bab 2 landasan teori dan kerangka pemikiran 2.1 …thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2010-1-00369-mn-bab...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pemasaran
2.1.1.1 Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler (2003,p.9) “Pemasaran adalah suatu proses sosial dimana individu
atau kelompok memperoleh apa yang mereka inginkan dan butuhkan dengan
menciptakan,menawar, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”.
Menurut Umar (2005,p.31) ”Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha yang bertujuan merencanakan, menentukan
harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan
memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun potensial”.
Menurut Griffin dan Ebert (2003,p.252) ”Pemasaran adalah suatu proses
merencanakan dan melaksanakan konsep, harga, promosi, dan distribusi gagasan-gagasan,
barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi tujuan individu dan
organisasi”.
Pada dasarnya pengertian pemasaran adalah suatu proses penyelarasan antara
kemampuan perusahaan (industri), kebutuhan pelanggan (pasar) untuk mencapai tujuan
perusahaan. Semua perusahaan memiliki sejumlah kemampuan yang unik dalam menyerap
informasi dalam bentuk sumber daya dan keterampilan manajemen. Tetapi tidak semau
perusahaan dapat menjamin bahwa ia dapat mengambil keuntungan dari semua peluang
yang ada di pasar secara efektif dalam berkomunikasi dengan pelanggan.
6
2.1.1.2 Bauran Pemasaran
Menurut Kotler (2005,p.18) “Bauran pemasaran adalah perangkat alat yang
digunakan oleh pemasar untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran”.
Menurut Angipora (2002,p.24) mendefinisikan : ”Bauran Pemasaran sebagai suatu perangkat
variabel-variabel pemasaran yang terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk
menghasilkan tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran”.
Menurut Alma (2005,p.205) mendefinisikan marketing mix sebagai berikut : ”
Marketing mix adalah strategi mencampur kegiatan-kegiatan marketing, agar dicari
kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil paling memuaskan”.
Menurut Kotler (2003,p.17) ada 4 unsur bauran pemasaran, yaitu :
- Product (produk)
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan
tau kebutuhan, sedangkan dalam makna sempit produk adalah sekumpulan atribut fisik yang
terkait dalam sebuah bentuk yang dapat diidentifikasi.
- Price (harga)
Harga adalah sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh konsumen atau pelanggan untuk
mendapatkan suatu produk dari perusahaan.
- Promotion (promosi)
Promosi adalah aktivitas untuk mengkomunikasikan berbagai keunggulan yang dimiliki suatu
produk, dan mempengaruhi target market untuk membeli produk tersebut.
- Place (tempat)
Distribusi merupakan tempat termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
agar produk dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen.
Dari definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran adalah alat pemasaran
yang terdiri dari produk, harga, promosi, dan tempat yang digunakan oleh perusahaan untuk
mencapai pasar sasaran yang dituju.
7
Gambar 2.1
Komponen 4P dari Bauran Pemasaran
2.1.1.3 Pengertian Promosi Penjualan
Menurut Swastha (2002,p.279) “Promosi penjualan adalah kegiatan-kegiatan
pemasaran seperti personal selling, perilklanan, publisitas, dan marketing online yang
mendorong efektivitas pembelian konsumen dan pedagang dengan menggunakan alat-alat
seperti : peragaan, pameran, demontrasi, dan sebagainya”.
Menurut Kotler (2003,p.609) mendefinisikan promosi penjualan sebagai berikut :
”sales promotion consist of diverse collection of incentive tools, mostly short term, designed
to stimulate quicker or greater purchase of particular products or services by customer on
the trade“.
Berdasarkan objek yang dituju promosi penjualan dikategori sebagai berikut:
1. Promosi Konsumen
8
Promosi konsumen ini ditujukan konsumen akhir, misalnya dengan memberi kupon
berhadiah, jaminan uang kembali jika produk yang dipakai mengecewakan setelah dipakai,
dan demonstrasi pertunjukkan yang memperlihatkan keinginan dan keunggulan produk
tersebut.
2. Promosi Perdagangan
Promosi perdagangan ini ditujukan kepada pedagang perantara atau badan tertentu seperti,
misalnya pemberian barang sebagai hadiah, potongan harga atas pembelian pada waktu
tertentu dan jumlah tertentu.
3. Promosi Target Penjual
Promosi ini ditujukan ditujukan kepada para pramuniaga dari perusahaan, seperti pemberian
bonus sebagai tambahan gaji berdasarkan prestasi yang dibuat diatas standar yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Menurut Belch (2007,p.495) Promosi penjualan adalah pancingan langsung yang
menawarkan nilai lebih atau intensif untuk suatu produk kepada tenaga penjual, distributor
atau konsumen dengan tujuan agar barang tersebut segera terjual.
Tiga aspek utama promosi penjualan yaitu:
1. Promosi penjualan yang meliputi beberapa jenis pancingan yang menyertakan insentif
ekstra agar konsumen tertarik untuk membeli.
2. Promosi penjualan merupakan alat akselerasi (accseleration tools) yang dirancang untuk
mempercepat proses penjualan dan memaksimalkan volume penjualan.
3. Aktivitas Promosi penjualan bisa juga ditargetkan kepada para pihak-pihak lain dalam
marketing channel.
2.1.1.4 Alat Promosi Penjualan
Menurut Kotler (2001, pp.175-181) Alat-alat promosi penjualan, yaitu:
9
1. Alat promosi konsumen : sampel, kupon, tawaran pengembalian uang, hadiah, paket
harga, barang promosi, penghargaan atas kesetiaan, undian, dsb.
2. Alat promosi dagang (untuk pengecer atau pedagang grosir) : diskon langsung dari harga
resmi, keringanan sebagai imbalan atas persetujuan untuk menampilkan produk pabrik
dalam suatu cara, barang gratis, dan barang promosi khusus yang mencantumkan nama
perusahaan seperti kalender.
3. Alat promosi bisnis, untuk menghasilkan prospek bisnis, menstimulasi pembelian,
menghargai karyawan, dan memotivasi wiraniaga.
2.2.1 Perilaku Konsumen
2.2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Semakin majunya perekonomian dan teknologi, berkembang pula strategi yang
harus dijalankan perusahaan, khususnya bidang pemasaran. Untuk itu perusahaan perlu
memahami atau mempelajari perilaku konsumen dalam hubungannya dengan pembelian
yang dilakukan oleh konsumen tersebut. Dalam menentukan jenis produk atau jasa,
konsumen selalu mempertimbangkan tentang produk atau jasa apa yang dibutuhkan, hal ini
dikenal dengan perilaku konsumen.
Menurut Dhammesta dan Hondoko (2000, p.10) Perilaku konsumen (consumer
behaviour) adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa tersebut di dalamnya
proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Menurut Solomon (2007,p.2) Suatu studi mengenai proses yang terlibat ketika
individu atau kelompok memlih, membeli, menggunakan suatu produk, layanan, ide, atau
pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan.
10
Menurut Shiffman dan Kanuk (2004, p.6) Suatu perilaku konsumen terpusat cara
individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia
(waktu, uang, usaha) guna untuk membeli barang-barang yang berhubungan dengan
konsumsi.
Jadi dapat disimpulkan, perilaku konsumen adalah segala tindakan yang
berhubungan dengan proses mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau
jasa oleh individu atau kelompok, termasuk proses keputusan sebelum atau sesudah
tindakan tersebut.
2.2.1.2 Jenis Perilaku Pembelian Konsumen
Menurut Kotler (2001, pp.219-220) menyatakan bahwa terdapat beberapa jenis
perilaku membeli berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan merek
yaitu :
1. Perilaku membeli yang kompleks
Merupakan model perilaku pembelian yang mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut: terdapat
keterlibatan mendalam oleh konsumen dalam memilih produk yang akan dibeli dan adanya
perbedaan pandangan yang signifikan terhadap merek yang satu dengan merek yang lain.
Konsumen menerapkan perilaku “membeli yang kompleks” ketika mereka benar- benar
terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan yang berbeda antara merek yang satu
dengan yang lain. Keterlibatan konsumen mencerminkan bahwa produk yang akan dibelinya
merupakan produk yang mahal, beresiko, jarang dibeli, dan sangat menonjolkan ekspresi diri
konsumen yang bersangkutan. Dalam hal ini, konsumen harus banyak belajar mengenai
kategori produk tersebut. Konsumen akan melalui proses belajar, mengembangkan
keyakinan tentang produknya, menentukan sikap dan kemudian menentukan pilihan
pembelian yang mana telah dipikirkan dengan benar.
2. Perilaku membeli mengurangi ketidakcocokan
11
Merupakan model perilaku pembelian dalam situasi bercirikan keterlibatan konsumen yang
tinggi tetapi sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek-merek yang ada. Perilaku
membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika konsumen sangat terlibat dengan
pembelian yang mahal, jarang, atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan
diantara merek-merek yang ada.
3. Perilaku membeli karena kebiasaan
Merupakan model perilaku pembelian dalam situasi yang bercirikan keterlibatan konsumen
yang rendah dan sedikit perbedaan yang dirasakan diantara merek-merek yang ada. Perilaku
membeli karena kebiasaan terjadi dalam kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan
kecilnya perbedaan antara merek.
4.Perilaku Membeli yang Mencari Variasi.
Merupakan model perilaku pembelian dalam situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan
konsumen tetapi perbedaan diantara merek dianggap besar. Pelanggan menerapkan perilaku
membeli yang mencari variasi dalam situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan
konsumen namun perbedaan merek dianggap cukup berarti. Dalam kasus semacam ini
konsumen seringkali mengganti merek.
Tabel 2.1 Empat Jenis Perilaku Pembelian
Keterlibatan Keterlibatan
Tinggi Rendah
Perbedaan besar
antar merek
Perbedaan kecil
antar merek
sumber : J paul dan Peter Olson(2001, p:219-220)
Perilaku pembelian yang
kompleks
Perilaku pembelian yang
mencari variasi
Perilaku pembelian yang
mengurangi ketidakcocokan
Perilaku pembelian yang
biasa atau rutin
12
2.2.1.3 Model Perilaku Pembelian Konsumen
Rancangan
Pemasaran
Rancangan
Lainnya
Karakterist
ik pembeli
Proses Keputusan
Membeli
Keputusan
Membeli
Produk Ekonomi Budaya Pengenalan masalah Pilihan
produk
Harga Teknologi Sosial Pencarian informasi Pilihan
merek
Saluran
Pemasaran
Politik Psikologis Evaluasi Pilihan
Penyalur
Tempat Budaya Pribadi Keputusan
Pembelian
Penentuan
waktu
pembelian
Perilaku pasca
pembelian
Jumlah
pembelian
Gambar 2.2 Model Perilaku Pembelian
Sumber : Kotler (2005, p.33)
2.2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen
Menurut Kotler (2005, pp.203-218) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen, yaitu :
1. Faktor-faktor kebudayaan
a. Budaya
13
Budaya adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Jika
makhluk yang lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh naluri, maka perilaku
manusia sebagian besar adalah dipelajari.
b. Sub Budaya
Sub budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil yang merupakan
identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya. Ada empat macam sub
budaya yaitu kelompok kebangsaan, kelompok keagamaan, kelompok ras dan wilayah
geografis.
c. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah kelompok dalam masyarakat, dimana setiap kelompok cenderung
memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang sama.
2. Faktor-Faktor Sosial
a. Kelompok Referensi
Kelompok referensi adalah kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau
tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
b. Keluarga
Anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku pembeli.
c. Peranan dan Status
Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dijelaskan dalam pengertian peranan
dan status. Setiap peranan membawa satu status yang mencerminkan penghargaan umum
oleh masyarakatnya.
3. Faktor-Faktor Pribadi
a. Usia dan Tahap Daur Hidup
14
Pembelian seseorang terhadap barang dan jasa akan berubah-ubah selama hidupnya.
Demikian halnya dengan selera seseorang berhubungan dengan usianya.
b. Pekerjaan
Dengan adanya kelompok-kelompok pekerjaan, perusahaan dapat memproduksi produk
sesuai dengan kebutuhan kelompok pekerjaan tertentu.
c. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang dapat berpengaruh
terhadap pilihan produk.
d. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang yang turut menentukan perilaku
pembelian.
e. Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan setiap orang sedangkan konsep diri
lebih kearah citra diri.
4. Faktor-Faktor Psikologis
a. Motivasi
Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk mengarah seseorang
agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhan itu.
b. Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan suatu perbuatan. Bagaimana seseorang
yang termotivasi berbuat sesuatu adalah dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang
dihadapinya.
c. Belajar
Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari
pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia diperoleh dengan mempelajarinya.
15
d. Kepercayaan dan Sikap
Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap selanjutnya
mempengaruhi tingkah laku.
2.2.1.5 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Setiadi (2003, p.16 )menyatakan bahwa :“Pengambilan keputusan
konsumen (consumen decision making) adalah proses pengintergrasian yang
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan
memilih salah satu diantaranya”.
Menurut Kotler dan Amstrong (2001, p.195) “Pengambilan keputusan merupakan
perilaku membeli konsumen merupakan perilaku membeli dari konsumen akhir-individu dan
rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi”.
Menurut Peter dan Olson (1999, p.163) “Suatu keputusan melibatkan dua pilihan
atau lebih alternatif tindakan atau perilaku. Harus diperhatikan juga bahwa konsumen juga
membuat beberapa keputusan sehubungan dengan perilaku tidak membeli. Kadang kala
perilaku keputusan tidak membeli ini dapat mempengaruhi keputusan pembelian merek
konsumen”.
Menurut Shiffman dan Kanuk (2004, p.485) “Keputusan adalah seleksi terhadap dua
pilihan atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang
ketika mengambil keputusan”.
2.2.1.6 Tahap-tahap Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Kotler (2002, p.204). Tahap-tahap proses keputusan pembelian menurut
Philip Kotler tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian adalah sebagai berikut :
1. Pengenalan masalah
16
Proses pembelian di awali dengan adanya masalah atau kebutuhan yang belum terpuaskan
dan dapat dirasakan oleh konsumen. Konsumen mempersiapkan perbedaan antara yang
diinginkan dengan situasi saat ini guna membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan.
Kebutuhan itu
mungkin sudah dikenal dan dirasakan konsumen jauh-jauh dari sebelumnya.
2. Pencarian informasi
Setelah konsumen menyadari adanya kebutuhan suatu barang atau jasa, selanjutnya
konsumen mencari informasi, baik yang disimpan dalam ingatan maupun informasi yang di
dapat dari lingkungan luar. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam empat
kelompok, yaitu
a. Sumber pribadi : Keluarga, teman, tetangga, kenalan.
b. Sumber komersial : Iklan, Wiraniaga, penyalur, kemasan.
c. Sumber publik : Media masa, organisasi penentu peringkat konsumen.
d. Sumber pengalaman : Penanganan, pengkajian, pemakai produk.
3. Evaluasi alternatif
Setelah informasi diperoleh, konsumen mengevaluasi berbagai alternatif pilihan dalam
memenuhi kebutuhan tersebut, seperti :
a. Kamera : Ketajaman gambar, hasil warna, harga, ukuran kamera.
b. Hotel : Lokasi, kebersihan, harga.
c. Ban : Umur pemakaian, harga, mutu ketika dikendarai.
4. Keputusan pembelian
Apabila tidak ada faktor lain yang mengganggu setelah konsumen menentukan pilihan yang
telah ditetapkan, pembelian yang aktual adalah hasil akhir dari pencarian dan evaluasi.
5. Perilaku pasca pembelian
Secara umum, apabila individu merasakan ketertarikan yang sangat atau kepuasan dalam
memenuhi kebutuhan, biasanya akan terus mengingat hal tersebut. Perilaku pasca
17
pembelian meliputi kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian, dan pemakaian
produk pembelian.
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pasca
Pembelian
Gambar 2.3 Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian
Sumber : Kotler (2002, p.204).
2.2.1.7 Peran Dalam Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Kotler (2003, p.200) terdapat lima pihak-pihak yang dapat memberi
pengaruh dalam pengambilan keputusan, sebagai berikut :
1. Pemrakarsa (Initiator)
Orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu produk atau jasa tertentu.
2. Pemberi pengaruh (Influencer)
Orang yang pandangan atau nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan akhir.
3. Pengambil keputusan (Decider)
Orang yang sangat menentukan sebagaimana atau keseluruhan keputusan pembelian,
apakah membeli, apa yang dibeli, kapan hendak dibeli, dengan bagaimana cara membeli dan
dimana akan membeli.
4. Pembeli (Buyer)
Orang yang melakukan pembelian nyata
5. Pemakai (User)
Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa.
18
Proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian yang sebenarnya dan akan terus
berlangsung saat setelah pembelian. Namun dalam pembelian yang sudah menjadi rutinitas
konsumen seringkali melewatkaan atau membalik beberapa tahapan proses pengambilan
keputusan dalam pembelian.
2.2.1.8 Jenis Keputusan Pembelian Konsumen
Tabel 2.3 Jenis Keputusan Pembelian atau Konsumsi
Kategori Keputusan Alternatif A Alternatif B
Keputusan pembelian atau
konsumsi yang pokok
- membeli atau memakai
produk (jasa) tertentu
- membeli atau memakai
merek tertentu
- tidak membeli atau
memakai produk (jasa)
tertentu
- membeli atau memakai
merek tertentu
Keputusan Pembelian atau
Konsumsi merek tertentu
- membeli atau memakai
merek yang sudah ada
- membeli atau memakai
model dasar
- membeli atau memakai
merek yang baru
- membeli atau memakai
dalam jumlah standar
- membeli atau memakai
merek yang diobral
- membeli atau memakai
merek nasional
- membeli atau memakai
merek lain yang sudah
terbukti baik
- membeli atau memakai
model yang mewah atau
menunjukkan status
- membeli atau memakai
merek yang biasa atau merek
lain yang sudah terbukti
bagus
- membeli atau memakai
lebih banyak atau kurang
19
dari jumlah standar
- membeli atau memakai
merek yang tidak diobral
- membeli atau memakai
merek toko
Memilih saluran distribusi
utntuk membeli
- membeli dari jenis toko
tertentu
-membeli dari toko
langganan
-membeli dari rumah
(melalui katalog atau
internet)
-membeli dari toko setempat
- membeli dari beberapa
jenis toko tertentu
- membeli dari toko lain
- membeli di toko
- membeli dari toko yang
jauh
Keputusan pembayaran
pembelian
- membayar pembelian
dengan tunai
- membayar penuh rekening
ketika barang datang
- membayar pembelian
dengan kartu kredit
- membayar pembelian
dengan cicilan.
Sumber : Shiffman dan Kanuk (2007, p.486)
2.2.1.9 Tingkat Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Shiffman dan Kanuk (2007, p.487) membedakan tingkat pengambilan
keputusan konsumen yang spesifik, yaitu :
1. Pemecahan masalah yang luas
Pada tingkat ini, konsumen membutuhkan berbagai informasi untuk menetapkan serangkaian
kriteria guna menilai merek-merek tertentu dan banyak informasi yang sesuai mengenai
20
setiap merek yang dipertimbangkan. Pemecahan masalah yang luas biasanya dilakukan pada
barang yang tahan lama dan barang mewah, seperti : mobil
2. Pemecahan masalah yang terbatas
Pada tingkat ini, konsumen telah menetapkan kriteria dasar untuk menilai kategori produk
dan berbagai merek dalam kategori tersebut. Namun, konsumen belum memiliki preferensi
tentang merek tertentu. Mereka membutuhkan informasi tambahan untuk melihat perbedaan
diantara berbagai merek.
3. Pemecahan masalah yang rutin
Pada tingkat ini, konsumen sudah mempunyai beberapa pengalaman mengenai kategori
produk dan serangkaian kriteria yang ditetapkan dengan baik untuk menilai berbagai merek
yang sedang mereka pertimbangkan. Konsumen mungkin mencari informasi tambahan,
tetapi hanya untuk meninjau kembali apa yang sudah mereka ketahui.
2.3.1 Loyalitas Merek
2.3.1.1 Pengertian Loyalitas Merek
Menurut Rangkuti (2004, p.60-61) ”Loyalitas merek adalah ukuran kesetian
konsumen terhadap merek”. Loyalitas merek merupakan inti dari brand equity yang menjadi
gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan satu keterkaitan seorang
pelanggan terhadap sebuah merek. Apabila loyalitas merek meningkat,maka kerentanan
kelompok pelanggan dari serangan competitor dapat dikurangi. Hal ini merupakan suatu
indicator dari brand equity yang berkaitan dengan perolehan laba di masa yang akan datang
karena loyalitas merek yang secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan dimasa yang
akan datang.
21
Menurut Hermawan Kartajaya (2005, p.182) merek tidak sekedar nama bukan juga
logo atau simbol. Merek adalah payung yang mempresentasikan sebuah produk atau
layanan. Merek juga merupakan cermin nilai yang diberikan perusahaan kepada pelanggan.
Konsumen dalam memenuhi kebutuhannya membeli produk dengan merek tertentu, kalau
merek pilihan konsumen itu dapat memuaskan kebutuhannya, maka konsumen mempunyai
ingatan yang dalam terhadap merek dan kesetiaan konsumen mulai berkembang. Jika pilihan
merek itu tidak dapat memuaskan kebutuhan konsumen, maka pada pembelian berikutnya
merek itu tidak akan dipih kembali.
Menurut Durianto (et.al 2004, p.126) “Loyalitas merek merupakan suatu ukuran
keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini menggambarkan tentang mungkin
tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk lain. Terutama jika pada merek
tersebut didapati adanya perubahan baik menyangkut harga ataupun atribut lainnya.
Menurut Mowen (2002, p.109) bahwa loyalitas dapat didasarkan pada perilaku pembelian
aktual produk yang dikaitkan dengan proporsi pembelian.
Menurut Tjiptowo (2005, p.387) mengemukan bahwa loyalitas merek merupakan
komitmen yang dipegang teguh untuk membeli ulang atau berlangganan dengan produk
atau jasa yang disukai secara konsisten dimasa yang mendatang, sehingga menimbulkan
pembelian merek yang sama secara berulang meskipun pengaruh situasional dan upaya
pemasaran berpotensi menyebabkan perilaku beralih merek.
Dari sudut pandang strategi pemasaran loyalitas merek adalah suatu konsepyang
sangat penting khususnya pada kondisi pasar dengan tingkat pertumbuhan yang sangat
rendah namun persaingannya sangat ketat saat ini, keberadaan konsumen yang loyal sangat
dibutuhkan oleh perusahaan agar dapat bertahan hidup dan upaya mempertahankan ini
sering menjadi strategi yang jauh lebih efektif dibandingkan upaya menarik pelanggan-
pelanggan yang baru.
22
2.3.1.2 Tahap-tahap Loyalitas Merek
Menurut Dhammesta (1999, pp.77-84) loyalitas merek dibagi 4, yaitu :
- Tahap pertama
Loyalitas kognitif, pada tahapan ini konsumen menggunakan basis informasi secara memaksa
menunjuk pada suatu merek atas merek lainnya. Jadi loyalitasnya didasarkan pada keyakinan
konsumen terhadap basis informasi yang dicerminkan oleh kualitas merek. Loyalitas tahap ini
bukan merupakan bentuk loyalitas yang kuat.
- Tahap kedua
Loyalitas afektif, pada tahapan ini berkaitan dengan sikap konsumen yang didorong oleh
kepuasan dan kesukaan konsumen. Loyalitas tahap ini jauh lebih sulit berubah karena
loyalitasnya sudah masuk ke dalam benak konsumen sebagai sikap. Namun demikian
loyalitas afektif masih belum menjamin adanya loyalitas. Loyalitas tahap ini dicerminkan oleh
tingkat kesukaan konsumen, tingkat kepuasaan konsumen.
- Tahap ketiga
Loyalitas konatif merupakan kondisi konsumen yang loyal yang dipengaruhi oleh niatan
untuk melakukan sesuatu (dimensi konatif) yang mencakup niat atau komitmen yang tinggi
untuk melakukan pembelian. Jenis loyalitas ini sudah melampaui loyalitas afektif. Niat untuk
melakukan pembelian ulang dianggap sebagai tanda awal munculnya loyalitas.
- Tahap keempat : Loyalitas tindakan yaitu tahap dimana aspek konatif atau niat melakukan
telah mengalami perkembangan, yaitu dikonversi menjadi perilaku atau tindakan.
2.3.1.3 Ukuran Loyalitas Merek
Menurut Durianto (2001, p.132) menyatakan bahwa terdapat beberapa pendekatan-
pendekatan yang digunakan untuk mengukur loyalitas, pendekatan-pendekatan tersebut
adalah :
23
1. Behaviour Measures (pengukuran perilaku)
Merupakan cara langsung untuk menetapkan kesetiaan, khususnya perilaku kebiasaan,
adalah untuk mempertimbangkan pola-pola pembelian yang sebenarnya.
2. Biaya peralihan
Suatu analisis mengenai biaya peralihan yang dapat memberikan pandangan sejauh mana
peralihan memberikan landasan untuk loyalitas merek.
3. Mengukur kepuasaan
Diagnosa terpenting untuk setiap tingkatan loyalitas merek adalah pengukuran terhadap
kepuasaan dan mungkin yang lebih penting terhadap ketidakpuasaan.
4. Rasa suka terhadap merek
Disini dapat terlihat apakah konsumen menyukai perusahaan, apakah ada perasaan yang
hangat terhadap merek yang akan menimbulkan rasa suka, hormat, persahabatan dan
kepercayaan.
5. Komitmen
Merek yang terkuat akan mempunyai ekuitas yang sangat tinggi maka akan mempunyai
sejumlah konsumen yang komitmen.
2.3.1.4 Tingkatan Loyalitas Merek
Loyalitas konsumen terhadap merek terdiri dari lima kategori yang memiliki tingkatan
loyalitas mulai dari yang paling rendah sampai tertinggi yang membentuk piramida loyalitas
merek. Adapun tingkatan loyalitas merek adalah :
1. Switcher (konsumen yang berpindah-pindah)
Pembeli pada tingkat ini disebut sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling
dasar, dan juga sama sekali tidak loyal. Pembeli pada tingkat ini tidak mau terikat pada
merek apapun, karena karakteristik konsumen yang berada pada kategori ini pada umumnya
adalah mereka yang sensitif terhadap harga. Mereka menganggap bahwa suatu produk
24
(apapun mereknya) dianggap telah memadai serta hanya memiliki peranan yang kecil dalam
keputusan untuk membeli.
2. Habitual Buyer (pembelian berdasarkan kebiasaan)
Pembeli yang berada pada tingkat ini, dikategorikan sebagai pembeli yang puas
dengan merek yang telah mereka konsumsi. Para pembeli tipe ini memilih merek karena
faktor kebiasaan. Karakteristik konsumen yang termasuk dalam kategori ini adalah jarang
untuk mengevaluasi merek lain. Sungkannya konsumen untuk berpindah merek lain lebih
dikarenakan sikap mereka yang pasif.
3. Statisfied Buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)
Pembeli pada tingkat ini dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek
yang mereka konsumsi, namun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembelian ke
merek lain dengan menanggung switch cost yang terkait dengan waktu, uang, manfaat,
ataupun resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka dalam peralihan merek.
4. Liking the brand (pembeli menyukai merek)
Pada tingkat ini, konsumen sungguh-sungguh mencintai merek. Pada tingkat ini
dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Preferensi mereka dilandaskan pada
suatu assosiasi seperti : simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakan merek produk.
5. Commited Buyer (pembeli yang setia)
Pada tingkatan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu
kebanggaan sebagai pengguna suatu mereka bahkan mereka sudah menjadi suatu hal yang
sangat penting bagi mereka, baik karena fungsi operasional maupun emosional dalam
mengekspresikan jati diri. Salah satu aktualisasi loyalitas konsumen pada tingkat ini
ditunjukkan dengan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak
lain.
2.3.1.5 Jenis Loyalitas Merek
Menurut Olson (1999,p. 162) Ada beberapa jenis loyalitas merek, yaitu :
25
1. Loyalitas merek tak terbagi (undivided brand loyalty)
Merupakan kondisi yang ideal, karena beberapa kasus, karena alasan-alasan tertentu,
konsumen benar-benar hanya mau membeli satu macam merek saja dan membatalkan
pembelian jika merek tersebut ternyata tidak tersedia.
2. Loyalitas berpindah sekali (brand loyalty with one occasional switch)
Merupakan kondisi yang cenderung lebih sering terjadi konsumen kadang-kadang berpindah
merek dengan berbagai macam alasan tertentu. Merek yang biasa dipakai mungkin sedang
habis, suatu merek baru masuk ke pasar dan konsumen mencoba-coba untuk memakainya,
merek pesaing ditawarkan dengan harga yang khusus atau merek yang berbeda dibeli untuk
kejadian-kejadian tertentu aja.
3. Loyalitas merek berpindah (brand loyalty switches)
Merupakan sasaran bersaing dalam pasar yang pertumbuhannya lamban atau sedang
menurun. Namun, perpindahan loyalitas dari satu merek lain yang masih dalam satu
perusahaan dapat juga memberi hadiah.
4. Loyalitas merek terbagi (divided brand loyalty)
Merupakan pembelian dua atau lebih merek secara konsisten. Dimana terdapat beberapa
individu yang mempunyai hubungan erat, seperti dalam sebuah keluarga terdiri dari
beberapa individu dimana mereka menggunakan merek produk yang pastinya berbeda-beda
sehingga ada pembelian lebih dari satu merek.
5. Pengabaian merek (brand indifference)
Merupakan pembelian yang tidak memiliki pola pembelian ulang yang jelas. Ini adalah posisi
lawan dari loyalitas merek tak terbagi.
Tabel 2.2 Kategori Pola Pembelian Dan Urutan Pembelian Merek
No Kategori pola pembelian Urutan Pembelian Merek
1. Loyalitas merek tak terbagi A A A A A A A A A A
26
2. Loyalitas merek/pengalihan sesaat A A A B A A A C A D
3. Loyalitas merek/pengalihan A A A A A B B B B B
4. Loyalitas merek terbagi A A B A B B A A B B
5. Pengalihan merek A B C D E F G H I J
Sumber : J.Paul Peter (2002, p.162)
2.4.1 Hubungan Promosi Penjualan dan Keputusan Pembelian
Konsumen
Menurut Meyjaroni (2009), berdasarkan penelitian yang dilakukannya terdapat
pengaruh antara promosi penjualan dengan keputusan pembelian. Hasil penelitiannya
menunjukkan adanya pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian. Dengan adanya
penelitian ini dapat digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan frekuensi pemberian
hadiah langsung sebagai strategi meningkatkan keputusan pembelian konsumen.
(http://blog.unila.ac.id/meyjaroni/2009/09/08/pengaruh-promosi-penjualan-dan-periklanan-
melalui-media-televisi-terhadap-proses-keputusan-pembelian-sabun-deterjen-so-klin/).
Menurut Edy Sunaryo (2002), menurut penelitian yang dilakukannya terdapat
pengaruh antara promosi penjualan terhadap keputusan pembelian konsumen. Dengan
adanya promosi penjualan yang dilakukan dapat meningkatkan keputusan pembelian yang
akan dilakukan oleh konsumen.
(http://sms.unikom.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2002-
edy-5289-2002&q=Management).
Menurut Maesa merdiana noor (2008), berdasarkan penelitian yang telah
dilakukannya bahwa promosi penjualan mempunyai pengaruh yang positif terhadap
keputusan pembelian konsumen. (http://dspace.widyatama.ac.id/handle/10364/967).
27
Menurut Yuestha Dina Safitri (2008), berdasarkan penelitian yang dilakukannya
promosi penjualan mempunyai pengaruh yang simultan terhadap keputusan pembelian
konsumen.(http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/manajemen/article/view/1327).
2.5.1 Hubungan Loyalitas Merek dan Keputusan Pembelian
Konsumen
Menurut Widya Roseri Dewi, berdasarkan penelitian yang dilakukannya terdapat
pengaruh antara loyalitas merek dengan keputusan pembelian konsumen. Dimana loyalitas
konsumen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian seseorang.
(digilib.uns.ac.id/abstrak.pdf.php?d_id=4499).
2.6.1 Hubungan promosi penjualan dan keputusan pembelian
konsumen melalui loyalitas merek.
Menurut Yohanes Budianto (2003), berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya
terdapat pengaruh yang cukup kuat antara promosi penjualan dan loyalitas merek terhadap
keputusan pembelian seseorang konsumen.
(www.dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dg_3530.html)
28