bab 2 landasan teori - library & knowledge...

28
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Ekonomi Kreatif John Howkins dalam bukunya The Creative Economy: How People Make Money pertama kali memperkenalkan istilah ekonomi kreatif. Howkins menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis kreativitas setelah melihat pada tahun 1997, Howkins menjelaskan ekonomi kreatif sebagai "kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan. Karakteristik ekonomi kreatif diantaranya: Diperlukan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam industri kreatif, yaitu cendekiawan (kaum intelektual), dunia usaha, dan pemerintah yang merupakan prasyarat mendasar Berbasis pada ide atau gagasan . Pengembangan tidak terbatas dalam berbagai bidang usaha . Konsep yang dibangun bersifat relatif. Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008) merumuskan ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan.Definisi yang lebih jelas disampaikan oleh UNDP (2008) yang merumuskan bahwa ekonomi kreatif merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya.Indonesia merupakan Negara dengan banyak suku dan budaya, maka setiap daerah yang memiliki sebuah kebudayaan dapat mempresentasikan budayanya dengan cara-cara yang unik.

Upload: dothuy

Post on 19-May-2018

231 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Ekonomi Kreatif

John Howkins dalam bukunya The Creative Economy: How People Make

Money pertama kali memperkenalkan istilah ekonomi kreatif. Howkins

menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis kreativitas setelah melihat

pada tahun 1997, Howkins menjelaskan ekonomi kreatif sebagai "kegiatan

ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk

menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang.

Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus

dilakukan untuk kemajuan. Karakteristik ekonomi kreatif diantaranya:

• Diperlukan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam industri

kreatif, yaitu cendekiawan (kaum intelektual), dunia usaha, dan pemerintah

yang merupakan prasyarat mendasar

• Berbasis pada ide atau gagasan .

• Pengembangan tidak terbatas dalam berbagai bidang usaha .

• Konsep yang dibangun bersifat relatif.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008) merumuskan

ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan

melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan

memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan.Definisi yang lebih jelas

disampaikan oleh UNDP (2008) yang merumuskan bahwa ekonomi kreatif

merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif,

pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya.Indonesia merupakan Negara

dengan banyak suku dan budaya, maka setiap daerah yang memiliki sebuah

kebudayaan dapat mempresentasikan budayanya dengan cara-cara yang unik.

2.2. Variabel Perkembangan Ekonomi

Menurut Smith (Abdul Hakim, 2000;64) mengatakan bahwa variabel

penentu proses produksi suatu negara dalam menghasilkan output total ada tiga,

yaitu :

1) sumber daya alam yang tersedia (masih diujudkan sebagai faktor

produksi ‘tanah’)

2) sumber daya manusia (jumlah penduduk), dan

3) stok barang kapital yang ada.

Menurutnya sumber daya alam yang tersedia merupakan bahan baku

utama dari kegiatan produksi suatu perekonomian dan jumlahnya terbatas.

Proses perkembangan ekonomi menurut Schumpeter dalam

bukunya Business Cycles (1939), faktor utama yang menyebabkan

perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para

innovator atau entrepreneur (wiraswasta). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat

hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur. Dan

kemajuan ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan output total

masyarakat.Dalam membahas perkembangan ekonomi, Schumpeter

membedakan pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi

walaupun keduanya merupakan sumber peningkatan output masyarakat.

Menurut Schumpeter pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output

masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi.

Hal ini terkait dengan tersedianya sumber daya manusia yang handal dan

juga tersedianya jaringan pemasaran yang lebih baik dibanding kota-kota

kecil.Namun hal itu tidak menutup kemungkinan kota-kota kecil di Indonesia

untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Bagi kota-kota kecil, strategi

pengembangan ekonomi kreatif dapat dilakukan dengan memanfaatkan

landmarkkota atau kegiatan sosial seperti festival sebagai venue untuk

mengenalkan produk khas daerah (Susan, 2004).

2.3. Industri Kreatif

Menurut jurnal Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif di

Kota Bandung Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berfokus pada

kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni, film,

permainan, desain atau fashion, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan

seperti iklan.

1. produk industri kreatif sering juga merupakan barang-barang simbolis, yang

mengandung nilai-nilai budaya

2. perbedaan dari setiap konsumen dalam menilai produk industri kreatif sulit di

prediksi

3. industri kreatif sering kali ditandai dengan adanya diversifikasi produk yang

tinggi

4. sebagian produk industri kreatif bertahan lama dan dapat dipakai berulang

kali

menurut UNESCO industri kreatif adalah kegiatan produksi maupun

pelayanan yang melingkupi elemen substansi dari segi artistik atau usaha untuk

menciptakan dan mencakup aktifitas arsitektur dan periklanan.

Gambar 2.1Lingkup Industri Kreatif

Sumber: academia.com, Diakses Tanggal 12 September 2014

2.4. Aspek-Aspek Seni

Dalam artikel Pengembangan Potensi Seni Tradisi Di Jawa Barat

Melalui Pembinaan Sentra-Sentra Budaya Industri Seni Dan

Pariwisata.Apabila fungsi primer dari seni pertunjukan, adalah seni pertunjukan

berfungsi untuk dinikmati baik sebagai ritual, hiburan, atau tontonan, berbeda

dengan fungsi sekunder. Fungsi seni pertunjukan lebih kepada kepentingan yang

lain. Ini berarti fungsi pertunjukan menjadi multifungsi, tergantung dari

perkembangan masyarakat pendukungnya.Multifungsi itu antara lain sebagai

pengikat kebersamaan, media komunikasi, interaksi, ajang gengsi, bisnis, dan

mata pencaharian, termasuk juga untuk kepentingan pariwisata.

Dengan perkembangan kondisi seperti masa kini, seni tidak bisa lagi

hanya mementingkan ekspresi diri, dengan nilai-nilai yang diframe sendiri,

tetapi harus lebih luas lagi memikirkan kepentingan orang banyak, termasuk

juga promosi daerah yang kaitannya juga ekonomi, baik bagi para pelaku seni,

maupun bagi perkembangan seni itu sendiri. Ini berarti seni harus bersinerji

dengan aspek atau kegiatan lain, termasuk kegiatan Pariwisata sebagai sektor

ekonomi.

2.5. Pengertian Pariwisata Berkelanjutan

Pariwisata merupakan industri non migas yang dijadikan sebagai sektor

andalan dalam menghasilkan devisa di beberapa Negara didunia, pariwisata

merupakan salah satu jenis dari industry yang mampu meningkatkan

pertumbuhan ekonomi yang cepat, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan

penghasilan dan standar hidup, serta menstimulasi sektor industry lainya seperti:

industry kerajinan tangan dan cindramata Pendit (1994;4)

Lane (dalam Sharpley, 2000:8) menyatakan bahwa pariwisata

berkelanjutan adalah hubungan triangulasi yang seimbang antara daerah tujuan

wisata (host areas) dengan habitat dan manusianya, pembuatan paket liburan

(wisata), dan industri pariwisata, dimana tidak ada satupun stakehorder dapat

merusak keseimbangan. Pendapat yang hampir sama disampaikan Muller yang

mengusulkan suatu istilah, yaitu ‘magic pentagon’ yang merupakan

keseimbangan antara elemen-elemen pariwisata, dimana tidak ada satu faktor

atau stakeholder yang mendominasi.

2.6. Prinsip Pariwisata Berkelanjutan

Prinsip dasar pembangunan pariwisata berkelanjutan menurut Sharpley

(2000:9-11) yang mengacu pada prinsip dasar pembangunan berkelanjutan.

Pendekatan yang holistik sangat penting. Untuk diterapkan secara umum, pada

sistem pariwisata itu sendiri dan khusus pada individu di daerah tujuan wisata

atau sektor industri. Selama ini meskipun pariwisata diterima dan terintegrasi

dalam strategi pembangunan nasional dan lokal, namun fokus utama

pembangunan pariwisata berkelanjutan masih ke arah produk center. Tidak

heran jika pada tingkat operasional sulit mengatur penerimaan yang komplek,

fragmentasi, pembagian multisektor dari keuntungan pariwisata secara alamiah.

Oleh karenanya pariwisata berkelanjutan dalam prakteknya cenderung terfokus

eksklusif setempat, proyek pembangunan relatif berskala kecil, jangkauanya

jarang melebihi wilayah/lingkungan lokal atau regional, atau sebagai sektor

industri yang spesifik/khusus.

Pada saat yang bersamaan, sektor yang berbeda dari industri pariwisata

mengalami perkembangan dalam berbagai tingkat, mengadopsi kebijakan

lingkungan dan meski kecil telah menunjukkan filosofi bisnis dan pembangunan

yang mengarah pada prinsip-prinsip keberlanjutan antar industri. Menurut

Sharpley peningkatan kebijakan pembangunan pariwisata berkelanjutan sangat

tergantung pada variasi faktor politik ekonomi yang dapat menghalangi

diterapkannya pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Menurut UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan

pariwisataadalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan

Pemerintah Daerah. Seseorang atau lebih yang melakukan perjalanan wisata

serta melakukan kegiatan yang terkait dengan wisata disebut Wisatawan.

Wisatawan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu wisatawan nusantara dan

wisatawan mancanegara. Wisatawan nusantara adalah wisatawan warga negara

Indonesiayang melakukan perjalanan wisata sementara wisatawan mancanegara

ditujukan bagi wisatawan warga negara asing yang melakukan perjalanan

wisata.

2.7. Hubungan Ruang Ekonomi Kreatif DanPengembangan Wisata

Ekonomi dan kreatif dan sektor pariwisata merupakan hal yang saling

berpengaruh dan saling bersinergi jika dikelola dengan baik (Ooi, 2006)Konsep

kegiatan wisata dapat didefinisikan dengan tiga faktor, yaitu harus ada

something to see, something to do, dan something to buy (Yoeti, 1985).

Model pengembangan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata

dapat diadaptasi dari model-model kota kreatif. Kota kreatif bertumpu pada

kualitas sumber daya manusia untuk membentuk (bisa dalam bentuk design atau

redesign) ruang-ruang kreatif (UNDP, 2008).

Dalam konteks kepariwisataan, diperlukan ruang-ruang kreatif bagi para

pengrajin untuk dapat menghasilkan produk khas daerah wisata yang tidak dapat

ditemui di daerah lain. Salah satu tempat yang paling penting bagi seorang

pengrajin untuk bisa menghasilkan karya adalah bengkel kerja atau

studio.Bengkel kerja atau studio sebagai ruang kreatif harus dihubungkan

dengan daerah wisata sehingga tercipta linkage atau konektivitas.Konektivitas

tersebut diperlukan untuk mempermudah rantai produksi (Evans, 2009).

Pembentukan ruang kreatif diperlukan untuk dapat merangsang

munculnya ide-ide kreatif, karena manusia yang ditempatkan dalam lingkungan

yang kondusif akan mampu menghasilkan produk-produk kreatif bernilai

ekonomi. Festival budaya, merupakan salah satu bentuk penciptaan ruang kreatif

yang sukses mendatangkan wisatawan.Dari segi ekonomi kreatif, produk

kerajinan dapat terjualsementara dari sektor wisata, wisatawan memperoleh

suatu memorabilia mengenai daerah wisata tersebut.Konektivitas atau linkage

antara ekonomi kreatif dan wisata dapat berbentuk outlet penjualan yang terletak

di daerah wisata.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam implementasi model linkage

tersebut adalah penetapan lokasi outlet yang harus diusahakan berada di tempat

strategis dan dekat dengan tempat wisata.

2.8. Hubungan Ekonomi Kreatif Dan Kebudayaan daerah

Penerapan ekonomi kreatif yang berkaitan dengan kebudayaan daerah

telah diterapkan di beberapa daerah diantaranya adalah di antaranya adalah

Kanazawa (Jepang) yang menawarkan paket wisata ke tempat pembuatan

kerajinan (handicraft) warga setempat seperti keramik dan sutra yang

merupakan warisan budaya budaya daerah tersebut, Para pengrajin bekerja

sekaligus menjual serta memamerkan hasil produksinya(Kanazawa City Tourism

Association, 2010).

Lalu New Zealand yang mengadakan paket wisata berikut pelatihan

kerajinan tanah liat, pelatihan membuat kerajinan perak, dan pembuatan anggur

(wine).Dalam paket wisata tersebut, wisatawan dapat berpartisipasi aktif dan

membawa pulang hasil kerajinannya sebagai memorabilia pribadi.

2.9. Studi Banding

2.9.1. Kanazawa Craft Tourism

Kanazawa telah berkembang menjadi sebuah kota yang unik serta mebuat

harmoni yang menarik antaramasa lalu tradisional dan kontemporer sekarang

Banyak karya kerajinan , studio dan toko-toko suvenir yangtersebar di seluruh

zona budaya yang indah di kanazawa .Seni pertunjukan tradisional yang mewah dan

menyenangkan. Masakan Kanazawa juga memiliki kekuatan untuk memikat

pengunjung .

Kesenian tradisional Kanazawa telah memainkan peran pentingdalam membuat

kota ini menjadi tujuan wisata yang menarik .Pada bulan Juni 2009 , Kanazawa

terdaftar sebagai UNESCOCreative City. Pengakuan ini telah mendorong seniman

dan pengrajin untuk membuat Kanazawakarya-karya baru dan inovatif dengan

merangkul teknik tradisional .

Kanawaza pun memiliki beberapa pengembangan ekonomi kreatif yang

memiliki pendekatan sesuai dengan teori Abdul Hakim, (2000), seperti tabel dibawah

ini.

Tabel 2.1pengembangan sumberdaya sebagai kawasan wisata kanazawa

Sumberdaya Pengelolaan

Sumberdaya manusia - Pengembangan kerajinan tangan

tradisional daerah

- Pengembangan kesenian tari dan

teater tradisional

- Pengembangan kuliner tradisional

Sumber daya alam - Pengembangan kawasan wisata

sebagai landmark kota

- Pengembangan bahan untuk

kerajinan tangan

Stok barang kapital yang ada - Pengembangan warisan budaya

seperti kerajinan tangan yang

sudah turun temurun

2.9.2. Selasar SunaryoArt Space

Gambar2.2gambar Selasar Sunaryo Art space

Sumber: google.com, Diakses Tanggal 28 Septeber 2014

Selasar Sunaryo berada di propinsi Jawa Barat, di kecamatan Lembang,

letaknya di awasan perbukitan alami yang beralamat di bukit Pakar Timur

no.100, Dago Bandung.Berletak di kawasan perbukitan sangat menentukan pola

peletakan fungsi, berikut pengelompokan masa Selasar Sunaryo berdasarkan

fungsinya.

Dalam konteks kepariwisataan, diperlukan ruang-ruang kreatif bagi para

pengrajin untuk dapat menghasilkan produk khas daerah wisata yang tidak dapat

ditemui di daerah lain. Salah satu tempat yang paling penting bagi seorang

pengrajin untuk bisa menghasilkan karya adalah bengkel kerja atau

studio.Bengkel kerja atau studio sebagai ruang kreatif harus dihubungkan

dengan daerah wisata sehingga tercipta linkage atau konektivitas.Konektivitas

tersebut diperlukan untuk mempermudah rantai produksi (Evans, 2009).

Gambar2.3Denah lantai dasar Sumber http://fariable.blogspot.com/Sumber: google.com

Diakses Tanggal 28 Septeber 2014

Gambar2.4Denah lantai atas Sumber: http://fariable.blogspot.com/

Diakses Tanggal 28 Septeber 2014

a. Fungsi bangunan utama yang memilik dimensi 8,4x22m2 yang

terdiri atas tiga lantai

b. Fungsi bangunan penunjang yang terdiri atas dua lantai

c. Ruang ampitheatre terbuka berbentuk setengah lingkaran dengan

diameter 20m

Gambar2.5Zoning Sumber: http://fariable.blogspot.com/

Diakses Tanggal 28 Septeber 2014

Gambar2.6 Zoning Sumber: http://fariable.blogspot.com/

Diakses Tanggal 28 Septeber 2014

Dibawah ini merupakan pengelompokan fungsi-fungsi dari diagram

program ruang dari gambar diatas

a. Ruang A : galleri yang digunakan untuk pameran karya karya

sunaryo

b. Ruang B : Ruang terbuka yang digunakan untuk memamerkan

kesenian yang dibuat dari batu, hasil karya sunaryo

c. Ruang C : digunakan untuk memamerkan karya seni anak muda

Indonesia.

d. Ruang D : Kopi selasar, merupakan kafe outdor untuk

menikmati kopi dan makanan kecil

e. Ruang E : Central space

f. Ruang F : Toko dimana pengunjung dapat membeli oleh oleh

g. Ruang G : Audio visual space

h. Ruang H : Ruang terbuka yang membentuk ¾ lingkaran

digunakan untuk pertunjukan kesenian.

i. Ruang I : Ruang serbaguna yang digunakan untuk diskusi.

j. Ruang J : Bangunan yang terbuat dari bamboo yang digunakan

untuk seniman yang sedang mengikuti program atau menyambut

tamu penting.

Pada bangunan Selasar Sunaryo Art Centre terlihat bahwa kawasan ini

mendekati implementasi model linkagedimana dari segi ekonomi kreatif produk

kerajinan dapat terjual, hal ini diperlukan untuk mempermudah rantai produksi.

2.10. Analisa Bangunan Arsitektur Betawi

2.10.1.Arsitektur Tradisional Betawi

Arsitektur Tradisional rumah Betawi merupakan suatu fenomena yang

tumbuh dari percampuran pengaruh berbagai kebudayaan, hal ini dikarenakan

masyarakat betawi sendiri sebagai masyarakat yang merupakan hasil

percampuran dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda.kemudian

melahirkan arsitektur rumah tinggal yang beragam, baik dilihat dari jenis

rumahnya maupun dari unsur-unsur arsitekturnya seperti sruktur, tata ruang,

ragam hias, dan detailnya.Ada 4 tipe rumah betawi saat ini yaitu, rumah gudang,

rumah kebaya, rumah joglo, dan rumah panggung.

karena sedang dilakukan studi Sentra Kesenian Betawi maka yang akan

diterapkan adalah bangunanan-bangunan asli betawi yang juga mempunyai

unsur asli betawi karena kawasan yang merupakan Pusat Perkampungan Budaya

Betawi, sehingga budaya betawi tetap hidup didalam Sentra Kesenian Betawi

Gambar2.7Contoh rumah Gudang Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com

Diakses Tanggal 12 Oktober 2014

Gambar 2.8Contoh Rumah Kebaya Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com

Diakses Tanggal 12 Oktober 2014

Gambar2.9Contoh Rumah Joglo Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com

Diakses Tanggal 12 Oktober 2014

Gambar2.10Contoh Rumah Panggung Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com

Diakses Tanggal 12 Oktober 2014

2.10.2. Elemen Betawi Pada Bangunan

Dari Survei rumah betawi ada beberapa elemen yang menjadi ciri khas

Betawi yang sering terlihat pada bangunan adat asli betawi maupun bangunan

modern yang mengambil unsur betawi, diantaranya adalah:

a. Sisir gantung : semacam lisplang yang berbentuk seperti

gerigi yang berada di ujung genteng berfungsi sebagai lisplang dan

hampir setiap bangunan Tradisional Betawi memiliki elemen Sisir

Gantung.

Gambar2.11 Contoh Gambar Sisir Gantung Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com Diakses Tanggal 12 Oktober 2014

b. Langkan : Terdapat pada teras depan rumah yang bahan

dasarnya berupa kayu denganukuran tinggi kira-kira 80 cm dan

tebal antara 3-5 cm serta befungsi sebagai pembatasantara teras

depan dengan halaman.

Gambar2.12Contoh gambar Langkan. Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com

Diakses Tanggal 12 Oktober 2014

c. Ventilasi : merupakan sebuah lubang cahaya dan angin

yang bentuknya bervariasi ventilasi ini sering terlihat di Rumah

Adat Betawi

Gambar2.13 Contoh gambar ventilasi Rumah Betawi Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com

Diakses Tanggal 12 Oktober 2014

d. Jendela : Bentuk jendela pada rumah Adat Betawi pada

jaman dahulu tidak memiliki kaca karena berfungsi untuk melihat

pemandangan diluar saja, bentuknya cukup umum dan banyak

diterapkan pada bangunan jaman sekarang

Gambar 2.14 Contoh gambar jendela Rumah Betawi. Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com

Diakses Tanggal 12 Oktober 2014

2.10.3. Konstruksi Bangunan Tradisional Betawi

Pola penataan konstruksi pada rumah Tradisional Betawi tidak terlalu

rumit dilihat dari beberapa segi Rumah Adat Betawi seperti dibawah ini:

a. Pondasi :Pondasi pada rumah rumah betawi kebanyakan

menggunakan pondasi setempat batu kali pada setiap kolom kolom

utamanya. Namun pada rumah betawi yang sudah dimodifikasi pada

bagian lantainya maka digunakan pondasi batu kali menerus.

Gambar 2.15 Gambar detail Kolom Rumah Adat Betawi Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com

Diakses Tanggal 12 Oktober 2014

b. Kolom : Kolom pada rumah betawi terbuat dari kayu

kelapa atau nangka yang lebih bayak digunakan.

Gambar 2.16Gambar Kolom Konstruksi Rumah adat betawi Sumber: http://radar-subekti.blogspot.com

Diakses Tanggal 12 Oktober 2014

c. Dinding : Rumah Betawi memiliki struktur rangka. Baik

sebagai bahan maupun sebagai pengisi penggunaan dinding. Kayu

dari pohon nangka cukup dominan pada pengerjaan dari dinding

pada rumah Betawi. Namun, pada daerah pesisir ada yang

menggunakan bambu sebagai bahan pengisi dinding. Pada daerah

tengah sudah terdapat penggunaan dinding setengah tembok yang

sedikit banyak merupakan pengaruh dari arsitektur Belanda.

Gambar 2.17Gambar konstruksi dinding pada Rumah Adat Betawi Sumber:http://radar-subekti.blogspot.com Diakses Tanggal 12 Oktober 2014

2.11. Sistem Sirkulasi Manusia

Tabel 2.2 Tabel Sirkulasi

Sumber: FDK Ching(1999)

2.12. Skala Ruang

Ching (1996) menyebutkan pada bentuk tiga dimensi sebuah ruang,

tinggi mempunyai pengaruh terkuat pada skala ruang daripada lebar atau

panjangnya. Jikadinding-dinding sebuah ruang memberikan batasan, maka tinggi

langit-langitmenentukankualitas perlindungan dan kekerabatan.

A. Ruang interior

White (1987) pada ruang interior membagi pengaruh skala ruang

terhadappsikologis manusia di dalamnya menjadi empat bagian,yaitu :

1. Intim

Skala ruang dengan dimensi atap yang sangat dekat dengan ukuran tubuh

manusia sehingga menghasilkan efek keakraban dan suasana yang intim.

2. normal

Perbandingan dimensi ruang yang seimbang, tidak memberi

kesan secara mendalam.

3. monumental

Skala dengan ketinggian plafond yang memberikan kesan agung

pada pengunjung dalam sebuah ruang.

4. kejutan

Perbandingan ketinggian ruang yang sangat ekstrem.Memberi kesan yang

menjauh bagi pengunjung di dalamnya.Tidak digunakan dalam desain ruang.

B. Ruang Eksterior

Pada ruang eksterior efek psikologis bagi pengunjung melalui elemen skala

dilihat dari perbandingan antara lebar (D) bangunan dan tinggi (H) bangunan.

D / H = 1, adalah titik genting dimana kualitas ruang eksterior berubah secara

radikal. Artinya jika :

1. D / H < 1, interaksi bersama mulai menguat, suatu perasaan tertutup di

dalam bangunan itu sampai ke suatu jenis claustrophobia sebagaimana

perbandingan antara D / H menjadi lebih kecil lagi.

2. D / H = 1, keseimbangan diantara tinggi bangunan dan ruang diantara

bangunan-bangunan.

3. D / H > 1, jarak-jarak diantara bangunan menjadi agak lebih besar

2.13. Bentuk Dan Ruang

2.13.1. Wujud Dasar

Wujud dasar yang diterapkan pada Sentra Kesenian Tradisional Betawi

adalah bentuk Bujur Sangkar yang memiliki cirri khas bentuk yang statis,

tampak stabil jika berdiri pada salah satunya dan dinamus pada salah satu sudut

FDK Ching(1999).

2.13.2. Hubungan Ruang

Ada dua tipe yang akan diterapkan pada bangunan Sentra Kesenian

Tradisional Betawi

1. Ruang yang bersebelahan

Merupakan jenis ruang yang paling umum, dan menciptakan definisi

yang kelas pada masing masing fungsi.Dan muncul sebagai suatu

bidang yang berdiri sendiri dalam volume tunggal.FDK Ching(1999).

Gambar 2.18 gambar ruang yang berdekatan Sumber :FDK Ching(1999).

2. Ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama

Dua buah ruang yang terpisah dan dihubungkan atau dikaitkan satu

sama lain oleh ruang ketiga yaitu ruang perantara. Hubungan

visualdan hubungan keruangan antara kedua ruangan tergantung

ruang ketiga , ruang perantara dapat berbentuk linier untuk

menghubungkan dua ruang yang berjarak

Gambar 2.19 gambar ruang yang dihubungkan Sumber :FDK Ching(1999).

2.13.3. Organisasi Cluster Dalam Kawasan

Ruang ruang kelompok atau cluster dapat diorganisir terhadap suatu titik

tempat masuk ke dalam bangunan atau sepanjang jalur gerak yang

melaluinya.karena tidak adanya tempat utama didalam pola organisai berbentuk

kelompok, maka tingkat kepentingan sebuah ruang harus ditentukan dari ukuran,

bentuk atau orientasi didalam polanya.

Gambar 2.20 contoh organisasi ruang cluster Sumber :FDK Ching(1999)

2.14. Sirkulasi Manusia

Aspek manusia sangat penting dalam menjalankan kegiatan Ekonomi

Kreatif maka perlu adanya analisa pola sirkulasi manusia pada

bangunan.Dibawah ini adalah tabel sistem sirkulasi.

2.14. Dimensi Kendaraan dan Satuan Parkir

Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan

kendaraan, termasuk ruang bebas dan lebar bukaan pintu.Dapat pula dikatakan

bahwa SRP merupakan ukuran kebutuhan ruang untuk parkir suatu kendaraan

dengan nyaman dan aman dengan besaran ruang yang seefisien mungkin

(Munawar, 2006).

Gambar 2.21 Dimensi Mobil Penumpang Dirjen Perhubungan Darat (1998)

Tabel 2.3 Lebar Bukaan Pintu Kendaraan (Dirjen Perhubungan Darat, 1998).

Jenis bukaan pintu Pengguna Golongan

Pintu

depan/belakang

terbuka 55cm

- Karyawan/pekerja

- Tamu/pengunjung

perkantoran,

- perdagangan,

pemerintahan,

- universitas

1

Pintu

depan/belakang

terbuka 75cm

- Pengunjung tampat

olah raga

- pusat

hiburan/rekreasi,

hotel,

- swalayan, bioskop,

rumah sakit

2

Pintu depan

terbuka + manuver

kursi roda

Orang cacat 3

2.15. Pola Parkir dan Sirkulasi Parkir

Secara garis besar ada tiga macam pola parkir, yaitu paralel (sudut 0o),

menyudut (30o, 45 o, 60 o, 75 o), dan tegak lurus (right-angleatau 90 o).Pola parkir

paralel lebih sesuai untuk ruang bebas yang terbatas (sempit) namun kurang

nyamanbagi pengemudi padasaat melakukan manuver parkir.Pola parkir

menyudut unggul dalam hal kemudahan melakukan manuver parkir, namun

kurang efisien dalam hal pemanfaatan lahan. Sedangkan untuk pola parkir tegak

lurus paling efisien dalam hal pemanfaatan lahan yang tersedia, namun harus

tersedia aisle yang lebih lebar agar pengemudi tidak mengalami kesulitan pada

saatmelakukan manuver parkir(Setiawan, 2008).

Gambar 3 dan 4 memperlihatkan dimensi SRP untuk berdasarkan

Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir (Dirjen Perhubungan

Darat, 1998) dan Guide For The Design Of Park And Ride Facilities(Setiawan,

2008). Sebagai perbandingan dimensi stall kondisi eksisting di Universitas

Kristen Petra adalah sekitar 2,25m x 5,00m baik untuk sudut parkir 45 omaupun

90 o.

Gambar2.22 Gambar Sistem Parkir

Sumber: (Dirjen Perhubungan Darat, 1998).

Gambar2.23 Gambar Sistem Parkir

Sumber: (Dirjen Perhubungan Darat, 1998).

. 2.16. Kesimpulan

Sehubungan dengan pesatnya perkembangan kota jakarta, pola

pembangunan ekonomi kreatif dan wisata berkelanjutan tersebut di atas sangat

cocok diterapkan dalam pengembangan Sentra Kesenian Tradisional. Ini

bertujuan untuk melestarikan keberadaan pariwisata yang ada sekarang ini

kepada generasi yang akan datang. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa

pariwisata berkelanjutan merupakan sebuah proses dan sistem pengembangan

pariwisata yang bisa menjamin keberlangsungan atau keberadaan sumberdaya

alam, kehidupan sosial dan ekonomi, dan budaya ke generasi yang akandatang.

Salah satu upaya penerapan pola pengembangan pariwisata berkelanjutan

adalah dengan pemilihan percontohan Kampung Betawi di Jakarta

Selatan.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak pengembangan

pariwisata terhadap lingkungan, kehidupan sosial-budaya dan ekonomi

masyarakat lokal dengan menggunakan pendekatan pembangunan pariwisata

berkelanjutan.

Dengan adanya Kebudayaan Betawi yang sudah ada secara turun temurun

dan dengan mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam yang

ada ini merupakan langkah awal dalam memulai roda putar ekonomi daerah.

Oleh karena itu fasilitas yang ada dapat ditempatkan ke dalam satu

kawasan untuk menciptakan linkage (Evans, 2009), Dengan menggunakan

konsep linkage dapat mempermudahrantai produksi ,Dan berdasarkan variabel

something to see, something to do, dan something to buy(Yoeti, 1985).Maka

dengan menciptakan outlet produk-produk kreatif dilokasi berupa counter atau

Sentra kesenian, Sehingga kawasan wisata dapat menjadi venue bagi ekonomi

kreatif untuk proses produksi, didtribusi, sekaligus pemasaran.