bab 2 landasan teori - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2014-2-01221-ar...

20
11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Cagar Budaya Menurut UU No.11 tahun 2010, Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebedaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan kebudayaan melalui proses penetapan. Macam- macam bentuk cagar budaya : - Benda cagar budaya Benda cagar budaya adalah benda alam atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok atau bagian- bagiannya dan sejarah berkembang manusia. - Bangunan cagar budaya Bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding atau ruang tidak berdinding atau beratap. - Situs cagar budaya Situs cagar budaya adalah lokasi yang berada di darat atau di air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. - Kawasan cagar budaya Kawasan cagar budaya adalah kawasan atau kelompok bangunan yang memiliki nilai sejarah, budaya dan nilai lainnya yang dianggap penting untuk dilindungi dan dilestarikan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dokumentasi dan pariwisata. Menurut UU No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya, Pelestarian Cagar Budaya bertujuan untuk : - melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia - meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya - memperkuat kepribadian bangsa

Upload: duongthien

Post on 09-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

11

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Cagar Budaya

Menurut UU No.11 tahun 2010, Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat

kebedaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar

budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat atau di air yang perlu

dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu

pengetahuan, pendidikan, agama dan kebudayaan melalui proses penetapan. Macam-

macam bentuk cagar budaya :

- Benda cagar budaya

Benda cagar budaya adalah benda alam atau benda buatan manusia, baik

bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok atau bagian-

bagiannya dan sejarah berkembang manusia.

- Bangunan cagar budaya

Bangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau

benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding atau ruang

tidak berdinding atau beratap.

- Situs cagar budaya

Situs cagar budaya adalah lokasi yang berada di darat atau di air yang

mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya

sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.

- Kawasan cagar budaya

Kawasan cagar budaya adalah kawasan atau kelompok bangunan yang memiliki

nilai sejarah, budaya dan nilai lainnya yang dianggap penting untuk dilindungi

dan dilestarikan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dokumentasi dan

pariwisata.

Menurut UU No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya, Pelestarian Cagar

Budaya bertujuan untuk :

- melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia

- meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya

- memperkuat kepribadian bangsa

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

12

- meningkatkan kesejahteraan rakyat

- mempromosikan warisan budaya bangsa kepada masyarakat internasional.

Menurut UU No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya, terdapat beberapa

kriteria struktur cagar budaya yang harus terpenuhi, yaitu :

- berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih.

- mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun.

- memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,

dan/atau kebudayaan.

- memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Menurut UU No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya, Pemugaran Bangunan

Cagar Budaya dan Struktur Cagar Budaya yang rusak dilakukan untuk

mengembalikan kondisi fisik dengan cara memperbaiki, memperkuat, dan/atau

mengawetkannya melalui pekerjaan rekonstruksi, konsolidasi, rehabilitasi, dan

restorasi. Pemugaran Cagar Budaya yang dimaksud harus memperhatikan:

- keaslian bahan, bentuk, tata letak, gaya, dan/atau teknologi pengerjaan.

- kondisi semula dengan tingkat perubahan sekecil mungkin.

- penggunaan teknik, metode, dan bahan yang tidak bersifat merusak.

- kompetensi pelaksana di bidang pemugaran.

Pemugaran harus memungkinkan dilakukannya penyesuaian pada masa

mendatang dengan tetap mempertimbangkan keamanan masyarakat dan keselamatan

Cagar Budaya. Pemugaran yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan sosial dan lingkungan fisik harus didahului untuk analisis mengenai

dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tabel 1. Lingkup Pemugaran Bangunan Cagar Budaya

Golongan

Perubahan yang diperbolehkan

Facade

Interior Struktur Utama

Ornamen

A - - - - B - � - � C - � � �

: Boleh dirubah

Sumber : Buku berjudul 100 bangunan cagar budaya di Bandung(Harastoeti,2010)

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

13

2.1.2 Preservasi

Menurut Istilah-istilah dalam pelestarian dan pemugaran, preservasi adalah

pelestarian bangunan dan/atau lingkungan dengan cara mempertahankan kadaan asli

tanpa perubahan, termasuk upaya mencegah kehancuran. Preservasi layak dilakukan

apabila bahan yang ada atau kondisinya menjadi bukti signifikansi budaya, atau

apabila bukti yang ada tidak memadai, maka diizinkan untuk melakukan proses

konservasi yang lain.

Preservasi merupakan kegiatan mencegah dan menjaga yang meliputi sebagai

berikut :

- Untuk menjaga dalam keselamatan dari cedera atau bahaya (melindungi).

- Untuk menjaga dalam kondisi sempurna atau tidak berubah/keaslian.

- Untuk menjaga atau mempertahankan keutuhan.

2.1.3 Konservasi

Konsep konservasi telah dicetuskan lebih dari seratus tahun yang lalu, ketika

William Morris mendirikan Lembaga Pelestarian Bangunan Kuno (“Society For the

Protection of Ancient Buildings”,1877. Jauh sebelum itu, pada tahun 1700,

Vanburgh seorang arsitek Istana Bleinheim Inggris, telah merumuskan konsep

pelestarian, namun konsep itu belum mempunyai kekuatan hukum.

Peraturan dan undang-undang yang pertama kali melandasi kebijakan

konservasi lingkungan/ bangunan bersejarah dibuat pada tahun 1882 dalam ‘Ancient

Monuments Act’, peraturan yang berkaitan dengan perlindungan bangunan bersejarah

di Indonesia adalah UU No 11 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya.

Dalam kegiatan pemugaran atau pelestarian suatu bangunan, terdapat istilah-

istilah yang dituliskan dalam buku yang berjudul “100 bangunan cagar budaya di

Bandung” yaitu sebagai berikut :

1. Konservasi adalah sebuah proses yang bertujuan memperpanjang umur warisan

budaya bersejarah, dengan cara memlihara dan melindungi keotentikan dan

maknanya dari gangguan dan kerusakan, agar dapat dipergunakan pada saat

sekarang maupun masa yang akan datang, baik dengan menghidupkan kembalu

fungsi lama atau dengan memperkenalkan fungsi baru yang dibutuhkan.

2. Restorasi adalah sebuah tindakan atau proses yang bertujuan untuk

mengembalikan bentuk serta detil-detil sebuah properti dan settingnya secara

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

14

akurat seperti tampak pada periode tertentu, dengan cara menghilangkan bagian-

bagian tambahn yang dilakukan kemudian, ataupun dengan melengkapi kembali

bagian-bagian yang hilang.

3. Renovasi adalah Modernisasi bangunan bersejarah yang masih dipertanyakan

dengan terjadinya perbaikan yang tidak tepat yang menghilangkan wujud dan

detil penting.

4. Rehabilitasi adalah Tindakan atau proses pengembalian sebuah obyek pada

kondisi yang dapat dipergunakan kembali melalui perbaikan atau perubahan yang

memungkinkan penggunaan sementara yang efisien, sementara wujud-wujud

yang bernilai sejarah, arsitektur dan budaya tetap dipertahankan.

5. Revitalisasi adalah sebuah proses untuk menigkatkan kegiatan sosial dan

ekonomi bangunan/lingkungan bersejarah, yang sudah kehilangan vitaliyas

aslinya.

6. Adaptasi (adaptive reuse) adalah sebuah proses pengubahan sebuah bangunan

untuk kegunaan yang berbeda dari tujuan kegunaan ketika bangunan tersebut

didirikan.

Proses-proses diatas, menurut Alan Dobby dalam buku Planning and

Conservation memiliki tingkat perubahan yang berbeda-beda. Berikut adalah tabel

perubahan yang dilakukan terhadap bangunan cagar budaya :

Tabel 2. Lingkup Kegiatan Pelestarian

Perubahan

Kegiatan

Tidak ada (kecuali perbaikan dan pemeliharaan)

Sedikit Banyak Total

Repair X Preservation X

Enchancement X X X Conservation X X X X Restoration X X X

Recontruction X X X Sumber : Buku Conservation And Planning (Alan Dobby,1978:19)

Dalam Diktat Pemugaran Pemerintahan Propinsi DKI Jakarta, sasaran dari

konservasi adalah sebagai berikut (Idrus, Diktat Pemugaran Pemerintah Propinsi

DKI Jakarta) :

- Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian.

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

15

- Memanfaatkan obyek pelestarian untuk menunjang kehidupan masa kini.

- Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan

masa lalu.

- Menampilkan sejarah pertumbuhan kota, dalam wujud fisik tiga dimensi.

Berikut prinsip-prinsip dalam melakukan konservasi adalah :

- Tidak mengubah bukti-bukti sejarah.

- Menerapkan kembali makna budaya dari suatu tempat atau bangunan.

- Suatu bangunan atau suatu hasil karya bersejarah harus tetap berada pada lokasi

historisnya.

- Menjaga terpeliharanya latar visual yang cocok, seperti bentuk, skala, warna,

tekstur, serta bahan material yang digunakan.

Gambar 4. Bagan Langkah-Langkah Kegiatan Konservasi Sumber : Buku berjudul 100 bangunan cagar budaya di Bandung(Harastoeti,2010)

Pada gambar 4 terlihat langkah-langkah yang akan dilakukan dalam kegiatan

konservasi, mulai dari langkah identifikasi terhadap obyek bangunan hingga

pendanaan yang akan dikeluarkan saat kegiatan berlangsung. Kegiatan konservasi

yang dipilih dalam bentuk pelestarian, mempengaruhi bentuk fisik maupun fungsi

yang akan diberikan, hal ini terlihat pula pada tabel 3 bahwa didalam setiap kegiatan

konservasi memungkinkan perubahan pada fungsi yang akan diberikan namun

perubahan pada fisik disesuaikan kembali dengan bentuk kegiatan yang dilakukan

pada bangunan tersebut.

IDENTIFIKASI

INVENTARISASI, PENELITIAN PENILAIAN

PERENCANAAN KONSERVASI MENETAPKAN TINGKAT PERLINDUNGAN

INTEGRASI ANTARA TUJUAN KONSERVASI

DENGAN TUJUAN SOSIAL & EKONOMIS

MASYARAKAT

- PENDIDIKAN & PELATIHAN

- PARTISIPASI

PENDANAAN

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

16

Tabel 3. Kaitan Antara Kegiatan Konservasi Dengan Perubahan Fisik Dan Fungsi

Yang Terjadi

K E G I A T A N

FISIK FUNGSI Tidak Ber ubah

Berubah Tidak Berubah Berubah Penambahan & penyisipan

elemen bangunan

baru

Pembongkaran sebagian & penggantian

elemen bangunan baru

Menerus & berkembang

(extended use)

Adaptasi kebutuhan

baru (adaptive

reuse)

Konservasi � � � � � Renovasi o � � � � Rehabilitasi o � � � � Fasadisasi o � � � � Preservasi � o o � � Rekontruksi � o o � � Restorasi � o � � � Replikasi � o o � � Revitalisasi o � � � � � : Terjadi

Sumber : Buku berjudul 100 Bangunan Cagar Budaya di Bandung (Harastoeti,2010)

2.1.4 Dasar Hukum Terkait Pelestarian Bangunan Cagar Budaya

- Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 475 tahun

1993 tentang penetapan bangunan-bangunan bersejarah di Daerah Khusus

Ibukota Jakarta sebagai benda cagar budaya.

- Undang-undang Nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya

- UU No.11 tahun 2010 Pasal 1 ayat (26) tentang zonasi adalah penentuan batas-

batas keruangan Situs Cagar Budaya dan Kawasan Cagar Budaya sesuai dengan

kebutuhan.

- UU No.11 tahun 2010 pasal 73 ayat (1) Sistem Zonasi mengatur fungsi ruang

pada Cagar Budaya.

- UU No.11 tahun 2010 pasal 78 (3) tentang Pengembangan Cagar Budaya

sebagaimana dimaksud dapat diarahkan untuk memacu pengembangan ekonomi

yang hasilnya digunakan untuk Pemeliharaan Cagar Budaya dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat. - UU No.11 tahun 2010 pasal 82 tentang Revitalisasi Cagar Budaya harus memberi

manfaat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mempertahankan

ciri budaya lokal.

o : Tidak Terjadi

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

17

- UU No.11 tahun 2010 pasal 83 ayat (1) tentang Bangunan Cagar Budaya atau

Struktur Cagar Budaya dapat dilakukan adaptasi untuk memenuhi kebutuhan

masa kini dengan tetap mempertahankan keaslian bangunan cagar budaya atau

struktur cagar budaya.

- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No: 01/PRT/M/2015

tentang Bangunan Gedung Cgara Budaya yang Dilestarikan.

- Peraturan Menteri PU dan PR pasal 1 (5) mengatakan bahwa bangunan gedung

cagar budaya yang dilestarikan adalah bangunan gedung cagar budaya yang

melalui upaya dinamis, dipertahankan keberadaan dan nilainya dengan cara

melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.

- Peraturan Menteri PU dan PR pasal 1 (8) mengatakan bahwa pengembangan

bangunan gedung cagar budaya adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan

promosi bangunan gedung cagar budaya serta pemanfaatannya melalui

penelitian, revitalisasi, dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan

dengan tujuan pelestarian.

- Peraturan Menteri PU dan PR pasal 4 mengatakan bahwa Setiap bangunan

gedung cagar budaya yang dilestarikan harus memenuhi persyaratan :

a. Administratif (status bangunan gedung sebagai gedung cagar budaya, status

kepemilikan, perizinan)

b. Teknis (persyaraan tata bangunan, persyaratan keandalan bangunan gedung

cagar budaya, persyaratan pelestarian)

- Peraturan Menteri PU dan PR pasal 7 (2) mengatakan bahwa Persyaratan tata

bangunan harus diberlakukan dalam hal bangunan gedung cagar budaya yang

dilestarikan mengalami perubahan fungsi, bentuk,l karakter fisik dan/atau

penambahan bangunan gedung.

- Peraturan Menteri PU dan PR pasal 8 (1) mengatakan bahwa Persyaratan

keandalan bangunan gedung cagar budaya terdiri atas :

a. Keselamatan;

b. Kesehatan;

c. Kenyamanan; dan

d. Kemudahan.

- Peraturan Menteri PU dan PR pasal 8 (6) mengatakan bahwa Persyaratan

keandalan bangunan gedung cagar budaya dituangkan dalam ketentuan yang

meliputi aspek :

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

18

a. Arsitektur;

b. Struktur;

c. Utilitas;

d. Aksebilitas;

e. Keberadaan dan nilai penting cagar budaya.

- Peraturan Menteri PU dan PR pasal 14 (1) mengatakan bahwa rekomndasi

tindakan pelestarian bangunan gedung cagar budaya berupa perlindungan,

pengembangan dan atau pemanfaatan. Dan pengembangan tersebut terbagi atas

revitalisasi dan adaptasi.

- Peraturan Menteri PU dan PR pasal 16 (2) mengatakan bahwa adaptasi

sebagaimana yang dimaksud dilakukan upaya pengembangan bangunan gedung

cagar budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini

dengan cara melakukan perubahan terbatas yang tidak mengakibatkan penurunan

nilai penting atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting.

2.1.5 Dasar Hukum Terkait Pelestarian Bangunan Pada Kawasan Kota Tua

- Perda DKI Jakarta No.1 tahun 2014 tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)

dan Peraturan zonasi.

- Perda DKI Jakarta No.1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah tahun

2030 pasal 100 membahas Kawasan Kota Tua termasuk kawasan strategis

kepentingan sosial budaya.

- Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.36 tahun 2014

tentang Rencana Induk Kawasan Kota Tua.

2.1.6 Pemanfaatan Kembali Bangunan Cagar Budaya

Setelah bangunan diperbaiki pada bagian-bagiannya yang rusak, bangunan

tersebut diberikan fungsi sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan saat ini. Secara

keseluruhan terdapat 3 pemanfaatan kembali bangunan cagar budaya, yaitu :

- Continued Use

Cara ini berupa penggunaan kembali bangunan tua sesuai dengan fungsi lamanya

ketika pertama kali didirikan serta dapat juga ditambahkan fungsi baru sebagai

fungsi pendukung fungsi utamanya.

- Adaptive Reuse

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

19

Cara ini berupa penggunaan kembali bangunan tua dengan mengubah fungsi

awal dari bangunan tersebut dengan menyesuaikan pada keadaan masa sekarang.

- New Additions

Cara ini berupa penambahan kontruksi baru atau membangun struktur baru pada

struktur sebelumnya dengan mempertimbangkan kesesuaian bangunan

sebelumnya.

2.1.7 Adaptive Reuse

Secara umum, adaptive reuse merupakan pengunaan ulang atau “the process

of adapting old structures and sites for new purposes”. Lebih jelasnya, adaptive

reuse is a process that changes a disused or ineffective item into a new item that can

be used for a different purpose. Sometimes,nothing changes but the item’s use. Dan

menurut UU No.11 tahun 2010 tentang cagar budaya mengatakan bahwa adaptasi

merupakan upaya pengembangan Cagar Budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai

dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang tidak akan

mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada bagian yang

mempunyai nilai penting.

Adaptive reuse seringkali digunakan dalam konservasi bangunan– bangunan

tua bersejarah. Dengan adaptive reuse dapat memberi nafas baru ke dalam bangunan

tanpa mengubah tampilan luar dan bentuknya secara radikal. Di sisi lain juga dapat

menciptakan kembali nilai ekonomi dan sosial dari bangunan yang dilakukan

adaptive reuse. Proses Adaptive reuse melibatkan 3 jenis perlakuan yang dapat

dilakukan terhadap bangunan yaitu The installation system,The Intervention system,

serta The Insertion System.

- Intervention adalah pendekatan dengan cara merubah bangunan lama menjadi

lebih baik sehingga lebih layak, namun tetap saling terkait antara bangunan lama

dengan bangunan baru setelah diperbaiki.

- Insertion adalah memasukkan dimensi yang telah ditentukan dalam batas

bangunan yang ada.

- Installation adalah menambahkan elemen baru (bisa seperti bangunan baru) yang

bisa jadi dipengaruhi bangunan yang ada, ditempatkan dalam batasan bangunan

yang ada itu sendiri.

Alternatif penyesuaian dengan menggunakan konsep adaptive reuse, dapat

dilihat dari sisi bentuk bangunan yang dipreservasi atau dikonservasi keasliannya

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

20

harus dipertahankan, tidak diubah, sehingga fungsi baru yang ditampung di

dalamnya perlu disesuaikan dengan kapasitas maupun tatanan ruang yang ada.

Dengan demikian perlu ada seleksi dalam memilih fungsi baru tersebut. Adaptasi

sebagaimana dimaksud dalam UU No.11 tahun 2010 dilakukan dengan :

- mempertahankan nilai-nilai yang melekat pada Cagar Budaya.

- menambah fasilitas sesuai dengan kebutuhan.

- mengubah susunan ruang secara terbatas.

- mempertahankan gaya arsitektur, konstruksi asli, dan keharmonisan estetika

lingkungan di sekitarnya.

2.2 Tinjauan Khusus Terhadap Bangunan

2.2.1 Sejarah Kawasan Kota Tua Sebagai Warisan Cagar Budaya

Kota Tua Jakarta terletak di Kelurahan Pinangsia Kecamatan Tamansari

Kotamadya Jakarta Barat. Saat ini, kawasan Kota Tua berada di dua wilayah

kotamadya, yaitu Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Kota Tua sebagai cikal bakal

Jakarta, oleh karena itu banyak cerita di balik megahnya bangunan (tua) cagar

budaya peninggalan masa lalu dari zaman kolonial Belanda.

Kota Tua Jakarta, daerahnya berbatasan sebelah utara dengan Pasar Ikan,

Pelabuhan Sunda Kalapa dan Laut Jawa, sebelah Selatan berbatasan dengan jalan

Jembatan Batu dan jalan Asemka, sebelah Barat berbatasan dengan Kali Krukut dan

sebelah Timur berbatasan dengan Kali Ciliwung.

Kota Tua Jakarta di masa lalu merupakan kota yang menjadi simbol kejayaan

bagi siapa saja yang dapat menguasainya. Oleh karena itu, mulai dari Kerajaan

Tarumanegara, Kerajaan Sunda Pajajaran, Kesultanan Banten Jayakarta, Verenigde

Oost-indische Compagnie (VOC), Pemerintah Jepang, hingga kini Republik

Indonesia melalui Pemerintah DKI Jakarta, terus berupaya mempertahankannya

menjadi kota nomor satu di negara ini.

Kota Tua Jakarta, juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia),

adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta, Indonesia. Wilayah khusus ini memiliki luas

1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia, Taman

Sari dan Roa Malaka). Dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari Timur" pada abad ke-

16 oleh pelayar Eropa, Jakarta Lama dianggap sebagai pusat perdagangan untuk

benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya melimpah.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

21

Pasa masa abad ke-16 sampai dengan awal abad ke-20, kawasan Kotatua

merupakan kawasan daerah pusat politik dan kekuasaan yang didukung oleh pusat

kawasan komersil dan perdagangan. Kota yang tua (lama), banyak menyimpan

bangunan-bangunan (tua) sisa peninggalan para pendahulu yang bernilai sejarah,

arsitektur dan arkelologis dari beberapa zaman yang berbeda.

Pemda DKI Jakarta dengan mengeluarkan SK Gubernur No. 475 Tahun 1993

yang isinya menetapkan Bangunan-Banguan Bersejarah dan Monumen di DKI

Jakarta dilindungi sebagai bangunan cagar budaya (BCB) oleh pemerintah. Hal ini

berlaku juga pada kawasan Kota Tua Jakarta.

2.2.2 Gedung PT. Kerta Niaga Sebagai Bangunan Cagar Budaya

Tabel 4. Data Gedung

Nama gedung : PT. Kerta Niaga

Tahun berdiri : 1912

Nama dulu : Perusahaan Koloniale Zee en Brand Assurantie Maatschappij

Desain Arsitek : Biro Arsitek Cuypers en Hulswit

Langgam gaya : Art Deco

Sumber : Olahan Penulis

Gedung PT. Kerta Niaga termasuk dalam daftar bangunan cagar budaya yang

perlu dilestarikan, menurut Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta no 475 tahun

1993. Gedung PT. Kerta Niaga dibangun sekitar tahun 1912 oleh Biro Arsitek

Cuypers en Hulswit. Bangunan ini bergaya Art Deco. Pada masa itu, biro arsitek

tersebut merupakan biro yang bersejarah bagi pembangunan arsitektur di Indonesia

pada eranya begitu pula langgamnya.

Gambar 5. Bangunan PT. Kerta Niaga tahun 1912 Sumber : Data Collection Tropenmuseum Amsterdam

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

22

Awalnya bangunan ini berfungsi sebagai gedung perusahaan Koloniale Zee en

Brand Assurantie Maatschappij. Pada kepemilikan pertama inilah bentuk fasad

bangunan masih terlihat asli dengan ornamen yang terlihat pada fasad gambar 5.

Namun, pada tahun 1950 terjadi penghilangan ornamen pada fasad tersebut, yang

terlihat pada gambar 6 ketika berada di kepemilikan kedua.

Dan terjadi nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan Belanda pada akhir

tahun 1950, perusahaan ini melakukan perubahan nama menjadi P.N. (Perusahaan

Negara) Kerta Niaga tepatnya tahun 1966. Bidang usahanya pun berubah menjadi

distributor barang, utamanya di bidang sandang pangan dan kebutuhan pokok bagi

rakyat. Pada akhirnya, bangunan ini menjadi aset P.N. Kerta Niaga, yang kemudian

berubah status menjadi P.T. Kerta Niaga pada tahun 1970.

Gambar 6. Bangunan PT. KertaNiaga tahun 1950

Sumber : Data Collection Tropenmuseum Amsterdam

Ketika dilakukan efisiensi terhadap Badan Usaha Milik Negara, P.T. Kerta

Niaga dilikuidasi dan dilebur ke dalam P.T. Dharma Niaga pada tahun 1998.

Bangunan ini turut berpindah pengelolan, juga ketika dilakukan penggabungan atas

tiga BUMN di bidang perdagangan : PT. Panca Niaga, PT. Dharma Niaga, dan PT.

Cipta Niaga, yang menjadi PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) pada tahun

2003. PPI merupakan pemegang kepemilikan gedung yang ketiga, pada saat itu juga

dilakukan penambahan elemen jendela seperti gambar 7 yang berbeda dengan bentuk

asalnya.

Gambar 7. PT. Kerta Niaga tahun 2003 Sumber : Data Collection Tropenmuseum

Amsterdam

Gambar 8. PT. Kerta Niaga Saat Ini Sumber : Dokumentasi Penulis

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

23

Meski beralih kepemilikan berkali-kali, kondisi bangunan PT. Kerta Niaga

saat ini cukup baik, walaupun terdapat kerusakan-kerusakan karena termakan usia

seperti pada gambar 8. Unsur-unsur keaslian bangunanpun masih kuat. Sekarang ini,

hanya tersisa bangunan kantor yang ditinggalkan kisah sejarah untuk dilestarikan.

Gedung PT. Kerta Niaga merupakan salah satu dari banyaknya bangunan

yang terletak di kawasan Kotatua. Gedung PT. Kerta Niaga berlokasi pada blok PT.

Kerta Niaga yang memiliki 4 gedung. Bangunan yang dipilih adalah bangunan yang

terletak pada Jalan Kali Besar Timur terlihat pada gambar 9.

Gambar 9. Letak Gedung PT.Kerta Niaga Sumber : Olahan penulis Dahulu Kawasan Kali Besar merupakan kawasan Central Business District

(Kawasan Kali Besar CBD), pada masa kolonial disebut De Groote Rivier (Kali

Besar). Saat itu, muara sungai ciliwung merupakan jantung perekonomian di Jakarta

yaitu sebagai pusat perdagangan atau perkantoran Hindia Belanda. Pada masa itu,

terdapat pula dermaga-dermaga di tepi kali besar tersebut. Walaupun saat ini tidak

terdapat kanal-kanal di sepanjang kali besar, gedung-gedung di sekitar kali besar

timur terutama merupakan wilayah perkantoran.

Gambar 11. Kali Besar Saat Ini Sumber : Diakses dari

googlemaps.com pada tanggal 14 April 2015

Gambar 10. Kali Besar Tahun 1920 Sumber : Diakses dari googlemaps.com

pada tanggal 14 April 2015

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

24

Gedung PT. Kerta Niaga dalam proses revitalisasi, yang dikategorikan pada

kawasan Art And Culture di Kota Tua Jakarta (JOTRC) dan lebih mengfokuskan

terhadap fungsi perdagangan dan jasa menurut RDTR No.1 tahun 2014.

2.3 Tinjauan Khusus Terhadap Style

2.3.1 Pengertian Style

Kata gaya dalam bahasa inggris adalah style yang berarti jenis tertentu atau

semacam, jenis mengacu pada bentuk, penampilan, atau karakter. Menurut Marizar,

Gaya pada suatu periode dapat dibedakan berdasarkan beberapa kategori, yaitu

dimulai dari ornamen, warna atau aksesoris, karakter desain dari elemen interior

(bentuk), pola bentuk, tekstur dan kombinasi dari beberapa unsur tersebut.

Warna juga merupakan salah satu unsur desain untuk memberikan tambahan

efek tertentu dengan juga didukung oleh unsur pencayahaan. Bentuk dalam desain

interior merupakan gabungan antara bidang yang meliputi struktur dinding, lantai,

plafon dan perabot. Sedangkan pola atau tekstur dapat ditemukan pada dinding,

lantai, dan plafon yang didapat dari pemakaian material dan penggunaan jenis

finishing dari material tersebut.

Gaya sebagai identitas sebuah perancangan yang menggambarkan pengaruh

jaman atau asal usul dan aktivitas pengguna. Gaya menurut Pile terbagi kedalam

beberapa periode yang mempengaruhi perkembangan gaya. Di dalam interior ruang

memiliki gaya dan desain yang berbeda-beda, karakteristik dari gaya-gaya itupun

mempunyai ciri khasnya masing-masing.

2.3.2 Art Deco

Art deco adalah gaya hias yang lahir setelah Perang Dunia I dan berakhir

sebelum Perang Dunia II. Art deco banyak diterapkan dalam berbagai bidang,

misalnya eksterior, interior, mebel, patung, perhiasan dan lain-lain. Art deco

dipengaruhi oleh berbagai macam aliran modern, antara lain Kubisme, Futurisme dan

Konstruktivisme serta juga mengambil ide-ide desain kuno seperti dari Mesir, Siria

dan Persia. Seniman art deco banyak bereksperimen dengan memakai teknik baru

dan material baru, misalnya metal, kaca, bakelit serta plastik dan menggabungkannya

dengan penemuan-penemuan baru saat itu, lampu misalnya.

Karya mereka sering memakai warna-warna yang kuat serta bentuk abstrak

dan geometris tetapi kadang masih menggunakan motif tumbuhan dan figur.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

25

Langgam art deco tercipta dari pencampuran ornamen-ornamen historis, aliran

arsitektur sekarang dan muatan lokal. Setiap negara yang menerima langgam Art

Deco mengembangkannya sendiri dan memberikan sentuhan lokal sehingga art deco

di suatu tempat akan berbeda dengan art deco di tempat lain.

Sebelum tahun 1966, masyarakat belum mengenal nama art deco.

Masyarakat saat itu menamai seni yang populer tersebut sebagai seni modern.

Ungkapan art deco diperkenalkan pertama kali pada tahun 1966 dalam katalog yang

diterbitkan oleh Musée des Arts Décoratifs di Paris yang pada saat itu sedang

mengadakan pameran dengan tema ”Les Années 25” yang bertujuan untuk meninjau

kembali pameran internasional “Exposition Internationale des Arts Décoratifs et

Industriels Modernes“ yang diselenggarakan tahun 1925 di Paris.

2.3.3 Sejarah Art Deco

Gerakan awal ini disebut Style Moderne. Istilah Art Deco diambil dari

eksposisi 1925, meskipun baru pada 1960 istilah ini diciptakan, ketika terjadi

kebangkitan kembali Art Deco. Nama Art Deco diilhami dari satu pameran

Exposition Internationale des Arts Decoratifs Industriale et Modernes yang diadakan

di Paris pada tahun 1925. Art Deco menunjukkan suatu istilah langgam decoratif

yang terbentuk di antara tahun 1920-1930.

Yang membedakan antara langgam arsitektur ini dengan langgam lainnya

adalah adanya gerakan Modernisme. Gerakan ini memenuhi konsep modernisme,

yaitu tuntutan estetika menuju bentuk sederhana. Hanya saja kelemahannya di satu

pihak gerakan modernisme membebaskan diri dari keterikatan Arsitektur Klasik,

tetapi di pihak lain membuat “ikatan” sendiri dalam bentuk konsensus internasional

(International Style). Art deco menginduk pada modernisme hanya saja lebih fokus

pada berbagai variasi dekoratif dalam berbagai produk.

Karakter yang paling utama adalah bentuk geometrik murni dan

kesederhanaan (Simplicity), penggunaan warna-warna cemerlang dan bentuk

sederhana untuk merayakan hadirnya dunia komersial dan teknologi. Dari sinilah

lahir art deco yang menjadi penanda jaman dalam bentuk-bentuk Arsitektur yang

anggun.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

26

2.3.4 Fasade Bangunan Art-Deco

Pada tahun 1928 pengamat arsitektur new modern mendiskripsikan karakter

art deco yaitu geras lurus, kaku, geometris dan cenderung mengikuti proporsi kubis.

Garis datar yang sederhana dan kuat dengan sentuhan dekorasi pada warna, besi dan

kaca untuk relief. Aritektur art deco dipengaruhi oleh berbagi aliran seperti kubism,

futurism, dan ekspresionism ditambah dengan ekspresi dunia yang mengakibatkan

revolusi industri II wajah arsitektur mengalami perkembangan yaitu :

- kesederhanaan dalam dekorasi dengan menggunakan pita.

- Menggunakan bentuk-bentuk geometri dengan garis lurus yang kuat pada bidang

horisontal dan vertikal yang dominan.

- Penggunaan warna-warna lembut tapi kontras.

- Penggunaan bahan metal sebagai alternatif pengolahan desain.

- Mengambil semangat mesin dari international style.

2.3.5 Langgam Art-Deco

Art deco terbagi sesuai dengan klasifikasi yang ada, arsitektur langgam art-

deco dibedakan menjadi empat, yaitu floral deco, streamline deco, zigzag deco, dan

neo-classicael deco. Di Indonesia, banyak dikenal dua langgam yang pertama.

Berikut penjelasan langgam tersebut :

1. Floral deco

Floral deco merupakan salah satu tipe art deco yang memiliki desain

berbentuk lekukan-lekukan garis yang melengkung, dan memiliki ciri khas ukiran

bunga atau daun.

Gambar 12. Langgam Floral Deco Sumber : Jurnal Media Matrasain

2. Streamline deco

Streamline deco adalah salah satu tipe art deco yang merupakan gaya desain

yang muncul selama tahun 1930. Desain ini menekankan gaya arsitektur yang

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

27

memiliki bentuk melengkung, dan garis horizontal panjang. Tipe ini banyak terlihat

pada bangunan-bangunan yang ada di Indonesia. Contohnya di bandung terdapat

bangunan yang menggunakan tipe art deco streamline, yaitu Gedung Villa Isola

Bandung.

Gambar 13. Langgam Streamline Deco Sumber : Jurnal Media Matrasain

3. Zig zag deco

Zig zag deco memiliki pola bentuk garis yang tajam dan tegas serta bentuk

zig zag yang merupakan ciri khasnya dan mengalami pengulangan bentuk yang

harmonis.

Gambar 14. Langgam Zig zag Deco Sumber : Jurnal Media Matrasain

4. Neo classicael deco

Neo classicael deco merupakan tipe dari art deco yang memiliki corak ragam

ukiran kuno yang dapat berbentuk wajah/benda, geometri, dan terdiri dari corak

gabungan yang terlihat seperti ukiran-ukiran kuno.

Gambar 15. Langgam Neo classicael Deco Sumber : Jurnal Media Matrasain

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

28

2.3.6 Ciri-Ciri Gaya Art-Deco

Awal mula gaya art deco berkembang yaitu setelah gaya art nouveau

berakhir yaitu mulai tahun 1910 sampai tahun 1930. Gaya art deco merupakan

adaptasi dari bentukan historism ke bentukan modern. Gaya art deco ini memiliki

estetika yang menjadi gaya pilihan bagi gedung-gedung dan tempat public seperti

bioskop, stasiun kereta api, hotel, restoran dan kapal laut. Ciri gaya art deco sebagai

berikut :

- Berdasarkan peletakan bangunan menggunakan dua cara yaitu bangunan sudut

dan bangunan menghadap ke jalan, namun tetap mempertahan fasad yang

simetris. Pada bangunan publik akan ditemukan ruang lobby, sebelum dapat

mengakses ruang-ruang yang lain.

- Bentuk tampilan keseluruhan fasad bangunan art Deco pada umumnya memiliki

simetris dalam berbagai skala bangunan. Penggunaan simetris visual ini

diterapkan pada berbagai komponen bangunan berupa : canopy, jendela, pintu,

teralis, armatur lampu, elemen estetik hingga signage pada bangunan.

- Penggunaan bentuk yang bertingkat-tingkat atau berlapis-lapis (stepped form),

streamline, zig-zag, lengkung, serta permukaan licin.

- Interior dengan konsep estetik art deco menjadikan karakter lay-out sangat kuat

terhadap pembentukan pola-pola simetris ruang.

- Furniture art deco untuk interior dapat berupa loose-furniture dan built-in yang

mengadopsi detail-detail yang khas dengan penyelesaian bentuk-bentuk

geometris. - Terdapat ornamen sebagai ciri dari gaya art deco yang tampil dalam bentuk tiga

dimensi atau memiliki profil dua dimensi yang berupa pembedaan warna pada

suatu finishing. - Pintu dan jendela berbahan kayu solid berbentuk panel yang dikombinasikan

dengan logam dan kaca polos (Calloway, 418-423).

- Penggunaan kaca patri dengan motif-motif geometris (Calloway, 416).

- Elemen dekoratif yang digunakan kebanyakan berupa sepuhan warna krom, besi

tempa,perunggu, plastic (Young, 9).

- Material yang umumnya digunakan adalah stainless steel, aluminium, glass

block, batu gamping dan terakota karena sudah terpengaruh dengan teknologi

modern.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

29

2.4 Novelty

Novelty adalah prinsip kebaruan dari suatu objek. Judul dan topik mengenai

konservasi, maka prinsip kebaruan (novelty) terkait dengan hal tersebut. Konservasi

adalah bentuk pelestarian atau perlindungan dari bangunan tua yang dikatakan

bersejarah. Dahulu konservasi dilakukan hanya sebatas memperbaiki bangunan yang

sudah ada sehingga serupa dengan bentuk bangunan yang sebelumnya, tanpa

menambah atau mengurangi elemen-elemen yang ada pada bangunan, guna

mempertahankan keaslian nilai bersejarah bangunan tersebut saat didirikan.

Namun untuk saat ini, terdapat beberapa aplikasi alternatif sebagai bentuk

tindakan konservasi. Tindakan tersebut disesuaikan dengan kondisi bangunan yang

akan dikonservasi. Contoh dari aplikasi konservasi yang dianggap baru adalah

adaptive reuse, adaptive reuse sebenarnya adalah proses akhir dari tindakan

konservasi dengan memasukkan fungsi baru pada bangunan yang telah dikonservasi

sesuai dengan kondisi keadaan saat ini. Selain bentuk penggunaan kembali bangunan

yang telah ada sehingga mengurangi konstruksi bangunan baru, hal tersebut

berkaitan dengan strategi bangunan yang berkelanjutan (sustanaibility). Karena

dengan menggunakan bangunan yang sudah ada, dapat mengurangi biaya seumur

hidup bangunan tersebut, limbah serta dapat melakukan peningkatan fungsi

bangunan.

Seperti halnya pada gedung PT. Kerta Niaga yang berada di Kawasan Kota

Tua Jakarta, yang merupakan kawasan revitalisasi. Gedung PT. Kerta Niaga dalam

kajian ini, dilakukan proses konservasi dengan memasukkan fungsi baru yaitu

adaptive reuse. Yang selama ini gedung-gedung di Kota Tua hanya dibiarkan hingga

rusak dan rubuh. Kali ini gedung tersebut dihidupkan kembali dengan fungsi baru

yang sesuai dengan peraturan yang berlaku, kondisi gedung, serta lingkungannya.

Kondisi gedug PT. Kerta Niaga tetap utuh seperti kondisi saat gedung ini

didirikan. Ciri khas langgam art deco terlihat jelas pada gedung PT. Kerta Niaga,

oleh karena itu, yang biasanya bangunan tua bersejarah ketika digunakan kembali

akan dimasukkan pula gaya interior modern sesuai dengan zaman saat ini. Pada

gedung PT. Kerta Niaga tetap dimasukkan gaya interior art deco untuk

mempertahankan langgam-langgam art deco yang telah terbentuk didalam gedung

tersebut.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2014-2-01221-AR Bab2001.pdfBangunan cagar budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda

30

2.5 Kerangka Berpikir

Latar Belakang

Identifikasi masalah Bangunan PT. Kertaniaga pada zona dilestarikan bentuknya dan peuntukan bangunan zona ini adalah art and culture.

Perumusan Masalah

Pengumpulan Data Sekunder

Kesimpulan

STUDI PUSTAKA

Penentuan Tujuan

UN Habitat Revitalisasi Kota Tua

Landasan Hukum yang terkait

Gaya bangunan PT. Kertaniaga

Sejarah Kota Tua

Sejarah dan foto awal bangunan PT. Kertaniaga

Teori Konservasi Teori Adaptive Reuse Teori Style Art Deco

Peruntukan Bangunan

Pengumpulan Data Primer Foto bangunan saat ini eksterior maupun interior

Identifikasi kerusakan Ukuran ekstrior & interior

Verifikasi

State Of The Art

Jika Ya?

Analisis Data

Analisa Bangunan

Analisa eksterior Analisa Interior

Analisa kerusakan Analisa Zonasi

Analisa eksisting Analisa

pemetaan bangunan

Analisa manusia Analisa Lingkungan

Analisa pengguna dan aktifitas

Skematik desain Perancangan

Gambar 16. Kerangka Berpikir Sumber : Olahan Penulis

Analisa Fasad

Denah