bab 2 kompetensi sosial

28
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Sosial 2.1.1 Pengertian Kompetensi Sosial Chaplin (2001) menyatakan bahwa kompetensi adalah kelayakan kemampuan atau pelatihan untuk melakukan satu tugas, sedangkan Kartono (1990) memberi pengertian bahwa kompetensi adalah kemampuan atau segala daya, kesanggupan, kekuatan, kecakapan dan keterampilan teknis maupun sosial yang dianggap melebihi dari kesanggupan anggota biasa. Hughes (Topping dkk, 2000) menyatakan bahwa kompetensi sosial meliputi seperangkat kemampuan pokok, sikap, kepandaian dan perasaan yang diberi arti secara fungsional oleh konteks budaya, lingkungan dan situasi. Kompetensi sosial tidak lepas dari pengaruh situasi sosial, kondisi kelompok sosial, tugas sosial serta keadaan individu untuk beradaptasi dalam berbagai keadaan dan lingkungan. Waters dan Sroufe (Gullotta dkk, 1999) menyatakan bahwa individu yang memiliki kompetensi sosial dapat memanfaatkan lingkungan dan diri pribadi sebagai sumber untuk meraih hasil yang optimal dalam hubungan interpersonal. Gullota (Gullota dkk, 1999) menyimpulkan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan, kecakapan atau keterampilan individu dalam

Upload: ekal-ghifari

Post on 28-Jun-2015

1.352 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 kompetensi sosial

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kompetensi Sosial

2.1.1 Pengertian Kompetensi Sosial

Chaplin (2001) menyatakan bahwa kompetensi adalah kelayakan kemampuan atau

pelatihan untuk melakukan satu tugas, sedangkan Kartono (1990) memberi pengertian

bahwa kompetensi adalah kemampuan atau segala daya, kesanggupan, kekuatan,

kecakapan dan keterampilan teknis maupun sosial yang dianggap melebihi dari

kesanggupan anggota biasa.

Hughes (Topping dkk, 2000) menyatakan bahwa kompetensi sosial meliputi seperangkat

kemampuan pokok, sikap, kepandaian dan perasaan yang diberi arti secara fungsional

oleh konteks budaya, lingkungan dan situasi. Kompetensi sosial tidak lepas dari pengaruh

situasi sosial, kondisi kelompok sosial, tugas sosial serta keadaan individu untuk

beradaptasi dalam berbagai keadaan dan lingkungan. Waters dan Sroufe (Gullotta dkk,

1999) menyatakan bahwa individu yang memiliki kompetensi sosial dapat memanfaatkan

lingkungan dan diri pribadi sebagai sumber untuk meraih hasil yang optimal dalam

hubungan interpersonal. Gullota (Gullota dkk, 1999) menyimpulkan bahwa kompetensi

sosial adalah kemampuan, kecakapan atau keterampilan individu dalam berinteraksi

secara efektif dengan lingkungan dan memberi pengaruh pada orang lain demi mencapai

tujuan dalam konteks sosial tertentu yang disesuaikan dengan budaya, lingkungan, situasi

yang dihadapi serta nilai yang dianut oleh individu. Ford (1982,) memberikan definisi

yang lebih terarah dengan mengartikan kompetensi sosial sebagai tindakan yang sesuai

dengan tujuan dalam konteks sosial tertentu, dengan menggunakan cara-cara yang tepat

dan memberikan efek positif bagi perkembangan. Selanjutnya, dapat dinyatakan bahwa

orang yang memiliki kompetensi sosial yang tinggi mampu mengekspresikan perhatian

sosial lebih banyak, lebih simpatik, lebih suka menolong dan lebih dapat mencintai.

Individu dengan kompetensi sosial melalui pikiran dan perasaannya akan mampu

menyeleksi dan mengontrol perilaku mana yang sebaiknya dinampakkan dan yang

sebaiknya ditekan pada situasi tertentu yang dihadapi guna menerima tujuan yang

Page 2: BAB 2 kompetensi sosial

diinginkan dirinya sendiri atau orang lain. Setiap individu setidaknya memiliki

kompetensi sosial pada satu situasi dan tidak seorang pun yang memiliki kompetensi

sosial pada semua situasi, berarti setiap individu pernah melakukan kesalahan dalam satu

situasi yang dihadapi sehingga tidak dapat mencapai tujuan. Individu dengan kompetensi

sosial secara umum ialah yang dapat mengatur dirinya dan beradaptasi dengan banyak

kelompok dan terhadap banyak situasi (Topping dkk, 2000).

Asher dan Parker (Durkin, 1995) mendefinisikan kompetensi sosial sebagai komponen

lengkap dari suatu hubungan, kompetensi sosial dibutuhkan pada pertemuan awal untuk

membuat hubungan dan berfungsi untuk memudahkan dan mengembangkan ke arah

pertemanan. Individu dengan kompetensi sosial diharapkan dapat berkomunikasi secara

efektif, dapat memahami diri mereka sendiri dan orang lain, memperoleh peran gender

yang tepat, mengamati tugas moral dalam kelompok yang dihadapi, mengatur emosi,

menyesuaikan tingkah laku mereka dalam memberi respon sesuai tingkat usia dan norma

yang ada. Berdasarkan uraian para ahli, dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial

adalah kemampuan, kecakapan atau keterampilan individu dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan dan memberi pengaruh pada orang lain demi mencapai tujuan

dalam konteks sosial tertentu yang disesuaikan dengan budaya, lingkungan, situasi yang

dihadapi serta nilai yang dianut oleh individu.

2.1.2 Aspek-aspek Kompetensi Sosial

Gullotta dkk (1990), menyebutkan aspek-aspek kompetensi sosial terdiri dari:

a. Kapasitas kognitif, merupakan hal yang mendasari keterampilan sosial dalam

menjalin dan menjaga hubungan interpersonal yang positif.

Kapasitas kognitif meliputi :

1. Harga diri yang positif; adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri,

dan penghargaan dari orang lain. Individu yakin bahwa dirinya berharga, mampu

mengatasi segala tantangan dalam hidupnya, serta memperoleh penghargaan atas

apa yang dilakukannya. Harga diri yang positif memberikan kepercayaan diri

untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan lingkungan sosialnya.

Page 3: BAB 2 kompetensi sosial

2. Kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang sosial; merupakan

kemampuan untuk memahami lingkungan dan menjadi lebih peka terhadap orang

lain.

3. Keterampilan memecahkan masalah interpersonal; adalah sebuah proses perilaku

yang menyediakan sejumlah respon alternatif yang potensial bagi pemecahan

masalah yang dihadapi, serta meningkatkan kemungkinan pemilihan respon yang

paling efektif dari bermacammacam kemungkinan pemecahan masalah yang

dihadapi.

b. Keseimbangan antara kebutuhan bersosialisasi dan kebutuhan akan privacy, meliputi :

1. Kebutuhan bersosialisasi, merupakan kebutuhan individu untuk terlibat dalam

sebuah kelompok dan menjalin hubungan dengan orang lain.

2. Kebutuhan akan privacy, adalah keinginan untuk menjadi individu yang unik,

berbeda, dan bebas melakukan tindakan tanpa pengaruh orang lain.

c. Keterampilan sosial dengan teman sebaya adalah kecakapan individu dalam menjalin

hubungan dengan teman sebaya sehingga tidak mengalami kesulitan dalam

menyesuaikan diri dengan kelompok dan dapat terlibat dalam kegiatan kelompok.

Berdasarkan penjelasan beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa aspek kompetensi

sosial yang digunakan dalam penelitian ialah aspek yang dikemukakan oleh Gullota dkk,

yaitu harga diri positif, kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang sosial,

keterampilan memecahkan masalah interpersonal, kebutuhan bersosialisasi, kebutuhan

akan privacy, dan keterampilan sosial dengan teman sebaya. Aspek kompetensi sosial

digunakan karena Gullota dkk secara spesifik dan terperinci mendeskripsikan aspek-

aspek serta telah memenuhi ranah kognitif, tingkah laku dan afektif.

2.2 Emosi

2.2.1 Pengertian Emosi

Emosi berasal dari kata ”Emotus” atau ”emovere” yang artinya mencerca yaitu sesuatu

yang mendorong terhadap sesuatu, misalnya emosi gembira akan mendorong perubahan

Page 4: BAB 2 kompetensi sosial

suasana hati seseorang sehingga menyebabkan individu tersebut tertawa, atau marah

dapat mendorong seseorang untuk menyerang atau mencerca sesuatu (Dirgagunarsa,

1996).

Dalam makna harfiah, Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi sebagai ”setiap

kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat atau

meluap-luap” (Daniel Goleman, 1998). Dalam Ensiklopedia Indonesia, emosis berasal

dari bahasa latin ”emovere” yang berarti menggoncangkan. Emosi juga berarti perasaan;

serangkaian pengalaman yang berbeda-beda seperti marah, cinta, benci dan sebagainya,

tidak terkendali oleh akar atau rasio. Keadaan kompleks yang mencakup pengamatan dari

objek atau situasi , perubahan badaniah yang menyebar, penilaian dari perasaan tertarik

atau fisik, dan tingkah laku ke arah pendekatan atau penarikan diri (Shadily, 1982).

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa emosi adlah suatu reaksi

komplek yang dialami oleh individu yang memeprlihatkan ciri-ciri kognitif, reaksi

fisiologis dan faktor perilaku yang merupakan komponen-komponen yang penting dari

emosi.

2.2.2 Macam-macam Emosi

Davidoff (1991) menyatakan bahwa hampir seluruh ahli psikologi membagi emosi

menjadi dua bagian, yaitu emosi yang menyenangkan dan emosi yang tidak

menyenangkan. Kedua jenis emosi tersebut merupakan potensi yang ada pada semua

manusia yang pada suatu waktu tertentu akan muncul dalam pikiran serta tingkah laku.

Contoh ragam emosi yang tidak menyenangkan adalah takut, marah, sedih. Sedangkan

yang termasuk ke dalam emosi yang menyenangkan misalnya gembira dan cinta.

a. Takut

Takut adalah perasaan yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat

mungkin menghindari kontak dengan hal itu (Goleman, 1998). Emosi takut ini adalah

salah satu emosi yang penting dalam kehidupan manusia. Sebab memelihara manusia dari

Page 5: BAB 2 kompetensi sosial

bahaya-bahaya yang mengancamnya, sehingga membantunya dalam melestarikan

kehidupannya (Azhari, 1996).

Manfaat takut tidak hanya terbatas pada perlindungan bagi manusia dari bahaya-bahaya

yang mengancamnya dalam kehidupan duniawi, akan tetapi juga dapat mendorong

seorang mukmin kepada perasaan takut terhadap azab Allah swt dalam kehidupan akhirat

kelak (Najati, 1997). Seperti yang disebutkan dalam Alqur’an surat Al-anfal ayat 2:

Yang artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila

disebut nama Allah, maka bergetarlah hati mereka. Dan apabila dibacakan kepada

mereka ayat-ayat-Nya, bertambahalah iman mereka (karenanya). Dan kepada allahlah

mereka bertawakal”. (QS. Al-Anfal:2)

b. Marah

Marah merupakan salah satu ekspresi manusiawi yang dapat diekspresikan dengan kata-

kata makian, menjatuhkan benda dan merusaknya, hingga mogok makan atau

mengisolasi diri (Awwad, 1997). Marah juga merupakan emosi penting yang mempunyai

fungsi esensial bagi kehidupan menusia, yakni membantunya dalam menjaga diri.

Pada waktu seseorang marah, energinya guna melakukan upaya fisik yang kerasa makin

meningkat. Hal ini memungkinkannya untuk mempertahankan diri atau menaklukan

segala hambatan yang menghadang dijalan dalam upaya untuk merealisasikan tujuan-

tujuannya (Najati, 1997).

c. Sedih

Sedih adalah bentuk yang lebih ringan dari trauma psikis yang disebabkan oleh hilangnya

sesuatu yang dicintai. Sedangkan dalam bentuk berat disebut depresi.

Page 6: BAB 2 kompetensi sosial

Perbedaan antar sedih atau duka cita, dan depresi adalah rasa sedih atau duka cita

biasanya tidak menhalangi individu untuk menjalankan tugas sehari-hari. Sedangkan

depresi dapat terlihat dengan ciri khasnya seperti cara berpikir yang tidak realistis, sering

merasa tidak berharga, merasa bersalah atas hal yang bukan menjadi tanggung jawabnya,

tidak mampu untuk memusatkan pikiran, ada kemungkinan untuk melukai dirinya sendiri

dan mengakhiri hidupnya (Albin, 1998).

d. Gembira

Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan.

Biasanya kegembiraan disebabkan oleh sesuatu yang bersifat tiba-tiba (surprise) dan

kegembiraan biasanya melibatkan orang-orang disekitarnya (Azhari, 1996).

e. Cinta

Cinta memainkan perasaan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab ia

merupakan landasan perkawinan, pembentukan keluarga, dan pemeliharaan anak-anak.

Cinta adalah landasan hubungan yang erat di masyarakat dan pembentukkan hubungan-

hubungan manusiawi yang akrab. Cinta adalah pengikat yang kokoh dalam hubungan

antara sesama manusia dengan Tuhannya dan membuatnya ikhlas dalam

menyembahNya, mengikuti jalan-Nya dan berpegang teguh pada syariatNya (Najati,

1997).

2.2.3 Fungsi Emosi

Fungsi emosi secara umum diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Memberi arti pada seluruh perjalanan hidup manusia. Misalnya ada perasaan

menyenangkan, kita tertawa gembira. Sebaliknya rasa sedih yang membuat hati

gundah gulana meneteskan air mata. Senang, takut, dan gelisah adalah kekuatan

emosi yang memberi arti pada pengalaman hidup.

b. Memberi perlindungan kesejahteraan dalam bentuk rasa aman dan kepuasan hidup.

Misalnya emosi takut berguna agar anda bersikap hati-hati terhadap objek tertentu,

sehingga kita bisa terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan.

Page 7: BAB 2 kompetensi sosial

c. Memperkaya dan memberikan variasi pada kehidupan sehingga dapat dinikmati.

Misalnya emosi senang dan sedih akan datang berselang seling. Emosi takut dan

emosi berani akan datang bergantian. (Budiman dan Baradja, 1998)

Adapun secara khusus fungsi dari emosi-emosi tersebut adalah sebagai berikut:

Emosi takut berfungsi untuk mendorong kita untuk menghindari diri dari berbagai bahaya

yang mengancam, juga bagi orang beragama berfungsi sebagai pemeliharaan diri dari

azab dan siksa pada kehidupan akhirat nanti.

Emosi marah mendorong kita untuk membantu menjaga diri . mempertahankan diri, dan

berjuang untuk menjaga kelangsungan hidup dengan menghadang segala hambatan yang

menghadang.

Cinta adalah landasan keterpautan hati antara dua jenis dan keterikatan anatar satu sama

lainnya, guna tetap terpeliharanya kelangsungan hidup manusia (Budiman dan Baradja,

1998).

2.3 Kematangan Emosi

2.3.1 Pengertian Kematangan Emosi

Istilah kematangan menunjukkan adanya proses menjadi (becoming). Individu yang

dianggap telah memenuhi persyaratan untuk disebut matang juga masih akan terus

berkembang, sehingga pada tiap-tiap individu mungkin memiliki taraf kematangan yang

berbeda pada waktu yang lalu maupun masa yang akan datang.

Menurut Katkovsky dan Gorlow seperti dikutip oleh Pramono (2003) kematangan emosi

merupakan suatu proses dimana kepribadian secara terus menerus berusaha mencapai

keadaan emosi yang sehat baik secara intrafisik maupun secara interpersonal.

Kematangan emosi tidak terjadi begitu saja tetapi melalui tahap yang harus dilalui secara

berkesinambungan. Individu yang emosianya matang tidak berarti akan selalu bertindak

kompeten, tetapi gaya hidup mereka cenderung lebih banyak menunjukkan tingkah laku

yang matang.

Page 8: BAB 2 kompetensi sosial

Hal ini berarti naik turunnya keadaan emosi dan hubungan interpersonal merupakan hal

yang normal. Akan tetapi juga naik turunnya ini menjadi suatu pola yang terus menerus

berlangsung dan menjadi suatu cara hidup, maka dikatakan bahwa keadaan tersebut

mencerminkan ketidakmatangan emosi.

Scheineders seperti dikutip oleh Muzaeni (2002) menyatakan bahwa kematangan emosi

menuntut adanya perkembangan emosi yang memadai nantinya akan menjadi dasar

penyesuaian diri dengan baik, dan akan mampu memberikan reaksi secara emosiaonal

sesuai dengan tingkat kematangan perkembangan kepribadian individu. Kematangan

emosi memerlukan tiga kualitas, yaitu:

a. Rentang dan kedalaman emosi, berarti seseorang yang perasaannya dangkal dan

dibuat-buat atau yang apatis tidak matang emosinya.

b. Kontrol emosi, berarti bahwa seseorang dianggap tidak matang emosinya jika terus-

menerus menjadi korban rasa cemas, marah, cemburu, dan kebenciannya sendiri.

c. Respon emosi yang adekuat, berarti respon harus sesuai dengan tingkat

perkembangan.

Menurut Pikunas seperti dikutip Sukardi (1999) menyatakan, individu pada masa remaja

memiliki emosi yang sangat labil dan cepat sekali berubah. Namun demikian diferensiasi

emosi terjadi terutama pada masa remaja awal. Sebelum periode berakhir, individu telah

mengalami kondisi afeksi dewasa. Suasana hati yang sering berubah dan berlawanan

(senang - sedih) lebih sering terjadi pada pertengahan remaja. Pada remaja akhir, reaksi

emosi menajdi lemah tetapi lebih matang dan dewasa.

Kematangan emosi dibutuhkan oleh remaja agar ia dapat menyesuaikan diri dengan

segala tuntutan sikap, nilai dan peran yang berbeda dengan masa sebelumnya. Ketika

seorang anak mencapai masa remaja, muncul berbagai tuntutan dan tugas-tugas

perkembangan baru yang harus dipenuhi. Dengan kematangan emosi remaja memiliki

kapasitas untuk bereaksi sesuai dengan tuntutan yang ada remaja berkesempatan lebih

besar untuk mengatasi masalah frustasi dan konflik secara efektif.

Page 9: BAB 2 kompetensi sosial

Hurlock (1996) menyatakan bahwa remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi

bila pada akhir masa remaja tidak segera melampiaskan emosinya dihadapan orang lain

melainkan menunggu pada saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya

dengan cara-cara yang lebih tepat, dan dengan cara-cara yang dapat diterima.

2.3.2 Karakteristik Kematangan Emosi

Smitson dalam Katsovsky dan Garlow seperti dikutip Kurniawan (1994) mengatakan

tujuh ciri kematangan emosi:

a. Berkembang ke arah kemandirian (Toward Independence)

Kemandirian merupakan kapasitas seseorang untuk mengatur kehidupannya sendiri.

Individu lahir ke dunia dalam keadaan tergantung pada orang lain. Namun dalam

perkembangannya, mereka belajar untuk mandiri dan mengendalikan dorongan yang

bersifat pleasure-oriented. Artinya mereka mampu memutuskan apa yang

dikehendaki dan bertanggung jawab terhadap keputusan itu.

b. Mampu menerima kenyataan (ability to accept reality)

Mampu menerima kenyataan bahwa dirinya tidak selalu sama dengan orang lain,

mempunyai kesempatan, kemampuan, serta tingkat intelegensi yang berbeda dengan

orang lain. Seorang yang matang bisa menerima kenyataan hidup yang positif

maupun negatif, tidak menyangkal atau lari darinya. Ia menggunakan apa yang ada

pada dirinya untuk menghadapi kenyataan tersebut, dan secara efektif

mengembangkan pola tingkah laku dan pola hubungan dengan orang lain.

c. Mampu beradaptasi (adaptability)

Menurut Smitson (1976) aspek ini merupakan yang terpenting dalam kematangan

emosi. Orang yang matang emosinya mampu beradaptasi dan menerima beragam

karakteristik orang serta mampu menghadapi situasi apapun. Maksudnya, ia dapat

dengan fleksibel berhubungan dengan orang atau situasi tertentu secara produktif.

d. Mampu berespon dengan tepat (readiness to responed)

Page 10: BAB 2 kompetensi sosial

Individu yang matang emosinya memiliki kepekaan untuk berespon terhadap

kebutuhan emosi orang lain, baik yang diekspresikan maupun tidak diekspresikan.

Hal ini melibatkan kesadaran bahwa setiap individu unik, memiliki hak dan persaan

sendiri.

e. Kapasitas untuk seimbang (Capacity to balance)

Seorang yang kurang matang memandang segala sesuatu dengan pertimbangan: apa

yang akan ia dapatkan dari situasi atau orang tersebut. Sedangkan pada individu yang

matang emosinya, mereka akan menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan sendiri dan

orang lain. Mereka mempertimbangkan pula hal-hal apa yang mampu mereka

berikan. Orang yang tingkat kematangan emosi yang cukup tinggi menyadari bahwa

sebagai makhluk sosial ia memiliki ketergantungan pada orang lain.

f. Mampu berempati (Empathic understanding)

Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan

memahami apa yang mereka pikir atau rasakan. Dengan kemampuan ini, individu

tidak hanya mengetahui apa yang dirasakan orang lain, tetapi juga memahami hal-hal

dibalik munculnya perasaan tersebut. Empati dapat dikembangkan jika individu tidak

lagi memusatkan perhatian pada diri sendiri.

g. Mampu menguasai amarah (Controlling anger)

Menerima rasa marah serta kesadaran akan adanya perasaan-perasaan lain yang

mendasari kemarahan tersebut, akan membantu mengatasi rasa marah dan

menyalurkannya dengan cara yang konstruktif. Individu yang matang emosinya dapat

mengetahui hal-hal apa saja yang dapat membuatnya marah, maka ia dapat

mengendalikan perasaan marahnya.

Blood. B dan M. Blood seperti dikutip oleh kurniawan (1994) menyatakan ada beberapa

ciri yang menandai seseorang yang matang emosinya, yaitu:

a. Mampu mempertahankan hubungan

Page 11: BAB 2 kompetensi sosial

Individu yang matang emosinya memiliki kemampuan untuk memberi, menerima dan

mengasihi orang lain. Dengan kata lain, individu memiliki kemampuan untuk

mengasihi.

b. Mampu mempersepsikan orang lain

Seseorang yang matang emosinya akan belajar untuk menghargai identitas orang lain.

c. Kerelaan bertanggung jawab terhadap orang lain.

Seseorang yang matang emosinya tidak bertindak altruistik, dan memiliki komitmen

jangka panjang. Keadaan tersebut dikarenakan minatnya yang terus berubah-ubah,

sehingga komitmen akan mengganggu kesenangannya.

d. Harapan yang realistik

Individu yang matang emosinya mempunyai harapan yang realistik, dapat menerima

dirinya dan orang lain sebagaimana adanya.

Hurlock (1973) menyebutkan tiga kriteria emosi yang matang adalah:

1. Remaja dapat melakukan pengendalian emosi yang dapat diterima secara sosial.

2. Remaja dapat memahami seberapa banyak pengendalian emosi yang dibutuhkan

untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat.

3. Remaja dapat menilai situasi secara kritis sebelum merespon dan memutuskan cara

bereaksi terhadap situasi tersebut.

Berdasarkan uraian karakteristik kematangan emosi dari berbagai tokoh di atas, maka

dalam penelitian ini akan digunakan 7 aspek kematangan emosi menurut pendapat dari

Smithson (1976) yang terdiri dari:

a. Berkembang kearah kemandirian

Remaja dapat berkembang kearah kemandirian tanpa bergantung kepada orang lain,

ia dapat mengatur kehidupannya sendiri dan mampu memutuskan apa yang

dikehendakinya.

b. Mampu menerima kenyataan

Remaja yang matang emosinya bisa menerima kenyataan hidup yang positif maupun

negatif, tidak menyangkal atau lari darinya. Ia menggunakan apa yang ada pada

dirinya untuk menghadapi kenyataan tersebut.

Page 12: BAB 2 kompetensi sosial

c. Mampu beradaptasi

Remaja yang matang mampu menerima dan beradaptasi dengan beragam orang dan

situasi. Dengan kata lain individu dapat dengan fleksibel dan produktif berhubungan

dengan orang atau situasi tertentu.

d. Kepekaan untuk merespon

Remaja yang matang emosinya memiliki kepekaan untuk merespon terhadap

kebutuhan emosi orang lain, baik yang diekspresikan maupun yang tidak

diekspresikan.

e. Kapasitas untuk seimbang

Remaja yang matang emosinya, mereka akan menyeimbangkan pemenuhan

kebutuhan sendiri dan orang lain. Mereka mempertimbangkan pula hal-hal apa yang

mampu mereka berikan.

f. Mampu berempati

Dengan kemampuan ini, remaja tidak hanya mengetahui apa yang dirasakan orang

lain, tetapi juga memahami hal-hal dibalik munculnya perasaan tersebut.

g. Mampu menguasai amarah

Menerima rasa marah dan menyalurkannya dalam cara yang konstruktif dan tidak

merugikan lingkungan masyarakat.

Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, maka yang dimaksud dengan kematangan

emosi dalam penelitian ini adalah suatu proses dimana kepribadian secara terus-menerus

berusaha mencapai keadaan emosi yang sehat. Hal ini ditunjukkan dengan sikap dan

arahnya menunjukkan tingkah laku yang matang dalam menghadapi situasi tertentu dan

bertindak secara mandiri, menerima realitas, mampu beradaptasi, kesiapan berespon,

kapasitas untuk seimbang, berempati, mampu menguasai amarah.

2.4 Remaja

2.4.1 Pengertian Remaja

Dalam perkembangan kepribadian seseorang remaja mempunyai arti yang khusus, namun

begitu masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses

Page 13: BAB 2 kompetensi sosial

perkembangan seseorang. Remaja tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak pula

termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada diantara anak dan orang

dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai fungsi fisik dan psikisnya

(Monks, Knoers dan Haditono, 1992).

Ausubel (1965) menyebutkan status orang dewasa sebagai status primer, artinya status itu

diperoleh berdasarkan kemampuan dan usaha sendiri. Status anak adalah diperoleh

(derived) artinya tergantung dari pada apa yang diberikan oleh orang tua dan masyarakat.

Remaja ada dalam status interim sebagai akibat dari posisi yang sebagian diberikan oleh

orang tua dan sebagian diperoleh melalui usaha sendiri yang selanjutnya memberikan

prestasi tertentu padanya.

Menurut Monks, Knoers dan Haditono (1992) secara global mengenai semua aspek

perkembangan dalam masa remaja berlangsung antara 12-21 tahun, dengan pembagian

sebagai berikut:

Masa remaja awal dengan batas usia 12-15 tahun

Masa remaja tengah dengan batas usia 15-18 tahun

Masa remaja akhir dengan batas usia 18-21 tahun

Sedangkan menurut hurlock, awal masa remaja kira-kira dari tiga belas tahun sampai

enam belas atau tujuh belas tahun. Dan akhir masa remaja bermuda dari usia enam belas

atau tujuh belas tahun sampai delatan belas tahun, yaitu usia matang secara hukum.

Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat.

2.4.2 Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Remaja

Havighurts mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya

tugas-tugas yang harus dipenuhi. Tugas ini dalam batas tertentu bersifat khas untuk setiap

masa seseorang. Havighurts menyebutnya sebagai tugas perkembangan (developmental

task) yaitu tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa hidup tertentu sesuai

dengan norma masyarakat dan norma kebudayaan.

Page 14: BAB 2 kompetensi sosial

Sedang tugas-tugas perkembangan pada masa remaja itu sebagai berikut:

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria

maupun wanita

b. Mencapai peran sosial baik pria dan wanita

c. Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya

f. Mempersiapkan karis ekonomi

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

h. Memperoleh perengkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk diperlakukan

pengembangan ideologi (Moks, Knoers dan Haditono, 1992)

Tugas-tugas perkembangan tersebut bukan suatu yang mudah diselesaikan. Bagi remaja

sendiri, tugas-tugsa ini merupakan masalah yang harus dihadapi dan harus dipecahkan,

sehingga remaja memerlukan informasi, kawan diskusi, model atau figur yang dapat

diteladani dan pengarahan secara bimbingan yang tidak menggurui.

2.4.3 Ciri-ciri Umum Remaja

Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa

remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan

sesudahnya. Menurut Harlock (1992) ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

a. Masa remaja adalah periode yang penting

Kendatipun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kadar

kepentingannya berbeda-beda. Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun

jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada

lagi karena akibat psikis.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau perubahan dari apa yang telah terjadi

sebelumnya. Akan tetapi berarti apa yang telah terjadi sebelumnya akan

meningkatkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.

Page 15: BAB 2 kompetensi sosial

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan

tingkat perubahan fisik. Ada empat perubahan yang sama dan hampir bersifat

universal, yaitu:

Meningkatnya emosi, yang intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik

dan psikis yang terjadi.

Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk

dipesankan menimbulkan masalah baru. Remaja akan tetap merasa ditimbuni

masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya.

Dengan perubahan minat dan pola perilaku maka nilai juga berubah. Apa yang

ada pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa

tidak penting lagi.

Sebagian remaja bersifat ambivien terhadap setiap perubahan. Mereka

menginginkan dan menentukan kebebasan.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode mempunyai masalah sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja

sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki dan perempuan.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada tahun-tahun awal remaja, penyesuaian diri dengan kelompok tetap penting.

Tetapi lambat laun dia mulai mendambakan identitas diri dan tidak pas lagi dengan

menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan dari masyarakat, kurang rapi dan dekat dengan hal-hal yang negatif,

membuat remaja menjadi takut.

Monks (1984) menyebutkan bahwa masalah-masalah yang berhubungan dengan diri

remaja dapat dibedakan menurut sumbernya menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Masalah-masalah yang berhubungan dengan diri remaja sendir. Seperti misalnya:

Dasar yang lemah, masa kanak-kanak yang telah dialaminya tidak

menguntungkan perkembangan pada masa tersebut ini kurang memperoleh

kesempatan dan latihan untuk mempertimbangkan kemampuan yang ada padanya.

Page 16: BAB 2 kompetensi sosial

Jejak-jejak atau akibat-akibat dari peristiwa pada masa kanak-kanak seperti

halnya kekecewaan, kegagalan, peristiwa yang memberikan pukulan datin

menyebabkan anak kehilangan kegairahan dan semangat berjuang dalam

menyambut masa remaja.

2. Masalah yang berkaitan dengan pergaulan

Masalah penampilan fisik dapat mengakibatkan masalah dalam pergaulan, sehingga

remaja tidak berani bergaul atau bahkan over acting bertingkah laku dan mengalami

hambatan dalam bergaul.

3. Masalah yang berhubungan dengan interaksi antara orang tua dan remaj. Tingkah

laku remaja yang sering menjadi masalah bersumber pada konflik dengan orang tua,

misalnya:

Orang tua yang kurang mengerti mengenai perkembangan remaja dan usaha-

usaha pelepasan dirinya.

Kekurang pahaman remaja akan harapan orang tua yang menghendakinya agar

dapat bertingkah dewasa dan bertanggung jawab.

Adanya jurang pemisah antara generasi orang tua dan generasi remaja yang

dilatarbelakangi oleh pendidikan dan perkembangan jaman yang berbeda.

Dari uraian di atas, tampaklah dengan jelas bahwa kunci yang pokok adalah hubungan

yang akrab antara orang tua dengan anak-anaknya yang menginjak usia remaja.

Hubungan yang akrab itu tidak didasarkan pada landasan kebendaan saja, akan tetapi

senantiasa harus diselsaikan dengan landasan spiritual.

2.5 Kerangka Berfikir

Chaplin (2001) menyatakan bahwa kompetensi adalah kelayakan kemampuan atau

pelatihan untuk melakukan satu tugas, sedangkan Kartono (1990) memberi pengertian

bahwa kompetensi adalah kemampuan atau segala daya, kesanggupan, kekuatan,

kecakapan dan keterampilan teknis maupun sosial yang dianggap melebihi dari

kesanggupan anggota biasa.

Page 17: BAB 2 kompetensi sosial

Asher dan Parker (Durkin, 1995) mendefinisikan kompetensi sosial sebagai komponen

lengkap dari suatu hubungan, kompetensi sosial dibutuhkan pada pertemuan awal untuk

membuat hubungan dan berfungsi untuk memudahkan dan mengembangkan ke arah

pertemanan. Individu dengan kompetensi sosial diharapkan dapat berkomunikasi secara

efektif, dapat memahami diri mereka sendiri dan orang lain, memperoleh peran gender

yang tepat, mengamati tugas moral dalam kelompok yang dihadapi, mengatur emosi,

menyesuaikan tingkah laku mereka dalam memberi respon sesuai tingkat usia dan norma

yang ada. Berdasarkan uraian para ahli, dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial

adalah kemampuan, kecakapan atau keterampilan individu dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan dan memberi pengaruh pada orang lain demi mencapai tujuan

dalam konteks sosial tertentu yang disesuaikan dengan budaya, lingkungan, situasi yang

dihadapi serta nilai yang dianut oleh individu.

Istilah kematangan menunjukkan adanya proses menjadi (becoming). Individu yang

dianggap telah memenuhi persyaratan untuk disebut matang juga masih akan terus

berkembang, sehingga pada tiap-tiap individu mungkin memiliki taraf kematangan yang

berbeda pada waktu yang lalu maupun masa yang akan datang. Menurut Katkovsky dan

Gorlow seperti dikutip oleh Pramono (2003) kematangan emosi merupakan suatu proses

dimana kepribadian secara terus menerus berusaha mencapai keadaan emosi yang sehat

baik secara intrafisik maupun secara interpersonal.

Kematangan emosi tidak terjadi begitu saja tetapi melalui tahap yang harus dilalui secara

berkesinambungan. Individu yang emosianya matang tidak berarti akan selalu bertindak

kompeten, tetapi gaya hidup mereka cenderung lebih banyak menunjukkan tingkah laku

yang matang.

Kematangan emosi dibutuhkan oleh remaja agar ia dapat menyesuaikan diri dengan

segala tuntutan sikap, nilai dan peran yang berbeda dengan masa sebelumnya. Ketika

seorang anak mencapai masa remaja, muncul berbagai tuntutan dan tugas-tugas

perkembangan baru yang harus dipenuhi. Dengan kematangan emosi remaja memiliki

Page 18: BAB 2 kompetensi sosial

kapasitas untuk bereaksi sesuai dengan tuntutan yang ada remaja berkesempatan lebih

besar untuk mengatasi masalah frustasi dan konflik secara efektif.

Hurlock (1996) menyatakan bahwa remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi

bila pada akhir masa remaja tidak segera melampiaskan emosinya dihadapan orang lain

melainkan menunggu pada saat dan tempat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya

dengan cara-cara yang lebih tepat, dan dengan cara-cara yang dapat diterima.

SKEMA ...

Makasih ameelll.