bab 2 landasan teori produk yang diperjualbelikan oleh perusahaan dan ditunjukan kepada para...
TRANSCRIPT
21
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pemasaran
Kegiatan pemasaran sering diartikan sebagai kegiatan dalam memasarkan
suatu produk yang diperjualbelikan oleh perusahaan dan ditunjukan kepada para
konsumen. Namun jika dilihat makna sebenarnya pemasaran bukan hanya sekedar
produk / jasa saja, akan tetapi pemasaran juga memiliki aktifitas penting dalam
mengnalisis dan mengevaluaisi segala kebutuhan dan keinginan konsume. Pemasaran
juga meliputi sgala aktifitas di dalam perusahaan. Adapun definisi pemasaran
menurut Kolter dan Amstrong (2012:28) yang mengatakan bahwa : “ The process by
which compnies create value for customer and build strong relationship with
customer in order to capture value from customer in return.”
Menurut Kotler dan Kelller (2009:38), “Pemasaran adalah proses
perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi
gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan
individu dan organisasi.”
Dari definisi-definisi tersebut pada dasarnya memiliki tujuan dan persepsi yang
sama dan dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu proses perencanaan
di mana perusahaan menganalisis struktur pasar serta memposisikan perusahaan agar
mendapatkan suatu penilaian yang baik dalam benak konsumen untuk menciptakan
pertukaran yang memuaskan.
2.2 Pengertian Jasa
Sektor jasa dewasa ini mengalami peningkatan,hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya kontribusi sektor jasa terhadap perekonomian dunia, yaitu sekitar 75%
misalnya di Eropa sektor jasa menyumbang 60% dari PDB. Zeithaml dan Bitner
(dalam Firah Sri Widari Rahman, 2005:7)
Maraknya sektor jasa kemudian mengundang berbagai analisis dan pemikiran
strategis untuk pengembangan sektor ini. Persepsi mesyarakat terhadap kata jasa itu
22
sendiri beragam mulai dari pelayanan personal sampai jasa sebagai suatu produk.
Beberapa pakar mencoba mendefinisikan jasa sebagai berikut, jasa adalah kegiatan,
manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Swastha dan Sukotjo (dalam
Firah Sri Widari Rahman, 2005:8)
Zeithaml dan Bitner mengemukakan bahwa“Service is include all economic
activities whose output is not a physical product or construction, is generally
consumed at the time it is produced and provides addaed value in forms (such as
convenience, amusement, timeliness, comfort or health) that are essentially
intangibleconcerns of it’s first purchaser. (dalam Firah Sri Widari Rahman, 2005:8)
Sampai saat ini masih terdapat kesulitan memilah antara sektor manufaktur
dan sektor jasa karena terkadang perusahaan yang menawarkan jasa atau barang
tidak berwujud juga melibatkan variabel-variabel manufaktur, misalnya sebuah
restoran yang menawarkan jasa tetapi juga melibatkan variabel manufaktur atau
barang berwujud, yaitu makanan yang disajikan.
Layanan terutama produk intangible mentransfer manfaat dari satu pihak
yang lain tanpa mentransfer kepemilikan jenis produk (Kotler,2005). Lovelock dan
Writz (2007:15) menyatakan jasa sebagai "kegiatan ekonomi yang ditawarkan oleh
salah satu pihak kepada pihak lain, paling sering menggunakan pertunjukan berbasis
waktu untuk membawa hasil yang diinginkan pada penerima sendiri atau benda atau
aset lainnya untuk yang memiliki tanggung jawab pembeli”. Layanan sering
digambarkan berbeda dengan barang. Baik adalah barang berwujud yang dapat
diproduksi, dijual, dan kemudian dikonsumsi kemudian, sementara layanan adalah
tidak berwujud dan tahan lama. Hal ini dijual, diproduksi, dan kemudian dikonsumsi.
Untuk itu perlu dipahami perbedaan mendasar antara produk dan jasa yang dapat kita
lihat dalam tabel berikut:
23
Tabel 2.1. Perbedaan Barang dan Jasa
Barang Jasa Implikasi yang dihasilkan
Berwujud Tidak
Berwujud
• Jasa tidak dapat disimpan
• Jasa tidak dapat dipatenkan
• Jasa tidak dapat dipajang ataupun dikomunikasikan
dengan jelas kepada konsumen
• Penentuan harga cukup sulit
Kualitas
distandarkan
Kualitas
beragam
• Penyampaian jasa dan kepuasan konsumen sangat
tergantung pada tindakan dari pemberi jasa
• Kualitas jasa bergantung pada berbagai faktor yang
tidak dapat dikendalikan
• Tidak terdapat kejelasan bahwa jasa yang telah
diberikan sesuai dengan yang telah direncanakan
dan dipromosikan.
Produksi
terpisah
Dengan
konsumsi
Diproduksi
dan
dikonsumsi
secara
Bersamaan
• Konsumen berpatisipasi dalam proses pelayanan
dan mempengaruhi transaksi
• Konsumen saling mempengaruhi satu sama lain
• Karyawan mempengaruhi jasa yang dihasilkan
• Desentralisasi sangat dibutuhkan
• Produksi besar-besaran sulit dilakukan
Tahan lama Tidak tahan
lama
• Terdapat kesulitan dalam menyamakan antara
penawaran dan permintaan
• Jasa tidak dikembalikan atau dijual kembali
Sumber: Firah Sri Widari Rahman, 2005:9 dalam Wahyu Jumadi (2012)
24
1. Tidak Berwujud
Jasa lebih berupa tindakan sehingga tidak dapat dilihat,diraba dan
dirasakan. Karakteristik ini mengakibatkan jasa tidak dapat disimpan
sehingga fluktuasi permintaan tidak dapat dikendalikan. Jasa tidak dapat
dipatenkan sehingga mudah ditiru oleh pesaing. Jasa tidak dapat dipajang
atau dikomunikasikan dengan mudah kepada konsumen atau denagn kata
lain terdapat kesulitan dalam promosi sehingga terdapat kesulitan bagi
konsumen dalam menilai kualitas jasa. Dampak lain dari karakteristik ini
adalah terdapat kesulitan dalam memperhitungkan biaya produksi
sehingga penentuan harga seringkali menemui kendala.
2. Heterogenitas
Karena jasa berupa tindakan dan diproduksi secara berkala oleh manusia
sehingga tidak terdapat jasa yang benar-benar sama. Heterogenitas ini
juga disebabkan karena tidak ada konsumen yang benar-benar sama
sehingga jasa yang diberikan kepada masing-masing konsumen juga
bebeda.
3. Produksi dan Konsumsi Dilakukan Bersamaan
Jasa langsung dikonsumsi pada saat jasa itu diproduksi. Hal ini
berdampak pada kualitas jasa dan kepuasan konsumen yang sangat
ditentukan pada apa yang terjadi saat pelayanan diberikan.
4. Tidak Tahan Lama
Perishable atau tidak tahan lama merupakan cerminan dari sifat jasa yang
tidak dapat disimpan dan dikembalikan sehingga diperlukan strategi
perbaikan yang cukup jitu apabila terjadi kesalahan dalam pelayanan.
Lembaga Pendidikan memiliki semua karakteristik dari industri jasa, yaitu:
• Pelanggan tidak mendapatkan hak kepemilikan. Pelanggan biasanya
memperoleh nilai dari layanan tanpa memperoleh kepemilikan dari setiap
elemen nyata.
• Produk Layanan pertunjukan berwujud. Berwujud mengacu pada sesuatu
yang dialami dan tidak bisa disentuh atau diawetkan.
• Keterlibatan pelanggan dalam proses produksi. Pelanggan sering aktif
terlibat dalam membantu untuk menciptakan produk layanan dengan
25
membantu diri sendiri atau dengan bekerja sama dengan tenaga
pelayanan.
• Orang sebagai bagian dari produk jasa. Mengingat fakta bahwa personil
layanan yang berbeda dalam memberikan layanan kepada pelanggan, sulit
untuk mencapai keseragaman dalam pemberian layanan.
• Pentingnya waktu. Pelanggan harus hadir secara fisik untuk menerima
layanan.
• Layanan yang tahan lama dan tidak dapat disimpan seperti produk fisik.
2.3 Bauran Pemasaran Jasa
Dalam pemasaran terdapat strategi pemasaran yang disebut bauran pemasaran
(Markting Mix) yang memiliki peranan penting dalam mempengaruhi konsumen agar
dapat membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Elemen-elemen
bauran pemasaran terdiri dari semua variabel yang dapat dikontrol perusahaan untuk
dapat memuaskan para konsumen. Pengertian bauran pemasaran menurut Buchari
Alma (2007:130) dalam Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih
(2011), “Marketing Mix merupakan strategi mencampur kegiatan-kegiatan
marketing, agar dicari kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil yang
paling memuaskan.”
Menurut Zeithaml dan Bitner (2008:48), “Bauran pemasaran adalah elemen-
elemen organisasi perusahaan yang dapat dikontrol oleh perusahaan dalam
melakukan komunikasi dengan tamu dan untuk memuaskan tamu.”
Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong (2012:92), “Marketing mix is good
marketing tool is a set of products, pricing, promotion, distribution, combined to
produce the desired response of the target market.”
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran
merupaka alat pemasaran yang baik yang berada dalam suatu perusahaan, di mana
perusahaan mampu mengendalikannya agar dapat mempengaruhi respon pasar
sasaran.
26
Dalam bauran pemasaran terdapat seperangkat alat pemasaran yang dikenal dalam
istilah 4P, yaiitu product, price, place, promotion. Sedangkan menurut Kotler dan
Armstrong (2012:62) dalam Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih
(2011), pemasaran jasa memiliki beberpa alat pemasaran tambahan seperti people,
physical evidence, dan process, sehingga dikenal dengan istilah 7P maka dapat
disimpulkan bauran pemasaran jasa yaitu;
1. Product (produk) adalah mengelola unsur produk termasuk perencanaan dan
pengembangan produk atau jasa yang tepat untuk dipasarkan dengan
mengubah produk atau jasa yang ada dengan menambah dan mengambil
tindakan yang lain yang mempengaruhi bermacam-macam produk atau jasa.
Atau segala sesuatu yang ditawarkan kepada masyarakat untuk dilihat,
dipegang, dibeli atau dikonsumsi. Produk dapat terdiri dari product variety,
quality, design, feature, brand name, packaging, sizes, services, warranties,
and returns.
2. Price (harga), yaitu suatu sistem manajemen perusahaan yang akan
menentukan harga dasar yang tepat bagi produk atau jasa dan harus
menentukan strategi yang menyangkut potongan harga, pembayaran ongkos
dan berbagai variabel yang bersangkutan.
3. Place (tempat), yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat produk
yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar sasaran. Tempat
meliputi antara lain channels, coverage, assortments, locations, inventory,
and transport.
4. Promotion (promosi), yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk
mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk pada pasar sasaran.
Variabel promosi meliputi antara lain sales promotion, advertising, sales
force, public relation, and direct marketing.
5. Physical Evidencce ( Sarana Fisik) merupakan hal nyata yang turut
mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan
produk atau jasa yang ditawarkan. Unsur yang termasuk dalam sarana fisik
antara lain lingkungan atau bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo,
warna dan barang-barang lainnya.
6. People (Orang) adalah semua pelaku yang memainkan peranan penting dalam
penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen dari
27
orang adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain. Semua
sikap dan tindakan karyawan, cara berpakaiandn penampilan karyawan
memiliki pengaruh terhadap keberhasilan penyampaian jasa.
7. Process (Proses) adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran
aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Elemen proses ini
memilki arti sesuatu untuk menyampaikan jasa. Proses dalam jasa merupakan
faktor utama dalam bauran pemasaran jasa seperti pelanggan jasa akan
senang merasakan sistem penyerahan jasa sebagai bagian jasa itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan tersebut mengenai bauran pemasaran, maka dapat
disimpulkan bahwa bauran pemasaran memiliki elemen-elemen yang sangat
berpengaruh dalam penjualan karena elemen tersebut dapat mempengaruhi minat
konsumen dalam melakukan keputusan pembelian.
Tabel 2.2 Perincian 4p dari Marketing Mix
Sumber : elokmagozian.wordpress.com
Bauran pemasaran yang terdiri dari product, price, place, dan promotion (4P)
seiring perkembangan jaman dan tuntutan pasar yang senantiasa mengalami
perkembangan telah mengalami evolusi dan terus berkembang searah dengan
perkembangan perilaku konsumen dan kecerdasan para ahli pemasaran. Lovelock
dan Wright (2005:13-15) mengembangkan bauran pemasaran (marketing mix)
dengan menggunakan pendekatan 7Ps, yaitu:
1. Product elements adalah semua komponen dari kinerja layanan yang
menciptakan nilai bagi pelanggan.
2. Place, Cyberspace, and Time adalah keputusan manajemen mengenai kapan,
dimana, dan bagaimana menyajikan layanan yang baik kepada pelanggan.
3. Promotion and Education adalah semua aktivitas komunikasi dan
perancangan insentif untuk membangun persepsi pelanggan yang dikehendaki
perusahaan atas layanan spesifik yang perusahaan berikan.
28
4. Price and Other User Outlays adalah pengeluaran uang, waktu, dan usaha
yang pelanggan korbankan dalam membeli dan mengkonsumi produk dan
layanan yang perusahaan tawarkan atau sajikan.
5. Process adalah suatu metode pengoperasian atau serangkaian tindakan yang
diperlukan untuk menyajikan produk dan layanan yang baik kepada
pelanggan.
6. People adalah pelanggan dan karyawan yang terlibat dalam kegiatan
memproduksi produk dan layanan (service production).
7. Physical Evidence adalah perangkat-perangkat yang diperlukan dalam
menyajikan secara nyata kualitas produk dan layanan.
Gambar 2.1 Marketing Mix 7P
Sumber: marketingmix.co.uk
29
2.3.1 Pengertian Produk
Product (Produk) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke
pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi
dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup
objek secar fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan ide. Kotler (dalam Firah
Sri Widari Rahman, 2005:12)
“Product as anything that can be offered to a market for
attention,acquisition, use, or consumption and that might satisfy a want or
need” (Kotler & Amstrong, 2005, h.223). Sedangkan dalam situs Wikipedia
dijelaskan “A product is seen as an item that satisfies what a consumer needs
or wants. It is a tangible good or an intangible service”
Dari pengertian – pengertian di atas dapat dikatakan produk
merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar
sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar bersangkuatan, baik
berupa barang maupun jasa. Produk dapat diukur melalui (Kotler,2005:55):
1. Variasi produk
2. Kualitas produk
3. Desain produk
4. Jaminan (garansi) yang ditawarkan
5. Merek dagang
6. Pembungkusan
7. Sifat – sifat dan ciri – ciri
Pada saat ini perusahaan tidak hanya bersaing dengan produk yang
dihasilkan saja, tetapi semakin meningkat dalam persaingan pada aspek
tambahan dari produknya seperti aspek pembungkus, servis, iklan, pemberian
kredit, pengiriman dan faktor – faktor lain yang dapat menguntungkan
konsumen. Dalam merencanakan penawaran atau produk, pemasar perlu
memahami lima tingkatan produk (Tjiptono, 2008:96) yaitu:
1. Produk utama/ inti (core benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya
dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.
30
Dalam bisnis perhotelan, manfaat utama yang dibeli para tamu adalah
istirahat dan tidur. Untuk bioskop, para penonton sesungguhnya membeli
hiburan.
2. Produk generik, yaitu produk dasar yang mampu mempengaruhi fungsi
produk yang paling dasar (rancangan produk minimal dapat berfungsi).
Contohnya, hotel merupakan suatu bangunan yang memiliki banyak
ruangan untuk disewakan.
3. Produk harapan (expected product), yaitu produk formal yang ditawarkan
dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan
dan disepakati untuk dibeli. Sebagai contoh, tamu hotel mengharapkan
tempat tidur yang bersih, sabun dan handuk, air ledeng, telepon, lemari
pakaian, dan ketenangan.
4. Produk pelengkap (augmented product), yakni berbagai atribut produk
yang dilengkapi atau ditambahi berbagai manfaat dan layanan, sehingga
dapat memberikan tambahan kepuasan dan bias dibedakan dengan
produk pesaing. Misalnya, hotel bisa menambahkan fasilitas TV,
shampoo, bunga – bunga segar, check-in yang cepat, check-out yang
cepat, pelayanan kamar yang baik, dan lain – lain.
5. Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang
mungkin dikembangkan untuk suatu produk di masa mendatang.
Misalnya hotel menambahkan fasilitas layanan internet, perekam video
dengan kaset videonya, sepiring buah – buahan segar, dan sebagainya.
Produk terbagi atas produk konsumen dan produk industri. Produk
konsumen adalah produk yang dibeli konsumen akhir untuk konsumsi
pribadi, sedangkan produk industri adalah barang yang dibeli oleh individu
atau organisasi untuk diproses lebih lanjut atau dipergunakan dalam
melakukan bisnis. Keputusan yang berhubungan dengan pengembangan dan
pemasaran produk terdiri dari keputusan mengenai atribut produk, penetapan
merek, pengemasan, pemberian label dan jasa pendukung produk.
31
2.3.2 Pengertian Harga
Price (harga) adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk
atau jasa, jumlah uang atau nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat
memiliki atau mengunakan produk atau jasa. Kotler (dalam Firah Sri Widari
Rahman, 2005:12)
Harga meliputi unsur-unsur daftar harga, potongan, bonus, jangka
waktu pembayaran, aturan kredit. Harga biasanya digunakan oleh
konsumen/pelanggan sebagai indikator kualitas. Artinya kalau harganya
mahal seharusnya kualitasnya baik, dan sebaliknya, kalau harganya murah,
maka produk/jasa yang dibeli biasanya kualitasnya tidak baik. Keputusan
harga harus dikoordinasikan dengan rancangan produk, distribusi dan
promosi yang membentuk program pemasarn yang konsisten dan efektif.
Karena dari elemen- elemen bauran pemasaran tersebut dapat ditentukan
besarnnya biaya produksi yang selanjutnya akan mempengaruhi penetapan
harga. Manajemen juga harus menentukan siapa dalam perusahaan yang
harus menentukan harga. Selain itu penetapan harga juga dipengaruhi oleh
pasar dan permintaan, persaingan serta elemen-elemen lingkungan yang
lainnya.
Harga semata – mata tergantung pada kebijakan perusahaan, tetapi
tentu saja dengan mempertimbangkan berbagai hal. Harga dikatakan mahal,
murah, atau biasa – biasa saja bagi setiap individu tidaklah harus sama,
karena tergantung dari individu yang dilator belakangi oleh lingkungan
kehidupan dan kondisi individu. Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu
barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat.
Harga merupakan satu – satunya unsur marketing mix yang memberikan
pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsure
lainnya (produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya
(pengeluaran). Di samping itu harga merupakan unsur marketing mix yang
bersifat flexibel, artinya dapat diubah dengan cepat. Berbeda halnya dengan
karakteristik produk atau komitmen terhadap saluran distribusi. Kedua hal
terakhir tidak dapat diubah/ disesuakan dengan mudah dan cepat, karena
32
biasanya menyangkut keputusan jangka panjang. (dalam Deka I. Djakarta,
2012:17)
Marketing plans must include price considerations. The pricing mix
includes competition, cost, markups, discounts, and geography. Even if all the
other aspects of the marketing mix are perfect, with the wrong price clients
will not buy the product. The marketing plan must include consideration on
how flexible prices are, lifecycle pricing, who gets discounts, and who pays
transportation (Perreault, Jr. & McCarthy, 2004, h.465).
Menurut Kotler dan Amstrong (2008:345) harga adalah “sejumlah
uang yang ditagih atas suatu produk atau jasa, atau jumlah semua nilai yang
diberikan oleh pelangan untuk mendapatkan keuntungan dari memilki atau
mengunakan suatu produk atau jasa”. Menurut Stanton (dalam Elisabeth Koes
Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih (2011), ada empat indikator yang
mencirikan harga yaitu:
1. Keterjangkauan harga
2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
3. Daya saing harga
4. Kesesuaian harga dengan manfat
Menurut Kotler (2005:358) persepsi konsumen akan harga dan nilai
menentukan apakah perusahaan telah menetapkan harga dengan tepat. Bila
harga tinggi dibanding jumlah anggapan nilai, konsumen tidak akan membeli
produk.
Masih menurut Kotler (2005:358) konsumen juga membandingkan
harga produk dengan harga produk pesaing, dan memilih produk yang
menawarkan nilai paling tinggi. Pemasar harus cermat memantau
penetapan harga dan kualitas mutu dari produk semua pesaing, serta
menggunakan informasi tersebut sebagai titik awal untuk menetapkan
harganya sendiri.
Mengacu pada Kertajaya (2006) indikator dari harga dapat dinyatakan
dalam penilaian konsumen terhadap besarnya pengorbanan financial yang
33
diberikan dalam kaitannya dengan spesifikasi yang berupa kualitas
produk.Selain itu penilaian harga dapat dilihat dari kesesuaian antara suatu
pengorbanan dari konsumen terhadap nilai yang diterimanya setelah melakukan
pembelian, dan dari situlah konsumen akan mempersepsikan dari produk atau
jasa tersebut. Persepsi yang positif adalah hasil dari rasa puas akan suatu
pembelian yang dilakukannya, sedangkan persepsi yang negatif merupakan
suatu bentuk dari ketidakpuasan konsumen atas produk atau jasa yang
dibelinya.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa indikator dari harga
antara lain adalah kesesuaian harga produk dengan kualitas produk, dan
kesesuaian harga produk dengan manfaat yang didapat.
Tujuan penetapan harga memiliki implikasi penting terhadap strategi
bersaing perusahaan. Tujuan yang ditetapakn harus konsisten dengan cara
yang ditempuh perusahaan dalam menempatkan posisi relatifnya dalam
persaingan. Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga (Tjiptono,
2008:152) yaitu:
1. Tujuan berorientasi pada laba, asumsi teori ekonomi klasik menyatakan
bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat
menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini dikenal dengan istilah
maksimalisasi laba. Dalam era persaingan global yang kondisinya
sangat kompleks dan banyak variabel yang berpengaruh maksimalisasi
laba sangat sulit dicapai, karena sukar sekali untuk dapat
memperkirakan secara akurat jumlah penjualan yang dapat dicapai pada
tingkat harga tertentu. Dengan demikian, tidak mungkin suatu
perusahaan dapat mengetahui secara pasti tingkat harga yang dapat
menghasilkan laba maksimum.
2. Tujuan beriorientasi pada volume, selain tujuan berorientasi pada laba,
ada pula perusahaan yang menetapkan harganya berdasarkan tujuan
yang berorientasi pada volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan
34
istilah volume pricing objectives. Harga ditetapkan sedemikian rupa
agar dapat mencapai target volume penjualan (dalam ton, kg, unit, m3,
dan lain – lain) nilai penjualan (Rp) atau pangsa pasar (absolut maupun
relatif). Tujuan ini banyak diterapkan oleh perusahan penerbangan,
lembaga pendidikan, perusahaan tour and travel, pengusaha bioskop
dan pemilik bisnis pertunjukan lainnya, serta penyelenggara seminar –
seminar.
3. Tujuan berorientasi pada citra, citra (image) suatu perusahaan dapat
dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat
menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra
prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk
membentuk citra nilai tertentu (image o of value), misalnya dengan
memberikan jaminan bahwa harganya merupakan harga yang terendah
di suatu wilayah terntentu. Pada hakikatnya, baik penetapan harga
tinggi maupun harga rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi
konsumen terhadap keseluruhan marketing mix produk yang
ditawarkan perusahaan.
4. Tujuan stabilisasi harga, dalam pasar yang konsumennya sangat
sensitive terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya,
maka para pesaing harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi
seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilitasasi harga dalam
industri – industri tertentu yang produknya sangat terstandarisasi
(misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan
menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara
harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader).
5. Tujuan lain – lainnya, harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan
mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan,
mendukung penjualan ulang, atau menghindari campur tangan
pemerintah. Organisasi non profit juga dapat menetapkan tujuan
penetapan harga yang berbeda, misalnya untuk mencapai partial cost
recovery, full cost recovery, atau untuk menetapkan social price.
35
2.3.3 Pengertian Tempat
Place includes marketing issues such as, channel type, exposure,
transportation,distribution, and location. A product needs to be available to
the client when and where the client wants it. Marketers describe this process
as the “channel.” The channel describes “any series of firms (or individuals)
that participate in the flow of products from producer to final user or
consumer” (Hani Al-Dmour1, Zu’bi M. F. Al-Zu’bi1 & Dana
Kakeesh1,2013).
Pemilihan tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan cermat
terhadap beberapa faktor berikut:
• Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana
transportasi umum.
• Visibilitas, yaitu lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan jelas
dari jarak pandang normal.
• Lalu-lintas (traffic), Kepadatan dan kemacetan lalu-lintas bisa pula
menjadi habatan, misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam
kebakaran, atau ambulans.
• Tempat parkir yang luas, nyaman, dan aman, baik untuk kendaraan
roda dua maupun roda empat.
• Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang
ditawarkan.
• Kompetisi, yaitu lokasi pesaing
• Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang bengkel
kendaraan bermotor terlalu berdekatan dengan pemukiman penduduk
Sebuah produk harus tersedia kepada konsumen kapan dan di mana
konsumen menginginkannya. Place maupun distribusi diukur melalui: Lokasi
produk, Ketersediaan produk, Distribusi pesaing, Daerah – daerah penjualan,
Variasi alat pengiriman, Lama waktu pengiriman
Yang dimaksud saluran distribusi (marketing channel, trade channel,
distribution channel) adalah rute atau rangkaian perantara, baik yang dikelola
pemasar maupun independen, dalam menyampaikan barang dari produsen ke
36
konsumen (Tjiptono,2011:187). Jumlah perantara yang terlibat dalam suatu
saluran distribusi sangat bervariasi. Menurut Tjiptono (dikutip dari Kotler,
2006) terdapat tingkatan – tingkatan dalam saluran distribusi berdasarkan
jumlah perantara di dalamnya, yaitu:
1. Zero level channel, menunjukkan bahwa pemasar tidak menggunakan
perantara dalam memasarkan produknya (disebut juga direct marketing
channel).
2. One level channel, menunjukkan pemasar menggunakan satu tipe
perantara.
3. Two level channel, berarti memakai dua tipe perantara, dan seterusnya.
2.3.4 Pengertian Promosi
Promosi merupakan elemen yang penting dalam bauran pemasaran,
dengan kegiatan promosi perusahaan dapat memperkenalkan suatu produk
atau jasa kepada konsumen, dengan demikian konsumen akan mengetahui
adanya suatu produk atau jasa. Fungsi promosi dalam bauran pemasaran
adalah untuk mencapai tujuan komunikasi dengan para konsumen. Promosi
berperan dalam menghasilkan penyampaian informasi yang baik kepada
konsumen akan manfaat dan kelebihan suatu produk atau jasa, sehingga dapat
mempengaruhi benak konsumen tersebut.
Adapun beberapa pengertian promosi menurut para ahli, yaitu;
Buchari Alma (2007:79) dalam Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti
Pratminingsih (2011), “Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran
yang merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informassi,
mempengaruhi dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan
produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang
ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.”
Fandy Tjiptono (2008:219), “Promosi merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan suatu program pemasaran untuk memberikan informasi
mengenai adanya suatu produk.”
37
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa promosi
merupakan faktor penting dalam pemasaran karena dengan melalui kegiatan
promosi maka perusahaan dapat memberikan informasi mengenai suatu
produk atau jasa yang diperjualbelikan kepada para konsumen.
Menurut Fandy Tjiptono (2008:222) secara umum bentuk-bentuk
promosi memiliki fungsi yang sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat
dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya. Beberapa tugas khusus itu
disebut bauran promosi.
1. Personal Selling adalah komunikasi langsung (tatap muka) antara
penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk
kepada pelanggan.
2. Mass Selling terdiri atas periklanan atau publisitas yang merupakan
pendekatan yang menggunakan media komunikasi untuk
menyampaikan informasi kepada banyak konsumen dalam satu waktu.
3. Promosi Penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui
penggunaan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang
pembelian produk.
4. Public Relation (hubungan masyarakat) merupakan upaya komunikasi
menyeluruh dari suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi,
opini, keyakinan dan sikap berbagai kelompok terhaddap perusahaan
tersebut.
5. Direct Marketing adalah sistem pemasaran yang bersifat interaktif
yang memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk
menimbulkan respon yang terukur atau transaksi di berbagai lokasi.
38
Gambar 2.2 The Marketing Communication Mix for Service
Sumber: Lovelock and Wrtiz, Service Marketing, Pearson, 7th ed., 2011, p.195.
Menurut Peter (2000:188) dalam Elisabeth Koes Soedijati dan Sri
Astuti Pratminingsih (2011), tujuan komunikasi promosi adalah:
1. Konsumen harus memiliki kebutuhan yang disadari (recognized
need) akan suatu kategori produk atau bentuk produk.
2. Konsumen harus sadar (aware) akan merek.
3. Konsumen harus memiliki sikap merek yang positif (favorable brand
attitude).
4. Konsumen harus memiliki keinginan untuk membeli merek
(intention to purchase) tertentu.
5. Konsumen harus melakukan berbagai macam perilaku (perform
various behaviors) untuk membeli merek tertentu.
“Tujuan dari promosi adalah mneginformasikan, mempengaruhi dan
membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan
bauran pemasaran” (Tjiptono, 2007:221). Secara rinci ketiga tujuan promosi
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Menginformasikan (informing), dapat berupa:
a. Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru
b. Memperkenalkan cara pemakain yang baru dari suatau produk
39
c. Menyampaikan perubahan harga kepada pasar
d. Menjelaskan cara kerja suatu produk
e. Menginformasikan jasa – jasa yang disediakan oleh perusahaan
f. Meluruskan kesan yang keliru
g. Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli
h. Membangun citra perusahaan
2. Membujuk pelanggan sasaran (persuading) untuk:
a. Membentuk pilihan merek
b. Mengalihkan pilihan ke merek tertentu
c. Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk
d. Mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga
e. Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga
3. Mengingatkan (remainding), dapat terdiri atas:
a. Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan
dalam waktu dekat
b. Mengingatkan pembeli akan tempat – tempat yang menjual produk
perusahaan
c. Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan
d. Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan
2.3.5 Pengertian People
People (Karyawan) adalah orang-orang yang memainkan peran untuk
menyampaikan jasa kepada konsumen. Orang-orang ini akan mempengaruhi
persepsi konsumen, nama dan image perusahaan serta konsumen-konsumen
pengguna jasa perusahaan lain. Bagaimana pemberi jasa itu berpakaian,
penampilan pribadi dan tingkah laku akan mempengaruhi persepsi dan
pertimbangan konsumen dalam memilih jasa yang ditawarkan oleh suatu
perusahaan. Yang dimaksud partisipan disini adalah karyawan penyedia jasa
layanan maupun penjualan, atau orang-orang yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dalam proses layanan itu sendiri, diantaranya adalah
40
para reception, guru, dan pembimbing. Personil merupakan komponen utama
dalam menyediakan layanan.
Orang-orang dalam unsur bauran pemasaran pendidikan mengacu
pada karyawan di lembaga pendidikan. Dengan demikian, orang mengacu
pada semua staf pengajar dan administrasi melalui layanan ini disampaikan
dan hubungan pelanggan dibangun (Kotler dan Fox, 1995) dalam Elisabeth
Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih (2011). Orang juga termasuk
siswa lembaga saat ini calon siswa cenderung untuk bertanya dan memeriksa
dengan siswa saat ini pada pandangan mereka.
Lovelock & Wright (2004) menyatakan bahwa keterlibatan langsung
dalam pemasaran jasa berarti bahwa pelanggan mengevaluasi kualitas
penampilan dan sosial keterampilan karyawan serta keterampilan. Dalam
merancang strategi pemasaran lembaga dianjurkan pada pengembangan para
staf. Persepsi penampilan pribadi, sikap dan perilaku pelanggan layanan
(Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih,2011). Kesan pertama
siswa dari lembaga pendidikan sering didasarkan pada interaksi dengan
orang-orang dari lembaga.
Kebutuhan konsumen terhadap karyawan berkinerja tinggi akan
menyebabkan konsumen puas dan loyal. Kemampuan knowledge
(pengetahuan) yang baik, akan menjadi kompetensi dasar dalam internal
perusahaan dan pencitraan yang baik di luar. Faktor penting lainnnya dalam
people adalah attitude dan motivation dari karyawan dalam industri jasa.
Moment of truth akan terjadi pada saat terjadi kontak antara karyawan dan
konsumen. Attitude sangat penting, dapat diaplikasikan dalam berbagai
bentuk, seperti penampilan karyawan, suara dalam bicara, body language,
ekspresi wajah, dan tutur kata. Sedangkan motivasi karyawan diperlukan
untuk mewujudkan penyampaian pesan dan jasa yang ditawarkan pada level
yang diekspetasikan, dari sovalusian.blogspot.com/2013
Orang-orang elemen dari bauran pemasaran pendidikan mengacu pada
karyawan. Dengan demikian, orang-orang mengacu pada semua ajaran dan
staf administrasi di mana layanan ini disampaikan guna membangun
hubungan pelanggan (Kotler dan Fox, 1995). Lovelock & Wright (2004)
41
mengemukakan bahwa keterlibatan langsung dalam pemasaran jasa berarti
bahwa pelanggan mengevaluasi kualitas penampilan dan sosial keterampilan
karyawan serta keterampilan teknis. Dalam merancang strategi pemasaran
institusi dianjurkan pada pengembangan stafnya.
2.3.6 Pengertian Physical Evidence
Physical Evidence (Bukti fisik) adalah hal-hal yang terdapat disekitar
tempat pemberian jasa yang berwujud yang dapat memperlihatkan kepada
konsumen kualitas jasa yang diberikan, misalnya brosur, spanduk, papan
pengumuman, dan lain-lain. Munculnya bangunan, lansekap, kendaraan,
interior furnishing, peralatan, anggota staf, tanda-tanda, materi cetak, dan
lainnya terlihat isyarat semuanya memberikan bukti nyata dari gaya layanan
perusahaan dan kualitas. Layanan perusahaan perlu mengelola bukti fisik
dengan hati-hati karena dapat memiliki dampak yang mendalam terhadap
tayangan pelanggan. Dalam layanan dengan beberapa nyata elemen, seperti
asuransi, iklan sering digunakan untuk membuat bermakna simbol. Sebagai
contoh, sebuah payung mungkin melambangkan perlindungan, dan benteng,
keamanan.
Fasilitas fisik atau bukti mengacu pada semua fisik, item nyata
lembaga membuat tersedia untuk pelanggan mulai dari brosur ke infra
struktur. Bukti fisik sangat penting karena sifat tidak berwujud dari layanan
yang ditawarkan oleh perguruan tinggi. Lingkungan di mana layanan ini
disampaikan, baik bantuan berwujud dan tidak berwujud untuk
berkomunikasi, melakukan dan menyampaikan kepuasan pelanggan terhadap
pelanggan potensial (Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih,
2011).
Kotler (2008) dalam Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti
Pratminingsih (2011), menunjukkan bahwa bukti fisik akan memberikan
kesan pertama tentang universitas dan biasanya mereka melihat bangunan dan
fasilitas. Selanjutnya Gibss dan Knapp (2002) menambahkan bahwa kondisi
42
lokasi fisik berkontribusi besar terhadap citra lembaga. Sebagai contoh:
teknologi yang digunakan, kebersihan kamar, perpustakaan, dan lain-lain
Menurut, Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih
(2011), bukti fisik mengacu pada lingkungan dan fasilitas yang diperlukan
oleh perusahaan untuk memberikan layanan kepada para pelanggan .
Koperasi konsumen dapat memperluas pilihan konsumen dengan
menyediakan fasilitas seperti self-service , rak penting , dll sama seperti toko-
toko besar dan dapat mencegah bahwa pembeli meninggalkan perusahaan
tanpa pembelian apapun.
Bukti fisik, karakteristik yang menjadi persyaratan yang bernilai
tambah bagi konsumen dalai perusahaan jasa yang memiliki karakter .
Perhatian terhadap interior, perlengkapan bangunan, termasuk lightning
system, dan tata ruang yang lapang menjadi perhatian penting dan dapat
mempengaruhi mood pengunjung. Bangunan harus dapat menciptakan
suasana dengan memperhatikan ambience sehingga memberikan pengalaman
kepada pengunjung dan dapat memberikan nilai tambah bagi pengunjung,
khususnya menjadi syarat utama perusahaan jasa dengan kelas market
khusus, dari sovalusian.blogspot.com/2013
Kotler (2008) menunjukkan bahwa bukti fisik akan memberikan
kesan pertama tentang lembaga pendidikan dan biasanya mereka melihat
bangunan dan fasilitas. Selanjutnya Gibss dan Knapp (2002) menambahkan
bahwa kondisi lokasi fisik berkontribusi besar terhadap citra lembaga.
Sebagai contoh: teknologi yang digunakan, kebersihan kelas, perpustakaan,
dll ( Elisabeth Koes Soedijati & Sri Astuti Pratminingsih, 2011)
43
2.3.7 Pengertian Proses
Process (Proses) adalah prosedur-prosedur, mekanisme dan aktifitas-
aktifitas lainnya yang terjadi dalam usaha pemberian pelayanan atau
penyampaian jasa kepada konsumen. Proses mengacu pada cara institusi
melakukan bisnis dan ini berhubungan dengan sistem administrasi secara
keseluruhan untuk elemen ini (Kotler, 2008). Prosedur, mekanisme dan aliran
kegiatan oleh layanan merupakan unsur penting dari bauran pemasaran
(Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih, 2011). Lembaga
pendidikan perlu memastikan bahwa siswa memahami proses perolehan
layanan. Proses di lembaga pendidikan mengacu pada hal-hal yang terjadi
dalam institusi, seperti proses manajemen, pendaftaran, pengajaran,
pembelajaran, sosial dan bahkan kegiatan non akademis.
Pengelola jasa melalui front liner sering menawarkan berbagai macam
bentuk pelayanan untuk tujuan menarik konsumen. Fasilitas jasa konsultasi,
credit card, card member dan fasilitas layanan yang berpengaruh pada image
perusahaan. Prosedur manajemen menjamin ketersediaan dan kualitas
layanan yang berkelanjutan / tepat. Tugas dan peran komponen ini bauran
pemasaran adalah untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran
layanan. Dengan meningkatkan prosedur memberikan pelayanan kepada
pelanggan, perusahaan dapat menciptakan layanan untuk kenyamanan
konsumen yang mengarah ke pembelian kembali dan akhirnya, peningkatan
penjualan. (Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih, 2011).
Mutu layanan jasa sangat bergantung pada proses penyampaian jasa
kepada konsumen. Mengingat bahwa penggerak perusahaan jasa adalah
karyawan itu sendiri, maka untuk menjamin mutu layanan (quality
assurance), seluruh operasional perusahaan harus dijalankan sesuai dengan
sistem dan prosedur yang terstandarisasi oleh karyawan yang berkompetensi,
berkomitmen, dan loyal terhadap perusahaan tempatnya bekerja, dari
sovalusian.blogspot.com/2013
44
Tabel 2.3 Dimensi Umum Menilai Kualitas Layanan
Sumber : Lovelock and Wrtiz, Service Marketing, Pearson, 7th ed., 2011, hal. 406
2.4 Merek (Brand)
2.4.1 Pengertian Merek (Brand)
Menurut Aaker (2004) dalam Ali Kazemi (2013) mengatakan merek
dapat dikatakan sebagai sebuah janji seorang penjual atau perusahaan untuk
konsisten memberikan nilai, manfaat, fitur dan kinerja tertentu bagi
pembelinya. Janji tersebut harus janji yang benar dan harus ditepati kepada
pembelinya sehingga merek yang menjanjikan tersebut dapat memberikan
semua hal yang dijanjikan, dan juga memberikan nilai lebih dari janji
tersebut. Hal ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan dan juga
menjaga image dari suatu merek.
45
Dalam Fandy Tjiptono (2005; p.2) Menurut Undang-undang No. 15
Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah tanda yang berupa gambar, nama,
kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan nama, atau kombinasi dari unsur-
unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang dan jasa. Definisi ini memiliki kesamaan dengan
definisi dari American Marketing Association yang menekankan peranan
merek sebagai identifier dan differentiator. Berdasarkan definisi ini secara
teknis apabila seorang membuat nama, logo, atau simbol baru untuk sebuah
produk baru, maka ia telah menciptakan sebuah merek.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa merek
adalah sesuatu hal yang membedakan produk atau jasa sebuah perusahaan
menjadi berbeda dengan produk atau jasa yang ditawarkan oleh pesaing.
Yang membedakan adalah dikarenakan nama, simbol, tanda, dan rancangan
dari setiap merek.
2.4.2 Citra (Image)
Menurut Aaker dalam Fandy Tjiptono (2008) image is the total
impression of what person or group people think and know about an object.
Citra adalah kesan total dari apa yang seseorang atau sekelompok orang
pikir dan tahu tentang suatu objek.
Dalam Buchari (2009:10) mengatakan bahwa merek dapat membuat
citra terhadap perusahaan. Citra menurut Kotler, image is the set of beliefs,
ideas and impression that a person holds regarding an object. People’s
attitude and action towards an object are highly conditioned by that objects
image. Citra adalah seperangkat keyakinan, gagasan dan kesan bahwa
seseorang memegang mengenai objek.Sikap masyarakat dan tindakan
terhadap objek sangat di kondisikan oleh citra objek tersebut.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa image atau citra akan terbentuk
dalam jangkan waktu tertentu, sebab ini merupakan akumulasi persepsi
terhadap suatu objek, apa yang terpikirkan, diketahui dialami yang masuk
46
kedalam memory seseorang berdasarkan masukan- masukan dari berbagai
sumber sepanjang masa.
2.4.3 Citra merek (Brand Image)
Citra merek menurut Rangkuti (2009:43) dalam Azka Nabila Islami
(2011) adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dibenak
konsumen. Dalam Rangkuti (2009; p.43) Aaker mendefinisikan Asosiasi
merek sebagai segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai merek.
Syarat merek yang kuat adalah citra merek. Kotler juga mempertajam
bahwa citra merek sebagai posisi merek (brand position)
Menurut Low & Lamb (2000; p.4 yang dikutip oleh Farida Azka
Nabila Islami (2011), berpendapat bahwa untuk memahami citra merek
dengan baik harus memperhatikan keunikan karakteristik produk. Lamb
(2001:423) mengungkapkan bahwa ciri-ciri dari nama merek yang
efektif, yaitu:
a. Mudah diucapkan
b. Mudah dikenali
c. Mudah diingat
d. Pendek/singkat
e. Berbeda atau unik
f. Menggambarkan manfaat dari produk
g. Mempunyai konotasi yang positif
h. Memperkuat citra yang diinginkan
Jadi, brand image dapat diartikan juga apa yang menjadi persepsi
konsumen ketika melihat suatu produk yang didasarkan pada kenyataan
dan biasanya merek dikaitkan dengan bagaimana kualitas pelayanan.
Brand image merupakan kesan konsumen atau kepribadian suatu merek.
Brand image juga memiliki dimensi- dimensi seperti asosiasi merek,
favorability asosiasi merek, kekuatan asosiasi merek, dan keunikan
asosiasi merek (Rangkuti,2002) dalam Azka Nabila Islami (2011). Jika
perusahaan dapat menciptakan citra merek yang kuat, itu pasti akan
47
membantu perusahaan untuk meningkatkan penjualan, mempertahankan
pelanggan, dan memperkuat daya saing.
Dalam Ali Kazemi (2013) citra merek, itu dianggap sebagai persepsi
tentang merek yang tercermin dari asosiasi merek yang diadakan di
memori konsumen. Ia menyarankan, "asosiasi merek" terdiri dari atribut
merek, manfaat merek, dan sikap merek secara keseluruhan. Untuk Keller
(1993), atribut "fitur deskriptif yang ditandai produk atau jasa - apa
konsumen berpikir produk atau layanan atau menyebabkan dan apa yang
terlibat dengan pembelian atau konsumsi". Atribut dapat diklasifikasikan
ke dalam atribut yang berhubungan dengan produk dan atribut yang
berhubungan dengan produk-non (yaitu harga, kemasan atau penampilan
produk informasi, pengguna dan citra penggunaan). Atribut yang
berhubungan dengan produk mengacu pada bahan-bahan yang diperlukan
untuk melakukan produk atau jasa fungsi yang dicari oleh konsumen
sedangkan atribut non terkait produk-lihat aspek eksternal produk atau jasa
yang berhubungan dengan pembelian atau konsumsi. Adapun manfaat, ini
dianggap "konsumen nilai pribadi melekat pada produk atau layanan
atribut - yaitu, apa yang konsumen pikirkan produk atau jasa dapat lakukan
untuk mereka". Manfaat fungsional terkait dengan keuntungan intrinsik
produk atau jasa konsumsi dan biasanya sesuai dengan atribut produk
terkait. Sebagai contoh, manfaat pengalaman lihat "bagaimana rasanya
untuk menggunakan produk atau jasa dan biasanya sesuai dengan atribut
produk yang terkait", sementara manfaat simbolik dikaitkan dengan
kebutuhan yang mendasari persetujuan sosial atau ekspresi pribadi dan
luar-diarahkan diri dan berhubungan dengan non-produk atribut terkait.
Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan, brand
image adalah sekumpulan asosiasi merek yang timbul di benak konsumen
karena bersifat unik dan memiliki komunikasi pemasaran yang intensif.
48
2.4.3.1 Manfaat Citra Merek
Manfaat merek bagi produsen menurut Keller dalam Tjiptono
(2005; p.20- p21), dikatakan bahwa merek berperan sebagai :
1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan
produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan
pencatatan akuntansi.
2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur yang unik. Merek bisa mendapatkan
perlindungan property intelektual. Nama merek bisa diproteksi melalui
merek dagang terdaftar (registered trademarks), proses pemanufakturan
bisa dilindungi melalui hak paten, dan kemasan bisa diproteksi melalu hak
cipta (copyrights) dan desain. Hak-hak property intelektuaini memberikan
jaminan bahwa perusahaan dapat berinvestasi dengan aman dalam merek
yang dikembangkannya dan meraup manfaat dari aset bernilai tersebut.
3. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka
bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi dilain waktu. Loyalitas
merek seperti ini menghasilkan predictability dan security permintaan bagi
perusahaan dan menciptakan hambatan masuk yang menyulitkan bagi
perusahaan lain untuk masuk pasar.
4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk
dari para pesaing.
5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum,
loyalitas pelanggan, dan citra unik yang terbentuk didalam benak
konsumen.
6. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang.
Menurut Biel dalam jurnal penelitian Ali Kazemi (2013) citra merek
dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Citra Korporat
Citra yang ada dalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai
organisasi berusaha membangun imagenya dengan tujuan tak lain
ingin agar nama perusahaan ini bagus, sehingga akan mempengaruhi
segala hal mengenai apa yang dilakukan oleh perusahaan tadi.
49
2. Citra Produk / konsumen
Citra konsumen terhadap suatu produk yang dapat berdampak positif
maupun negatif yang berkaitan dengan kebutuhan, keinginan, dan
harapan konsumen. Image dari produk dapat mendukung terciptanya
sebuah brand image atau citra dari merek tersebut.
3. Citra Pemakai
Dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan
pengguna merek tersebut. Manfaat adalah nilai pribadi konsumen
yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu apa
yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari produk atau layanan
tersebut.
2.4.3.2 Indikator Citra Merek
Menurut pendapat Keller (1993) seagaimana dikutip oleh Azka Nabila
Islami (2011) mengemukakan pengukuran citra merek adalah subyektif,
artinya tidak ada ketentuan baku untuk pengukuran citra merek. Hal ini
berdasarkan pada pendapatnya : “the extant literature shows that brand
image is a multi-dimensional concept, but there is no concensus on how to
measure it empirically”. Sedangkan menurut Low dan Lamb (2000) yang
dikutip oleh Azka Nabila Islami (2011),“measuring brand image, based on
product category, has been used in different ways recent studies. However,
these always have taken into account that not only must the physical
attributes of the products be considered, but also the functional, emotional
and self-expressive benefit”.
Pendapat –pendapat tersebut menunjukan bahwa pengukuran terhadap citra
merek dapat dilakukan berdasarkan beberapa atribut, yaitu :
• Atribut fisik
Atribut fisik dari sebuah produk pengukuran terhadap citra merek
terpengaruh oleh penampilan fisik dari sebuah merek. Seperti halnya,
untuk Lion Air, maka citra merek juga tergantung pada penampilan
fisik pesawat yang digunakan untuk transportasi udara.
• Kinerja (kemampuan produk menjalankan fungsinya)
50
Pengukuran terhadap fungsi kinerja atas sebuah produk juga
merupakan salah satu variable yang menentukan citra merek. Semakin
tinggi kemampuan seuah produk untuk menjalankan fungsinya, maka
semakin tinggi pula citra merek pelanggan atas produk bersangkutan.
• Manfaat emosional
Kemampuan sebuah merek untuk memunculkan emosional positif
bagi pelanggan sebagai pemakai atau pengguna suatu merek sangat
menentukan bagi keberhasilan pembentukan citra merek pelanggan
atas sebuah merek.
• Manfaat mengekspresikan diri
Keuntungan –keuntungan yang bisa diperoleh sehubungan dengan
pengonsumsian sebuah produk juga merupakan variable dasar yang
menentukan terhadap image pelanggan atas sebuah merek.
Selanjutnya menurut Keller (2003:78) dalam Ali Kazemi (2013)
bahwa pengukuran citra merek dapat dilakukan berdasarkan pada aspek
sebuah merek, yaitu favourable, strength, dan uniqueness.
• Favorability of brand associations
Keberhasilan suatu program pemasaran tercermin dalam kemampuan
menganalisis konsumen dan kompetisi untuk menentukan posisi yang
optimal untuk merek, sehingga pembeli percaya bahwa merek yang
mempunyai atribut dan keuntungan tersebut akan dapat memuaskan
kebutuhan dan keinginan mereka sehingga terbentuklah sebuah
perilaku positif terhadap merek tersebut secara keseluruhan.
• Strength of brand associations
Kekuatan dari sebuah asosiasi akan menentukan pembentukan citra
merek. Hal ini juga tergantung pada bagaimana informasi masuk
kedalam ingatan pembeli dan bagaimana kekuatan asosiasi tersebut
bertahan sebagai sebuah bagian dari citra merek. Memastikan bahwa
asosiasi terkait cukup kuat untuk merek akan bergantung pada
bagaimana program pemasaran dan faktor lain mempengaruhi
pengalaman merek konsumen.
51
• Uniqueness of brand associations
Inti dari penempatan merek adalah merek mempunyai keuntungan
kompetitif (persaingan) yang dapat dipertahankan atau proporsi
penjualan yang unik yang dapat mengikat pembeli sebagai suatu
alasan yang kuat untuk membeli merek tertentu. Perbedaan ini dapat
disampaikan langsung secara eksplisit dengan membuat perbandingan
dengan pesaing, atau mungkin akan disampaikan secara implisit
dengan menyatakan persaingan tertutup. Suatu brand image dibangun
dengan menciptakan citra dari suatu produk. Konsumen bersedia
membayar lebih tinggi dan menganggapnya berbeda karena brand ini
memancarkan asosiasi citra tertentu. Para perancang image dari
brandberusaha memenuhi hasrat konsumen untuk menjadi bagian dari
kelompok social tertentu yang lebih besar dan dipandang terhormat
oleh orang lain, atau untuk mendefenisikan diri menurut citra yang
diinginkannya. Brand image menjadi pilihan pada saat persaingan
sudah menjadi taraf dimana produk-produk yang ditawarkan sudah
tidak lagi memiliki perbedaan yang berarti, dari
www.jakartaconsultingroup.com
Citra merek berhubungan dengan sikap. Sikap positif konsumen
terhadap sebuah merek lebih mudah mengarahkannya untuk membeli merek
dan produk tersebut. Karena itu, tujuan utama strategi pemasaran, baik
melalui iklan, publisitas, maupun melalui cara tradisional adalah
mengembangkan citra positif terhadap merek. Citra merek dibangun dengan
memasukkan kepribadian atau citra kedalam produk atau jasa, untuk
kemudian dimasukkan ke dalam alam bawah sadar konsumen
52
2.5 Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen menurut Peter Olson (2010; p.137) “ the dynamic
interaction of affect and cognition, behavior, and environment by which
human beings conduct the exchange aspects of their lives”. In other words,
consumer behavior involves the thoughts and feelings people experience
and the actions they perform in consumption processes.
Perilaku konsumen menurut Solomon (2009; p.120), consumer
behavior is the study of the processes involved when individuals or groups
select, purchase, use or dispose of products, services, ideas, or experiences
to satisfy needs and desires.
Menurut Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih
(2011), perilaku konsumen sebagai perilaku yang menampilkan pelanggan
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan membuang
produk dan layanan yangmereka harapkan akan memuaskan kebutuhan
mereka. Perilaku konsumen berfokus pada bagaimana konsumen individu
dan keluarga atau rumah tangga membuat keputusan untuk membelanjakan
sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) untuk barang-
barang konsumsi-terkait.
Menurut Kotler dan Keller (2009:166), “Perilaku konsumen adalah
studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih,
membeli, menggunakan barang, jasa, ide atau pengalaman untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen
adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam memahami
keinginannya terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan, dimana
keinginan dari konsumen itu berubah-ubah.
53
Gambar 2.3 Model Perilaku Konsumen
Sumber : Kotler & Keller ( 2009:226 )
Dari gambar dapat dilihat beberapa rangsangan yang mempengaruhi
perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian, baik
rangsangan dari dalam pemasaran maupun rangsangan lain yang berasal dari
luar pemasaran. Rangsangan tersebut meliputi psikologi konsumen dan
krakteristik konsumen sehingga konsumen dapat memutuskan suatu
tindakan dalam keputusan pembelian. Oleh sebab itu setiap pemasar harus
dapat mengetahui dan memahami bagaimana karakterisitik dan psikologi
setiap calon konsumen dalam proses keputusan pembelian.
54
2.6 Keputusan Pembelian
2.6.1 Pengertian Keputusan Pembelian
Keputusan menurut Schiffman, Kanuk (2004; yang dikutip oleh
Kuncoro & Adithya; 2010) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternative
pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat
keputusan, haruslah tersedia beberapa alternative pilihan.
Sedangkan menurut Belch (2004; pada Kuncoro & Adithya; 2010)
adalah ;”the result of a long, detailed process that include an extensive
information search, brand comparisons and evaluations, and other
activities”.
Menurut Peter dan Olson (2000:162) keputusan pembelian adalah
proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk
mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu
diantaranya. Jika konsumen tidak memiliki pengalaman dengan suatu
produk, mereka cenderung untuk mempercayai merek yang disukai atau
yang terkenal (Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih,2011).
Alasan inilah yang mendorong perusahaan untuk memperkuat posisi
mereknya agar tercipta brand image yang positif dan menancap kuat di
benak konsumen karena melalui brand image (citra merek), konsumen
mampu mengenali sebuah produk, mengevaluasi kualitas, mengurangi
resiko pembelian, dan memperoleh pengalaman dan kepuasan dari
diferensiasi produk tertentu (Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti
Pratminingsih,2011).
Dalam jurnal Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih
(2011), pilihan siswa merupakan bagian dari perilaku konsumen, yaitu
bagaimana individu atau kelompok memilih, membeli dan menggunakan
barang atau jasa (Kotler & Fox, 1995). Ada lima langkah dalam siswa
ataupun orang tua memilih lembaga pendidikan: ada kebutuhan dan motif,
pengumpulan informasi, mengevaluasi alternatif, pengambilan keputusan
dan evaluasi pasca pilihan.
55
Marketer tidak dapat membuat kebutuhan tetapi mereka dapat
mengaktifkan pengakuan kebutuhan melalui peningkatan kesadaran
konsumen tentang kebutuhan (Kotler.P, 2008). Setelah kebutuhan untuk
belajar di lembaga pendidikan Bahasa Inggris telah diakui, para siswa
potensial kemudian mencari informasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kotler (2008) mengklasifikasikan sumber informasi sebagai sumber pribadi
pribadi dan non. Sumber pribadi untuk contoh: keluarga, teman, guru.
Sumber non personal: iklan, prospektus, dan media massa.
Langkah berikutnya bahwa siswa mengambil setelah mendapatkan
informasi yang dibutuhkan, kemudian mengevaluasi alternatif lembaga
pendidikan Bahasa Inggris bahwa ia / dia dapat mendaftarkan diri. Proses
alternatif mengevaluasi melibatkan pengurangan pilihan sampai satu atau
dua tetap (Kotler dan Fox, 1995). Siswa mengevaluasi potensial lembaga
pendidikan Bahasa Inggris berdasarkan sejumlah atribut seperti: program,
biaya, fasilitas, proses, guru dan lokasi (Elisabeth Koes Soedijati dan Sri
Astuti Pratminingsih,2011).
Langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan, yaitu fase
pasca pembelian, terdiri dari empat komponen: pasca pembelian disonansi,
penggunaan produk layanan, disposisi produk jasa dan evaluasi pembelian.
Kotler dan Fox (1995) mengemukakan bahwa masing-masing unsur bauran
pemasaran memainkan peran penting sendiri dalam pemilihan siswa dari
lembaga.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keputusan
pembelian adalah suatu keputusan konsumen sebagai pemilikan tindakan
dari dua atau lebih pilihan alternatif mengenai proses, cara, perbuatan
membeli, dengan mempertimbangkan fator lain tentang apa yang dibeli,
waktu membeli, dimana membelinya serta cara pembayarannya.
Tingkat keterlibatan konsumen dalam suatu pembelian dipengaruhi
oleh rangsangan. Dengan kata lain, apakah seseorang merasa terlibat atau
tidak terhadap suatu produk ditentukan apakah dia merasa penting atau tidak
dalam pengambilan keputusan pembelian produk atau jasa. Dengan
demikian bisa dikatakan bahwa ada konsumen yang mempunyai
56
keterlibatan tinggi dalam pembelian suatu produk atau jasa, dan ada juga
konsumen yang mempunyai keterlibatan yang rendah atas pemeblian suatu
produk atau jasa.
Adapun keputusan pembelian konsumen diukur melalui:
1. Pilihan merek
2. Jumlah pembelian
3. Rekomendasi dari pembeli sebelumnya
2.6.2 Karakteristik Pembelian
Menurut Kotler (2005, p.144) pembelian konsumen sangat
dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial, pribadi, dan
psikologis.
1. Faktor Budaya
Faktor-faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan
dalam pada tingkah laku konsumen. Pemasar harus mengetahui
peran yang dimainkan oleh budaya, sub-budaya, dan kelas sosial
pembeli.
a. Budaya
Menurut Kotler (2005, p.l44) budaya adalah
penyebab paling mendasar dari keinginan dan tingkah laku
seseorang. Setiap kelompok atau masyarakat mempunyai
suatu budaya, dan pengaruh budaya pada tingkah laku
membeli bervariasi amat besar dari negara ke negara.
Kegagalan menyesuaikan perbedaan ini dapat menghasilkan
pemasaran yang tidak efektif atau kesalahan yang
memalukan. Pemasar selalu mencoba menemukan pergeseran
budaya agar dapat mengetahui produk baru yang mungkin
diinginkan.
b. Sub-budaya
Menurut Kotler (2005, p.145) sub-budaya adalah
sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai sama
57
berdasarkan pada pengalaman hidup dan situasi. Sub-budaya
termasuk nasionallitas, agama, kelompok ras, dan wilayah
geografi, banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar
penting, dan pemasar sering kali merancang produk dan
program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
mereka.
c. Kelas sosial
Hampir setiap masyarakat mempunyai semacam bentuk
struktur divisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur
dengan para anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan
tingkah Jaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh
satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur sebagai
kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan,
dan variabel Jain. Dalam beberapa sistem sosial, anggota
dari kelas yang berbeda memelihara peran tertentu dan
tidak dapat mengubah posisi sosial mereka. Kelas sosial
menunjukkan pemilihan produk dan merek tertentu.
2. Faktor Sosial
Tingkah laku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
sosial, seperti kelompok kecil, keluarga, serta peran dan status
sosial konsumen.
a. Kelompok
Menurut Kotler (2005, p.147) kelompok adalah dua
orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran
individu atau bersama. Tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh
banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh
langsung dan seseorang yang menjadi anggotanya disebut
ke/ompok keanggotaan. Beberapa merupakan kelompok
primer yang mempunyai interaksi regular tetapi informal, seperti
keluarga, ternan, tetangga, dan rekan sekerja. Beberapa
merupakan ke/ompok sekunder, yang mempunyai interaksi
lebih formal dan kurang asosiasi profesional, dan serikat
58
pekerja. Kelompok acuan berfungsi sebagai titik perbandingan
atau acuan langsung (tatap muka) atau tidak langsung dalam
membentuk sikap dan tingkah laku seseorang. Orang sering
kali dipengaruhi oleh kelompok acuan yang ia sendiri tidak
menjadi anggotanya.
Pentingnya pengaruh kelompok bervariasi untuk produk dan
merek. Pengaruh cenderung paling kuat bila produk terlihat oleh
orang lain yang dihargai oleh pembelinya. Pembelian produk
yang dibeli dan digunakan secara pribadi tidak banyak berubah
oleh pengaruh kelompok karena baik produk maupun mereknya
tidak akan dilihat oleh orang lain.
b. Keluarga
Anggota keluarga dapat sangat mempengaruhi
tingkah laku membeli. Menurut Kotler (2005, p.149) keluarga
adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat, dan telah diteliti secara mendalam.
Pemasar tertarik dalam peran dan pengaruh suami, isteri, dan
anak-anak pada pembelian berbagai produk dan jasa. Keterlibatan
suamisteri sangat bervariasi menurut kategori produk dan
menurut tahap proses pembelian. Peran pembelian berubah dengan
berubahnya gaya hidup konsumen.
c. Peran dan status
Peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan dilakukan seseorang
menurut orang-orang yang ada di sekitarnya. Setiap peran
membawa status yang mencerminkan memillih produk yang
menunjukkan statusnya dalam masyarakat.
3. Faktor Pribadi
Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi seperti umur dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi
ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
a. Umur dan tahap daur hidup
59
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli
selama masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian,
perabot, dan rekreasi sering kali berhubungan dengan umur.
Membeli juga dibentuk oleh tahap daur hidup. keluarga -
tahap-tahap yang mungkin dilalui oleh keluarga sesuai dengan
kedewasaannya. Pemasar sering kali menentukan sasaran
pasar dalam bentuk tahap daur hidup dan mengembangkan
produk yang sesuai serta rencana pemasaran untuk setiap
tahap.
b. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa
yang dibelinya. Pekerja kasar cenderung membeli lebih
banyak pakaian untuk bekerja, sedangkan pekerja kantor
membeli lebih banyak jas dan dasi. Pemasar berusaha
mengenali kelompok pekerjaan yang mempunyai minat di atas
rata-rata akan produk dan jasa mereka.
c. Situasi ekonomi
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan
produk. Pemasar yang peka terhadap pendapatan mengamati
tingkat minat. Bila indikator ekonomi menunjukkan
resesi, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk
merancang ulang, mempromosikan kembali, dan mengubah
harga produknya.
d. Gaya hidup
Menurut Kotler (2005, p.l51) gaya hidup adalah pola
kehidupan seseorang yang diwujudkan dalam aktivitas,
interes, dan opininya. Orang yang berasal dari sub-budaya,
kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin mempunyai
gaya hidup yang jauh berbeda. Gaya hidup termasuk
pengukuran dimensi AIO utama dari para konsumen - activity
(pekerjaan, hobi, berbelanja, olahraga, kegiatan sosial),
interest (makanan, mode, keluarga, rekreasi), dan opinion
60
(mengenai diri mereka sendiri, isu sosial, bisnis, produk).
Gaya hidup mencakup sesuatu yang lebih dari sekedar kelas
sosial atau kepribadian seseorang; gaya hidup menampilkan
pola beraksi dan berinteraksi seseorang secara keseluruhan di
dunia.
e. Kepribadian dan konsep diri
Menurut Kotler (2005, p.l53) kepribadian adalah
karakteristik psikologi unik dari seseorang yang menyebabkan
respons yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap
lingkungan dirinya sendiri. Kepribadian setiap orang yang jelas
mempengaruhi tingkah laku membelinya. Kepribadian
biasanya diuraikan dalam arti sifat-otonomi,
mempertahankan diri, kemampuan menyesuaikan diri, dan
keagresifan. Kepribadian dapat bermanfaat untuk
menganalisis tingkah laku konsumen untuk pemilihan
produk atau merek tertentu.
4. Faktor Psikologis
Pilihan produk yang dibeli seseorang lebih lanjut
dipengaruhi oleh empat faktor psikologi yang penting, yaitu
motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan sikap.
a. Motivasi
Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada suatu saat.
Kebutuhan lalu berubah menjadi motif jika merangsang sampai
tingkat intensitas yang mencukupi. Menurut Kotler (2005, p.154)
motif adalah kebutuhan yang cukup menekan untuk
mengarahkan seseorang mencapai kepuasan.
b. Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak.
Bagaimana orang tersebut bertindak dipengaruhi oleh
persepsinya mengenai situasi. Menurut Kotler (2005, p.156) persepsi
adalah proses yang dilalui orang dalam memilih,
61
mengorganisasikan, dan menginterpretasikan informasi guna
membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia. Menururt Kotler
(2005, p.156) orang dapat membentuk persepsi berbeda dari
rangsangan yang sama kerena tiga macam proses penerimaan indera:
perhatian yang selektif, distorsi selektif.
c. Pengetahuan
Menurut Kotler (2005, p.157) pembelajaran menggambarkan
perubahan dalam tingkah laku individual yang muncul dari pengalaman.
Pembelajaran berlangsung melalui saling pengaruh dari dorongan,
rangsangan, petunjuk, respons, dan pembenaran.
d. Keyakinan dan sikap
Melalui tindakan dan pembelajaran,orang mendapatkan keyakinan
dan sikap. Menurut Kotler (2005, p.157) keyakinan adalah
pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu.
Pemasar tertarik pada keyakinan bahwa orang merumuskan
mengenai produk dan jasa spesifik, karena keyakinan ini
menyusun citra produk dan merek yang mempengaruhi tingkah laku
membeli. Bila ada sebagian keyakinan yang salah dan
menghalangi pembelian, pemasar pasti ingin meluncurkan usaha untuk
mengoreksinya.
2.6.3 Proses Pengambilan Keputusan
Keputusan pembelian merupakan aktivitas yang terdiri dari
beberapa tahap dalam menentukan tindakan pembelian suatu barang atau
jasa. Marketer tidak dapat membuat kebutuhan tetapi mereka dapat
mengaktifkan pengakuan kebutuhan melalui peningkatan kesadaran
konsumen tentang kebutuhan (Kotler.P, 2008). Setelah kebutuhan untuk
belajar di lembaga pendidikan Bahasa Inggris telah diakui, para siswa
potensial kemudian mencari informasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kotler (2008) mengklasifikasikan sumber informasi sebagai sumber pribadi
62
pribadi dan non. Sumber pribadi untuk contoh: keluarga, teman, guru.
Sumber non personal: iklan, prospektus, dan media massa.
Langkah berikutnya bahwa siswa mengambil setelah mendapatkan
informasi yang dibutuhkan, kemudian mengevaluasi alternatif lembaga
pendidikan Bahasa Inggris bahwa ia / dia dapat mendaftarkan diri. Proses
alternatif mengevaluasi melibatkan pengurangan pilihan sampai satu atau
dua tetap (Kotler dan Fox, 1995). Siswa mengevaluasi potensial lembaga
pendidikan Bahasa Inggris berdasarkan sejumlah atribut seperti: program,
biaya, fasilitas, proses, guru dan lokasi (Hoyt & Brown, 2003).
Langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan, yaitu fase
pasca pembelian, terdiri dari empat komponen: pasca pembelian disonansi,
penggunaan produk layanan, disposisi produk jasa dan evaluasi pembelian.
Kotler dan Fox (1995) mengemukakan bahwa masing-masing unsur bauran
pemasaran memainkan peran penting sendiri dalam pemilihan siswa dari
lembaga.
Menurut Kotler dan Keller (2009:235) Keputusan pembelian terjadi
melalui proses yang terdiri dari lima tahap, yaitu;
Gambar 2.4 Proses Keputusan Pembelian
Sumber : Kotler dan Keller (2009:235)
1. Pengenalan masalah/kebutuhan, yaitu proses pengambilan keputusan
pembelian dimana konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau
eksternal. Para pemasar perlu mengidentifikasikan keadaan yang memicu
kebutuhan tersebut dengan mengumpulkan informasi dari sejumlah
konsumen.
2. Pencarian informasi, yaitu proses pengambilan keputusan pembelian dimana
konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi, konsumen
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pasca
Pembelian
63
mungkin hanya meningkatkan perhatian atau mencari informasi. Terdapat
berbagai macam sumber informasi yaitu;
• Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.
• Sumber komersial : iklan wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan toko.
• Sumber publik : media massa, organisasi peringkat konsumen.
• Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian dan pemakaian produk.
3. Evaluasi terhadap berbagai macam alternatif, yaitu proses pengambilan
keputusan pembelian dimana konsumen menggunakan informasi untuk
melakukan evaluasi terhadap merk-merk alternatif yang terdapat dalam
berbagai pilihan. Konsumen membentuk penilaian atas prouk/jasa dengan
sangat sadar dan rasional. Beberapa konsep dasar dalam memahami proses
evaluasi konsumen. Pertama, konsumen berusaha memahami kebutuhan.
Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk/jasa. Ketiga,
konsumen memandang masing-masing produk/jasa sebagai sekumpulan
atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat
yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan itu.
4. Keputusan pembelian, yaitu proses pengambilan keputusan pembelian
dimana konsumen benar-benar membeli produk.
5. Perilaku pasca pembelian, yaitu proses melakukan evaluasi terhadap
keputusan pembelian yang telah dilakukan sebelumnya apakah telah sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan yang diperlukan sebelumnya. Setelah
pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian karena
memerhatikan fitur-fitur tertentu yang menganggu atau mendengar hal-hal
yang menyenangkan tentang merek lain dan akan selalu siaga terhadap
informasi yang mendukung keputusan nya. Tugas pemasar tidak berakhir
begitu saja ketika produk dibeli. Para pemasar harus memantau kepuasan
pasca pembeliaan, tindakan pasca pembelian dan pemakaian produk pasca
pembelian.
a. Kepuasan Pasca Pembelian
Kepuasan pembelian adalah fungsi dari seberapa sesuai harapan
pembeli prdouk/jasa dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas
produk/ jasa tersebut. Jika kinerja produk/jasa lebih rendah dari
harapan, pembeli akan kecewa, jika ternyata sesuai dengan harapan,
64
pembeli akan puas, jika melebihi harapan maka pembeli akan sangat
puas. Perasaan-perasaan itu akan membedakan apakah pembeli akan
membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang
menguntungkan atau tidak tentang produk/jasa tersebut kepada
orang lain.
b. Tindakan Pasca Pembelian
Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi
perilaku konsumen selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan
menunjukan kemungkinan kebih tinggi untuk membeli kembali.
Para pelanggan yang tidak puas mungkin mengambil tindakan
publik seperti mengajukan keluhan ke perusahaan tersebut.
c. Pemakaian dan Pembuangan Pasca Pembelian
Para pemasar juga harus memantau cara pembeli memakai ddan
membuang produk/jasa tertentu. Dalam kasus ini konsumen harus
diyakinkan tentang keuntungan penggunaan secara lebih teratur dan
rintangan potensial terhadap penggunaan yang ditingkatkan harus
diatasi.
Kelima tahap ini telah menunjukan bahwa proses pembelian dimulai
dari jauh sebelum saat pembelian tersebut dilaksanakan dan memiliki
konsekuensi jauh setelah pembelian.
2.6.4 Faktor – Faktor Keputusan Pembelian
Dalam Buchari (2009; p.101) yang dikutip oleh Kuncoro & Adithya;
2010), dikatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan pembelian. Faktor-faktor tersebut ialah:
1. Faktor sosial, yaitu berupa grup-grup yang turut mempengaruhi, dimana
seseorang masuk sebagai anggota, misalnya kelompok family, teman,
tetangga, teman sekerja, klub olahraga, klub seni, dan lain-lain.
2. Faktor budaya, yaitu faktor budaya yang begitu banyak kelompoknya. Mulai
dari kelompok negara, sampai kelompok etnis/suku yang memiliki budaya
dan kebiasaan adat sendiri. Di negara kita ada suku Sunda, Jawa, Minang,
65
Batak, dsb. Masing-masing memiliki pola konsumsi dan barang kesenangan
masing-masing.
3. Faktor personal, yaitu menyangkut masalah usia, pekerjaan, jabatan,
keadaan ekonomi pribadi, gaya hidup, kepribadian.
4. Faktor psikologis, yaitu menyangkut motivasi seseorang untuk membeli
apakah mengikuti teory motivasi Maslow atau karena dorongan lainnya.
Juga menyangkut masalah persepsi seseorang terhadap sesuatu.
2.7 Teori Pendukung
Tabel 2.4 Tabel Penelitian Jurnal Terdahulu
Penelitian
Siapa Topik/Judul Sumber Perbedaan Persamaan
Ali Kazemi, PHD
University of
Isfahan, Iran
Seyed Yaghoub
Hosseini, PHD
Persian Gulf
University, Iran
Mahboubeh
Moradi, MA
University of
Isfahan, Iran
"Corresponding
Author"
An Analysis of
Influential
Factors of Brand
Equity and Its
Impact on
Consumer Buying
Decision-The
Selected
Branches of
Mellat Bank in
Bushehr City as
Case Study
International
Journal of
Academic
Research in
Business and
Social Sciences
November
2013, Vol. 3,
No. 11 ISSN:
2222-6990
The Selected
Branches of
Mellat Bank in
Bushehr City as
Case Study
Brand Image
and Its Impact
on Consumer
Buying
Decision-
Bundit
Pungnirund
The Influences of
Marketing Mix on
Customer
Purchasing
Behavior at
World Academy
of Science,
Engineering
and Technology
International
Chatuchak
Plaza Market
The
Influences of
Marketing
Mix on
Customer
66
Chatuchak Plaza
Market
Journal of
Social, Human
Science and
Engineering
Vol:7 No:8,
2013
Purchasing
Behavior
Parisa Nezami
Payame Noor
University,
Tehran, Iran
The Reviewing
the Impact of
Marketing Mix on
Brand Equity
(Case Study:
ETKA Stores)
Journal of
Novel Applied
Sciences
Journal-2013-
2-10/517-521
ISSN 2322-
5149 ©2013
JNAS
Etka stores in
Tehran city
The Impact of
Marketing
Mix on Brand
Equity
Mohammad
Doostar
Esmaeil Malek
Akhlagh
Maryam Kazemi
iman abadi
Analysis of the Impact of Brand Assets on the Buying Decisions of Final Consumers Brand of Iran's
Milk Industry
Company (Pegah)
Journal of Basic and Applied Scientific Research 2012 www.textroad.c
om
Brand Equity Brand Image
Buying
Decisions
Rezky Purna Satit
The Relationship
Between
Marketing Mix
And Customer
Decision-Making
Over Travel
Agents: An
Empirical Study
International
Journal of
Academic
Research in
Business and
Social Sciences
June 2012, Vol.
2, No. 6 ISSN:
2222-6990
Travel Agent
Industries
Marketing
Mix And
Customer
Decision-
Making
67
Elisabeth Koes Soedijati
Sri Astuti
Pratminingsih
The Impacts Of Marketing Mix On Students Choice Of University Study Case Of
Private
University In
Bandung,
Indonesia
2nd
INTERNATION
AL
CONFERENCE
ON BUSINESS
AND
ECONOMIC
RESEARCH
(2nd ICBER
2011)
PROCEEDING
Studi kasus
pada penelitian
ini membahas
strategi bauran
pemasaran pada
Universitas
Membahas
bauran
pemasaran
pendidikan
dan keputusan
pembelian
Wahyu Jumadi Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran Jasa Terhadap Kepuasan Konsumen Dalam Memilih Produk Jasa Pt. Pegadaian Persero Cabang Belopa
Perpustakaan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Makassar 2012
Strategi Bauran
Pemasaran Jasa
7p
Membahas
Kepuasan
Konsumen
pada PT.
Persero
Strategi
Bauran
Pemasaran
Jasa
Dra. Yoestini,
Msi dan Eva
Sheilla Rahma
Analisis Pengaruh
Kualitas Layanan
Terhadap Brand
Equity dan Minat
Beli dan
Dampaknya Pada
Keputusan
Pembelian
Jurnal Studi
Magister
Manajemen
Universitas
Diponegoro
2007
Terdapat
variabel
kualitas
pelayanan
Citra merek
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
keputusan
pembelian
Sumber: diolah pada September 2014
68
2. 8 Hubungan Antar Variabel
2. 8. 1 Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran Jasa dengan Citra Merek
Dalam membangun pasar yang penuh sesak saat ini merek yang kuat
merupakan pusat dalam memberikan perusahaan keunggulan kompetitif.
Klien asosiasi membuat dengan merek dalam industri jasa akan fokus kuat
pada kualitas layanan yang mereka terima dari perusahaan (Papasolomou dan
Vrontis, 2007: 8). Di Afrika Selatan ada studi penelitian formal dapat
ditemukan pada bagaimana elemen service marketing mix, yaitu produk,
harga, promosi, distribusi, proses, bukti fisik, orang dan pengaruh kinerja
brand image perusahaan penyewaan mobil. Hasil penelitian mengatakan
bahwa ada hubungan antara service marketing mix dan brand image
menunjukkan proses adalah yang unsur yang paling berpengaruh di citra
merek yang diikuti oleh harga, layanan itu sendiri, promosi, bukti fisik dan
distribusi dalam rangka, namun, unsur orang ditemukan tidak adanya
hubungan.
2. 8. 2 Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran Jasa dengan Keputusan Pembelian
Dalam jurnal The Impacts Of Marketing Mix On Students Choice Of
University Study Case Of Private University In Bandung, Indonesia, oleh
Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih. Universitas
Widyatama (2011). Efek dari bauran pemasaran yang mengungkapkan nilai
atau persegi 0,525. Ini berarti bahwa marketing mix memberikan pengaruh
terhadap keputusan mahasiswa membuat signifikan (52,5%) dan 47,5%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa bauran pemasaran berpengaruh
signifikan terhadap pengambilan keputusan siswa dalam memilih perguruan
tinggi. Dari hasil ini, maka disarankan agar lembaga pendidikan tinggi harus
mengintegrasikan semua fungsi organisasi dan kegiatan pemasaran untuk
mempertahankan eksistensi mereka. Oleh karena itu, kebijakan dan keputusan
lembaga pendidikan tinggi harus mendukung pengetahuan mendalam tentang
kebutuhan pelanggan, tujuan dan harapan.
69
2. 8. 3 Pengaruh Citra Merek dengan Keputusan Pembelian
Fitriani (2008), melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Brand Image Ultramilk terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen”
(Studi kasus pada Mahasiswa Universitas Widyatama). Pada penelitian
tersebut variabel dari Brand Image yang digunakan adalah: Atribut, Manfaat,
Nilai, Budaya, Kepribadian dan Pemakai Penelitian ini menganalisis pola
hubungan antara variabel Citra merek (Brand Image) dengan Keputusan
Pembelian Mahasiswa Universitas Widyatama.Hasil analisis menunjukkan
bahwa :1. Terdapat pengaruh yang kuat antara brand Image dengan keputusan
pembelian konsumen. Dalam uji signifikansi terdapat koefisien determinasi
(R2) yaitu dengan nilai sebesar 48,30% , hal ini menunjukkan bahwa
brand Image mempengaruhi keputusan pembelian konsumen sebesar 48, 30% dan
sisanya sebesar 51, 70% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diukur.2.
Dari uji Signifikansi, diketahui t hitung sebesar 9, 568 sedangkan t
Tabelsebesar 1,6628 maka t Hitung lebih besar dari t tabel (9, 568>1,6628).
Danberdasarkan kriteria pengujian Hipotesis yaitu jika t hit > t tabel, maka
Hoditolak dan Hi diterima, maka diperoleh hasil penelitian bahwa Brand
Image yang baik mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan
pembelian Produk Ultramilk.
2.9. Kerangka Teori Penelitian
Sumber: diolah, September 2014
Gambar 2.5 Kerangka Teori Penelitian
Keputusan Pembelian (Z) (Kotler dan Keller,2009)
T2
Strategi Bauran Pemasaran Jasa (X) (Lovelock dan Wright,2005)
T3 T4
T1 Citra Merek (Y) (Keller,2003)
70
2.10 Hipotesis
Menurut Haryadi Sarjono dan Winda Julianita (2010), hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan
masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan,
belum didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
empirik.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak merumuskan hipotesis, tetapi
justru menemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis, tersebut akan diuji oleh peneliti
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Berikut adalah hipotesis yang peneliti rancang dalam penelitian ini:
1. Untuk T1
H1 = ada pengaruh faktor strategi bauran pemasaran jasa terhadap
citra merek lembaga pendidikan bahasa inggris CST English Center
Krendang.
2. Untuk T2
H2 = ada pengaruh faktor strategi bauran pemasaran jasa terhadap
keputusan pembelian konsumen pada lembaga pendidikan bahasa
inggris CST English Center Krendang.
3. Untuk T3
H3 = ada pengaruh faktor citra merek terhadap keputusan pembelian
konsumen pada lembaga pendidikan bahasa inggris CST English
Center Krendang.
4. Untuk T4
H4 = ada pengaruh strategi bauran pemasaran jasa dan citra merek
secara bersama- sama terhadap keputusan pembelian konsumen pada
lembaga pendidikan bahasa inggris CST English Center Krendang