bab 2 landasan teori 2.1 kerangka teori -...

43
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori E-Learning Definisi Pembelajaran Definisi Guru dan Siswa Matematika Fungsi Matematika Tujuan Matematika TAHAP 1 : ANALISA - Kebutuhan Organisasi - Kebutuhan Pelatihan - Budaya Organisasi - Infrastruktur TAHAP 2 : PERENCANAAN - Network - LMS - Materi - Marketing TAHAP 3 : PELAKSANAAN - Pre-Launch - Launch - Post Launch TAHAP 4 : EVALUASI - Level 1 - Level 2 - Level 3 - Level 4 Definisi Manajemen Definisi Multimedia Change Management Strategi Perubahan Rich Picture Sistem Informasi Arsitektur dan Infrastruktur Sistem Informasi Komponen Dasar Sistem Informasi Data VS informasi Jenis Data Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Survei : - Wawancara - Kuesioner Construct Skala Sederhana Skala Ordinal BAB 2 LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis 1. Response Bias 2. Non Response Bias Gantt Chart Goal E-Learning Definisi E-Learning 3 Tipe E-Learning 5 Tipe Materi E-Learning Prinsip Prinsip E-Learning Design E-Learning yang baik Strategi Pengembangan E-Learning Penyajian Data Cost Benefit Analysis UML Gambar 2.1 – Kerangka Teori

Upload: truongnguyet

Post on 02-Jul-2018

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kerangka Teori

E-Learning

Definisi PembelajaranDefinisi Guru dan Siswa

MatematikaFungsi MatematikaTujuan Matematika

TAHAP 1 : ANALISA

- Kebutuhan Organisasi- Kebutuhan Pelatihan- Budaya Organisasi

- Infrastruktur

TAHAP 2 : PERENCANAAN

- Network- LMS

- Materi- Marketing

TAHAP 3 : PELAKSANAAN

- Pre-Launch- Launch

- Post Launch

TAHAP 4 : EVALUASI

- Level 1- Level 2- Level 3- Level 4

Definisi ManajemenDefinisi Multimedia

Change Management

Strategi Perubahan

Rich Picture

Sistem InformasiArsitektur dan Infrastruktur Sistem Informasi

Komponen Dasar Sistem Informasi

Data VS informasi

Jenis Data

Sumber Data

Metode Pengumpulan Data

Metode Survei :- Wawancara- Kuesioner

Construct Skala SederhanaSkala Ordinal

BAB 2LANDASAN TEORI

Kesalahan Sistematis1. Response Bias

2. Non Response Bias

Gantt Chart

Goal E-Learning

Definisi E-Learning

3 Tipe E-Learning

5 Tipe Materi E-Learning

Prinsip Prinsip E-Learning

Design E-Learning yang baik

Strategi Pengembangan E-Learning

Penyajian Data

Cost Benefit Analysis

UML

Gambar 2.1 – Kerangka Teori

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

8

2.1.1 Definisi Pembelajaran

Pembelajaran menurut Puraningsih (Psiko Edukasi - Jurnal Pendidikan,

Psikologi dan Konseling, 2006, p64) adalah suatu proses kegiatan belajar dan mengajar

yang dilakukan di kelas atau di luar kelas, secara individual, kelompok atau klasikal

dengan tujuan menjadikan siswa belajar.

2.1.2 Definisi Guru dan Siswa

Menurut Puraningsih (Psiko Edukasi - Jurnal Pendidikan, Psikologi dan

Konseling, 2006, p64) Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar, bertindak

sebagai pengelola kegiatan pembelajaran, katalisator kegiatan pembelajaran, dan

peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang

efektif. Siswa adalah orang yang belajar dan orang yang membutuhkan bantuan agar

kemungkinan potensi yang terdapat pada dirinya berkembang dengan baik. Siswa adalah

subyek dalam pembelajaran dan seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima dan

penyimpan pembelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2.1.3 Matematika

2.1.3.1 Definisi Matematika

Puraningsih (Psiko Edukasi - Jurnal Pendidikan, Psikologi dan Konseling, 2006,

p65), menyatakan bahwa Matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti

ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang

digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Dalam Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK), Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek

abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

9

diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran yang sebelumnya sudah diterima, sehingga

keterkaitan antar konsep dalam matematika bersikap sangat kuat dan jelas.

2.1.3.2 Fungsi dan Tujuan Matematika

Puraningsih (Psiko Edukasi - Jurnal Pendidikan, Psikologi dan Konseling, 2006,

p65), menyatakan bahwa menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi, matematika

mempunyai fungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar (melalui kegiatan

penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen) sebagai alat pemecahan masalah melalui pola

pikir dan model matematika, serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik

dan diagram. Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berpikir secara

sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten.

2.1.4 Definisi Multimedia

Menurut Vaughan (2004, p1), multimedia adalah kombinasi dari text, grafik,

suara, gambar, animasi dan video yang dimanipulasi secara digital. Ketika user bisa

mengatur apa dan kapan masing-masing elemen itu disampaikan, maka multimedia yang

anda buat tadi, akan menjadi interaktif multimedia.

Menurut Turban et al. (2003, p104), software multimedia setidaknya

menggabungkan 2 media untuk input atau output dari data. Media-media ini meliputi

suara, animasi, video, text, grafik dan gambar. Multimedia dapat juga diartikan sebagai

kombinasi spatial-based media (teks dan gambar) dengan time-based media (suara dan

video)

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

10

2.1.5 Definisi Rich Picture

Mathiassen et al. (2000, p26) mendefinisikan rich picture sebagai suatu gambar

informal yang mewakili pengertian orang yang menggambar terhadap suatu situasi.

2.1.6 UML

2.1.6.1 Definisi UML

Menurut Turban, et al (2003, pp.115), UML (Unified Modelling Language)

adalah sebuah bahasa untuk menspesifikasikan, memvisualisasikan, membangun dan

mendokumentasikan “artifak” seperti class, object, dll didalam sistem software yang

berbasiskan objek. UML membuat penggunaan kembali dari “artifak” ini menjadi lebih

mudah karena UML menyediakan seperangkat set notasi umum yang dapat digunakan

untuk semua tipe project software.

Sedangkan, Menurut Whitten, et al (2004, pp.778), definisi UML (Unified

Modelling Language) adalah seperangkat alat permodelan yang digunakan untuk

menjelaskan sistem software dalam bentuk obyek.

2.1.6.2 9 Diagram UML

Whitten, et al (2004, 441-442) mengatakan UML mempunyai 9 diagram yang

dikelompokkan menurut perspektif yang berbeda untuk memodelkan sistem. Setiap

diagram menyediakan pandangan sistem informasi yang berbeda bagi team.

Pengelompokkan UML tersebut dibagi sebagai berikut :

1. Group 1 : Use-Case Model Diagram

2. Group 2 : Static Structure Diagram (Class Diagram dan Model Diagram)

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

11

3. Group 3 : Interaction Diagram (Sequence Diagram dan Collaboration

Diagram)

4. Group 4 : State Diagram (Statechart Diagram dan Activity Diagram)

5. Group 5 : Implementation Diagram (Component Diagram dan Deployment

Diagram)

2.1.6.3 Class Diagram

Menurut Mathiassen et al. (2000, p69), class diagram merupakan suatu

diagram yang menyediakan sebuah tampilan problem domain yang saling bertalian

dengan menggambarkan semua hubungan structural antara class dan objek didalam

model. Berikut ini merupakan gambar notasi dasar dan advance notation didalam class

diagram, serta notasi yang digunakan didalam object diagram.

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

12

Gambar 2.2 - Notasi dasar pada class diagram

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p337)

.

Class Class Class Abstract class

Generalization Aggregation (logical)

a..b c..d

a..b c..d

Association

<<cluster>> Cluster

Cluster with description of content

<<cluster>> Cluster

Cluster without description of content

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

13

Gambar 2.3 - Notasi Lanjutan Pada Class Diagram

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p338)

ClassAttribute

Operation

Class with attributes and operations

ClassAttribute

Operations

Abstract class with attributes and operations

“stereotype” Class

{properties}

Attribute : type + public attribute - private attribute

Operations (parameters) + public operation ()

Class with Stereotype, Properties, Attributes and operations

Component::Class Reference to a class that is defined in another component

“stereotype” Dependency

a..b c..d

role role

“stereotype” Name

Association with stereotype, name, ordering, multiplicities, and roles

Association with navigability direction

a..b c..d

Physical aggregation (composition)

<<component>> Component

Component with content

Textual specification

Note to an element

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

14

2.1.6.4 Usecase Diagram

Pengertian use case menurut Mathiassen et al. (2000, p120) adalah

sebuah pola yang menggambarkan interaksi antara actor dan sistem dalam application

domain. Berikut ini merupakan notasi yang digunakan didalam use case diagram.

Gambar 2.4 - Notasi Untuk Usecase Diagram

Sumber : Mathiassen et al. (2000, p343)

2.1.7 E-Learning

2.1.7.1 Definisi E-Learning

Effendi dan Zhuang (2005, pp.6-7), mengatakan bahwa e-learning dapat

mengacu pada semua kegiatan pelatihan yang menggunakan media elektronik atau

teknologi informasi.

Rosenberg (2006, p3), mengatakan bahwa definisi e-learning secara umum

adalah penggunaan teknologi (komputer atau electronic device lainnya) untuk

mendukung proses pembelajaran.

“actor” Actor

Use case group

Use case

Actor

Use case

Alternative symbol for

actor

Participation

Group of use cases

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

15

Sedangkan Clark dan Mayer (2003, p13), mendefinisikan e-learning sebagai

instruksi yang disampaikan di komputer dengan menggunakan CD-ROM, internet atau

intranet dengan fitur-fitur sebagai berikut :

Menyertakan materi yang relevan dengan tujuan pembelajaran

Menggunakan metode instruksional seperti contoh dan latihan untuk

membantu pembelajaran

Menggunakan elemen-elemen multimedia seperti text dan gambar untuk

menyampaikan materinya.

Membangun knowledge baru dan keahlian yang berhubungan dengan tujuan

pembelajaran secara individual atau untuk meningkatkan kinerja organisasi.

2.1.7.2 Terminologi E-Learning

Menurut Effendi dan Zhuang (2005, p6), ada banyak penggunaan terminologi

yang memiliki arti hampir sama dengan e-learning. Web-based learning, online

learning, computer-based training/learning, distance learning dan computer-aided

instruction adalah terminologi yang sering digunakan untuk menggantikan e-learning.

2.1.7.3 Strategi E-Learning

Menurut Effendi dan Zhuang (2005, pp.25-32), strategi e-learning melibatkan

empat tahap, yaitu : (1) Analisa, (2) Perencanaan, (3) Pelaksanaan dan (4) Evaluasi.

Keempat tahap di atas merupakan tahap-tahap yang saling berkesinambungan dan saling

mendukung.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

16

2.1.7.3.1 Analisa

Dalam tahap ini ada 4 hal yang harus kita analisa, yaitu :

1. Kebutuhan Organisasi

Analisa kebutuhan organisasi melihat kebutuhan organisasi sekarang dan

apakah dampak e-learning akan memberikan dampak positif. Kita juga harus

menganalisa bagaimana harapan manajemen terhadap peran pelatihan di

organisasi kita dan bagaimana e-learning membantu perencanaannya. Dalam

menganalisa kebutuhan organisasi untuk pelatihan dan e-learning, ada

beberapa hal yang harus dicermati (Effendi dan Zhuang, 2005, pp.39-45),

yaitu :

1. Tujuan Perusahaan

Artinya, tujuan pelatihan yang kita buat dengan e-learning, harus selaras

dengan tujuan perusahaan dan membantu organisasi mencapai tujuannya,

atau harus meningkatkan kemampuan kerja karyawan sehingga tujuan

organisasi dapat dicapai.

2. Perubahan Teknologi

Apabila organisasi bergerak dalam industri yang mengalami perubahan

teknologi yang cepat, maka teknologi tersebut harus diterapkan dengan

cepat supaya organisasi tidak ketinggalan terhadap pesaingnya.

3. Struktur Perusahaan

Semakin banyak kantor cabang yang dimiliki, maka peranan e-learning

akan semakin besar, terutama bila kantor-kantor tersebut terhubung satu

sama lain dengan jaringan internet. Di samping itu, suatu organisasi yang

telah memiliki pusat pelatihan tidak membutuhkan e-learning jika

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

17

dibandingkan dengan organisasi yang belum memiliki pusat pelatihan

atau ruangan kelas tercukupi. Struktur dana atau budgeting organisasi

juga berpengaruh terhadap pemakaian e-learning. Program e-learning

yang baik dapat memakan biaya cukup besar untuk mendesainnya.

4. Lingkungan Perusahaan

Faktor-faktor eksternal seperti organisasi pemerintah, serikat buruh atau

organisasi masyarakat lain dapat mempengaruhi keputusan penggunaan

e-learning di suatu organisasi

2. Kebutuhan Pelatihan

Analisa kebutuhan pelatihan akan melihat kebutuhan organisasi dari segi

pelatihan secara lebih spesifik dan hubungannya dengan e-learning. Analisa

mengulas dasar dasar praktik analisa kebutuhan pelatihan, dimana kita dapat

melihat perbedaan (gap) antara kinerja yang dibutuhkan dengan kinerja

sumber daya manusia yang sebenarnya. Analisa perbedaan sering disebut

dengan gap analysis. Dalam analisa, kita akan berhubungan dengan pihak

karyawan dan atasannya agar mengetahui kondisi dan masalah pelatihan.

Langkah-langkah yang diambil dalam analisa kebutuhan pelatihan ini adalah

(Effendi dan Zhuang, 2005, p49) :

1. Menentukan kinerja yang diinginkan

2. Menentukan kinerja yang sebenarnya dan melihat perbedaan

3. Mencari penyebab perbedaan

4. Pemecahan masalah non-pelatihan

5. Pemecahan masalah pelatihan

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

18

5Tujuan Perusahaan Kinerja yang diinginkan

Kinerja yang sebenarrnya

Penyebab Perbedaan

Masalah Non-Pelatihan

Masalah Pelatihan

Perbedaan

1

3

4

2

Analisa kebutuhan pelatihan dapat diringkas dalam gambar 2.2 di bawah ini :

Gambar 2.5 – Analisis Kebutuhan Pelatihan

Sumber : Effendi dan Zhuang (2005, p49)

• Kinerja Yang Diinginkan

Kita harus membuat deskripsi mengenai pekerjaan yang diperlukan

sehingga akan lebih mudah melakukan perbandingan dan pengamatan

terhadap kinerja para karyawan. Deskripsi pekerjaan memuat keterangan

mengenai aktifitas yang dikerjakan pada suatu posisi tertentu. Kemudian

kita harus menentukan pula standar kinerja keahlian. Standar kinerja

merupakan tingkat kinerja minimal yang harus dimiliki oleh pekerja

untuk mencapai kinerja perusahaan.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

19

• Menentukan Kinerja Saat Ini Dan Melihat Perbedaan (Gap Analysis)

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melihat dan mengukur

kinerja anggota organisasi, yaitu dengan cara survey, observasi, interview

dan worksample.

• Mencari Penyebab Perbedaan

Dalam tahap ini, kita harus melihat dan menggali sampai ke akar

penyebabnya, sehingga tindakan yang akan diambil dapat lebih efektif.

Setelah kita mengetahui akarnya, kita harus mengambil tindakan yang

sesuai dengan akar permasalahan. Tindakan tersebut dapat berupa

pelatihan, tetapi bisa berupa pemecahan masalah non-pelatihan.

• Pemecahan Masalah Non-Pelatihan

Masalah non-pelatihan adalah masalah yang tidak perlu diselesaikan

dengan pelatihan, karena permasalahan tersebut tidak berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan, keahlian dan sikap (knowledge, skill dan

attitude). Apabila ditemukan akar permasalahan yang tidak berhubungan

dengan kurangnya sikap, pengetahuan dan keahlian seperti rendahnya

penjualan, proses penyelesaian pekerjaan yang lama, maka

penyelesaiannya bisa dilakukan tanpa pelatihan.

Meskipun akar permasalahan yang ditemukan menuntut pemecahan

masalah non-pelatihan, tetapi pemakaian sistem e-learning masih

berperan penting. E-learning dalam hal ini berfungsi tidak hanya sebagai

sarana pelatihan, tetapi dapat pula berperan sebagai alat penyebaran

informasi atau komunikasi.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

20

• Pemecahan Masalah Pelatihan

Masalah pelatihan adalah masalah yang perlu diselesaikan dengan

pelatihan, karena akar permasalahan tersebut berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan, keahlian dan sikap (knowledge,skill dan attitude)

Adanya identifikasi melalui analisa kebutuhan pelatihan meyakinkan kita

bahwa penggunaan e-learning akan memiliki peran yang langsung dan

lebih banyak pada pemecahan masalah.

3. Budaya Organisasi

Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam menganalisa budaya organisasi,

adalah sebagai berikut :

• Motivasi Pelatihan.

Apakah karyawan benar-benar menyadari bahwa pelatihan akan

membantu pekerjaan dan kinerja mereka di masa depan

• Persepsi Terhadap Departemen Pelatihan.

Apakah karyawan mempercayai departemen pelatihan yang berada di

dalam organisasinya atau lebih memilih mencari program pelatihan yang

di luar, karena tidak percaya dengan departemen pelatihan yang dimiliki.

• Dukungan Manajemen

Kita harus mengetahui bagaimana dukungan manajemen tingkat atas

terhadap pelatihan dan e-learning. Kita tidak dapat hanya mengandalkan

janji dan perkataan pimpinan. Kita pun harus meminta pimpinan untuk

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

21

bertindak mendukung usaha pelatihan, seperti di dalam proses

pengambilan keputusan dan mempromosikan pelatihan.

• Demografi Peserta

Kita harus melihat kondisi anggota organisasi yang akan menjadi peserta

pelatihan. Kita melihat beberapa aspek, seperti mayoritas umur, struktur

pendidikan dan jenis kelamin. Apabila karakteristik mereka kurang lebih

sama, maka penerapan e-learning akan lebih mudah.

• Budaya Kerja

Apabila suatu organisasi terbiasa memberikan kesibukan sangat tinggi

bagi semua anggotanya, maka kegiatan pelatihan dapat dianggap sebagai

gangguan. Maka dari itu, kita harus dapat menawarkan kelebihan e-

learning ini kepada mereka.

4. Infrastruktur

Kita harus menganalisa teknologi dan infrastruktur yang tersedia untuk

proses pembelajaran. Pertanyaan paling sederhana ialah, apakah karyawan

sudah memiliki fasilitas untuk mengakses e-learning. Apabila mereka semua

memiliki komputer yang sudah terhubung ke internet atau intranet, maka

penerapan e-learning akan lebih mudah. Apabila komputer yang ada tidak

tersambung ke internet atau intranet, maka pembelajaran dapat berlangsung

dengan media CD-ROM.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

22

2.1.7.3.2 Perencanaan

Aspek perencanaan utama yang harus kita tinjau adalah :

• Network

Dibagian ini, kita akan merencanakan apa yang harus disiapkan dari segi

infrastruktur dan teknologi agar dapat menerapkan e-learning sesuai dengan

keinginan perusahaan.

• Learning Management System

E-learning memerlukan suatu platform untuk menjalankannya. Sistem

tersebut sering dinamakan Learning Management System (LMS). Oleh

karena itu, kita perlu merencanakan pula fungsi-fungsi yang harus dimiliki

LMS dan bagaimana kita mengembangkannya agar sesuai kebutuhan

organisasi.

• Materi

Materi yang ditawarkan harus sesuai dengan analisa kebutuhan pelatihan.

Kita merencanakan apakah materi pelajaran ingin dibuat sendiri atau dibeli

dari perusahaan penyedia jasa e-learniing. Apabila organisasi memutuskan

untuk membeli materi dari perusahaan luar (vendor), kita harus

merencanakan kriteria yang harus dipenuhi dan diamati saat memilih

perusahaan dan materi yang sesuai

• Marketing

Agar mencapai hasil maksimal, kita harus membuat pelajar atau karyawan

tertarik dan berminat mencoba e-learning. Oleh karena itu, kita harus

merencanakan cara pemasaran dan promosi yang cocok.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

23

2.1.7.3.3 Pelaksanaan

Tim yang terkait mulai melaksanakan rencana kerja yang telah disepakati pada

tahap perencanaan. Pertama-tama, kita harus memilih anggota tim yang

dibutuhkan untuk melaksanakan rencana program e-learinng. Anggota tim dapat

berasal dari berbagai departemen dan latar belakang yang berbeda. Tahap ini

memerlukan keahlian project management yang andal untuk memastikan

koordinasi dan eksekusi pekerjaan sesuai rencana dan tidak menyimpang dari

tujuan dan strategi. Keahlian kepemimpinan (leadership skill) yang tinggi sangat

diperlukan agar tim dapat menyatu dan bekerja sama dengan baik. Tahap

pelaksanaan dapat dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan waktu pelaksanaan :

• Pre-Launch

Pada tahap ini, kita akan melaksanakan kegiatan yang harus dipersiapkan

sebelum peluncuran e-learning di organisasi. Pada dasarnya, kita harus

memastikan bahwa sistem kita tidak memiliki kelemahan atau kecurangan.

Kita mulai melakukan usaha untuk memancing minat anggota organisasi.

Tindakan yang dilakukan termasuk testing terakhir, antara lain : (users

acceptance test), pilot project, focus group, promosi (misal :: poster dan

email teaser).

• Launch

Setelah semua persiapan selesai, kita akan masuk bagian peluncuran atau

perkenalan e-learning kepada seluruh anggota organisasi. Peluncuran

perdana bisa dilakukan melalui berbagai macam pendekatan dan cara, baik

yang besar maupun sederhana

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

24

• Post-Launch

Setelah memperkenalkan program e-learning kepada seluruh anggota

organisasi, kita pun harus melakukan beberapa kegiatan untuk menjaga

tingkat keikutsertaan anggota dalam program e-learning dan menjaga

kepuasan pembelajaran peserta pelatihan.

2.1.7.3.4 Evaluasi

Penilaian akan dilakukan secara bertingkat sebagai berikut :

• Level 1

Mengukur kepuasan peserta pelatihan dari segi interaksi dan tampilan

program e-learning.

• Level 2

Mengukur hasil pembelajaran, apakah peserta pelatihan dapat menyerap

materi.

• Level 3

Mengukur apakah materi pembelajaran benar-benar digunakan oleh peserta

pelatihan ketika melakukan kegiatan sehari-hari, sehingga kinerja meningkat.

• Level 4

Mengukur berapa banyak hasil yang didapat oleh organisasi dengan adanya

sumber daya pelatihan e-learning sehingga kinerja sumber daya manusia

mereka meningkat. Hasil tersebut dapat dibandingkan dengan jumlah

investasi yang ditanam agar mendapatkan hasil ROI (Return On Investment)

dari penerapan e-learning

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

25

Setelah evaluasi, kita kembali melakukan analisa, perencanaan dan

pelaksanaan untuk mengembangkan program e-learning. Jadi, hasil evaluasi

yang dilakukan akan menjadi bahan untuk mengembangkan strategi berikutnya.

Apabila hasil evaluasi penerapan e-learning kurang memuaskan, kita harus

menganalisa dan mencari penyebabnya. Setelah mengetahui akar penyebabnya,

kita dapat merencanakan dan mengambil tindakan selanjutnya. Untuk ringkasan

dari empat langkah diatas, anda bisa melihatnya di Lampiran 1.

2.1.7.4 5 Tipe Materi E-Learning

Menurut Clark dan Mayer (2003, pp.15-16), materi e-learning dapat dibagi

menjadi 5 tipe : fakta, konsep, proses, prosedur dan prisip, seperti yang dijabarkan

dalam tabel 2.1 dibawah ini :

Tabel 2.1 – 5 Tipe Materi E-Learning

Tipe Materi Definisi Contoh

Fakta Data atau instance yang Halaman Login Unik dan spesifik Password saya : abcd Konsep Satu kategori yang terdiri Password di halaman web Dari banyak contoh Proses Urutan kejadian atau Proses kenaikan gaji Aktifitas Prosedur Satu tugas yang dilakukan Bagaimana cara untuk login Langkah demi langkah Prinsip Satu tugas yang dilakukan Bagaimana cara menutup Sesuai dengan petunjuk Penjualan.

Sumber : Clark dan Meyer (2003, p16)

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

26

2.1.7.5 Desain E-Learning Yang Baik

Menurut Effendi dan Zhuang (2005, pp.94-100), yang harus diperhatikan di

dalam mendesain materi pelajaran e-learning adalah :

1. Tampilan

Latar belakang yang ditampilkan harus menarik secara visual, tetapi jangan

sampai mengganggu konsentrasi pelajar. Oleh karena itu, kita harus memilih

gambar yang halus dan warna yang tidak terlalu kuat agar tidak mengganggu

tulisan di materi pelajaran.

Grafik yang ditampilkan dapat berupa 2d atau 3d.

Gunakan foto untuk menambah kedekatan dengan dunia nyata. Pelajar akan

merasa bahwa pelajaran benar-benar dapat diaplikasikan.

Gunakan animasi seperlunya untuk membuat pelajar tidak bosan.

Suara akan melibatkan pula indera lain pelajar sehingga menambah kesan

mendalam. Materi pelajaran e-learning dapat pula dibacakan atau dinarasikan.

Jika memungkinkan, anda dapat menggunakan video untuk memberikan hasil

terbaik, terutama bila pelajaran e-learning menggunakan demonstrasi.

2. Interaksi

Pada e-learning, interaksi diperlukan agar materi lebih mudah diserap dan

dimengerti, serta menghindari kebosanan. Interaksi dapat ditampilkan dengan

membuat beberapa tampilan, dimana pelajar harus memberikan respons atau

inisiatif dalam pelajaran. Misal : roll-over, hot text, drag and drop atau pertanyaan.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

27

3. Kontrol

Digunakan untuk mengatur kecepatan materi pelajaran e-learning melalui

beberapa mekanisme berikut :

Menu : digunakan untuk melihat menu-menu bab di dalam pelajaran, untuk

mengulang materi yang telah dipelajari sebelumnya ataupun dilewati karena

telah menguasainya.

Panel : digunakan untuk mengontrol maju mundurnya halaman pelajaran.

Materi pelajaran harus dilengkapi pula dengan tombol panel, dimana pelajar

dapat berhenti sementara dan keluar dari pelajaran kapanpun. Panel yang

disajikan, sering disebut user interface, harus mudah dimengerti dan

digunakan.

Help : apabila pelajar tidak mengetahui tombol yang harus ditekan, ia dapat

melihat menu pertolongan dengan menekan tombol help atau tanda tanya.

4. Bentuk

Suatu bentuk materi e-learning dapat memiliki banyak bentuk dan metodologi,

seperti simulasi permainan dan lain lain. Berikut ini contoh-contohnya :

Text-Based : ini adalah bentuk paling sederhana dalam materi e-learning dan

seringkali dihindari karena sangat membosankan. Materi tersaji dalam bentuk

tulisan di layar hanya dengan tambahan sedikit gambar. Hal ini membuat

materi e-learning seperti buku biasa dan tidak berbeda dengan apa yang sering

dinamakan e-reading.

Text With Grafik And Animation : bentuk ini dapat efektif bila didesain

dengan benar, misalnya : animasi benar-benar menjelaskan suatu konsep rumit.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

28

Simulasi : bentuk ini menggunakan teks, gambar, foto, dan animasi. Simulasi

sering digunakan dalam pelajaran e-learning yang bersifat soft-skill. Pelajar

akan dibawa ke dalam suatu pristiwa dan situasi yang terjadi di organisasi.

Pelajar akan memberikan respon terhadap masalah yang ada, lalu pelajaran e-

learning akan memberikan masukan. Situasi atau masalah yang digunakan

dalam simulasi dapat bersifat nyata (misalnya masalah penjualan di kantor)

maupun tidak nyata (misalnya petualangan di planet lain). Bentuk simulasi,

meskipun belum banyak di Indonesia, dapat menjadi trend bentuk pelatihan e-

learning masa depan.

Permainan : pelajar akan diberi permainan yang berhubungan dengan materi

pelajaran. Setiap langkah yang diambil oleh pelajar akan diberi nilai, lalu nilai

akan dijumlahkan menjadi nilai skor akhir. Pelajar dapat belajar dari langkah-

langkah yang diambilnya.

Blended-Learning : blended learning menggabungkan penggunaan materi e-

learning dan pelatihan di kelas. Materi e-learning dapat diberikan sebelum

pelatihan di kelas, sebagai materi pembuka, ataupun setelah kelas selesai, yang

berfungsi untuk mengulang pelajaran atau membantu pelajar lebih mengerti

tentang pelajaran. Sedangkan pelatihan di kelas berfungsi sebagai praktik

latihan, studi kasus atau diskusi.

Virtual Classroom : sifat virtual classroom sama seperti pelatihan di kelas,

tetapi pengajar dan pelajarnya berada di tempat berbeda. Pengajar memberikan

pelajaran di depan kamera dan ditayangkan melalui jaringan internet atau

intranet agar dapat diakses pelajar.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

29

5. Susunan Materi

Pada e-learning, kita harus menyusun materi yang memancing keingintahuan

pelajar agar mau belajar lebih jauh. Materi yang diberikan pertama kali adalah

yang menarik minat pelajar. Ini dapat berupa materi yang paling membingungkan

atau rumit tetapi sering dijumpai sehari-hari agar membangkitkan keingintahuan

pelajar.

2.1.7.6 Goal E-Learning

Menurut Clark dan Mayer (2003, pp.17-18), e-learning mempunyai 2 jenis goal.

Pelajaran yang didesain dengan tujuan utamanya untuk membangun awareness atau

menyediakan informasi sebagai inform programs. misalnya : seorang karyawan baru

yang mempunyai orientasi pelatihan untuk me-review sejarah perusahaan dan

menjelaskan tentang struktur organisasi yang sedang berjalan. Sedangkan, perform

programs ialah pelajaran yang di desain untuk membangun keahlian khusus tertentu,

misal : evaluasi aplikasi pinjaman bank, pengunaan dari quality control tools.

Tabel 2.2 – Goal E-Learning

Goal Definisi Contoh Inform Pelajaran yang meng- Sejarah perusahaan Informasikan sesuatu Fitur produk baru Perform - Procedure Pelajaran yang membangun Bagaimana cara login Procedural-skills Perform - Principles Pelajaran yang membangun Bagaimana mendesain web Principal-based skills

Sumber : Clark dan Meyer (2003, p18)

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

30

2.1.7.7 Tipe E-Learning

Tabel 2.3 – Tipe E-Learning

Type Build lessons that Used For Receptive : include lots of information with inform goals information acquisition limited practice opportunities Directive : Require frequent respons from Perform-procedure goals

Response Strengthening learners with immediate feedback

Guided Discovery : Provide job-realistic problems Perform - principle goals. Knowledge Construction and supporting resources

Sumber : Clark dan Meyer (2003, p28)

Menurut Clark dan Mayer (2003, pp.28-30), e-learning mempunyai tipe-tipe

sebagai berikut :

Learning as Information Acquisition

Dalam pendekatan ini, metode instruksi tertentu digunakan untuk menampilkan

informasi dalam jumlah yang banyak dan efisien. Tugas dari instruktur ialah untuk

menyampaikan informasi dan tugas murid ialah untuk menerimanya. Pendekatan ini

biasa lebih dipakai ke arah inform programs dan sering juga disebut sebagai

receptive instruction atau show-and-tell.

Learning as Response Strengthening

Dalam pendekatan ini, metode instruksi yang digunakan adalah “Drill and

practice”, dimana instruktur akan menanyakan suatu pertanyaan dan kemudian

memberikan hadiah kepada jawaban yang benar ataupun hukuman kepada jawaban

yang salah. Tugas dari instruktur ialah untuk menyediakan materi yang pendek

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

31

mengenai suatu topik, yang diikuti dengan pertanyaan dan feedback yang bersifat

korektif. Tugas murid ialah untuk menjawab secara akurat pertanyaan yang

diberikan dan memperbaiki jawaban berdasarkan feedback yang diberikan oleh

instruktur. Pendekatan seperti ini lebih banyak dipakai untuk mengajarkan prosedur

dan biasa disebut dengan tipe pelatihan yang mengarahkan atau “show-and-do”.

Learning as Knowledge Construction

Pendekatan ini lebih mengarahkan murid untuk menyelesaikan suatu masalah

tertentu, misalnya murid mencoba untuk menyelesaikan suatu penjualan produk

bank yang melibatkan divisi antar cabang dengan panduan dari instruktur bagaimana

proses informasi itu akan berjalan. Tugas dari instruktur adalah untuk memandu pola

pikir murid dan tugas murid adalah untuk menyelesaikan masalah dengan materi

yang sudah disediakan. Pendekatan ini lebih sering disebut “guided discovery” dan

paling efektif digunakan untuk mentransfer performance goals, dimana panduan-

panduan akan disajikan di dalam pelatihan yang bisa dipakai di situasi nyata yang

tidak terprediksi sebelumnya.

2.1.7.8 Prinsip – Prinsip E-Learning

Menurut Clark dan Mayer (2003, p273), penerapan e-learning yang baik, harus

menggunakan beberapa prinsip prinsip sebagai berikut :

• Prinsip Multimedia : Gunakan text dan grafik daripada hanya kata-kata. Grafik

yang digunakan ialah grafik yang benar-benar berhubungan dengan pesan yang ingin

disampaikan dan fungsinya adalah untuk “edukasi, bukan untuk dekorasi”.

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

32

• Prinsip “Cntiguity” : Letakkan teks dan gambar yang saling berhubungan,

berdekatan satu dengan yang lainnya.

• Prinsip “Modality” : Gunakan suara (audio) ataupun teks yang dinarasikan daripada

hanya menampilkan teks di layar.

• Prinsip “Redudancy” : Sebuah teks yang ditampilkan di layar dan dibacakan pada

saat bersamaan hanya akan mengganggu pembelajaran.

• Prinsip “Coherence” : Menambahkan materi-materi menarik tertentu dapat

mengganggu pembelajaran (misal: teks yang terlalu detail)

• Prinsip “Personalization” : Gunakan percakapan sehari-hari untuk berkomunikasi

dengan user (misal : hai adik-adik).

2.1.8 Manajemen

2.1.8.1 Definisi Manajemen

Menurut Robbins dan Coutler (1999, p8), istilah manajemen mengacu pada

proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan

secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.

2.1.8.2 Fungsi-Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi manajemen dibagi menjadi empat fungsi dasar (Robbins dan

Coutler, 1999, p11) :

• Merencanakan (Planning) :Menetapkan sasaran, merumuskan tujuan, menetapkan

strategi, membuat strategi dan mengembangkan subrencana untuk

mengkoordinasikan kegiatan.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

33

• Mengorganisasikan (Organizing) : Menentukan apa yang perlu dilaksanakan, cara

pelaksanaannya dan siapa yang melaksanakannya.

• Memimpin (Leading) : Mengarahkan dan memotivasi semua pihak yang terlibat

dan memecahkan pertentangan.

• Mengawasi (Controlling) : Memantau kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan-

kegiatan diselesaikan seperti yang direncanakan.

2.1.9 Change Management

2.1.9.1 Definisi Change Management

Rosenberg (2006, pp.58-59) mendefinisikan change management sebagai

suatu usaha untuk menciptakan lingkungan dan budaya, yang mendukung dan menerima

cara pembelajaran baru di semua tingkatan. Lebih lanjut, Rosenberg mengatakan bahwa

semua usaha change management hanya untuk mencapai 3 hal berikut:

Membangun suatu lingkungan untuk perubahan, memastikan bahwa manusia, sistem

dan proses sudah siap untuk mendukung pendekatan pembelajaran yang baru.

Membantu untuk mengembangkan kinerja yang lebih baik, memastikan bahwa

orang-orang akan mendapatkan keuntungan dari pendekatan pembelajaran yang

baru, yang dinilai dengan kinerja mereka yang meningkat.

Menjaga komitmen tim, menjaga agar usaha manajemen perubahan tetap berjalan

sehingga para karyawan tidak kembali ke cara-cara mereka yang lama.

Sedangkan, Effendi dan Zhuang (2005, pp.109-110) mendefinisikan change

management sebagai perencanaan untuk melakukan perubahan. Change management

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

34

meliputi penyediaan lingkungan yang tepat untuk melakukan perubahan, memberikan

motivasi untuk melakukan perubahan dan mendapatkan komitmen orang-orang untuk

melakukan perubahan.

2.1.9.2 Strategi Change Management

Effendi dan Zhuang (2005, pp.111-116) mengatakan beberapa strategi yang

dapat diterapkan dalam mengatasi masalah dan membuat anggota organisasi menerima

perubahan adalah sebagai berikut :

• Libatkan Para Manager. Minta para manager agar mencoba beberapa pelajaran e-

learning agar mereka tertarik dan yakin pada efektifitas e-learning.

• Komunikasi. Komunikasikan tujuan dan keuntungan e-learning ke seluruh

organisasi.

• Penghargaan. Berikan penghargaan kepada seseorang yang telah mencapai target

pelatihan tertentu (misalnya telah menyelesaikan 20 modul program e-learning).

• Hasil. Tunjukkan kepada orang-orang kalau e-learning benar-benar memberikan

hasil yang diharapkan. Dapatkan komentar orang-orang yang telah menggunakan e-

learning dan gunakan sebagai alat promosi

• Libatkan CEO atau Presiden Direktur. Kita harus menyampaikan pesan bahwa

inisiatif penggunaan e-learning didukung sepenuhnya di organisasi karena CEO atau

presiden direktur ikut serta di dalamnya.

• Buat Lingkungan Yang Kondusif. Misal : menyediakan ruangan khusus untuk

pembelajaran, atau menaruh komputer di meja kerja sendiri, sehingga karyawan bisa

belajar kapan pun yang diinginkan.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

35

• Pecah Belah Pelajaran E-Learning. Memecah-mecah pelajaran e-learning

menjadi beberapa bagian, seperti buku yang memiliki beberapa bab didalamnya.

Pelajar dapat mengikuti bab pertama dan kembali ke pekerjaannya, lalu kembali lagi

ke pelajaran tersebut untuk mengikuti bab kedua.

• Interaksi Antar Pelajar. Gunakan interaksi dengan pelajar. Sediakan fasilitas-

fasiltas yang dapat membantu pelajar untuk menyalurkan pertanyaannya atau

pendapatnya.

• Jangan Buat Kesalahan. Jangan membuat kesalahan di dalam desain, infrastruktur

dan akses teknologi.

2.1.10 Cost/Benefit Analysis

2.1.10.1 Definisi Cost/Benefit Analysis

Menurut Olson (2003, p67) Cost-Benefit analysis merupakan sebuah pendekatan

informal dalam pembuatan keputusan. Cost/benefit analysis digunakan untuk

mengidentifikasikan ukuran keuntungan dan biaya dalam bentuk keuangan dan

menggunakan rasio keuntungannya terhadap biaya yang dikeluarkan. Contoh yang

sangat sederhana adalah apakah kita akan memutuskan untuk membeli sebuah komputer

baru ketika komputer kita mati karena ketumpahan minuman. Sebuah proses untuk

menimbang biaya yang dikeluarkan untuk membeli baru atau memperbaiki dengan

manfaat yang diperoleh merupakan proses dari analisis cost-benefit ini.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

36

2.1.10.2 Langkah-Langkah Membuat Cost/Benefit Analysis

Menurut Olson (2003, pp.68-69), ada beberapa langkah untuk menampilkan

sebuah analisis cost dan benefit yaitu:

• Definisikan tujuan dari sebuah proyek

• Mendokumentasikan proses yang sedang terjadi, apakah terdapat sistem yang

dipergunakan, bagaimana pembiayaannya dan arsitektur teknisnya seperti apa

• Memperkirakan kebutuhan di masa yang akan datang. Proses ini

mendokumentasikan peran sistem yang akan terjadi, siapa yang akan

menggunakannya, apakah ada penurunan atau kenaikan penggunanya

• Memilih setidaknya tiga buah alternatif yang bisa digunakan untuk membangun

sebuah proyek

• Memperkirakan biaya yang ada seperti aktifitas yang terjadi, sumber daya yang

digunakan, jenis biaya baik secara langsung maupun tidak langsung, biaya

tahunan dan biaya penyusutan (jika ada). Biaya diukur dari permulaan (startup),

pemenuhan (acquisition), development, maintenance dan operation.

• Memperkirakan keuntungan atau manfaat yang bisa diberikan. Nilai dari benefit

ini paling sulit untuk diperkirakan karena ada manfaat yang bisa diukur

(tangible) dan ada manfaat yang tidak dapat diukur (intagible). Jika terdapat

manfaat yang diberikan tidak bisa diukur dengan nilai maka diperlukan

pembobotan terhadap manfaat yang diberikan

• Evaluasi dari alternatif yang ada, dengan menggunakan diskon faktor dan

menghitung net present value dan payback period (estimasi waktu untuk

mengembalikan investasi)

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

37

2.1.10.3 Net Present Value

Menurut Olsen (2003, p70), Net Present Value (NPV) adalah sebuah

pemahaman arus kas diskonto dimana penilaian proyek lebih mempertimbangkan uang

yang diterima lebih awal lebih diinginkan daripada uang yang diterima di masa yang

akan datang. Sedangkan Weston dan Copeland (1999,p 372) berpendapat bahwa konsep

ini mengarah kepada pemahaman pencarian nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan

dari suatu investasi yang didiskontokan pada biaya modal dan nilainya dikurangi dengan

pengeluaran biaya awal proyek. Jika nilai NPV bernilai positif, maka sebaiknya proyek

tersebut dijalankan, jika hasilnya negatif maka sebaiknya proyek ditolak. Persamaan

untuk nilai sekarang bersih (NPV) adalah :

CF1 CF2 CFn NPV =

(1+k)1 +

(1+k)2 +…..+

(1+k)n

NPV = Net Present Value

CF = Cash Flow

k = Tingkat Bunga

2.1.10.4 Payback Period

Olson (2003, p69) mengemukakan bahwa payback period adalah perkiraan kasar

dari waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi yang dilakukan.

Sebuah alternatif mungkin saja mempunyai nilai yang lebih besar baik secara net present

value dari total life cycle sebuah proyek, tetapi cost/benefit analysis ini tidak

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

38

mempertimbangkan adanya aliran kas negatif di periode awal. Jika sebuah proyek

mempunyai waktu yang semakin pendek untuk mengembalikan investasi tersebut maka

proyek itu semakin baik dan akan dipertimbangkan oleh pihak manajemen untuk

menerima proyek tersebut.

Cara perhitungan dari Payback Period adalah sebagai berikut :

(Io - (Bt - t1+Bt - t2+…Bt - tN) ) T +

Bt - tN

T = Lamanya Investasi

Io = Investasi awal

Bt= Keuntungan

t = Tahun

2.1.11 Infrastruktur Sistem Informasi

2.1.11.1 Definisi Infrastruktur Sistem Informasi

Turban et al. (2001, p34) mengatakan infrastruktur sistem informasi terdiri

dari fasilitas fisik, jasa dan manajemen yang mendukung semua sumber daya komputasi

di dalam organisasi. Ada 5 komponen infrastruktur : hardware, software, network and

communication facilities, databases dan information management personell.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

39

2.1.11.2 Komponen Dasar Sistem Informasi

Turban et al. (2003, p16) menjelaskan komponen dasar dari sistem informasi

adalah sebagai berikut :

a. Hardware : Seperangkat peralatan seperti processor, monitor, keyboard dan printer

yang menerima data dan informasi, memprosesnya dan menampilkannya

a. Software : Seperangkat program komputer yang memampukan hardware untuk

memproses data

b. Database : Satu koleksi file atau data yang diorganisasikan dengan baik, yang saling

berhubungan satu dengan yang lainnya.

c. Network : Sebuah sistem yang saling berhubungan dan memudahkan untuk berbagi

informasi di antara komputer yang berbeda.

d. Procedures : Strategi, kebijakan, metode dan peraturan untuk menggunakan sistem

informasi

e. People : Elemen yang paling penting di dalam sistem informasi, termasuk orang-

orang yang bekerja dengan sistem informasi atau menggunakan output dari sistem

informasi tersebut.

2.1.11.3 Komponen Hardware

Menurut Turban et al. (2003, pp.57-84), hardware mengacu kepada peralatan

fisik yang digunakan untuk menerima, memproses, menghasilkan dan menyimpan

aktifitas dari sebuah sistem komputer. Hal ini terdiri dari :

a. Central Processing Unit (CPU)

b. Memory

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

40

• Primary Storage : Register, RAM (Random Access Memory). cache memory dan

ROM (Read only Memory)

• Secondary Storage : Hard drive, magnetic tape, memory cards, magnetic disc dan

optical storage devices (CD-ROM, DVD, FMD-ROM).

c. Input Technologies : Keyboard, mouse, touchscreen, stylus, trackball, joystick dan

microphone.

d. Output Technologies : Monitor, printer, plotter, speaker,

e. Communication Technologies

2.1.12 Arsitektur Sistem Informasi

2.1.12.1 Definisi Arsitektur Sistem Informasi

Arsitektur sistem informasi adalah sebuah rencana untuk mencari kebutuhan

informasi dan tindakan-tindakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Turban et al.,

2001, p34). Hal ini menjadi panduan bagi kegiatan operasi saat ini dan menjadi blueprint

untuk arahan di masa yang akan datang. Arsitektur sistem informasi juga memastikan IT

yang dimiliki oleh organisasi sesuai dengan kebutuhan bisnisnya. Maka dari itu, kita

harus menggabungkan kebutuhan informasi, infrastruktur dan aplikasi. Arsitektur sistem

Informasi ada 3 jenis : client / server, enterprisewide dan internet-based

architecture (Turban et al., 2001, pp.34-35)

2.1.12.2 Client / Server Architecture

Turban et al. (2001, pp.34-35) menjelaskan Client/server architecture

membagi proses komputasi ke dalam 2 kategori utama, yaitu client dan server. Client

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

41

adalah komputer seperti PC yang tersambung ke jaringan. Sedangkan server adalah

sebuah komputer yang terhubung ke jaringan yang sama dan menyediakan pelayanan

tertentu kepada client.

2.1.13 Data

2.1.13.1 Definisi Data dan Informasi

Turban et al. (2003, p15) menjelaskan bahwa data adalah fakta mentah atau

deskripsi mendasar dari sesuatu, kejadian, kegiatan dan transaksi yang diterima, dicatat,

disimpan dan diklasifikasikan, tetapi tidak diorganisasikan dan diterjemahkan menjadi

suatu arti. Sedangkan informasi adalah koleksi dari fakta-fakta (data) yang

diorganisasikan dengan cara tertentu sehingga mempunyai arti bagi penerimanya.

Sedangkan menurut Indriantoro dan Supomo (2002, p10), data adalah

sekumpulan fakta yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) langsung atau survey.

2.1.13.2 Jenis Data

Indriantoro dan Supomo (2002, pp.145-146) mengemukakan bahwa data

penelitian pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu : data subyek,

data fisik dan data dokumenter.

• Data Subyek, adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman

atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek

penelitian (responden).

• Data Dokumenter, adalah jenis data penelitian yang antara lain berupa : faktur,

jurnal, surat-surat, notulen hasil rapat, memo atau dalam bentuk laporan program.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

42

Data dokumenter dalam penelitian dapat menjadi bahan atau dasar analisis data yang

kompleks yang dikumpulkan melalui metode observasi dan analisis dokumen yang

dikenal dengan content analysis.

2.1.13.3 Sumber Data

Indriantoro dan Supomo (2002, pp.146–147), mengatakan bahwa sumber data

penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber

data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media

perantara), sedangkan data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak

lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah

tersusun dalam arsip (data dokumenter).

2.1.13.4 Metode Pengumpulan Data

Indriantoro dan Supomo (2002, pp.152-157), mengatakan bahwa ada 2 tehnik

untuk mengumpulkan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli, yaitu

: Metode survei dan observasi. Sedangkan kepustakaan merupakan bahan utama dalam

penelitian data sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002, pp.150-151). Misal : buku,

jurnal, majalah, arsip-arsip yang dimiliki oleh perusahaan.

• Metode Survei

Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan

pertanyaan lisan atau tertulis. Data penelitian yang diperoleh berupa data subyek

yang menyatakan opini, sikap, pengalaman atau karakteristik subyek penelitian

secara individual atau secara kelompok. Data yang diperoleh sebagian besar

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

43

merupakan data deskriptif, meskipun demikian, pengumpulan data dengan metode

survei dapat dirancang untuk menjelaskan hubungan sebab akibat atau

mengungkapkan ide-ide. Ada 2 tehnik di dalam pengumpulan data dengan metode

survei, yaitu :

• Wawancara

Wawancara merupakan tehnik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan

secara lisan kepada subyek penelitian. Tehnik wawancara dilakukan jika peneliti

memerlukan komunikasi atau hubungan dengan responden. Tehnik wawancara

dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : wawancara tatap muka dan wawancara via

telepon.

• Kuesioner

Tehnik ini digunakan ketika pengumpulan data penelitian tidak memerlukan

kehadiran peneliti. Kuesioner dapat didistribusikan dengan berbagai cara, antara

lain : Kuesioner disampaikan langsung oleh peneliti, dikirim bersama-sama

dengan pengiriman paket atau majalah, dikirim melalui pos, faksimile atau

menggunakan teknologi komputer.

Untuk kelebihan dan kelemahan metode survei dan wawancara, anda bisa

melihatnya di dalam Lampiran 2.

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

44

2.1.13.5 Penyajian Data

Menurut Supranto (2000, pp.30-36), selain berupa angka-angka ringkasan,

penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk :

• Tabel

Tabel merupakan kumpulan angka-angka yang disusun menurut kategori-kategori

(misalnya, jumlah pegawai menurut pendidikan dan masa kerja). Ada berbagai

bentuk tabel yang dikenal, seperti : Tabel satu arah, tabel dua arah dan tabel tiga

arah.

• Grafik

Grafik merupakan gambar-gambar yang menunjukkan secara visual data berupa

angka (mungkin juga dengan simbol) yang biasanya juga berasal dari tabel yang

telah dibuat. Berbagai macam grafik antara lain adalah : grafik garis (line chart),

grafik batangan/balok (bar chart/histogram), grafik lingkaran (pie chart), grafik

gambar (pictogram) dan grafik berupa peta (cartogram).

2.1.14 Construct

2.1.14.1 Definisi Construct

Indriantoro dan Supomo (2002, p96) mendefinisikan construct merupakan

abstraksi dari fenomena atau realitas yang untuk keperluan penelitian harus

dioperasionalisasikan dalam bentuk variabel yang dapat diukur dengan berbagia macam

nilai. Construct dapat diukur dengan angka atau atribut yang menggunakan skala

tertentu

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

45

2.1.14.2 Pengukuran Construct

Indriantoro dan Supomo (2002, pp.97-102) mengatakan bahwa construct

merupakan abstraksi dari fenomena yang dapat berupa : kejadian, proses, atribut, subyek

atau obyek tertentu. Sesuai dengan sifat dan jenis fenomena yang diabstraksikan oleh

construct, tipe skala pengukuran construct terdiri atas : (1) Skala Nominal, (2) Skala

Ordinal, (3) Skala Interval, dan (4) Skala Rasio.

Tabel 2.4 – Perbandingan 4 Metode Skala Pengukuran Construct

Tipe Pengukuran Skala Kategori Peringkat Jarak Perbandingan

Nominal Ya Tidak Tidak Tidak Ordinal Ya Ya Tidak Tidak Interval Ya Ya Ya Tidak Rasio Ya Ya Ya Ya

Sumber : Indriantoro dan Supomo (2002, p102)

2.1.14.3 Skala Interval

Indriantoro dan Supomo (2002, pp.99-100) menjelaskan bahwa skala interval

merupakan skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat dan jarak construct

yang diukur. Skala interval dapat dinyatakan dengan angka 1 sampai 5 atau angka 1

sampai dengan 7. skala pengukuran ini menggunakan konsep jarak atau interval yang

sama (misal : interval dari 1 ke 2 sama dengan interval dari 4 ke 5), karena skala ini

tidak menggunakan angka 0 (nol) sebagai titik awal perhitungan.

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

46

2.1.14.4 Pengukuran Sikap

Indriantoro dan Supomo (2002, pp.102-134) menjabarkan bahwa construct

sikap sering digunakan dalam penelitian penelitian bisnis. Komponen sikap dapat

dijelaskan melalui 3 dimensi :

• Afektif, merefleksikan perasaan atau emosi seseorang terhadap suatu obyek.

• Kognitif, menunjukkan kesadaran seseorang terhadap atau pengetahuan mengenai

obyek tertentu,

• Komponen-komponen perilaku, menggambarkan suatu keinginan atau

kecenderungan seseorang untuk melakukan tindakan.

Berikut ini metode-metode yang sering digunakan dalam pengukuran construct

sikap, yaitu : skala sederhana, skala kategori, skala likert, skala perbedaan

semantic, skala numeris dan skala grafis.

2.1.14.5 Skala Sederhana

Indriantoro dan Supomo (2002, pp.102-103) mengatakan bahwa metode

pengukuran sikap yang paling sederhana adalah skala sederhana yang menggunakan

skala nominal, misal : setuju atau tidak setuju, ya atau tidak. Tipe pertanyaan ini

digunakan terutama jika kuesioner penelitian berisi relatif banyak butir pertanyaan,

tingkat pendidikan responden rendah atau alasan yang lain.

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

47

2.1.15 Kesalahan Statistik

Menurut Indriantoro dan Supomo (2002, pp.135–137), ada 2 faktor yang

menyebabkan kesalahan statistik, yaitu : kesalahan dalam pemilihan sampel (sampling

error) dan kesalahan sistematis (systematic error), yaitu kesalahan yang bukan berasal

dari proses pemilihan sampel (nonsampling error).

2.1.16 Kesalahan Sistematis

Indriantoro dan Supomo (2002, pp.136-137) mengatakan kesalahan sistematis

merupakan kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor di luar pemilihan sampel.

Kesalahan sistematis terutama disebabkan oleh kelemahan desain penelitian dan

kesalahan pelaksanaan penelitian. Ada dua faktor yang mempengaruhi kesalahan

sistematis, yaitu kesalahan responden dan kesalahan administratif.

• Kesalahan Responden

Hasil analisis data yang dikumpulkan dengan metode survei tergantung pada

jawaban responden penelitian. Jika responden penelitian mau bekerja sama dan

menjawab pertanyaan dengan benar, maka hasil penelitian akan dapat memenuhi

tujuan yang diharapkan. Kesalahan responden terdiri dari dua jenis kesalahan

sebagai berikut :

1. Non-Response Bias

Merupakan kesalahan yang timbul karena subyek sampel yang tidak

memberikan respon (non-responden) ternyata lebih representatif daripada

sampel yang memberikan tanggapan, sehingga sampel yang diteliti kurang

akurat dan tidak mencerminkan karakteristik populasinya. Masalah ini bukan

hanya terjadi pada pengumpulan data dengan survei melalui pos, tetapi juga

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

48

pada survei melalui perseorangan, wawancara melalui telepon dan wawancara

tatap muka.

2. Response Bias

Merupakan kesalahan yang timbul karena jawaban responden yang bias.

Responden mungkin secara sengaja atau tidak sengaja menjawab pertanyaan

yang tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga menyebabkan interpretasi

peneliti yang keliru terhadap jawaban responden.

2.1.17 Definisi Gantt Chart

Menurut Schwalbe (2000, p119), gantt chart menyediakan suatu standar format

untuk menampilkan informasi penjadwalan proyek dengan mencatat aktifitas proyek,

waktu aktifitas tersebut dimulai dan selesai. Sedangkan, menurut Smith (2000, pp.70-72)

gantt chart biasa disebut dengan time-scaled network, yang merupakan suatu model di

dalam penjadwalan, dimana aktifitas-aktifitas dijabarkan dengan waktu penyelesaian

tertentu. Gantt chart memberikan suatu gambaran yang jelas tentang durasi dari suatu

kejadian, tetapi tidak secara langung menunjukkan tingkat ketergantungan antara satu

aktifitas dengan aktifitas lainnya. Gantt chart sangat berguna untuk

mengkomunikasikan informasi tentang proyek dan untuk mengerti proyek yang

kompleks.

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori - …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2007-2-00408-MNSI_Bab 2.… · Skala Sederhana Skala ... LANDASAN TEORI Kesalahan Sistematis

49

2.2 Kerangka Pikir

ANALISAKEBUTUHANORGANISASI

SISTEM E-LEARNING

KUESIONERWAWANCARA

IDENTIFIKASIMASALAH

ANALISAKEBUTUHANPELATIHAN

ANALISABUDAYA

ORGANISASI

ANALISAINFRASTRUKTUR

ANALISABIAYA

USULAN PEMECAHANMASALAH

PERANCANGAN

Gambar 2.3 – Kerangka Pikir