bab 2 landasan teori 2.1 pencucian uang money launderingthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2012-2-00665-ak...

32
14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang 2.1.1 Pengertian Pencucian Uang Pencucian Uang atau yang sering sebut dengan istilah Money Laundering berasal dari bahasa Inggris yaitu Money yang berarti Uang dan Laundering yang berarti Pencucian. Jadi Money Laundering secara harfiah berarti Pencucian Uang atau pemutihan uang hasil kejahatan. Istilah Money Laundering kian hari kian disempurnakan. Di dalam perkembangannya, pengertian Pencucian Uang atau Money Laundering dimuat di dalam berbagai literatur maupun peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di suatu negara maupun organisasi internasional. Salah satu yang menjadi acuan dunia terkait pengertian Pencucian Uang dimuat dalam The United Nation Convention Againts Illcit Traffic in Narcotics, Drugs, and Psycotropic Subtantces of 1988 yang disahkan pada 19 Desember 1988. Dimana pengertian Money Laundering ini untuk yang pertama kali diratifikasi di Indonesia dengan dikeluarkannya Undang-Undang Tahun 1997 yang menghasilkan gambaran secara lengkap mengenai pengertian Pencucian Uang itu sendiri menurut Sutedi (2008) ialah: The convertion or transfer of property, knowing that such property derived from the purpose of concelling or of assisting any person who is involved in the commision of such an offence to evade the legal consequances of the true nature, sources, location, disposition, momment, rights with respect to, or ownership of property, knowing that such property is derived from a serious

Upload: dinhtram

Post on 13-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

14

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pencucian Uang

2.1.1 Pengertian Pencucian Uang

Pencucian Uang atau yang sering sebut dengan istilah Money Laundering

berasal dari bahasa Inggris yaitu Money yang berarti Uang dan Laundering yang

berarti Pencucian. Jadi Money Laundering secara harfiah berarti Pencucian Uang

atau pemutihan uang hasil kejahatan. Istilah Money Laundering kian hari kian

disempurnakan. Di dalam perkembangannya, pengertian Pencucian Uang atau

Money Laundering dimuat di dalam berbagai literatur maupun peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku di suatu negara maupun organisasi internasional.

Salah satu yang menjadi acuan dunia terkait pengertian Pencucian Uang

dimuat dalam The United Nation Convention Againts Illcit Traffic in Narcotics,

Drugs, and Psycotropic Subtantces of 1988 yang disahkan pada 19 Desember 1988.

Dimana pengertian Money Laundering ini untuk yang pertama kali diratifikasi di

Indonesia dengan dikeluarkannya Undang-Undang Tahun 1997 yang menghasilkan

gambaran secara lengkap mengenai pengertian Pencucian Uang itu sendiri menurut

Sutedi (2008) ialah:

The convertion or transfer of property, knowing that such property derived

from the purpose of concelling or of assisting any person who is involved in

the commision of such an offence to evade the legal consequances of the true

nature, sources, location, disposition, momment, rights with respect to, or

ownership of property, knowing that such property is derived from a serious

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

15

offence or offences of from an act of partivipation in such an offence of

offence.

Pernyataan tersebut berarti konversi atau pemindahan dari properti yang

diketahui berasal dari indikasi kegiatan terlarang untuk orang yang diketahui berasal

dari kegiatan terlarang, untuk tujuan menyembunyikan atau mengaburkan hal-hal

terlarang dari properti tersebut, atau membantu setiap orang yang terkait dalam

kegiatan yang ilegal untuk menghindari segala konsekuensi hukum dari tindakannya,

atau menyembunyikan dan mengaburkan dari sumber asli, lokasi, grup terkait,

pergerakan, hak, kepemilikan properti, dimana diketahui properti tersebut berasal

dari konspirasi jahat atau dari partisipasi dalam perbuatan jahat (Husein, 2002).

Sedangkan untuk Indonesia sendiri, pengertian Money Laundering atau Pencucian

Uang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang menyebutkan bahwa Pencucian

Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai

dengan ketentuan yang berlaku, dimana di dalam penekanannya tindak pidana

Pencucian Uang merupakan suatu kegiatan yang di dalamnya ada kegiatan

mentransfer, menempatkan, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,

menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan

lainnya atas harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil Tindak

Pidana dengan maksud menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta

kekayaan sehingga menjadi seolah-olah harta kekayaan yang sah.

Beberapa pengertian Pencucian Uang menurut para ahli antara lain:

1) Menurut Sutedi (2008:13) dalam bukunya yang berjudul Tindak Pidana

Pencucian Uang, memuat pengertian Pencucian Uang yang disebutkan oleh

Fraser mengemukakan bahwa “Money Laundering is quite simply the process

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

16

through which “Dirty” money (proceeds of crime), is washed through

“Clean” or legitimate sources and entreprises so that the “Bad Guys” may

more safely enjoy their ill gotten gains”. Artinya Pencucian Uang adalah

suatu proses sederhana melalui uang kotor yang diperoleh dari tindak pidana,

dicuci, atau dimasukkan kedalam sumber yang sah/ilegal, sehingga pelaku

tindak pidana dapat lebih aman menikmati keuntungan yang didapat dari

kejahatan mereka.

2) Menurut Sutedi (2008:14) dalam bukunya yang berjudul Tindak Pidana

Pencucian Uang, memuat pengertian Pencucian Uang yang dikemukakan

oleh Departement of Justice Kanada bahwa “Money Laundering is the

conversion of transfer of property, knowing that such property is derived

from criminal activity, for the purpose of concealing the illcit nature and

origin of the property from government authorities”. Yang berarti Pencucian

Uang adalah suatu metode konversi kekayaan dengan mengetahui bahwa

kekayaan tersebut berasal dari tindakan kriminal dengan tujuan untuk

menyembunyikan sumber pendapatan tersebut dari pemerintahan.

3) Menurut Suranta (2010:47) dalam bukunya yang berjudul Peranan PPATK

Dalam Mencegah Terjadinya Praktek Pencucian Uang, memuat pengertian

Pencucian Uang yang dikemukakan oleh Giavanoli (ibid), adalah suatu

proses yang mana aset-aset pelaku, terutama aset tunai yang diperoleh dari

suatu tindak pidana dimanipulasikan sedemikian rupa sehingga aset tersebut

seolah-olah berasal dari sumber yang sah.

Tindak pidana Pencucian Uang merupakan suatu kejahatan yang kerap terjadi

dalam kehidupan sehari-hari. Banyak bentuk atau metode penipuan yang dilakukan

oleh pelaku agar terhindar dari tuntutan hukum jika diketahui bahwa uang yang

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

17

diperolehnya bukan dari suatu kegiatan atau transaksi yang legal. Kegiatan

Pencucian Uang memiliki dampak negatif pada perekonomian suatu negara karena

dapat menghambat stabilitas ekonomi suatu negara. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa Money Laundering atau Pencucian Uang adalah suatu upaya yang dilakukan

oleh seseorang atau lebih yang dilakukan bertujuan untuk menghapuskan,

menyembunyikan, memindahkan, dan menyamarkan sumber-sumber penghasilan

yang diperoleh dari transaksi ilegal seperti penjudian, jual-beli obat bius,

penggelapan barang, dan transaksi ilegal lainnya yang kemudian

diinvestasikan/digunakan ke dalam suatu kekayaan yang legal sehingga diperoleh

pendapatan yang seolah-olah sah/legal.

2.1.2 Metode-Metode Pencucian Uang

Menurut Siahaan (2005:21), beberapa metode yang dilakukan dalam tindak

pidana Pencucian Uang yaitu:

1) Buy to Sell

Buy to Sell adalah suatu metode yang dilakukan dengan menjual atau

membeli suatu barang maupun jasa tertentu menggunakan dana yang

diperoleh dari Pencucian Uang. Dengan metode ini setiap aset atau kekayaan

yang diperoleh dari tindak pidana akan dirubah bentuknya menjadi legal serta

mempersulit para penegak hukum untuk melakukan penelusuran terkait

kekayaan illegal tersebut.

2) Metode dengan menggunakan Offshore Conversions dilakukan dengan cara

menempatkan dana yang diperoleh dari tindak pidana ke suatu wilayah Tax

Haven Country yang kemudian disimpan pada Bank atau lembaga keuangan

lainnya di wilayah atau negara tersebut. Hal ini dilakukan karena biasanya di

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

18

negara Tax Haven Country memiliki hukum perpajakan yang lebih longgar,

ketentuan kerahasiaan Bank yang cukup ketat, dan prosedur bisnis yang

mudah.

3) Legitimate Business Conversion

Legitimate Business Conversion adalah suatu metode yang dilakukan dengan

membeli instrumen keuangan yang ada di suatu perusahaan baik aset maupun

investasi sehingga diperoleh pendapatan yang legal. Dengan metode tersebut,

seorang pelaku tindak pidana dapat menjalankan bisnis maupun investasi

yang mana sumber pendanaannya diperoleh dari kegiatan tindak pidana yang

akan menghasilkan pendapatan legal/sah.

2.1.3 Penyebab Tindak Pidana Pencucian Uang

Tindak pidana baik yang dilakukan perorangan maupun organisasi seiring

perkembangannya semakin mengkhawatirkan. Kebutuhan dan desakan sosial

menuntut gaya hidup yang semakin meningkat membuat perorangan maupun

organisasi harus berusaha untuk tetap bertahan dalam memenuhi kebutuhan tersebut

yang tidak jarang dilakukan melalui transaksi tindak pidana. Transaksi tindak pidana

yang kerap terjadi saat ini untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah korupsi,

perjudian, jual beli minuman keras, perdagangan gelap, dan tindak pidana lainnya

yang semakin berkembang. Beratnya hukuman suatu negara yang membawahi setiap

perilaku warga negaranya, hal ini membuat para pelaku tindak pidana semakin

berhati-hati dalam menggunakan dana yang diperoleh dari transaksi pidana yang

dilakukannya.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

19

Menurut Philips (2012:21) dalam bukunya yang berjudul “Money

Laundering” menyebutkan bahwa ada beberapa faktor penyebab terjadi Money

Laundering yaitu:

1) Faktor Globalisasi

Kejahatan dan tindak pidana yang telah mendunia menyebabkan tindakan

tersebut menjadi hal yang biasa dilakukan setiap orang. Globalisasi yang

semakin berkembang menyebabkan mudahnya pelaku tindak pidana untuk

melakukan transaksinya dengan memanfaatkan sistem keuangan dan

perbankan disetiap negara tanpa adanya suatu batasan.

2) Perkembangan Teknologi

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi dalam mempermudah

aktivitas maupun kegiatan seseorang sangat dibutuhkan. Namun, juga

terdapat akibat negatif disamping kemudahan yang diperoleh dari

perkembangan teknologi tersebut. Salah satu akibat negatif perkembangan

teknologi adalah kerahasiaan seseorang menjadi tidak terkendali karena

teknologi dapat dimanfaatkan seseorang yang tidak bertanggung jawab untuk

mengakses informasi seperti akun rekening Bank yang mengakibatkan

banyaknya masalah pembobolan rekening.

3) Ketentuan Kerahasiaan Bank

Terkadang di suatu negara, perbankan memiliki peraturan yang tertutup

terkait informasi akun nasabahnya. Hal ini mengakibatkan sulitnya pihak

yang berwenang untuk melakukan pemeriksaan terkait akun nasabah yang

dianggap mencurigakan. Hal ini biasanya terjadi pada negara beresiko tinggi

antara lain yang diidentifikasikan sebagai Tax Haven Country seperti British

Virgin Island.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

20

4) Aturan Mengenai Nama Samaran

Yaitu suatu sistem yang memperbolehkan sesorang untuk membuka akun

rekening Bank dengan menggunakan nama samaran (inisial). Hal ini

mengakibatkan sulitnya mengetahui identitas asli sang pemilik akun

rekening karena seolah-olah dimiliki oleh orang lain (nama samaran), yang

dapat menghambat proses pemeriksaan.

5) Adanya Sistem Elektronic Money atau E-Money

Elektonic Money atau yang sering disebut dengan E-Money yaitu suatu sistem

yang menggunakan fasilitas internet untuk memudahkan kegiatan Pencucian

Uang yang sering disebut dengan “CyberLaundering” seperti Internet

Banking.

6) Diperkenannya Sistem Layering atau Pelapisan

Dalam sistem layering atau pelapisan, dimana pihak yang mempunyai dana

ingin mendepositokan atau membuka akun di suatu rekening Bank, dapat

menunjuk orang lain sebagai perwakilan yang telah disetujui. Dengan sistem

maupun ketentuan tersebut, pemilik awal atau pemilik sah dari dana tersebut

akan sulit untuk diketahui karena dana tersebut seolah-olah adalah milik

orang yang telah ditunjuk yang menjadi perwakilan.

7) Sistem Kerahasiaan

Sistem ini biasanya berkenaan adanya ketentuan hukum yang berkenaan

dengan kerahasiaan hubungan antara lawyer (pengacara) dengan kliennya,

maupun akuntan dengan kliennya.

8) Tidak Adanya Penanganan Hukum yang Tegas

Hal ini terjadi dikarenakan pemerintah dan penegak hukum yang berkaitan

dengan tindak pidana kejahatan seperti Money Laundering, tidak menangani

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

21

kejahatan tersebut secara tegas. Hal ini menyebabkan tindak pidana semakin

merajalela karena tidak adanya penanganan tegas yang berarti bagi para

pelaku sehingga tidak membuat pelaku jera untuk tetap melakukan tindak

pidana kejahatannya.

9) Tidak Adanya Undang-Undang Mengenai Pemberantasan Pencucian Uang

Hal ini biasanya terjadi di bebeberapa negara yang belum menerapkan

undang-undang tentang Pencucian Uang. Hal ini dikarenakan negara tersebut

belum menganggap kejahatan Pencucian Uang sebagai suatu tindak kejahatan

yang serius. Hal ini mengakibatkan maraknya tindak pidana Pencucian Uang

dinegara tersebut. Seperti Indonesia yang baru menerapkan Undang-Undang

tentang Pencucian Uang pada Tahun 2002 yang kemudian diperbaharui

dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010.

2.1.4 Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang Pada Sektor Perbankan

Di Indonesia sendiri khususnya dalam sektor perbankan, telah ditetapkan

peraturan untuk mencegah terjadinya tindak pidana Pencucian Uang, yang diatur

dalam PBI (Peraturan Bank Indonesia) Nomor 5/21//PBI/2003 yang merupakan

perubahan kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 Tentang

Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principle). Namun,

sebagaimana diungkapkan dalam pembukaan PBI (Peraturan Bank Indonesia)

Nomor 11/28/PBI/2009 huruf d menyatakan bahwa ketentuan tentang Penerapan

Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles) yang selama ini

berlaku, perlu disempurnakan. Dari latar belakang tersebut, sehingga BI (Bank

Indonesia) mengeluarkan peraturan terbaru Nomor 11/28/PBI/2009 Tentang

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

22

Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme

Bagi Bank Umum.

Undang-undang ini dikeluarkan mengingat bahwa Bank memiliki banyak

resiko usaha seperti Pencucian Uang. Dengan banyaknya resiko tersebut, sehingga

perlu untuk menerapkan prinsip dan ketentuan tersendiri dalam sektor perbankan.

Salah satu prinsip yang harus diterapkan adalah prinsip kehati-hatian. Salah satu

wujud nyata prinsip kehati-hatian adalah dengan mengenali secara lebih mendalam

nasabah Penyedia Jasa Keuangan seperti Bank melalui kartu identitas diri nasabah itu

sendiri, yang disebut dengan penerapan PMPJ (Prinsip Mengenal Pengguna Jasa).

Prinsip Mengenal Pengguna Jasa merupakan prosedur utama dan yang

pertama kali dilakukan dalam setiap transaksi Penyedia Jasa Keuangan seperti

perbankan. Seperti pada saat pembukaan rekening baru, Penyedia Jasa Keuangan

(Bank) harus meminta data identitas diri nasabah yang bersangkutan. Menurut PBI

Nomor 11/28/PBI/2009 pada Pasal 25 ayat (2) huruf d, permintaan identitas diri

tersebut paling kurang berupa informasi mengenai nama lengkap sesuai dengan yang

tercantum pada kartu identitas, alamat atau tempat dan tanggal lahir, nomor kartu

identitas, dan kewarganegaraan calon nasabah. Tujuan diberlakukannya prosedur

tersebut untuk melihat aktivitas normal berdasarkan latar belakang (profil) nasabah.

Sehingga dengan mengetahui profil nasabah, maka dapat diidentifikasi apakah

transaksi nasabah dikemudian hari dapat dianggap wajar atau tidak mengingat

banyaknya produk perbankan yang beresiko tinggi antara lain transfer dana, private

banking, dan internet banking.

Dalam kegiatan perbankan lainnya, seperti jasa penyetoran tunai, prosedur

utama yang harus dilakukan adalah mengisi formulir yang berisikan data diri

penyetor yang sesuai. Penerapan PMPJ sangatlah penting mengingat besarnya

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

23

kemungkinan terjadinya Pencucian Uang menggunakan jasa perbankan. Sehingga

perlu hubungan yang terlebih terbuka dan tetap memantau setiap perkembangannya

melalui catatan transaksi yang dilakukan oleh nasabah itu sendiri. Hal ini untuk

meminimalisir tanggungjawab akhir atas identifikasi dan verifikasi calon nasabah

sepenuhnya yang menjadi tanggung jawab Bank itu sendiri seperti yang disebutkan

dalam PBI Nomor 11/28/PBI/2009 pada Pasal 25 ayat (3).

Sebelum melakukan hubungan usaha dengan calon nasabah, ada beberapa

prosedur yang harus dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan dalam hal ini adalah

Bank, yang dimuat dalam PBI Nomor 11/28/PBI/2009 pada Pasal 11 yang terdiri

dari:

1) Pada ayat (1) menyebutkan bahwa sebelum melakukan hubungan usaha

dengan nasabah, Bank wajib meminta informasi yang memungkinkan Bank

untuk dapat mengetahui profil calon nasabah;

2) Pada ayat (2) menyebutkan bahwa identitas calon nasabah harus dapat

dibuktikan dengan keberadaan dokumen-dokumen pendukung;

3) Pada ayat (3) menyebutkan bahwa Bank wajib meneliti kebenaran dokumen

pendukung identitas calon nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (2);

4) Pada ayat (4) menyebutkan bahwa Bank dilarang membuka atau memelihara

rekening anonim atau rekening yang menggunakan nama fiktif;

5) Pada ayat (5) menyebutkan bahwa Bank wajib melakukan pertemuan

langsung (face to face) dengan calon nasabah pada awal melakukan

hubungan usaha dalam rangka meyakini kebenaran identitas calon nasabah;

6) Pada ayat (6) menyebutkan bahwa Bank wajib mewaspadai transaksi atau

hubungan usaha dengan nasabah yang berasal atau terkait dengan negara

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

24

yang belum memadai dalam melaksanakan rekomendasi FATF (Financial

Action Task Force).

Dokumen pendukung bagi calon nasabah perorangan menurut PBI Nomor

28/11/PBI/2009 antara lain KTP (Kartu Tanda Penduduk), SIM (Surat Izin

Mengemudi), kartu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), atau paspor yang masih

berlaku. Sedangkan dokumen pendukung untuk suatu perusahaan/ badan usaha

adalah akte pendirian dan/atau anggaran dasar perusahaan, dan izin usaha atau

izin lainnya dari instansi berwenang.

2.2 Penyedia Jasa Keuangan

2.2.1 Jenis Penyedia Jasa Keuangan

Yang termasuk Penyedia Jasa Keuangan menurut Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dimuat dalam Pasal 17 ayat (1)

huruf a yaitu

1) Bank;

2) Perusahaan pembiayaan;

3) Perusahaan asuransi dan perusahaan pialang asuransi;

4) Dana pensiunan dan lembaga keuangan;

5) Perusahaan efek;

6) Manajer investasi;

7) Kustodian;

8) Wali amanat;

9) Persposan sebagai penyedia jasa giro;

10) Pedagang valuta asing;

11) Penyelenggara alat pembayaran menggunakan kartu;

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

25

12) Penyelenggara e-money dan/ atau e-wallet;

13) Koperasi yang melakukan kegiatan simpan pinjam;

14) Pegadaian;

15) Perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan berjangka komoditi; dan

16) Penyelenggara kegiatan usaha pengiriman uang.

2.2.2 Penerapan PMPJ (Prinsip Mengenali Pengguna Jasa) pada Penyedia

Jasa Keuangan

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, memuat ketentuan bagi Penyedia

Pengguna Jasa untuk menerapkan PMPJ (Prinsip Mengenali Pengguna Jasa) yang

dimuat dalam Pasal 18 yang terdiri dari:

1) Pada ayat (1) menyebutkan bahwa lembaga pengawas dan pengatur

menetapkan ketentuan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa.

2) Pada ayat (2) menyebutkan bahwa pihak pelapor wajib menerapkan Prinsip

Mengenali Pengguna Jasa yang ditetapkan oleh setiap lembaga pengawas

dan pengatur sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

3) Kewajiban menerapkan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilakukan pada saat:

a) Melakukan hubungan usaha dengan pengguna jasa;

b) Terdapat transaksi keuangan dengan mata uang rupiah dan/ atau mata

uang asing yang nilainya paling sedikit atau setara dengan

Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

c) Terdapat transaksi keuangan mencurigakan yang terkait tindak pidana

Pencucian Uang dan tindak pidana Pendanaan Terorisme; atau

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

26

d) Pihak pelapor meragukan kebenaran informasi yang dilaporkan

pengguna jasa.

4) Lembaga pengawas dan pengatur wajib melaksanakan pengawasan atas

kepatuhan pihak pelapor dalam menerapkan Prinsip Mengenali Pengguna

Jasa.

5) Prinsip Mengenali Pengguna Jasa sekurang-kurangnya memuat:

a) Identifikasi pengguna jasa;

b) Verifikasi pengguna jasa; dan

c) Pemantauan transaksi pengguna jasa.

6) Dalam hal belum terdapat lembaga pengawas dan pengatur, ketentuan

mengenai Prinsip Mengenali Pengguna Jasa dan pengawasannya diatur

dengan Peraturan Kepala PPATK.

2.2.3 Transaksi Keuangan Mencurigakan pada Penyedia Jasa Keuangan

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, dalam Pasal 1 ayat (5)

mengenai Ketentuan Umum, ada memuat pengertian Transaksi Keuangan

Mencurigakan. Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah:

1) Pada huruf a menyebutkan bahwa Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah

transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau

kebiasaan pola transaksi dari pengguna jasa yang bersangkutan;

2) Pada huruf b menyebutkan bahwa Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah

transaksi keuangan oleh pengguna jasa yang patut diduga dilakukan dengan

tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib

dilakukan oleh pihak pelapor sesuai dengan ketentuan undang-undang ini;

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

27

3) Pada huruf c menyebutkan bahwa Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah

transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan

menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana;

atau

4) Pada huruf d menyebutkan bahwa Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah

transaksi keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh pihak

pelapor karena melibatkan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil

tindak pidana.

2.2.4 Penyampaian Transaksi Keuangan Mencurigakan oleh Penyedia Jasa

Keuangan

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Pasal 23 menyebutkan bahwa:

1) Pada ayat (1) menyebutkan bahwa Penyedia Jasa Keuangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, wajib menyampaikan laporan

kepada PPATK yang meliputi:

a) Transaksi keuangan mencurigakan

b) Transaksi Keuangan Tunai dalam jumlah paling sedikit

Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau setara dengan mata uang

asing yang nilainya setara, yang dilakukan baik dalam satu kali transaksi

maupun beberapa kali transaksi dalam 1 (satu) hari kerja; dan/ atau

c) Transaksi keuangan transfer dana dari dan luar negeri.

2) Dalam ayat (2) menyebutkan bahwa perubahan besarnya jumlah transaksi

keuangan tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan

berdasarkan Keputusan Kepala PPATK.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

28

3) Dalam ayat (3) menyebutkan bahwa besarnya jumlah transaksi keuangan

transfer dana dari dan ke luar negeri yang wajib dilaporkan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur dengan Peraturan Kepala PPATK.

4) Dalam ayat (4) menyebutkan bahwa kewajiban pelaporan atas transaksi

keuangan tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikecualikan

terhadap:

a) Transaksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan dengan

pemerintah dan bank sentral;

b) Transaksi untuk pembayaran gaji atau pensiun; dan

c) Transaksi lain yang ditetapkan oleh kepala PPATK atau atas

permintaan Penyedia Jasa Keuangan yang disetujui oleh PPATK.

5) Ayat (5) menyebutkan bahwa kewajiban pelaporan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b tidak berlaku untuk transaksi yang dikecualikan.

2.2.5 Sanksi Hukum Penyedia Jasa Keuangan

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang, memuat sanksi yang diberikan kepada Penyedia Jasa Keuangan

tidak terkecuali pada perbankan jika tidak melaporkan adanya transaksi keuangan

mencurigakan. Sanksi tersebut dimuat dalam Pasal 25 yang terdiri dari:

1) Pada ayat (1) menyebutkan penyampaian laporan transaksi keuangan

mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a

dilakukan sesegera mungkin paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah Penyedia

Jasa Keuangan mengetahui adanya unsur transaksi keuangan mencurigakan.

2) Pada ayat (2) menyebutkan bahwa penyampaian laporan transaksi keuangan

tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf b dilakukan

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

29

paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal transaksi

dilakukan.

3) Pada ayat (3) menyebutkan bahwa bahwa penyampaian laporan transaksi

keuangan transfer dana dari dan keluar negeri sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 23 ayat (1) huruf c dilakukan paling lama 14 (empat belas) hari kerja

terhitung sejak tanggal tanggal transaksi dilakukan.

4) Dalam ayat (4) menyebutkan bahwa penyedia jasa keuangan yang tidak

menyampaikan laporan kepada PPATK sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

ayat (2), dan ayat (3), dikenai sanksi administratif.

5) Pada ayat (5) menyebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk,

jenis, dan tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan peraturan Kepala PPATK.

2.2.6 Penundaan Pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan oleh

Penyedia Jasa Keuangan

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Penyedia Jasa Keuangan dapat

melakukan penundaan pelaporan transaksi keuangan mencurigakan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 26 yang memuat:

1) Pada ayat (1) menyebutkan bahwa Penyedia Jasa Keuangan dapat melakukan

penundaan transaksi paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak

penundaan transaksi dilakukan.

2) Pada ayat (1) menyebutkan bahwa penundaan transaksi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal pengguna jasa:

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

30

a) Melakukan transaksi yang patut diduga menggunakan harta kekayaan

yang berasal dari hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1);

b) Memiliki rekening untuk menampung harta kekayaan yang berasal

dari hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

(1); atau

c) Diketahui dan/ atau patut diduga menggunakan dokumen palsu.

3) Pelaksaan penundaan transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat

dalam berita acara penundaan transaksi.

4) Penyedia Jasa Keuangan memberikan salinan berita acara penundaan

transaksi kepada pengguna jasa.

5) Penyedia Jasa Keuangan wajib melaporkan penundaan transaksi kepada

PPATK dengan melampirkan berita acara penundaan transaksi dalam waktu

paling lama 24 (dua puluh empat) jam terhitung sejak waktu penundaan

transaksi dilakukan.

6) Setelah menerima laporan penundaan transaksi sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) PPATK wajib memastikan pelaksanaan penundaan transaksi

dilakukan sesuai dengan Undang-Undang ini.

7) Dalam hal penundaan transaksi telah dilakukan sampai dengan hari kerja

kelima, penyedia jasa keuangan harus memutuskan akan melaksanakan

transaksi atau menolak transaksi tersebut.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

31

2.3 Tindak Pidana Pencucian Uang

2.3.1 Sanksi Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang Perorangan

Di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 disebutkan mengenai sanksi

hukum tindak pidana Pencucian Uang perorangan yaitu:

1) Pasal 3 menyebutkan bahwa setiap orang yang menempatkan, mentransfer,

mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan,

membawa keluar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang

atau surat berharga, atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang

diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan

menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan dipidana

karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana paling lama 20 tahun

dan denda paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)

2) Pasal 4 menyebutkan setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan

asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan

yang sebenarnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya

merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud didalam Pasal 2 ayat

(1) dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara

paling lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima

miliar rupiah)

3) Didalam Pasal 5 disebutkan bahwa setiap orang yang menerima atau

menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan,

penitipan, penukaran, atau menggunakan harta kekayaan yang diketahuinya

atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

32

didalam Pasal 2 ayat (1) dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda

paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

2.3.2 Tindak Pidana Pencucian Uang Korporasi

1) Pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa dalam hal tindak pidana Pencucian Uang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 dilakukan oleh

Korporasi, pidana dijatuhkan terhadap Korporasi dan/ atau Personil

Pengendali Korporasi.

2) Di dalam Pasal 6 ayat (2) kemudian disebutkan bahwa pidana dijatuhkan

terhadap Korporasi apabila tindak pidana Pencucian Uang:

a) Dilakukan dan diperintahkan oleh Personil Pengendali Korporasi;

b) Dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud dan tujuan Korporasi;

c) Dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi pelaku atau pemberi perintah;

dan

d) Dilakukan dengan maksud memberikan manfaat bagi Korporasi.

2.3.3 Sanksi Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang Korporasi

Di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang jelas disebutkan beberapa sanksi

hukum tindak pidana Pencucian Uang Korporasi, yaitu:

1) Di dalam Pasal 7 ayat (1), disebutkan bahwa pidana pokok yang dijatuhkan

terhadap Korporasi adalah pidana denda paling banyak

Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

33

2) Ditambahkan kembali di dalam Pasal 7 ayat (2), selain pidana denda

sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (1), terhadap korporasi juga dapat

dijatuhkan pidana tambahan berupa:

a) Pengumuman putusan hakim;

b) Pembekuan sebagian atau seluruh kegiatan usaha Korporasi;

c) Pencabutan izin usaha;

d) Pembubaran dan atau pelarangan Korporasi;

e) Perampasan aset Korporasi untuk negara;dan/atau

f) Pengambilalihan Korporasi oleh negara.

3) Di dalam Pasal 8 disebutkan bahwa dalam hal harta terpidana tidak cukup

untuk membayar pidana denda sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 3,

Pasal 4, dan Pasal 5, pidana denda tersebut diganti dengan pidana kurungan

paling lama 1 tahun 4 bulan.

4) Di dalam Pasal 9 ayat (1) disebutkan bahwa dalam hal korporasi tidak

mampu membayar pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat

(1), pidana denda tersebut diganti dengan perampasan harta kekayaan milik

Korporasi atau Personil Pengendali Korporasi yang nilainya sama dengan

putusan pidana denda yang dijatuhkan.

5) Di dalam Pasal 9 ayat (2) ditambahkan bahwa dalam hal penjualan harta

kekayaan milik Korporasi yang dirampas sebagaimana dimaksud di dalam

ayat (1) tidak mencukupi, pidana kurungan pengganti denda dijatuhkan

terhadap Personil Pengendali Korporasi dengan memperhitungkan denda

yang telah dibayar.

6) Di dalam Pasal 10 disebutkan bahwa setiap orang yang berada di dalam atau

di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang turut serta

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

34

melakukan pencobaan, pembantuan, atau permufakatan jahat untuk

melakukan tindak pidana Pencucian Uang dipidana dengan pidana yang sama

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5.

2.3.4 Sanksi Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang Perbankan

Sanksi bagi perbankan terkait dengan tindak pidana Pencucian Uang dimuat

dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/28/PBI/2009 Pasal X (sepuluh). Sanksi

Bank tersebut antara lain menyebutkan:

1) Bank yang terlambat menyampaikan pedoman sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 45 huruf b yaitu pedoman pelaksanaan program APU (Anti Pencucian

Uang) dan PPT (Pencegahan Pendanaan Terorisme) sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 ayat (3) paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak

diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia ini, serta laporan transaksi

mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1), yaitu Bank

wajib menyampaikan laporan transaksi keuangan mencurigakan, laporan

transaksi keuangan tunai, dan laporan lain sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang kepada PPATK,

dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta

rupiah) per hari keterlambatan per laporan.

2) Bank yang belum menyampaikan pedoman atau laporan transaksi keuangan

mencurigakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam waktu lebih 1

(satu) bulan sejak batas akhir waktu penyampaian, dikenakan sanksi berupa

teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar Rp.50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah).

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

35

3) Bank yang:

a) Tidak melaksanakan komitmen penyelesaian hasil temuan

pemeriksaan Bank Indonesia dalam kurun waktu 2 (dua) kali

pemeriksaan dan/atau;

b) Tidak melaksanakan komitmen yang telah dituangkan dalam rencana

kegiatan pengkinian data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat

(2) huruf b,

Dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar paling

banyak sebesar Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

4) Sanksi lainnya yang dapat diterima oleh Bank lainnya sebagaimana dimaksud

dalam Pasal X (sepuluh) ayat (4) berupa:

a) Teguran tertulis;

b) Penurunan tingkat kesehatan Bank;

c) Pembekuan kegiatan usaha tertentu;

d) Pencantuman anggota pengurus, pegawai, dan/atau pemegang saham

dalam daftar pihak-pihak yang mendapat predikat tidak lulus dalam

penilaian kemampuan dan kepatutan atau dalam catatan administrasi

Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia

yang berlaku; dan/atau

e) Pemberhentian pengurus Bank.

2.4 Bank

2.4.1 Pengertian Bank

Perbankan di Indonesia sudah ada sejak tahun 1960-an dimana pada saat itu

lembaga Bank sangat diminati oleh masyarakat dalam istilah bahwa Bank tidak perlu

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

36

untuk mencari nasabah namun sebaliknya dimana nasabahlah yang berperan untuk

mencari Bank. Namun, seiring dengan perkembangannya sekitar tahun 1980-1990

jasa perbankan semakin aktif. Banyak Bank baru berdiri yang disebabkan oleh

kemudahan dalam mendirikan lembaga Bank. Seperti dengan modal

Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) setiap orang dapat BPR (Bank Perkreditan

Rakyat) yang mengakibatkan berdirinya banyak Bank di Indonesia. Hal ini

mengakibatkan semakin banyak pesaing-pesaing yang membuat Bank tersebut harus

aktif mencari nasabah untuk memperoleh dana yang kemudian akan dipergunakan

dalam kegiatan operasionalnya. Pada saat ini jasa perbankan bukan suatu hal yang

baru lagi baik di pedesaan maupun di kota karena dengan fasilitas Bank, banyak

kemudahan yang didapat seperti jasa menyimpan dana, transfer dana, dan manfaat

lainnya. Dalam pengertiannya, menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

menyatakan bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.

2.4.2 Fungsi Bank

Fungsi Bank secara umum terbagi atas 3 yaitu:

1) Agent of Trust

Dalam menjalankan fungsinya yang bergerak di bidang jasa, dan memiliki

peranan dan tanggung jawab yang sangat besar yaitu menghimpun dana dari

masyarakat yang berarti bahwa Bank berfungsi untuk dapat menjaga dan

mengelola dana tersebut dengan baik. Untuk memperoleh dana dari

masyarakat, kepercayaan merupakan faktor penting yang harus bisa

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

37

dipertanggungjawabkan oleh Bank. Bank harus dapat meyakinkan para

nasabah bahwa dananya tersebut dikelola dan dijaga dengan baik oleh Bank.

2) Agent of Development

Dengan adanya jasa perbankan, masyarakat dapat meminjam dana dari Bank

dengan memenuhi persyaratan yang ditentukan. Dana tersebut dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan perekonomian. Seperti

kegiatan investasi, kegiatan distribusi, menciptakan bidang usaha, dan

sebagainya. Dengan kegiatan ini akan semakin memudahkan dalam

meningkatkan kegiatan pembangunan perekonomian suatu negara.

3) Agent of Services

Bank dalam kegiatannya memiliki banyak fungsi selain menghimpun dana

yang kemudian disalurkan kembali ke masyarakat. Disamping itu, Bank juga

menawarkan jenis jasa lainnya, seperti jasa pengiriman dana, penitipan

barang berharga, dan jasa Bank lainnya.

2.4.3 Kegiatan Bank

Kegiatan Bank secara umum terdiri dari 2 aktivitas yaitu:

1) Menghimpun dana

Dalam kegiatan ini yang biasanya dilakukan oleh Bank adalah menawarkan

jasa penyimpanan yang dimiliki oleh Bank kepada masyarakat dan dapat

meyakinkan masyarakat bahwa dana yang dimilikinya akan dijaga dan

dikelola dengan baik oleh Bank. Contoh jasa simpanan Bank adalah:

a) Simpanan Giro.

Simpanan jasa giro merupakan salah satu bentuk simpanan yang

penarikannya dapat dilakukan kapan saja. Penarikan ini dapat dilakukan

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

38

dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Simpanan jasa giro juga

memberikan bunga kepada nasabah tergantung kepada masing-masing

ketentuan Bank.

b) Simpanan Tabungan

Simpanan tabungan adalah jenis tabungan dimana penarikannya dapat

dilakukan kapan saja melalui ATM (Anjungan Tunai Mandiri) dimana

saja. Untuk simpanan tabungan ini sendiri, akan diberikan bunga atas jasa

tabungannya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan simpanan

giro.

c) Simpanan Deposito

Simpanan deposito adalah simpanan yang penarikan atau pencairannya

hanya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu perjanjian yang

ditetapkan oleh nasabah dengan Bank. Namun, di beberapa Bank sudah

membuat ketentuan bahwa nasabah dapat melakukan penarikan kapan

saja sesuai dengan ketentuan yang ada. Untuk tingkat suku bunga,

simpanan deposito tergolong lebih besar jika dibandingkan dengan

simpanan tabungan.

2) Menyalurkan Dana Kepada Masyarakat

Pada kegiatan ini, yang menjadi kegiatan Bank adalah menyalurkan dana

yang telah di himpun dari masyarakat dan disalurkan kepada pihak-pihak

yang membutuhkkan dana sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang

ditetapkan. Jenis dana yang disalurkan oleh Bank dapat berupa:

a) Kredit Investasi

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

39

Kredit investasi ini biasanya merupakan dana jangka panjang yang

biasanya dipergunakan oleh pengusaha untuk menjalankan kegiatan

usahanya dengan perjanjian dan prosedur yang ditetapkan.

b) Kredit Modal Kerja

Kredit modal kerja adalah bentuk dana yang sifatnya jangka pendek yang

biasanya digunakan untuk membiayai usaha untuk kegiatan perdagangan.

c) Kredit Perdagangan Kredit

Kredit perdagangan kredit ini biasanya diberikan kepada pedagang-

pedagang yang digunakan untuk membeli barang dagangan dari pemasok

guna memperlancar kegiatan usahanya.

d) Kredit Konsumtif

Kredit konsumtif adalah jenis kredit yang diberikan untuk memenuhi

kebutuhan seseorang misalnya kebutuhan sandang dan sebagainya. Jadi

kredit ini diberikan bukan untuk kegiatan usaha dan sebagainya.

e) Kredit Produktif

Kredit ini diberikan untuk kegiatan usaha seperti investasi. Sehingga

diharapkan adanya pengembalian berdasarkan investasi yang ditanamkan.

2.5 Penelitian-Penelitian Sebelumnya

2.5.1 Louis dalam Prinsip Mengenal Nasabah Sebagai Upaya Pencegahan dan

Pemberantasan Praktek Pencucian Uang Melalui Transfer Dana”

Louis (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Prinsip Mengenal Nasabah

Sebagai Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Praktek Pencucian Uang Melalui

Transfer Dana” menyatakan bahwa Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

40

Customer) tidak hanya berguna untuk mendeteksi transaksi keuangan yang

kemungkinan merupakan tindak pidana Pencucian Uang, tetapi juga melindungi

Bank dari berbagai resiko dalam berhubungan dengan nasabah atau Counter-Party.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa praktek Pencucian Uang

mempunyai akibat yang kompleks yaitu merongrong perbankan, merugikan

masyarakat, dan negara yang berdampak menghambat pembangunan nasional. Untuk

mencegah tindak pidana Pencucian Uang, ada beberapa perangkat hukum yang

digunakan antara lain Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang dan Peraturan

Bank Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya perangkat hukum tersebut tidak

dapat diterapkan seutuhnya karena terdapat beberapa kendala oleh Bank karena

adanya pertimbangan akan kehilangan nasabah. Dalam penelitian ini, penulis

menyebutkan bahwa upaya yang dilakukan oleh Bank yang pada saat penelitian

dilakukan pada Bank Ganesha adalah dengan cara menunjuk Direktur Kepatuhan dan

membentuk UKPN untuk melaksanakan prinsip mengenal nasabah, melakukan

pembuatan sistem teknologi/software guna memonitor transaksi, dan Monitoring

Profile nasabah, serta terus mengadakan pengembangan dari sistem-sistem yang

sudah ada dan juga memberikan pelatihan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah baik

kepada pejabat maupun staf Bank. Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa

terdapat kendala dalam penerapan Prinsip Mengenal Nasabah yang berasal dari

masyarakat. Hal ini dikarenakan belum tersosialisasikannya dengan baik kepada

masyarakat mengenai Prinsip Mengenal Nasabah sehingga perlu adanya dukungan

dari pemerintah, Bank, dan masyarakat.

2.5.2 Afandi dalam “Pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia Nomor

5/23/PBI/2003 Mengenai Arti Pentingnya Prinsip Mengenal Nasabah

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

41

Bagi Bank Perkreditan Rakyat dalam Kaitannya dengan Tanggung

Jawab Bank sebagai Lembaga Keuangan”

Penelitian yang dilakukan oleh Afandi (2008) dengan judul “Pelaksanaan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/23/PBI/2003 Mengenai Arti Pentingnya Prinsip

Mengenal Nasabah Bagi Bank Perkreditan Rakyat dalam Kaitannya dengan

Tanggung Jawab Bank sebagai Lembaga Keuangan” menyebutkan bahwa Peraturan

Bank Indonesia Nomor 5/23/PBI/2003 telah ditetapkan di Jakarta sejak tanggal 23

Oktober 2003 yang berkaitan dengan sistem pengendalian resiko Bank Perkreditan

Rakyat. Di dalam penelitian ini juga disimpulkan bahwa di Kabupaten Kudus telah

diadakan sosialisasi yang di selenggerakan oleh Bank Indonesia untuk pelaksanaan

Peraturan Bank Indonesia yang berkaitan dengan Prinsip Mengenal Nasabah.

2.5.3 Lisanawati dalam “International Journal of Cyber Society and Education”

yang berjudul “ Electronic Funds in Money Laundering Crime: Regulation

Needed in Response to Meeting of Technology and Crime in Indonesia”

Menurut Lisanawati (2010:163-170) dalam judul penelitiannya “International

Journal of Cyber Society and Education” yang berjudul “Electronic Funds in Money

Laundering Crime: Regulation Needed in Response to Meeting of Technology and

Crime in Indonesia” menyebutkan bahwa kemajuan teknologi banyak membawa

pengaruh positif dalam berbagai bidang antara lain komunikasi, pendidikan,

perdagangan dan sebagainya. Namun, dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang

kemajuan teknologi banyak yang membawa dampak negatif. Lisanawati juga

menyebutkan bahwa salah satu dampak negatif kemajuan teknologi ini adalah

meningkatnya kejahatan yang dilakukan seperti transfer dana secara elektronik yang

bertujuan untuk Pencucian Uang. Lisanawati juga menekankan bahwa Pemerintah

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

42

Indonesia harus segera membuat peraturan dan perundangan yang berkaitan dengan

transfer dana secara elektronik yang berkaitan dengan tindak pidana Pencucian Uang.

2.5.4 Kumar dalam European Journal of Business and Management yang

berjudul “Money Laundering: Concept, Significance, and Its Impact”

Menurut Kumar (2012), dalam European Journal of Business and

Management yang berjudul “Money Laundering: Concept, Significance, and Its

Impact” menyebutkan bahwa Pencucian Uang adalah suatu proses dimana jumlah

uang yang diperoleh secara ilegal seperti perdagangan narkoba, kejahatan teroris, dan

kejahatan lainnya yang dimanipulasi sehingga terlihat dana legal. Pencucian Uang

memiliki banyak dampak negatif pada perekonomian dan stabilitas negara yang

harus ditangani secara serius. Penulis menyimpulkan bahwa Pencucian Uang adalah

masalah global yang harus dikendalikan secara global. Para pelaku kejahatan

Pencucian Uang ini menyebarkan kaki tangan mereka ke lembaga atau institusi legal

seperti pengacara, banker, akuntan, dan institusi lainnya untuk menyamarkan uang

haram tersebut agar terlihat seperti pendapatan yang sah. Dalam hal ini, para pelaku

menyisihkan sekitar 10-15% dari jumlah uang haram tersebut untuk membiayai kaki

tangan tersebut. Dari semua kaki tangan tersebut, di perkirakan yang paling besar

peranannya dalam melancarkan operasi kejahatan ini adalah banker. Kejahatan

tindak pidana Pencucian Uang ini merupakan suatu kejahatan yang bersifat

internasional dan harus ditangani dengan bersama-sama antar penegak hukum di

semua negara di dunia.

2.5.5 Josetta dalam “The Use of Customer Due Diligence to Combat Money

Laundering”

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

43

Penelitian yang dilakukan oleh Josetta (2013) dengan judul “The Use of CDD

(Customer Due Diligence) to Combat Money Laundering” menjelaskan bahwa

penggunaan prinsip CDD berdasarkan KYC (Know Your Customer) dalam perannya

melawan Pencucian Uang khususnya yang terjadi pada sektor perbankan. Penelitian

ini membahas pembuatan kerangka kerja strategi AML (Anti-Money Laundering)

yang menempatkan prinsip CDD dan prosedur lainnya yang terkait fungsi

manajemen resiko. Undang-undang dan strategi Amerika untuk mencegah Pencucian

Uang menggunakan prinsip KYC diidentifikasi sebagai komponen terpenting dari

manajemen resiko AML.

2.5.6 Nasution dalam “Memahami Praktek Pencucian Uang Hasil Kejahatan”

Menurut Nasution (2011) dengan judul penelitiannya “Memahami Praktek

Pencucian Uang Hasil Kejahatan” menyatakan bahwa meskipun kerjasama global

telah berhasil untuk disepakati untuk bersama-sama mencegah dan memberantas

tindak pidana Pencucian Uang secara internasional, namun dalam banyak kasus

tampaknya para penjahat masih bisa dengan leluasa melakukan tindak pidana. Hal ini

disebabkan cara yang dilakukan oleh pelaku lebih fleksibel dan terorganisir dengan

tingkat kerjasama yang cukup kuat dan solid. Peneliti juga menekankan walaupun

semua negara telah menetapkan undang-undang anti Pencucian Uang yang mengacu

kepada International Standard yang dikeluarkan oleh lembaga dan organisasi

internasional, tetapi pada kenyataanya masih selalu ada kesempatan yang

memungkinkan pelaku tindak pidana Pencucian Uang melakukan aksinya meskipun

kejadiannya pasang surut.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

44

2.5.7 Waluyo dalam “Upaya Memerangi Tindakan Pencucian Uang (Money

Laundering) Di Indonesia”

Waluyo (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Upaya Memerangi

Tindakan Pencucian Uang (Money Laundering) Di Indonesia” menyebutkan bahwa

pencegahan tindak pidana Pencucian Uang bukan suatu masalah yang mudah dan

sederhana meskipun semua negara diseluruh dunia sudah menerapkan peraturan

terkait rezim anti Pencucian Uang. Pada masa globalisasi saat ini, fenomena untuk

mencegah tindak pidana Pencucian Uang sudah dilakukan baik secara nasional

maupun internasional. Di Indonesia sendiri, untuk mencegah tindak pidana

Pencucian Uang sudah dilakukan melalui 2 (dua) kebijakan hukum yang mana

pendekatan pencegahan pada hukum perbankan seperti menerapkan prinsip

mengenal nasabah dan kebijakan hukum yang bersifat menghukum yang dimuat

dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002.

Tabel 2.1

Ikhtisar Penelitian Terdahulu

No. Nama, Judul Masalah Hasil 1. Go Lisanawati, “Electronic

Funds Transfer in Money Laundering Crime: Regulation Needed in Response to Meeting of Technology and Crime in Indonesia” (2010)

Meneliti masalah seberapa penting peraturan mengenai transfer dana elektronik dalam mencegah pencucian uang.

Indonesia perlu mengatur aktivitas transfer dana elektronik ke dalam hukum, tidak hanya dalam Peraturan internal seperti Bank Indonesia.

2. Vandana Ajay Kumar, “Money Laundering: Concept, Significance and its Impact” (2012)

Menjelaskan mengenai konsep, signifikansi dan dampak dari pencucian uang.

Pencucian uang adalah masalah global dan harus menarik perhatian masyarakat dunia.

3. Louis, “Prinsip Mengenal Nasabah Sebagai Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Praktek Pencucian Uang Melalui Transfer Dana” (2012)

Mencoba meneliti seberapa penting penerapan Prinsip Mengenal Nasabah untuk mencegah praktek tindak pidana Pencucian Uang.

Pencucian Uang mempunyai akibat yang kompleks yaitu merongrong perbankan, merugikan masyarakat, dan negara yang berdampak menghambat pembangunan nasional.

4. Afandi, “Pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/23/PBI/2003 Mengenai Arti Pentingnya Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Bank Perkreditan

Mencoba peneliti bagaimana peranan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/23/PBI/2003 mengenai arti pentingnya penerapan prinsip mengenal

Kabupaten Kudus telah diadakan sosialisasi yang di selenggerakan oleh Bank Indonesia untuk pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia yang berkaitan dengan Prinsip

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang Money Launderingthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00665-AK Bab2001.pdf · BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pencucian Uang ... yang kerap terjadi saat

45

Tabel 2.1

Ikhtisar Penelitian Terdahulu

No. Nama, Judul Masalah Hasil Rakyat dalam Kaitannya dengan Tanggung Jawab Bank sebagai Lembaga Keuangan” (2008)

nasabah oleh Bank Perkreditan Rakyat pada Kabupaten Kudus.

Mengenal Nasabah.

5. Josetta, “The Use of Customer Due Diligence to Combat Money Laundering” (2013)

Meneliti peran penggunaan prinsip Customer Due Dilitgence (CDD) berdasarkan Know Your Customer (KYC) dalam memerangi Pencucian Uang khususnya di area perbankan.

Hasil penelitian yang dilakukan menyebutkan arti pentingnya untuk menerapkan CDD berdasarkan prinsip KYC. Dalam hal ini, peneliti juga menyimpulkan bahwa penggunaan prinsip KYC di identifikasi sebagai komponen terpenting untuk AML (Anty Money Laundering)

6. Nasution, “Memahami Praktek Pencucian Uang Hasil Kejahatan” (2011)

Memahami Praktek Pencucian Uang Hasil Kejahatan

Meskipun semua negara telah menetapkan Undang-undang anti Pencucian Uang, tetapi pada kenyataanya masih selalu ada kesempatan yang memungkinkan pelaku tindak pidana Pencucian Uang melakukan aksinya meskipun kejadiannya pasang surut.

7. Waluyo, “Upaya Memerangi Tindakan Pencucian Uang (Money Laundering) Di Indonesia” (2009)

Membahas permasalahan yang muncul sehubungan dengan perihal pencucian uang.

Agar aparat penegak hukum di Indonesia, dalam hal ini Kepolisian dan Kejaksaan, tidak lagi menggunakan peraturan-peraturan hukum uang menjerat predicate offense, melainkan menggunakan undang-undang anti pencucian uang (UUTPPU), sebagai bentuk penanggulangan dan pemberantasan kejahatan pencucian uang.