu, 16 Juli 2014

TDL Naik, Semen Indonesia Investasi Pembangkit Listrik

Jakarta (Surabaya Pagi) Lantaran terkena dampak mahalnya tarif dasar listrik yang terus naik, Semen Indonesia mengambil langkah membangung pembangkit tenaga listrik di Tuban jawa Timur. Proyek ini merupakan salah satu inovasi dan upaya efisiensi perusahaan. Demikian menurut penyataan Direktur Utama Semen Indonesia Dwi Sutjipto.

"Industri semen termasuk bisnis yang paling terkena dampak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) untuk 2014. Maka perseroan terus berinovasi dan efisiensi termasuk di bidang energi," ujarnya.

Untuk itu PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) bekerja sama dengan JFE Engginering Corporation, Jepang, membangun pembangkit listrik ramah lingkungan memanfaatkan energi panas buang atau Waste Heat Recovery Power Generation/WHRPG) di Tuban, Jawa Timur, dengan investasi Rp638 miliar. Penandatanganan kerja sama pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 30,6 megawatt (MW) itu dilakukan antara Direktur Utama Semen Indonesia Dwi Sutjipto dengan Managing Director JFE Tetsuo Tsuyuguchi, di Kantor Semen Indonesia, Jakarta, Selasa (15/7).

Dengan masa konstruksi sekitar 24 bulan, pembangkit ini ditargetkan dapat beroperasi pada akhir semester II 2016. Kandungan lokal dari proyek ini mencapai 52 persen, dan sisanya merupakan kandungan impor yang dipasok JFE."Pemerintah Jepang akan mendanai sekitar 20 persen atau Rp127,6 miliar. Selebihnya 80 persen atau Rp510,4 miliar dibiayai dari kas internal Semen Indonesia," kata Dwi.JFE merupakan representasi Kementerian Lingkungan Hidup Pemerintah Jepang untuk program "Joint Crediting Mechanism" (JCM) yang bertujuan mengurangi emisi karbon.

Menurut Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Agung Wiharto, pihak Jepang memberi bantuan berupa mesin pembangkit dengan teknologi ramah lingkungan. Mereka memilih Semen Indonesia karena kami mempunyai proyek ramah lingkungan, sementara Jepang sebagai negara maju kan memiliki perjanjian yang mewajibkan untuk berkontribusi dalam pengurangan emisi," jelasnya. Menurut Agung Wiharto, instalasi WHRPG tersebut diproyeksikan mampu menghasilkan energi listrik sekitar 30,6 megawatt yang akan digunakan untuk mensuplai kebutuhan listrik Pabrik Tuban.

Proyek ini akan berkontribusi pada pengurangan emisi karbon CO2, sebesar 122.358 ton per tahun. Penggunaan teknologi ramah lingkungan di Pabrik Tuban ini merupakan yang kedua di perseroan setelah sebelumnya dibangun dengan teknologi yang sama di Pabrik Indarung, Padang dengan kapasitas 8,5 MW dan mulai beroperasi di 2011.

Sebelumnya, pada Februari 2014 tambah Dwi, anak usaha Semen Indonesia, yaitu Semen Tonasa meresmikan pembangkit listrik berkapasitas 70 MW, sehingga total kapasitas pembangkit listrik menjadi 120 MW, sehingga menjadi produsen semen pertama di Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan listrik sendiri.

Sebagi informasi, empat unit pabrik milik PT Semen Indonesia di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, membutuhkan pasokan listrik sekitar 130 MW untuk operasional dan setiap tahun mengeluarkan biaya hingga hampir Rp1 triliun. Keempat pabrik tersebut menghasilkan energi panas sekitar 1.500 derajat celcius yang nantinya diolah menggunakan teknologi WHRPG menjadi energi listrik.

Agung menambahkan teknologi WHRPG sebelumnya sudah digunakan di PT Semen Padang (anak usaha PT Semen Indonesia) sejak 2012, namun energi listrik yang dihasilkan lebih kecil yakni 8 MW.

"Kami berharap teknologi serupa nantinya juga bisa diterapkan di pabrik semen kami yang ada di Sulawesi Selatan (PT Semen Tonasa)," tambahnya.

Pada bagian lain, Agung Wiharto menjelaskan bahwa Pabrik Tuban juga telah memanfaatkan energi alternatif selain batu bara untuk proses produksi, seperti sekam padi, ampas tebu, sabut kelapa, limbah pelumas, dan lainnya.

"Tetapi memang penggunaannya masih relatif kecil, baru sekitar 10 persen dari total kebutuhan batu bara yang mencapai lima juta ton per tahun. Secara bertahan, penggunaan energi alternatif akan terus ditingkatkan," katanya.

Dari permasalahan di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

Seberapa tinggi kontribusi penghematan teknologi WHRPG terhadap TDL pabrik? Adakah perbedaan efisiensi listrik antara teknologi WHRPG dengan PLT Biomassa? Seberapa besar pengaruh penggunaan WHRPG terhadap kesejahteraan masyarakat pemukim dekat pabrik?

Dari permasalahan di atas, penulis dapat pula menentukan judul penelitian PENGARUH PENGGUNAAN TEKNOLOGI WHPRG PT. SEMEN INDONESIA TERHADAP PENGHEMATAN TARIF DASAR LISTRIK DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI

DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Muslich dan Sri Iswati. 2009. Buku Ajar: Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya: AUP.

Lincoln, Yovana S; Guba.Egon. 1984. Naturalictic Inquiry. London: Sage Publication Beverly hills.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Toto Syatori Nasehuddien. 2008. Metodologi Penelitian (Sebuah Pengantar). Cirebon : STAIN Cirebon.

http://www.binasyifa.com/699/32/27/contoh-rumusan-masalah.htm, diakses pada tanggal 3 Maret 2015, pukul 16.00 WIB

http://expresisastra.blogspot.com/2013/09/pengertian-penelitian-dan-masalah-penelitian.html, diakses pada tanggal 3 Maret 2015, pukul 17.10 WIB

https://hennykartika.wordpress.com/2008/01/27/perumusan-masalah/, diakses pada tanggal 3 Maret 2015, pukul 16.20 WIB

https://mujahidinimeis.wordpress.com/2011/01/18/menentukan-masalah-penelitian/, diakses pada tanggal 3 Maret 2015, pukul 16.00 WIB

http://www.surabayapagi.com/index.php?read=TDL-Naik,-Semen-Indonesia-Investasi-Pembangkit-Listrik, diakses pada tanggal 3 Maret 2015, pukul 23.11 WIB

2Metodologi Penelitian Kuantitatif Masalah Penelitian