bab 2 landasan teori 2.1 manajemen operasi · pdf file9 bab 2 landasan teori 2.1 manajemen...
TRANSCRIPT
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Operasi
Menurut P. Tampubolon (2014:6) Ada tiga pengertian yang penting
mendukung pelaksanaan kegiatan manajemen operasional yaitu: fungsi
manajemen operasional, sistem manajemen operasional dan keputusan di
dalam manajemen operasional. Pertama: manajemen operasional yang dapat
dinyatakan, bahwa manajer opersional bertanggung jawab untuk mengelola
bagian atau fungsi di dalam organisasi yang menghasilkan barang dan jasa.
Kedua: mengenai sistem yang berkaitan dengan perumusan sistem
transformasi (konversi) yang menghasilkan barang dan jasa. Terakhir,
merupakan unsur terpenting di dalam manajemen operasional yaitu
pengambilan keputusan, khususnya keputusan yang tidak terprogram dan
berisiko.
Selain itu Jay Heizer dan Berry Rander (2009:4) berpendapat bahwa
manajemen operasional adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai
dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output.
Kemudian Menurut Eddy Herjanto (2007:2), manajemen operasional adalah
suatu kegiatan yang berhubungan dengan pembuatan barang, jasa dan
kombinasinya, melalui proses transformasi dari sumber daya produksi
menjadi keluaran yang diinginkan. Sedangkan Pendapat lain yang
dikemukakan Manahan P. Tampubolon (2014:14), Manajemen operasional
definisikan sebagai manajemen proses konversi, dengan bantuan fasilitas
seperti: tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen masukan (input) yang
diubah menjadi keluaran yang diinginkan berupa barang atau jasa/layanan.
Dimana manajer dapat melakukannya dengan pendekatan Classical,
behavioral, dan model-model yang dianalisis dengan ilmu manajemen.
10
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen
operasional adalah serangkaian aktivitas yang berhubungan dengan pembuatan
barang, jasa dan kombinasinya, yang bertujuan untuk menghasilkan nilai.
2.2 Peramalan
2.2.1 Pengertian Peramalan
Peramalan merupakan gambaran keadaan perusahaan pada masa yang
akan datang. Gambaran tersebut sangat penting bagi manajemen perusahaan
karena dengan gambaran tersebut maka perusahaan dapat memprediksi
langkah-langkah apa saja yang diambil dalam memenuhi permintaan
konsumen.
Berikut pengertian peramalan dari beberapa ahli. Menurut Nasution
(2006:235) Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan
di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas,
waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan
barang ataupun jasa. Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan
produk – produk yang diharapkan akan terealisasi untuk jangka waktu
tertentu pada masa yang akan datang. Ramalan penjualan merupakan proses
aktivitas memperkirakan produk yang akan dijual dimasa mendatang dalam
keadaan tertentu dibuat berdasarkan data-data yang pernah terjadi atau
mungkin terjadi (Nafarin, 2007: 96).
Peramalan menurut jangka waktu menurut Nasution, Arman Hakim
(2003, 16) dibagi dalam 3 horizon waktu :
1. Peramalan jangka panjang, berkisar 2-10 tahun. Biasanya peramalan
digunakan untuk perencanaan produk dan sumber daya.
2. Peramalan jangka menengah, berkisar 1-12 bulan. Biasanya digunakan
untuk menentukan aliran kas, perencanaan produksi, dan penentuan
anggaran.
11
3. Peramalan jangka pendek, berkisar 1-5 minggu. Biasanya digunakan
untuk pengambilan keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur,
penjadwalan kerja, dll.
Sedangkan menurut Render dan Heizer (2001: 46), jika dilihat dari
jangka waktu ramalan yang telah disusun, maka peramalan dapat dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu :
1. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang memiliki rentang
waktu satu tahun tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan
jangka pendek digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan
kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan dan tingkat produksi.
2. Peramalan jangka menengah, biasanya berjangka tiga bulan hingga tiga
tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat dalam perencanaan penjualan,
perencanaan dan penganggaran produksi, penganggaran kas, dan
menganalisis berbagai rencana operasi.
3. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang memiliki rentang
waktu biasanya tiga tahun atau lebih, digunakan dalam merencanakan
produk baru, pengeluaran modal, lokasi fasilitas, atau ekspansi dan
penelitian serta pengembangan.
Ramalan memang tidak selalu tepat 100%, karena masa depan
mengandung masalah ke tidak pastian, namun dengan pemilihan metode
yang tepat dapat membuat peramalan dengan tingkat kesalahan yang kecil.
Dari seluruh pendapat para ahli di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
peramalan adalah memperkirakan sesuatu yang akan terjadi dengan
menggunakan data-data masa lalu.
2.2.2 Tujuan Peramalan
Pada dasarnya tujuan paramalan dalam suatu penelitian adalah
melakukan analisa terhadap situasi yang diteliti untuk memperkirakan situasi
dan kondisi yang akan terjadi dari sesuatu yang diteliti di masa depan.
Peramalan merupakan suatu alat bantu yang penting dalam
perencanaan yang efektif dan efisien. Dalam hal ini penyusunan suatu
12
rencana untuk mencapai tujuan atau sasaran suatu organisasi terdapat
perbedaan waktu antara kegiatan apa saja yang perlu dilakukan, kapan waktu
pelaksanaan dan oleh siapa dilaksanakan perencanaan dan peramalan sangat
erat kaitannya, ini dapat dilihat dalam hal penyusunan rencana, dimana
dalam penyusunan ini melibatkan masalah peramalan juga. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa peramalan merupakan dasar untuk menyusun
rencana. Menurut Gaspersz (2005) tujuan peramalan adalah untuk
meramalkan permintaan dari item-item independent demand di masa yang
akan datang. Sehingga dengan adanya peramalan produksi manajemen
perusahaan akan mendapatkan gambaran keadaan produksi dimasa yang
akan datang, dan akan memberikan kemudahan manajeman perusahaan
dalam menentukan kebijakan yang akan dibuat oleh perusahaan
2.2.3 Jenis Peramalan
Menurut Heizer dan Render (2005) pada jenis peramalan dapat
dibedakan menjadi beberapa tipe. Dilihat dari perencanaan operasi di masa
depan, maka peramalan dibagi menjadi 3 macam yaitu :
a. Peramalan ekonomi (economic forecast) menjelaskan siklus
bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang
dibutuhkan untuk membangun perumahandan indikator perencanaan
lainnya.
b. Peramalan teknologi (technological forecast) memperhatikan tingkat
kemajuan tehnologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik,
yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.
c. Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan
untuk produk atau layanan perusahaan. Proyeksi permintaan untuk
produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini juga disebut
peramalan penjualan, yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta
system penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan,
pemasaran, dan sumber daya manusia.
13
2.2.4 Peramalan Menurut Horizon Waktunya
Taylor (2004) mengemukakan bahwa waktu peramalan dapat dibagi
atas tiga kategori, yaitu:
a. Ramalan jangka pendek (short-range forecast) mencakup masa depan
yang dekat (immediate future) dan memperhatikan kegiatan harian suatu
perusahaan bisnis, seperti permintaan harian atau kebutuhan sumber
daya harian.
b. Ramalan jangka menengah (medium range) mencakup jangka waktu
satu atau dua bulan sampai satu tahun. Ramalan jangka waktu ini
umumnya lebih berkaitan dengan rencana produksi tahunan dan akan
mencerminkan hal-hal puncak dan lembah dalam suatu permintaan dan
kebutuhan untuk menjamin adanya tambahan untuk sumber daya untuk
tahun berikutnya.
c. Ramalan jangka panjang (long-range forecast) mencakup periode yang
lebih lama dari satu atau dua tahun. Ramalan ini berkaitan dengan usaha
manajemen untuk merencanakan produk baru untuk pasar yang berubah,
memangun fasilitas baru, atau menjamin adanya pembiayaan jangka
panjang.
2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peramalan
Permintaan suatu produk pada suatu perusahaan sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor lingkungan yang saling berinteraksi dalam pasar yang
berada di luar kendali perusahaan. Dimana faktor - faktor lingkungan
tersebut juga akan mempengaruhi peramalan.
Permintaan akan suatu produk pada suatu perusahaan merupakan resultan
dari berbagai faktor yang saling berinteraksi dalam pasar. Faktor-faktor ini
hampir selalu merupakan kekuatan yang berada diluar kendali perusahaan
(Taylor III, 2005:248). Berbagai faktor antara lain :
1. Siklus Bisnis
14
Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan produk
tersebut, dan permintaan akan suatu produk akan dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fase, inflasi
resesi, depresi, dan masa pemulihan.
2. Siklus Hidup Produk
Siklus hidup suatu produk biasanya mengikuti pola yang biasa disebut
kurva S. Kurva S menggambarkan besarnya permintaan terhadap waktu,
dimana siklus hidup suatu produk yang dibagi menjadi fase pengenalan,
fase pertumbuhan, fase kematangan, dan akhirnya fase penurunan.
Untuk menjaga kelangsungan usaha, maka perlu dilakukan inovasi
produk pada saat yang tepat.
3. Faktor Lain
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaan adalah reaksi
balik dari pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan usaha-usaha
yang dilakukan sendiri oleh perusahaan seperti peningkatan kualitas,
pelayanan, anggaran periklanan, dan kebijaksanaan pembayaran secara
kredit.
2.2.6 Tahap-Tahap Peramalan
Ada 8 tahap dalam melakukan peramalan (Heizer dan Render., 2009:150)
1. Menentukan penggunaan dari peramalan tersebut – tujuan apakah yang
ingin dicapai?
2. Memilih items atau kuantitas yang akan diramalkan.
3. Menentukan horison waktu dari peramalan – apakah 1 sampai 30 hari
(jangka pendek), 1 bulan sampai 1 tahun (jangka menengah), atau lebih
dari 1 tahun (jangka panjang) ?
4. Memilih metode peramalan.
5. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk membuat ramalan.
6. Menentukan metode peramalan yang tepat.
7. Membuat peramalan.
8. Mengimplementasikan hasil dari peramalan.
15
Tahap-tahap diatas merepresentasikan sebuah cara sistematik untuk
mengawali, merancang, dan mengimplementasikan sebuah sistem peramalan.
Ketika sistem peramalan tersebut digunakan untuk meramalkan secara
berkala, data juga harus dikumpulkan secara rutin, dan perhitungan yang
dibutuhkan atau prosedur yang biasanya dilakukan untuk membuat
peramalan dapat secara otomatis dijalankan.
2.2.7 Karateristik Peramalan yang Baik.
Peramalan permintaan memiliki karakteristik tertentu yang
berlaku secara umum. Karakteristik ini harus diperhatikan untuk menilai
suatu proses peramalan permintaan dengan metode yang digunakan.
Karakteristik peramalan permintaan adalah sebagai berikut (Nasution,
2003:28):
1. Akurasi.
Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasaan
dan kekonsistensian peramalan tersebut.hasil peramalan
dikatakan bias bila peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu
rendah dibandingkan dengan kenyataan yang terjadi. Hasil
peramalan dikatakan konsisten apabila besarnya kesalahan
peramalan relatif kecil.
2. Biaya.
Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan
tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode
peramalan dan metode peramalan yang dipakai.
3. Kemudahan.
Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan
mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi
perusahaan.
Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu
peramalan, maka ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu
(Nasution, 2003:29):
16
1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya
bisa mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak
dapat menghilangkan ketidakpastian tersebut.
2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa
ukuran kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung
kesalahan, maka adalah penting bagi peramal untuk
menginformasikan seberapa besar kesalahan yang mungkin
terjadi.
3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan dengan
peramalan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena pada
peramalan jangka pendek, faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan relatif masih konstan, sedangkan semakin panjang
periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan
terjadinya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan.
2.2.8 Metode Peramalan
Menurut Taylor III (2005:301) terdapat dua buah metode dalam
melakukan peramalan, yaitu metode Time Series dan metode Kausal, dimana
kedua metode ini memiliki 3 buah faktor yang mempengaruhi penilainnya.
Ketiga faktor itu adalah :
1. Faktor seri waktu (Time Series) : merupakan kategori teknik statistik
yang menggunakan data historis untuk menentukan perilaku yang akan
datang
2. Faktor Regresi : berusaha untuk mengembangkan hubungan-hubungan
sistematis antara item yang diramalkan dengan faktor yang
menyebabkan item tersebut memiliki perilaku tertentu, dimana
diterjemahkan dalam bentuk model regresi.
3. Faktor Kualitatif : berusaha untuk membuat peramalan dengan
menggunakan penilaian, opini, dan pendapat manajemen. Metode yang
17
biasa disebut “penilaian eksekutif” ini biasa digunakan oleh para
petinggi perusahaan untuk mendapatkan peramalan jangka panjang.
Peramalan dilakukan oleh sekelompok orang yang penilaiannya
dianggap valid dibandingkan dengan kelompok lain.
Metode-metode yang ada adalah :
a. Metode Time Series
Metode ini membuat peramalan dengan menggunakan asumsi
bahwa masa depan adalah fungsi dari masa lalu. Tujuannya adalah
untuk menentukan pola dalam deret data historis dan
menterjemahkan pola tersebut ke masa depan. Menganalisis time
series berarti membongkar data masa lalu menjadi komponen-
komponen dan kemudian memproyeksikan ke masa atau periode
yang akan datang. Model ini sendiri memiliki 6 metode peramalan
kuantitatif, yaitu :
1. Naive Method
Ft = Yt – 1
Keterangan :
Ft = Ramalan penjualan
Yt = Penjualan
2. Exponential Smoothing with trend
FIT = Ft + Tt
Keterangan
FIT = Ramalan penjualan
Ft = Hasil perhitungan dengan menggunakan α
Tt = Hasil perhitungan dengan menggunakan β
3. Exponential Smoothing
Ft = Ft-1 + (At-1 – Ft-1 ) α
Dimana :
Ft = Ramalan penjualan
Ft-1 = Ramalan sebelumnya
At-1 = Permintaan aktual periode sebelumnya
18
a = Konstanta penghalusan
4. Weighted Moving Average
Ft = (α x Yt1 + β x Yt2 + γ x Yt3)
Ft = Ramalan penjualan
α = Alpha
β = Beta
γ = Gamma
Yt1 = Penjualan bulan 1
Yt2 = Penjualan bulan 2
Yt3 = Penjualan bulan 3
5. Moving Average
Metode ini digunakan dan bermanfaat apabila kita
menggunakan asumsi bahwa permintaan pasar lebih stabil
sepanjang waktu. Metode ini dipakai untuk kondisi dimana
setiap data pada waktu yang berbeda mempunyai bobot yang
sama sehingga fluktuasi random data dapat diredam dengan
rata-ratanya. Apabila tidak semua data masa lalu dapat
mewakili asumsi pola data berlanjut terus di masa yang akan
datang, maka dapat dipilih sejumlah N data pada periode
tertentu saja.
Secara sistematis, metode rata-rata bergerak sederhana (yang
menjadi estimasi dari permintaan periode berikutnya)
ditunjukkan dengan :
Rata-rata bergerak n periode = n
∑ ) terdahuluperioden dalamn (Permintaa
dimana n adalah banyaknya periode dalam rata-rata bergerak.
b. Metode Kausal
Regresi linear, model kausal, bergabung menjadi model
variabel atau hubungan yang bisa mempengaruhi jumlah yang
sedang diramal. Model ini mengasumsikan bahwa faktor yang
diramalkan mewujudkan hubungan sebab akibat dengan satu atau
19
lebih independent variabel. Tujuan dari model ini adalah
menemukan bentuk hubungan tersebut dan menggunakannya untuk
meramalkan nilai mendatang dari dependent variabel. Pendekatan
ini lebih kuat dibandingkan metode seri waktu yang hanya
menggunakan nilai historis untuk variabel yang diramalkan.
1. Linear Regression
Model matematika yang kita gunakan pada metode kuadrat
terkecil dari proyeksi trend bisa digunakan untuk melakukan
analisis regresi linear. Variabel-variabel tak bebas yang akan
diramal tetap Y~ , namun sekarang variabel bebas x, bukan lagi
waktu.
Y = a + bx
Dimana,
Y = Nilai variabel tidak bebas, yaitu penjualan
a = Perpotongan sumbu Y
b = Kelandaian garis regresi
x = Variabel bebas
2.2.9 Ketepatan Peramalan
Ketepatan peramalan adalah suatu hal yang mendasar dalam
peramalan, yaitu bagaimana mengukur kesesuaian suatu metode peramalan
tertentu untuk suatu kumpulan data yang diberikan. Ketepatan dipandang
sebagai kriteria penolakan untuk memilih suatu metode peramalan. Dalam
permodelan deret berkala (time series) dari data masa lalu dapat diramalkan
situasi yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Untuk menguji
kebenaran ramalan ini digunakan ketepatan ramalan.
Beberapa kriteria yang digunakan untuk menguji ketepatan ramalan
antara lain:
1. Nilai Tengah Galat (Mean Error)
2. Nilai Tengah Galat Kuadrat (Mean Square Error)
20
3. Nilai Tengah Galat Absolut (Mean Absolute Error)
4. Nilai Tengah Galat Persentase Absolut (Mean Absolute Percentage
Error)
5. Nilai Tengah Galat Persentase (Mean Percentage Error)
6. Jumlah Kuadrat Galat (Sum Square Error)
7. Deviasi Standar Galat (Standard Deviation of Error)
2.3 Inventory
2.3.1 Pengertian Persediaan (Inventory)
Dalam suatu perusahaan baik itu perusahaan perdagangan maupun
perusahaan manufaktur pasti selalu mengandalkan persediaan. Persediaan
sebagai kekayaan perusahaan, memiliki peranan penting dalam operasi
bisnis. Dalam perusahaan manufaktur, persediaan dapat terdiri dari
persediaan bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi,
dan persediaan suku cadang. Pengertian persediaan menurut Chase, Jacobs,
dan Aquilano (2004), yaitu “Inventory is the stock of any item or resources
used in on organization. An inventory system is the set of police and control
that monitors levels of inventory and determines what levels should be,
maintained, when stock should be replenished and how large orders should
be”. Dalam bahasa Indonesia memiliki pengertian yaitu “Persediaan adalah
stok dari beberapa item atau sumber daya yang digunakan dalam suatu
organisasi. Suatu sistem persediaan merupakan suatu set kebijaksanaan dan
pengendalian dalam memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat
persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus disediakan dan berapa
jumlah persediaan yang harus dipesan.”
Dari penjelasan tersebut persediaan dapat didefinisikan sebagai suatu
bagian dari kekayaan perusahaan yang digunakan dalam rangkaian proses
produksi untuk diolah menjadi barang setengah jadi dan akhirnya menjadi
barang jadi ataupun sumber daya perusahaan yang disimpan untuk
mengantisipasi permintaan konsumen.
21
2.3.2 Jenis jenis Persediaan
Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut
beberapa cara. Dilihat dari fungsinya, menurut Sofjan Assauri (2004:170)
persediaan dapat dibedakan atas:
1. Batch Stock atau Lot Size Inventory, yaitu persediaan yang timbul
dimana barang-barang yang dibeli, dikerjakan/dibuat atau diangkut
dalam jumlah yang besar, sehingga barang-barang diperoleh lebih
banyak dan cepat daripada penggunaan atau pengeluarannya, dan untuk
sementara tercipta suatu persediaan. Keuntungan yang diperoleh dengan
adanya Batch Stock atau Lot Size Inventory antara lain adalah:
a. Memperoleh potongan harga pada harga pembelian.
b. Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economies) karena
adanya operasi atau “production run” yang lebih lama.
c. Adanya penghematan di dalam biaya angkutan.
2. Fluctuation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal
ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi
permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan yang
tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat
diramalkan terlebih dahulu.
Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka
persediaan ini (fluctuatian Stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk
menjaga kemungkinan naik turunnya oermintaan tersebut.
3. Anticipation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang
terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau
penjualan permintaan yang meningkat. Disamping itu Anticipation
Stock dimaksudkan pula untuk menjaga kemungkinan sukarnya
22
diperoleh bahan – bahan sehingga tidak mengganggu jalannya produk
atau menghindari kemacetan produksi.
Setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik tersendiri dan cara
pengelolaan yang berbeda. Menurut jenisnya, persediaan dibedakan menjadi:
1. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang
berwujud seperti baja, kayu, dan komponen-komponen lainnya yang
digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari
sumber-sumber alam atau dibeli dari pemasok atau dibuat sendiri oleh
perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/component)
yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen
yang diperoleh dari perusahaan lain di mana secara langsung dapat
dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies) yaitu persediaan
barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi tetapi bukan
merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan
barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam
proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi
masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu persediaan barang-barang
yang telah diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau
dikirim ke pelanggan.
2.3.3 Tujuan Persediaan (Inventory)
Menurut Freddy Rangkuti dalam bukunya yang berjudul “Manajemen
Persediaan, Aplikasi di Bidang Bisnis” (2004:15-16) fungsi-fungsi
persediaan adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Decoupling
Apabila persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi
permintaan pelanggan tanpa tergantung pada suplier. Persediaan bahan
23
mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung
pada pengadaanya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot siza ini perlu mempertimbangkan penghematan atau
potongan pembeliaan, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah
dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan pembelian
dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya yang timbul
karena besarnya persediaan.
3. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasar penglaman atau data-data masa
lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat
mengadakan persediaan musiman (seasonal inventories). Disamping itu,
perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu
pengiriman dan permintaan barang-barang selama periode tertentu.
Dalam hal ini perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang disebut
persediaan pengaman (safety stock/inventories).
Menghadapi ketiga unsur ketidakpastian tersebut pihak perusahaan
harus melakukan manajemen persediaan proaktif, dalam arti mampu untuk
mengantisipasi keadaan maupun menghadapi tantangan dalam manajemen
persediaan. Tantangan manajemen persediaan dapat berasal dari luar maupun
dari dalam perusahaan. Tantangan tersebut berkaitan erat dengan tujuan
diadakannya persediaan.
2.3.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Persediaan Bahan Baku
Faktor-faktor yang memengaruhi persediaan ini akan saling berkaitan,
sehingga secara bersama-sama akan memengaruhi persediaan bahan baku.
Faktor-faktor yang menentukan besarnya persediaan menurut Sofjan Assauri
(2004:186) diantaranya adalah :
24
1. Penggunaan bahan baku rata-rata
Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama
periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata
penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu
diperhatikan karena setelah kita mengadakan pesanan penggantian,
maka pemenuhan kebutuhan atau permintaan dari pelanggan sebelum
barang yang dipesan datang, harus dapat dipenuhi dari persediaan yang
ada. Kebutuhan atau permintaan dari pelanggan biasanya turun naik
(variable) dan tidak dapat diramalkan dengan penuh keyakinan. Oleh
karena itu walaupun kita telah meramalkan atau menaksir penggunaan
untuk kebutuhan atau permintaan pelanggan, akan tetapi tetap ada
resiko yang tidak dapat dihindarkan bahwa persediaan yang telah
ditetapkan sebelumnya atas dasar taksiran tersebut habis sama sekali
sebelum penggantian bahan atau barang dari pesanan dating. Turun
naiknya penggunaan ini membutuhkan kita mencari metode untuk dapat
memperkirakannya. Yang sering dipergunakan adalah rata-rata hitung
(average mean). Disamping rata-rata, perlu juga diketahui
penyimpangan dari rata-rata tersebut, karena adanya penggunaan yang
turun naik.
2. Faktor waktu atau lead time (procurement time)
Yang dimaksud dengan lead time adalah lamanya waktu antara mulai
dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan
bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan.
Lamanya wakti tersebut tidaklah sama antara satu pesanan dengan
pesanan yang lain, tapi bervariasi. Oleh karena itu, untuk suatu pesanan
yang dilakukan, lamanya waktu ini harus diperkirakan atau ditaksir,
walaupun resiko kesalahan masih tetap ada karena mungkin lebih besar
atau kecil. Biasanya persediaan yang diadakan adalah untuk menutupi
kebutuhan selama lead time yang telah diperkirakan. Akan tetapi
apabila kedatangan bahan tersebut terlambat atau lead time yang terjadi
lebih besar daripada yang diperkirakan, maka persediaan yang
25
ditetapkan semula tidak dapat memenuhi kebutuhan penggunaan. Oleh
karena itu, dibutuhkan adanya persediaan penyelamat, untuk
menghadapi keterlambatan kedatangan bahan yang dapat
mengakibatkan kemacetan produksi. Perkiraan atau penaksiran lead
time dari suatu pesanan yang dilakukan, biasanya dengan menggunakan
rata-rata hitung dari lead time dari beberapa kali pemesanan
sebelumnya. Sedangkan resiko kesalahan dari perkiraan ini diatasi
dengan menetapkan persediaan penyelamat dapat didasarkan atas
deviasi standar dari lead time dari beberapa kali pemesanan sebelumnya
tersebut atau dengan melihat kemungkinan (probability) dari adanya
keterlambatan kedatangan bahan dari beberapa pemesanan yang lalu.
2.3.5 Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan merupakan aktivitas mempertahankan jumlah
persediaan pada tingkat yang dikehendaki. Pada produk barang,
pengendalian persediaan ditekankan pada pengendalian material. Pada
produk jasa, pengendalian diutamakan sedikit pada material dan banyak pada
jasa pasokan karena konsumsi sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa
sehingga tidak memerlukan persediaan. Pelaksanaan fungsi ini akan
berhubungan dengan seluruh bagian yang bertujuan agar usaha penjualan
dapat intensif serta produksi dan penggunaan sumber daya dapat maksimal.
2.3.6 Tujuan Pengendalian Persediaan
Pengawasan persediaan yang dijalankan untuk memelihara terdapatnya
keseimbangan antara kerugian-kerugian serta penghematan dengan adanya
suatu tingkat persediaan tertentu, dan besarnya biaya dan modal yang
dibutuhkan untuk mengadakan persediaan tersebut. Tujuan persediaan secara
terperinci menurut Sofjan Assauri (2004:177) dapatlah dinyatakan sebagai
usaha untuk:
26
1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga
dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak
terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul
dari persediaan tidak terlalu besar.
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini
akan berakibat biaya pesanan menjadi besar.
Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian
persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari
bahan-bahan barang yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan
biaya-biaya yang minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan.
Dengan kata lain pengendalian persediaan untuk menjamin terdapatnya
persediaan pada tingkat yang optimal agar produksi dapat berjalan dengan
lancar dan biaya persediaan adalah minimal.
Pengendalian dalam suatu perusahaan manufaktur adalah untuk
menjaga agar tidak terjadi penyimpangan dari suatu yang telah direncanakan.
Sedangkan pengendalian persediaan adalah suatu aktifitas dari manajemen
untuk menetapkan besarnya yang akan digunakan perusahaan baik dalam
bentuk bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Dalam proses
tersebut yang perlu diperhatikan adalah agar penanaman modal di dalam
persediaan dapat seekonomis mungkin agar dapat memenuhi kebutuhan
produksi yang telah direncanakan. Adapun pentingnya pengendalian
persediaan dalam hubungan dengan proses produksi adalah untuk menjamin
kelancaran proses produksi dan kontinuitas pabrik, jangan sampai perusahaan
mengalami kehabisan persediaan, sehingga proses produksi dapat terus
berjalan lancar.
2.3.7 Langkah-langkah Pengendalian Persediaan
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2011) untuk menjaga
kelangsungan beroperasinya suatu pabrik atau fasilitas lain, diperlukan
27
bahwa beberapa jenis material tertentu dalam jumlah minimum tersedia di
gudang, supaya sewaktu-waktu ada yang rusak, dapat langsung diganti.
Tetapi material yang disimpan dalam persediaan juga jangan terlalu banyak,
ada maksimumnya, agar biayanya tidak menjadi terlalu mahal.
Pengendalian persediaan merupakan suatu sistem yang dilakukan
untuk memonitor semua transaksi yang terjadi pada persedian terutama pada
jumlah transaksi dan waktu transaksi. Berikut adalah beberapa tujuan
persediaan (Jacobs & Richard, 2011:594):
- Menjaga kelancaran operasi bisnis perusahaan
- Mengetahui variasi permintaan
- Fleksibilitas penjadwalan produksi
- Menjaga hal-hal yang tak terduga seperti adanya keterlambatan
pengiriman bahan
- Mengambil keuntungan dari ukuran pembelian bahan baku
Metode pengendalian persediaan mencari jawaban optimal dalam
menentukan jumlah ukuran pemesanan yang ekonomis (EOQ), titik
pemesanan kembali atau reorder point (ROP), dan jumlah stock cadangan
yang diperlukan (SS). Metode pengendalian persediaan yang bersifat statistic
ini biasanya digunakan untuk mengendalikan barang yang permintaannya
bersifat bebas dan pengelolannya tidak tergantung dengan ada tidaknya
produksi barang lain. Yang berpengaruh hanyalah mekanisme pasar.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pengendalian persediaan
berhubungan erat dengan jumlah pemesanan persediaan (Q) dan waktu yang
tepat untuk melakukan pemesanan (R).
Inventory control yaitu pengendalian tingkat persediaan sedemikian
rupa sehingga setiap kali barang diperlukan, selalu tersedia dan harus
menjaga agar tingkat persediaan seminimal mungkin untuk menghindari
investasi berupa biaya penyediaan yang besar. Secara ideal, sebetulnya
persediaan minimum seharusnya adalah nol dan persediaan maksimum
adalah sebanyak yang secara ekonomis mencapai optimal. Jadi dapat
dibayangkan bahwa pada waktu barang habis, pemesanan barang sejumlah
28
yang paling ekonomis datang. Tetapi ini perhitungan teori, artinya dalam
kenyataan tidaklah dapat dijamin bahwa perencanaan dapat secara sempurna
terpenuhi.
Ada kemungkinan pemakaian barang berubah dan meningkat secara
mendadak, ada kemungkinan barang yang dipesan datang terlambat dan
sebagainya. Oleh karena dalam menentukan minimum dan maksimum ini
ada faktor pengaman yang dapat dihitung berdasarkan pengalaman.
Berdasarkan pemikiran tersebut, timbul formula min-max stock untuk
pengisian kembali persediaan
Sistem persediaan terbagi dalam 2 periode sistem, yaitu single-period
system dan multi-period system. Pengelompokan ini berdasarkan pada
keputusan pembelian barang persediaan pada satu periode tertentu, dimana
dalam periode tersebut dilakukan satu kali pembelian, dan kemudian barang
persediaan tidak akan dipesan lagi hingga periode tersebut berakhir.
1. Single-period inventory system
Sistem persediaan ini dapat dimanfaatkan ketika barang yang akan
didistribusikan kepada konsumen memiliki limited life, tidak dipakai
untuk jangka waktu yang lama atau secara berkelanjutan seperti: tiket
pesawat terbang, fashion, dan lain-lain.
2. Multi-period system
Sistem persediaan ini dapat digunakan apabila barang persediaan akan
digunakan secara berkelanjutan. Sistem ini dibagi dalam 2 tipe yaitu
fixed-order period (Q-model) dan fixed-time period (P-model).
a. Q-Model
Untuk perhitungan jumlah pemesanan barang yang optimal dan re-
order point, rumus yang digunakan adalah:
H
DSQopt
2=
LzsSS =
SSLdR +=
29
Dimana:
z = standar deviasi untuk service probability ,
D = demand selama 1 tahun
S = biaya pemesanan
H = biaya penyimpanan
SS = safety stock
R = re-order point
Q* = jumlah pemesanan optimal
b. P – Model
P-model mengacu pada aturan pemesanan yang bersifat regular
mengikuti suatu periode yang tetap, tetapi kuantitas dari barang
yang dipesan berbeda-beda. Namun, kesulitan dalam
pengimplementasian teknik in adalah diskontinuitas permintaan
kebutuhan bersih, sehingga interval pemesanan yang telah
ditentukan sebelumnya tidak berlaku lagi. Perhitungan jumlah
pemesanan yang optimal adalah sebagai berikut:
*)(2
1
*
2*
)*(*
dTSSI
LTzsSS
HD
ST
ISSLTdQ
+=
+=
=
−++=
Dimana:
I = Persediaan dalam stock
T* = Selang waktu pemesanan kembali
L = Waktu pengiriman
s = Standar deviasi
SS = Safety Stock
d = Permintaan rata-rata
30
Adapun dalam inventory control khususnya pada pengendalian
persediaan bahan baku dengan menggunakan metode min-max stock meliputi
beberapa tahapan yaitu:
1. Pardede (2005:422) menyatakan bahwa Economic Order Quantity
menunjukan sejumlah barang yang harus dipesan untuk tiap kali
pemesanan agar biaya persediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin
sedangkan menurut Haizer dan Render (2005:68) model kuantitas
pesanan ekoomis merupakan salah satu teknik pengendalian persediaan
yang paling tua dan paling di kenal secara luas. Jadi jumlah pesanan
yang paling ekonomis (Economic Order Quantity), menurut Sofjan
Assauri (2004:182) dapat diartikan sebagai: “Economic order quantity
merupakan jumlah atau besarnya pesanan yang memiliki jumlah
ordering costs dan carrying costs per tahun paling minimal”. Sedangkan
menurut Freddy Rangkuti (2004:11) economic order quantity, dapat
diartikan sebagai: “Jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali
pesan dengan biaya yang paling rendah”.
Perhitungan EOQ dengan menggunakan rumus menurut Indrajit dan
Djokopranoto (2011)
Ch
DCoEOQ
.2
Keterangan :
EOQ : Jumlah persediaan yang ekonomi
D : Kebutuhan bahan baku dalam satu periode
Co : Biaya pesan bahan baku
2. Menentukan Persediaan Minimum (Minimum stock). Minimum Stock
adalah jumlah pemakaian selama waktu pesanan pembelian yang
dihitung dari perkalian antara waktu pesanan per periode dan pemakaian
rata-rata dalam satu bulan/minggu/hari ditambah dengan persediaan
pengaman. Persediaan minimum merupakan batas jumlah persediaan
yang paling rendah atau kecil yang harus ada untuk suatu jenis bahan
atau barang. Oleh karena persediaan minimum ini dimaksudkan untuk
31
menghindari kemungkinan kekurangan bahan atau persediaan (stock
out), maka persediaan minimum ini merupakan persediaan penyelamat
(safety stock). Jadi besarnya persediaan minimum dalam suatu
perusahaan hendaknya sama dengan besarnya persediaan penyelamat
(safety stock).
Rumus Persediaan Minimum (Minimum Inventory) menurut Indrajit dan
Djokopranoto (2011)
Minimum Inventory = (T x C) + R
Keterangan:
T = Pemakaian barang rata-rata per periode (ton/meter/liter)
C = Lead Time (bulan)
R = Safety Stock (ton)
3. Menentukan Persediaan Maksimum (Maximum Inventory). Maximum
Stock adalah jumlah maksimum yang diperbolehkan disimpan dalam
persediaan. Jumlah yang perlu dipesan untuk pengisian persediaan
kembali. Persediaan maksimum merupakan batas jumlah persediaan
yang paling besar (tertinggi) yang sebaiknya dapat diadakan oleh
perusahaan. Batas persediaan maksimum ini kadang-kadang tidak
didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan keefektifan kegiatan
perusahaan. Sehingga persediaan maksimum dalam hal ini hanya
didasarkan atas kemampuan perusahaan saja terutama kemampuan
keuangan perusahaan, kemampuan gudang yang ada dan pembatasan-
pembatasan dari sifat-sifat atau kerusakan bahan-bahan tersebut.
Rumus Persediaan Maksimum (Maximum Inventory) menurut Indrajit
dan Djokopranoto (2011)
Maximum Inventory = 2(T x C)
Keterangan:
T = Pemakaian barang rata-rata per periode (ton/meter/liter)
C = Lead Time (bulan)
32
4. Menentukan Persediaan Pengaman (Safety Stock). Safety Stock atau
persediaan pengaman adalah persediaan ekstra yang perlu ditambah
untuk menjaga sewaktu-waktu ada tambahan kebutuhan atau
keterlambatan kedatangan barang.
Rumus Persediaan Pengaman (Safety Stock) menurut Indrajit dan
Djokopranoto (2011)
Safety Stock = (Pemakaian Maksimum — T) x C
Keterangan:
T = Pemakaian barang rata-rata per periode (ton/meter/liter)
C = Lead Time (bulan)
5. Titik atau tingkat pemesanan kembali (reorder point/level). Titik
pemesanan kembali adalah suatu titik atau batas dari jumlah persediaan
yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus diadakan kembali.
Dalam menentukan titik ini kita harus memperhatikan besarnya
penggunaan bahan selama bahan-bahan yang dipesan belum diterima,
ditentukan oleh factor waktu dan penggunaan rata-rata.
Tingkat Pemesanan Persediaan Kembali (Reorder Point) menurut
Indrajit dan Djokopranoto (2011)
DD = D : Days per Year
ROP = SS + (LT x DD)
Keterangan
DD = Days Demand rate
SS = Persediaan Pengaman yang selalu ada di perusahaan
LT = Lead time ( 1 Minggu ) = 7 hari
2.4 Kerangka Penelitian
Pada saat ini PT. Anugrah Artha Winasis sedang mengalami
kemajuan. PT. Anugrah Artha Winasis termasuk dalam salah satu perusahaan
pemroduksi cat dengan merek dagang RINCON PAINT. Selain itu
permintaan akan produk cat yang semakin bertambah. Hal ini berakibat pada
tingkat produksi juga harus meningkat. Tapi kemajuan itu tidak akan
33
bertahan lama jika tidak didukung oleh setiap komponen perusahaan, salah
satunya yaitu tersedianya persediaan yang mencukupi agar proses produksi
berjalan lancar.
Bahan baku merupakan unsur penting dari modal kerja dan merupakan
aktiva yang secara terus-menerus mengalami perubahan. Kekurangan atau
kelebihan persediaan bahan baku merupakan gejala yang kurang baik.
Kekurangan dapat berakibat kehilangan pelanggan, sedangkan kelebihan
persediaan dapat berakibat pemborosan atau inefisiensi. Persediaan bahan
baku yang lebih besar dibandingkan dengan kebutuhannya akan
memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang. Sebaliknya,
adanya persediaan bahan baku yang lebih kecil akan menghambat proses
produksi. Perusahaan tidak dapat bekerja secara optimal dan akan berdampak
pada kurangnya keuntungan perusahaan. Sehingga digunakan empat metode
dalam pengendalian persediaan bahan baku yaitu:
1. Economic Order Quantity (EOQ)
2. Menentukan Persediaan Minimum-Maximum Inventory
3. Menentukan Persediaan dengan metode P-Model
4. Menentukan persediaan dengan metode Q-Model
Berikut merupakan kerangka penelitian yang akan digunakan dalam mendukung
proses penelitian:
34
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Solusi untuk
PT. Anugrah Artha Winasis
PT. Anugrah Artha Winasis
Melakukan peramalan
terhadap penjualan cat
Pengendalian Persediaan Kekurangan
Bahan Baku
Persediaan
Kelebihan
Bahan Baku
Persediaan
Metode P Model
1. Safety Stock
2. Persediaan Minimum
3. Persediaan Maksimum
4. Jumlah Pemesanan
Persediaan Kembali
Metode Q Model
1. Safety Stock
2. Persediaan Minimum
3. Persediaan Maksimum
4. Jumlah Pemesanan
Persediaan Kembali
35