bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2009-2-00469-tisi bab 2.pdfo...

48
15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Metode Pengambilan Keputusan 2.1.1 Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) 2.1.1.1 Sejarah AHP Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu metode analisa pengambilan keputusan berhirarki yang dibangun oleh Prof. Thomas L. Saaty di University of Pittsburg pada tahun 1970. Beberapa sifat dan karakter dari model AHP ini adalah o Pembobotan dilakukan dengan cara perbandingan berpasangan (pairwise). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan yang jelas antara dua buah kriteria yang diperbandingkan. Empat macam skala pengukuran yang biasa digunakan adalah skala nominal, ordinal, interval dan rasio. Perbandingan berpasangan tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran aktual maupun pengukuran relatif dari derajat kesukaan, kepentingan atau perasaaan. Dengan demikian metode ini sangat berguna untuk membantu mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang semula sulit diukur, seperti pendapat, perasaan, perilaku dan kepercayaan. o Hubungan antara kriteria yang diperbandingkan akan diberi nilai bobot antara dua sampai sembilan menunjukan nilai kriteria yang satu lebih baik daripada nilai kriteria yang lain. Sedangkan nilai pecahan antara ½

Upload: lamnguyet

Post on 18-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

15

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Metode Pengambilan Keputusan

2.1.1 Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)

2.1.1.1 Sejarah AHP

Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu metode analisa pengambilan

keputusan berhirarki yang dibangun oleh Prof. Thomas L. Saaty di University of

Pittsburg pada tahun 1970.

Beberapa sifat dan karakter dari model AHP ini adalah

o Pembobotan dilakukan dengan cara perbandingan berpasangan

(pairwise). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan yang jelas

antara dua buah kriteria yang diperbandingkan. Empat macam skala

pengukuran yang biasa digunakan adalah skala nominal, ordinal, interval

dan rasio. Perbandingan berpasangan tersebut dapat diperoleh melalui

pengukuran aktual maupun pengukuran relatif dari derajat kesukaan,

kepentingan atau perasaaan. Dengan demikian metode ini sangat berguna

untuk membantu mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang semula sulit

diukur, seperti pendapat, perasaan, perilaku dan kepercayaan.

o Hubungan antara kriteria yang diperbandingkan akan diberi nilai bobot

antara dua sampai sembilan menunjukan nilai kriteria yang satu lebih

baik daripada nilai kriteria yang lain. Sedangkan nilai pecahan antara ½

16

sampai 1/9 menunjukan nilai kriteria yang satu lebih rendah dari nilai

kriteria yang lain.

Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang sering

digunakan. Pendapat satu orang yang benar-benar menguasai permasalahan akan lebih

baik daripada pendapat 1.000 orang yang tidak memahami permasalahan. Maka itu

penggunaan pakar sebagai nara sumber dan responden lebih dianjurkan.

Metode ini memecahkan suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke

dalam kelompok-kelompoknya, mengatur kelompok-kelompok tersebut dalam suatu

hirarki, memasukkan nilai numerik sehingga mengganti persepsi manusia dalam

melakukan perbandingan relatif dan akhirnya dengan suatu sintesa ditentukan elemen

mana yang mempunyai prioritas tertinggi.

2.1.1.2 Langkah Perhitungan AHP

Langkah-langkah penggunaan AHP adalah sebagai berikut :

o Langkah pertama dalam menggunakan AHP adalah merumuskan tujuan

(level 1) dari kegiatan penyusunan prioritas.

o Langkah kedua adalah menentukan kriteria-kriteria (level dua) dalam

mencapai tujuan tersebut. Kriteria-kriteria ini juga bisa terdiri dari

beberapa sub kriteria.

o Kriteria-kriteria ini akan diuraikan menjadi beberapa alternatif (level

tiga) yang akan disusun menjadi struktur hierarki seperti gambar dibawah

ini.

17

GOAL (LEVEL 1)

Criteria (LEVEL 2)

Alternative (LEVEL 3)

SubCriteria

Gambar 2.1 Struktur Hierarki

Setelah masalah telah didekomposisikan maka yang akan dilakukan adalah

membandingkan antar elemen, baik perbandingan antar kriteria dan perbandingan antar

alternatif dalam suatu kriteria.

Menurut Saaty (1988) untuk berbagai persoalan, skala satu sampai skala sembilan

adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Berikut ini adalah derajat

kepentingan dalam metode AHP bagi setiap kriteria-kriteria maupun pemasok yang akan

dibandingkan.

Tabel 2.1 Derajat Kepentingan AHP

Intensitas Kepentingan Keterangan Penjelasan

1 Equally preferred Dua aktivitas memberikan kontribusi sama terhadap tujuan.

2 Equally to moderately preferred Antara equally dan moderately.

3 Moderately preferred Pengalaman dan penilaian memberikan nilai

tidak jauh berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya.

4 Moderately to strongly preferred Antara moderately dan strongly.

18

Tabel 2.1 Derajat Kepentingan AHP (lanjutan)

5 Strongly preferred Penilaian memberikan nilai kuat berbeda antara satu aktivitas terhadap aktivitas lainnya.

6 Strongly to very strongly preferred Antara strongly dan very strongly.

7 Very strongly preferred

Satu aktivitas sangat lebih disukai dibandingkan aktivitas lainnya.

8 Very strongly to extremely preferred Antara very strongly dan extremely.

9 Extremely preferred Satu aktivitas menempati urutan tertinggi dari aktivitas lainnya.

Proses yang paling menentukan dalam menilai setiap bobot elemen adalah

menentukan besarnya prioritas antar elemen. Maka dari itu seringkali terjadi perbedaan

pendapat dalam menentukan besarnya prioritas tersebut. Apabila terjadi hal seperti ini

maka dapat digunakan rataan geometrik untuk menggabungkan pendapat mereka untuk

memasukan nilai kepentingan kedalam matrik.

Rumus rataan geometrik adalah sebagai berikut.

Rataan Geometrik = jjRR ××...1

Keterangan :

R = Jawaban responden dari kuisioner

J = Jumlah responden

AHP juga memberikan pertimbangan terhadap pertanyaan mengenai logika

konsistensi dari evaluator. Indeks konsistensi (CI) adalah perhitungan matematis untuk

setiap perbandingan berpasangan matrik perbandingan. CI ini menyatakan deviasi

konsistensi. Kemudian Indeks acak sebagai hasil dari respon acak yang mutlak akan

dibagi dengan CI yang akan menghasilkan rasio konsistensi (CR). Semakin tinggi CR

maka semakin rendah konsistensinya.

19

Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan perhitungan konsistensi :

o penentuan weighted sum vector dengan mengalikan row averages dengan

matriks awal.

o Tentukan consistency vector dengan membagi weighted sum vector dengan

row averages.

o Hitung Lambda dan Consistency Index:

1nn

CI−−

, di mana n adalah jumlah item dari sistem yang dibandingkan.

dan λ adalah rata-rata dari Consistency Vector.

o Hitung Consistency Ratio:

RICICR = , di mana RI adalah Random Index yang didapatkan dari tabel.

Hasil yang konsisten adalah CR ≤ 0,10. Jika hasil CR > 0,10, maka matriks

keputusan yang diambil harus dievaluasi ulang.

Tabel 2.2. Random Index

N Random Index 2 0,00 3 0,58 4 0,90 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49

20

2.1.2 Supplier Performance Rating Tool

Menurut Kathryn et al (2006, p355), supplier performance rating tool adalah alat

untuk mengukur kinerja pemasok ini didesain secara khusus untuk melakukan

pembelian, memastikan kualitas, menerapkan fungsi rantai pasokan yang digunakan

untuk mendukung pemasok untuk mengukur dan mengatur peforma dari pemasok yang

dimiliki.

Tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan Supplier performance rating

tool ini adalah

o Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pada rantai pasokan bahan baku

o Mengurangi jumlah pemasok dan meningkatkan kualitas para pemasok

o Meningkatkan hubungan yang lebih dekat dengan pemasok-pemasok inti

Alat ini didesain dan disediakan untuk perusahaan dengan kemampuan untuk

mengukur pemasok dengan 3 kriteria utama :

1. OTD (on time delivery)

2. Quality

3. Total cost (berdasarkan biaya kualitas)

2.1.2.1 OTD (on time delivery)

Menurut Kathryn et al (2006, p355), OTD pemasok adalah perbandingan antara

waktu yang dibutuhkan atau dijanjikan oleh pemasok dan waktu sebenarnya dimana

material atau bahan baku diterima.

Toleransi bahwa material akan dianggap tepat waktu adalah keterlambatan

selama lima hari. Keterlambatan selama lima hari ini diijinkan untuk menggantikan hari

21

libur dan hari minggu. Lima hari ini juga guna memberikan waktu bagi perusahaan

untuk memasukan penerimaan material dan bahan baku ke dalam sistem.

Rumus dari OTD adalah

TPEROTOTD= X 100 %

OTD = on time delivery

ROT = received on time (bahan baku yang diterima tepat pada waktunya)

TPE = total part expected (bahan baku yang diharapkan diterima tepat waktu)

Contoh dari perhitungan OTD :

Pada PO no.001 bahan baku yang dipesan dari pemasok adalah 1000 ton pada

tanggal 2 mei, sehingga penerimaan yang dianggap tepat waktu ada pada tanggal 2 mei

sampai 7 mei.

Tabel 2.3 Contoh Penerimaan Bahan Baku

No part received date received Status 100 2 mei on time 650 4 mei on time 100 7 mei on time 50 8 mei late 100 10 mei late

Dengan tabel diatas maka diketahui

ROT (bahan baku yang diterima tepat waktu) = 100+650+100=850

TPE (bahan baku yang diharapkan diterima tepat waktu) = 1000

1000850

=OTD X 100 % = 85 persen untuk PO no. 001

22

Apabila PO yang dilakukan dengan pemasok lebih dari satu maka penilaian akan

dilakukan dengan merata-ratakan nilai OTD pada setiap PO. Seperti contoh dibawah :

o PO no.001 = 85 persen

o PO no.002 = 82 persen

o PO no.003 = 67 persen

Maka total OTD pemasok adalah 3

678285 ++ = 78 persen

2.1.2.2 Quality

Menurut Kathryn et al (2006, p358), indikator dari perhitungan kualitas pemasok

adalah persentase jumlah bahan baku yang diretur dibandingkan dengan jumlah bahan

baku yang diterima dari pemasok tersebut. Hasil ini akan dilaporkan dalam bentuk PPM

(part per milion) dan hasil terakhir akan didapatkan dengan menggunakan PPM

conversion table.

Tabel 2.4 PPM conversion table

PPM Yield (percentage) σ Points >66.810 <93.3190 <3.00 0.0 66.810 93.3190 3.00 2.0 38.950 96.1050 3.25 4.0 22.750 97.7250 3.50 6.0 11.870 98.8130 3.75 8.0 6.210 99.3790 4.00 10.0 2.890 99.7110 4.25 12.5 1.350 99.8650 4.50 15.0 560 99.9440 4.75 17.5 233 99.9767 5.00 20.0 86 99.9914 5.25 25.0 32 99.9968 5.50 30.0 10 99.9990 5.75 35.0 <3 >99.9997 6.00 40.0

23

Rumus dari quality adalah :

TPRRTSPPM= X 1.000.000

PPM = part per million

RTS = Return to Supplier (bahan baku yang diretur)

TPR = Total Part Received (total bahan baku yang diterima)

Contoh dari perhitungan quality adalah :

Apabila pada suatu periode bahan baku yang diterima dari pemasok adalah 4937

dan bahan baku yang diretur selama periode tersebut adalah 50 maka perhitungannya

adalah : 493750

=PPM X 1.000.000 = 10.127.61 PPM ≈ 10.128 PPM

Hasil dari ini akan dibulatkan ke nilai PPM yang lebih tinggi dan akan

dikonversikan ke dalam point berdasarkan pada tabel PPM conversion table. Jadi

10.128 PPM akan menjadi 11.870 PPM dan akan menghasilkan 8 point.

2.1.2.3 Total Cost

Menurut Kathryn et al (2006, p358), penilaian untuk biaya total diperoleh dari

seluruh total biaya kualitas dibandingkan dengan seluruh total biaya pembelian bahan

baku pada satu supplier pada periode tertentu.

Rumus untuk mendapatkan Score Total Cost adalah :

Score Total Cost = ))(1(TRACOQ

− X 100 persen

24

TRA = Total Receipts Amount (total biaya bahan baku yang diterima)

COQ = Cost of Quality (total biaya kualitas)

Contoh perhitungan Total Cost

Jika nilai biaya bahan baku yang diterima pada periode tertentu adalah $652000

dan biaya kualitas adalah $65000 maka Total cost adalah

Score Total Cost = ))65200065000(1( − X 100 persen = 90.03 %

2.1.2.4 Total supplier score

Menurut Kathryn et al (2006, 360), nilai yang diberikan pada kriteria OTD

dengan bobot 40%, pada kualitas atau PPM dengan bobot 40% dan terakhir pada nilai

score total cost atau nilai untuk seluruh pengeluaran dengan bobot 20% ideal untuk

digunakan untuk memberikan ranking pada pemasok.

Dengan contoh yang ada diatas maka nilai yang didapatkan pemasok adalah

= (OTD persen X 40 persen) + quality + (total cost X 20 persen)

= (78 x 0.40) +8 + (90.03 x 0.2) = 57.3

Pemasok yang terpilih adalah pemasok inti sedangkan pemasok lain akan

dikeluarkan dari list pemasok. Jumlah dari pemasok inti merupakan kebijakan dari

perusahaan itu sendiri.

2.1.2.5 Keuntungan menggunakan Supplier Performance Rating Tool

Keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan Supplier

performance rating tool ini adalah

o Kualitas dari material meningkat

25

o Mengurangi leadtime

o Mengurangi jumlah kesalahan dan kerusakan material

o Pemasok inti dapat lebih berperan dalam pengembangan produk baru

o Membantu mengurangi biaya simpan pada persediaan

Keuntungan yang diperoleh oleh pemasok apabila telah menjadi pemasok inti

adalah

o Pemasok yang terintegrasi dapat lebih jelas dalam pemenuhan bahan

baku untuk perusahaan

o Pemasok dapat melakukan perencanaan yang lebih baik dalam

melakukan produksi sendiri.

o Pemasok terbantu dalam mengkoordinasi pengiriman material dengan

pemasok yang lain pada jaringan rantai pasokan

2.1.3 Biaya Kualitas

Menurut Kathryn et al (2006,p358), biaya kualitas dapat didefinisikan sebagai

suatu metode yang mencerminkan biaya yang dikeluarkan apabila bahan baku yang

diterima mempunyai kualitas yang buruk.

Biaya kualitas pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu Price of conformance

(POC) dan Price of non conformance (PONC). POC adalah pengeluaran yang

diakibatkan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi

POC umumnya berkisar antara 3-4% dari penjualan sedangkan PONC adalah

pengeluaran yang ditimbulkan akibat melakukan kesalahan yang pada umumnya

berkisar antara 20% atau lebih dari penjualan pada perusahaan manufaktur dan 35% dari

penjualan pada perusahaan jasa.

26

Menurut Gaspersz (2006,p92) biaya kualitas dapat dikategorikan menjadi empat

jenis yaitu dalam bentuk prevention costs, appraisal cost, internal failure costs dan

eksternal failure costs.

Prevention cost atau biaya pencegahan merupakan biaya yang berhubungan

dengan upaya pencegahan terjadinya kegagalan internal maupun eksternal. Contoh dari

biaya pencegahan adalah

1. Perencanaan kualitas = biaya yang berkaitan dengan aktivitas

perencanaan kualitas secara keseluruhan, termasuk penyiapan prosedur

yang diperlukan untuk mengkomunikasikan rencana kualitas ke seluruh

pihak berkepentingan.

2. Pengendalian proses = biaya inspeksi dan pengujian proses untuk

menentukan status proses, bukan status produk.

3. Audit kualitas = biaya yang terkait dengan evaluasi pelaksanaan aktivitas

dalam rencana kualitas secara keseluruhan.

4. Evaluasi kualitas pemasok = biaya yang berkaitan dengan evaluasi

pemasok sebelum pemilihan pemasok, audit terhadap aktivitas selama

kontrak dan usaha lain yang berkaitan dengan pemasok.

5. Pelatihan = biaya yang berkaitan dengan penyiapan dan pelaksanaan

program pelatihan yang berkaitan dengan program reduksi biaya terus

menerus melalui perbaikan kualitas.

Appraisal cost atau biaya penilaian adalah biaya yang berhubungan dengan

penentuan derajat konformansi terhadap persyaratan kualitas (spesifikasi yang

ditetapkan). Contoh dari biaya penilaian adalah

27

1. Inspeksi dan pengujian kedatangan material = biaya yang berkaitan

dengan penentuan kualitas material yang dibeli apakah melalui inspeksi

pada saat penerimaan, melalui inspeksi pada pemasok atau inspeksi yang

dilakukan pihak ke-3.

2. Inspeksi dan pengujian produk dalam proses = biaya yang berkaitan

dengan evaluasi konformansi produk dalam proses terhadap persyaratan

kualitas yang ditetapkan.

3. Inspeksi pengujian produk akhir = biaya yang berkaitan dengan evaluasi

konformansi produk akhir terhadap persyaratan kualitas yang ditetapkan.

4. Evaluasi stok = biaya yang berkaitan dengan pengujian produk dalam

penyimpanan untuk menilai degradasi kualitas.

Internal failure cost atau biaya kegagalan internal merupakan biaya yang

berhubungan dengan kesalahan yang ditemukan sebelum menyerahkan produk ke

pelanggan. Contoh dari biaya kegagalan internal adalah

1. Scrap = biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, material, dan

biasanya overhead pada produk cacat yang secara ekonomis tidak dapat

diperbaiki lagi. Terdapat banyak ragam nama jenis ini yaitu : scrap, cacat,

dan usang.

2. pekerjaan ulang (rework) = biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki

kesalahan produk agar memenuhi spesifikasi yang ditentukan

3. analisis kegagalan = biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki

kesalahan agar produk dapat memenuhi spesifikasi yang di tentukan

28

4. Inspeksi ulang dan pengujian ulang = biaya yang dikeluarkan untuk

inspeksi ulang dan pengujian ulang produk yang telah mengalami

pengerjaan ulang atau perbaikan kembali.

5. Avoidable process losses = biaya kehilangan, meskipun produk tidak

cacat misalnya kelebihan bobot produk yang diserahkan kepada

pelanggan karena variabilitas peralatan pengukuran

External failure cost atau biaya kegagalan eksternal merupakan biaya yang

berhubungan dengan kesalahan yang ditemukan setelah produk itu diserahkan ke

pelanggan. Contoh dari biaya kegagalan eksternal adalah

1. Jaminan = biaya yang dikeluarkan untuk pergantian atau perbaikan

kembali produk yang masih berada dalam masa jaminan.

2. Penyelesaian keluhan = biaya yang dikeluarkan untuk penyelidikan dan

penyelesaian keluhan yang berkaitan dengan produk cacat.

3. Produk dikembalikan = biaya yang berkaitan dengan penerimaan dan

penempatan produk cacat yang dikembalikan oleh pelanggan.

4. Allowances = biaya yang berkaitan dengan konsesi pada pelanggan

karena produk yang berada dibawah standar kualitas yang sedang

diterima oleh pelanggan atau tidak memenuhi spesifikasi penggunaan.

Menurut Gaspersz (2006,p92), sebuah perusahaan yang ingin mengkaji dan

menggunakannya sebagai indikator kemajuan program mereduksi biaya melalui

perbaikan kualitas dapat menggunakan bentuk umum laporan biaya kualitas seperti

berikut :

29

Gambar 2.2 Contoh Laporan Biaya Kualitas

2.1.4 Manajemen Pengadaan atau procurement

Tugas dari manajemen pengadaan adalah menyediakan input berupa barang dan

jasa yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi maupun kegiatan lain di perusahaan.

Menurut Pujawan (2005, pp139-141) tugas-tugas yang dilakukan bagian pengadaan

adalah sebagai berikut :

30

o Merancang hubungan yang tepat dengan supplier. Hubungan dengan

supplier bisa bersifat jangka panjang maupun hubungan transaksional

jangka pendek. Model hubungan ini tergantung dari beberapa hal

termasuk kritis tidaknya barang yang dibeli dari supplier yang

bersangkutan dan besar tidaknya pembelian,sehingga bagian pengadaan

mempunyai tugas unntuk merancang portfolio untuk semua supplier.

o Memilih supplier. Kegiatan memilih supplier bisa memakan waktu dan

sumber daya yang tidak sedikit bila supplier yang dimaksud adalah

supplier kunci.

o Memilih dan mengimplementasi teknologi yang cocok. Teknologi yang

tradisional adalah penggunaan telepon dan fax, dengan munculnya

internet maka dewasa ini banyak menggunakan e-procurement yakni

aplikasi internet untuk kegiatan pengadaan.

o Memelihara data item yang dibutuhkan dan data supplier.

o Melakukan proses pembelian adalah pekerjaan yang rutin dilakukan oleh

bagian pengadaan. Proses pembelian bisa dilakukan dengan berbagai cara

misalnya dengan pembelian rutin atau pembelian lelang

o Mengevaluasi kinerja dari supplier, merupakan tugas yang penting dari

bagian pengadaan untuk menciptakan daya saing yang berkelanjutan.

Menurut Shin et al (2000, pp 317-313), manajemen yang baik pada keterlibatan

pemasok dapat menghasilkan performa pemasok yang lebih baik, meningkatkan

perputaran persediaan, meningkatkan improvisasi pada produksi dan peningkatan pada

31

produk dan proses yang akan dapat memenuhi kepuasan konsumen serta peningkatan

performa dari perusahaan itu sendiri.

Menurut Kathryn et al (2006, p353), banyak keuntungan yang diperoleh

perusahaan dengan mengembangkan hubungan yang dekat dengan sejumlah kecil

supplier yang kritis seperti dapat menjadwalkan ulang aktivitas dengan kesepakatan,

kesepakatan pada jumlah bahan baku, kesepakatan pada harga dan supplier yang telah

dipilih dapat menentukan kapasitas, mereduksi leadtime dan dapat meminimalkan biaya

logistik.

Jadi dengan merancang hubungan dengan pemasok, memilih pemasok yang

tepat, melakukan manajemen yang baik dengan pemasok maka akan menghasilkan

peningkatan peforma pada pemasok bagi perusahaan. Dengan meningkatnya peforma

pemasok baik maka akan memberikan keuntungan juga bagi perusahaan.

32

2.2 E-Commerce

2.2.1 Definisi E-Commerce

Menurut Turban et al. (2006, p4) electronic commerce adalah proses membeli,

menjual, mentransfer atau menukar barang, jasa dan informasi via jaringan komputer,

termasuk internet.

2.2.2 Jenis-jenis E-Commerce

Menurut Turban et al. (2006, p8-10) klasifikasi umum dari EC adalah dengan

sifat dari transaksi atau hubungan dengan partisipan.Berikut merupakan jenis-jenis EC :

o Business-to-Business (B2B), model EC dimana semua pesertanya adalah

bisnis atau organisasi lain

o Bussiness-to-Costumer (B2C), model EC dimana bisnis menjual kepada

pembeli-pembeli individu

o Business-to-Business-to-Costumer (B2B2C), model EC dimana bisnis

menyediakan beberapa barang atau jasa kepada klien bisnis yang

memelihara pelanggan mereka sendiri.

o Costumer-to-Business (C2B), model EC dimana individu-individunya

menggunakan internet untuk menjual barang atau jasa kepada organisasi

atau individual-individual yang mencari penjual untuk menawar barang

atau jasa yang mereka perlukan.

o Costumer-to-Costumer (C2C), model EC dimana konsumen menjual secara

langsung kepada konsumen lainnya.

33

o Intrabusiness EC, kategori EC yang melibatkan semua aktivitas internal

organisasi yang melibatkan pertukaran barang, jasa atau informasi diantara

unit dan individu yang berbeda dalam sebuah organisasi.

o Business-to-Employees (B2E), model EC dimana organisasi memberikan

layanan, informasi atau produk kepada karyawannya.

2.2.3 Keuntungan E-Commerce

Menurut Turban et al. (2006, p25) berikut merupakan keuntungan-keuntungan

menggunakan teknologi E-Commerce bagi beberapa pihak :

o Untuk organisasi

1. Pencapaian global: EC memperluas pangsa pasar ke pasar nasional

dan internasional. Dengan pembayaran modal minimal, sebuah

perusahaan dapat dengan mudah dan cepat memperoleh pemasok-

pemasok terbaik, pelanggan yang lebih banyak dan rekan bisnis yang

paling cocok di seluruh pelosok dunia. Dengan memperluas jumlah

pelanggan dan pemasok memungkinkan organisasi untuk membeli

dengan lebih murah dan menjual lebih banyak.

2. Pengurangan biaya: EC mengurangi biaya membuat, memproses,

mendistribusi, menyimpan dan mendapat kembali informasi dari

kertas. Biaya mencetak dan surat-menyurat dikurangi atau ditiadakan.

3. Peningkatan rantai pasokan : ketidakefisiennya rantai pasokan,

misalnya seperti persediaan yang berlebih dan keterlambatan

pengiriman.

34

4. Waktu yang lebih banyak 24/7/365. Bisnis selalu buka setiap saat

dalam web tanpa waktu dan biaya yang ekstra.

5. Customization. Sistem build to order memungkinkan untuk

melakukan costumization produk dan jasa tanpa mengeluarkan biaya

lebih menyediakan suatu keuntungan kompetitif bagi perusahaan

yang mengimplementasikan strategi ini.

6. Model bisnis baru: EC memungkinkan munculnya banyak model

bisnis yang inovatif yang menyediakan keuntungan strategis dan atau

meningkatkan profit. Menyatukan pembelian berkelompok dengan

reverse auctions adalah salah satu contoh bisnis model yang inovatif.

7. Spesialisasi Vendor. EC memungkinkan spesialisasi tingkat tinggi

yang tidak layak secara ekonomis di dunia fisik.Sebagai contoh,

sebuah toko yang hanya menjual mainan anjing (www.Dogtoys.com)

dapat beroperasi di dunia maya, tetapi di dunia fisik toko tersebut

tidak akan memiliki jumlah pelanggan yang cukup.

8. Time-to-market yang lebih cepat. EC mengurangi waktu yang

dibutuhkan antara penghasilan ide dan proses komersialisasinya untuk

meningkatkan komunikasi dan kolaborasi.

9. Biaya komunikasi yang rendah. EC memungkinkan e-procurement

yang efisien yang dapat mengurangi biaya administratif hingga 80%

atau lebih, mengurangi nilai pembelian dari 5 hingga 15 dan

mengurangi cycle time hingga lebih dari 50%.

10. Meningkatkan relasi dengan pelanggan. EC memungkinkan

perusahaan untuk dapat berinteraksi lebih dekat dengan

35

pelanggannya, bahkan jika melalui perantara. Ini memungkinkan

adanya personalisasi terhadap komunikasi, produk dan jasa yang

mewakili CRM yang lebih baik dan meningkatkan loyalitas

pelanggan.

11. Material perusahaan yang up-to-date. Material apapun dalam web,

seperti harga di katalog, dapat dikoreksi dalam hitungan menit serta

informasi perusahaan selalu aktual.

12. Keuntungan lainnnya. Benefit lainnya termasuk meningkatkan image

perusahaan, meningkatkan servis pelanggan, kemudahan dalam

menemukan rekan bisnis yang baru, proses-proses yang lebih

sederhana, meningkatkan produktivitas, mengurangi kerja yang

berhubungan dengan kertas, meningkatkan akses ke informasi,

mengurangi biaya transportasi dan meningkatkan fleksibilitas operasi

dan perdagangan.

o Untuk pelanggan

1. Ada dimana-mana. EC memungkinkan pelanggan untuk berbelanja

atau melakukan jenis transaksi lainnya selama setahun penuh, 24

tahun sehari dan dari lokasi manapun.

2. Produk dan jasa yang lebih banyak. EC menyediakan pilihan yang

banyak bagi pelanggannya, mereka dapat memilih dari banyak vendor

dan banyak produk.

3. Produk dan jasa yang telah disesuaikan. Dell menyesuaikan

komputernya sesuai dengan kebutuhan dan menjualnya dengan harga

36

kompetitif. Pelanggan dapat memperoleh lebih banyak produk dan

jasa sesuai dengan keinginan mereka.

4. Produk dan servis yang lebih murah: EC secara berkala menyediakan

produk dan jasa yang tidak mahal kepada para pelanggannya dengan

membolehkan mereka untuk berbelanja darimana pun dan melakukan

perbandingan harga yang lebih cepat.

5. Pengiriman instan. Untuk produk-produk digital, EC memungkinkan

untuk pengiriman cepat.

6. Ketersediaan informasi. Pelanggan dapat memperoleh informasi

produk yang relevan dan rinci dalam hitungan detik. Dan juga,

dukungan mulimedia lebih murah dan lebih baik.

7. Ikut serta dalam lelang. EC memungkinkan pelanggan untuk

berpartisipasi dalam lelang maya. Ini memungkinkan penjual untuk

menjual barang-barangnya lebih cepat dan pembeli dapat memperoleh

barang-barang dan penawaran yang menarik.

8. Komunitas elektronik. EC memungkinkan pelanggannya untuk

berinteraksi dengan pelanggan lainnya dalam komunitas elektronik

dan saling bertukar pendapat serta saling berbagi pengalaman.

9. Tidak ada pajak penjualan. Di banyak negara, bisnis online bebas dari

pajak penjualan.

o Untuk masyarakat

1. Telecommuting. Lebih banyak individu dapat bekerja dari rumah dan

melakukan sedikit perjalanan untuk bekerja, belanja dan melakukan

37

sedikit perjalanan untuk bekerja, belanja sehingga mengurangi

kemacetan lalu lintas dan polusi udara yang berkurang.

2. Standar kehidupan yang lebih tinggi. Beberapa barang dagang dapat

dijual dengan harga yang lebih murah, memungkinkan orang yang

kurang mampu untuk membeli lebih banyak dan meningkatkan

standar kehidupan mereka.

3. Ketersediaan layanan publik. Layanan publik, seperti pusat perawatan

kesehatan, pendidikan dan distribusi layanan sosial pemerintah, dapat

dilakukan dengan biaya rendah dan atau peningkatan kualitas.

Sebagai contoh, EC menyediakan dokter dan perawat yang berada di

pedalaman akses ke informasi dan teknologi dengan begitu mereka

dapat merawat pasiennya dengan lebih baik.

2.3 E-Procurement

2.3.1 Pengertian E-Procurement

Menurut Russell et al. (2003, p.280-282), e-procurement adalah perdagangan

bisnis ke bisnis (B2B) yaitu pembelian langsung ke supplier melalui internet

menggunakan website.

Menurut Neef et al. (2001), e-procurement adalah aplikasi sistem informasi

untuk mengkoordinasikan proses pembelian, pengiriman, pengelolaan inventory,

pemilihan supplier dan proses persetujuan dari bisnis penting dengan organisasi yang

berkaitan menggunakan internet atau intranet.

Menurut Pujawan (2005, p163) kata electronic procurement secara umum

didefinisikan sebagai aplikasi internet untuk keperluan proses pengadaan. Aplikasi

38

internet untuk proses pengadaan bisa dalam berbagai wujud. Dalam beberapa tahun

terakhir, banyak perusahaan yang mendapatkan berbagai manfaat dengan

mengaplikasikan electronic procurement ini. Menurut hasil studi di Amerika tahun 2003

menunjukkan bahwa lebih dari 50% dari 160 perusahaan yang menjadi responden

menyatakan telah mengaplikasikan e-procurement dalam berbagai bentuk yang berbeda.

Dengan internet perusahaan bisa mengirim RFO dan PO ke supplier, melakukan lelang

secara elektronik (online), membagi informasi-informasi yang kritis, dan sebagainya.

2.3.2 Metode-metode E-Procurement

Turban(2006,p231) mengemukakan perusahaan-perusahaan menggunakan

metode-metode yang berbeda untuk memperoleh barang-barang dan jasa tergantung apa

yang mereka beli, jumlah yang dibutuhkan, berapa uang yang dipakai. Metode-metode

utama procurement mencakup :

o Membeli dari manufaktur, penjual grosir maupun pengecer dari katalog-

katalog mereka dan memungkinkan negosiasi.

o Membeli dari katalog yang terhubung dengan para penjual atau membeli di

mal-mal industri.

o Membeli dari katalog pembeli internal dimana perusahaan menyetujui

katalog-katalog vendor mencakup kesepakatan harga. Pendekatan ini

menggunakan pengimplementasian desktop purchasing, dimana

mengizinkan requisition untuk memesan secara langsung dari vendor

dengan melewati departemen procurement.

o Mengadakan penawaran tender dari sistem dimana supplier bersaing

dengan yang lainnya. Metode ini digunakan untuk pembelian jumlah besar.

39

o Membeli dari situs pelelangan umum dimana organisasi berpartisipasi

sebagai salah satu pembeli.

o Bergabung dengan suatu group sistem pembelian dimana permintaan

partisipan dikumpulkan, menciptakan jumlah besar. Kemudian group

menegosiasikan harga atau menginisiasikan sebuah proses tender.

o Berkolaborasi dengan para supplier untuk berbagi informasi tentang

penjualan dan persediaan untuk mengurangi persediaan dan stock-out dan

mempertinggi ketepatan waktu pengiriman.

2.3.3 Jenis Aplikasi E-Procurement

Menurut Pujawan (2005, p165) dalam kenyataannya, aplikasi e-procurement bisa

bermacam-macam dan masing-masing punya fitur yang berbeda. Jenis aktivitas yang

didukung oleh internet juga berbeda-beda. Secara umum ada beberapa jenis aplikasi e-

procurement yaitu :

o e-catalogue

Secara tradisional katalog biasanya tercetak dalam bentuk buku atau brosur.

Dengan adanya internet, perusahaan bisa memiliki katalog elektronik. Di

sini perusahaan mengumpulkan informasi supplier atau calon supplier

dengan segala produk atau jasa yang mereka bisa pasok. E-catalogue

biasanya dilengkapi dengan fasilitas pencarian (search) sehingga

perusahaan akan dengan mudah mendapatkan informasi tentang produk

atau jasa yang diinginkan.

40

o e-auction

Ini adalah aplikasi untuk membantu proses lelang. Pada proses pembelian,

lelang dilakukan oleh pembeli dengan mengumpulkan calon-calon supplier.

Mereka sebelumnya sudah diberi tahu oleh pembeli tentang jumlah,

spesifikasi, dan waktu kebutuhan suatu barang atau jasa. Mereka akan

mengajukan penawaran secara elektronik dan selama proses lelang mereka

bisa merevisi atau menurunkan harga penawarannya. Supplier yang

memberikan penawaran terendah pada akhir periode lelang akan keluar

sebagai pemenang.

o B2B market exchange

Aplikasi ini memungkinkan banyak pembeli dan banyak penjual bertemu

secara virtual. Pada kebanyakan kasus, aplikasi ini dimiliki dan dikelola

oleh pihak ketiga. Item-item yang ditransaksikan disini bisa spesifik untuk

industri tertentu seperti baja (www.steel.com, www.chemical.com),

maupun yang lebih umum seperti MRO (www.mro.com). B2B market

exchange tidak hanya ada di negara-negara maju, tetapi juga di negara-

negara industri baru seperti China (misalnya Chemchine.com,

echinachem.com), Korea (cyberdisy.com), India (seperti Chemvalue.com,

Indiamarkets.com, Indiachemicalportal.com), Middle East (MEsteel.com),

dan Amerika Latin (ActiMart.com).

o B2B private exchange

Aplikasi ini bisa digunakan untuk membantu proses transaksi rutin dengan

supplier. Perusahaan bisa mengirimkan PO secara elektronik, mengecek

status pengiriman, melakukan transaksi pembayaran, dan sebagainya.

41

Disamping itu perusahaan mungkin bisa menggunakan aplikasi ini untuk

berbagai informasi tentang rencana produksi dan informasi lainnya dengan

supplier. Supplier juga bisa membagi informasi ketersediaan stok dan

kapasitas produksi mereka.

2.3.4 Keuntungan dan Manfaat E-Procurement

Menurut Kalakota et al. (2001, p.315) manfaat e-procurement dibagi menjadi

dua kategori yaitu: efisien dan efektif. Efisiensi e-procurement mencakup biaya yang

rendah, mempercepat waktu dalam proses procurement, mengontrol proses pembelian

dengan lebih baik, menyajikan laporan informasi, dan pengintegrasian fungsi-fungsi

procurement sebagai kunci pada sistem back-office. Sedangkan efektivitas e-

procurement yaitu meningkatkan control pada supplychain, pengelolaan data penting

yang baik dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dalam proses pembelian

pada organisasi. Keuntungannya antara lain :

o Menyederhanakan proses procurement.

o Meningkatkan komunikasi

o Mempererat hubungan dengan pihak supplier.

o Mengurangi biaya transaksi karena mengurangi penggunaan telepon fax /

dokumen-dokumen yang menggunakan kertas.

o Mengurangi waktu pemesanan barang.

o Menyediakan laporan untuk evaluasi.

o Meningkatkan kepuasan user.

Banyak manfaat yang bisa direalisasikan dengan mengaplikasikan e-procurement

dalam proses pengadaan. Beberapa keuntungan bagi pembeli tersebut antara lain:

42

o Proses-proses administratif bisa dilangsungkan lebih cepat, akurat, dan

murah. Mengundang supplier untuk memasukkan proposal atau penawaran

tidak lagi dilakukan lewat surat atau fax, tetapi bisa dilakukan dengan

fasilitas web. Calon-calon supplier bisa mendapatkan pesan tersebut

dengan cepat dan akurat dimanapun mereka berada asalkan tersambung

dengan jaringan internet.

o Perusahaan yang menggunakan sistem lelang bisa mendapatkan

keuntungan berupa harga yang jauh lebih murah karena supplier akan

sedapat mungkin menurunkan harga penawaran agar bisa menjadi

pemenang.

o Perusahaan bisa mendapatkan calon-calon supplier yang lebih banyak dari

berbagai tempat sehingga berpeluang untuk melakukan transaksi dengan

supplier yang lebih berkompeten.

o Perusahaan maupun supplier bisa melacak transaksi maupun proses-proses

fisik seperti pengiriman dan lain-lain sehingga kedua belah pihak cepat

mengetahui kalau ada masalah yang membutuhkan penanganan lebih

lanjut.

o Pihak perusahaan maupun supplier bisa melakukan proses-proses tersebut

dari mana saja asalkan terhubung dengan jaringan internet.

Tidak hanya ada keuntungan bagi pembeli dalam melakukan e-procurement

namun ada juga keuntungan bagi penjual atau supplier :

o Meningkatkan volume penjualan

o Meningkatkan daya jelajah pasar, sehingga dapat menemukan buyer baru

43

o Meminimumkan ongkos administrasi untuk penjualan dan kegiatan

marketing

o Mempercepat waktu proses

o Meningkatkan produktifitas staff penjualan

o Mempercepat proses penawaran harga

2.3.5 Kunci Kesuksesan Menggunakan E-Procurement

o Partisipasi aktif dan dukungan dari internal user, pihak supplier, dan pihak

eksekutif.

o Pemberian training kepada user untuk membiasakan para karyawan dan

internal user, supplier, serta pihak terkait lainnya dengan sistem e-

procurement.

o Membeli barang dan jasa hanya dari supplier yang terpercaya.

2.3.6 Infrastruktur E-Procurement

Menurut Kataloka et al.(2001, p326) infrastruktur pada e-procurement ada tiga

yaitu:

o Pengintergrasian proses order (Integrating Ordering). Pengintegrasian

proses order dimaksudkan untuk mempermudah siklus procurement agar

para user dapat melakukan proses order sendiri.

o Pemenuhan kebutuhan (Fulfillment). Membuat proses pemenuhan

kebutuhan yang baik dengan mengelola proses order dengan baik serta

memperkuat hubungan dengan supplier.

44

o Pembayaran (Payment). Mengatur pembayaran ke pihak supplier dengan

cara mengelola dokumen-dokumen yang berhubungan proses pembelian.

2.4 Sistem Informasi

2.4.1 Pengertian sistem

Menurut McLeod (2004, p9) sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang

terintegrasi dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Definisi ini cocok

untuk suatu organisasi seperti perusahaan. Organisasi terdiri dari sejumlah sumber daya

seperti manusia, material, uang, mesin dan informasi yang akan bekerja sama untuk

mencapai tujuan yang ditentukan manajemen perusahaan.

Menurut O’Brien (2003, p8) sistem adalah sebuah kelompok yang terintegrasi

dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama dengan menerima masukan (inputs)

dan menghasilkan keluaran (outputs) dalam sebuah proses transformasi yang terorganisir

dengan baik. Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang

terpadu untuk mencapai tujuan tertentu dari perusahaan.

Model dasar dari sistem ialah sebagai berikut:

o Input

Merupakan sekumpulan data baik dari dalam organisasi maupun dari luar

organisasi yang akan digunakan dalam proses sistem informasi.

o Process

Merupakan kegiatan konversi, manipulasi, dan analisis dari data input

menjadi lebih berarti bagi manusia.

45

o Output

Merupakan proses mendistribusikan informasi kepada orang atau kegiatan

yang memerlukannya.

o Feedback

Merupakan output yang dikembalikan kepada orang-orang dalam

organisasi untuk membantu mengevaluasi input.

o Subsistem

Merupakan sebagian dari sistem yang mempunyai fungsi khusus. Masing-

masing subsistem itu sendiri mempunyai komponen input, process, output,

dan feedback.

Sistem terdiri dari elemen-elemen yang menunjang terbentuknya sistem itu

sendiri yaitu input, proses transformasi, output. Dimana elemen umpan balik (feedback)

terkadang digunakan untuk menampung informasi dari output system dan memberikan

kepada sistem sebagai input baru.

2.4.2 Pengertian informasi

Menurut O’Brien (2003, p13), informasi adalah data yang telah dikonversikan

menjadi bentuk yang bermakna dan berguna bagi pengguna akhir. Menurut McLeod

(2004, p13) informasi merupakan data yang telah diproses atau data yang memiliki arti.

Jadi informasi adalah data yang telah diubah atau dikonversi menjadi sesuatu yang

memiliki arti.

46

2.4.3 Pengertian sistem informasi

Menurut O’Brien (2003, p7), sebuah sistem informasi dapat berupa kombinasi

teratur dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber data yang

mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi di dalam suatu organisasi.

Menurut McLeod (2004, p260) sistem informasi adalah sistem berbasis

komputerisasi yang menyediakan informasi kepada pengguna dengan kebutuhan yang

sama.

Dari definisi-definisi yang ada di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi

adalah sekumpulan data yang telah diproses menjadi informasi yang didistribusikan

kepada para pemakai dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

2.5 Analisa dan Perancangan Berorientasi Objek

2.5.1 Konsep dasar Object Oriented

Object oriented adalah metode permodelan sistem yang bersudut pandang dari

objek beserta sifat-sifatnya. Didalam object oriented, sebuah sistem dimodelkan dari

objek-objek yang ada didalam sistem, dan didalam sistem tersebut objek- objek yang ada

saling berinteraksi. Model yang dirancang dengan pendekatan berorientasi objek akan

memiliki karakteristik yang mudah dimengerti, dan mempunyai hubungan langsung

dengan kenyataan. Whitten et al. (2004, p31) mengatakan bahwa analisa dan

perancangan berorientasi objek merupakan suatu kumpulan alat dan teknik untuk

membangun suatu sistem yang akan menggunakan teknologi objek untuk membangun

sebuah sistem dan perangkat lunaknya. Menurut Nugroho (2002, p11) faktor utama

47

ditemukannya pendekatan berorientasi objek adalah adanya kekurangan – kekurangan

pada pendekatan terstruktur yaitu:

o Biaya pengembangan perangkat lunak yang berkembang sesuai dengan

berkembangnya keinginan atau kebutuhan pengguna sistem.

o Pemeliharaan yang sukar.

o Lamanya penyelesaian suatu proyek.

o Jangka waktu penyelesaian suatu proyek yang selalu terlambat.

o Biaya pengembangan perangkat lunak yang sangat tinggi.

2.5.2 Pengertian Object dan Classes

Menurut Mathiassen et al (2000, p4), objek adalah sebuah entitas yang memiliki

identitas, status, dan perilaku, misalnya adalah pelanggan yang memiliki identitas,

status, dan perilaku yang berbeda antara pelanggan yang satu dengan pelanggan yang

lainnya. Sedangkan class adalah deskripsi dari sekumpulan objek yang berbagi struktur,

behavioral pattern dan attributes yang sama.

2.5.3 Aktivitas Utama Object Oriented Analysis and Design

Mathiassen et al. (2000, pp14-15) menjelaskan empat buah aktivitas utama

dalam analisa dan perancangan berorientasi objek yang ada dibawah gambar berikut ini.

48

Gambar 2.3 Aktivitas utama dalam OOAD

Dibawah ini akan dijelaskan lebih lanjut keempat aktivitas utama pada OOAD

2.5.3.1 Analisis Problem Domain

Tujuan melakukan analisis problem domain adalah mengidentifikasi dan

memodelkan problem domain.

Sumber: Mathiassen et al (2000, p46)

Gambar 2.4 Aktivitas Analisis Problem Domain

49

Jadi pada analisis problem domain akan dilakukan tiga langkah yaitu

menentukan classes, structure dan behaviour.

2.5.3.1.1 Classes

Pada langkah awal classes, kita akan menentukan objek-objek yang ada

kemudian akan dilanjutkan dengan menentukan setiap event yang mungkin terjadi di

objek-objek yang ada. Setelah itu kita akan membuat event table yang merupakan table

yang merangkum keterlibatan objek-objek yang ada didalamnya dan juga event-event

yang mempengaruhi objek-objek tersebut.

2.5.3.1.2 Structure

Pada langkah kedua structure, kita akan menghubungkan class-class yang telah

dipilih akan dihubungkan berdasarkan tiga jenis hubungan yaitu generalisasi, agregasi,

atau asosiasi sehingga menjadi sebuah skema yang disebut class diagram. Menurut

Mathiassen (2000, p72-77) struktur terbagi atas dua yaitu struktur antar objek dan

struktur antar kelas :

o Struktur antar class yaitu generalisasi. Generalisasi adalah hubungan

struktural antara dua atau lebih kelas yang khusus dengan kelas yang

lebih umum. Relasi generalisasi dapat didefinisikan sebagai hubungan

yang dimana ada subclass (kelas yang khusus) dan juga superclass (kelas

yang umum). Contohnya adalah antara kendaraan dengan mobil dimana

kendaraan adalah superclass dan mobil adalah subclass. Disini dapat

dinyatakan bahwa mobil adalah kendaraan.

50

o Struktur antar objek dapat dibagi menjadi dua, agregasi dan asosiasi.

Agregasi adalah hubungan antara dua atau lebih objek yang menunjukkan

bahwa salah satu dari objek merupakan bagian dari suatu objek

keseluruhan. Hubungan agregasi dinyatakan sebagai hubungan ‘bagian

dari’. Contohnya adalah mobil dan roda dimana roda dapat dinyatakan

sebagai bagian dari mobil. Sedangkan asosiasi adalah hubungan antara

dua atau beberapa objek yang tidak mengimplikasikan adanya peringkat

antar objek yang dihubungkannya tersebut.

2.5.3.1.3 Behaviuor

Pada langkah ketiga yaitu aktivitas behaviour, kita akan melakukan

pendefinisian atribut dan behavioral pattern (pola behavior) dari setiap kelas. Pola

behavior adalah deskripsi dari semua kemungkinan event traces untuk semua objek

dalam sebuah kelas. Event traces adalah urutan event yang melibatkan suatu objek.

Menurut Mathiassen (2000, p93) behavioral pattern memiliki tiga bentuk yaitu

sequence, selection dan iteration.

o Sequence adalah pola dimana event akan terjadi setelah event tertentu

diselesaikan atau berurutan satu per satu.

o Selection adalah pola dimana hanya satu event yang terjadi dari beberapa

kemungkinan event yang dapat terjadi. Jadi event yang terjadi hanya satu

dan merupakan hasil pilihan.

o Iteration adalah pola event yang dapat terjadi berulang-ulang.

51

Hasil dari aktivitas behavioral ini adalah statechart yang menggambarkan semua

kemungkinan aktivitas dalam kelas mulai dari pembentukan kelas hingga ketika kelas

tersebut berhenti atau dari initial state sampai final state.

2.5.3.2 Analisis Application Domain

Menurut Mathiassen et al (2000, p115) application domain analysis bertujuan

untuk menentukan kebutuhan dari pemakaian sistem.

Sumber: Mathiassen et al (2000, p117)

Gambar 2.5 Aktivitas Application Domain

Jadi ada tiga langkah yang akan dilakukan pada tahap application domain yaitu

menentukan use cases, actor, function dan interface dari system.

2.5.3.2.1 Use Cases

Pada langkah awal usage, akan didefinisikan bagaimana pengguna (user)

berinteraksi dengan sistem. Menurut Mathiassen et al (2000, p119) usecase diagram

52

adalah pola interaksi antara sistem dengan actor dalam application domain. Actor adalah

abstraksi dari user ataupun sistem lain yang berinteraksi dengan target sistem. Jadi hasil

dari langkah awal ini adalah diagram yang menggambarkan interaksi antara pengguna

dan sistem.

2.5.3.2.2 Function

Pada langkah kedua function, akan didefinisikan kemampuan sistem memproses

informasi. Menurut Mathiassen (2000, p138) function adalah fasilitas untuk membuat

suatu model berguna bagi aktor. Terdapat empat tipe function yaitu :

o Update, merupakan fungsi yang ditimbulkan oleh event pada problem

domain dan menghasilkan suatu perubahan pada bagian model.

o Signal, merupakan fungsi yang ditimbulkan oleh perubahan pada bagian

model dan menghasilkan suatu reaksi dalam konteks, dimana reaksi ini

ditampilkan kepada actor atau intervensi langsung dalam problem

domain.

o Read, merupakan fungsi yang ditimbulkan oleh kebutuhkan akan

informasi dalam pekerjaan yang dilakukan oleh aktor dan menghasilkan

tampilan sistem yang berhubungan dengan bagian–bagian tertentu dari

model.

o Compute, merupakan fungsi yang ditimbulkan oleh kebutuhan informasi

dalam pekerjaan yang dilakukan oleh aktor dan terdiri dari perhitungan

yang berhubungan dengan informasi yang disediakan oleh aktor maupun

model, dimana hasilnya ditampilkan dalam bentuk hasil perhitungan.

53

2.5.3.2.3 Interface

Langkah terakhir adalah interface. Menurut Mathiassen et al (2000, p151)

Interface adalah fasilitas yang membuat model dari sistem dan fungsi–fungsinya tersedia

bagi pemakai sistem. Pada tahap interface ini akan menghasilkan navigation diagram

yang menggambarkan setiap windows yang akan ditampilkan dan bagaimana cara atau

langkah mengakses setiap windows tersebut. Kemudian akan dihasilkan sequence

diagram yang akan menjelaskan interaksi antar objek.

Menurut Mathiassen et al (2000, p344) navigation diagram adalah statechart

diagram yang berfokus pada user interface. Diagram ini menunjukan hubungan antara

interface yang ada satu sama lain. Transisi antar state dipicu oleh ditekannya sebuah

tombol yang menghubungkan dua interface.

Menurut Mathiassen et al (2000, p340) sequence diagram adalah diagram yang

menggambarkan iterasi dari sejumlah objek setiap waktu. Menurut Bennet et al. (2006,

p253) sequence diagram adalah interaksi antar objek yang diatur berdasarkan urutan

waktu. Aplikasi sequence diagram yang paling umum adalah untuk menggambarkan

interaksi antar objek yang terjadi pada sebuah use case atau sebuah operation.

Menurut Bennet et al. (2006, pp253-254) sequence diagram harus diberikan

frame yang memiliki heading dengan menggunakan notasi sd yang merupakan

kependekan dari sequence diagram. Menurut Bennet et al. (2006, p270) beberapa notasi

penulisan heading pada setiap frame yang terdapat dalam sequence diagram, antara lain:

o Alt merupakan kependekan dari alternatives yang menyatakan bahwa

terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk dijalankan.

54

o Opt merupakan kependekan dari optional dimana yang memiliki heading

ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika syarat tertentu

dipenuhi.

o Loop menyatakan bahwa operation yang terdapat dalam frame tersebut

dijalankan secara berulang selama kondisi tertentu.

o Break menyatakan bahwa semua operation yang berada setelah frame

tersebut tidak dijalankan.

o Par merupakan kependekan dari parallel yang menyatakan bahwa

operation dalam frame tersebut dijalankan secara bersamaan.

o Seq merupakan kependekan dari weak sequencing menyatakan bahwa

operation yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada

urutan manapun.

o Strict merupakan kependekan dari strict sequencing yang menyatakan

bahwa operation harus dilakukan secara berurutan.

o Neg merupakan kependekan dari negative yang menyatakan bahwa

operasi yang tidak valid.

o Critical menyatakan bahwa operasi-operasi yang terdapat di dalamnya

tidak memiliki sela yang kosong.

o Ignore menyatakan bahwa tipe pesan atau parameter yang dikirimkan

dapat diabaikan dalam interaksi.

o Consider menyatakan bahwa pesan mana yang harus dipertimbangkan

dalam interaksi.

o Assert merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan bahwa

urutan pesan yang valid.

55

o Ref kependekan dari refer yang menyatakan bahwa frame mereferensikan

operation yang terdapat di dalamnya pada sebuah sequence diagram

tertentu.

2.5.3.3 Analisis Architectural Design

Menurut Mathiassen et al (2000, p173), tujuan dari pembuatan architecture

design adalah untuk menyusun sistem yang terkomputerisasi.

Sumber: Mathiassen et al (2000, p176)

Gambar 2.6 Aktivitas Architectural Design

Jadi tiga langkah yang dilakukan pada tahap architectural design adalah criteria,

component architecture dan proses architecture.

Menurut Mathiassen et al (2000, p175), terdapat prinsip utama dalam pembuatan

architecture design yaitu:

o Mendefinisikan dan memprioritaskan kriteria

o Menjembatani antara kriteria yang dibuat dan technical platform

o Mengevaluasi design awal

56

2.5.3.3.1 Criteria

Jadi pada langkah awal criteria, akan ditentukan kriteria yang menjadi prioritas

di dalam sistem yang akan dirancang. Menurut Mathiassen et al (2000, pp177) kriteria

bertujuan untuk mengumpulkan property dari disain. Sedangkan pengkriteriaan adalah

pemilihan property dari arsitektur. Terdapat tiga kriteria dasar yang harus dimiliki dalam

rancangan yaitu:

o Usable: kemampuan adaptasi sistem terhadap organisasional, pekerjaan

yang dilakukan dan konteks teknikal.

o Flexible: harga yang dikeluarkan untuk memodifikasi sistem yang telah

ada

o Comprehensible: usaha yang dibutuhkan untuk mendapatkan pengertian

logis dari sistem.

Tabel 2.5 Criteria untuk Menentukan Kualitas Software

Sumber: Mathiassen (2000, p178)

Criterion Ukuran

Usable Kemampuan sistem beradaptasi dengan context organisasional dan teknikal

Secure Pencegahan akses ilegal terhadap data dan fasilitas

Efficient Eksploitasi ekonomis dari fasilitas technical platform

Correct Kesesuaian dengan kebutuhan

Reliable Fungsi yang dijalankan secara tepat

Maintainable Biaya untuk mencari dan memperbaiki kerusakan sistem

Testable Biaya untuk menjamin bahwa sistem melakukan fungsinya

Flexible Biaya memodifikasi sistem

Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk memahami sistem

Reusable Penggunaan bagian dari sistem ke dalam sistem lain yang berkaitan

Portable Biaya memindahkan sistem ke technical platform lain

Interoperable Biaya pemasangan sistem dengan sistem lain

57

2.5.3.3.2 Component Architecture

Pada langkah kedua component architecture, akan ditentukan struktur sistem dari

komponen-komponen yang berhubungan. Menurut Mathiassen et al (2000, p189–198)

Component bertujuan untuk menghasilkan struktur sistem yang comprehensible dan

flexible. Sedangkan component architecture adalah struktur sistem yang tersusun dari

komponen–komponen yang saling berhubungan. Component adalah kumpulan dari

bagian program yang telah didefinisikan dengan baik tanggung jawabnya. Terdapat tiga

pola architecture yaitu :

o Layered Architecture Pattern, arsitektur yang memiliki beberapa

komponen yang dirancang dalam bentuk lapisan-lapisan. Layered

Architecture Pattern terdapat interface atas dan bawah. interface atas

mendeskripsikan operasi yang disediakan oleh komponen di lapisan atas

sementara interface bawah mendeskripsikan operasi yang dapat diakses

oleh komponen dari lapisan dibawahnya. Berikut adalah contoh gambar

Layered Architecture Pattern.

<<Component>>Layeri

<<Component>>Parti,1

<<Component>>Parti,2

<<Component>>Parti,n

<<Component>>Layeri-1

<<Component>>Parti-1,1

<<Component>>Parti-2,2

<<Component>>Parti-n,n

<<Component>>Layeri+1

Sumber: Mathiassen et al (2000, p194)

Gambar 2.7 Layered Architecture Pattern

58

o Generic Architecture Pattern, arsitektur yang terdiri model sistem yang

terletak di lapisan paling bawah, diikuti dengan dengan function

diatasnya dan kemudian interface di lapisan teratas. Perangkat teknis bisa

diletakkan di bawah model dimana perangkat teknis ini terhubung dengan

model dan interface. Berikut adalah contoh gambar Generic Architecture

Patter.

Sumber: Mathiassen et al (2000, p196)

Gambar 2.8 Generic Architecture Pattern

o Client-Server Architecture Pattern, architecture ini dikembangkan untuk

sistem yang terdistribusi di beberapa area geografis yang berbeda.

59

Komponen dari arsitektur ini mencakup sebuah server dan beberapa klien

dimana klien-klien ini menggunakan server secara independent. Berikut

adalah contoh gambar Client-Server Architecture Pattern

<<Component>>Client1

<<Component>>Client2

<<Component>>Clientn

<<Component>>Server

Sumber: Mathiassen et al (2000, p197)

Gambar 2.9 Client–Server Architecture Pattern

2.5.3.3.3 Proses Architecture

Langkah ketiga proses architecture, Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk

mendefinisikan struktur fisik dari sistem. Menurut Mathiassen et al (2000, pp215)

terdapat tiga pola distribusi dari sistem yang menggambarkan struktural fisik sistem,

yaitu:

o Centralized Pattern. Pola ini bekerja dengan cara menyimpan semua data

di server pusat dan hanya mengijinkan client untuk mengendalikannya

melalui user interface. Semua kebutuhan dan update diimplementasikan

sebagai pemanggilan dari client kepada server. Berikut adalah contoh

Deployment Diagram untuk Centralized Pattern.

60

Sumber: Mathiassen et al (2000, p216)

Gambar 2.10 Deployment Diagram untuk Centralized Pattern

o Distributed Pattern. Pola ini memberikan gambaran yang berlawanan

dengan disain ideal dari Centralized Pattern. Dimana pada pola ini,

server hanya berfungsi sebagai model penghubung diantara client dan

segala data didistribusikan pada client. Berikut ini adalah contoh gambar

Deployment Diagram untuk Distributed Pattern.

61

Sumber: Mathiassen et al (2000, p217)

Gambar 2.11 Deployment Diagram untuk Distributed Pattern

o Decentralized Pattern. Pada pola ini, data umum diletakkan oleh client

pada server dan client memiliki data khusus tersendiri. Berikut adalah

gambar Deployment Diagram untuk Decentralized Pattern.

Sumber: Mathiassen et al (2000, p219)

Gambar 2.12 Deployment Diagram untuk Decentralized Pattern

62

2.6 Database

Menurut Conolly dan Begg (2005, p14) database adalah kumpulan logikal data

yang terhubung satu sama lain dan deskripsi dari data tersebut yang dirancang sebagai

informasi yang dibutuhkan.

Sistem basis data menurut Conolly dan Begg (2005, p16) Sistem basis data

adalah sistem piranti lunak untuk mendefinisikan, membuat, memelihara, mengontrol

dan mengakses database.

Database yang baik dan handal, pengorganisasian datanya harus melibatkan

lebih dari satu tabel. Seluruh tabel itu harus saling dihubungkan. Cara menghubungkan

satu tabel dengan yang lain dengan menggunakan :

o Primary Key, Data yang terdapat dalam suatu tabel tersusun dalam

bentuk baris dan kolom. Dari kolom-kolom tersebut terdapat satu kolom

yang secara unik mengidentifikasikan baris.

o Foreign Key adalah kolom yang nilainya bergantung pada primary key

dari tabel lain. Nilai kolom pada foreign key tidak perlu unik, sehingga

suatu nilai dapat muncul di beberapa baris.