bab 2 lg

23
6 BAB 2 TINJAUAN TEORI A. Konse p T umor Paru 1. Pengert ian Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi dari bahasa latin, yang berarti bengkak. Istilah tumor ini digunakan untuk menggambarkan  pertumbuhan biologikal jaringan tidak normal. Pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas ( malignant ) atau jinak ( benign). Tumor paru dapat saja benigna atau maligna. Tumor paru maligna dapat primer, yang timbul di dalam  paru atau mediastinum, atau dapat merupakan metastasis dari tumor primer dimanapun di dalam tubuh. Tumor paru metastasis terjadi seringkali karena aliran darah membawa sel-sel kanker yang bebas dari kanker primer dimana saja di dalam tubuh ke paru. Tumor tumbuh di dalam dan di antara aleoli dan bronki, mendorong aleoli dan bronki sejalan dengan pertumbuhan mereka (!melt"er, #$1%). #. &ti olo gi (!melt" er, #$1%) . 'eberapa faktor telah dikaitkan dengan terjadinya tumor parukanker paru, yaitu sebagai berikut a. *s ap Temb akau +anker paru adal ah sepuluh kali lebi h umum terja di pa da perokok disbanding pada bukan perokok. isiko ditentukan dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok). !elain itu, makin muda seseorang memulai merokok, makin besar resiko terjadinya kanker paru.  b. Perokok Pasif 

Upload: liaa-dong-dong

Post on 28-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 1/23

6

BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Tumor Paru1. Pengertian

Tumor merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi dari bahasa

latin, yang berarti bengkak. Istilah tumor ini digunakan untuk menggambarkan

 pertumbuhan biologikal jaringan tidak normal. Pertumbuhan tumor dapat

digolongkan sebagai ganas (malignant ) atau jinak (benign). Tumor paru dapat saja

benigna  atau maligna. Tumor paru maligna dapat primer, yang timbul di dalam

 paru atau mediastinum, atau dapat merupakan metastasis dari tumor primer 

dimanapun di dalam tubuh. Tumor paru metastasis terjadi seringkali karena aliran

darah membawa sel-sel kanker yang bebas dari kanker primer dimana saja di

dalam tubuh ke paru. Tumor tumbuh di dalam dan di antara aleoli dan bronki,

mendorong aleoli dan bronki sejalan dengan pertumbuhan mereka (!melt"er,

#$1%).

#. &tiologi (!melt"er, #$1%).

'eberapa faktor telah dikaitkan dengan terjadinya tumor parukanker paru,

yaitu sebagai berikut

a. *sap Tembakau

+anker paru adalah sepuluh kali lebih umum terjadi pada perokok 

disbanding pada bukan perokok. isiko ditentukan dengan riwayat jumlah

merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari

dikali jumlah tahun merokok). !elain itu, makin muda seseorang memulai

merokok, makin besar resiko terjadinya kanker paru.

 b. Perokok Pasif 

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 2/23

7

Perokok pasif telah diidentifikasi sebagai penyebab yang mungkin dari

kanker paru. Indiidu yang seara inolunter terpajan pada asap tembakau

dalam lingkungan yang dekat beresiko terhadap terjadinya kanker paru.. Polusi dara

'erbagai karsinogen telah diidentifikasi dalam atmosfir, termasuk sulfur,

emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik.

Insiden kanker paru lebih besar pada daerah perkotaan sebagai akibat

 penumpukan polutan dan emisi kendaraan bermotor.

d. adon

adon adalah gas tidak berwarna, tidak berbau, ditemukan dalam tanah

dan bebatuan. /as ini dapt menyusup ke dalam rumah-rumah melalui

 bebatuan di dasar tanah. !ekarang, kadar radon yang tinggi (lebih besar 

dari % pikouri0) telah dikaitkan dengan terjadinya kanker paru. Pemilik 

rumah diharuskan memeriksa kadar radon dalam rumah dan untuk 

mengatur entilasi apabila ditemukan kadar radon dalam rumah tinggi.

e. itamin *

iset menunjukkan bahwa terdapat hubungan dengan diet rendah masukan

itamin * dan terjadinya kanker paru. Telah menjadi postulat bahwa

itamin * berkaitan dengan pengaturan deferensiasi sel.

f. 2aktor lain

2aktor lain yang mempunyai kaitannya dengan kanker paru adalah

termasuk predisposisi genetik dan penyakit pernafasan lain yang

mendasari seperti PP34, dan tuberulosis. +ombinasi faktor-faktor resiko

seperti merokok, sangat meningkatkatkan resiko terjadinya kanker paru.

5. /ejala Tumor Paru+anker Paru

a. /ejala intra pulmoner yang meliputi

1) 'atuk, kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor.

'atuk mulai sebagai batuk kering, tanpa membentuk sputum, tetapi

 berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental, purulen

dalam berespon terhadap infeksi sekunder (!melt"er, #$1%).

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 3/23

8

#) 'atuk darah, pasien sering membatukkan sputum yang bersemu darah,

terutama pada pagi hari. !putum menjadi berwarna merah karena

sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.5) 6yeri dada, jika tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dan ke

nodus limfe regional, pasien dapat menunjukkan nyeri dada dan sesak.

%) !esak nafas,

 b. /ejala intra torasik intrapulmoner yang meliputi penekanan ataupun

 pengrusakan struktur sekitar (Padila, #$1#)

1)  Nervus phrenicus, akan menyebabkan lumpuhnya diafragma

#) !araf simpatis

5)  Eshopagus (dispagia)

%) Vena cava superior , yang dapat menyebabkan bengkak pada wajah,

leher dan pembuluh darah kontralteral.

7) Trachea  bronchus, yang menyebabkan sesak 

. /ejala ekstratorak metastase yang akan menimbulkan manifestasi klinik 

tergantung dari daerah yang terkena (Padila, #$1#).

%. Patofisiologi

8ari etiologi yang menyerang perabangan segmen sub bronkus

menyebabkan silia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan

karsinogen. 8engan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan

metaplasia, hyperplasia, dan dysplasia. 'ila lesi perifer yang disebabkan oleh

metaplasia, hyoerplasia dan dysplasia menembung ruang pleura, bisa timbul efusi

 pleura dan bisa diikuti inasi langsung pada kosta dan korpus ertebra.

0esi yang letaknya sentral berasal dari salah satu abang bronkus yang

terbesar. 0esi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti

supurasi dibagian distal. /ejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk,

hemoptysis, dispneu, demam. Wheezing   unilateral dapat terdengar pada

auskultasi. +anker paru dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti

kelenjar limfe, dinding esophagus, periardium, otak, dan tulang rangka.

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 4/23

9

93:

'ronhus (perabangan segmen atau subsegmen)

Trauma arus udara (Tar rokok, paparan industri)

'ahan karsinogenik mengendap

Perubahan epitel silia dan mukosa ulserasi bronhus

8eskuamasi Produksi muus meningkat

:ell adangan (resere ell) basal muosa bronhus

;yperplasi, metaplasi

!el +anker +erusakan <aringan Paru

4anifestasi +linis 6yeri di sekitar daerah kanker  

Intrapulmoner 

+anker lumen bronkus

4+ +etidakefektifan

 bersihan jalan nafas

4+ 6yeri

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 5/23

10

Pro=imal 8istal

!umbatan parsial 'ronkiektasis*telektasis

!esak nafas

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Thorax foto  dilakukan untuk menari tahu densitas paru, nodul perifer 

soliter (lesi koin), atelektasis, dan infeksi (!melt"er, #$1%).

 b. &ndoskopi, untu mengetahui perubahan pada bronkus, permukaan tumor 

dan pengambilan bahan untuk pemeriksaan sitologi (Padila, #$1#).

. !itologi, dilakukan untuk menari tahu sel-sel maligna (!melt"er, #$1%).

d. 'ronkhographi, membantu dalm mengidentifikasi sumber sel-sel maligna

serta kemungkinan keluasan dari pembedahan yang diperkirakan.

e. Tomogram > CT-Scan, untuk mengealuasi jaringan parenkim paru dan

 pleura (Padila, #$1#).f. 'iopsi

g. Immunologi

?. Penatalaksaan 4edis

*dapun terapi yang biasa dilakukan pada pasien kanker paru tumor paru

meliputi (Padila, #$1#)

a. Pembedahan

4+ /angguan

Pertukaran /as4+

+etidakefektifan

Pola 6afas

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 6/23

11

eseksi bedah adalah metode yang lebih dipilih untuk pasien engan tumor 

tanpa penyebaran metastati dan mereka yang fungsi jantung paru masih

 baik. Tiga tipe reseksi paru yang mungkin dilakukan lobektomi  (satu

lobus paru diangkat), lobektomi sleeve  (lobus yang mengalami kanker 

diangkat dan segmen bronkus besar di reseksi), dan  pneumoktomy

(pengangkatan seluruh paru).

 b. adiasi

Terapi radiasi dapat menyembuhkan tumor paru dalam presentasi keil.

Terapi radiasi ini sangat bermanfaat dalam pengendalian neoplasma yang

tidak dapat direseksi tetapi yang respinsif terhadap radiasi. adiasi juga

dapat digunakan untuk mengurangi ukuran tumor, sebagai pengobatan

 paliatif untuk menghilangkan tekanan tumor pada struktur ital.

. +emoterapi

8igunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani

 pasien dengan tumor paru sel keil atau dengan metastasis luas, dan untuk 

melengkapi bedah atau terapi radiasi.

d. !itostatika

e. ;ormonal

f. Immunologi

@. Penatalaksanaan +eperawatan

Perhatian khusus difokuskan pada manifestasi pernafasan dari penyakit.

Penatalaksanaan jalan nafas diperlukan untuk mempertahankan patensi jalan nafas

melalui pembuangan sekresi atau eksudat. 8engan membesarnya tumor, tumor 

dapat menekan bronkus atau mengenai area jaringan paru yang luas. 6apas dalam,

 batuk, aerosol, dan entilasi mekanik diperlukan ketika terjadi kerusakan

 pernafasan (!melt"er, #$1%).

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 7/23

12

A. *suhan +eperawatan Pada Pasien Tumor Paru

a. Pengkajian

1) Identitas klien

4erupakan biodata klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,

suku bangsa, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, dan alamat.

#) iwayat penyakit sekarang

+eluhan yang biasa munul pada klien kanker paru-paru biasanya

 batuk terus menerus, dahak berdarah, sesak nafas dan pendek-pendek,

sakit kepala.

5) iwayat kesehatan terdahulu

+emungkinan yang munul pada riwayat kesehatan terdahulu adalah

 perokok berat, lingkungan tempat tinggal di daerah yang teremar 

 polusi udara, pernah mengalami bronhitis kronik, pernah terpajan

 bahan kimia seperti asbestos.

%) iwayat penyakit keluarga

8i keluarga pasien ada yang pernah mengidap penyakit kanker paru-

 paru.

7) Pola 2ungsi +esehatan

a) *ktiitas istirahat kelemahan, ketidakmampuan

mempertahankan kebiasaan rutin, dispnoe karena aktiitas,

kelesuan biasanya tahap lanjut.

 b) !irkulasi Peningkaran ena <ugulari, 'unyi jantung gesekan

 perikordial ( menujukan efusi ) tahyardia, disritmia, jari tabuh.

) Integritas &go *nsietas, takut akan kematian, menolak kondisi

yang berat, gelisah, insomnia, pertanyan yang diulang-ulang.

d) &liminasi 8iare yang hilang timbul (ketidakseimbangan

hormonal), peningkatan frekuensijumalah urine

(ketidakseimbangan hormonal).

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 8/23

13

e) 4akananairan Penurunan 'erat badan, nafsu makan buruk,

 penurunan masukan makanan, kesulitan menelan,

hauspeningkatan masukan airan. +urus, kerempeng, atau

 penampilan kurang bobot.

f) +etidaknyamanannyeri nyeri dada, dimana tidakdapat

dipengaruhi oleh perubahan posisi. 6yeri bahutangan, nyeri

tulangsendi, erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan

hormon pertumbuhan. 6yeri abdomen hilangtimbul.

g) Pernafasan 'atuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya,

 peningkatan produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar 

 bahan karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan riwayat

merokok. ispnoe, meningkat dengan kerja, peningkatan fremitus

taktil, krekelsmengi pada inspirasi atau ekspirasi (ganguan aliran

udara). +rekelsmengi yang menetap penyimpangan trakeal (area

yang mengalami lesi), ;emoptisis.

h) +eamanan 8emam, mungkin adatidak, kemerahan, kulit puat.

i)  !eksualitas /inekomastia, amenorea, atau impoten.

?) Pemeriksaan 2isik 

a) Inspeksi

Pola, frekuensi nafas, kedalaman, jenis nafas, durasi inspirasi

ekspirasi. +esimetrisan dada. etraksi otot-otot dada. Penggunaan

otot bantu pernafasan. Pasien dengan penyakit paru obstruktif 

sering duduk dan menyangga diri dengan tangan atau menyangga

dengan siku di meja sebagai upaya untuk mengangkat klaikula

sehingga memperluas kemampuan ekspansi dada. +ajji sianosis.

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 9/23

14

Pada pasien kanker paru biasanya memiliki kuku berbentuk tabuh.

+ulit puat. 2rekuensi batuk. +arakteristik sputum.

 b) Palpasi

 6yeri pada dada. Taktil fremitu (pada pasien normal ibrasi taktil

fremitu ada, ini dapat menurun atau tidak ada bila terdapat sesuatu

diantara tangan pemeriksa dan paru pasien serta dinding dada).

Palapasi denyut nadi, frekuensi, irama, dan kekuatan. Capillary

refill!

) Perkusi

4emastikan adanya pembesaran organ paru dan adanya

 penumpukan sekret.

d) *uskultasi

!uara nafas tambahan dan denyut jantung.

 b. 8iagnosa +eperawatan

1) +etidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi sekret

#) /angguan pertukaran gas b.d hipoksia kronik pada jaringan paru

5) +etidakefektifan pola nafas b.d penurunn ekspansi paru

%) :emas b.d penyakit kritis, takut terhadap kematian

7) esiko terjadinya infeksi saluran nafas b.d pemasangan selang

en"otracheal .

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 10/23

15

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 11/23

17

c. Intervensi Keperawatan 

 6

o

8iagnosa

+eperawatan

Tujuan (63:) Interensi (6I:)

1 +etidakefektifan

 bersihan jalan nafas

 b.d peningkatan

 produksi sekret

8efinisi

+etidakmampuan

untuk 

membersihkan

sekresi atau

obstruksi darisaluran pernafasan

untuk 

mempertahankan

kebersihan jalan

nafas.

 63: #espiratory status $

Ventilation% #espiratory status

$ &ir'ay patency% &spiration

Control! +riteria hasil

 berdasarkan 63:

1) 4endemonstrasikan batuk 

efektif dan suara nafas

yang bersih, tidak ada

sianosis dan dyspneu

( mampu mengeluarkan

sputum, bernafas denganmudah, tidak ada pursed

lips)

#) 4enunjukkan jalan nafas

yang paten (klien tidak 

merasa terekik, irama

nafas, frekuensi pernafasan

dalam rentang normal,

tidak ada suara nafas

abnormal)

5) 4ampu

mengidentifikasikan dan

menegah faktor yang

 penyebab.

%) !aturasi 3# dalam batas

normal

7) 2oto thorak dalam batas

normal

1. Pastikan kebutuhan oral

traheal sutioning.

#. 'erikan 3ksigen

5. *njurkan pasien untuk  

istirahat dan napas dalam

%. Posisikan pasien untuk  

memaksimalkan entilasi

7. 0akukan fisioterapi dada jika

 perlu

?. +eluarkan sekret dengan

 batuk atau sution

@. *uskultasi suara nafas, atat

adanya suara tambahan

A. 'erikan bronkodilator

B. 'erikan antibiotik 

1$. 4onitor respirasi dan status

3#

11. Pertahankan hidrasi yang

adekuat untuk mengenerkan

sekret1#. <elaskan pada pasien dan

keluarga tentang penggunaan

 peralatan 3#, !ution,

Inhalasi.

1.

#.

5.

%.

7.

?.

@.

A.

B.

1

1

1

# /angguan

 pertukaran gas b.d

hipoksia kronik 

 pada jaringan paru

 63: espiratory !tatus

/as e=hange,

 +eseimbangan asam

'asa, &lektrolit,

espiratory !tatus

1. Posisikan pasien untuk  

memaksimalkan entilasi

#. Pasang mayo bila perlu

5. 0akukan fisioterapi dada jika

1.

#.

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 12/23

18

8efinisi +elebihan

atau kekurangan

dalam oksigenasi

dan atau

 pengeluaran

karbondioksida di

dalam membran

kapiler aleoli

entilation, ital !ign

!tatus. +riteria hasil

 63:

1) 4endemonstrasikan

 peningkatan entilasi

dan oksigenasi yang

adekuat

#) 4emelihara kebersihan

 paru paru dan bebas

dari tanda tanda

distress pernafasan

5) 4endemonstrasikan

 batuk efektif dan suara

nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan

dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum,

mampu bernafas

dengan mudah, tidak 

ada purse" lips)

%) Tanda tanda ital dalam

rentang normal

7) */8 dalam batas

normal?) !tatus neurologis dalam

 batas normal

 perlu

%. +eluarkan sekret dengan

 batuk atau sution

7. *uskultasi suara nafas, atatadanya suara tambahan

?. 'erikan bronkodilator

@. 4onitor respirasi dan status

3#

A. :atat pergerakan dada, amati

kesimetrisan, penggunaan otot

tambahan, retraksi otot

supralaiular dan interostal

B. 4onitor suara nafas, seperti

dengkur 

1$. 4onitor pola nafas

 bradipena, takipenia,

kussmaul, hiperentilasi,

heyne stokes, biot

11. *uskultasi suara nafas, atat

area penurunan tidak adanya

entilasi dan suara tambahan

1#. 4onitor TT, */8, elektrolit

dan ststus mental

15. 3bserasi sianosis khususnya

membran mukosa

1%. <elaskan pada pasien dan

keluarga tentang persiapan

tindakan dan tujuan

 penggunaan alat tambahan

(3#, !ution, Inhalasi)

5.

%.

7.

?.

@.

A.

B.

1

1

1

1

1

5 +etidakefektifan ;asil 63: esponsnentilasi 1. Pantau adanya puat dan 1.

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 13/23

19

 pola nafas b.d

 penurunn ekspansi

 paru

8efinisi Inspirasi

danatau ekspirasi

yang tidak member 

entilasi yang

adekuat

mekanis 3rang dewasa, status

 pernapasan +epatenan jalan

nafas, !tatus espirasi

entilasi, !tatus Tanda ital.

+riteria ;asil

1. !tatus entilasi dan

 pernafasan tidak terganggu

#. +epatenan jalan nafas

5. Tanda-tanda ital dalam

 batas normal

sianosis

#. Pantau pernafasan pasien

(keepatan, irama,

kesimetrisan, suara nafas, pola

 pernafasan)

5. *njurkan pada pasien untuk 

teknik relaksasi napas dalam

%. *tur posisi klien semi fowler 

7. 'erikan terapi nebuli"er sesuai

 program

#.

5.

%.

7.

B. Konsep Ventilasi e!ani! 

1. Pengertian

entilasi mekanik adalah alat bantu pernafasan bertekanan negatif atau

 positif yang dapat mempertahankan entilasi dan pemberian oksigen dalam

waktu yang lama (!melt"er, #$1%).

#. +lasifikasi

entilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan ara alat tersebut

mendukung entilasi, dua kategori umum adalah entilator tekanan negatif 

dan entilator tekanan positif.

a. entilator Tekanan 6egatif 

entilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada

eksternal dengan mengurangi tekanan intrathoraks selama inspirasi

memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi

olumenya. entilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas

kronik yang akan berhubungan dengan kondisi neurovascular   seperti

 poliomyelitis, "istrofi muscular ,  sklerosis lateral amiotrifik  dan miastenia

 gravis. Penggunaan yang tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau

 pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan entilasi sering.

 b. entilator Tekanan Positif 

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 14/23

22

entilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan

mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas, dengan demikian

mendorong aleoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada entilator 

 jenis ini diperlukan intubasi endotrakheal atau trakhoestomi. entilator ini

seara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru primer.

Terdapat tiga jenis entilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus

( (ressure Cycle" Ventilator ), waktu bersiklus (Time Cycle" Ventilator ),

dan olume bersiklus (Volume Cycle" Ventilator ).

)* (ressure Cycle" Ventilator (P:)

Prinsip dasar entilator tipe ini adalah siklusnya menggunakan

tekanan. 4esin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah

menapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup

inspirasi tertutup dan ekspirasin terjadi dengan pasif. +erugian pada

tipe ini, bila ada omplain paru, maka olume udara yang diberikan

 juga berubah. !ehingga pada pasien yang status parunya tidak stabil,

 penggunaan entilator jenis ini tidak dianjurkan.

+* Time Cycle" Ventilator (T:)

Prinsip kerja dari entilator tipe ini adalah siklusnya yang berdasarkan

waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. 9aktu

inspirasi ditentukan oleh waktu dan keepatan inspirasi (jumlah napas

 permenit). 6ormal ratio I (Inspirasi ) & (&kspirasi) C 1 #.

,* Volume Cycle" Ventilator (:)Prinsip dasar entilator ini adalah siklusnya berdasarkan olume.

4esin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah menapai

olume yang telah ditentukan. +euntungan entilator tipe ini adalah

 perubahan pada omplain paru pasien tetap memberikan olume tidal

yang konsisten.

5. 4ode 3perasional entilator 

a! o"e Control 

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 15/23

23

Pada mode ontrol, mesin seara terus-menerus membantu pernafasan

 pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek,

lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini entilator mengontrol

 pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekuensi dan olume yang

telah ditentuakan pada entilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk 

mengawali inspirasi.

'ila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas yang tinggi

dan ketidaknyamanan, dan bila pasien berusaha nafas sendiri, bias terjadi

 fighting   (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam

 paru meningkat dan bisa berakibat aleoli peah dan terjadi

 pneumothora=.

 b. 4ode I4 ( .ntermitten an"atory Ventilation) dan !I4 (Sincronize" 

 .ntermitten an"atory Ventilation)

Pada mode ini entilator memberikan bantuan nafas seara selang seling

dengan nafas pasien itu sendiri. 4ode ini digunakan pada pernafasan

asinkron dalam penggunaan model ontrol, klien dengan hiperentilasi.

+lien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin dan sewaktu-waktu

diambil alih oleh entilator. Pada mode I4 pernafasan man"atory

diberikan pada frekuensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien

 pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi  fighting   dengan

segala akibatnya.

3leh karena itu pada entilator generasi terakhir mode I4-nya

disinkronisasi (!I4). !ehingga pernafasan man"atory diberikan sinkron

dengan piuan pasien. 4ode I4!I4 diberikan pada pasien yang

sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih

membutuhkan bantuan. !I4 dapat digunakan untuk entilasi dengan

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 16/23

24

tekanan udara rendah, otot tidak begitu lelah dan efek barotrauma

minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya tergantung pada

aktiasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal olume dan

atau frekuensi nafas kurang adekuat.

. 4ode *!'P! ( &ssiste" Spontaneus /reathing (ressure Support )

4ode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien

yang masih bisa bernafas tetapi tidal olumenya tidak ukup karena

nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk 

 bernafas. 'ila pasien tidak mampu untuk memiu trigger maka udara

 pernafasan tidak diberikan.

d. :P*P (Continous (ositive &ir (ressure)

Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan

 pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. entilator ini

 berkemampuan untuk meningkatkan 2:. 'iasanya digunakan untuk 

 penyapihan entilator. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk menegah

atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari

entilator.

%. Indikasi Pemasangan entilator 4ekanik 

a. +egagalan entilasi

)* Neuromuscular "isease

+* Central nervous system "isease

5) 8epresi system saraf pusat

0* usculosceletal "isease7) +etidakmampuan thoraks untuk entilasi

 b. +egagalan pertukaran gas

1) /agal napas respiratory failure akut maupun kronik 

#) Penyakit paru D gangguan difusi

5) Penyakit paru-entilasi perfusi mismath

. /agal nafas

7. +riteria Pemasangan entilator 

a. 2rekuensi nafas lebih dari 57=menit

 b. ;asil analisa gas darah dengan 3# masker Pa3# kurang dari @$ mm;g

. Pa:3# lebih dari ?$ mm;g

d. *a3# dengan 3# 1$$E lebih dari 57$ mm;g

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 17/23

25

e. Vital capacity kurang dari 17 ml kg ''

?. ariabel dalam entilasi 4ekanik 

ariabel dalam entilasi mekanik digunakan untuk menentukan modus

operasional entilator terdapat empat parameter yang diperlukan untuk 

 pengaturan pada penggunaan volume cycle entilator, % ariabel penting dalam

entilasi mekanik yaitu

a. 2rekuensi nafas permenit, yaitu jumlah berapa kali inspirasi diberikan

entilator dalam 1 menit (1$-1# bpm)

 b. Tidal olume, yaitu jumlah gas atau udara yang diberikan entilator 

selama inspirasi dalam satuan ml atau liter (7-1$kg '')

. +onsentrasi oksigen (2i3#) yang diberikan pada inspirasi (#1-1$$E)d.  (ositive en" respiratory pressure1 flo' rat , yaitu keepatan aliran gas atau

olume gas yang dihantarkan permenit (litermenit)

Pada klien dewasa, frekuensi entilator diatur antara 1#-17=menit. Tidal

olume istirahat @ ml kg ''., dengan entilasi mekanik tidal olume yang

digunakan adalah 1$-17 ml kg''. ntuk mengkompensasi dead spae dan

untuk meminimalkan atelektasis ( 0e4one dan 'urke, #$$A).

<umlah oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen

dalam gas. +arena resiko keraunan dan fibrosis pulmonal maka 2i3# diatur 

dalam leel yang rendah. P3# dan saturasi oksigen arteri digunakan untuk 

menentukan konsentrasi oksigen. P&&P digunakan untuk menegah kolaps

aleoli dan untuk meningkatkan difusi aleolikapiler.

@. +omplikasi entilasi 4ekanik 

entilator adalah alat untuk membentu pernafasan klien, tapi bila

 perawatannya tidak tepat bisa menimbulkan komplikasi seperti

a. Pada Paru

1) 'aro trauma tension pneumothorax, empisema sub kutis, emboli udara

askuker, atelektasis.

#) Infeksi paru

5) +eraunan oksigen

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 18/23

26

%) <alan nafas buatan king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat

7) *spirasi airan lambung

?) Tidak berfungsinya penggunaan entilator 

@) +erusakan jalan nafas bagian atas

 b. Pada !istem +ardioaskuler ;ipotensi, menurunnya ardia output dikarenakan menurunnya aliran

 balik ena akibat meningkatnya tekanan intra thora= pada pemberian

entilasi mekanik dengan tekanan tinggi.

. Pada !istem !araf Pusat

1) asokontriksi erebral, terjadi karena penurunan tekanan :3# arteri

(Pa:3#) dibawah normal akibat dari hiperentilasi.

#) 3edema erebral, terjadi karena peningkatan tekanan :3# arteri diatas

normal akibat dari hipoentilasi.

5) Peningkatan tekanan intra ranial

%) /angguan kesadaran

7) /angguan tidur.

d. Pada !istem /astrointestinal

1) 8istensi lambung dan illeus

#) Perdarahan lambung.

". EBN

1. +onsep Suction

a. Pengertian

Suction  (penghisapan lendir) adalah aspirasi gas atau airan dengan

ara mekanis (+umala, #$1$).

Penghisapan lendir (sution) merupakan tindakan pada pasien yang

tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender seara mandiri. Tindakan

tersebut dilakukan sebagai membersihkan jalan nafas dan memenuhi

kebutuhan oksigenasi (;idayat, #$$A).

Suction  adalah suatu tindakan untuk membersihakan jalan nafas

dengan memakai kateter penghisap melalui nasotrakheal tube (6TT),

orotraheal tube (3TT), traheostomy tube (TT) pada saluran nafas bagian

atas. 'ertujuan untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 19/23

27

sputum, merangsang batuk, dan menegah terjadinya infeksi paru.

Prosedur ini dikontraindikasikan pada klien yang mengalami kelainan

yang dapat menimbulkan spasme laring terutama sebagai akibat

 penghisapan melalui trakea, gangguan perdarahan, edema laring, arises

esophagus, perdarahan gaster, dan infark miokard (&lly, #$$7).

 b. Indikasi Tindakan Suction

4enurut !melt"er, #$15 indikasi penghisapan lendir lewat endotrakheal

adalah untuk

1) 4enjaga jalan nafas tetap bersih, apabila

a) Pasien tidak mampu batuk efektif 

 b) 8iduga aspirasi#) 4embersihkan jalan nafas, apabila ditemukan

a) Pada auskultasi terdengar suara napas yang akasar atau terdengar 

suara napas tambahan

 b) 8iduga ada sekresi muus pada saluran pernafasan

) *pabila klinis memperlihatkan adanya peningkatan beban kerja

system pernafasan

5) Pengambilan spesimen untuk kebutuhan laboratorium

%) !ebelum dilakukan radiologis ulang untuk ealuasi

7) ntuk mengetahui kepatenan dari pipa endotrakheal

. Tujuan Suction

4enurut !melt"er, #$1%, tujuan dilakukan tindakan suction adalah sebagai

 berikut

1) ntuk memelihara saluran nafas tetap bersih

#) ntuk mengeluarkan sekret dari pasien yang tidak mampu untuk 

mengeluarkan sendiri

5) 8iharapkan suplai oksigen terpenuhi dengan jalan nafas yang adekuat.

d. Prosedur Tindakan Suction4enurut <ean !mith (#$1$), langkah-langkah dalam  suction  adalah

sebagai berikut

1) <elaskan prosedur pada klien

#) :ui tangan dan atur alat-alat

a) !et sution lengkap dan siap pakai

 b) +ateter penghisap steril ukuran #$ untuk dewasa

) !arung tangan steril

d) *las dada atau handuk 

e) +om berisi airan desinfektan untuk membilas kateter 

f) *mbubag

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 20/23

28

g) !elang 3#

h) 6a:l $,BE

i) +asa steril dan alohol @$E

5) 0akukan semua prosedur yang dapat mengenerkan sekret (misalnya,

 postural "rainage, nebulisasi, perkusi)

%) <ika mengganti selang endotrakheal, siapkan plester. Tentukan panjang

kateter yang akan dimasukkan

a) ntuk nasal trahea

kur panjang kateter dari ujung hidung ke adaun telinga dan

sepanjang sisi samping leher ke kartilago tiroid ( &"am2s apple)

 b) ntuk oral trachea

kur panjang kateter dari mulut ke midsternum

7) Pasang sarung tangan, kaa mata pelindung, go'n, dan masker ?) Posisikan klien miring ke samping atau telentang dengan bagian

kepala tempat tidur ditinggikan

@) *ktifkan mesin penghisap dan posisikan jari menutup ujung selang

yang tersambung dengan mesin penghisap. Tekanan yang digunakan

harus berkisar dari 7$mm;g untuk bayi sampai 1#$ mm;g untu

dewasa

A) 'uka larutan irigasi steril dan tuangkan ke dalam mangkuk steril. 'uka

sarung tangan streil dan kemasan kateter penghisap.

B) 0etakkan handuk dibawah dagu klien

1$) Pasang sarung tangan steril di tangan yang dominan

11) /ulung sebagian selang penghisap mengelilingi tangan yang dominan.

Pegang port pengendali kateter penghisap dengan yang steril dan

selang yang tersambung dengan mesin penghisap di tangan non

dominan. !ambungkan port selang kateter penghisap dengan selang

yang tersambung pada mesin

1#) /eser tangan steril dari port pengendali ke selang kateter penghisap

15) 0umasi ujungb kateter @,7 D 1$ m dengan larutan irigasi

1%) 8engan tangan non steril, buka sambungan selang penyedia oksigen

dari selang endotraheal dansambungkan dengan ambubag. *tur 

oksigen pada ambubag hingga 1$$E dan aktifkan aliran penuh.

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 21/23

29

17) 4inta bantuan asisten untuk memberikan entilasi, beri tiga sampai

lima entilasi dalam. +emudian lepas ambubag. <ika klien mampu,

minta klien untuk mengambil napas dal 5-7 kali.1?) 0akukan penghisapan

a) 4asukkan kateter ke dalam endotrakheal dengan melakukan

gerakan memutar kea rah bawah. Pastikan jari tidak menutup

lubang port kateter penghisap. 0anjutkan memasukkan selang

sampai ada tahanan atau batuk terstimulasi. <ika kateter menemui

tahanan setelah dimasukkan pada jarak yang diperkirakan,

mungkin diperkirakan menyentuh karina. <ika demikian, tarik 1 m

sebelum memasukkan lebih jauh atau melakukan penghisapan.

 b) Posisikan ibu jari menutur port penghisap

) 4inta klien untuk batuk 

d) Tarik kateter dengan gerakan sirkular, gukung diantara ibu jari dan

 jari lainnya. <angan melakukan prosedur penghisspan lebih dari 1$

detik.

1@) 0etakkan ujung selang kateter dalam larutan steril sekitar 1-# detik.

1A) langi langkah 1? dan 1@ sekali lagi. 4inta pasien bernafas lima kali,

saat andaa mengkaji bunyi nafas bronkus dan kaji status sekret. langi

langkah ini satu sampai dua kali jika saat pengkajian ditemukan sekret

yang masih tersisa.

1B) +empiskan selang balon endotrakheal dan ulangi penghisapan.

+embangkan kembali balon dengan tekanan yang sesuai.#$) !elanjutnya, lakukan penghisapan oral dan perawatan mulut.

#1) 4emasukkan kateter ke dalam mulut sepanjang jalur rahang dan

arahkan ke orofaring sampai klien batuk atau terasa ada tahanan.

Pastikan jari tidak menutup lubang port kateter penghisap.

##) Tarik kateter seara perlahan sambil melakukan penghisapan dengan

menutup lubang port kateter penghisap.

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 22/23

30

#5) ;indari kontak langsung kateter dengan mukosa yang teriritasi atau

luka. 0etakkan ujung selang kateter penghisap ke dalam larutan steril

sekita 1-# detik.#%) 4inta klien bernafas 5-% kali saat anda mengauskultasi bunyi nafas

 bronkus dan kaji status seret.

#7) langi langkah 15-1@ sekali atau dua kali jika seret masih tersisa.

#?) <ika seret sudah bersih, irigasi mulut dengan obat kumur sebanyak 7-

1$ ml dan meminta klien untuk membilas mulutnya.

#@) 'uka sambungan selang kateter dengan sselang penghisap yang

tersambung dengan mesin, dan matikan mesin.

#A) *tur posis klien dengan kepala tempat tidur di eleasi %7 derajat, pagar 

 pengaman tempat tidur dipasang.

#B) 'uang alat dan sarung tangan kotor dengan tepat

e. +omplikasi tindakan suction

8alam melakukan tindakan  suction, perawat harus memperhatikan

komplikasi yang mungkin akan ditimbulkan, antara lain yaitu

1) ;ipoksemia

#) Trauma jalan nafas

5) Infeksi nosokomial

0* #espiratory arrest 

3* /ronkospasme

?) Perdarahan pulmonal

@) 8isritmia jantung

A) ;ipertensihipotensi (+o"ier, #$1$)

#. <urnal +eperawatan

4enurut !ubirana, dkk (#$$@) dalam jurnalnya yang berjudul F Close" 

tracheal suction systems versus open suction systems for mechanically ventilate" 

a"ult patients  ( #evie'), lima studi (*dams 1BB@, :onrad 1BAB, 0orente #$$7,

abitsh #$$%, Gielman 1BB#) melaporkan data jumlah tindakan sution per hari.

8ari data tersebut didapatkan bahwa tidak menemukan perbedaan yang signifikan

dalam jumlah manuer. 8ua penelitian (abitsh #$$%, 9itmer 1BB1) melaporkan

 bahwa dalah hal sekret yang keluar, tidak ada perbedaan yang signifikan diantara

dua system sution (4pen suction systems dan Close suction systems).

7/25/2019 BAB 2 lg

http://slidepdf.com/reader/full/bab-2-lg 23/23

31

8alam jurnal ini mengulas 1? penelitian untuk mengealuasi efek dari open

 suction system  dan close" suction system. 8ua system ini tampak serupa dalam

keefektifannya dan keselamatan. ;asil tinjauan menunjukkan tidak ada efek *P

(ventilator assiste" pneumonia) diantara dua sistem sution. Pengaruh sistem

sution yang digunakan pada resiko kematian tidak ada perbedaan. Tidak ada

statisti perbedaan yang signifikan yang ditemukan antara open suction system

dan close" suction system (:ombes #$$$, Topelli #$$% dalam !ubirana, #$$@).

+esimpulan dalam jurnal ini adalah  suction  adalah interensi yang

membutuhkan kehati-hatian , dilakukan berdasarkan keputusan klinis perawat dan

menggunakan teknik aseptik . lasan ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan

dalam risiko *P dan mortalitas antara open suction system  dan close" suction

 system.