bab 2 lg
TRANSCRIPT
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 1/23
6
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Tumor Paru1. Pengertian
Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi dari bahasa
latin, yang berarti bengkak. Istilah tumor ini digunakan untuk menggambarkan
pertumbuhan biologikal jaringan tidak normal. Pertumbuhan tumor dapat
digolongkan sebagai ganas (malignant ) atau jinak (benign). Tumor paru dapat saja
benigna atau maligna. Tumor paru maligna dapat primer, yang timbul di dalam
paru atau mediastinum, atau dapat merupakan metastasis dari tumor primer
dimanapun di dalam tubuh. Tumor paru metastasis terjadi seringkali karena aliran
darah membawa sel-sel kanker yang bebas dari kanker primer dimana saja di
dalam tubuh ke paru. Tumor tumbuh di dalam dan di antara aleoli dan bronki,
mendorong aleoli dan bronki sejalan dengan pertumbuhan mereka (!melt"er,
#$1%).
#. &tiologi (!melt"er, #$1%).
'eberapa faktor telah dikaitkan dengan terjadinya tumor parukanker paru,
yaitu sebagai berikut
a. *sap Tembakau
+anker paru adalah sepuluh kali lebih umum terjadi pada perokok
disbanding pada bukan perokok. isiko ditentukan dengan riwayat jumlah
merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari
dikali jumlah tahun merokok). !elain itu, makin muda seseorang memulai
merokok, makin besar resiko terjadinya kanker paru.
b. Perokok Pasif
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 2/23
7
Perokok pasif telah diidentifikasi sebagai penyebab yang mungkin dari
kanker paru. Indiidu yang seara inolunter terpajan pada asap tembakau
dalam lingkungan yang dekat beresiko terhadap terjadinya kanker paru.. Polusi dara
'erbagai karsinogen telah diidentifikasi dalam atmosfir, termasuk sulfur,
emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik.
Insiden kanker paru lebih besar pada daerah perkotaan sebagai akibat
penumpukan polutan dan emisi kendaraan bermotor.
d. adon
adon adalah gas tidak berwarna, tidak berbau, ditemukan dalam tanah
dan bebatuan. /as ini dapt menyusup ke dalam rumah-rumah melalui
bebatuan di dasar tanah. !ekarang, kadar radon yang tinggi (lebih besar
dari % pikouri0) telah dikaitkan dengan terjadinya kanker paru. Pemilik
rumah diharuskan memeriksa kadar radon dalam rumah dan untuk
mengatur entilasi apabila ditemukan kadar radon dalam rumah tinggi.
e. itamin *
iset menunjukkan bahwa terdapat hubungan dengan diet rendah masukan
itamin * dan terjadinya kanker paru. Telah menjadi postulat bahwa
itamin * berkaitan dengan pengaturan deferensiasi sel.
f. 2aktor lain
2aktor lain yang mempunyai kaitannya dengan kanker paru adalah
termasuk predisposisi genetik dan penyakit pernafasan lain yang
mendasari seperti PP34, dan tuberulosis. +ombinasi faktor-faktor resiko
seperti merokok, sangat meningkatkatkan resiko terjadinya kanker paru.
5. /ejala Tumor Paru+anker Paru
a. /ejala intra pulmoner yang meliputi
1) 'atuk, kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor.
'atuk mulai sebagai batuk kering, tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental, purulen
dalam berespon terhadap infeksi sekunder (!melt"er, #$1%).
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 3/23
8
#) 'atuk darah, pasien sering membatukkan sputum yang bersemu darah,
terutama pada pagi hari. !putum menjadi berwarna merah karena
sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.5) 6yeri dada, jika tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dan ke
nodus limfe regional, pasien dapat menunjukkan nyeri dada dan sesak.
%) !esak nafas,
b. /ejala intra torasik intrapulmoner yang meliputi penekanan ataupun
pengrusakan struktur sekitar (Padila, #$1#)
1) Nervus phrenicus, akan menyebabkan lumpuhnya diafragma
#) !araf simpatis
5) Eshopagus (dispagia)
%) Vena cava superior , yang dapat menyebabkan bengkak pada wajah,
leher dan pembuluh darah kontralteral.
7) Trachea bronchus, yang menyebabkan sesak
. /ejala ekstratorak metastase yang akan menimbulkan manifestasi klinik
tergantung dari daerah yang terkena (Padila, #$1#).
%. Patofisiologi
8ari etiologi yang menyerang perabangan segmen sub bronkus
menyebabkan silia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. 8engan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia, dan dysplasia. 'ila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyoerplasia dan dysplasia menembung ruang pleura, bisa timbul efusi
pleura dan bisa diikuti inasi langsung pada kosta dan korpus ertebra.
0esi yang letaknya sentral berasal dari salah satu abang bronkus yang
terbesar. 0esi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
supurasi dibagian distal. /ejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam. Wheezing unilateral dapat terdengar pada
auskultasi. +anker paru dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esophagus, periardium, otak, dan tulang rangka.
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 4/23
9
93:
'ronhus (perabangan segmen atau subsegmen)
Trauma arus udara (Tar rokok, paparan industri)
'ahan karsinogenik mengendap
Perubahan epitel silia dan mukosa ulserasi bronhus
8eskuamasi Produksi muus meningkat
:ell adangan (resere ell) basal muosa bronhus
;yperplasi, metaplasi
!el +anker +erusakan <aringan Paru
4anifestasi +linis 6yeri di sekitar daerah kanker
Intrapulmoner
+anker lumen bronkus
4+ +etidakefektifan
bersihan jalan nafas
4+ 6yeri
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 5/23
10
Pro=imal 8istal
!umbatan parsial 'ronkiektasis*telektasis
!esak nafas
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Thorax foto dilakukan untuk menari tahu densitas paru, nodul perifer
soliter (lesi koin), atelektasis, dan infeksi (!melt"er, #$1%).
b. &ndoskopi, untu mengetahui perubahan pada bronkus, permukaan tumor
dan pengambilan bahan untuk pemeriksaan sitologi (Padila, #$1#).
. !itologi, dilakukan untuk menari tahu sel-sel maligna (!melt"er, #$1%).
d. 'ronkhographi, membantu dalm mengidentifikasi sumber sel-sel maligna
serta kemungkinan keluasan dari pembedahan yang diperkirakan.
e. Tomogram > CT-Scan, untuk mengealuasi jaringan parenkim paru dan
pleura (Padila, #$1#).f. 'iopsi
g. Immunologi
?. Penatalaksaan 4edis
*dapun terapi yang biasa dilakukan pada pasien kanker paru tumor paru
meliputi (Padila, #$1#)
a. Pembedahan
4+ /angguan
Pertukaran /as4+
+etidakefektifan
Pola 6afas
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 6/23
11
eseksi bedah adalah metode yang lebih dipilih untuk pasien engan tumor
tanpa penyebaran metastati dan mereka yang fungsi jantung paru masih
baik. Tiga tipe reseksi paru yang mungkin dilakukan lobektomi (satu
lobus paru diangkat), lobektomi sleeve (lobus yang mengalami kanker
diangkat dan segmen bronkus besar di reseksi), dan pneumoktomy
(pengangkatan seluruh paru).
b. adiasi
Terapi radiasi dapat menyembuhkan tumor paru dalam presentasi keil.
Terapi radiasi ini sangat bermanfaat dalam pengendalian neoplasma yang
tidak dapat direseksi tetapi yang respinsif terhadap radiasi. adiasi juga
dapat digunakan untuk mengurangi ukuran tumor, sebagai pengobatan
paliatif untuk menghilangkan tekanan tumor pada struktur ital.
. +emoterapi
8igunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani
pasien dengan tumor paru sel keil atau dengan metastasis luas, dan untuk
melengkapi bedah atau terapi radiasi.
d. !itostatika
e. ;ormonal
f. Immunologi
@. Penatalaksanaan +eperawatan
Perhatian khusus difokuskan pada manifestasi pernafasan dari penyakit.
Penatalaksanaan jalan nafas diperlukan untuk mempertahankan patensi jalan nafas
melalui pembuangan sekresi atau eksudat. 8engan membesarnya tumor, tumor
dapat menekan bronkus atau mengenai area jaringan paru yang luas. 6apas dalam,
batuk, aerosol, dan entilasi mekanik diperlukan ketika terjadi kerusakan
pernafasan (!melt"er, #$1%).
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 7/23
12
A. *suhan +eperawatan Pada Pasien Tumor Paru
a. Pengkajian
1) Identitas klien
4erupakan biodata klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, dan alamat.
#) iwayat penyakit sekarang
+eluhan yang biasa munul pada klien kanker paru-paru biasanya
batuk terus menerus, dahak berdarah, sesak nafas dan pendek-pendek,
sakit kepala.
5) iwayat kesehatan terdahulu
+emungkinan yang munul pada riwayat kesehatan terdahulu adalah
perokok berat, lingkungan tempat tinggal di daerah yang teremar
polusi udara, pernah mengalami bronhitis kronik, pernah terpajan
bahan kimia seperti asbestos.
%) iwayat penyakit keluarga
8i keluarga pasien ada yang pernah mengidap penyakit kanker paru-
paru.
7) Pola 2ungsi +esehatan
a) *ktiitas istirahat kelemahan, ketidakmampuan
mempertahankan kebiasaan rutin, dispnoe karena aktiitas,
kelesuan biasanya tahap lanjut.
b) !irkulasi Peningkaran ena <ugulari, 'unyi jantung gesekan
perikordial ( menujukan efusi ) tahyardia, disritmia, jari tabuh.
) Integritas &go *nsietas, takut akan kematian, menolak kondisi
yang berat, gelisah, insomnia, pertanyan yang diulang-ulang.
d) &liminasi 8iare yang hilang timbul (ketidakseimbangan
hormonal), peningkatan frekuensijumalah urine
(ketidakseimbangan hormonal).
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 8/23
13
e) 4akananairan Penurunan 'erat badan, nafsu makan buruk,
penurunan masukan makanan, kesulitan menelan,
hauspeningkatan masukan airan. +urus, kerempeng, atau
penampilan kurang bobot.
f) +etidaknyamanannyeri nyeri dada, dimana tidakdapat
dipengaruhi oleh perubahan posisi. 6yeri bahutangan, nyeri
tulangsendi, erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan
hormon pertumbuhan. 6yeri abdomen hilangtimbul.
g) Pernafasan 'atuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya,
peningkatan produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar
bahan karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan riwayat
merokok. ispnoe, meningkat dengan kerja, peningkatan fremitus
taktil, krekelsmengi pada inspirasi atau ekspirasi (ganguan aliran
udara). +rekelsmengi yang menetap penyimpangan trakeal (area
yang mengalami lesi), ;emoptisis.
h) +eamanan 8emam, mungkin adatidak, kemerahan, kulit puat.
i) !eksualitas /inekomastia, amenorea, atau impoten.
?) Pemeriksaan 2isik
a) Inspeksi
Pola, frekuensi nafas, kedalaman, jenis nafas, durasi inspirasi
ekspirasi. +esimetrisan dada. etraksi otot-otot dada. Penggunaan
otot bantu pernafasan. Pasien dengan penyakit paru obstruktif
sering duduk dan menyangga diri dengan tangan atau menyangga
dengan siku di meja sebagai upaya untuk mengangkat klaikula
sehingga memperluas kemampuan ekspansi dada. +ajji sianosis.
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 9/23
14
Pada pasien kanker paru biasanya memiliki kuku berbentuk tabuh.
+ulit puat. 2rekuensi batuk. +arakteristik sputum.
b) Palpasi
6yeri pada dada. Taktil fremitu (pada pasien normal ibrasi taktil
fremitu ada, ini dapat menurun atau tidak ada bila terdapat sesuatu
diantara tangan pemeriksa dan paru pasien serta dinding dada).
Palapasi denyut nadi, frekuensi, irama, dan kekuatan. Capillary
refill!
) Perkusi
4emastikan adanya pembesaran organ paru dan adanya
penumpukan sekret.
d) *uskultasi
!uara nafas tambahan dan denyut jantung.
b. 8iagnosa +eperawatan
1) +etidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi sekret
#) /angguan pertukaran gas b.d hipoksia kronik pada jaringan paru
5) +etidakefektifan pola nafas b.d penurunn ekspansi paru
%) :emas b.d penyakit kritis, takut terhadap kematian
7) esiko terjadinya infeksi saluran nafas b.d pemasangan selang
en"otracheal .
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 11/23
17
c. Intervensi Keperawatan
6
o
8iagnosa
+eperawatan
Tujuan (63:) Interensi (6I:)
1 +etidakefektifan
bersihan jalan nafas
b.d peningkatan
produksi sekret
8efinisi
+etidakmampuan
untuk
membersihkan
sekresi atau
obstruksi darisaluran pernafasan
untuk
mempertahankan
kebersihan jalan
nafas.
63: #espiratory status $
Ventilation% #espiratory status
$ &ir'ay patency% &spiration
Control! +riteria hasil
berdasarkan 63:
1) 4endemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
( mampu mengeluarkan
sputum, bernafas denganmudah, tidak ada pursed
lips)
#) 4enunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa terekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas
abnormal)
5) 4ampu
mengidentifikasikan dan
menegah faktor yang
penyebab.
%) !aturasi 3# dalam batas
normal
7) 2oto thorak dalam batas
normal
1. Pastikan kebutuhan oral
traheal sutioning.
#. 'erikan 3ksigen
5. *njurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam
%. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan entilasi
7. 0akukan fisioterapi dada jika
perlu
?. +eluarkan sekret dengan
batuk atau sution
@. *uskultasi suara nafas, atat
adanya suara tambahan
A. 'erikan bronkodilator
B. 'erikan antibiotik
1$. 4onitor respirasi dan status
3#
11. Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk mengenerkan
sekret1#. <elaskan pada pasien dan
keluarga tentang penggunaan
peralatan 3#, !ution,
Inhalasi.
1.
#.
5.
%.
7.
?.
@.
A.
B.
1
1
1
# /angguan
pertukaran gas b.d
hipoksia kronik
pada jaringan paru
63: espiratory !tatus
/as e=hange,
+eseimbangan asam
'asa, &lektrolit,
espiratory !tatus
1. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan entilasi
#. Pasang mayo bila perlu
5. 0akukan fisioterapi dada jika
1.
#.
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 12/23
18
8efinisi +elebihan
atau kekurangan
dalam oksigenasi
dan atau
pengeluaran
karbondioksida di
dalam membran
kapiler aleoli
entilation, ital !ign
!tatus. +riteria hasil
63:
1) 4endemonstrasikan
peningkatan entilasi
dan oksigenasi yang
adekuat
#) 4emelihara kebersihan
paru paru dan bebas
dari tanda tanda
distress pernafasan
5) 4endemonstrasikan
batuk efektif dan suara
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas
dengan mudah, tidak
ada purse" lips)
%) Tanda tanda ital dalam
rentang normal
7) */8 dalam batas
normal?) !tatus neurologis dalam
batas normal
perlu
%. +eluarkan sekret dengan
batuk atau sution
7. *uskultasi suara nafas, atatadanya suara tambahan
?. 'erikan bronkodilator
@. 4onitor respirasi dan status
3#
A. :atat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supralaiular dan interostal
B. 4onitor suara nafas, seperti
dengkur
1$. 4onitor pola nafas
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperentilasi,
heyne stokes, biot
11. *uskultasi suara nafas, atat
area penurunan tidak adanya
entilasi dan suara tambahan
1#. 4onitor TT, */8, elektrolit
dan ststus mental
15. 3bserasi sianosis khususnya
membran mukosa
1%. <elaskan pada pasien dan
keluarga tentang persiapan
tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan
(3#, !ution, Inhalasi)
5.
%.
7.
?.
@.
A.
B.
1
1
1
1
1
5 +etidakefektifan ;asil 63: esponsnentilasi 1. Pantau adanya puat dan 1.
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 13/23
19
pola nafas b.d
penurunn ekspansi
paru
8efinisi Inspirasi
danatau ekspirasi
yang tidak member
entilasi yang
adekuat
mekanis 3rang dewasa, status
pernapasan +epatenan jalan
nafas, !tatus espirasi
entilasi, !tatus Tanda ital.
+riteria ;asil
1. !tatus entilasi dan
pernafasan tidak terganggu
#. +epatenan jalan nafas
5. Tanda-tanda ital dalam
batas normal
sianosis
#. Pantau pernafasan pasien
(keepatan, irama,
kesimetrisan, suara nafas, pola
pernafasan)
5. *njurkan pada pasien untuk
teknik relaksasi napas dalam
%. *tur posisi klien semi fowler
7. 'erikan terapi nebuli"er sesuai
program
#.
5.
%.
7.
B. Konsep Ventilasi e!ani!
1. Pengertian
entilasi mekanik adalah alat bantu pernafasan bertekanan negatif atau
positif yang dapat mempertahankan entilasi dan pemberian oksigen dalam
waktu yang lama (!melt"er, #$1%).
#. +lasifikasi
entilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan ara alat tersebut
mendukung entilasi, dua kategori umum adalah entilator tekanan negatif
dan entilator tekanan positif.
a. entilator Tekanan 6egatif
entilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada
eksternal dengan mengurangi tekanan intrathoraks selama inspirasi
memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi
olumenya. entilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas
kronik yang akan berhubungan dengan kondisi neurovascular seperti
poliomyelitis, "istrofi muscular , sklerosis lateral amiotrifik dan miastenia
gravis. Penggunaan yang tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau
pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan entilasi sering.
b. entilator Tekanan Positif
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 14/23
22
entilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan
mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas, dengan demikian
mendorong aleoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada entilator
jenis ini diperlukan intubasi endotrakheal atau trakhoestomi. entilator ini
seara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru primer.
Terdapat tiga jenis entilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus
( (ressure Cycle" Ventilator ), waktu bersiklus (Time Cycle" Ventilator ),
dan olume bersiklus (Volume Cycle" Ventilator ).
)* (ressure Cycle" Ventilator (P:)
Prinsip dasar entilator tipe ini adalah siklusnya menggunakan
tekanan. 4esin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah
menapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup
inspirasi tertutup dan ekspirasin terjadi dengan pasif. +erugian pada
tipe ini, bila ada omplain paru, maka olume udara yang diberikan
juga berubah. !ehingga pada pasien yang status parunya tidak stabil,
penggunaan entilator jenis ini tidak dianjurkan.
+* Time Cycle" Ventilator (T:)
Prinsip kerja dari entilator tipe ini adalah siklusnya yang berdasarkan
waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. 9aktu
inspirasi ditentukan oleh waktu dan keepatan inspirasi (jumlah napas
permenit). 6ormal ratio I (Inspirasi ) & (&kspirasi) C 1 #.
,* Volume Cycle" Ventilator (:)Prinsip dasar entilator ini adalah siklusnya berdasarkan olume.
4esin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah menapai
olume yang telah ditentukan. +euntungan entilator tipe ini adalah
perubahan pada omplain paru pasien tetap memberikan olume tidal
yang konsisten.
5. 4ode 3perasional entilator
a! o"e Control
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 15/23
23
Pada mode ontrol, mesin seara terus-menerus membantu pernafasan
pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek,
lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini entilator mengontrol
pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekuensi dan olume yang
telah ditentuakan pada entilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk
mengawali inspirasi.
'ila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas yang tinggi
dan ketidaknyamanan, dan bila pasien berusaha nafas sendiri, bias terjadi
fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam
paru meningkat dan bisa berakibat aleoli peah dan terjadi
pneumothora=.
b. 4ode I4 ( .ntermitten an"atory Ventilation) dan !I4 (Sincronize"
.ntermitten an"atory Ventilation)
Pada mode ini entilator memberikan bantuan nafas seara selang seling
dengan nafas pasien itu sendiri. 4ode ini digunakan pada pernafasan
asinkron dalam penggunaan model ontrol, klien dengan hiperentilasi.
+lien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin dan sewaktu-waktu
diambil alih oleh entilator. Pada mode I4 pernafasan man"atory
diberikan pada frekuensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien
pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan
segala akibatnya.
3leh karena itu pada entilator generasi terakhir mode I4-nya
disinkronisasi (!I4). !ehingga pernafasan man"atory diberikan sinkron
dengan piuan pasien. 4ode I4!I4 diberikan pada pasien yang
sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih
membutuhkan bantuan. !I4 dapat digunakan untuk entilasi dengan
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 16/23
24
tekanan udara rendah, otot tidak begitu lelah dan efek barotrauma
minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya tergantung pada
aktiasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal olume dan
atau frekuensi nafas kurang adekuat.
. 4ode *!'P! ( &ssiste" Spontaneus /reathing (ressure Support )
4ode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien
yang masih bisa bernafas tetapi tidal olumenya tidak ukup karena
nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk
bernafas. 'ila pasien tidak mampu untuk memiu trigger maka udara
pernafasan tidak diberikan.
d. :P*P (Continous (ositive &ir (ressure)
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan
pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. entilator ini
berkemampuan untuk meningkatkan 2:. 'iasanya digunakan untuk
penyapihan entilator. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk menegah
atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari
entilator.
%. Indikasi Pemasangan entilator 4ekanik
a. +egagalan entilasi
)* Neuromuscular "isease
+* Central nervous system "isease
5) 8epresi system saraf pusat
0* usculosceletal "isease7) +etidakmampuan thoraks untuk entilasi
b. +egagalan pertukaran gas
1) /agal napas respiratory failure akut maupun kronik
#) Penyakit paru D gangguan difusi
5) Penyakit paru-entilasi perfusi mismath
. /agal nafas
7. +riteria Pemasangan entilator
a. 2rekuensi nafas lebih dari 57=menit
b. ;asil analisa gas darah dengan 3# masker Pa3# kurang dari @$ mm;g
. Pa:3# lebih dari ?$ mm;g
d. *a3# dengan 3# 1$$E lebih dari 57$ mm;g
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 17/23
25
e. Vital capacity kurang dari 17 ml kg ''
?. ariabel dalam entilasi 4ekanik
ariabel dalam entilasi mekanik digunakan untuk menentukan modus
operasional entilator terdapat empat parameter yang diperlukan untuk
pengaturan pada penggunaan volume cycle entilator, % ariabel penting dalam
entilasi mekanik yaitu
a. 2rekuensi nafas permenit, yaitu jumlah berapa kali inspirasi diberikan
entilator dalam 1 menit (1$-1# bpm)
b. Tidal olume, yaitu jumlah gas atau udara yang diberikan entilator
selama inspirasi dalam satuan ml atau liter (7-1$kg '')
. +onsentrasi oksigen (2i3#) yang diberikan pada inspirasi (#1-1$$E)d. (ositive en" respiratory pressure1 flo' rat , yaitu keepatan aliran gas atau
olume gas yang dihantarkan permenit (litermenit)
Pada klien dewasa, frekuensi entilator diatur antara 1#-17=menit. Tidal
olume istirahat @ ml kg ''., dengan entilasi mekanik tidal olume yang
digunakan adalah 1$-17 ml kg''. ntuk mengkompensasi dead spae dan
untuk meminimalkan atelektasis ( 0e4one dan 'urke, #$$A).
<umlah oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen
dalam gas. +arena resiko keraunan dan fibrosis pulmonal maka 2i3# diatur
dalam leel yang rendah. P3# dan saturasi oksigen arteri digunakan untuk
menentukan konsentrasi oksigen. P&&P digunakan untuk menegah kolaps
aleoli dan untuk meningkatkan difusi aleolikapiler.
@. +omplikasi entilasi 4ekanik
entilator adalah alat untuk membentu pernafasan klien, tapi bila
perawatannya tidak tepat bisa menimbulkan komplikasi seperti
a. Pada Paru
1) 'aro trauma tension pneumothorax, empisema sub kutis, emboli udara
askuker, atelektasis.
#) Infeksi paru
5) +eraunan oksigen
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 18/23
26
%) <alan nafas buatan king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat
7) *spirasi airan lambung
?) Tidak berfungsinya penggunaan entilator
@) +erusakan jalan nafas bagian atas
b. Pada !istem +ardioaskuler ;ipotensi, menurunnya ardia output dikarenakan menurunnya aliran
balik ena akibat meningkatnya tekanan intra thora= pada pemberian
entilasi mekanik dengan tekanan tinggi.
. Pada !istem !araf Pusat
1) asokontriksi erebral, terjadi karena penurunan tekanan :3# arteri
(Pa:3#) dibawah normal akibat dari hiperentilasi.
#) 3edema erebral, terjadi karena peningkatan tekanan :3# arteri diatas
normal akibat dari hipoentilasi.
5) Peningkatan tekanan intra ranial
%) /angguan kesadaran
7) /angguan tidur.
d. Pada !istem /astrointestinal
1) 8istensi lambung dan illeus
#) Perdarahan lambung.
". EBN
1. +onsep Suction
a. Pengertian
Suction (penghisapan lendir) adalah aspirasi gas atau airan dengan
ara mekanis (+umala, #$1$).
Penghisapan lendir (sution) merupakan tindakan pada pasien yang
tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender seara mandiri. Tindakan
tersebut dilakukan sebagai membersihkan jalan nafas dan memenuhi
kebutuhan oksigenasi (;idayat, #$$A).
Suction adalah suatu tindakan untuk membersihakan jalan nafas
dengan memakai kateter penghisap melalui nasotrakheal tube (6TT),
orotraheal tube (3TT), traheostomy tube (TT) pada saluran nafas bagian
atas. 'ertujuan untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 19/23
27
sputum, merangsang batuk, dan menegah terjadinya infeksi paru.
Prosedur ini dikontraindikasikan pada klien yang mengalami kelainan
yang dapat menimbulkan spasme laring terutama sebagai akibat
penghisapan melalui trakea, gangguan perdarahan, edema laring, arises
esophagus, perdarahan gaster, dan infark miokard (&lly, #$$7).
b. Indikasi Tindakan Suction
4enurut !melt"er, #$15 indikasi penghisapan lendir lewat endotrakheal
adalah untuk
1) 4enjaga jalan nafas tetap bersih, apabila
a) Pasien tidak mampu batuk efektif
b) 8iduga aspirasi#) 4embersihkan jalan nafas, apabila ditemukan
a) Pada auskultasi terdengar suara napas yang akasar atau terdengar
suara napas tambahan
b) 8iduga ada sekresi muus pada saluran pernafasan
) *pabila klinis memperlihatkan adanya peningkatan beban kerja
system pernafasan
5) Pengambilan spesimen untuk kebutuhan laboratorium
%) !ebelum dilakukan radiologis ulang untuk ealuasi
7) ntuk mengetahui kepatenan dari pipa endotrakheal
. Tujuan Suction
4enurut !melt"er, #$1%, tujuan dilakukan tindakan suction adalah sebagai
berikut
1) ntuk memelihara saluran nafas tetap bersih
#) ntuk mengeluarkan sekret dari pasien yang tidak mampu untuk
mengeluarkan sendiri
5) 8iharapkan suplai oksigen terpenuhi dengan jalan nafas yang adekuat.
d. Prosedur Tindakan Suction4enurut <ean !mith (#$1$), langkah-langkah dalam suction adalah
sebagai berikut
1) <elaskan prosedur pada klien
#) :ui tangan dan atur alat-alat
a) !et sution lengkap dan siap pakai
b) +ateter penghisap steril ukuran #$ untuk dewasa
) !arung tangan steril
d) *las dada atau handuk
e) +om berisi airan desinfektan untuk membilas kateter
f) *mbubag
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 20/23
28
g) !elang 3#
h) 6a:l $,BE
i) +asa steril dan alohol @$E
5) 0akukan semua prosedur yang dapat mengenerkan sekret (misalnya,
postural "rainage, nebulisasi, perkusi)
%) <ika mengganti selang endotrakheal, siapkan plester. Tentukan panjang
kateter yang akan dimasukkan
a) ntuk nasal trahea
kur panjang kateter dari ujung hidung ke adaun telinga dan
sepanjang sisi samping leher ke kartilago tiroid ( &"am2s apple)
b) ntuk oral trachea
kur panjang kateter dari mulut ke midsternum
7) Pasang sarung tangan, kaa mata pelindung, go'n, dan masker ?) Posisikan klien miring ke samping atau telentang dengan bagian
kepala tempat tidur ditinggikan
@) *ktifkan mesin penghisap dan posisikan jari menutup ujung selang
yang tersambung dengan mesin penghisap. Tekanan yang digunakan
harus berkisar dari 7$mm;g untuk bayi sampai 1#$ mm;g untu
dewasa
A) 'uka larutan irigasi steril dan tuangkan ke dalam mangkuk steril. 'uka
sarung tangan streil dan kemasan kateter penghisap.
B) 0etakkan handuk dibawah dagu klien
1$) Pasang sarung tangan steril di tangan yang dominan
11) /ulung sebagian selang penghisap mengelilingi tangan yang dominan.
Pegang port pengendali kateter penghisap dengan yang steril dan
selang yang tersambung dengan mesin penghisap di tangan non
dominan. !ambungkan port selang kateter penghisap dengan selang
yang tersambung pada mesin
1#) /eser tangan steril dari port pengendali ke selang kateter penghisap
15) 0umasi ujungb kateter @,7 D 1$ m dengan larutan irigasi
1%) 8engan tangan non steril, buka sambungan selang penyedia oksigen
dari selang endotraheal dansambungkan dengan ambubag. *tur
oksigen pada ambubag hingga 1$$E dan aktifkan aliran penuh.
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 21/23
29
17) 4inta bantuan asisten untuk memberikan entilasi, beri tiga sampai
lima entilasi dalam. +emudian lepas ambubag. <ika klien mampu,
minta klien untuk mengambil napas dal 5-7 kali.1?) 0akukan penghisapan
a) 4asukkan kateter ke dalam endotrakheal dengan melakukan
gerakan memutar kea rah bawah. Pastikan jari tidak menutup
lubang port kateter penghisap. 0anjutkan memasukkan selang
sampai ada tahanan atau batuk terstimulasi. <ika kateter menemui
tahanan setelah dimasukkan pada jarak yang diperkirakan,
mungkin diperkirakan menyentuh karina. <ika demikian, tarik 1 m
sebelum memasukkan lebih jauh atau melakukan penghisapan.
b) Posisikan ibu jari menutur port penghisap
) 4inta klien untuk batuk
d) Tarik kateter dengan gerakan sirkular, gukung diantara ibu jari dan
jari lainnya. <angan melakukan prosedur penghisspan lebih dari 1$
detik.
1@) 0etakkan ujung selang kateter dalam larutan steril sekitar 1-# detik.
1A) langi langkah 1? dan 1@ sekali lagi. 4inta pasien bernafas lima kali,
saat andaa mengkaji bunyi nafas bronkus dan kaji status sekret. langi
langkah ini satu sampai dua kali jika saat pengkajian ditemukan sekret
yang masih tersisa.
1B) +empiskan selang balon endotrakheal dan ulangi penghisapan.
+embangkan kembali balon dengan tekanan yang sesuai.#$) !elanjutnya, lakukan penghisapan oral dan perawatan mulut.
#1) 4emasukkan kateter ke dalam mulut sepanjang jalur rahang dan
arahkan ke orofaring sampai klien batuk atau terasa ada tahanan.
Pastikan jari tidak menutup lubang port kateter penghisap.
##) Tarik kateter seara perlahan sambil melakukan penghisapan dengan
menutup lubang port kateter penghisap.
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 22/23
30
#5) ;indari kontak langsung kateter dengan mukosa yang teriritasi atau
luka. 0etakkan ujung selang kateter penghisap ke dalam larutan steril
sekita 1-# detik.#%) 4inta klien bernafas 5-% kali saat anda mengauskultasi bunyi nafas
bronkus dan kaji status seret.
#7) langi langkah 15-1@ sekali atau dua kali jika seret masih tersisa.
#?) <ika seret sudah bersih, irigasi mulut dengan obat kumur sebanyak 7-
1$ ml dan meminta klien untuk membilas mulutnya.
#@) 'uka sambungan selang kateter dengan sselang penghisap yang
tersambung dengan mesin, dan matikan mesin.
#A) *tur posis klien dengan kepala tempat tidur di eleasi %7 derajat, pagar
pengaman tempat tidur dipasang.
#B) 'uang alat dan sarung tangan kotor dengan tepat
e. +omplikasi tindakan suction
8alam melakukan tindakan suction, perawat harus memperhatikan
komplikasi yang mungkin akan ditimbulkan, antara lain yaitu
1) ;ipoksemia
#) Trauma jalan nafas
5) Infeksi nosokomial
0* #espiratory arrest
3* /ronkospasme
?) Perdarahan pulmonal
@) 8isritmia jantung
A) ;ipertensihipotensi (+o"ier, #$1$)
#. <urnal +eperawatan
4enurut !ubirana, dkk (#$$@) dalam jurnalnya yang berjudul F Close"
tracheal suction systems versus open suction systems for mechanically ventilate"
a"ult patients ( #evie'), lima studi (*dams 1BB@, :onrad 1BAB, 0orente #$$7,
abitsh #$$%, Gielman 1BB#) melaporkan data jumlah tindakan sution per hari.
8ari data tersebut didapatkan bahwa tidak menemukan perbedaan yang signifikan
dalam jumlah manuer. 8ua penelitian (abitsh #$$%, 9itmer 1BB1) melaporkan
bahwa dalah hal sekret yang keluar, tidak ada perbedaan yang signifikan diantara
dua system sution (4pen suction systems dan Close suction systems).
7/25/2019 BAB 2 lg
http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 23/23
31
8alam jurnal ini mengulas 1? penelitian untuk mengealuasi efek dari open
suction system dan close" suction system. 8ua system ini tampak serupa dalam
keefektifannya dan keselamatan. ;asil tinjauan menunjukkan tidak ada efek *P
(ventilator assiste" pneumonia) diantara dua sistem sution. Pengaruh sistem
sution yang digunakan pada resiko kematian tidak ada perbedaan. Tidak ada
statisti perbedaan yang signifikan yang ditemukan antara open suction system
dan close" suction system (:ombes #$$$, Topelli #$$% dalam !ubirana, #$$@).
+esimpulan dalam jurnal ini adalah suction adalah interensi yang
membutuhkan kehati-hatian , dilakukan berdasarkan keputusan klinis perawat dan
menggunakan teknik aseptik . lasan ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
dalam risiko *P dan mortalitas antara open suction system dan close" suction
system.