kompetensi sosial kepala sekolah di sma darunnajah...

143
KOMPETENSI SOSIAL KEPALA SEKOLAH DI SMA DARUNNAJAH JAKARTA SELATAN Tesis Oleh: RIKA RIMAWATI NIM 21170181000013 JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 19-Jan-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KOMPETENSI SOSIAL KEPALA SEKOLAH DI SMA

DARUNNAJAH JAKARTA SELATAN Tesis

Oleh:

RIKA RIMAWATI

NIM 21170181000013

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

i

ii

iii

Lembar Pengesahan Seminar Hasil

iv

Lembar Persetujuan Pembimbing

v

Abstrak

Rika Rimawati NIM 21170181000013: “Kompetensi Sosial Kepala Sekolah di SMA

Darunnajah Jakarta Selatan” Tesis Program Magister Manajemen Pendidikan Islam

(MPI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kompetensi Sosial kepala SMA Darunnajah

Jakarta Selatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada

masyarakat khususnya pihak SMA Darunnajah Jakarta Selatan sebagai penambah

wawasan pengetahuan dalam hal kompetensi sosial kepala sekolah, sebagai bahan

masukan tentang pentingnya kompetensi sosial sehingga mampu menjalin hubungan baik

dengan ssemua stakeholders pendidikan.

Penelitian ini menggunakan metode metode kualitatif deskriptif dimana pengumpulan

data menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi dokumen. Dalam penelitian ini,

penulis mewawancarai beberapa narasumber diantaranya: Kepala Sekolah, Guru, siswa,

masyarakat sekitar sekolah SMA Darunnajah Jakarta Selatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sosial kepala SMA Darunnajah

Jakarta Selatan dilakukan dengan: 1) kerjasama dengan pihak internal dan eksternal

sekolah yaitu dengan adanya kegiatan rapat, pembinaan siswa, kerjasama antara guru,

pemerintah, lembaga luar negeri, perusahaan dan perusahaan swasta; 2) partisipasi

kegiatan kemasyarakatan dilakukan dengan bakti sosial, Praktek Pengabdian Masyarakat

(PPM), perayaan hari besar Islam, keterlibatan kegiatan yang diadakan di masyarakat, 3)

memiliki kepekaan sosial yaitu: memberikan bantuan kesejahteraan untuk guru dan

karyawan, Terlibat langsung dalam memberikan bantuan, Memberikan pengawasan dan

pembinaan bagi guru dan siswa, Mengatasi masalah dengan kedewasaan dan menerima

pendapat dari berbagai pihak.

Kata Kunci : Kompetensi, Sosial, Kepala sekolah

vi

Abstract

Rika Rimawati NIM 21170181000013: "The Social Competence of The Principal at

Darunnajah High School South Jakarta”. Thesis of the Master Program in Islamic

Education Management (MPI) of the Tarbiyah and Teaching Faculty (FITK) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

This study aims to determine the Social Competence of The Principal at Darunnajah

High School South Jakarta. The results of this study are expected to provide benefits to the

community, especially the Darunnajah High School South Jakarta as an added insight of

knowledge in terms of the school's social competency, as input for the importance of social

competence so as to be able to establish good relations with all educational stakeholders.

This research uses descriptive qualitative methods in which data collection uses

interview, observation and document study techniques. In this study, the authors

interviewed several speakers including: Principal, Teacher, student, community around

the Darunnajah High School South Jakarta.

The results showed that the social competency of The Principal at Darunnajah High

School South Jakarta was carried out by: 1) collaboration with internal and external

parties of the school, namely through meetings, student coaching, cooperation between

teachers, government, foreign institutions, companies and private companies; 2)

participation in community activities is carried out with social services, Community

Service Practices (PPM), celebrations of Islamic holidays, involvement of activities held in

the community, 3) has social sensitivity, namely: providing welfare assistance for teachers

and employees, directly involved in providing assistance, Providing supervision and

coaching for teachers and students, Overcoming problems with maturity and accepting

opinions from various parties

Key Words: Competence, social, principal

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’aalamiin,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan

karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan

tesis ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita

yakni Nabi besar kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.

Tesis yang berjudul “Kompetensi Sosial Kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan”

disusun sebagai persyaratan memperoleh gelar Magister (M.Pd) pada jurusan Manajemen

Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapatkan bantuan, arahan dan

bimbingan dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Unversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Amany

Burhanuddin Lubis, Lc, MA.

2. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Jejen Musfah , MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku Dosen

Pembimbing tesis yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis.

4. Seluruh dosen Magister Manajemen Pendidikan Islam yang senantiasa memberikan

ilmu pengetahuan dan bimbingan selama perkuliahan.

5. Muslikh, M.Pd selaku Staf program magister FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan pelayanan akademik sangat baik kepada penulis.

6. Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan yag telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Darunnajah Jakarta Selatan.

7. H. Nurkhamid, Lc., M.pd, Kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan yang telah

menerima dan membimbing saya dengan baik selama penelitian. Serta dewan guru dan

karyawan TU yang membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan

penelitian ini.

8. Nur Azizah selaku Sekretaris pondok pesantren Darunnajah Jakarta Selatan yang telah

membantu penulis dari mulai perizinan hingga kelengkapan data-data penelitian.

9. Orang tua yang sangat penulis cintai dan sayangi, yang selalu memberikan motivasi

dan doa kepada penulis untuk selalu bersemangat dalam menyelesaikan studi ini.

10. Pimpinan SMK Yadika 1 Jakarta Barat yang telah memberikan waktu kepada penulis

untuk izin meninggalkan tugas menyelesaikan penelitian ini.

viii

11. Keluarga Besar Mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan Islam tahun 2017/2018

kelas MPI A yang sangat membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan

study program Magister Manajemen Pendidikan Islam UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

12. Semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan

keberkahan dan keridhaan kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Akhir

kata, besar harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis menyadari betul bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya, untuk itu kritik

dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 16 Oktober 2019

Rika Rimawati

ix

Daftar Isi

Surat Pernyataan Karya Sendiri ....................................... Error! Bookmark not defined.

Lembar Pengesahan Tesis .................................................. Error! Bookmark not defined.

Lembar Pengesahan Seminar Hasil .............................................................................. iii

Lembar Persetujuan Pembimbing ................................................................................. iv

Abstrak .............................................................................................................................. v

Daftar Isi ........................................................................................................................... ix

Daftar Tabel dan Bagan .................................................................................................. xi

Daftar Lampiran ............................................................................................................ xii

BAB I .................................................................................................................................. 1

Pendahuluan ...................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................................. 5

C. Pembatasan Masalah................................................................................................. 5

D. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 5

G. Penelitian yang Relevan ........................................................................................... 6

BAB II ................................................................................................................................ 9

Kajian Teori ...................................................................................................................... 9

A. Hakikat kepala sekolah ............................................................................................. 9

B. Pentingnya Kompetensi bagi pemimpin ................................................................. 15

C. Kompetensi Kepala Sekolah ................................................................................... 19

D. Kompetensi Sosial Kepala Sekolah ......................................................................... 29

E. Kerangka Berfikir .................................................................................................... 42

BAB III ............................................................................................................................. 45

Metodologi Penelitian ..................................................................................................... 45

A. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................................... 45

x

B. Metode Penelitian ........................................................................................................ 45

C. Sumber Data ................................................................................................................ 46

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .................................................................. 47

E. Teknik Analisis dan Interpretasi Data ......................................................................... 48

BAB IV ............................................................................................................................. 53

A. Gambaran Umum Tentang Tempat Penelitian ...................................................... 53

1. Identitas sekolah ....................................................................................................... 53

2. Visi dan Misi ............................................................................................................. 54

3. Pola Pendidikan ........................................................................................................ 54

4. Fasilitas sekolah ......................................................................................................... 55

B. Temuan Penelitian ..................................................................................................... 56

1. Profil SMA Darunnajah Jakarta Selatan ................................................................. 56

2. Kerjasama ............................................................................................................... 58

3. Partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan ................................................. 64

4. Memiliki kepekaan sosial ....................................................................................... 66

C. Pembahasan Penelitian ............................................................................................. 69

1. Kerjasama ................................................................................................................. 69

2. Partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan ................................................... 77

3. Memiliki kepekaan sosial ......................................................................................... 78

BAB V .............................................................................................................................. 81

Penutup ............................................................................................................................ 81

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 81

B. Saran ........................................................................................................................ 82

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 83

Lampiran

xi

Daftar Tabel dan Bagan

Tabel

Tabel 01 Pelaksanaan penyusunan Tesis

Tabel 02 Keabsahan data

Tabel 03 Kerjasama lembaga luar negeri

Bagan

Bagan 01 Kerangka berfikir

Bagan 02 Penemuan penelitian

xii

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Hasil Wawancara

Lampiran 2 Hasil Observasi

Lampiran 3 Struktur Organisasi

Lampiran 4 Daftar Pondok Pesantren Darunnajah

Lampiran 5 Daftar Guru SMA Darunnajah Jakarta Selatan

Lampiran 6 Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2019/2020

Lampiran 7 Struktur Kurikulum

Lampiran 8 Tata tertib

Lampiran 9 Jam Belajar

Lampiran 10 Dokumen Smartel Santri

Lampiran 11 Foto Kegiatan

Lampiran 12 Mou

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kebutuhan manusia yang terjadi secara terus menerus dan

mengalami perkembangan mengikuti zaman. Dalam Undang-undang Republik Indonesia

nomor 20 tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional mengartikan pendidikan sebagai

usaha sadar dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan manusia. dalam agama Islam, setiap manusia

berhak mendapatkan pendidikan apapun status sosialnya dan usianya. Semenjak keluar

dari rahim seorang ibu hingga meninggalkan kehidupan dunia ini. Semua berhak

mendapatkan pendidikan, Oleh karena itu agama Islam sampai mewajibkan untuk mencari

pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi seluruh penganutnya tanpa terkecuali. Pentingnya

pendidikan telah dicontohkan oleh Allah SWT pada wahyu yang pertama yaitu surat Al-

Alaq ayat 1-5 yang banyak mengandung isyarat-isyarat pendidikan dan pengajaran dengan

makna luas dan mendalam selain itu, Allah juga memberikan penghargaan kepada orang-

orang yang berpendidikan, seperti dilukiskan dalam surah Al Mujadalaah ayat 11 yang

artinya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-

orang yang diberi pengetahuan derajat (yang banyak).

Di dalam sistem pendidikan nasional, jenis pendidikan terdiri dari pendidikan sekolah

dan pendidikan luar sekolah (Amos Neolaka, Grace Amialia A. Neolaka, 2017, h. 60).

Pendidikan luar sekolah yaitu pendidikan yang di dapat pada lingkungan masyaraka dalam

prosesnya perkembangan baik fisik dan mental anak. Sedangkan Sekolah merupakan

tempat yang bisa mengembangkan karakter/budaya pengetahuan dan keterampilan siswa

melalui kurikulum yang dijalankan secara baik dan konsisten (Musfah, 2018, h. 15).

Sekolah merupakan lembaga yang bersifat kompleks dan unik, bersifat kompleks karena

sekolah sebagai organisasi terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling

menentukan sedangkan bersifat unik karena sekolah memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak

dimiliki organisasi lain (Isjoni, 2007, h. 63).

Dalam satuan pendidikan, kepala sekolah memiliki dua jabatan penting untuk dapat

menjamin keberlangsungan proses pendidikan. Pertama, kepala sekolah adalah pengelolah

pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Kedua, kepala sekolah adalah pemimpin formal

pendidikan di sekolah. Sebagai pengelolah pendidikan, maka kepala sekolah harus

memahami dan bertanggung jawab terhadap seluruh administrasi sekolah. selain itu,

kepala sekolah bertanggung jawab terhadap kemampuan atau kualitas dari semua sumber

daya pendidikan di sekolah sehingga mampu menjalankan tugas dan fungsinya masing-

masing.

2

Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan lembaga yang berperan penting

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan dapat berupa

jasa pendidikan maupun pelayanan dalam bentuk administrasi sekolah. Selain itu, sekolah

harus mampu menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat di dalam dan diluar

sekolah. Berdasarkan Sistem Pendidikan Nasional pada Bab XV pasal 54 bagian kesatu

umum menyebutkan:

(1) peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok,

keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam

penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan; (2) masyarakat dapat

berperan serta sebagai sumber, pelaksana dan pengguna hasil pendidikan; (3) ketentuan

mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan dalam pendidikan, oleh karena itu perlu

kepala sekolah merhatikan segala aspek yang diperlukan oleh masyarakat terhadap

pendidikan denan membina hubungan kerjasama yang baik dengan masyarakat guna

mengembangkan mutu pendidikan. Adanya hubungan yang baik anatra sekolah denagn

masyarakat akan membentuk 1) sikap saling pengertian antara sekolah, orang tua,

masyarakat, dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja; 2)

saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat, arti dan

pentingya peranan masing-masing; 3) kerja sama yang erat antara sekolah dengan berbagai

pihak yang ada di masyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya

pendidikan di sekolah (Mulyasa, 2013, h. 187).

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 6

Tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah, mengartikan bahwa kepala

sekolah adalah guru yang diberi tugas untuk memimpin dan memnglola satuan pendidikan

yang meliputi taman kanak-kanak (TK), tman kanak-kanal luar biasa (TKLB), sekolah

dasar (SD), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah

menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), sekolah menengah atas luar

biasa (SMALB), atau sekolah Indonesia di Luar negeri.

Menurut Mulyono (2008, h. 36) bahwa kemajuan sekolah akan lebih penting bila

orang memberikan atesinya pada kiprah kepala sekolah karena alasan-asalan sebagai

berikut. Pertama, kepala sekolah adalah tokoh penting pendidikan karena kepala

sekolah merupakan media bagi pengembangan pendidikan dan pengimplementasi

tugas untuk pembaharuan. Kedua, sekolah adalah sautu organisasi yang terdiri dari

sekumpulan orang yang memerlukan adanya pendidikan sehingga membutuhkan

adanya pemimpin dalam mengembangkan setiap kompetensi yang ada di sekolah.

Setiap organisasi antara lain perusahaan, sekolah, pemerintah tidak sedikit yang

mengalami kegagalan karena tidak mampu mengelolah dengan baik. Cara memimpin

yang tepat membuat perusahaan mampu mencapai tujuan yang diiinginkannya, bahkan

dapat berkembang. Persaingan sulit mengharuskan pemimpin mampu membaca situasi

masa depan serta menentukan visi, misi,dan sasaran yang dicapai. Hanya kepala

3

sekolah yang memiliki tanggung jawab dan kompetensi tinggi yang akan memiliki

kinerja dalam upaya menggerakkan para bawahannya untuk mencapai tujuan

pendidikan sehingga mampu memberi teladan, menginspirasi dan mendorong

perubahan yang relevan dan efektif (Darma, 2007: 6; Musfah, 2017, h. 305). Sebagai

kepala sekolah haruslah memiliki kompetensi, sebagaimana pada Peraturan

pemerintah nomor 6 tahun 2018 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah

menjelaskan yang dimaksud dengan kompetensi adalah pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yagn melekat pada dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,

kewirausahan, supervisi dan sosial.

Untuk memenuhi standar kompetensi seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesi Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah maka sangatlah penting bagi kepala sekolah atau calon kepala sekolah menguasai

kompetensi kepala sekolah, menguasasi bukan hanya dalam artian menghafal urutan-

urutan peraturan yang tercantum dalam peraturan menteri tersebut, namun lebih kepada

menitikberatkan implementasi dari lima dimensi kompetensi kepala sekolah.

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial, manusia memerlukan bantuan atau

kerja sama dengan manusia lain. Segala kebutuhan yang diperoleh manusia merupakan

berkat bantuan dan kerjasama dengan manusia lain, manusia sadar bahwa dirinya harus

merasa terpanggil hatinya untuk berbuat baik bagi orang lain dan masyarakat.

Sekolah merupakan organisasi pembelajar dimana sekolah selalu berhadapan dengan

Stakeholders. Kemampuan yag diperlukan untuk berhadapan dengan Stakeholders adalah

kemampuan dalam berkomunikasi dan beritnteraksi yang efektif. Kompetensi sosial kepala

sekolah merupakan kompetensi yang harus dimiliki untuk menjalin hubungan antara pihak

sekolah dan luar sekolah demi meningkatkan kualitas pendidikan dan menarik minat

masyarakat akan pendidikan. keterlibatan masyarakat pada umumnya masih sebatas pada

biaya, sedangkan dukungan lainnya yang berupa sikap, pemikiran, barang dan jasa kurang

diperhatikan. Tingkat kepercayaan masyarakat juga lemah terutama mempertanggung

jawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat (orang tua) sebagai

stakeholders. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mampu beradaptasi dengan lingkungan

sosial budaya dimana ia berada dan menggali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Kepala sekolah juga harus hidup ditengah masyarakat untuk berbaur dengan masyarakat,

dapat melalui kegiatan olahraga, keagamaan, dan keluwesan bergaul harus dimiliki oleh

kepala sekolah selain sebagai kepala maupun guru. Hal ini mendorong kepala sekolah

harus memiliki kemampuan sosial baik pada lingkungan internal sekolah, lingkungan

masyarakat secara umum (Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, 2014, h. 66).

Kompetensi sosial adalah kemampuan kepala sekolah sebagai bagian dari masyarakat

untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga pendidik,

orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial merupakan

kemampuan kepala sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya

memiliki kompetensi untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan dengan menggunakan

teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan

peserta didik, tenaga pendidik, orang tua/wali peserta didik, dan bergaul secara santun

4

dengan masyarakat sekitar (Mulyasa, 2007, h. 167). Bagi kepala sekolah, kegiatan

komunikasi dapat dimaksudkan agar memberikan sejumlah manfaat, antara lain agar

penyampaian program yang disampaikan dapat dimengerti oleh warga sekolah, mampu

memahami orang lain, gagasannya dapat diterima oleh orang lain, dan efektif dalam

menggerakkan orang lain dalam melakukan sesuatu (Daryanto, 2011, h. 111).

Sekolah sebagai lembaga pendidikan seharusnya mengayomi masyarakat yang

terdiri dari guru, karyawan, siswa, orang tua dan semua elemen terkait dalam

peningkatan kualitas pendidikan. Dari kasus yang terjadi dapat diambil kesimpulan

bahwa terjadinya pengkroyokan antara siswa dan orang tua terhadap karyawan staf

menandakan bahwa dalam sekolah kurang adanya koordinasi antara sekolah dengan

dengan orang tua, kurangnya pembinaan dan pengarahan juga terhadap para

stakeholders sekolah dalam memiliki karakter yang baik sehingga tidak akan terjadi

tindakan kriminalitas di dalam sekolah. Tindakan krimimnal yang kedua terkait kepala

sekolah melakukan perbuatan asusial merupakan kepala sekolah yang tidak memliki

kompetensi terlebih kompetensi sosial karena kepala sekolah membuat citra sekolah

menjadi buruk di dalam masyarakat, serta merusak mental siswa yang menjadi

korban.

SMA Darunnajah Jakarta Selatan merupakan bagian dari pondok pesantren

Darunnajah. Pondok pesantren Darunnajah Jakarta Selatan merupakan pondok

pesantren modern di Jakarta yang terkenal dengan pendidikan keagamaan,

pengetahuan, teknologi dan sosial yang baik. Selain mempelajari Al-Qur'an, Hadits,

pelajaran agama dan pelajaran umum, Pondok Pesantren Modern ini juga

menyelenggarakan kegiatan ekstrakulikuler seperti Bahasa Arab dan Inggris, Pidato,

Pramuka, Olah raga, Seni bela diri, Kesenian, Marawis, Qosidah, Komputer, dan lain-lain.

Pendidikan di Pondok Pesantren Darunnajah lebih diarahkan kepada: Pendidikan

kader-kader umat yang mampu dan terampil di tengah-tengah masyarakatnya, Pembinaan

generasi muda yang mampu melanjutkan studinya sesuai dengan bakatnya dan kelak tetap

berada di tengah masyarakat dengan menjunjung tinggi amar ma‟ruf nahi munkar,

Beribadah dan mencari ilmu karena Allah SWT. Jenjang pendidikan Pondok Pesantren

Darunnajah Ulujami Jakarta meliputi Paud, TK, SD, TMI (setara SLTP/SLTA atau

setingkat SMP/Mts – SMA/Madrasah Aliyah) Sampai Perguruan Tinggi. Sekolah-sekolah

ini sudah akreditasi A. Kurikulum Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta

menggunakan perpaduan kurikulum Pondok Modern Darussalam Gontor dan kurikulum

Nasional serta Pesantren Salafiah.

Pondok pesantren Daarunnajah memiliki kerja sama dengan berbagai pihak baik

di dalam maupun luar negeri. Selain itu, pondok pesantren Darunnajah Jakarta Selatan

sering terlibat dan bahkan menyediakan fasilitas sosial untuk masyarakat. Kegiatan

bakti sosial Darunnajah Jaakarta Selatan itus endirii memiliki lembaga khusus yang

bernama Darunnajah Charity dibawah naungan biro kemasyarakatn Darunnajah

Jakarta. Lemabaga ini merupakan wadah untuk segala kegiatan bakti sosial

masyarakat, masyarakat dapat melaporkan kebutuhan akibat bencana yang terjadi dan

lemabga tersebutlah yang akan mengatur untuk mengirimkan bantuan dengan

5

perwakilan santri. Jenjang SMA Darunnajah Jakarta Selatan merupakan yang sering

terlibat dalam kegiatan-kegiatan aktif kegiatan sosial untuk disekitar masyarakat,

daerah terpencil hingga ke laur negeri. Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan di atas,

peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana “kompetensi sosial kepala sekolah di SMA

Darunnajah Jakarta Selatan”.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan

masalah sebagai berikut:

1. Kepala sekolah kurang bersosialisasi

2. Kepala sekolah kurang beradaptasi dengan lingkungan sosial budaya

3. Kepala sekolah kurang memiliki kepekaan sosial

4. Kepala sekolah sekolah kurang aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan

5. Kepala sekolah kurang menjalin hubungan kerja sama dengan masyarakat

6. Kepala sekolah kurang berkompeten

C. Pembatasan Masalah Dengan adanya keterbatasan waktu yang ada maka peneliti merasa perlu memberikan

batasan permasalahan agar hasil penelitian lebih fokus. Penulis hanya membatasi dan

membahas mengenai kompetensi sosial kepala sekolah di SMA Darunnajah Jakarta

Selatan.

D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas dan untuk lebih memperjelas permasalahan

yang akan diteliti, penulis dapat merumuskan masalah yaitu bagaimana kompetensi sosial

kepala sekolah di SMA Darunnajah Jakarta Selatan.

E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk

mendeskripsikan kompetensi sosial kepala sekolah di SMA Darunnajah Jakarta Selatan.

F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian terhadap kompetensi sosial kepala sekolah di SMA. Darunnajah

Jakarta Selatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan kepada kepala sekolah

sekarang maupun yang akan datang untuk lebih meningkatkan kompetensi sosial

kepala sekolah dalam menjalin hubungan dengan masyarakat maupun instansi lain.

2. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan informasi dan

pemahaman kepada tenaga pendidik, orang tua, masyarakat, pemerintah serta

instansi lainnya dalam meningkatkan kualitas dari lembaga pendidikan.

6

G. Penelitian yang Relevan Penelitian tesis yang relevan terhadap judul penulis diantaranya adalah:

1. Hasil penelitian Supriyanto (2018, h. 123) menunjukkan bahwa: a) interaksi sosial

yang terjadi kepala sekolah tidak dapat hadir penuh waktu di sekolah, namun

kebijakan apapun tetap bertumpu pada beliau, kepala sekolah menanamkan rasa

memiliki dan kebersamaan pada seluruh warga sekolah, membangun jaringan

dengan birokrat baik dinas pendidikan maupun non-pendidikan, b) faktor

pendukung dalam interaksi sosial kepala sekolah dan guru adalah tenaga pendidik

dan tenaga kependidikan yang mayoritas berusia muda yang memiliki pemikiran

relative lebih terbuka, sementara faktor penghambatnya adalah tidak semua guru

berani menyampaikan ide karena takut menjadi kambing hitam jika terjadi

kesalahan, misskomunikasi antara kepala sekolah dengan bendahara, terdapat dua

kubu dalam sekolah. c) Solusi dalam mengatasi hambatan adalah kepala sekolah

memanfaatkan waktu ketika di sekolah dengan memaksimalkan komunikasi proaktif

dengan semua warga sekolah, meminta wakil kepala membuat tim kabinet untuk

menggali ide dan gagasan dari bawah, mengadakan pembinaan dan evaluasi dalam

rapat dinas rutin per bulan dan wajib diikuti oleh semua guru dan karyawan,

membangkitkan sense of belonging (rasa memiliki) dan sense of togetherness (rasa

kebersamaan). Adapun persamaan dalam penelitian penulis yaitu terdapatnya unsur

interaksi sosial yank merupakan bagian dari kompetensi sosial kepala sekolah,

sedangkan perbedaannya yaitu untuk penelitian ini hanya membahas mengenai

interaksi sosial kepala sekolah bukan secara keseluruhan dari kompetensi sosial

yang harus dimiliki oleh kepala sekolah.

2. Dari hasil penelitian Eka Styani (2018, h. 153) menyimpulkan bahwa manajemen

kerjasama dengan DU/DI sebagai berikut: (1) Perencanaan program kegiatan praktik

kerja industri terhadap DUDI didasarkan pada sinkronisasi kurikulum bersama,

pembuatan MoU antara sekolah dengan DUDI, perencanaan kesiapan siswa

(pemetaan kompetensi), dan perencanaan penempatan (pemetaan tempat DUDI)

yang sesuai dengan kompetensi peserta didik yang dibutuhkan oleh DUDI. (2)

Pengorganisasian pada program kegiatan praktik kerja industri dengan cara

pembagian struktur organisasi dan pembagian kerja, serta penempatan peserta didik

pada DUDI masing-masing. (3) Pelaksanaan program kegiatan praktik kerja industri

terhadap DUDI dilakukan secara fleksibel sesuai dengan kebijakan sekolah masing-

masing. Dengan cara diadakannya pelatihan, praktik kerja industri secara langsung,

maupun rekruitmen peserta didik yang memenuhi kebutuhan DUDI. (4) Evaluasi

program kegiatan praktik kerja industri terhadap DUDI dilaksanakan dengan

penilaian dari pihak DUDI menggunakan format penilaian dari sekolah masing-

masing. Adapun persamaan dalam penelitian penulis yaitu terdapat fokus penelitian

mengenai pengeturan kerjasama dengan pihak eksternal sekolah, dalam penelitian

tersebut dikhususkan kerjasama dengan DU/DI. Adapun perbedaannya yaitu untuk

penelitian ini hanya membahas mengenai Kerjasama dengan DU/DI sedangan

penelitian yang penulis lakukan lebih luas yaitu mengenai kompetensi sosial kepala

sekolah salah satu indikatornya merupakan kerjasama dengan pihak di dalam

maupun di luar sekolah.

7

3. Hasil penelitian (Nurhasanah, 2014, h. 131) adalah dari manajemen hubungan

masyarakat SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen yaitu melalui kegiatan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengevaluasian. Perencanaan hubungan masyarakat melalui

kegiatan: a) menganalisis keadaan dan kebutuhan masyarakat, b) menganalisis

keadaan ekonomi sosial masyarakat, c) merancang kegiatan atau program sekolah

dan d) merencanakan biaya yang dihabiskan dalam proses merealisasikan kegiatan.

Pelaksanaan hubungan masyarakat dengan melakukan beberapa kegiatan yaitu: a)

pelaksanaan promosi, b) kegiatan belajar mengajar dan c) kelanjutan karir output

yang dihasilkan, sedangkan kegiatan evaluasi hubungan masyarakat melalui rapat

triwulan dan rapat di setiap akhir kegiatan. Adapun persamaan dalam penelitian

penulis yaitu terdapatnya indikator kompetensi sosial kepala sekolah yaitu menjalin

hubungan dengan masyarakat baik masyarakat yang berada di dalam maupun di luar

sekolah. Adapun perbedaannya yaitu pada fokus penelitian tidak membahas

mengenai kompetensi sosial kepala sekolah secara keseluruhan untuk penelitian ini

hanya membahas mengenai hubungan masyarakat yang merupakan salahsatu bagian

indikator dari kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh kepala sekolah.

8

9

BAB II

Kajian Teori

A. Hakikat kepala sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dipimpin oleh kepala sekolah, maju

kembangnya sekolah tergantung pada kemampuan kepala sekolah. Kepala sekolah

memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan

pendidikan, kepala sekolah harus memiliki kompetensi yang baik. Kepala sekolah

merupakan komponen utama yang bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan

di sekolah. Keberhasilan organisasi sekolah banyak ditentukan keberhasilan kepala sekolah

dalam menjalankan peranan dan tugasnya. Sesuai dengan pendapat Jerry H Makawimbang

(2012, h. 81) menyatakan bahwa kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di suatu

sekolah mempunyai tugas yang kompleks dan sangat menentukan maju mundurnya suatu

sekolah.

Kepala sekolah merupakan motor penggerak sebagai penentu arah kebijakan menuju

keberhasilan pendidikan (Djaffri, 2016, h. 3). Manurut Wahjosumidjo (2010, h. 83) Kepala

sekolah berasal dari 2 kata yaitu kepala dan sekolah.Kata kepala dapat diartikan „ketua‟

atau „pemimpin‟ dalama suatu organisasi atau lembaga. Sedang „sekolah‟ adalah sebuah

lembaga dimana mejadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Kepala sekolah berperan

sebagai pemimpin dalam lembaga pendidikan oleh karena itu Sebagai pemimpin kepala

sekolah harus memiliki jiwa kepemimpinan. Sebagaimana didefinisikan pemimpin adalah

membuat orang lain menyelesaikan pekerjaan yang sulit dengan baik, cepat dan tanpa

paksaan, bahkan dengan perasaan senang dapat menikmati pekerjaan itu (Adair, 2007, h.

19). Dengan demikian, kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seseorang yang

memimpin sekolah dimana diselenggarakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru

dan peserta didik dalam hal peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan

dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Unuk itu kepala sekolah harus mengetahui

tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah seperti yang

dikemukakan Wahjosumidjo (2007, h. 97) adalah:

1. Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain. Kepala sekolah berperilaku

sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah.

2. Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan. Kepala

sekolah bertindak dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh

bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf dan orang tua siswa

tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah.

3. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu

menghadapi berbagai persoalan. Dengan segala keterbatasan, seorang kepala

sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara cepat serta dapat

memprioritaskan bila terjadi konflik anatar kepentingan bawahan dengan

kepentingan sekolah.

10

4. Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Kepala sekolah

harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan

persoalan dengan satu solusi yang feasible. Serta harus dapat melihat setiap tugas

sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan.

5. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam lingkungan

sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang

mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa mennimbulkan konflik

untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik tersebut.

6. Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat membangun

hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise).

Peran politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila: (a) dapat

dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-

masing, (b) terbentuknya aliasi atau koalisi, seperti organisasi profesi , OSIS,

Komite sekolah, dan sebagainya; (c) terciptanya kerjasama (cooperation) dengan

berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan.

7. Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai macam pertemuan

kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yang dipimpinnya.

8. Kepala sekolah mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi

pun yang berjalan mulus tanpa masalah. Demikian pula sekolah sebagai suatu

organisasi tidak luput dari persoalan dan kesulitan-kesulitan, dan apabila terjadi

kesulitan-kesulitan kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat

menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut.

Kepemimpinan adalah pilihan dan menjadi pemimpin yang baik adalah keterampilan

yang dapat dipelajari oleh siapapun, didapat dari model yang tepat, analsis, sistem dan

yang terpenting adalah dengan tindakan (Montgomery, 2012). Terdapat 3 panduan umum

menurut Camarota (2004, h. 5) untuk menjadi pemimpin yaitu pengaturan arah, mengatur

emosi, memotivasi tindakan. Seorang pemimpin, memimpin tidak hanya menggunakan

otoritas yang dimilikinya tetapi juga mempengaruhi untuk menggerakkan orang lain

(Efendy, 2018).

Tindakan pemimpin yang baik yaitu mampu membuat keputusan mengenai suatu

konflik dan situasi, memberikan perintah yang jelas untuk memulihkan suatu situasi

konflik atau meninggalkan rencana dan berfikir kembali (Ruth Chambers, Kay Mohanna,

Peter Spurgeon, 2007). Selain itu, sebagai pemimipin harus memiliki komitmen yaitu

mewujudkan pelayanan yang bermutu dan melahirkan pribadi yang percaya diri, jujur dan

cerdas (Musfah, Analisis Kebijakan Pendidikan, 2018, h. 159)

Untuk bisa memimpin dengan baik seorang pemimpin harus mencintai orang-orang

yang dipimpinnya. Di dalam sebuah Hadist Nabi SAW dinyatakan bahwa “Man la yarham

la yurham” (Al-Hadist), yakni siapa saja yang tidak mencintai (tidak mengasihi) orang lain

maka ia tidak akan dicintai (di kasih sayangi) oleh orang lain. Seorang pemimpin untuk

dapat memimpin dengan baik adalah dengan memiliki sifat kasih sayang atau mencintai

terhadap yang dipimpinnya. Dengan dimilikinya sifat ini maka pemimpin akan menjadikan

SDM sebagai aset utama yang paling penting dan tidak tertandingi oleh asset apapun

(Muhaimin, Suti'ah, Sugeng Listyo P., 2012, h. 33).

11

Menurut M.H. Matondang (2008) dalam bukunya menyatakan bahwa ada 10 jenis

kecerdasan yang dapat dipelajari oleh calom pemimpin terutama dalam mennghadapi

abada ke-21 yaitu peipin memiliki “Multi Intelligent”. Hal ini tercermin dari mutu

kepemimpinannya yang memiliki sikap, perilaku tindakan serta hati nuraninya menjadi

lebih baik dan benar karena dia mampu menggunakan serbagai jenis kecerdasan seperti:

1. Kecerdasan Tradisional (IQ) maka dia dapat berfikir baik

2. Kecerdasan Emotional (EQ) (Good Loving)

3. Kecerdasan ragawi (good acting)

4. Kecerdasan Spiritual (SQ) pemimipin yang memuliakan tuhan.

Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam lembaga pendidikan bukanlah tugas yang

mudah. Seorang kepala sekolah memiliki tugas, peran dan fungsi yang saling berkaitan.

Adapun fungsi dari kepala sekolah adalah sebagai berikut :

1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)

Kepala sekolah sebagai pendidik adalah kepala sekolah yang memiliki kompetensi

dalam hal meningkatkan kinerja guru dan meningkatkan mutu pendidikan. Adapun

menurut Wahjosumidjo (Wahjosumidjo, 2010, h. 124) bahwa sebagai pendidik kepala

sekolah harus mampu menanamkan, memajukan, dan meningkatkan paling tidak empat

macam nilai yaitu:

a. Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak manusia;

b. Moral, hal-hal yang berkaitan degan ajaran baik buruk mengenai perbuatan, sikap

dan kewajiban/moral yang diartikan sebagai akhlak, budi pekerti dan kesusilaan;

c. Fisik, hal-hal yag berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan

penampilan manusia secara lahiriyah;

d. Artistik, hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan manusia terhadap seni dan

keindahan.

Dari pendapat di atas, maka kepala sekolah sebagai pendidik haruslah memiliki

strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah

dengan cara menanamkan, memajukan, dan meningkatkan nilai-nilai yang terdapat pada

tenaga kependidikan seperti mental, moral, fisik dan artistik. Dengan meningkatkan

profesionalisme dari tenaga pendidik di sekolah akan dapat berdampak pada

keberhasilan dari peserta didik serta menunjang terbentuknya citra positif karena dengan

pemberian pendidikan yang baik akan memberikan rasa kepuasan bagi masyarakat

terhadap sekolah.

12

2. Kepala Sekolah sebagai Manajer

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya seabgai manajer, kepala sekolah

harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui

kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk

memningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan

dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah (Mulyasa, 2006, p. 103).

Terkait kepala sekolah sebagai manajer, mengingat kegiatan manajemen antara lain

proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin dan

mengendalikan. Jadi sebagai kepala sekolah harus mampu melakukan berbagai kegiatan

manajemen tsersebut untuk memperbadayakan tanaga kependidikan agar mampu bekerja

sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

3. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan

berbagai aktifitas pengelolaan administratsi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan

pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik kepala sekolah harus memiliki

kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik,

mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana,

mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan (Mulyasa, 2006,

h. 107).

Kepala sekolah sebagai administrator harus memiliki kemampuan dalam mengelolah

berbagai sumber daya yang ada dalam sekolah, baik dari sumber daya manusia yaitu

guru, para staf, dan siswa, serta berbagai fasilitas yang ada di sekolah. Kepala sekolah

sebagai administrator harus mampu melakukan berbagai kegiatan yang bersifat

penyusunan, pencatatan dan pendokumentasian sekolah. Di dalam, kegiatan sekolah

memerlukan banyak perencanaan penyususan dan pencatatan baik terhadap kurikulum

untuk mata pelajaran, tugas guru, kegiatan-kegiatan di sekolah, dll. Maka kepala sekolah

harus memiliki kemampuan dalam melakukan kegiatan administrasi karena akan

berdampak pada kepuasan pelayanan tenaga pendidik, siswa dan juga masyarakat di luar

sekolah.

4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Secara bahasa, istilah “supervisi” berasal dari dua kata, yaitu “super” dan “vision”.

Kata “super” mengandung makna peringkat atau posisi yang lebih tinggi, superior,

atasan, lebih hebat atau lebih baik (Aedi, 2014, h. 12). Sedangkan kata “vision”

mengandung makna kemampuan untuk menyadari sesuatu yang tidak benar-benar

terlihat. Dalam istilah sehari-hari terdapat kata-kata supervisi, yang diartikan dengan

kepengawasan, dan juga inpeksi yang diartikan dengan penilaian, Keduanya dianggap

identik (Daryanto, 2011, h. 181).

Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu

para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah; agar dapat

menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih

baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah

sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif (Mulyasa E. , 2011, h. 111).

13

5. Kepala sekolah sebagai Leader

Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan pengarahan, petunjuk serta

pengawasan terhadap berbagai kegiatan yang ada di sekolah. Selain kemampuan dalam

memimpin, kepala sekolah sebagai leader akan tercermin dari sifat-sifat (1) jujur, (2)

percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5)

berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, (7) teladan (Mulyasa E, 2011, h. 115). Tugas kepala

sekolah dalam memimpin harus mampu memberikan petunjuk dan mengawasi serta

meningkatkan motivasi kerja tenaga kependidikan. Ini ditunjukan dengan kemampuan

tegas mengambil keputusan dan komunikasi yang baik dapat mempengaruhi dan

meyakinkan bawahannya agar melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sehingga

dapat mencapai tujuan dan sasaran diinginkan.

6. Kepala Sekolah sebagi Motivator

Dalam kaitan motivasi dengan hasil kerja dapat diketahui bahwa motivasi adalah

proses mempengaruhi atau memberikan masukan kepada seseorang untuk melaksanakan

suatu keinginan yang ingin dicapai. Sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki

strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam

melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui

pengaturan lingkungan fisik pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan penghargaan

secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat

Sumber Belajar (PSB) (Mulyasa E. , 2011, h. 120). Kepala sekolah sebagai motivator

harus memiliki kamampuan untuk memberikan dorongan semangat serta mempengaruhi

tenaga pendidik agar mampu bekerja secara baik. Setiap manusia memerlukan adanya

motivasi untuk membangun semangat untuk melakukan pekerjaan karena tanpa adanya

motivasi seseorang tidak akan melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah di

tentukan. Oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pemimpin harus memperhatikan faktor

apa saja yang dapat memberikan motivasi bagi para tenaga pendidik dan kependidikan,

serta siswa yang terdapat di sekolah. Motivasi bagi tenaga pendidik dan kependidikan di

sekolah dapat dilakukan dengan menyediakan berbagai fasilitas lengkap, suasana yang

kondusif, keadaan sekolah yang nyaman, serta pemberian insentif.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah meiliki fungsi

sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, dan motivator. Dari enam

fungsi kepala sekolah tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh

kepala sekolah. Kepala sekolah harus menjalankan fungsinya secara baik supaya

pendidikan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan. Dengan dilaksanakannya gungsi

kepala sekolah dengan baik dapat memberikan dampak positif terhadap keberhasilan

sekolah. Keberhasilan sekolah dapat terjadi juga sebagai akibat adanya kerjasama yang

baik antara komponen-kompenen dalam pendidkan terutama pemimpin dan yang

dipimpin (Ruslan, 2003, h. 78). Pentingnya kepala sekolah dalam suatu lembaga

pendidikan sekolah menuntut kepala sekolah haruslah memiliki profesionalitas dalam

menjalankan tugasnya. Dari hal-hal yang berkaitan dengan kepala sekolah yang

profesional yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi kepala

harus memiliki kemampuan manajerial dan komunikasi yang baik untuk para guru dan

siswa serta pihak masyarakat yang berada di luar sekolah.

14

Sebagai pemimpin, kepala sekolah merupakan orang yang memiliki kekuasaan untuk

membuat segala kebijakan yang terbaik bagi organisasi yang dipimpinya dalam

melaksanakan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Kebijakan adalah

keputusan yang dibuat oleh seorang pemimpin sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan

organisasi yang bersangkutan. Keputusan disini adalah memutuskan untuk “tidak

memutuskan” atau “tidak mengurusi isu terkait” (Nugroho, H.A.R. Tilaar dan Riant, 2009,

h. 184). Kebijakan pendidikan adalah proses, aktivitas, strategi, prosedur dan alternatif

langkah-langkah yang digunakan untuk memecahkan permsalahan pendidikan nasional

sesuai visi, misi, tujuan dan strategi pendidikan nasional yang ditetapkan secara

komprehensif dalam suatu kurun waktu tertentu (Amtu, 2013, h. 213).

Kebijakan menurut (Delaney, 2017, h. 5) terdiri dari sejumlah elemen yaitu:

1. Kebijakan adalah tindakan yang diformalkan

2. Kebijakan memilik tujuan yang disepakati

3. Kebijakan disetujui dan oleh badan atau atoritas institusional

4. Kebijakan memiliki standar dalam mengukur kinerja

Terdapat tiga proses kebijakan, yaitu: formulasi, implementasi, dan evaluasi (Putt dan

Springer dalam Syafaruddin; 2008). Adapun ketiga proses kebijakan tersebut akan

diuraikan sebagai berikut:

1. Formulasi Kebijakan. Formulasi kebijakan mengandung beberapa isi penting yang

dijadikan sebagai pedoman tindakan sesuai yang direncanakan. Adapun isi kebijakan

mencakup: 1) Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan, 2) Jenis manfaat yang

akan dihasilkan, 3) Derajat perubahan yang diinginkan, 4) Kedudukan pembuat

kebijakan, 5) (siapa) pelaksana program, 6) Sumber daya yang dikerahkan.

2. Implementasi Kebijakan. Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara yang

dilaksanakan agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya (Dwijowijoto, 2003).

Dijelasakan oleh Putt dan Springer (Syafaruddin: 2008) implementasi kebijakan

adalah serangkaian aktivitas dan keputusan yang memudahkan pernyataan kebijakan

dalam formulasi terwujud ke dalam praktik organisasi. Untuk mengimplementasikan

kebijakan ada dua pilihan langkah yang memungkinkan, yaitu: langsung

mengimplementasikan dalam bentuk program-program, atau dapat melalui kebijakan

derivet (turunan) dari kebijakan public tersebut. Sejalan dengan pernyataan bahwa

(Putt dan Springer dalam Syafaruddin: 2008) implementasi kebijakan memerlukan

banyak keputusan dan tindakan seperti; menjamin dan menguatkan berbagai arahan,

dan peraturan, mengeluarkan dan membuat penemuan, rekruitmen dan pembinaan

personal, menghargai dan membuat kontrak, menciptakan unit organisasi baru

supervise staf, membuat anggaran yang diperlukan dan menciptakan bentuk analisis

laporan. Implementasi kebijakan bermakna pengembangan kriteria khusus dalam

praktik bagi pembuatan keputusan yang mencapai maksud kebijakan. Dalam

implementasi kebijakan yang perlu diperhatikan adalah bagaiamana prakondisi

untuk keberhasilan pelaksanaan kebijakan, yaitu: komunikasi, sumber daya, disposisi

atau sikap dan struktur birokrasi.

15

3. Evaluasi Kebijakan. Suatu kebijakan tidak boleh dibiarkan begitu saja setelah

dilaksanakan. Begitu pelakasanaan kebijakan berlangsung selanjutnya perlu

diperiksa. Disisi lain, evaluasi dipergunakan untuk mengetahui kesenjangan antara

harapan/tujuan dengan kenyataan yang dicapai. Dengan demikian evaluasi tidak

dimaksud mencapai kesalahan para pelaksana kebijakan, akan tetapi pesan utamanya

adalah supaya kekurangan dan kelemahan dalam pelakasanaan kebijakan dapat

diperbaiki sehingga pencapaian tujuan lebih maksimal (Syafaruddin, 2008)

Dapat disimpulkan bahwa kebijakan sekolah merupakan suatu aturan dan keputusan

yang dibuat untuk kepentingan bersama peningkatan kualitas pendidikan. Kepala sekolah

dalam membuat kebijakan harus direncanakan terlebih dahulu seperti terdapat pada tahap

formulasi kebijakan yaitu kepala sekolah dalam emmbuat kebijakan harus menentukan

untuk apa dan siapa kebijakan tersebut, kemudian bagaimana kebijakan yang dibuat dapat

diimplementasikan dengan baik dan tepat sasaran, serta setelah melakukan implementasi

selanjutnya adalah dengan melakukan evaluasi apakah kebijakan yang dibuat telah sesuai

dengan tujuan dan lakukan perbaikan, peningkatan kualitas untuk hasil pendidikan yang

lebih baik.

B. Pentingnya Kompetensi bagi pemimpin Menurut Mulyono (2008: 144) bahwa kemajuan sekolah akan lebih penting bila orang

memberikan etensinya pada kiprah kepada sekolah karena alasan-alasan sebagai berikut.

Pertama, kepala sekolah merupakan tokoh sentral pendidikan. Hal ini dikarenakan bahwa

kepala sekolah sebagai fasilitator bgi pengembangan pendidikan, sebagai pelaksana suatu

tugas yang syarat dengan harapan dan pembaruan. Kemasan cita-cita mulia penddikan

secara tidka langsung juga diserahkan kepada kepala sekolah begitu pula optimisme para

orang tua yang terkondisikan pada kepercayaan menyekolahkan anak-anaknya pada

sekolah tertentu, tidak lain karena menggantungkan cita-citanya pada kepala sekolah.

Kedua, sekolah adalah sebagai suatu komunitas penddikan yang membutuhkan seseorang

pemimpin untuk mendayagunakan potensi yang ada dalam sekolah. Pada tingkatan ini,

kepala sekolah sering dianggap identik, bahkan telah dikatakan bahwasanya wajah sekolah

ada pada kepala sekolah. Peran kepala sekolah disini bukan hanya sebagai akumulator,

melainkan juga sebagai konseptor manajerial yang bertanggung jawab pada kontribusi

masing-masing demi efektivitas dan efisiensi kelangsungan pendidikan.

Kompetensi adalah kemampuan melakukan sesuatu yang dimensi-dimensinya meliputi

pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Kompetensi yang harus harus dimiliki oleh kepala

sekolah sebagai pemimpin adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan dan mengartikulasikan tujuan pembelajaran

Secara bersama-sama kepala sekolah dan guru merumuskan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai. Disamping itu, kepala sekolah dan guru menyepakati cara-cara

yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran dan melaksanakannya

secara konsisten untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum

Kepala sekolah mengarahkan dan membimbing para guru dalam mengembangkan

kurikulum, mulai dari perumusan visi, misi dan tujuan sekolah, pengembangan

struktur dan muatan kurikulum, dan pembuatan kalender sekolah. Pelaksanaan

16

pengembangan kurikulum menggunakan prinsip-prinsip relevansi, kemuktahiran

terhadap IPTEKS, berpusat pada potensi siswa, terpadu dan selaras dengan

kebutuhan siswa dan kebutuhan lingkungan.

3. Membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar (PBM)

Kepala sekolah memiliki kemampuan dalam membimbing dan memfasilitasi

perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaa dan

evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas. Dalam perencanaan PBM, kepala

sekolah memiliki kemampuan membimbing para guru dalam mengidentifikasi

kebutuhan, minat, bakat dan kemampuan siswa, menyusun tujuan pembelajaran,

mengembangkan silabus, mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran,

memilih bahan ajar, memilih metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik

siswa dan karakteristik mata pelajaran dan memilih media pembelajaran yang

sesuai dengan karakteristik siswa dan kaaaktreistik mata pelajaran. Dalam

pelaksanaan pembelajaran, kepala sekolah membimbing dan memfasilitasi para

guru dalam mengembangkan dan menggunakan berbagai metode mengajar

misalnya pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan

menyenangkan), pengajaran dan pembelajaran konstektual (cotextual teaching

learning), Lessons Study, simulasi, curah pendapat, kerja kelompok, diskusi

kelompok, metode proyek, dan sebagainya. Dalam evaluasi pembelajaran, kepala

sekolah membimbing dan memfasilitasi para guru dalam menyusun kriteria kinerja

siswa, menyusun alat tes, menganalisis hasil tes, menentukan ketuntasan belajar,

dan menilai efektivitas pembelajaran (Daryanto, 2011, h. 88).

4. Mengevaluasikan kinerja guru dan mengembangkannya

Secara periodik, kepala sekolah melakukan evaluasi kinerja guru untuk

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kinerja guru serta mengidentifikasi

kebutuhan-kebutuhan pengembangan keprofesian guru. Berdasarkan hasil evaluasi

kinerja guru, kepala sekolah memfasilitasi guru dalam memperbaiki kinerjanya dan

memfasilitasi guru dalam mengembangkan keprofesiannya. Pengembangan

keprofesian guru dilaksanakan dengan berpegang teguh pada prinsip

pengembangan keprofesian secara berkelanjutan yang diupayakan oleh guru secara

sendiri atau yang difasilitasi oleh sekolah/dinas pendidikan kabupaten/kota.

5. Membangun komunitas pembelajaran

Komunitas pembelajaran adalah suatu komunitas (warga sekolah) yang memiliki

kesamaan nilai-nilai pembelajaran yang dianut sebagai sumber penggalangan

konformisme sikap dan perilaku bagi warga sekolah dalam rangka untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Sense of learning telah terjadi secara merata disekolah. Jadi,

di sekolah telah terjadi kebersamaan (teamwork) yang kuat, keterlibatan dan

partisipasi total, dedikasi, motivasi, dan cara-cara kerja yang efektif dalam

menyelenggarakan pembelajaran. Kepemimpinan pembelajaran akan efektif

apabila didukung oleh komunitas warga sekolah yang mampu membangun dirinya

sebagai komunitas pembelajaran.

6. Menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional

Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menerapkan

kepemimpinan visioner dan situasional sekaligus. Kepemimpian visioner adalah

kepemimpinan yang mendasarkan pada visi yang ingin dicapai dimasa depan,

sedangkan kepemimpinan situasional adalah kepemimpinan yang

17

mempertimbangkan situasin yang dihadapi. Kombinasi dari kedua kepemimpinan

tersebut akan mampu memberi inspirasi dan mendorong terjadinya pembelajaran

yang futuristik dan kontekstual sekaligus.

7. Melayani siswa dengan prima

Harus disadari sepenuhnya bahwa keberadaan kepala sekolah, guru dan karyawan di

sekolah adalah hanya karena ada siswa. Oleh karena itu, kepala sekolah harus

mampu mengajak guru dan karyawan untuk memberikan layanan pembelajaran

kepada siswa secara prima dan siswa merupakan pelanggan utama sekolah yang

harus menjadi fokus perhatian warga sekolah.

8. Melakukan perbaikan secara terus menerus

Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus memiliki kemampuan untuk

melakukan perbaikan secara terus-menerus, yang dimulai dari perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi, refleksasi, dan revisi terhadap perencanaan berikutnya, dan

siklusnya diulang-ulang terus. Hal ini perlu dilakukan karena banyak perubahan

diluar sekolah yang harus diinternalisasikan ke sekolah.

9. Menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif

Pemimpin pembelajaran harus selalu menerapkan karakteristik kepala sekolah

efektif. Kepala sekolah efektif melakukan hal-hal berikut: luwes dalam

pengendalian, membangun teamwork di sekolahnya, komitmen kuat terhadap

pencapaian visi misi sekolah, menghargai guru dan karyawa atas dedikasinya,

memecahkan masalah secara kolaboratif, melakukan delegasi secara efektif, dan

fokus pada proses belajar mengajar (pembelajaran).

10. Membangun warga sekolah agar pro-perubahan

Salah satu ciri utama seorang pemimpin adalah memiliki visi misi yang jelas dan

memiliki cara-cara untuk menggerakkan warga sekolahnya untuk mencapainya.

Untuk itu, dia harus mampu mengarahkan, membimbing, memotivasi,

mempengaruhi, memberi inspirasi, dan medukung prakarsa- prakarsa baru

kreativitas, inovasi, dan inisiasi dalam pengembangan pembelajaran.

11. Membangun teamwork yang kompak

Keberhasilan upaya sekolah akan maksimal apabila dilakukan secara kolaboratif

oleh warga sekolah. Oleh karena itu, pemimpin harus mampu membagun teamwork

yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis dan lincah. Pelibatan, partisipasi dan

dedikasi warga sekolah sangat diperlukan dalam rangka membangun teamwork yang

maksimal.

12. Memberi contoh dan menginspirasi warga sekolah

Memimpin dengan contoh sudah terbukti ampuh dalam organisasi apapun termasuk

sekolah. Memberi contoh dalam berbagai hal misalnya komitmen, disiplin, nyaman

terhadap perubahan, kasih sayang terhadap siswa, semangat kerja, dan sebagainya

adalah merupakan bagian penting dari karakteristik seorang pemimpin. Tidak kalah

penting, seorang pemimpin selalu memberi inspirasi kepada guru, karyawan, dan

terutama siswanya untuk mempelajari dan menikmati hal-hal yang belum diketahui

dan mampu membangun kondisi rasa keingintahuan dari seluruh warga sekolahnya

(Daryanto, 2011, h. 91).

18

Menurut Kompri (2017: 37) kompetensi dapat dipilah menjadi tiga aspek. Ketiga aspek

yang dimaksud adalah 1) kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman,

apresiasi daan harapan yang menjadi penciri karakteristik seseorang dalam menjalankan

tugas; 2) penciri karakteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek pertam itu

tampil nyata (manifest) dalam tindakan, tingkah laku dan unjuk kerjanya; dan 3) hasil

unjuk kerjanya itu memenuhi suatu kriteria standar kualitas tertentu.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang

menurut Michael Zwell (2000, h. 56), yaitu:

a. Keyakinan dan nilai-nilai. Keyanikan orang tentang dirinya maupun terhadap orang

lain akan sangat memengaruhi perilaku. Apabila orang percay abahwa mereka tidak

kreatif dan inovatif, mereka tidak akan berusaha berfikir tentang cara baru atau

berbeda dalam melakukan sesuatu. Untuk itu setiap orang harus berfikir positif

tentang dirinya, maupun terhadap orang lain dan menunjukkan ciri orang yang

berfikir ke depan.

b. Keterampilan. Dengan memperbaiki keterampilan, inidividu akan meningkat

kecakapannya dalam kmopetensi.

c. Pengalaman. Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman.

Diantarannya pengalaman dalam mebgorganisasikan orang, komunikasi dihadapan

kelompok, menyelesaikan masalah, dan sebagainya. Orang yang tidak pernah

berhubungan dengan organisasi besar dan kompleks tidak mungkin mengembangkan

kecerdasan organisasional untuk memahami dinamika kekuasaan dan pengaruh

dalam lingkungan. Orang yang pekerjaannya memerlukan sedikit pemikiran strategis

kurang mengembangkan kompetensi daripada mereka yang telah menggunakan

pemikiran strategis bertahun-tahun.

d. Karakteristik kepribadian. Kepribadian bukanlah sesuatu yang tidak dapat berubah.

Kepribadian seseorang dapat berubah sepanjang waktu. Orang merespon dan

berinteraksi dengan kekuatan dan lingkungan sekitar. Walaupun dapat berubah,

kepribadian cenderung berubah dengan tidak mudah. Tidaklah bijaksana

mengharapkan orang memperbaiki kompetensinya dengan mengubah

kepribadiannya.

e. Motivasi. Dengan memberikan dorongan, apresiasi terhadap pekerjaan bawahan,

memberikan pengakuan dan perhatian individual dari atasan dapat memberikan

pengaruh positif terhadap motivasi seseorang bawahan.

f. Isu Emosional. Hambatan emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi.

Misalkan takut membuat kesalahan, menjadi malu, merasa tidak disukai atau tidak

menjadi bagian, semuanya cenderung membatasi motivasi dan inisiatif.

g. Budaya organisasi. Buday aorganisasi memengaruhi kompetensi sumber daya

manusia dalam kegiatan sebagai berikut; 1) proses rekrutmen dan seleksi karyawan,

2) sistem penghargaan, 3) praktik pengambilan keputusan, 4) filosofi organisasi

(misi-visi, dan nilai-nilai organisasi), 5) kebiasaan dan prosedur, 6) komitmen pada

pelatihan dan pengembangan, dan 7) proses organisasional.

19

Menurut Prof. Andreas Budiharjo dalam tulisannya berjudul Kompetensi dan Gaya

Kepemimpinan menjelaskna bahwa lingkungan usaha semakin kompetitif dan mengglobal

yang menuntut perusahaan atau organisasi dikelola profesional. Banyak perusahaan asing

muali dari ritel, jasa, restoran, manufaktur, sampai bank beroperasi di Indonesia.

Lingkungan usaha cenderung berubah sejalan perkmebangan teknologi dan tuntutan

pelanggannya. Para pebisnis harus mampu mengantisipasi semua itu agar agar perusahaan

yang dipimpinnya maju dan bertumbuh. Dikemukakan oleh Danim (2002, h. 125)

Sebagaian besar kelemahan administrasi pendidikan kita disebabkan oleh ketidakmampuan

kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya secara profesional. Efek lanjutan dari

kelemahan sistem administrasi pendidikan kita yang berkepanjangan adalah makin

tertinggalnya kemajuan pendidikan dilihat dari sudut kemajuan di sekitar ekonomi dan

industri. Inovasi dalam berbagai bidang seperti kurikulum, sarana dan prasarana, pola

pendidikan kepada anak , dan sebagainya, tidak banyak manfaatnya tanpa kemampuan

administrasi yang memadai dari para pengelolanya.

Fakta menunjukkan semua organisasi antara lain perusahaaan, sekolah, pemerintah,

bahkan politik harus mampu menjawab tantangan secara tepat agar mencapai sasarannya.

Tidak sedikit perusahaan besar yang jatuh tutup karena tidak dikelola dengan baik.

Kepemimipina tepat membuat perusahaan mampu mencapai sasarannya, bahkan tumbuh

dan bertahan. Persaingan ketat mengharuskan pemimpin mampu menganalisis dan

memprediksi situasi masa depan serta menentukan visi, misi dan sasaran yang akan

dicapai. Sasaran organisasi bersifat multidimensional, artinya bukan hanya bersifat

finansial. Tapi juga beruapa kepuasan pelanggan, kepuasan kerja karyawan, serta

pertumbuhan kompetensi sumber daya manusia.

Aspek pertama sebuah kompetensi menunjuk pada kompetensi sebagai gambaran

sumbantsi materi ideal yang seharusnya dikuasasi atau dipersyaratkan untuk dikuasai oleh

seseorang dalam menjalankan pekerjaan tertentu. Substansi materi ideal yang dimaksud

yaitu kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan

harapan-harapan penciri karakter dalam menjalankan tugas. Aspek kedua kompetensi

merujuk kepada gambaran unjuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap,

dan tindakan seseorang dalam menjalankan pekerjaan secara mempuni. Aspek ketiga

merujuk kepada kompetensi sebagai hasil (output dan atau outcome) dari unjuk kerja

berpiawaian. Kompetensi seseorang mencirikan tindakan berlaku serta mahir dalam

menjalankan suatu tugas untuk menghasilkan tindakan kerja yang efektif dan efisien.

C. Kompetensi Kepala Sekolah Kecerdasan pemimpin bukanlah suatu jaminan untuk membawa organisasi menjadi

efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, karena untuk menjadi pemimpin selain

memiliki pengetahuan dan keterampilan namun harus berprilaku sebagai panutan bagi

bawahannya. Oleh karena itu, penting untuk para pemimpin untuk memperhatikan

kepribadian dan sikap sosial untuk menimbulkan rasa saling percaya terhadap bawhannya

sehingga dapat menyatukan tujuan yang akan dicapai bersama. Untuk membangun rasa

20

kepercayaan, maka seorang pemimpin harus memiliki karakteristik sebagai berikut

(Sutoyo, 2000, h. 91).

1. Integritas

pemimpin akan dipercaya apabila apa yang diperbuat sejalan dengan apa yang diucapkan

berdasarkan kebenaran dan kejujuran.

2. Tidak mudah putus asa atau frustasi

Pemimpin tidak boleh mudah menyerah, pemimpin merupakan orang yag memiliki

motivasi tinggi dan mampu bangkit dari kegagalan untuk terus belajar.

3. Partisipatif

Pemimpin harus menerima masukan tanpa harus memaksakan kehendaknya.

4. Mempertanyakan diri sendiri

Pada karakteristik ini, pemimpin melakukan intropeksi diri apakah setiap yang

dilakukan merupakan kebenaran.

5. Bersaing secara sehat dan tidak menghalalkan segala cara

Pemimpin bersaing dengan mempercayai kemampuannya tanpa melakukan hal-hal

yang curang.

6. Memahami dan mematuhi aturan-aturan hukum yang berlaku

7. Menghargai kesetiaan dan prestasi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah Pasal 1 disebutkan

untuk menjadi kepala sekolah harus memiliki kompetensi yaitu pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang melekat pada dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,

kewirausahaan, supervisi dan sosial.

Berdasarkan Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/

Madrasah telah ditetapkan bahwa ada lima kompetensi yaitu kompetensi kepribadian,

manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan kompetensi sosial. Lingkup kompetensi tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kompetensi Kepribadian a. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin :

1) Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam

setiap melaksanakan suatu tugas pokok dan fungs

2) Memiliki komitmen/loyalitas/ dedikasi/etos kerja yang tinggi dalam setiap

melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi

3) Tegas dalam dalam mengambil sikap dan tindakan sehubungan dengan

pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.

4) Disiplin dalam melaksanakan suatu tugas pokok dan fungsi.

b. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah:

1) Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap kebijakan, teori, praktik

baru sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsinya.

21

2) Mampu secara mandiri mengembangkan diri sebagai upaya pemenuhan

rasa keingintahuannya terhadap kebijakan, teori, praktik baru sehubungan

dengan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.

c. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi:

1) Kecenderungan untuk selalu menginformasikan secara tranparan dan

proporsional kepada orang lain atas segala rencana, proses pelaksanaan,

dan keefektifan, kelebihan dan kekurangan pelaksanaan suatu tugas pokok

dan fungsi

2) Terbuka atas saran dan kritik yang disampikan oleh atasan, teman sejawat,

bawahan, dan pihak lain atas pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.

d. Mampu mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai

kepala sekolah:

1) Memiliki stabilitas emosi dalam setiap menghadapi masalah sehubungan

dengan suatu tugas pokok dan fungsi

2) Teliti, cermat, hati-hati, dan tidak tergesa-gesa dalam melaksanakan suatu

tugas pokok dan fungsi

3) Tidak mudah putus asa dalam menghadapai segala bentuk kegagalan

sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas pokok dan fungsi.

e. Memiiki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan:

1) Memiliki minat jabatan untuk menjadi kepala sekolah yang efektif

2) Memiliki jiwa kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.

2. Kompetensi Manajerial a. Mampu menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan:

1) Menguasai teori perencanaan dan seluruh kebijakan pendidikan nasional

sebagai landasan dalam perencanaan sekolah, baik perencanaan strategis,

perencanaan orpariosanal, perencanaan tahunan, maupun rencana angaran

pendapatan dan belanja sekolah,

2) Mampu menyusun rencana strategis (renstra) pengembangan sekolah

berlandaskan kepada keseluruhan kebijakan pendidikan nasional, melalui

pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan strategis yang

memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencara strategis baik

3) Mampu menyusun rencana operasional (Renop) pengembangan sekolah

berlandaskan kepada keseluruhan rencana strategis yang telah disusun,

melalui pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan renop

yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencana operasional

yang baik.

4) Mampu menyusun rencana tahunan pengembangan sekolah berlandaskan

kepada keseluruhan rencana operasional yang telah disusun, melalui

pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan tahunan yang

memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan rencana tahunan yang baik.

5) Mampu menyusun rencana anggaran belanja sekolah (RAPBS)

berlandaskan kepada keseluruhan rencana tahunan yang telah disusun,

melalui pendekatan, strategi, dan proses penyusunan RAPBS yang

memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan RAPBS yang baik.

22

6) Mampu menyusun perencanaan program kegiatan berlandaskan kepada

keseluruhan rencana tahunan dan RAPBS yang telah disusun, melalui

pendekatan, strategi, dan proses penyusunan perencanaan program

kegiatan yang memegang teguh prinsip-prinsip penyusunan perencanaan

program yang baik.

7) Mampu menyusun proposal kegiatan melalui pendekatan, strategi, dan

proses penyusunan perencanaan program kegiatan yang memegang teguh

prinsip-prinsip-prinsip penyusunan proposal yang baik.

b. Mampu mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan:

1) Menguasai teori dan seluruh kebijakan pendidikan nasional dalam

pengorganisasian kelembagaan sekolah sebagai landasan dalam

mengorganisasikan kelembagaan maupun program insidental sekolah.

2) Mampu mengembangkan struktur organisasi formal kelembagaan sekolah

yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan melalui pendekatan,

strategi, dan proses pengorganisasian yang baik.

3) Mampu mengembangkan deskripsi tugas pokok dan fungsi setiap unit

kerja melalui pendekatan, strategi, dan proses pengorganisasian yang baik.

4) Menempatkan personalia yang sesuai dengan kebutuhan

5) Mampu mengembangan standar operasional prosedur pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi setiap unit kerja melalui pendekatan, strategi, dan proses

pengorganisasian yang baik

6) Mampu melakukan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan sesuai

dengan prinsip-prinsip tepat kualifikasi, tepat jumlah, dan tepat

persebaran.

7) Mampu mengembangkan aneka ragam organisasi informal sekolah yang

efektif dalam mendukung implementasi pengorganisasian formal sekolah

dan sekaligus pemenuhan kebutuhan, minat, dan bakat perseorangan

pendidikan dan tenaga kependidikan

c. Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya

manusia secara optimal:

1) Mampu mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, sasaran, dan program

strategis sekolah kepada keseluruhan guru dan staf.

2) Mampu mengkoordinasikan guru dan staf dalam merelalisasikan

keseluruhan rencana untuk mengapai visi, mengemban misi, mengapai

tujuan dan sasaran sekolah

3) Mampu berkomunikasi, memberikan pengarahan penugasan, dan

memotivasi guru dan staf agar melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

masing-masing sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah

ditetapkan

4) Mampu membangun kerjasama tim (team work) antar-guru, antar- staf,

dan antara guru dengan staf dalam memajukan sekolah

23

5) Mampu melengkapi guru dan staf dengan keterampilan-keterampilan

profesional agar mereka mampu melihat sendiri apa yang perlu dilakukan

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing

6) Mampu melengkapi staf dengan ketrampilan-ketrampilan agar mereka

mampu melihat sendiri apa yang perlu dan diperbaharui untuk kemajuan

sekolahnya

7) Mampu memimpin rapat dengan guru-guru, staf, orangtua siswa dan

komite sekolah

8) Mampu melakukan pengambilan keputusan dengan menggunakan strategi

yang tepat

9) Mampu menerapkan manajemen konflik

d. Mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya

manusia secara optimal:

1) Mampu merencanakan kebutuhan guru dan staf berdasarkan rencana

pengembangan sekolah

2) Mampu melaksanakan rekrutmen dan seleksi guru dan staf sesuai tingkat

kewenangan yang dimiliki oleh sekolah

3) Mampu mengelola kegiatan pembinaan dan pengembangan profesional

guru dan staf

4) Mampu melaksanakan mutasi dan promosi guru dan staf sesuai

kewenangan yang dimiliki sekolah

5) Mampu mengelola pemberian kesejahteraan kepada guru dan staf sesuai

kewenangan dan kemampuan sekolah

e. Mampu mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan

secara optimal:

1) Mampu merencanakan kebutuhan fasilitas (bangunan, peralatan, perabot,

lahan, infrastruktur) sekolah sesuai dengan rencana pengembangan

sekolah

2) Mampu mengelola pengadaan fasilitas sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

3) Mampu mengelola pemeliharaan fasilitas baik perawatan preventif

maupun perawatan terhadap kerusakan fasilitas sekolah

4) Mampu mengelola kegiatan inventaris sarana dan prasarana sekolah sesuai

sistem pembukuan yang berlaku.

5) Mampu mengelola kegiatan penghapusan barang inventaris sekolah

f. Mampu mengelola hubungan sekolah – masyarakat dalam rangka pencarian

dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah:

1) Mampu merencanakan kerjasama dengan lembaga pemerintah, swasta dan

masyarakat

2) Mampu melakukan pendekatan-pendekatan dalam rangka mendapatkan

dukukungan dari lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat

24

3) Mampu memelihara hubungan kerjasama dengan lembaga pemerintah,

swasta dan masyarakat

g. Mampu mengelola kesiswaan, terutama dalam rangka penerimaan siswa baru,

penempatan siswa, dan pengembangan kapasitas siswa:

1) Mampu mengelola penerimaan siswa baru terutama dalam hal

perencanaan dan pelaksanaan penerimaan siswa baru sesuai dengan

kebutuhan sekolah

2) Mampu mengelola penempatan dan pengelompokan siswa dalam kelas

sesuai dengan maksud dan tujuan pengelompokan tersebut.

3) Mampu mengelola layanan bimbingan dan konseling dalam membantu

penguatan kapasitas belajar siswa

4) Mampu menyiapkan layanan yang dapat mengembangkan potensi siswa

sesuai dengan kebutuhan, minat, bakat, kreativitas dan kemampuan

5) Mampu menetapkan dan melaksanakan tata tertib sekolah dalam

memelihara kedisiplinan siswa

6) Mampu mengembangkan sistem monitoring terhadap kemajuan belajar

siswa

7) Mampu mengembangkan sistem penghargaan dan pelaksanaannya kepada

siswa yang berprestasi

h. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan

arah dan tujuan pendidikan nasional:

1) Menguasai seluk beluk tujuan nasional, tujuan pembangunan nasional, dan

tujuan pendidikan nasional, regional, dan lokal secara tepat dan

kompherensif sehingga memiliki sikap positif akan pentingnya tujuan-

tujuan tersebut sebagai arah penyelenggaraan pendidikan dan terampil

menjabarkannya menjadi kompetensi lulusan dan kompetensi dasar.

2) Memiliki wawasan yang tepat dan komprehensif tentang kedirian peserta

didik sebagai manusia yang berkarakter, berharkat, dan bermartabat, dan

mampu mengembangan layanan pendidikan sesuai dengan karakter,

harkat, dan martabat manusia.

3) Memiliki pemahaman yang komprehensif dan tepat, dan sikap yang benar

tentang esensi dan tugas profesional guru sebagai pendidik

4) Menguasai seluk beluk kurikulum dan proses pengembangan kurikulum

nasional sehingga memiliki sikap positif terhadap kebaradaan kurikulum

nasional yang selalu mengalami pembaharuan, serta terampil dalam

menjabarkannya menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan

5) Mampu mengembangkan rencana dan program pembelajaran sesuai

dengan kompetensi lulusan yang diharapkan

6) Menguasai metode pembelajaran efektif yang dapat mengembangkan

kecerdasan intelektual, spritual, dan emosional sesuai dengan materi

pembelajaran

25

7) Mampu mengelola kegiatan pengembangan sumber dan alat pembelajaran

di sekolah dalam mendukung pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan

8) Menguasai teknik-teknik penilaian hasil belajar dan menerapkannya dalam

pembelajaran

9) Mampu menyusun program pendidikan per tahun dan per semester

10) Mampu mengelola penyusunan jadwa pelajaran per semester

11) Mampu melaksanakan monitoring dan evaluasi program pembelajaran dan

melaporkan hasil-hasilnya kepada stakeholders sekolah.

i. Mampu mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang

akuntabel, transparan, dan efisien:

1) Mampu merencanakan kebutuhan keuangan sekolah sesuai dengan

rencana pengembangan sekolah, baik untuk jangka pendek maupun untuk

jangka panjang.

2) Mampu mengupayakan sumber-sumber keuangan terutama yang

bersumber dari luar sekolah dan dari unit usaha sekolah.

3) Mampu mengkoordinasikan pembelanjaan keuangan sesuai dengan

peraturan dan perundang-undangan berdasarkan asas prioritas dan efisiensi

4) Mampu mengkoordinasikan kegiatan pelaporan keuangan sesuai peraturan

dan perundang-undangan yang berlaku

j. Mampu mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung kegiatan-kegiatan

sekolah:

1) Mampu mengelola administrasi surat masuk dan surat keluar sesuai

dengan pedoman persuratan yang berlaku

2) Mampu mengelola administrasi sekolah yang meliputi administrasi

akademik, kesiswaan, sarana/prasarana, keuangan, dan hubungan sekolah-

masyarakat

3) Mampu mengelola administrasi kearsipan sekolah baik arsip dinamis

maupun arsip lainnya

4) Mampu mengelola administrasi akreditasi sekolah sesuai dengan prinsip-

prinsip tersedianya dokumen dan bukti-bukti fisik

k. Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran

dan kegiatan kesiswaan di sekolah:

1) Mampu mengelola laboratorium sekolah agar dapat dimanfaatkan secara

optimal bagi kepentingan pembelajaran siswa

2) Mampu mengelola bengkel kerja agar dapat dimanfaatkan secara optimal

bagi kepentingan pembelajaran keterampilan siswa

3) Mampu mengelola usaha kesehatan sekolah dan layanan sejenis untuk

membantu siswa dalam pelayanan kesehatan yang diperlukan

4) Mampu mengelola kantin sekolah berdasarkan prinsip kesehatan, gizi, dan

keterjangkauan

26

5) Mampu mengelola koperasi sekolah baik sebagai unit usaha maupun

sebagai sumber belajar siswa

6) Mampu mengelola perpustakaan sekolah dalam menyiapkan sumber

belajar yang diperlukan oleh siswa

l. Mampu menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam menciptakan inovasi

yang berguna bagi pengembangan sekolah:

1) Mampu bertindak kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pekerjaan

melalui cara berpikir dan cara bertindak

2) Mampu memberdayakan potensi sekolah secara optimal ke dalam berbagai

kegiatan-kegiatan produktif yang menguntungkan sekolah

3) Mampu menumbuhkan jiwa kewirausahaan (kreatif, inovatif, dan

produktif) di kalangan warga sekolah

m. Mampu menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif bagi pembelajaran

siswa:

1) Mampu menata lingkungan fisik sekolah sehingga menciptakan suasana

nyaman, bersih dan indah

2) Mampu membentuk suasana dan iklim kerja yang sehat melalui

penciptaan hubungan kerja yang harmonis di kalangan warga sekolah

3) Mampu menumbuhkan budaya kerja yang efisien, kreatif, inovatif, dan

berorientasi pelayanan prima

n. Mampu mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung penyusunan

program dan pengambilan keputusan:

1) Mampu mengembangkan prosedur dan mekanisme layanan sistem

informasi

2) Mampu menyusun format data base sekolah sesuai kebutuhan

3) Mampu mengkoordinasikan penyusunan data base sekolah baik sesuai

kebutuhan pendataan sekolah

4) Mampu menerjemahkan data base untuk merencanakan program

pengembangan sekolah

o. Terampil dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan

pembelajaran dan manajemen sekolah:

1) Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam

manajemen sekolah

2) Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komukasi dalam

pembelajaran, baik sebagai sumber belajar maupun sebagai alat

pembelajaran

27

p. Terampil mengelola kegiatan produksi/jasa dalam mendukung sumber pembiayaan

sekolah dan sebagai sumber belajar sisiwa:

1) Mampu merencanakan kegiatan produksi/jasa sesuai dengan potensi

sekolah

2) Mampu membina kegiatan produksi/jasa sesuai dengan prinsip-prinsip

pengelolaan yang profesional dan akuntabel

3) Mampu melaksanakan pengawasan kegiatan produksi/jasa dan menyusun

laporan

4) Mampu mengembangkan kegiatan produksi/jasa dan pemasarannya

q. Mampu melaksana-kan pengawasan terhadap pelaksana-an kegiatan sekolah sesuai

standar pengawasan yang berlaku:

1) Memahami peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan standar

pengawasan sekolah

2) Melakukan pengawasan preventif dan korektif terhadap pelaksanaan

kegiatan sekolah

3. Kompetensi Supervisi a. Mampu melakukan supervisi sesuai prosedur dan teknik-teknik yang tepat:

1) Mampu merencanakan supervisi sesuai kebutuhan guru

2) Mampu melakukan supervisi bagi guru dengan menggunakan teknik-

teknik supervisi yang tepat

3) Mampu menindaklanjuti hasil supervisi kepada guru melalui antara lain

pengembangan profesional guru, penelitian tindakan kelas, dsb.

b. Mampu melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan program pendidikan sesuai

dengan prosedur yang tepat:

1) Mampu menyusun standar kinerja program pendidikan yang dapat diukur

dan dinilai.

2) Mampu melakukan monitoring dan evaluasi kinerja program pendidikan

dengan menggunakan teknik yang sesuai

3) Mampu menyusun laporan sesuai dengan standar pelaporan monitoring

dan evaluasi.

4. Kompetensi Sosial a. Terampil bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang saling

menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah:

1) Mampu bekerja sama dengan atasan bagi pengembangan dan

kemajuan sekolah

2) Mampu bekerja sama dengan guru, staf/karyawan, komite sekolah,

dan orang tua siswa bagi pengembangan dan kemajuan sekolah

3) Mampu bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi pemerintah

terkait dalam rangka pengembangan sekolah

4) Mampu bekerja sama dengan dewan pendidikan kota/kabupaten dan

stakeholders sekolah lainnya bagi pengembangan sekolah

28

b. Mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan:

1) Mampu berperan aktif dalam kegiatan informal di luar sekolah

2) Mampu berperan aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan

3) Mampu berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, kesenian, olahraga

atau kegiatan masyarakat lainnya

4) Mampu melibatkan diri dalam pelaksanaan program pemerintah

c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain:

1) Mampu menggali persoalan dari lingkungan sekolah (berperan sebagai

problem finder)

2) Mampu dan kreatif menawarkan solusi (sebagai problem solver)

3) Mampu melibatkan tokoh agama, masyarakat, & pemerintah dalam

memecahkan masalah kelembagaan

4) Mampu bersikap obyektif/tidak memihak dalam mengatasi konflik

internal sekolah

5) Mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang lain

6) Mampu bersikap empatik/sambung rasa terhadap orang lain,

5. Kompetensi Kewirausahaan

a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah

b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasila sekolah/madrasah sebagai

organisasi pembelajar yang efektif

c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok

dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah

d. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi

kendala yang dihadapi sekolah/madrasah

e. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa

sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

Kadar kompetensi kepemimpinan seseorang menurut Kompri (2017, h. 25) dapat

dipelajari melalui empat tingakatan kemampuan, yaitu: pertama seseornag tidak memiliki

pengetahuan banyak tentang kometensi kepemimpinan, dan tidak peka untuk

mengembangkan kompetensi tersebut, mungkin karena tidak pernah mencoba menjaddi

pemimpin, tingkat kedua yaitu seseorang menajddi sadar apa yang diperlukan untuk

mengerjakan sesuatu secara baik, tetapi masih merupakan kompetensi yang masih bersifat

personal. Dengan berlatih seseorang akan lebih peka dan sadar tentang hal yag benar juga

penting dilakukan untuk kemumdian secara gradual diubah menjadi kompetensi

kepemimpinan. Tingkat ketiga yaitu kepemimpinan tau kompetensi akan akan sesuatu hal

akan menjadi suatu kenikmatan yang sempurna. Anda akan menerima feed back positif

dari kemampuan skill dan kepekaan tentang sebearapa baik keadaan seseorang yang akan

segera berlanjut ke tingkat empat, dan tingkat keempat yaitu kemampuan kepemimpinan

atau skill menajdi bagian diri seseorang dan akan tampak secara alami. Seseorang yang

dilahirkan daripada bagaimana ia dibentuk atau bahwa seseorang pemimpin alami itu

berarti orang tersebut dapat langsung beroperasi menjad pemimpin tanpa melalui tahap 3.

29

Dari kompetensi kepala sekolah di atas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah

memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dijalankan, tugas kepala sekolah sebagai

pemimpin memerlukan keterampilan khusus dalam mengelolah segala sumber daya yang

ada di sekolah. Untuk menjadi kepala sekolah yang professional, kepala sekolah harus

memiliki kompetensi. Terdapat 5 kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah,

yaitu kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.

D. Kompetensi Sosial Kepala Sekolah Kompetensi Sosial atau Interpersonal skills, yaitu kemampuan membangun relasi

dengan orang lain, secara efektif berupa kecakapan komunikasi, kecakapan memberikan

motivasi, kecakapan bekerja sama, kecakapan memimpin, mumpunyai kharismatik,

keterampilan melakukan mediasi (Mulyasa, 2006, h. 322). kompetensi sosial kepala

sekolah adalah pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan kepala

sekolah dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya

menjadi kompeten atau berkemampuan dalam mengambil keputusan tentang penyediaan,

pemanfaatan dan peningkatan potensi sumberdaya untuk meningkatkan kualitas

pendidikan di sekolah (Wahyudi, 2009, h. 28). Kompetensi sosial erat kaitannya dengan

adanya hubungan dengan masyarakat. Hubungan sekolah dengan masyarakat pada

hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan

mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah

sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar yaitu

masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam

mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien.

Penting menjalin hubungan masyarakat untuk membantu menjelaskan sudut pandang

organisasi, tetapi reputasi yang rusak biasanya membutuhkan kerja yag konsisten dalam

jangka waktu yang lama (James, 2006, h. 2). Keragaman masyarakat sehingga hubungan

masyarakat terbagi menjadi 2 kelas besar yaitu internal dan eksternal, sebaagi berikut:

1. Publik internal adalah grup dalam organisasi seperti karyawan atau dewan direksi

2. Publik eksternal adalah kelompok di pihak organisasi kita seperti media, pelanggan

perusahaan atau badan hukum negara (Doug Newsom dan Jim Haynes, 2005, h. 7).

Kompetensi sosial kepala sekolah sebagaimana tertuang dalam Permendiknas No. 13

Tahun 2007, meliputi:

1. Bekerjasama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah

2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan,

3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Kompetensi sosial adalah kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, bergaul,

bekerjasama, dan memberi kepada oranglain. Seiring dengan pemikiran tersebut, beberapa

ahli menyatakan bahwa kompetensi sosial sebagai berikut :

1. Kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat

untuk meningkatkan kemampuan professional;

2. Kemampuan untuk mengenal dan memahami funsi-fungsi setiap lembaga

kemasyarakatan;

30

3. Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual maupun kelompok

(Somad Rismi dan Donni Juni Priansa, 2014, h. 66).

Menurut Mulyasa (2007, h. 176) ada tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki agar

dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan efisien, yakni:

1. Memeliki pengetahuan tentang adat istiadat, baik sosial maupun agama;

2. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi;

3. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi;

4. Memiliki penegtahuan tentang estetika;

5. Memiliki pengetahuan tentang apresiasi dan kesadaran sosial;

6. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan;

7. Memiliki kesetiaan terhadap harkat dan martabat manusia.

Menurut Hafis Muaddab (2015, h. 54) dari 35 Life Skills atau kecerdasan hidup,

terdapat 15 yang dapat dimasukkan ke dalam dimensi kompetensi sosial yaitu:

1. Kerja diri

2. Melihat peluang

3. Peran dalam kegiatan kelompok

4. Tanggung jawab sebagai warga

5. Kepemimpinan

6. Relawan sosial

7. Kedewasaan dalam berkreasi

8. Berbagi

9. Berempati

10. Kepedulian kepada sesama

11. Toleransi

12. Solusi konflik

13. Menerima perbedaan

14. Kerja sama

15. Komunikasi.

Dari indikator berbagai kompetensi sosial di atas, maka dapat disimpulkan kompetensi

sosial yang harus dimiliki kepala sekolah meliputi: 1)Kerjasama, 2) berpartisipasi dalam

kegiatan sosial kemasyarakatan, 3) memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau

kelompok lain.

1. Kerjasama

Keberlangsungan kegiatan pendidikan di sekolah berkaitan dengan unsur manusia,

manusia merupakan unsur penting, karena kelancaran pelaksanaan program-program

sekolah sangat ditentukan oleh orang-orang yang melaksanakannya. Dengan demikian,

hal tersebut harus betul-betul disadari oleh kepala sekolah, sehingga dengan segala

kemampuannya kepala sekolah akan terus berupaya mengelola personalia yang ada di

sekolah. Kepala sekolah harus memegang prinsip seperti yang dikemukakan oleh H.M.

Daryanto (Daryanto H. , 2006, H. 29) bahwa bagaimanapun lengkap dan modernnya

fasilitas yang berupa gedung, perlengkapan, alat kerja, metode-metode kerja, dan

dukungan masyarakat akan tetapi apabila manusia-manusia yang bertugas menjalankan

31

program sekolah itu kurang berpartisipasi, maka akan sulit untuk mencapai tujuan

pendidikan yang dikemukakan.

Kerjasama sekolah merupakan bentuk hubungan sekolah sebagai organisasi dengan

masyarakat di dalam organsasi dan juga masyarakat luar organisasi.di dalam sekolah

terdapat struktur organisasi, mulai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dewan guru,

staf, komte sekolah dan tentu saja siswa. Dalam sekolah terdapat kurikulum dan

pembelajaran, biaya, sarana dan hal-hal lain yang harus direncanakan, dilaksanakan,

dipimpin, dan diawasi. Semuanya itu bermuara pada hubungan mitra. Dalam

mewujudkan bentuk kemitraan hakikatnya perwujudan dari prinsip-prinsip organisasi

dimana setiap orang dalam organisasi tersebut mengakui dan tunduk terhadap organisasi.

Prinsip-prinsip tersebut yaitu:

a. Adanya pembagian kerja (divisiion of work). Pembagian kerja atau penempatan

karyawan, secara normatif harus menggunakan prinsip The right man on the right

placce. Ada dua dasar pemikiran di atas, yaitu a) pekerjaan dengan volume

dan/atau ragamnya cukup banyak sehingga tidak bisad ditangani oleh satu atau dua

orang saja, dan b) setiap orang memiliki minat, kecakapan, keahlian atau

spesialisasi tertentu.

b. Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab (authority and resonsibility).

Agar dapat menjalankan kewenangan dan memenuhi tanggung jawabnya, perlu

diberi peluang untuk saling bermitra antar sesama staf dan antara dirinya dengan

manajer terkait.

c. Adanya kesatuan perintah (unity of command) dan pengarahan (unity of direction).

Dalam melaksanakan pekerjaan, karyawan yang baik akan memperhatikan prinsip

kesatuan perintah pada bidangnya sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan

dengan baik. Karyawan juga harus tahu kepada siapa harus bertanggungjawab dan

bekerja sama.

d. Adanya ketertiban (order) organisasi. Keterlibatan dalam organisasi dapat

terlaksana dengan aturan yang ketat atau dapat pula karena telah terciptanya

budaya kerja yang sangat kuat dan memiliki disiplin yang tinggi dari masing-

masing anggota organisasi.

e. Adanya semangat kesatuan (semangat korp). Setiap staf harus memiliki rasa

kesatuan, atau senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat

kerjasama yang baik. Setiap bagian dibutuhkan oleh bagian lainnya. Manajer yang

memiliki kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (espirit de

corp), sedangkan manajer yang suka memaksakan kehendak dengan cara-cara

yang kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp).(Kompri,

2017, h. 243).

Berdasarkan Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah, Terampil bekerjasama dengan orang lain berdasarkan prinsip yang

saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah antara lain:

a. Mampu bekerja sama dengan atasan bagi pengembangan dan kemajuan sekolah.

b. Mampu bekerja sama dengan guru, staf/karyawan, komite sekolah, dan orang tua

siswa bagi pengembangan dan kemajuan sekolah.

32

c. Mampu bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi pemerintah terkait dalam

rangka pengembangan sekolah.

d. Mampu bekerja sama dengan dewan pendidikan kota/ kabupaten dan stakeholders

sekolah lainya bagi pengembangan sekolah.

Berdasarkan indikator mengenai kerjasama di sekolah yaitu kepala sekolah sebagai

pemimpin memiliki tanggung jawab kepada kementerian pendidikan baik kementerian

pendidikan nasional maupun kementerian agama. Apabila sekolah non pemerintah

seperti lembaga-lembaga atau sekolah milik swasta maka terdapat pimpinan lain di atas

kepala sekolah yaitu yayasan sekolah. R. Subekti (2005, h 156) mendefinisikan yayasan

sebagai badan hukum yang berada dibawah pimpinan suatu badan pengurus dengan

tujuan sosial dan tujuan tertentu yang legal. Yayasan memiliki peran penting untuk

kehidupan masyarakat yaitu membantu masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan

melalui pendidikan (Sumarni, 2018, h. 221). Yayasan merupakan lembaga sosial yang

dapat menaungi lembaga pendidikan sekolah. Kepala sekolah di sekolah swasta sebagai

orang yang diberikan kepercayaan oleh yayasan untuk melaksanakan pendidikan di

sekolah memiliki tanggung jawab terhadap yayasan dalam melaporkan berbagai kegiatan

yang dilakukan terkait peningkatan kualitas pendidikan.

Personalia atau tenaga kependidikan yang dimaksud di sini adalah semua orang yang

tergabung untuk bekerja sama pada suatu sekolah untuk melaksanakan tugas-tugas dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan. Personalia atau Tenaga kependidikan di sekolah

meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, pegawai tata usah, dan pesuruh.

Agar kegiatan-kegiatan di sekolah berlangsung secara harmonis maka semua personel

yang ada itu harus mempunyai kemampuan dan kemauan, serta bekerja secara sinergi

dengan melaksanakan tugasnya masing-masing dengan sungguh-sungguh dengan penuh

dedikasi. Untuk dapat terlaksananya kegiatan-kegiatan seperti itu diperlukan suatu

pengelolaan dari kepala sekolah sebagai manajer pada satuan pendidikan. Itulah

sebabnya, kepala sekolah harus memiliki kompetensi tentang pendayagunaan sumber

daya manusaia secara optimal untuk mengelola tenaga kependidikan di sekolah. Dengan

jelas mengenai hal ini dikemukakan oleh Hari Suderadjat (Suderadjat, 2005, h. 18)

bahwa Kepala sekolah merupakan penanggung jawab pertama dan utama dalam

peningkatan mutu pendidikan di sekolah bersama dengan guru-guru sebagai fasilitator

dan motivator pembelajaran siswa. Kepemimpinan pendidikan kepala sekolah

merupakan tumpuan keberhasilan manajemen sekolah.

Peserta didik menurut Oemar Hamalik sebagai suatu komponen masukan dalam

sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga

menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Menurut

Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok manusia sebagai individu/pribadi (manusia

seutuhnya). Individu di artikan "orang seorang tidak tergantung dari orang lain, dalam

arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari

luar, mempunyai sifat-sifat dan keinginan sendiri (UPI, 2009, h. 205). Sedangkan

Hasbullah berpendapat bahwa siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input

yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan (Hasbullah, 2010, h. 121). Tanpa

adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya ialah

33

karena peserta didiklah yang membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya

berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada peserta didik (Agama, 2005, h. 47).

Bekerjasama dengan pihak lain dapat menjadi suatu keuntungan bahkan kerugian

bagi sekolah tergantung bagaimana kepala sekolah menjalin kerjasama dengan pihak-

pihak tertentu. Dalam buku Menentukan mitra usaha (Jackie Ambadar, Miranty Abidin,

Yanty Isa, 2005, h.25) memberikan dua hal mendasar yang harus diperhatikan sebagai

pedoman dalam memilih rekan bisnis yang baik bagi usaha:

a. Pilih rekan bisnis yang tepat (kenali calon rekan bisnis anda, lakukan pendekatan,

analisa karakter rekan bisnis anda)

b. Bentuk tim bisnis yang tangguh (pilih yang jujur, pekerja keras).

Dalam bersosialisasi dan berorganisasi, kemitraan memiliki kedudukan yang sentral

karena esensi dari kehidupan sosial dan berorganisasi adalah kesepakatan bermitra.

Tidak ada organisasi tanpa adanya kerjasama. Bahkan dalam pemberdayaan organisasi,

kerjasama adalah tujuan akhir dari setiap program pemberdayaan (Kompri, 2017, h.

243). Dalam menjalin hubungan kerjasama menurut Sondang P. Siagian (2015, h. 347)

memiliki dua asumsi yang mendasar yaitu:

Pertama: kedua belah pihak sama-sama memperoleh keuntungan bila organisasi meraih

berbagai keberhasilan.

Kedua: para karyawan berada pada posisi yang memungkinkan mereka mengamati dan

mengetahui proses produksi yang terjadi serta dapat mendeteksi berbagai kelemahan

dalam proses produksi itu serta dapat pula memberikan saran-saran tentang cara-cara

untuk mengatasinya.

Sekolah sebagai lembaga sosial memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai partner

masyarakat dan sebagai penghasil tenaga kerja terdidik. Sebagai partner masyarakat,

sekolah akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam lingkungan

masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat memiliki peran penting sebagai partner sekolah.

Sebagaimana dikemukakan oleh E. Mulyasa (2013, h. 139) Masyarakat sebagai

partnership sekolah dalam berbagai aktivitas yang berkaitan dengan aspek-aspek

pendidikan di antaranya:

a. Sekolah dengan masyarakat merupakan satu keutuhan dalam menyelenggarakan

pendidikan dan peminaan pribadi peserta didik.

b. Sekolah dengan tenaga kependidikan menyadari pentingnya kerja sama dengan

masyarakat, bukan saja dalam melakukan pembaruan tetapi juga dalam menerima

berbagai komsekuensi dan dampaknya, serta menccari alternatif pemecahannya.

c. Sekolah dengan masyarakat sekitar memiliki andil dan mengambil bagian serta

bantuan dalam pendidikan di sekolah, untuk mengembangkan berbagai potensi

secara optimal sesuai dengan harapan peserta didik.

Selain memilih rekan kerja yang baik, untuk menjalin kerjasama yang baik perlu

adanya komunikasi. Komunikasi memberikan pengaruh besar dalam hubungan antara

pemimpin dengan bawahannya baik secara formal maupun informal. Komunikasi

34

merupakan suatu proses pemberian pengertian-pengertian melalui pengiringan berita

secara simbolis, dapat menghubungkan para anggota berbagai satuan organisasi yang

berbeda dan bidang ynag berbeda sehingga sering disebut rantai pertukaran. Konsep ini

mempunyai unsur-unsur sebagai berikut (Handoko, 2009, h. 272): (1) suatu kegiatan

untuk membuat seseorang mengerti; (2) suatu sarana pengaliran informasi dan (3) suatu

sistem bagi terjalinnya komunikasi di antara individu-individu. Berikut Terdapat tujuh

faktor komunikasi dalam buku Office of government commerce (2003) yaitu:

a. Saluran komunikasi harus diketahui secara pasti

b. Terdapar saluran komunikasi formal

c. Jalur komunikasi harus secara langsung dan tidak rumit

d. Jalur komunikasi secara lengkap harus difungsikan

e. Orang yang sebagai pusat komunikasi harus berkompeten

f. Jalur komunikasi tidak boleh terputus saat organisasi sedang berfungsi

g. Setiap komunikasi harus disahkan.

Keterlibatan orang tua dan masyarakat memiliki indikator sebagai berikut:

a. Sekolah senantiasa menjalin komunikasi yang harmonis dengan orang tua, dan

berusaha melibatkan mereka dalam pelaksanaan program-program sekolah.

b. Prosedur-prosedur perlibatan orang tua peserta didik dalam kegiatan-kegiatan

sekolah disampaikan secara jelas dan dilaksanakan secara konsisten

c. Orang tua peserta didik memiliki kesempatan untuk mengunjungi sekolah guna

mengobservasi program pendidikan dan pembelajaran.

d. Pada pertemuan antara orang tua dengan sekolah, tingkat kehadiran orang tua

pesertad didik tinggi

e. Ada kerja sama yang baik antara guru dan orang tua peserta didik, sehubungan

dengan pemantauan pekerjaan rumah (PR)

f. Orang tua dan masyarakat dilibatkan dalam pembuatan keputusan-keputusan

sekolah

g. Para guru sering berkomunikasi dengan orang tua peserta mengenai kemajuan

peserta didik dan menunjukkan bidang-bidang keunggulan dan kelemahannya

h. Sebagian besar orang tua peserta didik memahami dan ikut mempromosikan

program pembelajaran sekolah

i. Masyarakat melalui komite sekolah aktif melaksanakan peran dan fungsi sesuai

aturan (Mulyasa E., 2013, h. 77).

Kerjasama kepala sekolah dengan orang lain tidak hanya dengan para guru, staf,

orang tua siswa, melainkan termasuk atasan, kepala sekolah lain serta pihak- pihak yang

perlu berhubungan dan bekerjasama. Dalam fungsi ini kepala sekolah berperilaku

sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah. Dalam kegiatan bekerjasama dengan

pihak lain tentu kepala sekolah harus memperhatikan komunikasi yang terjadi antara

pihak sekolah dan pihak lain yang menjalin hubungan dengan sekolah. Sehingga

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing warga sekolah dapat diketahui.

Dengan cara ini, maka keterpaduan semua kegiatan sekolah dapat diupayakan untuk

mencapai tujuan dari sasaran sekolah yang telah di patok. Selain itu, komunikasi yang

baik juga akan membentuk teamwork yang kuat, kompak dan cerdas, sehingga berbagai

kegiatan sekolah dapat dilakukan secara merata oleh warga sekolah.

35

2. Berpatisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan

Sekolah berada di tengah-tengah masyarakat dan dapat dikatakan berfungsi sebagai

pisau bermata dua. Mata yang pertama adalah menjaga kelestarian nilai-nilai yang positif

yang ada dalam masyarakat agar pewarisan nilai-nilai masyarakat itu berlangsung

dengan baik. Mata yang kedua adalah sebagai lembaga yang dapat mendorong

perubahan nilai dan tradisi itu sesuai dengan kemajuan dan tuntutan kehidupan serta

pembangunan. Kedua fungsi ini seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya

dilakukan dalam waktu bersamaan. Oleh karena itu fungsinya yang kontrovesial ini

diperlukan saling pemahaman antara sekolah dan masyarakat (Mulyasa, 2007, h. 177).

Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya disesuaikan dengan keadaan

di dalam lingkungan masyarakat tersebut. Penyesuaian dalam hal ini termasuk

penyesuaian terhadap aktivitas, kebiasaan, budaya, kondisi dan bahan informasi yang

ada dan berlaku di dalam kehidupan masyarakat.

Made Pidarta (2004, h. 188) mengemukakan kelompok-kelompok yang dapat

memberi dukungan atau berpartisipasi dalam pendidikan di sekolah sebagai berikut :

Beberapa contoh partisipasi masyarakat dalam pendidikan adalah : 1. Bentuk parrtisipasi

antara lain : a. Dewan Pendidikan, b. Komite Sekolah, c. Persatuan orang tua siswa, d.

Perkumpulan olah raga, e. Perkumpulan kesenian, f. Organisasi-organisasi yang lain.

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 BAB

IV yang di dalamnya memuat bahwasanya pendidikan merupapkan tanggung jawab

bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Masyarakat juga dapat terlibat

dalam memberikan bantuan dana, pembautaan gedungm area pendidikan, teknis edukatif

seperti proses pembelajaran, menyediakan diri menjadi tenaga pengajar, mendiskusikan

pelaksanaan kurikulum, membicarakan kemajuan belajar, dan lain-lain. Berdasarkan

Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, mampu

berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, antara lain:

a. Mampu berperan aktif dalam kegiatan informal di luar sekolah.

b. Mampu berperan aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan.

c. Mampu berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, kesenian, olahraga atau

kegaitan masyarakat lainnya.

d. Mampu melibatkan diri dalam pelaksanaan program pemerintah.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentnag Sisdiknas pada Bab XV Pasal 54 dinyatakan

bahwa:

a. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan,

kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan

dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

b. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksana dan pengguna hasil

pendidikan.

c. Ketentuan menegenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

d. Bentuk-bentuk peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu sekolah di

antaranya:

1). Menggunakan jasa sekolah

2). Memberikan kontribusi dana, bahan dan tenaga

36

3). Membantu anak belajar di rumah

4). Berkonsultasi maslaah pendidikan anak

5). Terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler

6). Pembahasan kebijakan sekolah.

Keputusan tentang bagaimana berlangsungnya sekolah yang didasarkan atas

partisipasi diharapkan akan dapat menumbuhkan rasa memiliki bagi semua kelompok

kepentingan sekolah (Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2006, h. 5). Dengan adanya rasa

memiliki maka akan tumbuh rasa tanggung jawab terhadap berlangsungnya pendidikan

di sekolah yang pada saatnya akan membuahkan tingginya mutu layanan pendidikan di

sekolah.

Seorang kepala sekolah dituntut tidak hanya berpartisipasi dalam kegiatan kantor,

melainkan juga ikut terlibat aktif dalam aneka kegiatan di luar jam dan urusan kantor. Ini

tujannya agar kepala sekolah dapat membangun keakraban dengan lingkungan

sekitarnya. Seperti menurut (Pateman, 2000, h. 68) Partisipasi merupakan sesuatu dalam

sesuatu dimana terdapat interaksi individu tertentu yang hadir dalam kegiatan kelompok.

Selain itu partisipasi diartikan sebagai keterlibatan seseorang dalam kegiatan bersama

yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembangunan terutama dalam pengelolaan

lingkungan hidup (Tangkilisan, 2007, h. 321). Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan

bahwa partisipasi kepala sekolah dalam kegiatan sosial merupakan keterlibatan kepala

sekolah dalam kelompok tertentu.

Adapun peranan hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai berikut:

a. Sekolah sebagai partner masyarakat di dalam melaksanakan fungsi pendidikan.

Dalam konteks ini, berarti keduanya yaitu sekolah dan masyarakat dilihat sebagai

pusat-pusat pendidikan yang potensial dan mempunyai hubungan yang fungsional.

b. Sekolah sebagai prosedur yang melayani kesan pesan pendidikan dari masyarakat

lingkungannya.

c. Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah.

d. Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu

dan mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.

e. Masyarakat yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung

museum, perpustakaan, panggung-panggung kesenian dan sebagainya.

f. Masyarakat yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah.

g. Masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat belajar seperti

aspek alami, industri, perumahan, transportasi, perkebunana, pertambangan, dan

sebagainya. (Kompri, 2017, h. 257)

Jenis hubungan sekolah dan masyarakat itu dapat digolongkan menjadi tiga jenis,

yaitu :

a. Hubungan edukatif, ialah hubungan kerja sama dalam hal mendidik murid, antara

guru di sekolah dan orang tua di dalam keluarga. Adanya hubungan ini

37

dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip atau bahkan pertentangan yang

dapat mengakibatkan keragu-raguan pendirian dan sikap pada diri anak.

b. Hubungan kultural, yaitu kegiatan kerjasama antar masyarakat dan sekolah yang

diharapkan terjadi adanya saling mendukung dalam pengembangan dan pembinaan

kebudayaan masyarakat sekitar. Untuk itu diperlukan hubungan kerja sama antara

kehidupan di sekolah dan kehidupan dalam masyarakat. Perkembangan kebutuhan

masyarakat harus disesuaikan dengan kegiatan kurikulum sekolah. Demikian juga

dengan pemilihan media pembelajaran dan metode-metode pembelajarannya.

(Kompri, 2017, h. 258)

Sekolah harus memiliki dorongan untuk memperkenalkan program dan kegiatannya

kepada masyarakat. Program atau kegaiatan yang dibuat haruslah menguntungkan bagi

kedua belah pihak sehingga masyarakat juga dapat mengambil nilai positif ketika terlibat

dalam kegaitan sekolah. Dalam rangka menggalang partsipasi masyarakat (Mulyasa E,

2013, h. 142), sekolah dapat mengembangkan berbagai program sebagai berikut:

a. Melaksanakan kegiatan kemasyarakatan, seperti bakti sosial untuk bersihkan

lingkungan, dan membantu lalu lintas di sekitar sekolah. Program sederhana

seperti ini, secar aperlahan akan menumbuhkan simpati masyarakat dan

mendorong mereka berpartidipasi.

b. Mengadakan open house yang memberi kesempatan kepada masyarakat untuk

mengetahui berbagia program dan kegiatan sekolah. Dalam kesempatan ini,

sekolah hendaknya menonjolkan program-program yag dapat menarik minat

masyarakat dan mendorong mereka untuk berpartispasi.

c. Mengembangkan buletin sekolah, majalah dan lembar informasi secara berkala.

Buletin sekolah, majalah dan lembar informasi tersebut hendaknya memuat

berbagai kegiatan dan program sekolah untuk diinformasikan kepada masyarakat.

d. Menghadirkan tokoh masyarakat untuk menjadi narasumber, pembicara atau

pembina suatu program sekolah. Misalnya mengundang dokter yang tinggal di

sekitar sekolah menjadi narasumber, pembicara atau membina program kesehatan

sekolah.

e. Membuat program kerja sama sekolah dengan masyarakat, misalnya dalam

perayaan hari nasional dan keagamaan.

Berikut ini dapat dijadikan contoh dari aktivitas sosial kemasyarakatan yang dapat

dilakukan sekolah dalam lingkungan masyarakat, yaitu:

a. Melaksanakan kerja bakti membersihkan sekolah dan lingkungan sekitar

b. Bertegur sapa dengan masyarakat di dalam maupun di luar sekolah dengan sopan

c. Melakukan jaga malam untuk bersama-sama menjaga keamanan di lingkungan

sekitar

d. Melakukan penyuluhan bahaya penyalahgunaan obat-obatan terlarang narkoba

bekerja sama dengan dinas kesehatan atau BNN

e. Berpartisipasi dalam memperingati hari kemerdekaan bersama warga

f. Melayat ketika ada tetangga sekolah yang meninggal sebagai bentuk rasa simpati

g. Memberikan bantuan materi jika ada masyarakat yang kekurangan atau kurang

mampu

38

h. Penggalangan dana untuk membantu korban musibah bencana alam.

Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan baik maka rasa tanggung jawab

dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan tinggi. Agar tercipta

hubungan baik antara masyarakat dengan sekolah maka masyarakat harus menegtahui

dan terlibat dalam kegiatan yang telah diprogram kan sekolah. Begitu juga sebalknya

sekolah harus bersedia mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar.

3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain

Manusia adalah bagian dari masyarakat. Tanpa manusia, masyarakat tidak akan

terbentuk. Dalam masyarakat, manusia tentu menghadapi persoalan-persoalan yang

muncul dari relasinya. Sebenarnya, segala permasalahan-permasalahan dalam

masyarakat dapat terselesikan apabila ada kesadaran untuk peka terhadap masalah sosial

ini. Kepekaan sosial dapat dilatih dalam pribadi setiap manusia muali dari sikap peka

terhadap diri sendiri, lalu tethadap orang di sekitar dan masyarakat umum. Demikian

juga dengan sikap kepekaan terhadap maslaah sosial. Apabila manusia sudah peka

terhadap masalah sosial dalam lingkup kecil, maka manusia juga akan mudah untuk peka

terhadap msalah dalam lingkup luas.

Kepala sekolah yang juga sebagai makhluk sosial juga harus memiliki kepekaan

sosial terhadap orang lain artinya kepala sekolah berperan sebagai problem finder

dilingkungan sekolahan, kreatif dan mampu menawarkan solusi, melibatkan tokoh

agama, masyarakat dan pemerintahan, bersikap obyektif/tidak memihak dalam

menyelesaikan konflik internal, mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang

lain dan mampu bersikap empati kepada orang lain (Wahyudi, 2009, h. 39). Menurut

(Sutiyo, 2013, h. 5), “Kepekaan Sosial adalah sikap yang mudah bereaksi terhadap

problem sosial yang menimpa diri sendiri, orang lain dan lingkungan masyarakat”. Dari

defenisi tersebut, jelas bahwa kepala sekolah yang memiliki kepekaan sosial haruslah

tanggap terhadap masalah yang dihadapi oleh dirinya sendiri dan orang lain yang

menjadi tanggung jawabnya. Untuk peka terhadap masalah orang lain kepala sekolah

harus menanamkan sikap empati dalam dirinya.

Berdasarkan Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah, memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain, antara

lain:

a. Mampu menggali persoalan dari lingkungan sekolah (berperan sebagai problem

finder).

b. Mampu dan kreatif menawarkan solusi (sebagai problem solver).

c. Mampu melibatkan tokoh agama, masyarakat, dan pemerintah dalam memecahkan

masalah kelembagaan.

d. Mampu bersikap objektif/tidak memihak dalam mengatasi konflik internal

sekolah.

e. Mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang lain.

f. Mampu bersikap empatik/sambung rasa terhadap orang lain.

39

Kepekaan sosial merupakan kemampuan untuk merasakan dan mengamati reaksi-reaksi

atau perubahan orang lain yang ditunjukkannya, baik secara verbal maupun nonverbal.

Seseorang yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi akan mudah memamhami dan

menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain, entah reaksi tersebut positif

ataupun negatif. Adnaya kepekaan sosial akan membuat seseorang dapat bersikap dan

bertindak yang tepat terhadap orang lain yang ada disekitarnya. Jadi, orang yang

memiliki kepekaan sosial pastinya akan menjadi pribadi yang asyik untuk diajak bergaul.

Tujuh cara yang sebaiknya dilakukan kepala sekolah agar mampu menumbuhkan

kepekaan sosial dalam diri sehingga menjadi pribadi yang ramah untuk diajak bergaul

oleh siapapun (Wijayanto, 2014)

a. Menyadari bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Sejak mulanya manusia

diciptakan bukan dalam kesendirian. Karena itu, dalam rangka membangun

kepekaan sosial, keluarlah dari kesendirian dan masukilan kehidupan bersama

dengan orang lain yang ada disekitar.

b. Bergaul dengan sebanyak-banyaknya orang. Perjumpaan dengan banyak orang

akan membuat semakin mudah mengetahui perbedaan karakter dari tiap-tiap

pribadi. Ketika Tuhan menciptakan mannusia, Tuhan menciptakannya dengan

segaal keunikan dan kekhususan masing-masing. Di dunia ini, tidak ada manusia

yang sama persis. Orang yag kembar identikpun tetap memiliki perbedaan satu

dengan yag lainnya. Karena itu, ketika membiasakan diri untuk bergaul dengan

banyak orang, hal itu akan mengasah kemampuan untuk melihat masing-masing

orang dengan keunikannya.

c. Memperhatikan dan memperbaiki cara berbicara. Cara berbicara merupakan

sesuatu yang perlu untuk diperhatikan dalam berinteraksi dengan orang lain.

Terdapat banyak orang yang dalam kehidupan sehari-hari mengalami salah

pemahaman yang mengakibatkan perselisihan dan pertengkaran. Keterlibatan

seseorang dalam berorganisasi akan memberikan seseorang keterbiasaan dalam

memiliki kepekaan dalam mengutarakan ide dan gagasan sehingga mampu

diterima dengan baik oleh masyarakat.

d. Terlibat dalam kegiatan sosial. Kegiatan sosial merupakan kegiatan yang sering

dilakukan oleh banyak orang. Kegiatannya sosial biasanya dilakukan dalam

berbagai kegiatan, misalnya: kunjungan ke pesantren atau panti-panti asuhan,

penggalangan dana bagi korban bencana dan memberikan bantuan bagi

masyarakat yang kurang mampu di daerah terpencil. Kegiatan sosial ini

merupakan kegiatan positif yang akan mengasah kepekaan terhadap orang-orang

yang sedang membutuhkan pertolongan. Melalui kegiatan itu akan membentuk

menjadi pribadi yang memiliki kepeduliaan terhadap orang-orang yang perlu

diperhatikan dan diperdulikan dalam kehidupan.

e. Mengembangkan empati. Empati merupakan kemampuan untuk merasakan dan

memahami perasaan orang lain. Kunci untuk memahami perasaan orang lain,

adalah mampu membaca pesan nonverbal seperti nada bicara, gerak-gerik,

ekspresi wajah, dan sebagainya. Seseorang yang memiliki kemampuan ini akan

lebih pandai menyesuaikan diri, lebih mudah bergaul, dan lebih peka. Empati

dapat dikembangkan apabila membiasakan diri untuk bergaul dengan orang lain

dan mengamati orang-orang yang ada disekitarnya.

40

f. Berperilaku prososial. Perilaku prososial adalah istilah yang digunakan oleh para

ahli psikologi untuk menjelaskan perilaku sukarela yang ditunjukkan untuk

kepentingan atau keuntungan lain, seperti: berbagi, membantu seseorang yang

membutuhkan, bekerja sama dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati.

Perilaku ini menunutut adanaya kesediaan untuk bekorban bagi orang lain,

menghargai keberadaan orang lain, dan tidak menempatkan diri sendiri lebih tinggi

dari orang lain.

g. Melihat dan bertindak. Di sekitar lingkungan banyak orang yang memiliki

keterbatasan sehingga tidak dapat menjalankann aktivitas sosialnya dengan

normal. Misalnya: orang kurang mampu, anak jalanan, dan orang lanjut usia.

Mereka membutuhkan perhatian lebih bahkan pertolongan yang nyata dalam

kesusahan mereka.

Kepekaan sosial merupakan bagian karakter yang terdapat dari dalam diri seorang

individu untuk mudah terangsang terhadap lingkungan sekitarnya dan di latih keluar dari

perasaan mereka sendiri untuk memasuki perasaan orang lain. Adapun macam atau

sebutan lain dari kepekaan sosial yang sering kita dengar adalah sebagai berikut :

a. Empati

Empati juga berarti keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau

mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang

atau kelompok lain. Reaksi dari sikap empati ini biasanya adalah tindakan atau

perkataan yang mungkin sangat mirip dengan apa yang diharapkan oleh orang lain.

Karakter empati ini sering kali merupakan awal dari reaksi emosi lainnya, misalnya

empati bisa menghasilkan simpati (Elfindri, 2012, h. 95). Empati adalah keterampilan

penting demi terjalinnya relasi yang baik dengan rekan kerja dari berbagai latar budaya

dan berbinis dengan orang-orang dari kebudayaan lain (Daniel Goleman, Richard

Boyatzis, Annie McKee, 2002, h. 58). Pemimpin akan selalu membutuhkan empati

untuk mengembangkan dan memelihara orang yang berpotensi.

b. Kepedulian Sosial

Kepedulian adalah sifat yang membuat pelakunya merasakan apa yang

dirasakan orang lain, mengetahui bagaimana rasanya jadi orang lain, kadang

ditunjukkan dengan tindakan memberi atau terlibat dengan orang lain tersebut

(Mu‟in, 2011, h. 231). Kepedulian sosial merupakan bentuk tindakan yang positif

yang dilakukan dengan sukarela atas inisiatif sendiri tanpa adanya paksaan dari

pihak luar yang dilakukan semata-mata hanya untuk membantu dan menolong

orang lain tanpa mengharapkan suatu imbalan.

Selain simpatik dan kepeduliaan sosial, kepekaan sosial kepala sekolah juga

berkaitan erat dengan pengambilan keputusan dalam menangani suatu konflik. Dengan

adanya kepekaan sosial yang dimiliki oleh pemimpin tentu akan membuat rendahnya

terjadi konflik dalam organisasi karena kepala sekolah mampu mengednalikan diri

dalam bertindak obyektif falam pengambilan keputusan. Konflik atau pertentangan

dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau

41

kelompok dengan kelompok. Konflik dapat terjadi dii anatar pihak yang mempunyai

tujuan sama karena salah satu pihak atau kedua belah pihak merasa dirugikan. Konflik

dapat terjadi dalam semua tingkatan, baik intrapersonal, interpersonal, intragroup,

intergroup, intraorganisasi, maupun interorganisasi.

a. Konflik intrapersonal, yaitu konflik internal yang terjadi dalam diri seseorang.

Konflik intrapersonal akan terjadi ketika individu harus memilih dau atau lebih

tujuan yang saling bertentangan, dan bimbang mana yang harus dipilih untuk

dilakukan.

b. Konflik interpersonal, yaitu konflik yag terjadi antar individu. Konflik

interpersonal terjadi ketika adanya perbedaan tentang isu tertentu,tindakan dan

tujuan dimana hasil bersama sangat menentukan.

c. Konflik intragrouop, yaitu konflik antar anggota dan satu kelompok. Setiap

kelompok dapat mengalami konflik substantid atau efektif. Konflik substantif

terjadi karena adanya latar belakang kahlian yang berbeda, ketika anggota dari

suatu komte menghasilkan kesimpulan yang berbeda atas data yang sama.

Sedangkan konflik efektif terjadi karena tanggapan emosional terhadap suatu

situasi tertentu. Contoh konflik intragroup yaitu konflik yang terjadi pada

beberapa guru dalam Musyawarah Guru Mata Pelajran (MGMP).

d. Konflik intergroup, yaitu konflik yang terjadi antar kelompok. Konflik

intergroup terjadi karena adanya saling ketergantunga, perbedaaan persepsi,

perbedaan tujuan, dan meningkatnya tunuttan akan keahlian. Misalnya konflik

antara kelompok guru Kesenian dengan kelompok guru matematika. Kelompok

kesenian memandang bahwa untuk membelajarkan lagu tertentu dan melatih

pernapasan perlu disuarakan dengan keras, sementara kelompok guru

matematika merasa terganggu karena para peserta didiknya tidak konsentrasi

belajar.

e. Konflik intraorganisasi, yaitu konflik yang terjadi antar bagian dalam suatu

organisasi. Misalnya konflik antara bidang kurikulum dengan bidang kesiswaan.

f. Konflik interorganisasi yang terjadi antarorganisasi. Koknflilk interorganisasi

terjadi karena mereka memiliki saling ketergantungan satu sam lain, konflik

terjadi bergantung pada tindakan suatu organisasi yang menyebabkan dampak

negatif terhadap organisasi lain. Misalnya konflik yang terjadi antara sekolah

dengan salah satu organisasi masyarakat (Mulyasa E. , 2006, h. 243).

Konflik dalam organisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan

karena konflik dalam organisasi termasuk sekolah apsti akan terjadi sebagai salah

satu upaya mengevaluasi diri, kelompok maupun suatu program. Konflik dapat

menjadi positif apabila konflik dapat ditangani dengan baik sehingga tidak berlarut

mengarah kepada konflik yang bersifat negatif. Menurut (Handoko, 2009, h. 352)

terdapat tiga metoda penyelesaian konflik yang sering diguakan, yaitu

a. Dominasi atau penekanan, dapat dilakukan dengan cara, yaitu (1) kekerasan

(forcing) yang bersifat penekanan otokratik; (2) penenangan (smoothing)

,merupakan cara yang lebih diplomatis; (3) penghindaran (avoidance) dimana

manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas; (4) aturan mayoritas

(majority rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan

melakukan pemungutan suara (voting).

42

b. Kompromi, melalui kompromi manajer mencoba menyelesaikan konflik

melaluiu pencarian jalan tengah yang dapat diterima oeh pihak-pihak yang

bersangkutan.

c. Pemecahan masalah integratif. Konflik antar kelompok diubah menjadi situasi

pemecahan masalah bersama yang dapat diselesaikan melalui teknik-teknik

pemecahan masalah. Secara bersama-sama pihak yang bertentangan mencoba

unntuk memecahkan masalah yang terjadi dianara mereka.

Kepekaan sosial merupakan sikap manusia sebagai makhluk sosial untuk memiliki

keperdulian terhadap sesama manusia. kepekaan sosial dapat dilatih yaitu dimulai dari

peka terhadap diri sendiri. Seseorang yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi akan

mudah memahami dan menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain yang

ditunjukkan dengan cara besikap dan bertindak yang tepat terhadap orang lain yang ada

disekitarnya. Sebagai kepala sekolah sangat perlu memiliki kepekaan sosial karena

selain sebagai sikap kemanusiaan, kepekaan sosial mampu menjadikan hubungan antara

kepala sekolah dengan para guru, siswa, dan smua stakholders sekolah menjadi lebih

baik. Kepala sekolah yang memiliki kepekaan sosial baik juga dapat menjadi kepala

sekolah yang disenangi masyarakat serta mampu mencari dan mengambil keputusan

yang baik terhadap segala konflik atau permsalahan yang terjadi karena kepala sekolah

yang memiliki kepekaan sosial tinggi akan mampu membaca situasi dan karakter

masyarakat sehingga dapat mengambil keputusan sesuai kebutuhan banyak masyarakat.

E. Kerangka Berfikir Kepala sekolah merupakan penentu utama keberhasilan dari setiap lembaga

pendidikan, oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki kemampuan dalam mengelolah

sekolah. Penting untuk setiap kepala sekolah memperhatikan perbuatannya karena sebagai

pemimpin tentunya kepala sekolah menjadi role model bagi bawahan. Sebagaimana pada

Peraturan pemerintah nomor 6 tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai kepala

sekolah menjelaskan yang dimaksud dengan kompetensi adalah pengetahuan, sikap,

dan keterampilan yang melekat pada dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,

kewirausahan, supervisi dan sosial. Berdasarkan Permendiknas No. 13 tahun 2007

tentang Standar Kepala Sekolah/ Madrasah, kompetensi yang harus dimiliki meliputi:

kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi

supervisi, dan kompetensi sosial.

Setiap kompetensi tersebut haruslah dipahami dan diterapkan oleh kepala sekolah,

terlebih lagi sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pelayanan jasa

pendidikan oleh karena itu kepala sekolah harus menempatkan sekolah sebagai lembaga

yang dipercaya masyarakat. Dalam hal kepercayan masyarakat banyak komponen yang

harus diperhatikan terlebih lagi dalam hal kompetensi sosial, kepala sekolah harus mampu

memberikan pengaruh dan menjalin hubungan dengan masyarakat terkait dengan

kebutuhan pendidikan karena penting bagi setiap lembaga pendidikan mampu

berkomunikasi serta memiliki hubungan yang baik dengan pihak eksternal dan internal

sekolah.

43

Kompetensi sosial kepala sekolah sebagaimana tertuang dalam Permendiknas No. 13

Tahun 2007, meliputi: (1) Bekerjasama dengan pihak lain untuk kepentingan

sekolah/madrasah, (2) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, (3) Memiliki

kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain. Dalam Somad Rismi dan Donni Juni

Priansa (2014, h. 66) beberapa ahli menyatakan bahwa kompetensi sosial sebagai berikut :

(1) Kemampuan seseorang untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat

untuk meningkatkan kemampuan professional, (2) Kemampuan untuk mengenal dan

memahami funsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan, (3) Kemampuan untuk menjalin

kerjasama baik secara individual maupun kelompok . Sedangkan menurut Hafis Muaddab

(2015, h. 54) dari 35 Life Skills atau kecerdasan hidup, terdapat 15 yang dapat dimasukkan

ke dalam dimensi kompetensi sosial yaitu: (1) Kerja diri, (2) Melihat peluang, (3) Peran

dalam kegiatan kelompok, (4) Tanggung jawab sebagai warga, (5) Kepemimpinan, (6)

Relawan sosial, (7) Kedewasaan dalam berkreasi, (8) Berbagi, (9) Berempati, (10)

Kepedulian kepada sesama, (11) Toleransi, (12) Solusi konflik, (13), Menerima perbedaan,

(14) Kerja sama, (15) Komunikasi.

Berdasarkan kompetensi sosial dari para ahli, maka dapat dikategorikan Kompetensi

sosial yang di maksud antara lain 1)Kerjasama, 2) Partisipasi dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan, 3) memiliki kepekaan sosial. Dengan dimilikinya kemampuan kepala

sekolah dalam melakukan kegiatan berdasarkan indikator kompetensi sosial maka kepala

sekolah dapat dikatakan sebagai kepala sekolah yang memiliki kompetensi sosial yang

baik.

44

Bagan 1

Kerangka Berfikir

1. Kepala sekolah kurang bersosialisasi

2. Kepala sekolah kurang beradaptasi dengan lingkungan sosial budaya

3. Kepala sekolah kurang memiliki kepekaan sosial

4. Kepala sekolah sekolah kurang aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan

5. Kepala sekolah kurang menjalin hubungan kerja sama dengan masyarakat

KOMPETENSI SOSIAL KEPALA SEKOLAH

1.Kerjasama (Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007;Hafis Muaddab, 2015; Somad Rismi dan Donni Juni Priansa, 2014)

2. Partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan (Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007; Mulyasa, 2007)

3. Memiliki kepekaan sosial (Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007; Mulyasa, 2007)

kepala sekolah memiliki

kompetensi sosial yang baik

Input

Proses

Output

45

BAB III

Metodologi Penelitian

A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Darunnajah Jakarta Selatan yang terletak di Jalan

Ulujami Raya No.86, RW.7, Ulujami, Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus

Ibukota Jakarta. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2019

sampai dengan Juni 2019.

Tabel 1

Pelaksanaan Penyusunan Tesis

No Kegiatan Bulan

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

1 Penyusunan Proposal

2 Pengumpulan Proposal

3 Seminar Proposal

4 Revisi proposal

5 Bimbingan Bab 1-3

6 Penelitian ke lapangan

7 Penyusunan Bab 4-5

8 Sidang Tesis

B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk metode kualitatif

deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk memahami

fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partsipan adalah orang-

orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat,

pemikiran, persepsinya (Syaodih, 2012, h. 24). Penelitian deskriptif ini digunakan untuk

mengetahui gambaran mengenai “Kompetensi Sosial Kepala Sekolah di SMA Darunnajah

Jakarta Selatan.”

Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif, karena berupaya mengkaji

fenomena atau peristiwa, orang, objek, atau proses yang terkait dengan kinerja kepala

sekolah dalam meningkatkan citra positif di SMA Darunnajah Jakarta Selatan. Penelitian

kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif

partisipan.

46

Penelitian deskriptif bertujuan untuk: (1) mengumpulkan informasi aktual secara rinci

yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi

dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan atau evaluasi, (4)

menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan

belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu

yang akan datang. Dengan demikian penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian

kualitatif. Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman dan

penafsiran yang mendalam mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan. Dalam

penelitian ini, sasaran yang hendak dicapai adalah untuk mendeskripsikan, memahami dan

memaknai kompetensi sosial kepala sekolah dalam membangun kepercayaan masyarakat

di SMA Darunnajah Jakarta.

C. Sumber Data Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Terdapat 3 macam sumber

data, yaitu:

a. Person, yaitu sumber dana yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui

wawancara atau jawaban tertulis melalui angket (Arikunto, 2006, h. 172). Adapun

sumber data yang berupa person dalam penelitian ini yakni kepala sekolah, guru,

masyarakat sekitar, dan wali murid. b. Place, yaitu sumber data yang menyajikan suatu tempat atau lokasi.. Sumber data

ini berasal pada tempat penelitan yakni SMA Darunnajah Jakarta Selatan. c. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda bukti tertulis atau berupa

gambar. Sumber data ini meliputi dokumen bukti pelaksanaan kegiatan-kegiatan

sekolah untuk internal dan eksternal di SMA Darunnajah Jakarta Selatan dan

dokumen-dokumen lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Adapun dalam penelitan ini menggunakan sumber data seperti person dan paper untuk

memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Data dalam penelitian ini

yakni:

a. Data primer

Data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau

tempat penelitian. Data primer adalah data yang hanya dapat kita peroleh dari

sumber asli atau pertama. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber daya yang

diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti

menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang kompetensi

sosial kepala sekolah di SMA Darunnajah Jakarta Selatan yaitu dengan cara

wawancara dengan kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua/masyarakat.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai

macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula

rapat perkumpulan, sampai dokumen–dokumen resmi dari berbagai instansi

pemerintah. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan

dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung

dengan kepala sekolah SMA Darunnajah Jakarta Selatan.

47

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Data penelitian diproleh dengan menggunakan teknik :

1. Wawancara

Wawancara adalah bentuk interaksi yang dilakukan antara dua orang yang melibatan

seseorang sebagai pemberi pertanyaan atau penerima informasi dan seorang lagi sebagai

pemberi informasi dari pertanyaan yang diajukan. (Mulyana, 2001, h. 180).

Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir sama dengan

kuesioner. Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3 kelompok yaitu wawancara

terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan wawancara mendalam (in-depth interview).

Namun disini peneliti memilih melakukan wawancara mendalam, ini bertujuan untuk

mengumpulkan informasi yang kompleks, yang sebagian besar berisi pendapat, sikap,

dan pengalaman pribadi.

Dalam kegiatan wawancara, untuk menghindari adanya kehilangan data atau

informasi maka peneliti melakukan pencatatan dan sekaligus perekaaman suara pada saat

melakukan wawancara serta meminta izin dari informan terlebih dahulu. Serta sebelum

melakukan wawancara mendalam, peneliti menjelaskan lebih dahulu mengenai konsep

atau topik yang akan ditanyakan dalam wawancara.

Peneliti harus memperhatikan cara-cara yang benar dalam melakukan wawancara,

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Pewawancara hendaknya menghindari kata yang memiliki arti ganda, taksa,

atau pun yang bersifat ambiguitas.

b. Pewawancara menghindari pertanyaan panjang yang mengandung banyak

pertanyaan khusus. Pertanyaan yang panjang hendaknya dipecah menjadi

beberapa pertanyaan baru.

c. Pewawancara hendaknya mengajukan pertanyaan yang konkrit dengan

acuan waktu dan tempat yang jelas.

d. Pewawancara seyogyanya mengajukan pertanyaan dalam rangka

pengalaman konkrit si responden.

e. Pewawancara sebaiknya menyebutkan semua alternatif yang ada atau sama

sekali tidak menyebutkan alternatif.

f. Dalam wawancara mengenai hal yang dapat membuat responden marah,

malu atau canggung, gunakan kata atau kalimat yang dapat memperhalus.

Wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang berbagai indikator kompetensi

sosial oleh kepala sekolah dan memperoleh data tentang hubungan sekolah dengan pihak

eksternal. Dengan demikian yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah kepala

sekolah SMA Darunnajah Jakarta Selatan, guru, siswa dan masyarakat.

2. Observasi

Menurut S. Margono dalam bukunya Zuriah, observasi diartikan sebagai pengamatan

dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek

penelitian.Pengamatan dan penelitian ini dilakukan terhadap objek penelitian.Teknik ini

48

digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar

peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti

(Zuriah, 2009, H. 173).

Metode observasi digunakan untuk pengumpulan dan penghimpunann data penelitian

melalui pengindraan yaitu dengan cara melakukan pengamatan melihat lagsung dan

mendengarkan terkait objek yang diteliti. Peneliti mengobservasi lokasi tempat

penelitian yakni di SMA Darunnajah Jakarta Selatan. Observasi dilakukan guna

mendapatkan data yang relevan tentang gambaran umum kegiatan kompetensi sosial

kepala sekolah untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat di SMA Darunnajah

Jakarta.

3. Studi Dokumen

Dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui

dokumen yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang

(Sugiyono, 2013, h. 329). Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang profil

SMA Darunnajah Jakarta Selatan, profil kepala sekolah, dan data guru. Dokumen-

dokumen tersebut digunakan untuk melengkapi data penelitian sehingga dapat

ditampilkan gambaran tentang objek penelitian. Untuk memperoleh dokumen yang

dibutuhkan digunakan daftar cheklist dokumen.

E. Teknik Analisis dan Interpretasi Data

Data yang telah diperoleh dilapangan akan dianalisa melalui proses:

1. Klasifikasi data, yakni proses pengelompokan data berdasarkan jawaban-jawaban

sumber data atau informasi.

2. Kategorisasi data yaitu pengelompokan data berdasarkan berdasarkan pada aspek-

aspek masalah yang muncul dari hasil wawancara observasi.

3. Interpretasi data yaitu proses mencari kesamaan dan perbedaan dari data yang

diperoleh kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan kerangka berpikir yang telah

dirumuskan.

F. Pengecekan Keabsahan Data Kriterian keabsahan data ada empat macam yaitu: kepercayaan (credibility),

keberlakukan (transferability), kebergantungan (dependability), kepastian

(confermability). Dalam penelitian kualitatif ini memakai empat macam yaitu :

1. Kepercayaan (Credibility )

Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan

sesuai dengan sebenarnya. Ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah

teknik: teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjang kehadiran peneliti di

lapangan, diskusi teman sejawat dan pengecekan kecakupan refrensi.

2. Keberlakuan (Transferability)

Dalam kriteria ini, peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang

rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi

jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga data tersebut dapat memutuskan atau

49

tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain (Sugiyono,

2013, h. 373).

3. Kebergantungan (Dependibility)

Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan

kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterpreasikan data sehingga data dapat di

pertanggung jawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu

sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara

untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melaui audit

dependability oleh auditor indepent oleh dosen pembimbing.

4. Kepastian (Confirmability)

Kriteria ini digunakan untuk menilai hasi penelitian yang dilakukan dengan cara

mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh

materi yang ada pada pelacakan audit.

Tabel 2

Keabsahan data

Kriteria Teknik Pemeriksaan

Kredibilitas

(Derajat Kepercayaan

1. Perpanjangan keikut sertaan

2. Ketekunan pengamatan

3. Trianggulasi

4. Pengecekan sejawat

5. Kecukupan referensi

6. Kajian kasus negative

7. Pengecekan anggot

Keteralihan 8. Uraian rinci

Kebergantungan 9. Audit kebergantungan

Kepastian 10. Audit kepastian

Adapun Uraian Kriteria keabsahan data dengan teknik pemeriksaan Sebagai berikut :

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutertaan

tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan

keikutsertaan peneliti pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan

memungkinkan meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Hal tersebut

penting artinya karena penelitian kualitatif berorientasi pada situasi, sehingga dengan

perpanjangan keikutsertaaan dapat memastikan apakah kontek itu dipahami dan dihayati.

Dalam penelitian di SMA Darunnajah Jakarta Selatan, keikutsertaan penliti dilakukan

dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah serta pelaksanaan kegiatan sosial

yang dilakukan pada saat penelitian berlangsung.

50

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dimaksudkan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam

situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian

memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain jika perpanjangan

keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan

kedalaman. Dalam ketekunan pengamatan yaitu peneliti mengamati segala aspek yang

berkaitan dengan keberlangsungan dari kegiatan sosial yang dilaksanakan.

3. Trianggulasi

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui

sumber lainya pada saat penelitian di SMA Darunnajah Jakarta Selatan.

4. Pemeriksaan Sejawat melalui diskusi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang

diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Pemeriksaan

sejawat yang dilakukan peneliti yaitu dengan mendiskusikan hasil yang telah peneliti

lakukan dengan teman terdekat di program magister.

5. Analisis kasus negatif

Teknik analisi kasus negatif dilakukan dengan jalan menggumpulkan contoh dan

kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecendrungan informasi yang telah

dikumpulkan dan digunakan sebagi bahan pembanding. Kasus negatif digunakan untuk

memjelaskan hipotesis alternatif sebagai upaya meningkatkan argumentasi penemuan.

Peneliti mengumpulkan dan membandingkan setiap data yang sesuai dan tidak sesuai

dari hasil penelitian di SMA Darunnajah Jakarta Selatan.

6. Kecukupan referensial

Kecukupan referensial mula-mula diusulkan sebagai alat untuk menampung dan

menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi, Film atau video-tape,

dapat digunakan sebagi alat perekam pada saat senggang dapat dimanfaatkan untuk

membandingkan hasil yang diperoleh dengan krirtik yang terkumpul. Jadi bahan-bahan

yang tercatan dan terekam dapat digunakan sebagi patokan untuk menguji sewaktu

diadakan analisis dan penafsiran data.

7. Pengecekan Anggota

Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses penggumpulan data sangat

penting dalam memeriksa derajat kepercayaaan, yang dicek dengan anggota yang terlibat

meliputi data, kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan .tujuanya tentu untuk

pemeriksaan derajat kepercayaan.

8. Uraian Rinci

Uraian rinci merupakan usaha membangun keteralihan dalam penelitian kualitatif

dilakukan dengan cara uraian rinci (Thick description) keteralihan tergantung pada

pengetahuan sseorang peneliti tentang konteks pengertian da konteks penerimaan.

51

9. Audit kebergantungan

Kegiatan audit kebergantungan yaitu peneliti melakukan pemeriksaan secara terus

menerus untuk mendapatkan hasil dalam kegiatan sosial di SMA Darunnajah Jakarta

Selatan.

10. Klasifikasi dapat dilakukan seperti yang dilakukan Halpern Adalah:

a) Data mentah, termasuk bahan yang direkam

b) Data yang direduksi dan hasil kajian.

c) Rekonstruksi data dan hasil sintesis

d) Catatan tentang proses penyelenggaraan

e) Bahan yang berkaitan dengan maksud dan tujuan

f) Informasi tentang pengembangan instrument.

Keabsahan data dapat dipengaruhi oleh prasangka, asumsi, pola pikir dan

pengetahuan yang kita miliki dari pengalaman dan literature karena hal ini dapat

menghambat kemampuan kita dalam melihat apa yang signifikan dalam data, atau

menghambat kita dalam beranjak dari tingkat analisis deskriptif ke analisis teoritik.

Terdapat sejumlah teknik untuk mengatasi masalah ini. Teknik-teknik tersebut meliputi:

1). Penggunaan Tanya jawab,2). analisis satu kata, frase dan kalimat, 3). Prosedur flip

flop, 4). Melakukan perbandingan mendekat dan perbandingan menyimpang, dan

pengibaran bendera merah, yang paling diperlukan adalah pelatihan, semakin baik dan

imajinatif yang kreatif.

52

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tentang Tempat Penelitian

1. Identitas sekolah

Nama sekolah : SMA Darunnajah

NPSN : 20107292

NSS : 302016304003

Alamat sekolah : Jl. Ulujami Raya No. 86

Kecamatan : Pesanggrahan

Kabupaten/kota : Jakarta Selatan

Provinsi : DKI Jakarta

Kode Pos : 12250

Telp. Fax : 021-7376344

Email : [email protected]

Status sekolah : swasta

Kegiatan belajar mengajar: Pagi

Nama Yayasan : Yayasan Darunnajah

Nomor Akte Pendirian : 88 Tahun 1986

Tahun Berdiri : 2004

Luas Tanah : 38.085 m3/ 4.607 m3

Status Tanah : Wakaf

Status Bangunan : Milik sendiri

Nomor Sertifikat tahan : 550 Tahun 1982

Nomor IMB/tahun : 004423/IMB/2003

54

2. Visi dan Misi

Visi SMA Darunnajah Jakarta:

“Unggul dalam prestasi, teladan dalam sikap dan perilaku”

Misi SMA Darunnajah Jakarta:

a. Membentuk generasi yang cerdas, terampil dan kreatif, serta memiliki

kecakapan hidup yang handal.

b. Membentuk generasi bertaqwa dan berwawasan ilmu keagamaan dan ilmu

kealaman.

c. Membentuk generasi yang peka terhadap masalah sosial kemasyarakatan.

d. Menyiapkan calon pemimpin masa depan yang mempunyai daya juang tinggi,

menguasai IPTEK, berlandaskan iman dan taqwa yang kokoh.

e. Menyiiapkan peserta didik untuk dapay melanjutkan pendidikan kejenjang yag

lebih tinggi.

3. Pola Pendidikan

Dalam upaya tercapainya pendidikan, Pesantren Darunnajah menerapkan pola dasar

pendidikan yang meliputi :

a. Panca Jiwa adalah pendidikan yang ditanamkan kepada setiap santri untuk

membentuk dan melandasi kepribadiannya ;

1) Jiwa Keikhlasan

2) Jiwa Kesederhanaan

3) Jiwa Mandiri

4) Jiwa Ukhuwah Islamiyah

5) Jiwa Bebas Merdeka

b. Panca Bina merupakan arah pembinaan santri yang akan melahirkan sikap hidup

yang nyata dalam langkah dan amaliah sehari-hari ;

1) Bertaqwa kepada Allah SWT

2) Berakhlak Mulia

3) Berbadan Sehat

4) Berwawasan Luas

5) Kreatif dan Terampil

c. Panca Dharma adalah bakti santri sebagai makhluk, anggota masyarakat dan warga

negara, sehingga keberadaan santri tidak hanya bermanfaat bagi dirinya, tetapi

juga bagi orang lain dan alam sekitarnya;

1) Ibadah

2) Ilmu yang berguna di masyarakat

3) Kader umat

4) Dakwah Islamiyah

5) Cinta tanah air dan berwawasan Nusantara

55

4. Fasilitas sekolah

a. Ruang kelas

yang terdiri dari ruang kelas Putra sebanyak 32 unit dan ruang kelas Putri

sebanyak 45 unit kelas yang semuanya menggunakan pendingin ruangan (AC),

Perpustakaan, Laboratorium ; yang terdiri dari 2 unit Laboratorium Bahasa

(Arab dan Inggris), 3 unit Laboratorium MIPA (Biologi, Fisika, Kimia), dan 3

unit Laboratorium Komputer, Ruang Audio Visual: yang dilengkapi dengan

LCD proyektor dan ruangan kedap suara, Ruang BK: sebagai tempat

Bimbingan dan Konseling terhadap berbagai permasalahan santri. Ruang

Career Center: sebagai tempat para santri ber-konsultasi tentang kesempatan

karir dan prospek belajar ke depan. Ruang kepala sekolah, ruang guru dan

ruang tata usaha sekolah.

b. Fasilitas Asrama

c. Gedung asrama yang terdiri dari 6 unit gedung asrama Putra dan 8 unit gedung

asrama Putri. Masing-masing gedung terdiri antara 10 – 20 kamar, Kantin ;

terletak tersebar di beberapa lokasi pesantren, Ruang makan ; masing-masing

asrama terdapat ruang makan dan setiap santri wajib menjaga kebersihan dan

ketertiban ruangan tersebut

d. Fasilitas Pendukung Berbagai fasilitas pendukung antara lain ; ruang pertemuan, Gedung Olah

Raga (GOR), dapur umum, Mini Market, koperasi, lapangan olah raga, kolam

renang indoor, bank, laundry, Tours & Travel, Production House, tabungan

santri serta taman-taman yang tersebar di sekitar lingkungan pesantren.

4. Jumlah siswa

Siswa di SMA Darunnajah memiliki satu jurusan yaitu MIA (Matematikan, Ilmu,

Alam) dan terbagi menjadi 2 yaitu laki-laki dan perempuan yang saling terpisah kelas.

Setiap tingkatan kelas pada SMA Darunnajah terdiri dari 4 kelas yang terbagi kelas

khusus siswa perempuan dan laki-laki. Kelas 10 MIA 1 dan 10 MIA 2 berisi siswa

laki-laki dengan masing-masing 24 dan 26 siswa. Kelas 10 MIA 3 dan 4 merupakan

kelas siswi perempuan 35 dan 32 siswi, total kelas 10 memiliki 50 siswa dan 67 siswi.

Kelas 11 MIA 1 dan 2 merupakan kelas khusus laki-laki yangterdiri dari 27 dan 28

siswa, kelas 11 MIA 3 dan 4 merupakan kelas khusus perempuan berisi 33 dan 31

siswi, total kelas 11 MIA berjumlah 119 yang terdiri dari 55 laki-laki dan 64

perempuan. Kelas XII MIA 1 dan 2 merupakan kelas khusus laki-laki yang terdiri dari

27 dan 23 siswa, sedangkan kelas XII MIA 3 dan 4 merupakan kelas khusu perempuan

masing-masing kelas berjumlah 35 dan 33 siswi, total siswa-siswi kelas XII yaitu 118

yang terbagi menjadi 50 laki-laki dan 68 perempuan.

5. Kurikulum

SMA Darunnajah Jakarta Selatan menggunakan kurikulum 2013 jurusan MIA

(Matematika Ilmu Alam) yang sesuai dengan ketentuan Kementrian Pendidikan

Nasional hanya saja ditambah dengan muatan lokal keagamaan. Adapun Program MIA

(Matematika, IPA, dan Alam) berdasarkan kurikulum 2013 terdiri dari mata pelajaran

56

(umum, dasar keahlian, keahlian kelompok ilmu alam, keahlian kelompok ilmu sosial),

keahlian kelompok keagamaan (Muatan lokal), Pengembangan Diri. Adapun Mata

pelajaran yang digunakan sama dengan kurikulum 2013 yang ditetapkan oleh Dinas

Pendidikan, sedangkan perbedaannya dengan SMA lainnya yaitu pada muatann lokal

yang terdiri dari tarbiyah (kependidikan), Bahasa Arab, serta pengembangan diri yang

berisi kegiatan pramuka, Muhadoroh (keterampilan pidato), dan kesenian (seni suara &

seni grafiti), total jam belajar yaitu 59 jam. Dalam kegiatan pembelajaran, SMA

Darunnajah meskipun menggunakan kurikulum kementerian Pendidikan Nasional

namun setiap pelajaran yang diajarkan terinternalisasi dengan pelajaran agama. Setiap

mata pelajaran umum diajarkan dengan dikaitkan dengan pelajaran agama. Setiap guru

harus memiliki ilmu pengetahuan bukan hanya pelajaran umum namun harus memiliki

pemahaman ilmu agama terkait materi yang diajarkan.

B. Temuan Penelitian 1. Profil SMA Darunnajah Jakarta Selatan

Pada tahun 1942 K.H. Abdul Manaf Mukhayyar mempunyai sekolah Madrasah Al-

Islamiyah di Pertunduhan Palmerah. Tahun 1959, tanah dan madrasah tersebut digusur

untuk perluasan komplek Perkampungan olah raga Asian Games, yang sekarang

dikenal dengan komplek Olah Raga Senayan. Untuk melanjutkan cita-citanya maka

diusahakanlah tanah di Ulujami.

Tahun 1960, didirikan Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Islam (YKMI), dengan

tujuan agar di atas tanah tersebut didirikan pesantren. Periode inilah yang disebut

dengan periode cikal bakal, sebagai modal pertama berdirinya Pondok Pesantren

Darunnajah. Pada tahun 1961 K.H. Abdul Manaf membangun gedung madrasah enam

lokal di atas tanah wakaf. Ide mendirikan pesantren didukung oleh kol.Pol.Drs.H.

Kamaruzzaman yang saat itu sedang menyelesaikan kuliahnya di IAIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Untuk pengelolaan pendidikan diserahkan kepada Ust. Mahrus Amin,

alumnus KMI Gontor yang mulai menetap di Jakarta pada tanggal 2 Februari 1961.

Karena banyaknya rintangan dan hambatan, maka pendidikan belum bisa dilaksanakan

di Ulujami, tetapi dilaksanakan di Petukangan bersama beberapa tokoh masyarakat,

diantarannya Ust. Abdillah Amin dan H. Ghozali, berkerjasama dengan YKMI,

tanggal 1 Agustus 1961, Ust. Mhrus Amin mulai membina Madrasah Ibtidaiyah

Darunnajah dengan jumlah siswa sebanyak 75 orang dan 1964 membukan Tsanawiyah

dan TK Darunnajah. Balai pendidikan Darunnajah diresmikan pada tahun 1964.

Tahun 1970 ada usaha memindahkan pesantren ke Petukangan, tetapi mengalami

kegagalan. Dan usaha merintis pesantren pernah pula dicoba dengan menampung

kurang lebih 9 anak dari Ulujami dan Petukangan, yakni antara tahun 1963-1964. Dan

tahun 1972 menampung kurang lebih 15 anak di Petukangan, namun kedua usaha itu

didak dapat dilanjutkan dengan berbagai kesulitan yang timbul. Para periode ini,

meskipun pesantren yang diharapkan belum terwujud, tetapi dengan usaha-usaha

tersebut, Yayasan telah berhasil mempertahankan tanah wakaf di Ulujami dari

berbagai rongrongan, antara lain BTI PKI saat itu.

57

Pada tanggal 1 April 1974, dicobalah untuk ke sekian kalinya mendirikan

Pesantren Darunnajah di Ulujami. Mula-mula Pesantren mengasuh 3 orang santri,

sementara Tsanawiyah Petukangan dipindah ke Ulujami untuk meramaikannya. Baru

pada tahun 1976, Madrasah Tsanawiyah Petukangan dibuka kembali dan secara

berangsur,Pesantren Darunnajah Ulujami hanya menerima anak yang mukim saja,

kecuali anak Ulujami yang boleh pulang pergi.

Bangunan yang pertama didirikan adalah masjid dengan ukuran 11 X 11 m2 dan

beberapa asrama lokal. Meskipun bangunanya sederhana, namun sudah sesuai dengan

master plan yang dibuat oleh Ir. Ery Chayadipura. Pada awal pembangunannya,

seluruh santri selalu dilibatkan untuk membantu kerja bakti.

Pada periode inilah ditata kehidupan di Pesantren Darunnajah dengan sunnah-

sunnahnya.

a. Aktivitas santri dan kegiatan pesantren disesuaikan dengan jadwal waktu salat.

b. Menggali dana dari pesantren sendiri untuk lebih mandiri.

c. Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, dengan dibentuk Lembaga Ilmu

Al-Qur‟an (LIQ), Lembaga Bahasa Arab dan Inggris dan Lembaga Da‟wah dan

Pengembangan Masyarakat (LDPM).

d. Beasiswa Ashabunnajah (kelompok santri penerima beasiswa selama belajar di

Darunnajah) untuk kader-kader Darunnajah.

Darunnajah mulai melebarkan misi dan cita-citanya, mengajarkan agama Islam,

pendidikan anak-anak fuqara dan masakin dan bercita-cita membangun seratus Pondok

Pesantren Modern. Masa inilah, saat memancarkan pancuran kesejukan ke penjuru-

penjuru yang memerlukan. Sampai dengan tahun 2004, Pesantren Darunnajah Group

telah berjumlah 41. Perjalanan sejarah Pesantren Darunnajah yang relatif lama telah

menuntut peraturan kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik. Belajar dari

perjalanan pondok pesantren di Indonesia dan melihat keberhasilan lembaga

Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, yang telah berumur lebih 1000 tahun lamanya,

Yayasan Darunnajah yang memayungi segala kebijakan yang telah berjalan selama ini,

berusaha merapikan dan meremajakan pengurus yayasan.

Dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka wakif tanah di Ulujami Jakarta K.H.

Abdul Manaf Mukhayyar, Drs. K.H. Mahrus Amin, dan Drs. H. Kamaruzzaman

Muslim yang ketiganya mengatasnamakan para dermawan untuk wakaf tanah di

Cipining Bogor seluas 70 ha, mengikrarkan wakaf kembali di hadapan para ulama dan

umara dalam acara nasional di Darunnajah pada tanggal 7 Oktober 1994. Dalam acara

tersebut wakif menguraikan niat dan cita-citanya mendirikan lembaga ini diatas sebuah

piagam wakaf yang ditandatangani oleh para pemegang amanat, Dewan Nazir dan

Pengurus Harian Yayasan Darunnajah yang disaksikan oleh para tokoh masyarakat dan

ormas di Indonesia.

Pada tahun 2019, Pesantren Darunnajah memiliki 17 cabang pesantren di berbagai

tempat: Jakarta Bogor, Tangerang Selatan, Serang, Pandeglang, Bengkulu, Seluma,

Mukomuko, Dumai dengan luas asset 737,4 ha. Pondok Pesantren Darunnajah

menganut sistem kepemimpinan kolektif, dimana pimpinan tertinggi dipegang oleh

58

tiga orang sekaligus dengan pembagian kerja sesuai keahlian masing-masing personal.

Pendidikan adalah program inti Pondok Pesantren Darunnajah yang tentu saja harus

ditopang dan didukung dengan program-program lainnya. Pondok Pesantren

Darunnajah menerapkan sistem pendidikan terpadu, dimana kekurangan sistem akan

diisi dengan kelebihan sistem lainnya. Tiga sistem yang diterapkan adalah sistem

Pondok Modern, sistem Madrasah, sistem Pesantren Salaf.

Pendidikan di Pondok Pesantren Darunnajah lebih diarahkan kepada: Pendidikan

kader-kader umat yang mampu dan terampil di tengah-tengah

masyarakatnya, Pembinaan generasi muda yang mampu melanjutkan studinya sesuai

dengan bakatnya dan kelak tetap berada di tengah masyarakat dengan menjunjung

tinggi amar ma‟ruf nahi munkar, Beribadah dan mencari ilmu karena Allah SWT.

Jenjang pendidikan Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta meliputi Paud, TK,

SD, TMI (setara SLTP/SLTA atau setingkat SMP/Mts – SMA/Madrasah Aliyah)

Sampai Perguruan Tinggi. Sekolah-sekolah ini sudah akreditasi A. Kurikulum

Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta menggunakan perpaduan kurikulum

Pondok Modern Darussalam Gontor dan kurikulum Nasional serta Pesantren Salafiah.

SMA Darunnajah Jakarta Selatan berada pada pondok pesantern yang terletak di Jl.

Ulujami Raya No.86, Ulujami, Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus

Ibukota Jakarta 12250. Yang memiliki status sekolah swasta yang didirikan pada tahun

2004 dengan jurusan MIA (Matematika dan Ilmu Alam).

2. Kerjasama

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan untuk memberikan

pelayanan pendidikan yang tentunya memiliki nilai sosial yang tinggi kerena

meilibatkan banyak masyarakat baik di dalam maupun luar sekolah. Bekerja sama

dengan pihak lain erat hubungannya dengan kompetensi sosial karena setiap kepala

sekolah harus mampu menjalin hubungan yang baik dengan segala masyarakat yang

berkaitan dengan sekolah untuk kemajuan sekolah.

Sebagaimana yang disebutkan oleh kepala SMA Darunnajah Bapak

Nurhamid,M.Pd bahwa Kompetesi sosial berhubungan dengan guru dan lingkungan

sekolah. Jiwa sosial harus dibina dengan semua stakeholder harus mampu merangkul

dan berkomunikasi bukan hanya dengan guru, dan siswa tetapi juga dengan

masyarakat. Serta mampu berkomunikasi dengan kepala sekolah lainnya untuk

keberlangsungan pendidikan. Selain itu, dalam bentuk kerjasama hanya dalam bidang

pendidikan, yaitu dengan pelaksanaan pertukaran pelajar, beasiswa siswa dan guru.

Sebagai contoh pada tahun ini terdapat 10 orang Afghanistan yang diterima di SMA

Darunnajah, namun saat ini hanya tinggal 1 orang yang mampu beradaptasi dengan

baik dan berada di lingkungan Darunnajah. Karena kebanyakan dari para penerima

beasiswa dari luar negeri mereka datang tidak bisa berbahasa inggris maupun arab jadi

bahasa awal yang masih mereka gunakan adalah bahasa negaranya masing-masing.

59

Bentuk kegiatan kerjasama dengan pihak lain, dapat peneliti jabarkan sebagai

berikut:

a. Kerjasama dengan pihak internal sekolah

1). Kerjasama dengan yayasan

Sebagai sekolah yang berdiri diatas naungan yayasan maka kepala SMA

Darunnajah memiliki tanggung jawab kepada yayasan. Sebagaimana hasil

wawancara dan terdapat hasil dokumentasi rapat yang dilakukan dengan

yayasan. Sebagai berikut: “dengan yayasan terkait dalam pendidikan terdapat

rapat rutin mingguan dibentuk tim yang dinamakan tim 19 yang terdiri dari para

kepala sekolah, kepala biro TK Sampai dengan perguruan tinggi. Rapat

diselenggarakan di pusat pondok pesantren di Jakarta dan membahas mengenai

perkembangan seluruh pesantren dari 17 cabang yang ada”.

Kerjasam dengan yayasan dilakukan kepala SMA Darunnajah sebagai rapat

rutin yang dilaksanakan seminggu sekali. Berdasarkan hasil observassi peneliti

mendapatkan dalam kegiatan rapat dilaksanakan pada hari Rabu yang terdiri dari

seluruh kepala sekolah dan biro dari semua jenjang pendidikan seluruh cabang

dari pondok pesantren Darunnajah. Pelaksanaan rapat dilakukan di Pondok

pesantren Darunnajah Jakarta Selatan.

2). Kerjasama dengan guru dan karyawan

Bekerjaasama dengan pihak internal atau dalam lingkungan sekolah

merupakan bentuk kerja sama yang dilakukan antara kepala sekolah dengan

pimpinan yayasan, guru, staf/karyawan, dan siswa. Seperti hasil wawancara

berikut ini dengan Ibu Luthifah, M.Pd mengatakan: “Sering berinteraksi dengan

kepala sekolah, beliau komunikatif, instruksi jelas, orang yang baik. Sering

bertemu dan di arahkan.” Hasil wawancara dengan bapak Ilwan Halwani, S.Ag,

M.Pd mengatakan “pengarahan setiap satu minggu sekali secara rutin, rapat wali

kelas dan guru. Menyampaikan evaluasi minggu lalu dan minggu akan datang”.

Berdasarkan hasil observasi penulis dalam menjalin kerjasama dengan para

guru dan karyawan, kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan merupakan pribadi

yang bersahabat dan juga tegas. Kepala sekolah bersikap terbuka dan bahkan

bersedia melayani tamu dengan baik. Peneliti melihat bahwa dalam kegiatan

sehari-hari kepala sekolah melakukan interaksi dengan para guru dengan cara

yang sopan, serta terlaksananya rapat-rapat rutin mingguan sebagai hasil

evaluasi dari pembelajaran.

3). Kerjasama dengan siswa

Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah harus berperan aktif dalam

memberikan rasa nyaman kepada masyarakat termasuk kepada siswa. . Menurut

Shafa Aulian (2019) mengatakan bahwa “kepala sekolah selalu ramah, kalau

bertemu belum mengucap salam ustad hamid sering mengucap salam duluan

menyapa santri. Selain itu, cara berkomunikasinya juga baik, tidak kaku”. tidak

tegang, suka bercanda jika lagi memberikan pengarahan.” Kepala sekolah

menurut Frezy Tarisha (2019) yaitu “baik, setiap disapa selalu menjawab dengan

60

santun dan senyum”. Thalia Aqira (2019) mengatakan “ penyampaian peraturan

baru melalui wali kelas, ada juga pembinaan dengan santri dikumpulkan pada

saat akan ujian Mid Semester dan juga melaalui saat upacara.”

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti saat kegiatan pembelajaran

berlangsung, peneliti melihat bahwa kepala sekolah dengan siswa menunjukkan

sikap yang sopan dan saling menghormati. Sehingga para siswa juga merasa

nyaman dan tidak terlihat tegang ketika bertemu dengan kepala sekolah.

Kerjasama antara kepala sekolah dan siswa juga berlangsung dengan adanya

kegiata-kegiatan pengarahan langsung dari kepala sekolah seperti dalam upacara

bendera, pengarahan sebelum pelaksanaan ujian dan juga pengawasan yang

dilakukan kepala sekolah dalam kegiatan belajar malam.

b. Kerjasama dengan pihak eksternal SMA Darunnajah Jakarta

1. Kerja sama dengan Orang tua

Orang tua atau stakeholder sekolah berperan penting bagi berlangsungnya

lembaga pendidikan. Merekalah yang menjadi tolak ukur bagi kredibilitas suatu

lembaga pendidikan. Semakin banyak masyarakat diantaranya orang tua

mempercayai sekolah maka akan memberikan nilai positif bagi sekolah tersebut

dianggap sebagai sekolah yang bermutu. SMA Darunnajah Jakarta Selatan

merupakan sekolah yang mewajibkan para siswa untuk memondok atau

bermukim di sekolah dengan waktu tertentu siswa dapat dijemput kembali ke

rumah bersama orang tua. Oleh karena itu, sekolah harus memberikan

kepercayaan kepada orang tua bahwa anak mereka mendapatkan segala

kebutuhan dan fasilitas yang memadai dalam sehari baik secara pengetahuan,

karakter dan juga kebutuhan hidup.

Dalam menjalin hubungan dengan orang tua, SMA Darunnajah memberikan

fasilitas untuk para siswa dpat menghubungi orang tua dalam keadaan tertentu

dan juga sebaliknya. Seperti hasil wawancara dengan salah satu siswa bernama

Thalia Aqira dalam berkomunikasi dengan orang tua yaitu “medianya melalui

telepon di wartel menggunakan smart call dan juga melalui musrifah santri bisa

melapor ke musrifah untuk menghubungi orang tua.” Dan juga dipaparkan Frezy

Tharisa “melalui Musyrifah dan wali kelas untuk membantu berkomunikasi

dengan orang tua, dan juga dengan Darunnajah Smart System (DSS) yaitu

dengan pengabsenan setiap satu jam dan di absen oleh guru secara digital

melalui Handphone guru dan orang tua bisa melihat pada saat ambil raport.”

Penggunaan smartcall berdasarkan hasil observasi peneliti, hanya dapat

digunakan pada wartel yang tersedia di Darunnajah Jakarta yaitu bernama

SmartelSantri. SmartelSantri yang tersedia terpisah antara laki-laki dan

perempuan. Kartu tersebut tidak untuk dimiliki secara pribadi untuk para siswa.

Berdasarkan ketentuan SmartelSantri merupakan solusi terbaik bagi para santri

untuk berkomunikasi dengan dunia luar pesantren dengan aman dan nyaman

meski tetap dalam pengawasan pengasuh pondok pesantren yang menerapkan

pelarangan penggunaan ponsel. SmartelSamtri mmenggunakan sistem prabayar

61

(pulsa isi ulang) yang disediakan oleh kopersai/yayasan/lembaga/peroroangan

yang ditunjuk oleh pondok pesantren dengan noominal harga yang terjangkau

dan ekonomis. Selain itu terdapat sistem wakaf dimana penyediaan dan

pemsangan perangkat SmartelSantri disetiap pondok pesantren tidak dipungut

buasa alias gratis dan selanjutnya perangkat yang terpasang tersebut akan

diwakafkan kepada pondok pesantren.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam menjalin kerja sama

dengan orang tua maka pihak Pesantren Darunnajah memberikan tugas dan

tanggung jawab kepada guru pembimbing kamar dan wali kelas untuk

membantu siswa apabila ingin menghubungi orang tua atau sebaliknya orang tua

berkomunikasi dengan anak mereka melalui nomor sekolah maupun nomor

Handphone wali kelas dan juga terdapat perkembangan modern dalam

menghubungi orang tua yaitu dengan kartu Smart call yang dapat digunakan

untuk menelpon orang tua melalui wartel yang tersedia di dalam Pondok

pesantren Darunnajah Jakarta Selatan. Wartel tersebut berfungsi sama seperti

wartel pada umumnya yang membedakan adalah penggunaan teknologi yang

lebih modern yaitu dengan menggunakan e-card sebagai alat pembayaran biaya

melakukan telepon. Selain itu dalam bekerja sama dengan orang tua terdapat

juga Darunnajah Smart System (DSS) yang digunakan oleh guru dan orang tua

untuk melakukan pemantauan tentang keberadaan anak mereka selama di

sekolah. Cara fungsinya yaitu para guru memiliki kewajiban untuk melakukan

pengabsenan para siswa di kelas selama satu jam sekali dan guru harus

mengupload absen tersebut melalui handphone guru masing-masing ke dalam

sistem DSS dan orang tua dapat melihat hasilnya ketika pembagian Raport

sebagai hasil evaluasi. Namun, untuk Darunnajah Smart System ini masih

bersifat internal tidak bisa di akses oleh orang tua murid secara bebas.

2. Kerja sama dengan lembaga di luar negeri

Kerjasama dalam bidang pendidikan merupakan bentuk kerja sama pondok

Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan dengan lembaga pendidikan di beberapa

negara di luar negeri, termasuk SMA Darunnajah juga melakukan program

kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan di luar negeri. Bentuk

kerjasama yang dilakukan yaitu Student exchange dan juga beasiswa untuk siswa

dan guru di SMA Darunnajah Jakarta Selatan. Seperti hasil wawancara berikut

ini: “kerjasama hanya dalam bidang pendidikan, yaitu dengan pelaksanaan

pertukaran pelajar, beasiswa siswa dan guru. Sebagai contoh pada tahun ini

terdapat 10 orang Afghanistan yang diterima di SMA Darunnajah, namun saat

ini hanya tinggal 1 orang yang mampu beradaptasi dengan baik dan berada di

lingkungan Darunnajah. Karena kebanyakan dari para penerima beasiswa dari

luar negeri mereka datang tidak bisa berbahasa inggris maupun arab jadi bahasa

awal yang masih mereka gunakan adalah bahasa negaranya masing-masing.”

62

Berikut ini tabel lembaga pendidikan yang bekerjasama dengan Pondok

pesantren Darunnajah Jakarta Selatan berdasarkan Mou yang telah disepakati:

No. Nama lembaga

1 Yarmouk University

2 Utama International School Malaysia

3 East Cordofa University (Sudan)

4 Civilization Exchange & Cooperation Foundation (CECF)

Amerika

5 Kabul e Maaser Vocational Institute (Kabul, Afghanistan)

6 Istanbul Sahabattin Zam University (Istanbul)

7 Robithoh Jamimat Al Islamiyah

8 Universitas Islam Madinah (Madinah)

9 Allama Iqbal University (Pakistan)

10 The Holy Catholic School (Inggris)

11 Ma‟had Syam Ali Damaskus Syiria

12 Bakht Alruda University of Sudan

13 Universitas Sains Islam Malaysia

Tabel 3

Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahawa kerjasama pendidikan dilakukan

dengan 13 Universitas yang terdiri dari universitas pada negara di Asia, Eropa

dan Amerika. Kerjaasama pendidikan dapat berupa pertukaran pelajar (student

exchange) yang dilakukan antara SMA Darunnajah Jakarta Selatan yaitu dengan

menerima pelajar lain di SMA Darunnajah Jakarta Selatan dengan segala

fasilitasnya secara gratis dan juga mengirim pelajar SMA Darunnajah yang lulus

seleksi untuk menerima beasiswa di luar negeri. Kerjasama bidang pendidikan di

luar negeri juga untuk diperuntukkan oleh guru yang ingin melanjutkan

pendidikan ke luar negeri. Dalam pengelolaan kerja sama di antara lembaga di

luar negeri terdapat lemabaga Darunnajah yag menaunginya yaitu bernama

Darunnajah International Relation Officer (DIRO). Lembaga Diro ini yang

mengatur jalannya kerja sama pada negara di luar negeri dari kunjungan dan

kedatangan perwakilan ke luar negeri, hingga adanya beasiswa bagi murid dan

guru yang melanjutkan pendidikan ke luar negeri.

63

3. Kerjasama dengan pemerintah

SMA Darunnajah jakarta Selatan merupakan lembaga pendidikan yang

menggunakan kurikulum 2013 dari Dinas Pendidikan Nasional. Dalam bidang

pendidikan tentu akan ada kerja sama antara lembaga pendidikan swasta dengan

pemerintah dalam kaitannya peningkatan mutu pendidikan. SMA Darunnajah

sendiri sebagai lembaga pendidikan swasta memiliki kewajiban mengikuti

ketentuan, mengikuti kegiatan-kegiatan kedinasan dan juga melaporkan kegiatan

kepada pemerintah.

Berdasarkan data dokumentasi yang peneliti peroleh bahawa SMA Darunnajah

Jakarta Selatan menggunakan kurikulum 2013 jurusan MIA (Matematika Ilmu

Alam) yang sesuai dengan ketentuan Dinas Pendidikan Nasional hanya saja

ditambah dengan muatan lokal keagamaan. Adapun Program MIA (Matematika,

IPA, dan Alam berdasarkan kurikulum 2013 terdiri dari mata pelajaran (umum,

dasar keahlian, keahlian kelompok ilmu alam, keahlian kelompok ilmu sosial),

keahlian kelompok keagamaan (Muatan lokal), Pengembangan Diri. Adapun Mata

pelajaran yang digunakan sama dengan kurikulum 2013 yang ditetapkan oleh

Dinas Pendidikan, sedangkan perbedaannya dengan SMA lainnya yaitu pada

muatann lokal yang terdiri dari tarbiyah (kependidikan), Bahasa Arab, serta

pengembangan diri yang berisi kegiatan pramuka, Muhadoroh (keterampilan

pidato), dan kesenian (seni suara & seni grafiti). Total jam belajar yaitu 59 jam.

Selain dalam penggunaan kurikulum, SMA Darunnajah Jakarta Selatan juga

melakukan kegiatan-kegaitan yang diadakan dan diarahkan oleh pemerintah.

Dengan pemerintah bukan hanya pada bidang pendidikan saja namun pesantren

Darunnajah memiliki perkebunan kelapa sawit, peternakan dan yang pastinya

wirausaha tersebut melibatkan pemerintah daerah setempat dalam perizinan dan

pengelolaan secara tepat.

4. Kerjasama dengan perusahaan swasta

Kerjasama dengan perusahaan swasta merupakan bentuk kerjasama yang

dilakukan dengan perusahaan milik swasta dengan ketentuan yang berlaku sesuai

dengan Mou yang disepakati bersama. Seperti hasil wawncara kepala sekolah

Bapak Nurhamid, M.Pd bahwa “…..Sedangkan untuk kerjasama dengan pihak lain

yaitu bekerja sama dengan alfamart…..”.

Seperti hasil wawancara dengan Ibu Nur Azizah sekretaris Pondok pesantren

Darunnajah bahwa “ Sedangkan kerjasama dengan badan swasta di antaranya

terdapat alfamart, Bank Muamalat, Bank Permata, dan pesantren Gontor

(Kurikulum).

Berdasarkan hasil observasi, lokasi Alfamart dan Bank Muamalat berada tepat

di depan gerbang masuk dan keluar pondok pesantren Darunnajah, untuuk bank

Muamalat hanya buka di hari senin sampai dengan Jumat. Kerja sama yang

dilakukan dengan perusahaan swasta ini bertujuan untuk memfasilitasi para siwa

di pondok pesantren Darunnajah yaitu adanya alfamart yang menyediakan

keperluan yang tidak terdapat pada koperasi Darunnajah Jakarta Selatan, terdapat

kerja sama dengan beberapa bank sebagai alat transaksi pembayaran antara orang

64

tua dengan pihak Darunnajah. Kerja sama yang dilakukan berdasarkan

kesepakatan bersama dengan Mou yang telah disepakati.

3. Partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan merupakan bentuk kegiatan

sosial yang melibatkan masyarakat demi terjalinnya hubungan baik dan tentunya akan

menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap SMA Darunnajah Jakarta Selatan.

SMA Darunnajah Jakarta Selatan merupakan sekolah yang aktif dalam kegiatan sosial

karena selain selain memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan namun para siswa

harus memiliki karakter sosial yang baik sehingga setelah lulus dari SMA Darunnajah

Jakarta Selatan para siswa mampu memberikan nilai positif bagi masyarakat

sekitarnya.

Kegiatan kemasyarakat yang dilakukan SMA Darunnajah dapat melalui lembaga

Darunnajah Charity yang merupakan lembaga khusus dalam memberikan bantuan

kepada masyarakat yang terkena musibah. Dalam fungsinya, Darunnajah Charity

memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena musibah yang terdeteksi

langsug oleh pihak Darunnajah maupun bencana yang dilaporkan langsung ke

Darunnajah ole masyarakat.

Sebagaimana pemaparan dari kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan sebagai

berikut: “Kegiatan sosial dengan masyarakat, kami memiliki kegiatan santunan anak

yatim bantuan untuk bencana, zakat, majelis taklim, serta sholat berjama‟ah setiap

hari jumat dan hari besar Islam. Untuk kegiatan sosial bantuan korban bencana, kami

memiliki lembaga khusus yaitu Biro kemasyarakatan yang mengatur segala bentuk

bantuan yang diperlukan untuk membantu korban bencana serta mengawal jalannya

kegiatan bantuan korban yang melibatkan siswa-siswi SMA dan MA Darunnajah.

Setiap masyarakat yang mengalami bencana yang berskala kecil yang tidak diketahui

beritanya oleh biro kemasyarakatan, maka masyarakat bisa memberitahukan dan

datang ke biro kemasyarakatn untuk meminta bantuan. Kami juga memiliki ambulan

yang dapat digunakan untuk membantu masyarakat yang memerlukan. Untuk

masyarakat sekitar, kami juga melakukan majelis taklim setiap hari senin ba‟da

dzuhur sehingga masyarakat secara rutin dapat berinteraksi dengan warga sekolah

melalui nilai yang positif. Selain itu, kegiatan sosial bukan hanya untuk masyarakat

sekitar, namun juga kita melakukan pengandian masyarakat atau disebut dengan

Praktek Pengabdian Masyarakat (PPM) yang dilaksanakan untuk siswa-siswi kelas

12 selama 2 minggu pada daerah terpencil. Kegiatan yang dilakukan yaitu dengan

membantu membina perilaku masyarakat yang kurang sesuai baik dalam bidang

sosial budaya, agama, seni, dll. Kegitan PPM ini mendapat respon sangat positif

karena selain membantu masyarakat pada daerah terpencil juga dapat melatih

interaksi siswa, kepercayaan diri, kedewasaan serta keingin tahuan siswa pada

lingkungan masyarakat.” Dalam keterlibatan dalam organisasi dalam masyarakat

juga kepala sekolah memaparkan bahwa “saya termasuk dalam Forum Komunikasi

Kepala Sekolah (FKKS) Jakarta Selatan 1 dan Forum Komunikasi Kepala Sekolah

(FKKS) Rayon 11 yang terdiri dari sekolah negeri dan swasta. Kegiatan dilakukan

65

satu bulan sekali biasanya dengan mengadakan seminar. Selain itu juga menjadi

Khatib rutin di pesantren Darunnajah.”

Selain itu diungkapkan oleh siswi bernama Aliya Zafira yaitu “ada kegiatan santri

organisasi (Ekskul) yaitu bakti sosial Jamiyyah, kegiatan bakti sosial Jamiyyah ini

siswa ke cabang Darunnajah untuk ke warga sekitar memberikan bantuan seperti

menagajar anak-anak TK, belajar mengaji. Biasanya yang terlibat dalamm kegiatan

bakti sosial adalah OSDN (Organisasi Santri Darunnajah).”

Berdasarkan hasil wawancara masyarakat dengan Bapak Qomaruddin warga yang

bertempat tinggal tidak jauh dari pondok pesantren Darunnajah memaparkan terkait

kegiatan sosial masyarakat yaitu “sering terlibat dalam kegiatan masyarakat seperti

santri keluarr masjid terdekat untuk sholat berjama‟ah, santunan anak yatim, warga

sering diundang buka puasa bersama dari RW 1 s/d 9 Kelurahan Ulul Jami, pada saat

lebaran haji menyumbangkan satu ekor ke setiap kelurahan, pos polisi, daerah tetangga

mendapatkan sau ekor, kupon daging qurban pun disalurkan per RT di 4 RW. Selain

itu juga tanggap terhadap musibah dan memberikan sumbangan berupa sembako.”

Salah satu warga yaitu Bapak Khaeruddin juga memaparkan kegiatan sosial

diantaranya “sholat jumat berjama‟ah dengan semua warga sekolah dan masyarakat,

buka puasa bersama 1x dalam 30 hari, qurban, zakat, santunan anak yatim SD, SMA,

MAN, dan juga siswa dilibatkan dalam kegiatan masyarakat seperti makan bersama,

olahraga bersama, terdapat juga santunan korban bencana, selain itu juga Darunnajah

mnenyediakan fasilitas ambulans dan alat kesehatan bagi masyarakat yang

memerlukan bantuan.

Kegiatan sosial kemasyarakat memiliki dokumen yang dapat dilihat dari berbagai

foto kegiatan pada sosial media darunnajah. Berdasarkan observasi ketika melakukan

penelitian, peneliti memperoleh website dalam kegiatan bakti sosial Darunnajah

Charity dan surat edaran terkait pelaksanaan Praktek Kerja Masyarakat (PPM) yang

terlampir pada penelitian ini. Demikian dapat peneliti ambil kesimpulan bahwa dalam

kegiatan kemasyarakatan kepala sekolah SMA Darunnajah sering melibatkan siswa

dan guru dalam berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Kegiatan

sosial yang dilakukan SMA Darunnajah Jakarta Selatan diantaranya:

a. Bakti sosial, bakti sosial dilakukan dengan memberikan bantuan dapat berupa

dana, sandang dan pangan. Bakti sosial dapat dilakukan melalui lembaga

Darunnajah Charity maupun melalui ekstrakulikuler santri yaitu bakti sosial

Jamiyyah. Bakti sosal Jamiyyah melibatkan para siswa dalam memberikan

bantuan berupa fisik maupun ilmu kepada para santri di dalam maupun

masyarakat lingkungan sekitar Pondok Pesantren Darunnajah di cabang-cabang

yang terdapat di daerah.

b. Praktek Pengabdian Masyarakat (PPM) yang dilaksanakan untuk siswa-siswi

kelas 12 selama 2 minggu pada daerah terpencil. Kegiatan yang dilakukan yaitu

dengan membantu membina perilaku masyarakat yang kurang sesuai baik dalam

bidang sosial budaya, agama, seni, dll.

66

c. Kepala sekolah aktif dalam organisasi di masyarakat yaitu dalam masjid sebagai

Khatib dan aktif dalam forum komunikasi kepala sekolah Jakarta Selatan.

d. Kegiatan hari Besar Islam, yaitu melibatkan para siswa dan masyarakat luar

untuk bersilaturahmi melalui kegiatan keagamaan yang bermanfaat. Kegiatan

perayaan hari besar Islam yang dilaksanakan secara umum untuk masyarakat

sekitar dan orang tua untuk dapat menghadiri kegiatan tersebut di dalam pondok

pesantren Darunnajah.

e. Keterlibatan kegiatan yang diadakan di masyarakat, yaitu pimpinan, guru

dan perwakilan santri menghadiri kegiatan di masyarakat seperti Sholat Tarawih

berjama‟ah di masjid terdekat, buka puasa bersama masyarakat.

4. Memiliki kepekaan sosial

Kepekaan sosial kepala sekolah merupakan keterampilan kepala sekolah dalam

memberikan sikap keperdulian, simpatik kepada masyarakat di dalam maupun di luar

sekolah. Kemampuan kepekaan sosial kepala sekolah dapat berupa pengambilan

keputusan yang tepat, mencari solusi dalam berbagai masalah, memiliki rasa empatik,

mampu mengatasi konflik internal.

Dalam memiliki nilai kepekaan sosial, kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan

memerhatikan, membina dan menjaga para masyarakat internal dari berbagai dampak

negatif diantaranya “masyarakat sekolah tidak bisa keluar lingkungan sekolah dengan

sembarangan, siswa tidak boleh membawa hp untu menghindari pengaruh negatif, bagi

setiap siswa yang melanggar akan terdapatsanksi yag akan diterima, sedangkan ada

saat hari libur yaitu hari jumat setiap siswa yang memiliki agenda keluar lingkungan

sekolah harus tetap didampingi oleh guru pembimbing sehingga tetap ada yang

mengawasi.” Wawancara dengan guru bernama Silan Susanto, M.Pd mengatakan

“kepala sekolah memantau jam mengajar, keliling kelas melihat kedatangan guru,

memberikan penilaian masuk kelas, memeriksa administrasi mengajar guru”.

Bapak Aunur Rofiq, M.M juga memaparkan “terdapat Kesejahteraan Sosial Guru

(KSG) merupakan bantuan untuk guru yang mengalami musibah dan sakit. Kepala

sekolah sering ikut menjenguk apabila tidak sedang memiliki kegiatan penting lainnya,

apabila berhalangan hadir maka kepala sekolah mengutus beberapa orang untuk

mewakili. Selain itu, guru juga memperoleh persentase dalam penerimaan gaji yaitu

sebesar 35% berupa gaji yag diterima oleh guru, 35% merupakan investasi untuk biaya

kuliah, 30% lagi merupakan operasional guru di SMA Darunnajah.”

Pemaparan dari Bapak Ilwan Halwani, S.Ag, M.Pd sebagai berikut: “Kepala

sekolah memiliki kepekaan, inisitaif dan memfasilitasi serta mengajak perwakilan

untuk menjenguk guru yang sakit atau terkena musibah. Terdapat juga beasiswa bukan

hanya pada siswa namun juga untuk guru. Selaain itu, anak guru yang bersekolah di

Darunnajah juga mendapatkan potongan biaya tapi antara setiap guru memperoleh

potongan yang berbeda sesuai dengan jumlah anak dan posisi guru di pesantren

potongan yang diperoleh sebesar 15% s/d 75%.”

67

Selain itu dalam pengambilan keputusan menurut Yuda Hasan, M.Pd kepala SMA

Darunnajah tidak melakukan secara sepihak melainkan “kepala sekolah sering

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru. Terdapat waktu khusus dalam

memberikan arahan. Terdapat materi dan mengingatkan batasan-batasan pembelajaran.

Dalam pengambilan keputusan yaitu mengakomodasi, menengahi, memberikan solusi

yang bisa diterima oleh kedua pendapat belah pihak. Kepala sekolah juga mau

menerima pendapat, serta terbuka untuk menerima kritik dan saran, selalu

bermusyawarah dalam mengambil keputusan.”

Pada kepekaan sosial yang berkaitan dengan pemberian kesejahteraan guru serta

beasiswa peneliti tidak memperoleh dokumen terkait ketentuan kesejahteraan yang

diberikan karena data bersifat internal untuk sekolah, namun berdasarkan observasi

peneliti melihat bahwa kepala SMA Darunnajah merupakan kepala sekolah yang

memiliki kepekaan sosial yang baik terlihat dari sikap para guru memandang baik

kepala sekoalh, serta cara bagaimana kepala sekolah bersikap kepada guru, siswa dan

termasuk kepada peniliti. Di tengah kesibukannya, kepala SMA Darunnajah senantiasa

meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan komunikasi yang baik, bahkan

membimbing, mengarahkan dan membantu peneliti dalam memenuhi dokumen-

dokumen yang diperlukan. Oleh karena itu, Dapat disimpulkan kepekaan sosial yang

dimiliki kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan sudah baik, kepekaan sosial SMA

Darunnajah Jakarta Selatan antara lain:

a. Memberikan bantuan kesejahteraan untuk guru dan karyawan

b. Terlibat langsung dalam memberikan bantuan dan menjenguk guru ataupun

kleuarga guru yang mendapat musibah apabila kepala SMA Darunnajah sedang

tidak memiliki kegiatan kedinasan.

c. Memberikan pengawasan dan pembinaan bagi guru dan siswa supaya tetap pada

tugas dan fungsinya masing-masing.

d. Mengatasi masalah dengan kedewasaan dan menerima pendapat dari berbagai

pihak untuk mecari solusi dalam setiap masalah yang dihadapi.

68

Bagan 2

Penemuan Penelitian

Kerjasama

•kerjasama dengan Internal sekolah: yayasan, guru dan karyawan, siswa.

•kerja sama dengan eksternal sekolah: kerjasama dengan orang tua, pemerintah, lembaga luar negeri, perusahaan swasta)

Partisipasi kegiatan sosial

•Bakti sosial

•Praktek Pengabdian Masyarakat (PPM)

• Aktif dalam organisasi di masyarakat

•Kegiatan hari Besar Islam

• Menghadiri kegiatan di masyarakat sekitar

Kepekaan sosial

•Memberikan bantuan kesejahteraan untuk guru dan karyawan

•Terlibat langsung dalam memberikan bantuan

•Memberikan pengawasan dan pembinaan bagi guru dan siswa

•Mengatasi masalah dengan kedewasaan dan menerima pendapat

Kompetensi Sosial Kepala

Sekolah SMA Darunnajah

Jakarta Selatan

69

C. Pembahasan Penelitian

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah Pasal 1 disebutkan

untuk menjadi kepala sekolah harus memiliki kompetensi yaitu pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang melekat pada dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,

kewirausahaan, supervisi dan sosial.

Berdasarkan Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/

Madrasah telah ditetapkan bahwa ada lima kompetensi yaitu kompetensi kepribadian,

manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan kompetensi sosial. Aspek pertama sebuah

kompetensi menunjuk pada kompetensi sebagai gambaran sumbantsi materi ideal yang

seharusnya dikuasasi atau dipersyaratkan untuk dikuasai oleh seseorang dalam

menjalankan pekerjaan tertentu. Substansi materi ideal yang dimaksud yaitu kemampuan,

pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan-harapan penciri

karakter dalam menjalankan tugas. Aspek kedua kompetensi merujuk kepada gambaran

unjuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap, dan tindakan seseorang

dalam menjalankan pekerjaan secara mempuni. Aspek ketiga merujuk kepada kompetensi

sebagai hasil (output dan atau outcome) dari unjuk kerja berpiawaian. Kompetensi

seseorang mencirikan tindakan berlaku serta mahir dalam menjalankan suatu tugas untuk

menghasilkan tindakan kerja yang efektif dan efisien. Kompetensi kepala sekolah yang

dibahas dalam penelitian ini terdiri dari:

1. kerjasama

2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan

3. Memiliki kepekaan sosial.

1. Kerjasama

Kerjasama sekolah merupakan bentuk hubungan sekolah sebagai organisasi dengan

masyarakat di dalam organsasi dan juga masyarakat luar organisasi.di dalam sekolah

terdapat struktur organisasi, mulai kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dewan guru,

staf, komte sekolah dan tentu saja siswa. Berdasarkan Permendiknas No. 13 Tahun 2007

tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Terampil bekerjasama dengan orang lain

berdasarkan prinsip yang saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah

antara lain:

a. Mampu bekerja sama dengan atasan bagi pengembangan dan kemajuan sekolah.

b. Mampu bekerja sama dengan guru, staf/karyawan, komite sekolah, dan orang tua

siswa bagi pengembangan dan kemajuan sekolah.

c. Mampu bekerja sama dengan sekolah lain dan instansi pemerintah terkait dalam

rangka pengembangan sekolah.

d. Mampu bekerja sama dengan dewan pendidikan kota/ kabupaten dan stakeholders

sekolah lainya bagi pengembangan sekolah.

Penting menjalin hubungan masyarakat untuk membantu menjelaskan sudut pandang

organisasi, tetapi reputasi yang rusak biasanya membutuhkan kerja yag konsisten dalam

70

jangka waktu yang lama (James, 2006, h. 2). Keragaman masyarakat sehingga hubungan

masyarakat terbagi menjadi 2 kelas besar yaitu internal dan eksternal, sebaagi berikut:

a. Publik internal adalah grup dalam organisasi seperti karyawan atau dewan direksi

b. Publik eksternal adalah kelompok di pihak organisasi kita seperti media,

pelanggan perusahaan atau badan hukum negara (Doug Newsom dan Jim Haynes,

2005, h. 7).

Pada penelitian ini, hubungan kerjasama kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan

peneliti bagi menjadi dua bagian, yaitu hubungan kerjasama pada internal sekolah dan

eksternal sekolah.

a. Kerjasama dengan pihak internal sekolah

1). Kerjasama dengan yayasan

Apabila sekolah non pemerintah seperti lembaga-lembaga atau sekolah milik

swasta maka terdapat pimpinan lain di atas kepala sekolah yaitu yayasan

sekolah. R. Subekti (2005, h 156) mendefinisikan yayasan sebagai badan hukum

yang berada dibawah pimpinan suatu badan pengurus dengan tujuan sosial dan

tujuan tertentu yang legal. Yayasan memiliki peran penting untuk kehidupan

masyarakat yaitu membantu masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan

melalui pendidikan (Sumarni, 2018, h. 221). Yayasan merupakan lembaga sosial

yang dapat menaungi lembaga pendidikan sekolah. Kepala sekolah di sekolah

swasta sebagai orang yang diberikan kepercayaan oleh yayasan untuk

melaksanakan pendidikan di sekolah memiliki tanggung jawab terhadap yayasan

dalam melaporkan berbagai kegiatan yang dilakukan terkait peningkatan kualitas

pendidikan.

Kepala Sekolah SMA Darunnajah (Nurhamid; 2019) menngatakan “dengan

yayasan terkait dalam pendidikan terdapat rapat rutin mingguan dibentuk tim

yang dinamakan tim 19 yang terdiri dari para kepala sekolah, kepala biro TK

Sampai dengan perguruan tinggi. Rapat diselenggarakan di pusat pondok

pesantren di Jakarta dan membahas mengenai perkembangan seluruh pesantren

dari 17 cabang yang ada”. Rapat rutin yang dilakukan diadakan di Pondok

pesantren Darunnajah Jakarta Selatan dengan dihadiri oleh para anggota tim 19

dari berbagai cabang Darunnajah dan tingkatan dari Tk sampai dengan

Pergutuan Tinggi. Hasil dari rapat anggota tim 19 akan disampaikan kembali

oleh kepala sekolah kepada dewan guru melalui rapat mingguan.

2). Kerjasama dengan guru dan karyawan

Bekerja sama dengan pihak internal atau dalam lingkungan sekolah

merupakan bentuk kerja sama yang dilakukan antara kepala sekolah dengan

pimpinan yayasan, guru, staf/karyawan, dan siswa. Dalam mewujudkan bentuk

kemitraan hakikatnya perwujudan dari prinsip-prinsip organisasi dimana setiap

orang dalam organisasi tersebut mengakui dan tunduk terhadap organisasi.

Prinsip-prinsip tersebut yaitu: Adanya pembagian kerja (division of work).

Pembagian kerja atau penempatan karyawan, secara normatif harus

menggunakan prinsip The right man on the right place; adanya pembagian

wewenang dan tanggung jawab (authority and resonsibility); adanya kesatuan

71

perintah (unity of command) dan pengarahan (unity of direction); adanya

ketertiban (order) organisasi; adanya semangat kesatuan (semangat korp).

(Kompri, 2017, h. 243).

Tenaga kependidikan yang dimaksud di sini adalah semua orang yang

tergabung untuk bekerja sama pada suatu sekolah untuk melaksanakan tugas-

tugas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Personalia atau Tenaga

kependidikan di sekolah meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru,

pegawai tata usah, dan pesuruh. Agar kegiatan-kegiatan di sekolah berlangsung

secara harmonis maka semua personel yang ada itu harus mempunyai

kemampuan dan kemauan, serta bekerja secara sinergi dengan melaksanakan

tugasnya masing-masing dengan sungguh-sungguh dengan penuh dedikasi.

Untuk dapat terlaksananya kegiatan-kegiatan seperti itu diperlukan suatu

pengelolaan dari kepala sekolah sebagai manajer pada satuan pendidikan. Itulah

sebabnya, kepala sekolah harus memiliki kompetensi tentang pendayagunaan

sumber daya manusaia secara optimal untuk mengelola tenaga kependidikan di

sekolah. Dengan jelas mengenai hal ini dikemukakan oleh Hari Suderadjat

(Suderadjat, 2005, h. 18) bahwa Kepala sekolah merupakan penanggung jawab

pertama dan utama dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah bersama

dengan guru-guru sebagai fasilitator dan motivator pembelajaran siswa.

Kepemimpinan pendidikan kepala sekolah merupakan tumpuan keberhasilan

manajemen sekolah.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Luthifah, M.Pd (2019) mengatakan:

“Sering berinteraksi dengan kepala sekolah, beliau komunikatif, instruksi jelas,

orang yang baik. Sering bertemu dan di arahkan.” Bapak Ilwan Halwani, S.Ag,

M.Pd (2019) mengatakan “pengarahan setiap satu minggu sekali secara rutin,

rapat wali kelas dan guru. Menyampaikan evaluasi minggu lalu dan minggu akan

datang”.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan untuk kerjasama kepala

SMA Darunnajah Jakarta Selatan dengan guru dan karyawan berlangsung

dengan baik, yaitu kepala sekolah dalam menjalin kerjasama memiliki

komunikasi yang baik mampu memberikan rasa nyaman kepada para guru dan

karyawan. Serta dalam keberlangsungan pendidikan di SMA Darunnajah, kepala

sekolah melakukan rapat dengan para guru dan staff sebagai hasil evaluasi

pembelajaran dan merencanakan program atau kegiatan berikutnya yang akan

dilaksanakan. Rapat seluruh guru rutin dilaksanakan seminggu sekali dan

terdapat juga rapat khusus wali kelas yang dilaksanakan seminggu sekali.

3). Kerjasama dengan siswa

Siswa atau Peserta didik menurut Oemar Hamalik sebagai suatu komponen

masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses

pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan

pendidikan Nasional. Menurut Abu Ahmadi peserta didik adalah sosok manusia

sebagai individu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu di artikan "orang seorang

72

tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang

menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan

keinginan sendiri (UPI, 2009, h. 205). Sedangkan Hasbullah berpendapat bahwa

siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang ikut menentukan

keberhasilan proses pendidikan (Hasbullah, 2010, h. 121). Tanpa adanya peserta

didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya ialah karena

peserta didiklah yang membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru hanya

berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada peserta didik (Agama, 2005, h.

47).

. Menurut Shafa Aulian (2019) mengatakan bahwa “kepala sekolah selalu ramah,

kalau bertemu belum mengucap salam ustad hamid sering mengucap salam

duluan menyapa santri. Selain itu, cara berkomunikasinya juga baik, tidak kaku”.

tidak tegang, suka bercanda jika lagi memberikan pengarahan.” Kepala sekolah

menurut Frezy Tarisha (2019) yaitu “baik, setiap disapa selalu menjawab dengan

santun dan senyum”. Thalia Aqira (2019) mengatakan “ penyampaian peraturan

baru melalui wali kelas, ada juga pembinaan dengan santri dikumpulkan pada

saat akan ujian Mid Semester dan juga melaalui saat upacara.”

Kerjasama kepala sekolah dengan siswa dilakukan dengan adanya

komunikasi dan interaksi yang baik kepala sekolah terhadap siswa, selain itu

adannya pengarahan ynag diberikan kepala sekolah dalam upacara bendera

setiap hari senin, pengarahan sebelum menjelang ujian, adanya pengawasan

setiap hari dengan keliling kelas melihat keadaan sekolah dan menyapa para

siswa dan mengawasi siswa pada saat jam belajar malam.

b. Kerjasama dengan pihak eksternal SMA Darunnajah Jakarta

1) Kerja sama dengan Orang tua

Keterlibatan orang tua dan masyarakat memiliki indikator sebagai berikut:

a) Sekolah senantiasa menjalin komunikasi yang harmonis dengan orang tua,

dan berusaha melibatkan mereka dalam pelaksanaan program-program

sekolah.

b) Prosedur-prosedur perlibatan orang tua peserta didik dalam kegiatan-

kegiatan sekolah disampaikan secara jelas dan dilaksanakan secara

konsisten

c) Orang tua peserta didik memiliki kesempatan untuk mengunjungi sekolah

guna mengobservasi program pendidikan dan pembelajaran.

d) Pada pertemuan antara orang tua dengan sekolah, tingkat kehadiran orang

tua pesertad didik tinggi

e) Ada kerja sama yang baik antara guru dan orang tua peserta didik,

sehubungan dengan pemantauan pekerjaan rumah (PR)

f) Orang tua dan masyarakat dilibatkan dalam pembuatan keputusan-

keputusan sekolah

73

g) Para guru sering berkomunikasi dengan orang tua peserta mengenai

kemajuan peserta didik dan menunjukkan bidang-bidang keunggulan dan

kelemahannya

h) Sebagian besar orang tua peserta didik memahami dan ikut

mempromosikan program pembelajaran sekolah

Masyarakat melalui komite sekolah aktif melaksanakan peran dan fungsi

sesuai aturan (Mulyasa E., 2013, h. 77).

Orang tua atau stakeholder sekolah berperan penting bagi berlangsungnya

lembaga pendidikan. Merekalah yang menjadi tolak ukur bagi kredibilitas suatu

lembaga pendidikan. Semakin banyak masyarakat diantaranya orang tua

mempercayai sekolah maka akan memberikan nilai positif bagi sekolah tersebut

dianggap sebagai sekolah yang bermutu. SMA Darunnajah Jakarta Selatan

merupakan sekolah yang mewajibkan para siswa untuk memondok atau

bermukim di sekolah dengan waktu tertentu siswa dapat dijemput kembali ke

rumah bersama orang tua. Oleh karena itu, sekolah harus memberikan

kepercayaan kepada orang tua bahwa anak mereka mendapatkan segala

kebutuhan dan fasilitas yang memadai dalam sehari baik secara pengetahuan,

karakter dan juga kebutuhan hidup.

Seperti hasil wawancara dengan salah satu siswa bernama Thalia Aqira

(2019) dalam berkomunikasi dengan orang tua yaitu “medianya melalui telepon

di wartel menggunakan smart call dan juga melalui musrifah santri bisa melapor

ke musrifah untuk menghubungi orang tua.” Dan juga dipaparkan Frezy Tharisa

(2019) “melalui Musyrifah dan wali kelas untuk membantu berkomunikasi

dengan orang tua, dan juga dengan Darunnajah Smart System (DSS) yaitu

dengan pengabsenan setiap satu jam dan di absen oleh guru secara digital

melalui Handphone guru dan orang tua bisa melihat pada saat ambil raport.”

SMA Darunnajah Jakarta Selatan menjalin kerja sama dengan orang tua

maka pihak Pesantren Darunnajah memberikan tugas dan tanggung jawab

kepada guru pembimbing kamar dan wali kelas untuk membantu siswa apabila

ingin menghubungi orang tua atau sebaliknya orang tua berkomunikasi dengan

anak mereka melalui nomor sekolah maupun nomor Handphone wali kelas dan

juga terdapat perkembangan modern dalam menghubungi orang tua yaitu dengan

kartu Smart call yang dapat digunakan untuk menelpon orang tua melalui wartel

yang tersedia di dalam Pondok pesantren Darunnajah Jakarta Selatan.

Wartel tersebut berfungsi sama seperti wartel pada umumnya yang

membedakan adalah penggunaan teknologi yang lebih modern yaitu dengan

menggunakan e-card sebagai alat pembayaran biaya melakukan telepon. Selain

itu dalam bekerja sama dengan orang tua terdapat juga Darunnajah Smart System

(DSS) yang digunakan oleh guru dan orang tua untuk melakukan pemantauan

tentang keberadaan anak mereka selama di sekolah. Cara fungsinya yaitu para

guru memiliki kewajiban untuk melakukan pengabsenan para siswa di kelas

selama satu jam sekali dan guru harus mengupload absen tersebut melalui

74

handphone guru masing-masing ke dalam sistem DSS dan orang tua dapat

melihat hasilnya ketika pembagian Raport sebagai hasil evaluasi. Namun, untuk

Darunnajah Smart System ini masih bersifat internal tidak bisa di akses oleh

orang tua murid secara bebas.

2) Kerja sama dengan luar negeri

Kerjasama dalam bidang pendidikan merupakan bentuk kerja sama pondok

Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan dengan lembaga pendidikan di beberapa

negara di luar negeri, termasuk SMA Darunnajah juga melakukan program

kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan di luar negeri. Seperti hasil

wawancara (Nurhamid, 2019) berikut ini: “kerjasama hanya dalam bidang

pendidikan, yaitu dengan pelaksanaan pertukaran pelajar, beasiswa siswa dan

guru. Sebagai contoh pada tahun ini terdapat 10 orang Afghanistan yang

diterima di SMA Darunnajah, namun saat ini hanya tinggal 1 orang yang mampu

beradaptasi dengan baik dan berada di lingkungan Darunnajah. Karena

kebanyakan dari para penerima beasiswa dari luar negeri mereka datang tidak

bisa berbahasa inggris maupun arab jadi bahasa awal yang masih mereka

gunakan adalah bahasa negaranya masing-masing.”

Kerjasama pendidikan dilakukan dengan 13 Universitas yang terdiri dari

universitas pada negara di Asia, Eropa dan Amerika. Universitas tersebut antara

lain: Yarmouk University, Utama International School Malaysia, Civilization

Exchange & Cooperation Foundation (CECF) Amerika, Kabul e Maaser

Vocational Institute (Kabul, Afghanistan), Istanbul Sahabattin Zam University

(Istanbul), Robithoh Jamimat Al Islamiyah, Universitas Islam Madinah

(Madinah), Allama Iqbal University (Pakistan), The Holy Catholic School

(Inggris), Ma‟had Syam Ali Damaskus Syiria, Bakht Alruda University of

Sudan, Universitas Sains Islam Malaysia.

Kerjasama pendidikan dapat berupa pertukaran pelajar (student exchange)

yang dilakukan antara SMA Darunnajah Jakarta Selatan yaitu dengan menerima

pelajar lain di SMA Darunnajah Jakarta Selatan dengan segala fasilitasnya

secara gratis dan juga mengirim pelajar SMA Darunnajah yang lulus seleksi

untuk menerima beasiswa di luar negeri. Kerjasama bidang pendidikan di luar

negeri juga untuk diperuntukkan oleh guru yang ingin melanjutkan pendidikan

ke luar negeri. Dalam pengelolaan kerja sama di antara lembaga di luar negeri

terdapat lemabaga Darunnajah yag menaunginya yaitu bernama Darunnajah

International Relation Officer (DIRO). Lembaga Diro ini yang mengatur

jalannya kerja sama pada negara di luar negeri dari kunjungan dan kedatangan

perwakilan ke luar negeri, hingga adanya beasiswa bagi murid dan guru yang

melanjutkan pendidikan ke luar negeri.

3) Kerjasama dengan pemerintah

Setiap bidang lembaga di suatu negara tidak akan lepas dari adanya

kerjasama dengan pemerintah. Baik lembaga negeri maupun swasta memiliki

tanggung jawab kepada pemerintah. Pada lembaga pendidikan kerjasama dengan

75

peerintah dilakukan pada Dinas Pendidikan Nasional apabila sekolah umum

sedangkan dengan lembaga pendidikan Islam bekerjasama dengan kementrian

agama. Untuk SMA Darunnajah Jakarta Selatan menggunakan kurikulum 2013

dari Dinas Pendidikan Nasional. Kerjasama dengan pemerintah bukan hanya

dalam kurikulum namun juga berbagai kegiatan yang berkaitan peningkatan

kualitas pendidikan.

Berdasarkan data dokumentasi yang peneliti peroleh bahawa SMA

Darunnajah Jakarta Selatan menggunakan kurikulum 2013 jurusan MIA

(Matematika Ilmu Alam) yang sesuai dengan ketentuan Dinas Pendidikan

Nasional hanya saja ditambah dengan muatan lokal keagamaan. Adapun

Program MIA (Matematika, IPA, dan Alam berdasarkan kurikulum 2013 terdiri

dari mata pelajaran (umum, dasar keahlian, keahlian kelompok ilmu alam,

keahlian kelompok ilmu sosial), keahlian kelompok keagamaan (Muatan lokal),

Pengembangan Diri. Adapun Mata pelajaran yang digunakan sama dengan

kurikulum 2013 yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan, sedangkan

perbedaannya dengan SMA lainnya yaitu pada muatann lokal yang terdiri dari

tarbiyah (kependidikan), Bahasa Arab, serta pengembangan diri yang berisi

kegiatan pramuka, Muhadoroh (keterampilan pidato), dan kesenian (seni suara &

seni grafiti). Total jam belajar yaitu 59 jam. Selain dalam penggunaan

kurikulum, SMA Darunnajah Jakarta Selatan juga melakukan kegiatan-kegaitan

yang diadakan dan diarahkan oleh pemerintah. Dengan pemerintah bukan hanya

pada bidang pendidikan saja namun pesantren Darunnajah memiliki perkebunan

kelapa sawit, peternakan dan yang pastinya wirausaha tersebut melibatkan

pemerintah daerah setempat dalam perizinan dan pengelolaan secara tepat.

4) Kerjasama dengan perusahaan swasta

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang harus menjalin kerjasama

dengan berbagai pihak untuk peningkatan kualitas pendidikan. Bekerjasama

dengan perusahaan swasta merupakan salah satu bentuk kerjasama yang

dilakukan untuk menunjang peningkatan kualitas pendidikan maupun pelayanan.

Bekerjasama dengan pihak lain dapat menjadi suatu keuntungan bahkan

kerugian bagi sekolah tergantung bagaimana kepala sekolah menjalin kerjasama

dengan pihak-pihak tertentu. Dalam buku Menentukan mitra usaha (Jackie

Ambadar, Miranty Abidin, Yanty Isa, 2005, h.25) memberikan dua hal mendasar

yang harus diperhatikan sebagai pedoman dalam memilih rekan bisnis yang baik

bagi usaha:

c. Pilih rekan bisnis yang tepat (kenali calon rekan bisnis anda, lakukan

pendekatan, analisa karakter rekan bisnis anda)

d. Bentuk tim bisnis yang tangguh (pilih yang jujur, pekerja keras).

Berdasarkan wawancara dengan Nurhamid, M.Pd (2019) bahwa

“…..Sedangkan untuk kerjasama dengan pihak lain yaitu bekerja sama dengan

alfamart…..”. Menurut Nur Azizah (2019) bahwa “ Sedangkan kerjasama

dengan badan swasta di antaranya terdapat alfamart, Bank Muamalat, Bank

Permata, dan pesantren Gontor(Kurikulum). SMA Darunnajah Jakarta Selatan,

76

lebih kepada pemanfaatan usaha mandiri namun tetap terdapat kerjasama dengan

perusahaan lain. Kerjasama yang dilakukan dengan perusahaan swasta ini

bertujuan untuk memfasilitasi para siwa di pondok pesantren Darunnajah yaitu

adanya Alfamart yang menyediakan keperluan yang tidak terdapat pada koperasi

Darunnajah Jakarta Selatan, terdapat kerja sama dengan beberapa bank sebagai

alat transaksi pembayaran antara orang tua dengan pihak Darunnajah. Kerja

sama yang dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama dengan Mou yang telah

disepakati.

Kerjasama kepala sekolah merupakan kerjasama yang dilakukan dengan pihak-pihak

di dalam maupun luar lingkungan sekolah. Kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan

telah melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak, kerjasama berguna untuk

menciptakan suasana yang kondusif untuk menjalankan berbagai kegiatan sekolah

dengan baik sesuai tujuan yang akan dicapai. Kerjasama akan selalau ada di dalam

berorganisasi karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu

dengan yang lainnya. Kepala sekolah sebagai pemimpin merupakan penggerak para

bawahannya dalam melakukan tindakan atau pekerjaan dalam pencapaian tujuan.

Penting untuk kepala sekolah menjalin kerjasama yang baik dengan berbagai pihak

untuk memudahkan kepaa sekolah melakukan koordinasi dalam setiap kegiatan di

sekolah.

Kerjasama kepala sekolah dengan orang lain tidak hanya dengan para guru, staf,

orang tua siswa, melainkan termasuk atasan, kepala sekolah lain serta pihak- pihak yang

perlu berhubungan dan bekerjasama. Dalam fungsi ini kepala sekolah berperilaku

sebagai saluran komunikasi di lingkungan sekolah. Dalam kegiatan bekerjasama dengan

pihak lain tentu kepala sekolah harus memperhatikan komunikasi yang terjadi antara

pihak sekolah dan pihak lain yang menjalin hubungan dengan sekolah. Sehingga

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing warga sekolah dapat diketahui.

Dengan cara ini, maka keterpaduan semua kegiatan sekolah dapat diupayakan untuk

mencapai tujuan dari sasaran sekolah yang telah di patok. Selain itu, komunikasi yang

baik juga akan membentuk teamwork yang kuat, kompak dan cerdas, sehingga berbagai

kegiatan sekolah dapat dilakukan secara merata oleh warga sekolah. Komunikasi yang

dilakukan kepala sekolah bukan hanya pada komunikasi formal seperti pada rapat

maupun pembianaan siswa, namun juga komunikasi yang bersifat informal seperti saling

bertegur sapa dan bersendagurau namun tetap pada batasan yang sesuai.

Dalam melaksanakan kerjasama sebagaimana tertuang dalam Permendiknas No. 13

Tahun 2007, Kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan telah melakukan semua indikator

dalam peraturan tersebut, baik indicator dalam kerjasama dengan para guru, karyawan,

siswa dan orang tua bahkan SMA Darunnajah mampu menjalin kerjasama dnegan

stakeholders bukan hanya pada dalm negeri saja, malainkan mampu melebarkan sayap

hingga ke panca Internasional. SMA Darunnajah telah melakukan kerjasama dengan

lembaga-lemabga pendidikan luar negeri dalam peningkatan kualitas pendidikan.

Kerjasama yang dilakukan berupa kerjasama dalam beasiswa, pertukaran pelajaran dan

perlombaan. Dengan berkembang luasnya pendidikan hingga ke mancanegara

memberikan pengetahuan, keterampilan, pengalaman serta motivasi tersendiri bagi para

77

guru dan siswa untuk terus meningkatkan kemampuan. Kunjungan ke lembaga

pendidikan ke luar negeri menjadikan adanya pertukaran illmu, dan budaya yang positif

yang sebelumya tidak diperoleh menjadi pengalaman baru sehingga mampu diterapkan

di Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan untuk terus lebih meningkat dan

menghasilkan anak didik yang cerdas, terampil dan senantiasa memiliki ilmu agama

yang baik.

2. Partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan

Seorang kepala sekolah dituntut tidak hanya berpartisipasi dalam kegiatan kantor,

melainkan juga ikut terlibat aktif dalam aneka kegiatan di luar jam dan urusan kantor. Ini

tujannya agar kepala sekolah dapat membangun keakraban dengan lingkungan

sekitarnya. Seperti menurut (Pateman, 2000, h. 68) Partisipasi merupakan sesuatu dalam

sesuatu dimana terdapat interaksi individu tertentu yang hadir dalam kegiatan kelompok.

Selain itu partisipasi diartikan sebagai keterlibatan seseorang dalam kegiatan bersama

yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembangunan terutama dalam pengelolaan

lingkungan hidup (Tangkilisan, 2007, h. 321). Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan

bahwa partisipasi kepala sekolah dalam kegiatan sosial merupakan keterlibatan kepala

sekolah dalam kelompok tertentu. Berdasarkan Permendiknas No. 13 Tahun 2007

tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan, antara lain:

a. Mampu berperan aktif dalam kegiatan informal di luar sekolah.

b. Mampu berperan aktif dalam organisasi sosial kemasyarakatan.

c. Mampu berperan aktif dalam kegiatan keagamaan, kesenian, olahraga atau

kegaitan masyarakat lainnya.

d. Mampu melibatkan diri dalam pelaksanaan program pemerintah.

Adapun peranan hubungan sekolah dengan masyarakat menurut Kompri (2017, h.

257) sebagai berikut: Sekolah sebagai partner masyarakat di dalam melaksanakan fungsi

pendidikan, sekolah sebagai prosedur yang melayani kesan pesan pendidikan dari

masyarakat lingkungannya, masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai

sekolah, masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap

membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat, masyarakat yang ikut

menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum, perpustakaan,

panggung-panggung kesenian dan sebagainya, masyarakat yang menyediakan berbagai

sumber untuk sekolah, masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat

belajar seperti aspek alami, industri, perumahan, transportasi, perkebunana,

pertambangan, dan sebagainya.

Kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan bahwa dalam kegiatan kemasyarakatan

kepala sekolah SMA Darunnajah sering melibatkan siswa dan guru dalam berpartisipasi

aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Kegiatan sosial yang dilakukan SMA

Darunnajah Jakarta Selatan diantaranya:

a. Bakti sosial, bakti sosial dilakukan dengan memberikan bantuan dapat berupa

dana, sandang dan pangan. Bakti sosial dapat dilakukan melalui lembaga

Darunnajah Charity maupun melalui ekstrakulikuler santri yaitu bakti sosial

Jamiyyah. Bakti sosal Jamiyyah melibatkan para siswa dalam memberikan

78

bantuan berupa fisik maupun ilmu kepada para santri di dalam maupun

masyarakat lingkungan sekitar Pondok Pesantren Darunnajah di cabang-cabang

yang terdapat di daerah (Nurhamid, 2019; Zafira, 2019; Auliya,2019; Aqira,

2019).

b. Praktek Pengabdian Masyarakat (PPM) yang dilaksanakan untuk siswa-siswi

kelas 12 selama 2 minggu pada daerah terpencil. Kegiatan yang dilakukan yaitu

dengan membantu membina perilaku masyarakat yang kurang sesuai baik dalam

bidang sosial budaya, agama, seni, dll (Nurhamid, 2019; Hasan, 2019).

c. Kepala sekolah aktif dalam organisasi di masyarakat yaitu dalam masjid sebagai

Khatib dan aktif dalam forum komunikasi kepala sekolah Jakarta Selatan

(Nurhamid, 2019).

d. Kegiatan hari Besar Islam, yaitu melibatkan para siswa dan masyarakat luar

untuk bersilaturahmi melalui kegiatan keagamaan yang bermanfaat. Kegiatan

perayaan hari besar Islam yang dilaksanakan secara umum untuk masyarakat

sekitar dan orang tua untuk dapat menghadiri kegiatan tersebut di dalam pondok

pesantren Darunnajah (Khaeruddin, 2019; Qomarudin, 2019).

e. Keterlibatan kegiatan yang diadakan di masyarakat, yaitu pimpinan, guru dan

perwakilan santri menghadiri kegiatan di masyarakat seperti Sholat Tarawih

berjama;ah di masjid terdekat, buka puasa bersama masyarakat (Khaeruddin,

2019; Qomarudin, 2019).

Dalam melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan merupakan bentuk kepeduliaan

sesama manusia sebagai makhluk sosial, karena pada dasarnya manusia akan

memerlukan dan berinteraksi dengan oang lain. Kegiatan sosial kemasyarakatan mampu

memberikan setiap orang pengalaman dan pembentukan karakter yang baik. Berdasarkan

indikator kegiatan sosial kemasyarakat telah dilakukan dengan baik. Bahkan SMA

Darunnajah termasuk skeolah yang sangat peduli dengan masyarakat sering memberikan

bantuan baik berupa materil maupun nonmateril. Dalam dunia pendidikan, kegiatan

sosial kemasyarakatan dibuat bukan hanya sebagai pemenuhan kewajiban namun lebih

kepada pembentukan sikap kepedulian, kedewasaan, dan kreativitas dalam

bermasyarakat. Kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan bersedia terlibat dalam kegiatan

sosial di masyarakat, meskipun tidak terlalu sering dalam terlibat untuk kegiatan di

masyarakat luar sekolah namun tetap mensupport kegiatan tersebut dengan mengutus

para siswa untuk terlibat. Kegiatan yang dilakukan biasanya yaitu kerja bakti, bakti

sosia, pengabdian masyarakat, dan perayaan hasi besar Islam. Kegiatan sosial

kemasyarakatan membentuk karakter dan mental yang kuat untuk para siswa

menghadapi kehidupan di masyarakat ketika mereka menyelesaikan pendidikan di

sekolah. Sehingga setelah menyelesaikan pendidikan disekolah bukan hanya semerta-

merta hanya untuk mendapat pekerjaan yang baik namun juga memiliki nilai lebih yaitu

bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Oleh karena itu,penting untuk setiap skeolah

memperhatikan kompetensi sosial sehingga pendidikan juga dapat bermanfaat bagi orang

banyak dan dapat menjadi manusia yang bermanfaat saling membantu sesama.

3. Memiliki kepekaan sosial

Kepala sekolah yang juga sebagai makhluk sosial juga harus memiliki kepekaan

sosial terhadap orang lain artinya kepala sekolah berperan sebagai problem finder

79

dilingkungan sekolahan, kreatif dan mampu menawarkan solusi, melibatkan tokoh

agama, masyarakat dan pemerintahan, bersikap obyektif/tidak memihak dalam

menyelesaikan konflik internal, mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang

lain dan mampu bersikap empati kepada orang lain (Wahyudi, 2009, h. 39). Menurut

(Sutiyo, 2013, h. 5), “Kepekaan Sosial adalah sikap yang mudah bereaksi terhadap

problem sosial yang menimpa diri sendiri, orang lain dan lingkungan masyarakat”. Dari

defenisi tersebut, jelas bahwa kepala sekolah yang memiliki kepekaan sosial haruslah

tanggap terhadap masalah yang dihadapi oleh dirinya sendiri dan orang lain yang

menjadi tanggung jawabnya. Untuk peka terhadap masalah orang lain kepala sekolah

harus menanamkan sikap empati dalam dirinya.

Terdapat tujuh cara yang sebaiknya dilakukan kepala sekolah agar mampu

menumbuhkan kepekaan sosial dalam diri sehingga menjadi pribadi yang ramah untuk

diajak bergaul oleh siapapun (Wijayanto, 2014) Menyadari bahwa manusia tidak bisa

hidup sendiri, bergaul dengan sebanyak-banyaknya orang. Perjumpaan dengan banyak

orang akan membuat semakin mudah mengetahui perbedaan karakter dari tiap-tiap

pribadi, memperhatikan dan memperbaiki cara berbicara, Terlibat dalam kegiatan sosial,

mengembangkan empati, berperilaku prososial, melihat dan bertindak.

Berdasarkan Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah, memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain, antara

lain:

a. Mampu menggali persoalan dari lingkungan sekolah (berperan sebagai problem

finder).

b. Mampu dan kreatif menawarkan solusi (sebagai problem solver).

c. Mampu melibatkan tokoh agama, masyarakat, dan pemerintah dalam memecahkan

masalah kelembagaan.

d. Mampu bersikap objektif/tidak memihak dalam mengatasi konflik internal

sekolah.

e. Mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang lain.

f. Mampu bersikap empatik/sambung rasa terhadap orang lain.

Berdasarkan hasil penelitian, Kepekaan sosial yang dimiliki kepala SMA

Darunnajah Jakarta Selatan sudah baik, kepekaan sosial SMA Darunnajah Jakarta

Selatan antara lain:

a. Memberikan bantuan kesejahteraan untuk guru dan karyawan. Seperti anak guru

yang bersekolah di Darunnajah mendapatkan potongan biaya, antara setiap guru

memperoleh potongan yang berbeda sesuai dengan jumlah anak dan posisi guru

di pesantren. Potongan yang diperoleh sebesar 15% s/d 75%, guru juga

memperoleh persentase dalam penerimaan gaji yaitu sebesar 35% berupa gaji

yang diterima oleh guru, 35% merupakan investasi untuk biaya kuliah, 30% lagi

merupakan operasional guru di SMA Darunnajah (Rofiq, 2019; Hilwani, 2019;

Susanto, 2019) .

b. Terlibat langsung dalam memberikan bantuan dan menjenguk guru ataupun

kleuarga guru yang mendapat musibah apabila kepala SMA Darunnajah sedang

tidak memiliki kegiatan kedinasan (Rofiq, 2019; Luthifah, 2019;)

80

c. Memberikan pengawasan dan pembinaan bagi guru dan siswa supaya tetap pada

tugas dan fungsinya masing-masing. Pengawasan dan pembinaan yang

dilakukan diantaranya kegiatan supervisi guru dengan keliling kelas dan

memeriksa kelengkapan administrasi mengajar, kegiatan rapat, kumpul MGMP

Internal Darunnajah, evaluasi program (Rofiq, 2019; Lutifah, 2019; Susanto,

2019; Hasan, 2019)

d. Mengatasi masalah dengan kedewasaan dan menerima pendapat dari berbagai

pihak untuk mecari solusi dalam setiap masalah yang dihadapi (Halwani, 2019;

Rofiq, 2019; Hasan, 2019;).

Kepekaan sosial merupakan sikap manusia sebagai makhluk sosial untuk memiliki

keperdulian terhadap sesama manusia. kepekaan sosial dapat dilatih yaitu dimulai dari

peka terhadap diri sendiri. Seseorang yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi akan

mudah memahami dan menyadari adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain yang

ditunjukkan dengan cara besikap dan bertindak yang tepat terhadap orang lain yang ada

disekitarnya. Sebagai kepala sekolah sangat perlu memiliki kepekaan sosial karena

selain sebagai sikap kemanusiaan, kepekaan sosial mampu menjadikan hubungan antara

kepala sekolah dengan para guru, siswa, dan smua stakholders sekolah menjadi lebih

baik. Kepala sekolah yang memiliki kepekaan sosial baik juga dapat menjadi kepala

sekolah yang disenangi masyarakat serta mampu mencari dan mengambil keputusan

yang baik terhadap segala konflik atau permsalahan yang terjadi karena kepala sekolah

yang memiliki kepekaan sosial tinggi akan mampu membaca situasi dan karakter

masyarakat sehingga dapat mengambil keputusan sesuai kebutuhan banyak masyarakat.

81

BAB V

Penutup

A. Kesimpulan

Kompetensi sosial kepala sekolah merupakan kemampuan kepala sekolah dalam

menjalin hubungan dengan masyarakat baik masyarakat di dalam maupun di luar sekolah.

Adapun kompetensi sosial kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan dapat dinyatakan baik

karena mampu menjalankan berbagai indikator dari kompetensi sosial. Adapun kesimpulan

kompetensi sosial kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan, sebagai berikut:

1. Kerjasama, hubungan kerjasama kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan peneliti

bagi menjadi dua bagian, yaitu hubungan kerjasama pada internal sekolah dan

eksternal sekolah. Hubungan internal yaitu hubungan dengan yayasan, guru dan

karyawan, siswa. Hubungan kerjasama internal dilakukan dengan komunikasi yang

baik oleh kepala sekolah, kegiatan-kegiatan rapat, dan pembinaan siswa.

Sedangkan kerjasama eksternal dilakukan dengan orang tua, pemerintah, lembaga

luar negeri, dan perusahaan swasta.

2. Partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, kepala sekolah SMA Darunnajah

sering melibatkan siswa dan guru bahkan kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan

bersedia terlibat langsung dalam berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan. Kegiatan sosial yang dilakukan SMA Darunnajah Jakarta Selatan

diantaranya:

a. Bakti sosial

b. Praktek Pengabdian Masyarakat (PPM) yang dilaksanakan untuk siswa-siswi

kelas 12 selama 2 minggu pada daerah terpencil.

c. Kepala sekolah aktif dalam organisasi di masyarakat yaitu dalam masjid

sebagai Khatib dan aktif dalam forum komunikasi kepala sekolah Jakarta

Selatan.

d. Kegiatan hari Besar Islam

e. Keterlibatan kegiatan yang diadakan di masyarakat

3. Kepekaan sosial, kepekaan sosial yang dimiliki kepala SMA Darunnajah Jakarta

Selatan sudah baik, kepekaan sosial SMA Darunnajah Jakarta Selatan antara lain:

a. Memberikan bantuan kesejahteraan untuk guru dan karyawan

b. Terlibat langsung dalam memberikan bantuan dan menjenguk guru ataupun

keluarga guru yang mendapat musibah apabila kepala SMA Darunnajah

sedang tidak memiliki kegiatan kedinasan.

c. Memberikan pengawasan dan pembinaan bagi guru dan siswa supaya tetap

pada tugas dan fungsinya masing-masing.

d. Mengatasi masalah dengan kedewasaan dan menerima pendapat dari berbagai

pihak untuk mencari solusi dalam setiap masalah yang dihadapi.

82

B. Saran Terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan sekolah dalam kompetensi

sosial kepala sekolah, yaitu:

1. Bagi SMA Darunnajah Jakarta Selatan

Dalam menjalin kerjasama sekolah terkait dengan kerjasama perusahaan swasta,

sebaiknya lebih diperluas lagi sehingga tidak hanya pada kerjasama dalam pemenuhan

kebutuhan dan pelayanan namun sekolah memiliki kerjasama dengan perusahaan lain

dalam merekrut karyawan dari alumni SMA Darunnajah sehingga para alumni yang

telah lulus sekolah apabia tidak melanjutkan kejenjang perguruan tinggi atau

melanjutkan kuliah sambil bekerja telah memiliki referensi dalam memilih perusahaan.

Pada kegiatan kemasyarakatan terdapat penemuan bahwa dalam kegiatan bakti sosial

di masyarakat tidak semua siswa merasakan keterlibatannya karena kegiatan bakti

sosial masuk kepada estrakurikuler dan kegiatan rutin OSDN (Organisasi Santri

Darunnajah) sehingga siswa yang tidak mengikuti organisasi dan ekstrakurikuler

tersebut kurang mendapat pengalaman dalam melakukan bakti sosial.

2. Bagi peneliti lainnya

SMA Darunnajah Jakarta Selatan merupakan sekolah dengan pelayanan dan

kualitas yang baik. Sehingga banyak tema yang dapat diteliti guna mendapatkan

informasi untuk role model bagi lembaga pendidikan lainnya. Saran untuk peneliti

lainnya apabila mendalami tentang kompetensi sosial, maka lakukan penelitian lebih

lanjut mengenai kerjasama dengan lembaga pendidikan di luar negeri. Selain

kompetensi sosial, dapat juga melakukan penelitian mengenai badan usaha mandiri

yang dimiliki oleh Pondok Pesantren. Badan usaha mandiri Pondok Pesantren

Darunnajah dimanfaatkan untuk subsidi berbagai kegiatan pembelajaran. Kegiatan

tersebut menurut peneliti sangat menarik karena melihat sedikit sekali kemampuan

lembaga pendidikan dalam berwirausaha.

83

Daftar Pustaka

Aan Komariah dan Cepi Triatna. (2006). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif.

Bandung: Bumi Aksara.

Adair, J. (2007). Cara Menumbuhkan Pemimpin. Jakarta: Gramedia.

Aedi, N. (2014). Pengawasan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Agama, D. (2005). Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan. T.tp: Direktorat

Jenderal Kelembagaan Agama Islam.

Amos Neolaka, Grace Amialia A. Neolaka. (2017). Landasan Pendidikan. Depok:

Kencana.

Amtu. (2013). Manajemen Pendidikan Di Era Otonomi Daerah. Bandung: alfabeta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

Bugma. (2019, Februari 11). 5 soiswa SMP dan orang tua keroyok staf honorer sekolah

hingga luka parah. Retrieved September 12, 2019, from Sindonews.com:

https://daerah.sindonews.com

Camarota, A. G. (2004). Finding The Leader in You. United State of America: ASQ Press.

Chaturvedi, R. (2013). Managing Organizations. India: Vikas.

Covey, S. M. (2008). The Speed of Trust: The One Thing that Changes Everything. New

York: Free Press.

Daniel Goleman, Richard Boyatzis, Annie McKee. (2002). Primal Leadership

Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga

Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Darma, A. (2007). Manajemen Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Daryanto. (2011). Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta: Gava

Media.

Daryanto, H. (2006). Administerasi Pendidika. Jakarta: Rineka Cipta.

Delaney, G. J. (2017). Educatioin Policy. Canada: Brush.

Djaffri, N. (2016). Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. Yogyakarta: Deepublish.

84

Donni Juni Priansa dan Rismi Somad. (2014). Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan

Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta.

Doug Newsom dan Jim Haynes. (2005). Public Relations Writing: Forn and tyle. USA:

Thomson Higher Education.

Efendy, R. (2018). Leader as a Coach. Jakarta: Gramedia.

Elfindri, d. (2012). Pendidikan Karakter Kerangka, Metode dan Aplikasi Untuk Pendidik

dan Profesional. Jakarta: Baduose Media Jakarta.

Elytasari, S. (2016). Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan untuk Meningkatkan

Kepercayaan (Trust) Stakeholders di TK Amal Insan Depok Yogyakarta.

Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, http://digilib.uin-suka.ac.id.

F.J. Monks dan Knoers, A.M.P . (2002). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam

Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Cet. VIII.

Hakim, L. (2019, Juli 05). Keterlaluan! Kepala Sekolah Ini Cabuli 6 Murid Laki-lakinya.

Retrieved September 12, 2019, from Sindonews.com: https://jatim.sindonews.com

Handoko, T. H. (2009). Manajemen . Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Hasbullah. (2010). Otonomi Pendidikan. Jakarta: PT Rajawali Pers.

Isjoni. (2007). Saatnya Pendidikan kita Bangkit. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jackie Ambadar, Miranty Abidin, Yanty Isa. (2005). Menentukan Mitra Usaha. Jakarta:

Yayasan Bina Karya Mandiri.

James, M. (2006). Public Relations. australia: Australia Wide.

Kompri. (2017). Standardisasi kompetensi Kepala Sekolah. Jakarta: Kencana.

Makawimbang, J. H. (2012). Kepemimpinan Pendidikan Bermutu. Bandung: Alfabeta.

Mappiare, A. (2001). Psikologi Orang Dewasa: Bagi Penyesuaian dan Pendidikan.

Surabaya: Usaha Nasional.

Matondang, M. (2008). Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Manajemen Stratejik.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Montgomery, L. (2012). What is a Leader? Audioink.

Mu‟in, F. (2011 ). Pendidikan Karakter Konstruksi Teoretik & Praktik . Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media.

Muaddab, H. (2015). Menfollow Sang Presiden. Jawa Timur: Elhaf Publishing.

Muhaimin, Suti'ah, Sugeng Listyo P. (2012). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana.

85

Mulyana, D. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2006). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Jakarta: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Mulyasa, E. (2011). Menjadi Kepala Sekolah profesional. Bandung : PT. Remaja Rosda

Karya. cet ke-11.

Mulyasa, E. (2013). Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyono. (2008). Manajemen Administrasi & Organisasi pendidikan. Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media.

Munis, A. A. (tt). Orientasi Pendidikan dalam Perspektif Islam. Retrieved Maret 07, 2019,

from Academia: http://www.academia.edu

Murdiyatmoko, J. (2007). Sosiologi : Memahami dan mengkaji Masyarakat. Bandung :

Grafindo Media Pratama.

Musfah, J. (2017). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Musfah, J. (2018). Analisis Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Musfah, J. (2018). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Nugroho, H.A.R. Tilaar dan Riant. (2009). Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Nurhadi, M. (2014). Pendidikan Kedewasaan dalam perspektif Psikologi Islam.

Yogyakarta: Deepublis.

Nurhasanah. (2014). Hubungan Manajemen Maasyarakat dalam Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat Di Sekolah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah 1 Kepanjen Kabupaten

Malang. Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, http://etheses.uin-

malang.ac.id.

Pananrangi, A. R. ( 2017). Manajemen Pendidikan. Makasar: Celebes Media Perkasa.

Pateman, C. (2000). Participation and Democratic Theory. united kingdom: University

Cambridge.

PERMENDIKNAS Nomor 13 tahun 2007. (n.d.). Retrieved November 20, 2018, from

https://jdih.kemdikbud.go.id

Pidarta, M. (2004). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

86

Rachmawati, I. (2017, Juli 16). Ada Diskriminasi Terhadap Siswi Non Muslim di

Banyuwangi, Bupati Anas Marah. Retrieved September 10, 2019, from

Kompas.com: https://regional.kompas.com

Rahmadani, D. (2015). Persepsi Guru Terhadap Kompetensi Sosial Kepala Sekolah

Menengah Kejuruan (Smk) Negeri Di Kota Pariaman. jurnal administrasi

pendidikan, 953-1265. www.ejournal.unp.ac.id.

Rukmana. (2016). Strategi Membangun Brand Image dalam meningkatkan Daya Saing

Lembaga Pendidikan. Pascasarjana. UIN Malik Ibrahim Malang.,

http://etheses.uin-malang.ac.id.

Ruslan, R. (2003). Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Ruth Chambers, Kay Mohanna, Peter Spurgeon. (2007). How To Succed As a Leader. New

York: Radcliffe Publishing.

Siagian, S. P. (2015). Manajemen Sumber Daya Maanusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Somad Rismi dan Donni Juni Priansa. (2014). Manajemen Supervisi dan kepemimpinan

Kepala Sekolah. Bandung: Alfabeta.

Styani, E. (2018). Manajemen Kerjasama Sekolah Dengan Dunia Usaha Dan Dunia

Industri Dalam Meningkatkan Kompetensi Siswa (Studi Multikasus di SMKN 1

Rejotangan dan SMK Islam 1 Blitar). http://repo.iain-tulungagung.ac.id.

Subekti, R. (2005). Kamus Hukum. Bandung: Pradya Paramita.

Suderadjat, H. (2005). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Bandung: Cipta

Cekasa Grafika.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sumarni. (2018). Peran dan Fugsi Yayasan dalam Pengelolaan Pendidikan Madrasah.

Edukasi: jurnal penelitian pendidikan agama dan keagamaan, 218-231.

Supriyanto. (2018). Interaksi Sosial Antara Kepala Sekolah Dan Guru Di Smk

Muhammadiyah 2 Ngawi Tahun Pelajaran 2017/2018. Program Studi Manajemen

Pendidikan Islam Pascasarjana, http://eprints.iain-surakarta.ac.id/3217/.

Sutiyo. (2013). Kemampuan Berpikir dan Kepekaan Sosial Siswa SMP Negeri Eks RSBI

dan SSN di Kabupaten Ngawi. jurnal Unesa.

Sutoyo, A. (2000). Kiat Sukses Prof. Hembing. Jakarta: Prestasi.

Syafaruddin. (2008). Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Syaodih, N. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

87

Tangkilisan, H. N. (2007). Manajemen Publik. Jakarta: PT. Grasindo.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. (n.d.). Retrieved November

21, 2018, from https://jdih.kemenkeu.go.id

UPI, T. D. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Vivid dan Rohlen. (2007). . Pengaruh Iklim Organisasi dan Kedewasaan Terhadap Kinerja

Karyawan pada PT Graha Turki Arsitektika Jakarta. Business dan Management

journal Bunda Mulia, 53.

Wahjosumidjo. (2007). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wahjosumidjo. (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafido Persada.

Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajaran.

Pontianak: Alfabeta.

Zuriah, N. (2009). Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Zwell, M. (2000). Creating a Culture of Competence. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Wawancara:

Aisyah. Siswa. Sabtu, 31 Agustus 2019.

Aliya Zafira. Siswa. Sabtu, 31 Agustus 2019.

Aunur Rofiq. Guru. Ruang guru. Kamis, 29 Agustus 2019.

Frezy Tarisha. Siswa. Sabtu, 31 Agustus 2019.

Ilwan Halwani. Guru. Ruang guru. Sabtu, 31 Agustus 2019.

Khaeruddin. Masyarakat. Halaman rumah. Sabtu, 31 Agustus 2019.

Luthifah. Guru. Ruang guru. Sabtu, 31 Agustus 2019.

Nurazizah. Sekretaris Darunnajah. Baitul Waqif. Kamis, 29 Agustus 2019.

Nurhamid. Kepala Sekolah. Ruang kepala sekolah. Kamis 29 Agustus 2019.

Qomaruddin. Masyarakat. Halaman rumah. Sabtu, 31 Agustus 2019.

Shafa Aauliya. Siswa. Sabtu, 31 Agustus 2019.

Silan Susanto. Guru. Ruang guru. Kamis, 29 Agustus 2019.

Thalia Aqira. Siswa. Sabtu, 31 Agustus 2019.

Yuda Hasan. Guru. Ruang guru. Sabtu, 31 Agustus 2019.

88

Lampiran 1

Hasil Wawancara kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan

Nama :Nurhamid,M.Pd

Hari/ Tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019

1. Sebagai kepala sekolah, kompetensi sosial merupakan salah satu kompetensi yang

harus dimiliki oleh kepala sekolah. Menurut anda kompetensi sosial seperti apa yang

harus dimiliki oleh kepala sekolah?

Jawaban : Kompetesi sosial berhubungan dengan guru dan lingkungan sekolah. Jiwa

sosial harus dibina dengan semua stakeholder harus mampu merangkul dan

berkomunikasi bukan hanya dengan guru, dan siswa tetapi juga dengan masyarakat.

Serta mampu berkomunikasi dengan kepala sekolah lainnya untuk keberlangsungan

pendidikan.

2. Kegiatan sosial apa saja yang dilakukan antara SMA Darunnajah dengan

masyarakat?

Jawaban : Kegiatan sosial dengan masyarakat, kami memiliki kegiatan santunan

anak yatim bantuan untuk bencana, zakat, majelis taklim, serta sholat berjama‟ah

setiap hari jumat dan hari besar Islam. Untuk kegiatan sosial bantuan korban

bencana, kami memiliki lembaga khusus yaitu Biro kemasyarakatan yang mengatur

segala bentuk bantuan yang diperlukan untuk membantu korban bencana serta

mengawal jalannya kegiatan bantuan korban yang melibatkan siswa-siswi SMA dan

MA Darunnajah. Setiap masyarakat yang mengalami bencana yang berskala kecil

yang tidak diketahui beritanya oleh biro kemasyarakatan, maka masyarakat bisa

memberitahukan dan datang ke biro kemasyarakatn untuk meminta bantuan. Kami

juga memiliki ambulan yang dapat digunakan untuk membantu masyarakat yang

memerlukan.

Untuk masyarakat sekitar, kami juga melakukan majelis taklim setiap hari senin

ba‟da dzuhur sehingga masyarakat secara rutin dapat berinteraksi dengan warga

sekolah melalui nilai yang positif. Selain itu, kegiatan sosial bukan hanya untuk

masyarakat sekitar, namun juga kita melakukan pengandian masyarakat atau disebut

dengan Praktek Pengabdian Masyarakat (PPM) yang dilaksanakan untuk siswa-siswi

kelas 12 selama 2 minggu pada daerah terpencil. Kegiatan yang dilakukan yaitu

dengan membantu membina perilaku masyarakat yang kurang sesuai baik dalam

bidang sosial budaya, agama, seni, dll. Kegitan PPM ini mendapat respon sangat

positif karena selain membantu masyarakat pada daerah terpencil juga dapat melatih

interaksi siswa, kepercayaan diri, kedewasaan serta keingin tahuan siswa pada

lingkungan masyarakat.

3. Apakah Darunnajah Charity melibatkan santri SMA dalam kegiatan bakti sosial?

Jawaban : Ya, Darunnajah charity melibatkan santri SMA dalam membantu

menyalurkan bantuan kepada masyarakat. Melalui charity maka actionnya adalah

siswa yang menjaga posko bencana terutama yang dilibatkan adalah santri tingkat

SMA dan MA.

4. Kerja sama apa saja yang dijalin antara SMA Darunnajah dengan lembaga-lembaga

lain?

Jawaban : untuk kerja sama bukan hanya dari SMA Darunnajah namun secara

keseluruhan pesantren Darunnajah. Darunnajah lebih kepada badan usaha mandiri

yaitu Darunnajah memiliki koperasi yang lengkap bukan hanya makanan minuman

namun segala aksesoris keperluan siswa, perkebunan kelapa siswa yang bekerja

sama dengan kementerian pertanian, dan memiliki peternakan. Sedangkan untuk

kerjasama dengan pihak lain yaitu bekerja sama dengan alfamart dan bekerjasama

dengan 12 negara lainnya di antaranya Afghanistan, Taiwan, Thailand, Inggris,

Timor Leste, Australi, Guru, Turki, Mesir, dll.

5. Bentuk kerjasama apa saja yang dilakukan dengan 12 negara?

Jawaban : kerjasama hanya dalam bidang pendidikan, yaitu dengan pelaksanaan

pertukaran pelajar, beasiswa siswa dan guru. Sebagai contoh pada tahun ini terdapat

10 orang Afghanistan yang diterima di SMA Darunnajah, namun saat ini hanya

tinggal 1 orang yang mampu beradaptasi dengan baik dan berada di lingkungan

Darunnajah. Karena kebanyakan dari para penerima beasiswa dari luar negeri

mereka datang tidak bisa berbahasa inggris maupun arab jadi bahasa awal yang

masih mereka gunakan adalah bahasa negaranya masing-masing.

6. Bagaimana cara anda mengendalikan siswa dan guru pada lingkungan internal agar

tidak terengaruh dengan lingkungan luar?

Jawaban : masyarakat sekolah tidak bisa keluar lingkungan sekolah dengan

sembarangan, siswa tidak boleh membawa hp untu menghindari pengaruh negatif,

bagi setiap siswa yang melanggar akan terdapatsanksi yag akan diterima, sedangkan

ada saat hari libur yaitu hari jumat setiap siswa yang memiliki agenda keluar

lingkungan sekolah harus tetap didampingi oleh guru pembimbing sehingga tetap

ada yang mengawasi.

7. Kerjasama seperti apa yang dilakukan SMA Darunnajah dengan yayasan ?

Jawaban : dengan yayasan terkait dalam pendidikan terdapat rapat rutin mingguan

dibentuk tim yang dinamakan tim 19 yang terdiri dari para kepala sekolah, kepala

biro TK Sampai dengan perguruan tinggi. Rapat diselenggarakan di pusat pondok

pesantren di Jakarta dan membahas mengenai perkembangan seluruh pesantren dari

17 cabang yang ada.

8. Dalam keterlibatan dalam orgnisasi di masyarakat, organisasi apa saja yang bapak

terlibat di dalamnya?

Jawaban : saya termasuk dalam Forum Komunikasi Kepala Sekolah (FKKS) Jakarta

Selatan 1 dan Forum Komunikasi Kepala Sekolah (FKKS) Rayon 11 yang terdiri

dari sekolah negeri dan swasta. Kegiatan dilakukan satu bulan sekali biasanya

dengan mengadakan seminar. Selain itu juga menjadi Khatib rutin di pesantren

Darunnajah.

Hasil Wawancara bagian Kesekratariatan Darunnajah Jakarta Selatan

Nama : Nur Azizah

Hari/ Tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019

1. Apakah ada kerja sama yang dilakukan SMA Darunnajah Jakarta Selatan dengan

pihak luar?

Jawaban: ada, mengenai kerja sama tidak hanya antara SMA Darunnajah tapi untuk

pondok pesantren Darunnajah ini termasuk di dalamnya melibatkan para santri dari

SMA Darunnajah.

2. Terkait kerja sama yang dijain, apa saja bentuk kerja sama yang dilakukan?

Jawaban: Pondok Pesantren Darunnajah memiliki badan usaha mandiri diantaranya

Tour & travel Darunnajah, Peternakan, Perkebunan kelapa sawit, koperasi yang

menjual segala aksesoris kebutuhan santri. Sedangkan kerjasama dengan badan

swasta di antaranya terdapat alfamart, Bank Muamalat, Bank Permata, dan pesantren

Gontor(Kurikulum).

3. Apakah ada kerja sama yang dilakukan terhadap lembaga di luar negeri?

Jawaban: iya ada di sekitar 12 negara, dari negara asia yang terdekat yaitu Malaysia

hingga ada ke negara eropa.

4. Apakah kerja sama yang dilakukan dengan pihak luar negeri memiliki Mou?

Jawaban: ya dengan lembaga pendidikan di luar negeri, kami memiliki perjanjian

yang dimuat dalam Mou sebagai bentuk kerja sama yang resmi dilakukan antara

pondok pesantren Darunnajah Jakarta dengan lembaga di luar negeri. Kerja sama di

luar negeri lebih kepada bidang pendidikan pertukaran pelajar, beasiswa guru dan

murid.

Hasil Wawancara guru SMA Darunnajah Jakarta

Nama : Silan Susanto, M.Pd

Hari/ Tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019

1. Apakah kepala sekolah memiliki kompetensi sosial yang baik?

Jawaban : ya, dengan memperhatikan tentang keadaan guru khususnya tentang

kesehatan, kesejahteraan, serta keadaan lingkungan yang bersih, tersedia klinik.

2. Bagaimana cara komunikasi kepala SMA Darunnajah?

Jawaban : baik, cara bahasanya sopan

3. Apakah kepala sekolah sering melakukan interaksi dengan guru?

Jawaban : sering melakukan interaksi dengan guru tentang I‟dad atau rencana

pembelajaran (RPP). Setiap pagi, kepala sekolah menyapa guru di ruang Rektorat.

4. Apakah kepala sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru?

Jawaban: Kami juga sering berinteraksi ketika sedang rapat rutin dan melalui kegiatan

MGMP Internal yang dilakukan untuk guru di dalam sekolah setiap hari sabtu dibagi

permata pelajaran.

5. Bagaimana bentuk pengawasan kepala sekolah yang dilakukan terhadap guru?

Jawaban : memantau jam mengajar, keliling kelas melihat kedatangan guru,

memberikan penilaian masuk kelas, memeriksa administrasi mengajar guru.

6. Bagaimana cara kepala sekolah menghadapi konflik atau kenakalan remaja ?

Jawaban : di Darunnajah untuk santri melanggar aturan, terdapat biro santri yang

memiliki aturan-aturan tentang kedisiplinan terhadap santri. Santri yang melanggar

aturan berat maka akan dipindahkan ke pesantren cabang, apabila dipindahkan ke

sekolah lain selain Darunnajah maka kepala sekolah yang memiliki kewenangan.

Hasil Wawancara guru SMA Darunnajah Jakarta Selatan

Nama : Aunur Rofiq, M.M

Hari/ Tanggal : Kamis, 29 Agustus 2019

1. Kegiatan sosial seperti apa yang diberikan untuk guru?

Jawaban : terdapat Kesejahteraan Sosial Guru (KSG) merupakan bantuan untuk guru

yang mengalami musibah dan sakit. Kepala sekolah sering ikut menjenguk apabila

tidak sedang memiliki kegiatan penting lainnya, apabila berhalangan hadir maka

kepala sekolah mengutus beberapa orang untuk mewakili. Selain itu, guru juga

memperoleh persentase dalam penerimaan gaji yaitu sebesar 35% berupa gaji yag

diterima oleh guru, 35% merupakan investasi untuk biaya kuliah, 30% lagi merupakan

operasional guru di SMA Darunnajah.

2. Bagaimana cara komunikasi kepala SMA Darunnajah?

Jawaban : baik, komunikatif, interpersonal bagus, karena termasuk baru belum terlihat

jelas, namun selama ini baik sering menyapa. Secara individu tegas dan selalu

memberikan solusi yang tepat.

3. Apakah kepala sekolah sering melakukan interaksi dengan guru?

Jawaban : interaksi sering, baik secara formal maupun nonformal, berbincang-bincang

saat istirahat.

4. Apakah kepala sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru?

Jawaban : ya melalui rapat, kumpul MGMP, mengavaluasi setiap program melalui

rapat tim 19 yang kemudian disosialisasikan dalam rapat guru.

5. Bagaimana bentuk pengawasan kepala sekolah ynag dilakukan terhadap guru?

Jawaban : melalui supervisi, dipanggil secara personalia apabila ada guru yang

melanggar aturan.

6. Bagaimana cara kepala sekolah menghadapi konflik perbeddaan pendapat antar guru ?

Jawaban : dipecahkan secara bersama, penyelesaian masalah dapat dilakukan secara

individual maupun dalam rapat.

Hasil Wawancara guru SMA Darunnajah Jakarta Selatan

Nama : Ilwan Halwani, S.Ag, M.Pd

Hari/ Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019

1. Kegiatan sosial seperti apa yang diberikan untuk guru?

Jawaban : Kepala sekolah memiliki kepekaan, inisitaif dan memfasilitasi serta

mengajak perwakilan untuk menjenguk guru yang sakit atau terkena musibah.

Terdapat juga beasiswa bukan hanya pada siswa namun juga untuk guru. Selaain itu,

anak guru yang bersekolah di Darunnajah juga mendapatkan potongan biaya tapi

antara setiap guru memperoleh potongan yang berbeda sesuai dengan jumlah anak

dan posisi guru di pesantren potongan yang diperoleh sebesar 15% s/d 75%.

2. Bagaimana cara komunikasi kepala SMA Darunnajah?

Jawaban : komunikasi baik, tipe orang yang tidak bisa marah, selalu lembut, santai

dan menerima kritikan.

3. Apakah kepala sekolah sering melakukan interaksi dengan guru?

Jawaban : sering berinteraksi, secara formal maupun nonformal dengan komunikasi

yang baik.

4. Apakah kepala sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru?

Jawaban : pengarahan setiap satu minggu sekali secara rutin, rapat wali kelas dan

guru. Menyampaikan evaluasi minggu lalu dan minggu akan datang

5. Bagaimana bentuk pengawasan kepala sekolah yang dilakukan terhadap guru?

Jawaban : untuk supervisi tidak rutin, terkadang dilakukam dalam satu bulan dapat

dilakukan 2 sampai 2 kali. Dalam melakukan supervisi, kepala sekolah membentuk

tim supervisi. Yang biasa di supervisi oleh kepala sekolah yaitu RPP, rencana harian.

Dalam pengecekan rencana harian guru, kepala sekolah menunggu di pintu masuk

lantai dasar untuk memerikssa segala administrasi kelengkapan mengajar guru.

6. Bagaimana cara kepala sekolah menghadapi konflik perbedaan pendapat antar guru ?

Jawaban : dengan kedewasaan, cukup bagus tidak membuat keputusan sendiri, selalu

bertanya.

Hasil Wawancara guru SMA Darunnajah Jakarta Selatan

Nama : Luthifah, M.Pd

Hari/ Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019

1. Kegiatan sosial seperti apa yang diberikan untuk guru?

Jawaban : kesejahteraan guru untuk guru yang sakit, melahirkan, di rawat, menikah,

dan takziyah. Takziyah yaitu menjenguk guru atau kerabat terdekat dengan guru.

Kepala sekolah sering ikut dalam menjenguk. Selain itu juga terdapat potongan harga

untuk anak guru yag bersekolah di Darunnajah.

2. Apakah kepala sekolah sering melakukan interaksi dengan guru?

Jawaban : sering berinteraksi, beliau komunikatif, instruksi jelas, orang yang baik.

Sering bertemu dan di arahkan.

3. Apakah kepala sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru?

Jawaban : iya, pengarahan melalui rapat. Terdapat rapat pengarahan wali kelas. Har

kamis seluruh guru rapat, kepala sekolah yang menyetujuinya.

4. Bagaimana bentuk pengawasan kepala sekolah yang dilakukan terhadap guru?

Jawaban : setiap pagi, kepala sekolah memeriksa persiapan berkas mengajar guru. Dan

memberikan tugas kepada pengawas sekolah untuk setiap hari keliling melihat kelas

padda saat jam pelajaran.

5. Bagaimana cara kepala sekolah menghadapi konflik perbedaan pendapat antar guru ?

Jawaban : beliau biasa mendengarkan, kemudian memusyawarahkan

mengkomunikasikan konsekuensi positif dan negatif serta menerima segala pendapat.

Hasil Wawancara guru SMA Darunnajah Jakarta Selatan

Nama : Yuda Hasan, M.Pd

Hari/ Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019

1. Kegiatan sosial seperti apa yang diberikan untuk guru?

Jawaban : terdapat keringanan 60% untuk anak guru dan siswa, terdapat bakti sosial

dan PPM (Praktek Pengabdian Masyarakat). Selain beasiswa, guru juga mendapat gaji

pokok yang terbagi menjadi tunjangan beras, transportasi, uang saku untuk anak maks.

2 anak. Guru yang sakit diberikan bantuan kesejahteraan guru serta disela kesibukan

kepala sekolah menyempatkan diri menjenguk guru yang sakit.

2. Bagaimana cara komunikasi kepala SMA Darunnajah?

Jawaban : komunikasi bagus, tidak ada jarak antara kepala sekolah, sering menyapa

namun tetap harus ada etika dalam berinteraksi.

3. Apakah kepala sekolah sering melakukan interaksi dengan guru?

Jawaban : setiap hari berinteraksi di ruang guru dan lingkungan sekolah baik secara

formal melalui rapat guru maupun non formal.

4. Apakah kepala sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru?

Jawaban : kepala sekolah sering memberikan pengarahan dan bimbingan kepada guru.

Terdapat waktu khusus dalam memberikan arahan. Terdapat materi dan mengingatkan

batasan-batasan pembelajaran.

5. Bagaimana cara kepala sekolah menghadapi konflik perbedaan pendapat antar guru ?

Jawaban : mengakomodasi, menengahi, memberikan solusi yang bisa diterima oleh

kedua pendapat belah pihak. Kepala sekolah juga mau menerima pendapat, serta

terbuka untuk menerima kritik dan saran, selalu bermusyawarah dalam mengambil

keputusan.

Instrumen Wawancara siswa

Nama : Aliya Zafira

Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019

1. Apakah anda serign berinteraksi dengan kepala sekolah ?

Jawaban : sering tegur sapa dan bertemu di sekitar sekolah

2. Kegiatan sosial apa saja yang dilakukan oleh sekolah yang melibatkan para siswa?

Jawaban : ada kegiatan santri organisasi (Ekskul) yaitu bakti sosial Jamiyyah, kegiatan

bakti sosial Jamiyyah ini siswa ke cabang Darunnajah untuk ke warga sekitar

membarikan bantuan seperti mengajar anak-anak TK, belajar mengaji. Biasanya yang

terlibat dalamm kegiatan bakti sosial adalah OSDN (Organisasi Santri Darunnajah).

3. Media apa saja yang digunakan untuk menghubungkan orang tua anda dengan pihak

sekolah ?

Jawaban : santri dapat menggunakan wartel dengan menggunakan smart call yang

dapat diisi ulang. Kemudian bisa juga dengan melalui ustazah pembimbing sebagai

perantara dengan orang tua dan dapat juga melalui wali kelas.

4. Apakah kepala sekolah merupakan pemimpin yang baik dalam berkomunikasi dengan

siswa?

Jawaban : cara berkomunikasi kepala sekolah ramah dan selalu sopan

Instrumen Wawancara siswa

Nama : Shafa Auliya

Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019

1. Apakah anda serig berinteraksi dengan kepala sekolah ?

Jawaban : sering bertemu, biasanya hanya saling menyapa ucap salam

2. Kegiatan sosial apa saja yang dilakukan oleh sekolah yang melibatkan para siswa?

Jawaban : ada bakti sosial di organisasi sekolah namanya bakti sosial Jamiyyah,

biasanya membantu masyarakat memberikan sembako, pakaian-pakaian dan mengajar.

3. Media apa saja yang digunakan untuk menghubungkan orang tua anda dengan pihak

sekolah ?

Jawaban : melalui musrifah atau pembimbing yang ada di kamar, dan melalui wali

kelas. Selain itu juga akan terdapat media Darunnajah smart system (DSS) untuk

meghubungkan orang tua dengan siswa, orang tua dapat memantau absen siswa

melalui DSS ini.

4. Apakah kepala sekolah merupakan pemimpin yang baik dalam berkomunikasi dengan

siswa?

Jawaban : selalu ramah, kalau bertemu belum mengucap salam ustad hamid sering

mengucap salam duluan menyapa santri. Selain itu, cara berkomunikasinya juga baik,

tidak kaku, tidak tegang, suka bercanda jika lagi memberikan pengarahan.

Instrumen Wawancara siswa

Nama : Thalia Aqira

Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019

1. Apakah anda serig berinteraksi dengan kepala sekolah ?

Jawaban : ngobrol pernah, sering tegur sapa bertemu di sekolah karena Ustad

Nurhamid suka mengitar di jam pelajaran dan suka mengawasi jam belajar malam.

2. Kegiatan sosial apa saja yang dilakukan oleh sekolah yang melibatkan para siswa?

Jawaban : ada kegiatan bakti sosial, setiap tahun ada dan tahun ini akan ke Cikesik

Banten. Bakti sosilanya biasa fokus pada anak-anak kecil mengajarkan kosa kata

bahasa Arab yag ringan. Untuk ibu-ibu biasanya memberikan pendalaman tentang

agama. Dan terdapat juga bakti sosial dengan menyalurkan zakat.

3. Media apa saja yang digunakan untuk menghubungkan orang tua anda dengan pihak

sekolah ?

Jawaban : medianya melalui telepon di wartel menggunakan smart call dan juga

melalui musrifah santri bisa melapor ke musrifah untuk menghubungi orang tua.

4. Apakah kepala sekolah merupakan pemimpin yang baik dalam berkomunikasi dengan

siswa?

Jawaban : cara bicara tertata, full bahasa Arab, pembawaannya santai, suka bercanda

supaya tidak serius-serius banget.

5. Apakah kepala sekolah selalu mensosialisasikan segara peraturan atau kebijakan baru

di sekolah?

Jawaban : penyampaian peraturan baru melalui wali kelas, ada juga pembinaan dengan

santri dikumpulkan pada saat akan ujian Mid semester dan juga melalui saat upacara.

Instrumen Wawancara siswa

Nama : Frezy Tarisha

Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019

1. Apakah anda serig berinteraksi dengan kepala sekolah ?

Jawaban : sering bertemu jika sedang kedaerah kantor guru, pada saat belajar malam

saling menyapa.

2. Kegiatan sosial apa saja yang dilakukan oleh sekolah yang melibatkan para siswa?

Jawaban : ada beasiswa untuk anak kurang mampu tapi memiliki kemampuan

menghafal Al-Qur‟an.

3. Media apa saja yang digunakan untuk menghubungkan orang tua anda dengan pihak

sekolah ?

Jawaban : melalui Musyrifah dan wali kelas untuk membantu berkomunikasi dengan

orang tua, dan juga dengan Darunnajah Smart System (DSS) yaitu dengan pengabsenan

setiap satu jam dan di absen oleh guru secara digital melalui Hp guru dan orang tua

bisa melihat pada saat ambil raport.

4. Apakah kepala sekolah merupakan pemimpin yang baik dalam berkomunikasi dengan

siswa?

Jawaban : baik, setiap disapa selalu menjawab dengan santun dan senyum.

5. Apakah kepala sekolah selalu mensosialisasikan segara peraturan atau kebijakan baru

di sekolah?

Jawaban : iya peraturan baru melalui perantara pengawas sekolah dan wali kelas.

Instrumen Wawancara siswa

Nama : Aisyah

Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019

1. Apakah anda serig berinteraksi dengan kepala sekolah ?

Jawaban : lumayan sering bertemu, menyapa dengan salam, nanya kabar, pada proses

belajar, dan dalam acara-acara besar.

2. Kegiatan sosial apa saja yang dilakukan oleh sekolah yang melibatkan para siswa?

Jawaban : suka ada bakti sosial ke cabang Darunnajah dan membantu yang kurang

mampu pada saat libur sekolah.

3. Media apa saja yang digunakan untuk menghubungkan orang tua anda dengan pihak

sekolah ?

Jawaban : melalui DSS (Darunnajah Smart System), wartel, melalui perantara

Musyrifah dan wali kelas.

4. Apakah kepala sekolah merupakan pemimpin yang baik dalam berkomunikasi dengan

siswa?

Jawaban : baik, menyapaikan komunikasi secara halus, tidak membosankan.

5. Apakah kepala sekolah selalu mensosialisasikan segara peraturan atau kebijakan baru

di sekolah?

Jawaban: iya melalui perantara wali kelas, jika peraturannya tiba-tiba dapat

disampaikan dari guru atau dari OSDN.

Instrumen Wawancara masyarakat

Nama :Khaeruddin (Erik)

Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019

1. Apakah kepala sekolah SMA Darunnajah Jakara Selatan memiliki cara berkomunikasi

yang baik?

Jawaban: Kepala sekolah SMA saya pernah bertemu , semua pimpinan di Darunnajah

sopan termasuk kepala SMA.

2. Apakah SMA Darunnajah Jakarta Selatan sering terlibat langsung dalam kegiatan

sosial di masyarakat?

Jawaban : iya pemimpin mau terlibat dan terjunlangsung ke lapangan saat kegiatan

sosial.

3. Pernahkah terjadi konflik antara internal SMA Darunnajah Jakarta Selatan dengan

masyarakat sekitar baik konflik individual maupun kelompok?

Jawaban : hubungan dengan masyarakat aman-aman saja tidak pernah terjadi masalah.

4. Kegiatan sosial seperti apa saja yang dilakukan antara SMA Darunnajah Jakarta

Selatan dengan masyarakat?

Jawaban: sholat jumat berjama‟ah dengan semua warga sekolah dan masyarakat, buka

puasa bersama 1x dalam 30 hari, qurban, zakat, santunan anak yatim SD, SMA, MAN,

dan juga siswa dilibatkan dalam kegiatan masyarakat seperti makan bersama, olahraga

bersama, terdapat juga santunan korban bencana, selain itu juga Darunnajah

mnenyediakan fasilitas ambulans dan alat kesehatan bagi masyarakat yang

memerlukan bantuan.

Instrumen Wawancara masyarakat

Nama : Qomaruddin

Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2019

1. Apakah kepala sekolah SMA Darunnajah Jakara Selatan memiliki cara berkomunikasi

yang baik?

Jawaban: belum pernah melihat kepala sekolah SMA Darunnajah Jakarta Selatan jadi

tidak mengetahui mengenai caa berkomunikasi kepala sekolah, biasanya kegiatan

sekolah hanya mengutus para santri SMA yang diutus kemasyarakat.

2. Kegiatan sosial seperti apa saja yang dilakukan antara SMA Darunnajah Jakarta

Selatan dengan masyarakat?

Jawaban : sering terlibat dalam kegiatan masyarakat seperti santri keluar masjid

terdekat untuk sholat berjama‟ah, santunan anak yatim, warga sering diundang buka

puasa bersama dari RW 1 s/d 9 Kelurahan Ulul Jami, pada saat lebaran haji

menyumbangkan satu ekor ke setiap kelurahan, pos polisi, daerah tetangga

mendapatkan sau ekor, kupon daging qurban pun disalurkan per RT di 4 RW. Selain

itu juga tanggap terhadap musibah dan memberikan sumbangan berupa sembako.

3. Pernahkah terjadi konflik antara internal SMA Darunnajah Jakarta Selatan dengan

masyarakat sekitar baik konflik individual maupun kelompok?

Jawaban : Alhamdulillah tidak ada, namun sekarang ini ustad-ustadnya yang keluar

kemasyarakat kurang membaur dengan masyarakat, dominan ustad-ustad yang baru

masih muda kurang membaur.

Lampiran 2

Instrumen Observasi

No Uraian Pengamatan Deskripsi Hasil Pengamatan

1. Keadaan Fisik Sekolah

Keadaan fisik sekolah

merupakan sekolah yang tertata

dengan baik dari mulai

pengamanan gerbang masuk

hingga kedalam masing-masing

ruangan.

Pada saat peneliti hadir

melakukan penelitian sedang

terdapat bangunan yangs edang

dibangun untuk ruang kelas yag

akan difungsikan untuk siswa

SMA. Sehingga keadaan sekitar

lumayan berdebu dengan adanya

pembangunan, namun tidak

mengganggu kegiatan di sekolah

tersebut karena untuk lalu lintas

para siswa dan guru masih

tersedia jalan yang luas serta

para pekerja bangunan terlihat

sangat tertata rapih dan aman

dalam menyimpan segala bahan

bangunan yang diperlukan.

2. Sarana dan prasarana sekolah

Sarana dan prasarana sekolah

lengkap dari fasilitas kelas yang

sudah memadai, sarana dan

prasarana ektrakurikuler serta

prasarana lainnya seperti masjid,

UKS, fasilitas olahraga yang

telah tersedia dengan baik.

Terdapat alfamart, kopperasi,

bank milik swasta, bank milik

pondok pesantren, wartel yang

bernama SmartelSantri.

3. Tata Cara berbahasa masyarakat

lingkungan sekolah

Dari segi tata bahasa saat

peneliti melakukan kunjungan

ke SMA Darunnajah yaitu para

siwa, tenaga pendidikan dan

kependidikan di SMA

Darunnajah memiliki tata cara

berkomunikasi yang baik, sopan

santun serta ramah tamah

terhadap tamu yang hadir.

Selama peneliti melakukan

observasi terhadap lingkungan

sekolah, tidak ditemukan adanya

siswa-siswi yang berkata kasar

baik terhadap guru maupun

kesesama teman.

4. Interaksi Kepala Sekolah

Kepala SMA Darunnajah

JakartaSelatan merupakan orang

yang humble tidak memberikan

kesan kaku ketika peneliti

pertama kali bertemu,

komunikasinya baik.

Selama peneliti melakukan

penelitian di SMA Darunnajah

Jakarta Selatan, kepala sekolah

juga bersedia membimbing dan

mengarahkan peneliti untuk

memenuhi segala kebutuhan

penelitian yang diperlukan.

5. Iklim sekolah

Iklim sekolah sangat kondusif

karena terus diawasi oleh

banyak guru pembimbing. Dan

bahasa yang digunakan yaitu

bahasa Arab dan bahasa Inggris

sesuai dengan jadwal yang telah

digunakan dalam berbahasa

sehari-hari dilingkungan

sekolah. Para siswa taat pada

aturan, ketika waktu sholat akan

bersama-sama pergi ke masjid.

Selain itu, para siswa juga

berpakaian rapih dan tidak

terdengar kegaduhan di saat jam

pelajaran.

Lampiran 3

Lampiran 4

Daftar Lembaga Pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami

a. TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) Darunnajah

b. Playgroup dan TK Islam Darunnajah

c. SD Islam Darunnajah

d. MTs, MA dan SMA (bagian dari TMI: Tarbiyyatul Mu'allimin/at Al- Islamiyyah)

Darunnajah

e. STAI Darunnajah, Jurusan Tarbiyah dan Syari'ah

f. PGTK Darunnajah

Daftar Pondok Pesantren Darunnajah

a. Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan

b. Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining, Cigudeg, Bogor, Jawa BaratPondok

Pesantren Putri Al-Manshur Darunnajah 3 Serang, Banten

c. Pondok Pesantren Tsurayya Darunnajah 4 Serang, Banten

d. Pondok Pesantren An-Nahl Darunnajah 5, Ciseureuh, Tanjungan, Cikeusik,

Pandeglang, Banten\

e. Pondok Pesantren An-Nakhil Darunnajah 6, Pasar Bantal, Teramang Jaya, Mukomuko,

Bengkulu

f. Pondok Pesantren An-Nur Darunnajah 8, Cidokom, Gunung Sindur, Bogor, Jawa

Barat

g. Pondok Pesantren Al-Hasanah Darunnajah 9, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten

h. Kampus Daud Ali Darunnajah 10 Bintaro, Jakarta Selatan, DKI Jakarta

i. Pondok Pesantren Al-Barakah Darunnajah 11, Seluma, Bengkulu

j. Pondok Pesantren Al-Harakah Darunnajah 12, Dumai, Riau

k. Pondok Pesantren Tahfizh al-Qur'an Rabi'ul Qulub Darunnajah 13, Cidokom, Gunung

Sindur, Bogor

l. Pondok Pesantren Nurul Ilmi Darunnajah 14, Paleuh, Serang, Banten

m. Taman Pendidikan al-Qur'an Muhammad Amin Darunnajah 15, Sumur Meleleh, Teluk

Segara, Bengkulu

n. Pondok Pesantren Darunnajah 16, Gunung Pasir Jaya, Sekampung Udik, Lampung

Timur, Lampung

o. Pondok Pesantren Tahfizh al-Qur'an Ummul Mukminin, Darunnajah 17, Ciomas,

Serang, Banten

Lampiran 5

Daftar Guru SMA Darunnajah

Tahun 2019/2020

No. Nama Guru Mata Pelajaran

1 Nasirin, S.Pd.I Bahasa Arab

2 Henry Wibowo, S.Pd Bahasa Indonesia

3 Fady Zulham Shah Bahasa Inggris

4 Yunitasari, S.Pd Biologi

5 Suwaryo Ngatno Suwito, S.Ag(H.) Ekonomi LM

6 Muhammad Imam Sobirin Fisika

7 Dina Hadi Lana, S.Pd Kimia

8 Sri Nurlaily, M.Pd.,(Dr.) Maatematika

9 Rouhun Syifa Khoironi, M.Pd Matematika peminatan

10 Junaedi Rianto, S.Sy Sejarah Indonesia

11 Tanri Wicaksono, S.Pd Tarbiyah

12 Rike Nofrita Sari, S.Pd Fisika

13 Duna Izfanna, M.Ed.Psy., Ph.D Grammar

14 Bety Setyaningrum. S.Pd Kimia

15 Muhammad Irfanudin Kurniawan,

M.Ag Bahasa Arab

16 Mulyani, S.Pd Bahasa Indonesia

17 Lutifah Huzaidah, M.Pd Bahasa Inggris

18 Shara Puspita S. Roegers Grammar

19 Robby Leovans, S.Pd Maatematika peminatan

20 Tintin Rohmayatin, S.Sos Pend. Kewarganegaraan

21 Ana Rahmawati, S.Pd Tarbiyah

22 Yuliani, S.Ag Bahasa Arab

23 Lela Juwita Sari, S.Pd Biologi

24 Yuda Hasan Sulaeman, M.Pd Bahasa Inggris

25 Supian Sodik, S.E., M.M Ekonomi LM

26 Nurhakim, S.Pd Pend. Kewarganegaraan

27 Abdillah, M.Pd (H.) Sejarah Indonesia

28 Mustofa Hadi Chirin, (Drs. H.) Tarbiyah

29 Aunur Rofiq, M.M., (Drs. H.) Tarbiyah

30 Solikhah Bz, S.Pd Fisika

31 Tri Cahya Mulia, S.Ag Matematika

32 Syarif Hidayatullah, S.Ag Pend. Kewarganegaraan

33 Silan Susanto, M.Pd Bahasa Indonesia

34 Rizma Ilfil, M.I.Kom.,(Hj.) Bahasa Inggris

35 Novika Handayani, S.Pd Ekonomi LM

36 Defi Aryani Matematika

37 Sri Hidayati, M.Hum Sejarah Indonesia

38 Dr. K.H. Sofwan Manaf, M.Si Tarbiyah

39 Herlinda, S.Pd Bahasa Indonesia

Lampiran 6

Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2019/2020

Kelas Laki-Laki Perempuan

10/MIA-1 24 -

10/MIA-2 26 -

10/MIA-3 - 35

10/MIA-4 - 32

Jumlah 50 67

11/MIA-1 27 -

11/MIA-2 28 -

11/MIA-3 - 33

11/MIA-4 - 31

Jumlah 55 64

12/MIA-1 27 -

12/MIA-2 23 -

12/MIA-3 - 35

12/MIA-4 - 33

Jumlah 50 68

Lampiran 7

Kurikulum SMA Darunnjah

Lampiran 8

Tata tertib SMA Darunnajah Jakarta Selatan

Lampiran 9

Jadwal belajar

Lampiran 10

dokumen SmartelSantri

Lampiran 11

Foto kegiatan SMA Darunnajah Jakarta Selatan

Foto peneliti dengan Kepala SMA Darunnajah Jakarta Selatan Ustad. H. Nurkhamid, LC.,M.Pd

Koperasi Darunnajah

ruang Kelas SMA Darunnajah

sholat berjama'ah bersama masyarakat

Berbuka puasa dengan Masyarakat

perkebunan sawit Pondok pesantren Darunnajah

Kerja bakti

Bakti Sosial

Bakti Sosial

Kegiatan Qurban

Penggalangan dana

kunjungan ke universitas di Malaysia

kunjungan lembaga luar negeri ke Darunnajah Jakarta

kegiatan perlombaan

olahraga bersama masyarakat sekitar

Mengikuti pertandingan

Kegiatan rapat

Rapat Internal

Lampiran 12