bab 2 kajian pustaka 2.1 keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/bab 2.pdf · 2.1 keluarga 2.1.1 definisi...

31
5 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal satu atap dan memiliki rasa ketergantungan satu sama lain. Sedangkan menurut Friedman, keluarga merupakan sekelompok orang yang dihubungkan oleh perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang memiliki keterikatan aturan dan emosional, serta memiliki peran masing-masing sebagai bagian dari keluarga (Wiratri, 2018). 2.1.2 Bentuk Keluarga Keluarga dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk berdasarkan jenis anggota keluarganya, yaitu nuclear family, extended family, blended family, serial family, composite family, cohabitation family, conjungal family, keluarga Dyad, single parent, dan commune family (Setyawan, 2016). Nuclear family adalah bentuk keluarga dengan anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. Extended family ialah keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang tinggal bersama dibawah satu atap (satu rumah), yaitu ayah, ibu, anak-anak, paman, tante, kakek, nenek, dan keponakan. Blended family adalah keluarga yang

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

5

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal satu atap dan

memiliki rasa ketergantungan satu sama lain. Sedangkan menurut

Friedman, keluarga merupakan sekelompok orang yang dihubungkan

oleh perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang memiliki keterikatan

aturan dan emosional, serta memiliki peran masing-masing sebagai

bagian dari keluarga (Wiratri, 2018).

2.1.2 Bentuk Keluarga

Keluarga dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk

berdasarkan jenis anggota keluarganya, yaitu nuclear family, extended

family, blended family, serial family, composite family, cohabitation

family, conjungal family, keluarga Dyad, single parent, dan commune

family (Setyawan, 2016).

Nuclear family adalah bentuk keluarga dengan anggota keluarga

yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. Extended family ialah

keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang tinggal bersama dibawah

satu atap (satu rumah), yaitu ayah, ibu, anak-anak, paman, tante,

kakek, nenek, dan keponakan. Blended family adalah keluarga yang

Page 2: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

6

terdiri dari janda atau duda yang menikah kembali dan membesarkan

anak dari perkawinan sebelumnya. Serial family merupakan keluarga

yang terdiri dari laki-laki atau perempuan yang sudah menikah

berkali-kali namun hanya sekali memiliki nuclear family dalam

hidupnya (Efendi & Makhfudli, 2009).

Composite family merupakan keluarga dengan perkawinan

poligami yang hidup bersama dalam satu rumah. Cahabitation family

ialah keluarga atau pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan

perkawinan. Conjungal family adalah nuclear family yang memiliki

interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.

Keluarga “Dyad” adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri

tanpa anak. Single Parent adalah rumah tangga yang terdiri dari salah

satu orang tua (ayah atau ibu) dan anak (kandung atau angkat) yang

disebabkan karena perceraian atau kematian. Commune family adalah

beberapa pasangan keluarga yang tidak ada hubungan kekerabatan dan

tinggal bersama dalam satu rumah, dengan latar belakang pengalaman

yang sama, fasilitas yang sama, dan membesarkan anak bersama

melalui aktivitas kelompok (Setyawan, 2016).

2.1.3 Fungsi Keluarga

Menurut Friedman dalam Depkes RI, (2016), fungsi keluarga ada

lima, yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi

ekonomi, dan fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan.

Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang

paling mendasar. Fungsi afektif berguna untuk perkembangan

Page 3: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

7

individu dan pemenuhan kebutuhan psikososial anggota keluarga.

Keberhasilan dalam melaksanakan fungsi afektif tampak pada

kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Setiap

anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif, perasaan

saling menyayangi, saling menguatkan, dan saling memiliki. Fungsi

afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan

keluarga. Kenakalan anak, perceraian, atau masalah keluarga sering

timbul sebagai akibat tidak terpenuhinya fungsi afektif (Setyawan,

2016).

Fungsi sosialisasi merupakan tempat untuk melatih anak serta

mengembangkan kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang

lain di luar rumah. Sosialisasi dimulai sejak lahir, dan keluarga

merupakan tempat pertama suatu individu untuk belajar bersosialisasi.

Anggota keluarga belajar mengenai disiplin, norma-norma, budaya di

dalam suatu keluarga maupun budaya di masyarakat sekitar, serta

belajar tentang perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam

keluarga. Fungsi reproduksi (the reproduction function) bertujuan

untuk mempertahankan generasi dan melanjutkan kelangsungan

keluarga. Fungsi ekonomi (the economic function) merupakan fungsi

keluarga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan masing-masing individu untuk

meningkatkan penghasilan serta memenuhi kebutuhan keluarga seperti

makan, tempat tinggal, dan pakaian. Fungsi keluarga ini sukar

Page 4: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

8

dipenuhi oleh keluarga dengan kondisi ekonomi di bawah garis

kemiskinan (Setyawan, 2016).

Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care

function) adalah fungsi keluarga yang bertujuan untuk

mempertahankan kondisi kesehatan anggota keluarga sehingga tetap

dapat memiliki produktivitas yang tinggi. Kemampuan keluarga dalam

memberikan asuhan keperawatan dapat mempengaruhi tingkat

kesehatan keluarga dan individu. Fungsi perawatan kesehatan ini

sangat penting bagi tenaga kesehatan keluarga yang profesional

sebagai pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga. Fungsi ini

dikembangkan sebagai tugas keluarga di bidang kesehatan.

Diharapkan keluarga dapat merawat anggota keluarga lain yang

sedang sakit dan dapat menentukan kapan anggota keluarga yang sakit

perlu dimintakan pertolongan tenaga profesional. Tingkat

pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit juga memengaruhi

perilaku keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan keluarga

(Efendi & Makhfudli, 2009).

Tugas keluarga dibidang kesehatan antara lain (Depkes RI, 2016):

1. Mengenali masalah kesehatan keluarga.

2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat untuk keluarga.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.

Page 5: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

9

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di

sekitarnya bagi keluarga.

2.1.4 Family Assessment Device (FAD)

Family Assessment Device adalah suatu instrumen yang dapat

mengukur fungsi keluarga dengan cara menilai enam dimensi dari

McMaster Model of Family Functioning (MMFF). McMaster Model

of Family Functioning merupakan konseptualisasi dari keluarga yang

didasarkan pada klinis, MMFF ini dapat mendeskripikan struktur dan

organisasi dari kelompok keluarga dan pola komunikasi antara

anggota keluarga yang dapat membedakan antara fungsi keluarga

sehat dan tidak sehat (Mansfield, et al., 2015).

Enam dimensi dari FAD tersebut adalah pemecahan masalah

(problem solving), komunikasi (communication), peran (roles), respon

afektif (affective responsiveness), keterlibatan afektif (affective

involvement), pengendalian tingkah laku (behavior control),

sementara skala ketujuh menilai fungsi umum (general functioning)

(Mansfield, et al., 2015).

a. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah mengacu pada kemampuan untuk

memecahkan masalah instrumental dan afektif. Masalah

instrumental berkaitan dengan masalah teknis dalam kehidupan

sehari-sehari seperti memutuskan lokasi tempat tinggal dan

pengaturan keuangan. Sedangkan masalah afektif merupakan

Page 6: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

10

masalah yang berhubungan dengan pengalaman emosi dan

perasaan (Mansfield, et al., 2015).

Keluarga dengan fungsi keluarga yang sehat akan membuat

langkah-langkah untuk menyelesaikan masalahnya, yaitu dengan

cara mendiskusikan permasalahan, mengkomunikasikan

permasalahan dengan anggota keluarga yang lain, serta

memutuskan tindakan yang tepat (Ryan, et al., 2012).

b. Komunikasi

Ada dua aspek yang dapat dilihat dalam komunikasi, yaitu

jelas atau terselubung, dan langsung atau tidak langsung. Pada

komunikasi yang jelas atau terselubung dapat dilihat apakah isi

dari pesan tersebut disampaikan melalui pernyataan yang jelas

atau hanya sebagai pernyataan kamuflase, ambigu, atau samar-

samar. Pada komunikasi yang dilihat dalam kontinum langsung

atau tidak langsung dapat dilihat apakah pernyataan tersebut

langsung ditujukan pada orang yang tepat atau dialihkan kepada

orang lain (Ryan, et al., 2012).

Berdasarkan pembagian area komunikasi tersebut, dapat

diidentifikasikan empat cara berkomunikasi, yaitu jelas dan

langsung, jelas dan tidak langsung, terselubung dan langsung,

terselubung dan tidak langsung. Keluarga dengan fungsi keluarga

yang sehat, komunikasi dilakukan secara langsung dan jelas pada

kedua area instrumental dan afektif. Sedangkan komunikasi yang

Page 7: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

11

tidak efektif adalah komunikasi yang kurang jelas dan tidak

langsung (Ryan, et al., 2012).

c. Peran

Peran mengacu pada cara di mana keluarga mengalokasikan

tanggung jawab, mengawasi masalah kesehatan dan

perkembangan, dan memelihara hubungan dengan keluarga besar

(Mansfield, et al., 2015).

d. Respon Afektif

Respon afektif menilai kapasitas anggota keluarga untuk

mengalami spektrum penuh emosi manusia, dan melakukannya

dengan cara yang sesuai dengan apa yang dituntut situasi

(Mansfield, et al., 2015).

e. Keterlibatan afektif

Keterlibatan afektif mengacu pada cara anggota keluarga

menunjukkan minat dan keterlibatan satu sama lain dan dalam

kepentingan satu sama lain (Mansfield, et al., 2015).

Ada enam tipe keterlibatan dalam anggota keluarga: 1)

kurang terlibat, yaitu tidak ada keterlibatan satu sama lain; 2)

keterlibatan tanpa perasaan, yaitu melibatkan hanya sedikit

ketertarikan satu sama lain, hanya sebatas untuk pengetahuan

saja, 3) keterlibatan narsistik, keterlibatan sebatas perilaku atau

aktivitas dan memiliki manfaat bagi dirinya sendiri; 4)

keterlibatan empatik, mau terlibat dengan anggota keluarga lain,

demi kepentingan anggota keluarga lain; 5) keterlibatan yang

Page 8: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

12

berlebihan; 6) keterlibatan simbolitik, yaitu keterlibatan yang

ekstrem dan patologis atau terlihat mengganggu hubungan.

Keluarga dengan fungsi keluarga yang sehat memiliki tipe

keterlibatan yang empatik (Ryan, et al., 2012).

f. Kontrol Perilaku

Kontrol perilaku mengacu pada kemampuan anggota

keluarga untuk menetapkan dan mematuhi aturan dan standar

perilaku (Mansfield, et al., 2015).

g. Fungsi umum

Fungsi umum adalah ukuran kepuasan dengan fungsi

keluarga umum (Mansfield, et al., 2015).

Menurut Beavers dalam Senthil, (2016), berdasarkan hasil

penilaian fungsi keluarga, suatu keluarga dapat digolongkan menjadi

functional family (keluarga fungsional), mid-range family (fungsi

keluarga moderate), dan dysfunctional family (keluarga disfungsional).

a. Keluarga fungsional

Keluarga fungsional atau keluarga bahagia memiliki ciri

yaitu: 1) saling memberikan pengertian yang terpadu dan

memberikan kepedulian antar anggota keluarga; 2) anggota

keluarga yang telah dewasa mampu hidup dengan nilai

kemanusiaan yang jelas, komunikasi efektif, dan mampu berbagi

kewenangan saat menegosiasikan keputusan; 3) semua anggota

keluarga mampu mendorong tujuan yang mereka miliki serta

memiliki kebebasan emosional saat tinggal dan berhubungan

Page 9: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

13

dengan keluarga; 4) mampu menyelesaikan masalah dalam

keluarga dengan baik dan mengatasi krisis yang sedang menimpa

keluarga (Senthil, 2016).

b. Fungsi keluarga moderat

Keluarga dengan fungsi moderat memiliki ciri sebagai

berikut: 1) keluarga sering mengalami fluktuasi antara roman

bahagia dan sedih yang bercampur aduk; 2) mewakili mayoritas

keluarga sebagaimana diterangkan oleh para peneliti dan penerapi

keluarga; 3) keluarga mempunyai kekuatan dan mudah terkena

kritik; 4) dokter dapat efektif membantu mengatasi masalah

kesehatan pada keluarga dengan kategori ini, dan dapat

menyampaikan edukasi mengenai kesehatan tanpa mudah terkena

kritik (Senthil, 2016).

c. Keluarga disfungsional

Keluarga disfungsional memiliki ciri-ciri yaitu: 1)

komunikasi dalam keluarga tidak teratur dan cenderung kaku; 2)

anggota keluarga bertingkah dalam cara-cara yang menunjukkan

adanya kecemasan mendasar yang kronis dan secara teratur

mengajak pada sesuatu yang negatif seperti permusuhan atau

perubahan kritis; 3) anggota keluarga dapat peduli dan penuh

perhatian ketika hidup dalam kondisi yang baik dan tenang, namun

ketika stres mereka berubah menggunakan cara saling membalas,

menghindari tanggung jawab dengan cara mengakhiri hidup,

menyerang, ataupun melarikan diri; 4) nilai-nilai personal

Page 10: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

14

mungkin diadopsi tidak secara kritis dari figur yang berwibawa

atau teman atau kawan sebaya, kemungkinan lain nilai-nilai

terbentuk dan tingkah laku terpola akibat reaksi perlawanan yang

menyertai atau nilai aktual dari pengaruh orang-orang; 5) satu hal

yang ekstrim, mereka sering mengekspresikan perasaan yang

sangat negatif dengan cara menciptakan suasana panas dan

timbullah atmosfer konflik dalam keluarga. Hal ekstrim

kebalikannya, mereka diam, kasar, atau menyembunyikan

perasaan, menciptakan suasana dingin, atmosfer tanpa perasaan

yang menutupi emosi mendasar yang sering timbul; 6) kesulitan

menguraikan stres (tekanan) (Senthil, 2016).

Sebagian besar keluarga memiliki beberapa periode waktu

ketika fungsi keluaga terganggu oleh keadaan stres (kematian

dalam keluarga, penyakit serius yang diderita oleh orangtua, dan

lain-lain). Keluarga yang sehat cenderung kembali berfungsi

normal setelah krisis berlalu. Namun, dalam keluarga yang

disfungsional, masalah cenderung menjadi kronis dan terkadang

kebutuhan dari anak menjadi tidak terpenuhi. Pola perilaku orang

tua yang negatif cenderung dominan dalam kehidupan anak-anak

mereka (Senthil, 2016).

2.1.5 Siklus Kehidupan Keluarga

Menurut Duval dalam Setyawan, (2016), siklus kehidupan

keluarga terdiri dari delapan tahap, yaitu:

Page 11: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

15

1) Tahap awal pernikahan

Pada tahap ini pasangan baru saja menikah dan belum

mempunyai anak. Tugas perkembangan yang dihadapi adalah

membina hubungan pernikahan yang saling memuaskan,

membina hubungan persaudaraan yang harmonis dengan keluarga

lain, teman, dan kelompok sosial, serta mendiskusikan mengenai

keluarga berencana (Setyawan, 2016).

Masalah kesehatan yang mungkin akan dihadapi pada tahap

ini, antara lain: kehamilan yang tidak direncanakan, gangguan

kehamilan, disfungsi seksual, dan penyakit kelamin.

2) Tahap keluarga dengan bayi

Pada tahap ini keluarga telah memiliki bayi yang berusia

kurang dari 30 bulan. Tugas perkembangan yang dihadapi adalah

mempersiapkan diri dan pasangan untuk menjadi orang tua yang

baik, beradaptasi dengan perubahan yang terjadi karena

bertambahnya anggota keluarga, mempertahankan hubungan

pernikahan yang saling memuaskan, serta memperluas jaringan

persaudaraan dengan keluarga besar dengan menambah peran-

peran orangtua, kakek, dan nenek (Goldenberg, 2013).

Masalah kesehatan yang mungkin akan dihadapi pada tahap

ini, antara lain: disfungsi seksual, gangguan nutrisi, dan cidera.

Page 12: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

16

3) Tahap keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak berusia 2-6

tahun)

Tugas perkembangan yang dihadapi adalah memenuhi

kebutuhan anggota keluarga (rumah, privasi, keamanan, dan

ruang bermain), melatih anak untuk bersosialisasi, beradaptasi

dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain

juga harus terpenuhi, mempertahankan hubungan yang sehat di

dalam keluarga (hubungan orangtua dan anak, serta hubungan

perkawinan) dan di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas)

(Setyawan, 2016).

Masalah kesehatan yang mungkin akan dihadapi pada tahap

ini, antara lain: penyakit-penyakit menular yang sering terjadi

pada anak, luka gores karena jatuh, keracunan, luka bakar, dan

lain sebagainya.

4) Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (anak berumur 6-13

tahun)

Tugas perkembangan yang dihadapi adalah berkomunikasi

terbuka antara orangtua dan anak, memberikan pengajaran kepada

anak untuk dapat berinteraksi maupun mengenal lingkungan di

luar rumah, mengembangkan hubungan yang baik dengan teman

sebaya, dan memotivasi semangat serta prestasi belajar anak.

Tugas untuk pasangan suami istri adalah untuk mempertahankan

keharmonisan dengan cara mempertahankan hubungan

pernikahan yang memuaskan. Orangtua juga harus memenuhi

Page 13: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

17

kebutuhan keluarga yang meningkat, seperti biaya sekolah, biaya

kehidupan, dan biaya kesehatan (Setyawan, 2016).

Masalah kesehatan yang mungkin akan dihadapi pada tahap

ini, antara lain: penyakit menular, gangguan tingkah laku,

gangguan gigi, kecacatan seperti defek penglihatan, wicara, serta

pendengaran.

5) Tahap keluarga dengan anak usia remaja (anak berumur 13-20

tahun)

Tugas perkembangan yang dihadapi adalah memberikan

kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab karena remaja

mulai memiliki otonomi dalam bersikap, membertahankan

hubungan intim dalam keluarga, serta membertahankan

keterbukaan antara orangtua dan anak (Setyawan, 2016).

Masalah kesehatan yang mungkin akan dihadapi pada tahap

ini, antara lain: penyalahgunaan narkoba dan alkohol dengan

segala akibatnya, kecelakaan lalu lintas, serta kehamilan yang

tidak dikehendaki.

6) Tahap keluarga melepas anak usia dewasa muda (anak mulai

meninggalkan rumah)

Tugas perkembangan yang dihadapi adalah memperluas

jaringan keluarga dengan masuknya anggota keluarga baru

melalui ikatan perkawinan anak, membantu anak untuk mandiri

sebagai keluarga baru dalam masyarakat, mempertahankan

keharmonisan pasangan, penataan kembali peran orang tua dan

Page 14: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

18

kegiatan di rumah, serta memberikan perawatan kepada orangtua

lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri (Goldenberg,

2013).

Masalah kesehatan yang mungkin akan dihadapi pada tahap

ini, antara lain: menopause, gangguan metabolisme (diabetes

mellitus, obesitas, hiperkolipidemia, hipertensi).

7) Tahap orang tua usia pertengahan

Tugas perkembangan yang dihadapi adalah mempertahankan

kesehatan individu dan pasangan usia pertengahan,

mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan para

orangtua lansia dan anak-anak, memperkokoh hubungan

perkawinan (Setyawan, 2016).

Masalah kesehatan yang mungkin akan dihadapi pada tahap

ini, antara lain: stoke, gangguan jantung, gangguan metabolisme,

gangguan liver, dan lain-lain.

8) Tahap keluarga usia tua

Tahap ini telah memasuki masa pensiun. Pada tahap ini

suami istri telah berusia lanjut sampai meninggal dunia. Tugas

perkembangan yang dihadapi adalah mempertahankan suasana

kehidupan rumah tangga yang harmonis dan saling

menyenangkan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi,

mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat,

melakukan life review masa lalu, beradaptasi dengan perubahan

Page 15: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

19

yang akan terjadi, seperti pendapatan yang menurun, menurunnya

kekuatan fisik, dan kehilangan pasangan (Goldenberg, 2013).

Masalah kesehatan yang mungkin akan dihadapi pada tahap

ini, antara lain: gangguan kognitif, depresi, dan psikosomatis.

2.2 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

2.2.1 Definisi

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah kelompok penyakit

heterogen dan kompleks yang disebabkan oleh berbagai patogen yang

menyerang saluran pernapasan mulai dari faring hingga ke alveoli

(Khalek & Salam, 2016). Pengertian akut adalah infeksi yang

berlangsung sampai 14 hari (Rahajoe, et al., 2015). Infeksi pernapasan

akut adalah kombinasi dari infeksi saluran pernapasan atas dan bawah.

Anak-anak dengan infeksi saluran pernapasan akut, setidaknya

memiliki tanda-tanda berikut; batuk, pilek, napas cepat, sulit bernapas

dan retraksi dinding dada (Taksande & Yeole, 2016).

Saluran pernapasan secara anatomis dibagi menjadi sistem

pernapasan atas dan bawah, dengan pita suara yang berfungsi sebagai

garis pemisahnya. Sistem pernapasan atas terdiri dari saluran udara

dari lubang hidung sampai pita suara di laring termasuk sinus

paranasal dan telinga tengah. Infeksi pada saluran pernapasan bagian

atas diantaranya seperti rinitis, faringitis, tonsilitis, rinosinusitis, dan

otitis media. Saluran pernapasan bawah mencakup kelanjutan saluran

udara dari trakea dan bronkus ke bronkiolus dan alveoli. Infeksi

saluran pernapasan bagian bawah dapat melibatkan saluran udara,

Page 16: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

20

paru-paru parenkim, atau ruang pleura. Infeksi pada saluran

pernapasan bawah diantaranya seperti epiglotitis, croup

(laringotrakeobronkitis), bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia

(Khalek & Salam, 2016).

2.2.2 Etiologi

Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti

virus, bakteri, jamur, mycoplasma, dan lain-lain. Infeksi Saluran

Pernapasan Akut bagian atas umumnya disebabkan karena virus,

sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan karena bakteri ,

virus, dan mycoplasma. Infeksi Saluran Pernapasan Akut bagian

bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai

manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa

masalah dalam penanganannya (Ramani, et al., 2016).

Organisme yang paling umum diketahui menyebabkan ISPA pada

anak-anak termasuk bakteri seperti Staphylococcus aureus,

Streptococcus pyogenes, Pneumococci, Haemophilus influenza, dan

Klebsiella pneumonia. Virus penyebab ISPA antara lain adalah

golongan Adenovirus, Rhinovirus, Koronavirus, Influenza,

Miksovirus, Mikoplasma, Pikornavirus, dan lain-lain (Ramani, et al.,

2016).

2.2.3 Patofisiologi

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan adanya interaksi

antara virus dengan tubuh. Virus masuk sebagai antigen ke dalam

saluran pernapasan menyebabkan silia pada permukaan saluran napas

Page 17: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

21

bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan

tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal,

maka virus akan merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran

pernapasan. Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan

timbulnya batuk kering. Kerusakan pada lapisan dinding saluran napas

menyebabkan aktifitas kelenjar mukus meningkat, sehingga terjadi

pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan

yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Resch, et al.,

2009).

Infeksi virus merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi

sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan

mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan

pada saluran pernapasan terhadap infeksi bakteri sehingga

memudahkan bakteri patogen pada saluran pernapasan atas seperti

haemophylus influenza, streptococcus pneumonia, dan staphylococcus

menyerang mukosa yang rusak tersebut (Resch, et al., 2009).

Adanya infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus

bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran napas sehingga

timbul gejala sesak napas dan batuk. Invasi bakteri ini dipermudah

oleh fakor-faktor seperti malnutrisi dan kedinginan. Suatu laporan

penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi

virus pada saluran napas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada

bayi dan anak (Resch, et al., 2009).

Page 18: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

22

Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran

napas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya

ditemukan pada saluran pernapasan atas, setelah terjadi infeksi virus,

dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia

bakteri (Resch, et al., 2009).

2.2.4 Faktor Risiko

Kesehatan balita dipengaruhi oleh empat faktor sesuai dengan

teori Hendrik L. Blum, yaitu faktor perilaku, biomedis, lingkungan,

dan pelayanan kesehatan. Faktor perilaku meliputi perilaku kebersihan

dan gaya hidup orang tua. Faktor biomedis meliputi kondisi kesehatan

dari tubuh balita. Faktor lingkungan meliputi pemukiman, limbah,

pencemaran, dan kebersihan daerah sekitar. Sedangkan faktor

pelayanan kesehatan meliputi akses pelayanan kesehatan, pengobatan,

serta jaminan kesehatan (Depkes RI, 2018).

Sedangkan menurut Syahidi, (2016), secara umum ada tiga

faktor risiko penyebab terjadinya ISPA pada balita, yaitu faktor

lingkungan, faktor psikobiologi (karakteristik biologi) anak, serta

faktor perilaku orang tua/ keluarga. Faktor lingkungan meliputi

pencemaran udara dalam rumah, kondisi fisik rumah, kepadatan

hunian rumah, dan tinggal bersama orang yang menderita ISPA

(droplet infection). Pencemaran udara dalam rumah antara lain

seperti asap rokok, asap dari pembakaran kayu bakar untuk memasak,

serta kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar didalam rumah.

Faktor lingkungan ini juga mencakup lingkungan sosial seperti

Page 19: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

23

pendidikan orang tua, pengetahuan orang tua, pekerjaan serta

pendapatan keluarga (Tazinya, et al., 2018).

Faktor psikobiologi anak meliputi umur anak, berat badan lahir,

vitamin A, status imunisasi, dan status gizi. Usia disini mempengaruhi

host. Menurut penelitian, status kerentanan anak di bawah 2 tahun

belum sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit. Berat

badan lahir balita berpengaruh terhadap ISPA, karena bayi dengan

berat lahir rendah akan menyebabkan pembentukan zat anti kekebalan

kurang sempurna. Riwayat pemberian vitamin A juga mempengaruhi

ISPA, karena pemberian vitamin A dapat meningkatkan titer antibodi

yang spesifik dan tampaknya tetap berada dalam nilai yang cukup

tinggi (Taksande & Yeole, 2016).

Anak yang diimunisasi lengkap dilindungi terhadap berbagai

infeksi pernapasan seperti difteri, pertusis dan komplikasi campak.

Anak-anak yang tidak diimunisasi lengkap beresiko terkena ISPA

(Taksande & Yeole, 2016). Malnutrisi telah terbukti mempengaruhi

perkembangan imunitas seluler dan humoral (Ujunwa & Thecla,

2014). Penipisan timolimfatik dapat terjadi pada anak-anak yang

kekurangan gizi. Hal ini menyebabkan imunitas yang dimediasi sel

yang rusak menyebabkan infeksi gram negatif dan sepsis. Demikian

aksi bakterisida leukosit dapat dipengaruhi oleh penurunan enzim dan

imunoglobulin yang abnormal (Ramani, et al., 2016).

Sedangkan faktor perilaku berhubungan dengan pencegahan

dan penanggulangan penyakit ISPA pada bayi dan balita dalam hal

Page 20: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

24

ini adalah praktek penanganan ISPA di keluarga baik yang dilakukan

oleh ibu ataupun anggota keluarga lainnya (Syahidi, et al, 2016).

2.2.5 Klasifikasi

2.2.5.1 Infeksi Saluran Pernapasan Akut Atas

a. Rinitis

Rinitis disebut juga dengan common cold, salesma, coryza,

atau cold, merupakan penyakit ISPA tersering pada anak. Penyebab

tersering rinitis adalah Rhinovirus, virus Parainfluenza, Respiratory

syncytial virus (RSV), dan Coronavirus. Manifestasi klinis rinitis

berupa pilek, hidung tersumbat, bersin, nyeri tenggorok, batuk, dan

juga dapat disertai dengan atau tanpa demam. Karena penyebab

terseringnya dalah virus, rinitis dapat sembuh spontan. Dapat

diberikan tatalaksana nonmedikamentosa berupa elevasi kepala saat

tidur, dan terapi suportif cairan yang adekuat. Apabila gejala yang

ditimbulkan terlalu mengganggu, dapat diberikan obat simtomatis,

seperti pemberian Asetaminofen atau ibuprofen untuk

menghilangkan demam, tetes hidung salin untuk mengurangi gejala

pilek dan hidung tersumbat (Rahajoe, et al., 2015).

b. Faringitis, Tonsilitis, Tonsilofaringitis Akut

Faringitis akut adalah peradangan akut membran mukosa

faring atau sekitarnya yang berlangsung sampai 14 hari. Penyebab

faringitis bisa berasal dari bakteri maupun virus. Bakteri yang

paling sering menyebabkan faringitis adalah Streptokokus beta

hemolitikus grup A (SBHGA). Sedangkan virus yang dapat

Page 21: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

25

menyebabkan faringitis adalah Adenovirus, Rhinovirus, dan virus

Parainfluenza (Rahajoe, et al., 2015).

Faringitis akut yang disebabkan virus memiliki gejala seperti

rinorea, suara serak, batuk, konjungtivitis, dan diare. Sedangkan

gejala khas dari faringitis akut yang disebabkan bakteri

Streptokokus adalah nyeri tenggorokan dengan awitan mendadak

disertai mual muntah, disfagia, demam, faring hiperemis, tonsil

bengkak dengan eksudasi, kelenjar getah bening pada leher anterior

bengkak dan nyeri, uvula bengkak dan merah, ekskoriasi hidung

disertai lesi impetigo sekunder, ruam skarlatina, serta petekie

palatum mole (Rahajoe, et al., 2015).

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Baku emas penegakan

diagnosis faringitis bakteri atau virus adalah dari pemeriksaan

kultur apusan tenggorok. Terapi suportif yang dapat diberikan

adalah istirahat cukup dan pemberian cairan yang sesuai.

Pemberian gargles (obat kumur) dan lozenges (obat hisap) dapat

meringankan keluhan nyeri tenggorok. Apabila terdapat keluhan

nyeri yang berlebih atau demam, dapat diberikan parasetamol atau

ibuprofen. Terapi antibiotik hanya diberikan untuk faringitis akut

akibat bakteri (Rahajoe, et al., 2015).

c. Otitis Media

Otitis media merupakan suatu inflamasi pada telinga tengah

yang berhubungan dengan efusi telinga tengah. Otitis media terjadi

Page 22: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

26

karena aerasi telinga tengah yang terganggu, biasanya disebabkan

karena fungsi tuba eustasius yang terganggu (Rahajoe, et al., 2015).

Otitis media akut memiliki onset gejala dan tanda klinis yang

cepat, seperti nyeri telinga, demam, gangguan pendengaran,

iritabel, anoreksia, atau juga muntah. Diagnosis otitis media akut

dibuat berdasarkan pada pemeriksaan membran timpani. Dari

pemeriksaan otoskopi didapatkan gerakan membran timpani yang

berkurang, cembung, kemerahan, dan keruh, dapat dijumpai sekret

yang purulen. Sebelum didapatkan hasil uji sensitivitas, amoksisilin

oral merupakan antibiotik pilihan awal. Terapi suportif lain dapat

diberikan antara lain analgetik, antipiretik, dan dekongestan

(Rahajoe, et al., 2015).

Otitis media yang disertai efusi ditandai dengan ditemukannya

efusi telinga tengah yang asimtomatik. Seringkali ditemukan

membran timpani yang retraksi, keruh, dan mobilitasnya yang

terganggu. Efusi kronis yang bilateral dan gangguan pendengaran

dapat diberikan terapi dekongestan dan antihistamin. Efusi akut dan

sub akut dapat diberikan antibiotik (Rahajoe, et al., 2015).

d. Rinosinusitis

Rinitis alergik merupakan faktor predisposisi pertama

terjadinya rinosinusitis paranasal, sedangkan ISPA atas lainnya

merupakan faktor predisposisi kedua. Berikut adalah pembagian

rinosinusitis (Rahajoe, et al., 2015):

Page 23: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

27

1. Rinosinusitis akut, merupakan infeksi sinus dengan resolusi

gejala yang komplit dalam waktu 12 minggu. Akut apabila

gejala kurang dari 30 hari dan sub-akut bila gejala diantara 30-

90 hari (12 minggu).

2. Rinosinusitis kronik, merupakan infeksi sinus dengan gejala

ringan-sedang yang menetap lebih dari 12 minggu.

3. Rinosinusitis akut berulang, merupakan beberapa episode akut

yang diselingi masa sembuh di antara 2 episode.

Tabel 2.1 Gejala dan tanda rinosinusitis pada anak Rinosinusitis Akut

Non-severe Rinosinusitis Akut

Severe Rinore Rinore purulen

(kental, keruh, opaq) Kongesti hidung Kongesti hidung Batuk Nyeri wajah atau

sakit kepala Sakit kepala, nyeri wajah, iritabilitas

Edema periorbital

Tidak demam atau sub febris

Demam tinggi (≥39oC)

(Rahajoe, et al., 2015)

Tatalaksana medis yang maksimal meliputi ketepatan

pemberian antibiotik, irigasi nasal dengan salin, steroid topikal, dan

dekongestan (Rahajoe, et al., 2015).

2.2.5.2 Infeksi Saluran Pernapasan Akut Bawah

a. Epiglotitis

Epiglotitis merupakan infeksi yang sangat serius dari epiglottis

dan struktur supraglotis, yang berakibat obstruksi jalan napas akut

dan menyebabkan kematian jika tidak diobati. Epiglotitis hampir

Page 24: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

28

selalu disebabkan oleh Hemophilus influenza tipe b (Hib). Gejala

yang dapat ditemui berupa demam tinggi mendadak dan berat,

nyeri tenggorokan, sesak napas, dan diikuti dengan gejala obstruksi

saluran respiratori yang progesif (Rahajoe, et al., 2015).

Tabel 2.2 Perbandingan epiglotitis dan sindrom croup Karakteristik Epiglotitis Croup

Usia Semua usia 6 bulan-6 tahun Awitan Mendadak Perlahan Lokasi Supraglotis Subglotis Suhu Tubuh Demam tinggi Demam sedang Disfagia Berat Ringan atau tidak ada Dispnea Ada Ada Drooling Ada Ada Batuk Jarang Khas Gambaran radiologis

Positive thumb sign Positive steeple sign

(Rahajoe, et al., 2015)

Diagnosis epiglotitis ditegakkan dengan ditemukannya

epiglottis yang besar, bengkak, dan berwarna merah ceri, dengan

pemeriksaan langsung atau pun laringoskopi. Pada pemeriksaan

radiologis dapat terlihat gambaran thumb sign (Rahajoe, et al.,

2015).

(Rahajoe, et al., 2015)

Gambar 2.1

Gambaran radiologis epiglotitis

Page 25: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

29

b. CROUP (Laringotrakeobronkitis Akut)

Croup mencakup suatu grup heterogen yang mengenai laring,

infra atau subglotis, trakea, dan bronkus. Virus tersering yang

menyebabkan croup adalah Human parainfluenza virus tipe 1

(HPIV-1), HPIV-2, 3, dan 4, Adenovirus, virus Influenza A dan B,

virus campak, dan RSV . Gejala yang dapat ditemukan adalah suara

serak, batuk menggonggong, stridor inspirasi, dengan atau tanpa

adanya obstruksi jalan napas. Croup dikelompokkan menjadi dua

kelompok, yaitu:

1. Viral croup, terdapat gejala prodormal infeksi respiratori,

gejala obstruksi saluran respiratori berlangsung selama 3

hingga 5 hari.

2. Spasmodic croup, terdapat faktor atopik tanpa gejala

prodormal, anak tiba-tiba mengalami gejala obstruksi saluran

pernapasan terutama pada malam hari menjelang tidur.

Tatalaksana yang dapat dilakukan adalah pemberian terapi

inhalasi berupa uap dingin atau nebulasi epinefrin, dan

kortikosteroid berupa Dexametason atau nebulisasi Budesonid.

Apabila dengan terapi tersebut tidak membaik, untuk mengatasi

obstruksi jalan napas dilakukan intubasi endotrakeal atau

pemberian kombinasi oksigen-helium (Rahajoe, et al., 2015).

c. Bronkitis Akut

Bronkitis akut merupakan proses inflamasi selintas yang

mengenai trakea serta bronkus. Gejala utama yang paling menonjol

Page 26: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

30

adalah batuk. Batuk mulanya kering dan keras, kemudian

berkembang menjadi batuk ringan dan produktif, bisa disertai

keluhan nyeri dada pada keadaan yang lebih berat (Rahajoe, et al.,

2015).

Bronkitis akut umumnya disebabkan oleh virus dan akan

membaik tanpa terapi dalam dua minggu. Terapi suportif yang

dapat diberikan untuk bronkitis akut virus adalah istirahat yang

cukup, cairan yang adekuat, serta kelembaban udara yang cukup.

Sedangkan untuk bronkitis akut yang disebabkan oleh bakteri dapat

diberikan antibiotik seperti eritromisin (Rahajoe, et al., 2015).

d. Bronkiolitis

Bronkiolitis ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolus.

Penyebab terseringnya adalah Respiratory syncytial virus (RSV).

Gejala awal dari Bronkiolitis adalah batuk, pilek ringan, dan

demam. Kemudian akan timbul batuk dengan sesak napas setelah

satu hingga dua hari. Selanjutnya dapat ditemukan gejala

penurunan nafsu makan, wheezing, sianosis, merintih, dan muntah

setelah batuk. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan takikardi,

takipnea, suhu tubuh diatas 38,5oC, napas cuping hidung, dan

retraksi interkostal. Pada foto rontgen toraks terdapat gambaran

infiltrat, hiperinflasi, dan dapat ditemukan gambaran atelektasis

(Rahajoe, et al., 2015).

Terapi suportif yang dapat diberikan adalah pemberian

oksigen, minimal handling, cairan intravena, penyesuaian suhu

Page 27: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

31

lingkungan, dan nutrisi yang baik. Setelah itu dapat diberikan

bronkodilator, kortikosteroid, ribavirin, serta pencegahan dengan

vaksin RSV, humanized RSV monoclonal antibody (Palivizumab),

atau RSV immunoglobuline (Rahajoe, et al., 2015).

e. Pneumonia

Pneumonia merupakan inflamasi yang mengenai parenkim

paru, Bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah

Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, dan Hemophilus

influenzae. Sedangkan virus yang terbanyak ditemukan adalah

RSV, Rhinovirus, dan virus Parainfluenza. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan gambaran klinis, yang menunjukkan keterlibatan

sistem pernapasan, serta gambaran radiologis. Prediktor paling kuat

pada pneumonia adalah demam, sianosis, dan lebih dari satu gejala

berikut: batuk, takipnea, napas cuping hidung, ronki, retraksi, dan

suara napas melemah. Tatalaksana yang dilakukan adalah diberikan

antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Untuk gejala demam

dan nyeri dapat diberikan antipiretik dan analgetik.

2.2.6 Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut

Tindakan pencegahan ISPA dapat berupa upaya peningkatan daya

tahan tubuh dan perbaikan gizi yaitu dengan cara makan makanan

bergizi, minum air yang cukup, dan istirahat yang cukup. Kunjungi

pelayanan kesehatan atau beri pengobatan bila mulai muncul gejala-

gejala ISPA. Tempat tinggal harus memiliki sirkulasi udara yang baik,

kepadatan hunian yang baik dan tidak terlalu sesak ataupun terasa

Page 28: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

32

penuh, serta pastikan anak mendapatkan imunisasi yang lengkap

(Sukandarrumidi, 2010).

Cara pencegahan lainnya adalah dengan menghindari

mikroorganisme pathogen dengan cara menjaga kebersihan tangan,

menggunakan alat pelindung diri misalnya masker untuk menghindari

droplet infection, menciptakan lingkungan yang bersih, dan

menghindarkan anak dari asap yang membuatnya sulit bernapas.

Sedangkan pada orang dewasa atau orang tua juga sebaiknya

menggunakan etika batuk dengan cara menutup mulut dengan sapu

tangan saat batuk (Kutter, et al., 2018).

Pencegahan ISPA dengan pendekatan keluarga juga diperlukan.

Keluarga perlu diedukasi mengenai pentingnya menjalankan fungsi

keluarga yang baik dan mampu menjalankan tugas keluarga dalam

bidang kesehatan dengan maksimal (Depkes RI, 2016).

2.3 Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Balita

Anak Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Anak Balita

adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau biasa digunakan

perhitungan bulan yaitu usia 12-59 bulan (Infodatin, 2014).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan penyakit utama penyebab

kematian bayi dan balita di Indonesia. Dari beberapa hasil survei diketahui

bahwa 80 sampai 90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan karena

Pneumonia (Syahidi, et al., 2016).

Kelompok usia 6-23 bulan adalah kelompok usia paling rentan untuk

mengalami ISPA (Nasution, et al., 2009). Sumber lain menyebutkan bahwa

Page 29: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

33

period prevalence penyakit ISPA yang tinggi terjadi pada kelompok usia 1-4

tahun (Depkes RI, 2013).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut menjadi salah satu alasan tersering yang

membuat balita dibawa ke rumah sakit atau puskesmas untuk menjalani

perawatan inap maupun rawat jalan. Sistem kekebalan tubuh yang masih

rentan merupakan faktor pemicu balita mudah terserang penyakit

(Danusantoso, 2012). Daya tahan tubuh yang rentan ditambah dengan

berbagai paparan seperti gangguan asap dari pabrik dan lokasi rumah di

daerah rawan banjir, serta berbagai faktor risiko seperti status gizi, imunisasi,

ASI, berat lahir bayi, dapat mempermudah timbulnya penyakit ISPA pada

balita (Nasution, et al., 2009).

Peran orang tua juga penting dalam penanganan penyakit ISPA pada

balita, termasuk peran orang tua dalam perawatan anak. Orang tua harus

mampu mengenali kondisi anak, menentukan sikap terkait kondisi kesehatan

anak, memahami dampak negatif maupun komplikasi yang mungkin terjadi

dari kondisi anak. Orang tua juga berperan dalam pencegahan ISPA. Infeksi

Saluran Pernapasan Akut dapat dicegah dengan mengetahui penyakit ISPA,

mengatur pola makan balita, menciptakan lingkungan yang nyaman, dan

menghindari faktor pencetus (Sukarto, et al., 2016).

2.4 Hubungan Fungsi Keluarga terhadap Infeksi Saluran Pernapasan Akut

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mansfield, 2015, FAD dapat

dijadikan sebagi alat untuk mengukur fungsi dari sebuah keluarga. Keenam

dimensi dari FAD dapat mendeteksi adanya masalah dalam keluarga. Temuan

Page 30: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

34

ini penting untuk dokter umum yang memberlakukan pendekatan keluarga

dalam penanganan masalah kesehatan.

Penanganan ISPA dengan pendekatan keluarga dapat dimulai dengan

edukasi atau bimbingan kepada keluarga untuk dapat memperbaiki atau

menguatkan fungsi keluarga, sehingga dapat mengurangi masalah kesehatan

yang dipicu dari adanya masalah dalam keluarga (Roso, et al., 2015).

Pendekatan ini juga akan memperbaiki sistem asuhan keperawatan keluarga

serta memperkuat fungsi keluarga yaitu fungsi pemeliharaan kesehatan.

Dokter juga perlu mengedukasi keluarga mengenai tugas keluarga dalam

bidang kesehatan (Depkes RI, 2016).

Dengan fungsi keluarga yang baik dan fungsi pemeliharaan kesehatan

yang dijalankan dengan maksimal, keluarga akan lebih memberikan perhatian

kepada balitanya dengan cara memberikan asupan gizi yang baik, melakukan

imunisasi lengkap, pencegahan dan penanganan yang tepat ketika balita sakit,

memiliki akses yang baik dengan penyedia layanan kesehatan, serta

memperbaiki perekonomian keluarga agar dapat memenuhi kebutuhan

keluarga dengan baik. Semua hal tersebut dapat menghambat faktor risiko

penyebab terjadinya ISPA.

Kementerian Kesehatan RI menekankan adanya pendekatan keluarga

dalam penanganan masalah kesehatan, hal ini tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019

(Ferdiansyah, 2016). Pendekatan keluarga yang dilakukan oleh pemerintah

adalah melakukan pengembangan dari kunjungan rumah oleh puskesmas dan

Page 31: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keluargaeprints.umm.ac.id/58626/3/BAB 2.pdf · 2.1 Keluarga 2.1.1 Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala

35

perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang

meliputi kegiatan berikut (Depkes RI, 2016):

1. Kunjungan keluarga untuk pendataan/pengumpulan data Profil Kesehatan

Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya.

2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya

promotif dan preventif.

3. Kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan kesehatan dalam

gedung.

4. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk

pengorganisasian/ pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas.