bab 1v lanjut2.doc

31
BAB IV EVALUASI PENANGGULANGAN PROBLEM HILANG LUMPUR PADA SUMUR X 1 DAN X 2. Lapangan Kejora yang terletak sebelah timur kota Bekasi mulai di tajak tanggal 8 Maret 2003 pada lokasi- B/Sumur X 1. Sumur X 1 yang dibor secara berarah (directional) KOP pada kedalaman 330 meter, dengan sudut 32,30 0 pemboran menggunakan Rig OW-700 milik PDSI. Pemboran sumur eksploitasi ini selesai di bor pada tanggal 17 juni 2003 dengan hasil minyak pada formasi Baturaja dan Talangakar. Pemboran dilakukan dengan ketinggian lantai bor 7,65 meter dengan kedalaman akhir 2755 mku / 2418 mkt, selubung permukaan 30 " diset pada kedalaman 30 meter, selubung 20 " diset pada kedalaman 303 meter, selubung 13 3/8 " diset pada kedalaman 1083 mku/1003 mkt, selubung 9 5/8 " dset pada kedalaman 2240 mku/1981 mkt, sedangkan liner 7 diset pada kedalaman 2754 mku / 2416 mkt. Lapangan Kejora menambah satu sumur eksploitasi pada bulan September 2003, yaitu pada lokasi G / Sumur X 2 .

Upload: arbeansyah

Post on 16-Nov-2015

57 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

add

TRANSCRIPT

BAB IV

BAB IV

EVALUASI PENANGGULANGAN PROBLEM HILANG LUMPUR PADA SUMUR X1 DAN X2.

Lapangan Kejora yang terletak sebelah timur kota Bekasi mulai di tajak tanggal 8 Maret 2003 pada lokasi-B/Sumur X1. Sumur X1 yang dibor secara berarah (directional) KOP pada kedalaman 330 meter, dengan sudut 32,300 pemboran menggunakan Rig OW-700 milik PDSI. Pemboran sumur eksploitasi ini selesai di bor pada tanggal 17 juni 2003 dengan hasil minyak pada formasi Baturaja dan Talangakar. Pemboran dilakukan dengan ketinggian lantai bor 7,65 meter dengan kedalaman akhir 2755 mku / 2418 mkt, selubung permukaan 30" diset pada kedalaman 30 meter, selubung 20" diset pada kedalaman 303 meter, selubung 13 3/8" diset pada kedalaman 1083 mku/1003 mkt, selubung 9 5/8" dset pada kedalaman 2240 mku/1981 mkt, sedangkan liner 7( diset pada kedalaman 2754 mku / 2416 mkt.

Lapangan Kejora menambah satu sumur eksploitasi pada bulan September 2003, yaitu pada lokasi G / Sumur X2. Sumur ini di bor secara vertikal sebagai sumur X2 mulai di tajak 23 september 2003 sampai dengan 7 Desember 2003 dengan kedalaman akhir 2532 meter dengan hasil minyak di formasi Baturaja dan Talangakar, menggunakan Rig OW-760 milik PDSI. Pemboran dilakukan dengan ketinggian lantai bor 6,04 meter, selubung 30" di set pada kedalaman 30 meter, selubung 20" di set pada kedalaman 350 meter, selubung 13 3/8" di set pada kedalaman 1900 meter, selubung 9 5/8" di set pada kedalaman 1977 meter, dan production casing 7" di set pada kedalaman 2525 meter.

4.1. Data Problem Hilang Lumpur Pada Lapangan Kejora.

Saat operasi pemboran berlangsung Sumur X1 terjadi hilang lumpur pada formasi Parigi sebanyak 6 kali, sedangkan sumur X2 terjadi sebanyak 4 kali. Interval kedalaman terjadinya hilang lumpur dapat dilihat pada tabel 4-1 dan tabel 4-2.

Tabel 4-1

Daerah Hilang Lumpur Pada Formasi Parigi Sumur X1Interval Kedalaman (TVD)

(meter)

Jenis LossDensitas Lumpur

(gr/cc)

721 761Partial Loss1,08

787 792Total Loss1,08

792 795Partial Loss1,07

837 930Partial Loss1,07

960 968Partial Loss1,08

974 - 1004Partial Loss1,08

Problem hilang lumpur pada sumur X1 dan X2 yang dievaluasi hanya pada formasi Parigi selain itu hilang lumpur terjadi pada formasi Baturaja, formasi Parigi merupakan batu gamping terumbu yang didalamnya terdapat rekahan alami (natural fracture), porositas vugy (cavernous) dan gua-gua. Kedua sumur ini gradien tekanan formasinya termasuk dalam kategori subnormal yaitu sebesar 0,426 psi/ft pada sumur X1 dan sebesar 0,428 psi/ft pada Sumur X2

Tabel 4-2

Daerah Hilang Lumpur Pada Formasi Parigi Sumur X2

Interval Kedalaman

(meter)Jenis LossDensitas Lumpur (gr/cc)

723 786 Partial Loss1,08

800 809 Partial Loss1,07

908 970 Partial Loss1,07

970 1005 Partial Loss1,07

4.2. Pelaksanaan penanganan problem hilang lumpur pada formasi parigi sumur X1 dan X2.

Penanggulangan yang dilakukan dilapangan untuk mengatasi problem hilang lumpur disetiap interval kedalaman adalah sebagai berikut :

A. Sumur X1.

1. Interval kedalaman

: 750 827 mku / 721 761 mkt.

Klasifikasi

: Partial Loss

Jenis Lumpur

: Lignosulfonate.

Penanggulangan

: Terjadi partial loss, din/stat = 120/65 lpm, atasi dengan LCM Mica-F konsentrasi 40 ppb, pengamatan loss din/stat 50/ 30 lpm, Spot LCM (Mica-C 40 ppb dan Diaseal-M 40 ppb) Pengamatan loss dinamis/statis = 10/4 lpm.

2. Interval Kedalaman: 827 - 829 mku / 787 792 mkt.

Klasifikasi

: Total Loss

Jenis Lumpur

: Lignosulfonate

Penanggulangan : Terjadi loss total di kedalaman 827 mku. Pompakan 100 bbls LCM (Mica-F 40 ppb), tidak ada aliran balik. Angkat rangkaian dari 827- 690 mku sirkulasi berhenti ada aliran, tutup BOP (blow out preventer) lumpur habis, total loss = 95 m3. Buat lumpur 60 m3 dengan densitas 1,07 gr/cc. sirkulasikan lewat BPM, ablas (buang) dan bakar di flare, api mengecil. Setelah lumpur dipompa 247 bbls, tidak ada aliran balik (Total Loss = 145 m3). Lakukan sirkulasi, terjadi loss. Pengamatan ada aliran dan banyak bubble (gelembung gas). Tutup sumur sambil membuat lumpur. Ablas (buang) dan bakar di flare. Pompakan lumpur lewat annulus 89 bbls, pompakan LCM lewat string 587 stroke (41,5 bbls), dorong dengan lumpur sampai ujung pahat (400 stoke / 28,3 bbls). Cabut rangkaian pahat 17 " dari 600 - 545 mku, terjadi swab waktu cabut. Sirkulasi ada aliran balik, stop pompa. Pengamatan, ada aliran Tutup BOP. Kumulatif loss = 260 m3. Sirkulasi lewat annulus, loss total (kumulatif loss =297 m3). Lanjut isi lubang, pengamatan baik. Cabut BHA/ MM dari 545 m sampai sepatu di 300 m sambil atasi swab efect, sumur mengalir gas. Tutup BOP, isi dan tekan annulus dengan 171 bbls lumpur densitas 1,05 gr/cc. Ablas tekanan, masih ada bubble gas. Bakar gas di flare dengan jepitan 1/8 " tekanan turun dan bertahan.. Lakukan BDO dengan pompakan 52 bbls BDO densitas 1,30 gr/cc (200 sak Bentonite + 42 bbls Solar) didahului / diakhir dengan 6/5 bbls Solar, kecepatan rate BDO ke string 3 - 4 bbls, ke annulus 4 bbls lumpur, desak BDO dengan 60 bbls sampai 450 m, pengamatan baik. Sedang sirkulasi untuk buang bubble gas, pengamatan loss, baik. Lanjut sirkulasi untuk buang bubble gas. Pengamatan, baik. Cabut Pahat 12 " PDC + MM dari 303 m sampai permukaan. Urai MM + MWD Tools. Masuk pahat 12 sampai 318 m. Sirkulasi di 318 m, indikasi ada gas. Tutup BOP. Dorong BDO, buka annular. Pengamatan tekanan baik., tekanan turun buka annular, pengamatan ada aliran, Pengamatan loss dinamis = 50 lpm. lakukan pengamatan setiap joint. Stop di 397 m karena ada gas. Tutup annular , sirkulasi lewat choke 178 gpm sambil bakar gas di flare, selama sirkulasi terjadi loss, dinamis = 300 - 600 lpm, 15 menit terakhir loss total. Persiapan penyemenan (tutup BOP, Pahat di 385 m). Penyemenan sumbat loss dengan semen 150 bbls slurry cement SG. 1,50 (500 sak semen + 12 sak Bentonite + 12 sak CaCl2 + 12 gall DF-L) dorong dengan 150 bbls lumpur sampai 700 m. Buka BOP, ada aliran di annulus, tutup BOP. Pompakan 42,5 bbls lumpur di annulus. Sedang TSK, Sirkulasi, bakar gas di flare. Buka BOP, angkat string dan putar, baik. Masuk Pahat 12 " sampai 650 m, wash down dan bor semen sampai 800 m. Sirkulasi bersihkan lubang. Pengamatan, baik. Cabut Pahat 12 " trip sampai sepatu di 303 m, baik. Sirkulasi. Bor semen dari 800 - 827 m, loss dinamis = 60/20 lpm. Bor formasi dari 827 - 829 m loss dinamis = 85/35 lpm. Cabut rangkaian Pahat 12 " sampai 721 m. Sirkulasi, sedang penyemenan sumbat loss dengan pompakan 8 bbls water head diikuti 150 bbl semen slurry SG. 1,50 (500 sak semen + sx Bentonite + 14 sx CaCl2 + 12 gal DF-L) dan 8 bbl water, dorong dengan 40 bbl lumpur, tidak ada aliran kembali (tutup BOP saat semen keluar dari pahat), lanjut dorong 48 bbl lumpur dari annulus. Buka BOP, pengamatan annulus turun dan tutup BOP. TSK (Tutup BOP). Buka BOP, pengamatan, baik. Sambil cabut rangkaian pahat 12 " dari 721 m sampai permukaan. Masuk kembali rangkaian pahat 12 " di 800 m. Bor semen selang 800 - 829 m, pengamatan loss dinamis /statis = 75/25 lpm. Pompakan larutan LCM Micatex-M (50 sak , konsentrasi 120 kg/m3) dan dorong dengan 45 bbl sampai keluar pahat. Pengamatan loss statis = 0 lpm. Sirkulasi sambil masukkan LCM Kwik Seal-C sebanyak 5 ppb dalam sistem lumpur. Sedang persiapan bor formasi.

3. Interval Kedalaman: 829 838,5 mku / 792 795 mkt.

Klasifikasi

: Partial Loss

Jenis Lumpur : Lignosulfonate

Penanggulangan : Terjadi partial loss, din/stat = 60 / 20 lpm, spot 6 m3 Diasel-M (150 kg/m3) pengamatan loss statis = 10 lpm

4.Interval Kedalaman: 886 - 1015 mku / 837 930 mkt.

Klasifikasi

: Partial Loss

Jenis Lumpur

: Lignosulfonate

Penanggulangan : Terjadi loss partial, din/stat = 400/295 lpm. Sirkulasi spot 6 m3 Diaseal-M + Kwikseal-F dengan konsentrasi 100 ppg Lanjut bor formasi, loss dinamis/statis = 825/632 lpm. Sirkulasi, spot 6 m3 Diaseal-M + Kwik Seal-F konsentrasi 200 kg/m3. Pengamatan loss statis = 238 lpm. Pengamatan loss sambil tunggu reaksi Diaseal-M + Kwik Seal-F, loss statis = 183 lpm. Lakukan SS (sumbat semen) dari kedalaman 1015 1003 mku, semen sudah kering lakukan bor semen dari 1103 1015 mku, pengamatan loss = 0 lpm.

5. Interval Kedalaman: 1027 1045 mku / 960 968 mkt

Klasifikasi

: Partial Loss

Jenis Lumpur

: Lignosulfonate

Penanggulangan

: Terjadi loss partial, loss din/stat = 187/105 lpm, spot LCM 6 m3 Diaseal-M + Kwikseal-F, konsentrasi 50 ppb, pengamatan loss din/stat = 30/10 lpm, spot kembali LCM ( Wallnut 40 ppb) pengamatan loss statis = tidak ada loss (nol)

6.Interval Kedalaman: 1050 1085 mku / 974 1004 mkt

Klasifikasi

: Partial Loss

Jenis Lumpur

: Lignosulfonate

Penanggulangan

: Terjadi loss partial din/stat = 140 / 127 lpm, lakukan spot LCM 25 bbl (Diaseal-M 40 ppb + Kwikseal-F 40 ppb + Wallnut-M 40 ppb) pengamatan loss din/stat = 108/90 lpm, spot kembali LCM 25 bbl (Diaseal-M 40 ppb + Kwikseal-F 40 ppb + Wallnut-M 40 ppb + Mica-C 40 ppb) setelah reaksi lakukan pengamatan, loss din/stat = 90/50 lpm, lakukan SS (sumbat semen) dari 1085 mku 1050 mku, sebanyak 150 bbl dengan densitas 1.50 gr/cc, setelah semen kering lakukan bor semen dari 1050 1085 pengamatan loss = 0 lpm. Bottom parigi dikedalaman 1004 meter (TVD).

B. Sumur X2.

1. Interval kedalaman : 723 - 800 m.

Klasifikasi : Partial Loss

Jenis Lumpur : Freshwater Lignosulfonate.

Penanggulangan : Terjadi loss partial din/stat = 140 / 80 lpm dikedalaman 723 m (puncak parigi di 717 m). Lanjut bor formasi sampai 732 m. Pompakan 25 bbls LCM konsentrasi 50 ppb (30 sak Diaseal-M + 20 sak Kwik Seal-M), dorong dengan 34 bbls lumpur, pengamatan loss statis = 18 lpm. Angkat rangkaian sampai 665 m, tunggu reaksi Diaseal-M & desak bertahap 150 psi, loss = 0 lpm. Masuk kembali rangkaian pahat 12 " sampai 732 m, bor formasi sampai 751 m. Sedang bor formasi sampai 800 m, mulai 786 m terjadi loss dinamis/statis = 170/70 lpm

2. Interval kedalaman: 800 - 809 m.

Klasifikasi: Partial Loss.

Jenis Lumpur Yang Dipakai: Lignosulfonate.

Penanggulangan: Bor formasi dari 800 - 809 m, pengamatan loss dinamis / statis = 80/30 lpm. Spot 25 bbls LCM-II konsentrasi 80 ppb (40 sak Diaseal-M + 20 sak Kwik Seal-F + 20 sak Wallnut) dorong dengan 37 bbls lumpur, pengamatan loss statis = 18 lpm. Angkat rangkaian sampai 665 m, tunggu reaksi Diaseal-M, dan desak bertahap 110 psi, pengamatan loss statis = 7 lpm.

3. Interval Kedalaman : 908 970 m.

Klasifikasi Loss: Partial loss.

Jenis Lumpur: Lignosulfonate

Penanggulangan: Terjadi loss partial sebesar, din/stat = 90/40 lpm, lakukan pemompaan LCM-III 20 bbl (Diaseal-M + Kwikseal-F +Wallnut-M konsentrasi 20 ppb) pengamatan loss, din/stat 45/20 lpm, lakukan spot LCM kembali (Diaseal-M+ Kwikseal-F + Wallnut-M) dengan konsentrasi masing-masing 20 ppb, pengamatan loss din/stat = 25/10 lpm lakukan penyumbatan dengan semen SG 1.50 dari kedalaman 970 800 meter, TSK (tunggu semen kering) setelah semen kering lakukan bor semen selang 803 - 970 m pengamatan loss din/statis = 0 lpm. Sirkulasi didasar bersihkan lubang.

4. Interval Kedalaman: 970 1005 meter.

Jenis Loss: Partial Loss

Jenis Lumpur : Lignosulfonate

Penanggulangan: Terjadi loss partial din/stat = 80/30 lpm, sopt LCM I (Diaseal-M 20 ppb + Kwikseal-F 20 ppb + Wallnut 20 ppb) pengamatan loss statis 30 lpm, lakukan spot LCM-II (Diaseal-M 20 ppb + Kwikseal-M 20 ppb +Wallnut 20 ppb + Mica-C 20 ppb) pengamatan loss statis 20 lpm, lakukan sumbat semen dari 1005 970 m, setelah semen kering lakukan pemboran pada puncak semen di 973 lanjutkan sampai 1005 m, pengamatan loss din/stat = 0 lpm.

4.3. Perhitungan Dan Analisa

Perhitungan dan analisa yang digunakan untuk mengatasi hilang lumpur meliputi : menentukan tekanan formasi, perhitungan densitas lumpur, perhitungan tekanan hidrostatik dan perhitungan tekanan rekah formasi.

4.3.1. Perhitungan Densitas Lumpur Yang Digunakan Pada Daerah Hilang Lumpur

Tekanan hidrostatiklumpur harus bisa mengimbangi tekanan formasi. Oleh karena itu berat lumpur perlu dijaga agar tekanan hidrostatik mampu mengimbangi tekanan formasi.

A. Sumur X1Interval Kedalaman:750 - 800 mku.

(saat loss):1,08 gr/cc = 8,99 ppg

SF:9 % = 0,09

GF:0,426 psi/ft

Perhitungan :

Berhubung sumur X1 merupakan pemboran berarah maka dicari dulu kedalaman tegak (TVD), dimana KOP = 330 m dan sudut 32,300

TVD1 = 721,6 m = 2367,5 ft.

TVD2 = 759,9 m = 2493,2 ft.

Pf1 = Gf x TVD1 = 0,426 x 2367,5 = 1008 psi.

Ph1 = 1008,6 x ( 1 + 0,09 ) = 1098 psi.

MWb1 =

Pf2 = 0,426 x 2493,2 = 1064 psi.

Ph2 =1064 x ( 1 + 0,09 ) = 1159 psi.

MWb2 =

B. Sumur X2Interval Kedalaman:723 -786 mku.

(saat loss):1,08 gr/cc = 8,996 ppg.

SF:9 % = 0,09

Gf:0,428 psi/ft.

D1 = 723 x 3,281 = 2372,2 ft.

D2 = 786 x 3,281 = 2578,9 ft.

Pf1 = Gf x D1 = 0,428 x 2372,2 = 1015 psi.

Ph1= 1015 x ( 1 + 0,09 ) = 1107 psi.

MWb1 =

Pf2 = 0,428 x 2578,9 = 1104 psi/ft.

Ph2 = 1104 x ( 1 + 0,09 ) = 1203 psi.

MWb2 =

Untuk kedalaman lainnya bisa dilihat dalam lampiran A tabel A1.

4.3.2. Analisa Tekanan Hidrostatik Lumpur Terhadap Tekanan Formasi Berdasarkan Densitas Lumpur.

Hasil perencanaan densitas lumpur pada pembahasan diatas untuk mengatasi dan menganalisa keseimbangan tekanan hidrostatik lumpur terhadap tekanan formasi. Analisa tekanan tersebut dapat dilihat dalam perhitungan sebagai berikut :

A. Sumur X1

Interval Kedalaman (TVD):2367,5 2493,2 ft

(saat loss):1,08 gr/cc = 8,996 ppg

(perhitungan):1,071 gr/cc = 8,930 ppg.

Gf:0,426 psi/ft

Perhitungan :

Pf1 = 0,426 x 2367 = 1008 psi

PhL1= 0,052 x 8,996 x 2367,5 = 1107 psi.

PhB1= 0,052 x 8,921 x 2367,5 = 1098 psi.

Prosentase Ph lumpur lama dan lumpur baru terhadap Pf adalah :

PhL1=

PhB1 =

Pf2 = 0,426 x 2493 = 1062 psi.

PhL2 = 0,052 x 8,996 x 2493 = 1168 psi.

PhB2 = 0,052 x 8,926 x 2493,2 = 1159 psi.

PhL2 =

PhB2 =

C. Sumur X2Interval Kedalaman :723 786 m.

(saat loss):1,08 gr/cc = 8,996 ppg.

(analisa):1,076 gr/cc = 8,972 ppg.

Gf:0,428 psi/ft.

Perhitungan :

D1 = 723 x 3,281 = 2372 ft.

D2 = 786 x 3,281 = 2579 ft.

Pf1 = Gf x D1 = 0,428 x 2372,2 = 1015 psi.

PhL1 = 0,052 x 8,996 x 2372,2 = 1110 psi.

PhB1 = 0,052 x 8,972 x 2372,2 = 1107 psi.

Prosentase Ph Densitas lumpur lama dan Densitas lumpur baru terhadap Pf adalah :

PhL1 = .

PhB1 = .

Pf2 = 0,428 x 2578,9 = 1104 psi

PhL2 = 0,052 x 8,996 x 2578,9 = 1206 psi.

PhB2 = 0,052 x 8,930 x 2578,9 = 1203 psi.

PhL2 =

PhB2 =

Untuk kedalaman yang lainnya bisa dilihat pada lampiran tabel A2.

4.3.3. Perhitungan Tekanan Rekah.

Tekanan rekah dicari guna untuk mengetahui tekanan dimana formasi akan rekah. Dengan demikian bisa diketahui apakah tekanan hidrostatik lumpur menyebabkan formasi rekah.

Tekanan rekah dapat dihitung sebagai berikut :

A. Sumur X1Pada pemboran Sumur X1 dilakukan Mud Of Test pada kedalaman 720 m (TVD) dengan densitas lumpur 1,08 ppg, tekanan permukaan 375 psi.

Pfrac = Ps + (0,052 x x D)

= 375 + ( 0,052 x 8,996 x 2362 )

= 1482 psi.

Berat lumpur yang dapat ditahan formasi :

max =

Gradien tekanan mulai rekah

Gfrac = max x 0,052

= 11,58 x 0,052 = 0,602 psi/ft.

Tekanan rekah formasi pada kedalaman 721 m ( 2366 ft )

Pfrac = Gfrac x D

= 0,602 x 2368

= 1482 psi.

B. Sumur X2Pada pemboran Sumur X2 dilakukan Mud Of Test pada kedalaman 721 mku/mkt ( 2365,6 ft ) dengan densitas lumpur 1,08 ppg, tekanan permukaan 350 psi.

Pfrac = 350 + ( 0,052 x 8,996 x 2365,6 ) = 1460 ft

MWmax = .

Gradien tekanan mulai rekah :

Gfrac =11,87 x 0,052 = 0,615 psi/ft.

Tekanan rekah formasi pada kedalaman 723 m ( 2372,2 ft )

Pfrac = 0,615 x 2372,2 = 1460 psi.

4.3.4. Perhitungan ECD Dan BHCP.

Equivalent Circulationt Density (ECD) adalah densitas lumpur pada saat ada sirkulasi sedangkan Bottom Hole Circulation Pressure (BHCP) adalah tekanan lubang bor pada saat sirkulasi lumpur yang besarnya sama dengan tekanan hidrostatis lumpur ditambah dengan kehilangan tekanan diannulus.

Persamaan-persamaan yang dipergunakan untuk menghitung ECD dan BHCP adalah (300 = YP + PV

(600 = PV + (300n = 3,32 log

K =

Va =

Vc

Apabila Va lebih kecil dari Vc maka aliranya laminer, jika Va lebih besar dari Vc maka alirannya turbulen.

Kehilangan tekanan (Pf) yang terjadi diannulus dapat ditentukan dengan persamaan :

Untuk aliran laminer

Untuk aliran turbulen

Dari perhitungan diatas dapat diketahui besarnya ECD :

Dan besarnya tekanan lubang bor pada saat sirkulasi (BHCP) adalah :

Dimana :

PV:Plastic vicosity, cp.

YP:Yield point, lb/100 square ft.

MW:Berat lumpur, ppg.

Q:Rate sirkulasi, gpm.

Di:Diameter lubang bor / casing, in.

Do:Diameter luar Drill String, in.

Va:Kecepatan alirannya lumpur di anulus, ft/menit.

Vc:Kecepatan aliran kritis, ft/menit.

L:Panjang anulus, ft.

TVD:Kedalaman tegak lubang bor, ft.

Pf:Friction pressure ( kehilangan tekanan ), psi.

ECD:Equivalent circulation density, ppg.

BHCP:Bottom hole circulation pressure, psi.

Contoh perhitungan pada sumur X2 kedalaman 723 m ( 2372,2 ft ).

Data :MW=8,996 ppg.

PV=17 cps.

YP=18 lb/100 sq ft.

Q=400 gpm.

Dh=17 "

DCS=20 "

DDC=6,25 "

DDP=5 "

LCS=994 ft (casing)

LDC=59,1 ft (drill collar)

(300 = 18 + 15 = 33

(600 = 18 + 33 = 55

n = 3,32 log = 0,611

k =

Menentukan kecepatan aliran lumpur dianulus :

a. Antara Lubang Bor dan Drill Collar

Va HDC =.

b. Antara Casing dan Drill Collar

Va CSDC =

c. Antara Casing dan Drill Pipe.

Va CSDP =

Menentukan kecepatan kritis diannulus :

a. Antara Lubang Bor dan Drill Collar

VcDhDc =

= ( 3672,9 ) 0,71 x ( 0,17 x 1,35 ) 0,44 = 339,75 x 0,52

= 193,8 ft/menit.

b. Antara Casing dengan Drill Collar

Vc Cs Dc=

=( 29289,9)0,71 x ( 0,17 x 1,35 )0,44

=

=339,75 x 0,51

181,8 ft/menit.

c. Antara Casing dengan Drill Pipe

VcDcsDp=

=( 29289,9 )0,71 x

=339,75 x 0,52

= 168,3 ft/menit.

Menentukan kehilangan tekanan di annulus :

a. Antara Lubang Bor dan Drill Collar

Va = 36,7 ft/menit < Vc = 193,8 ft/menit, maka jenis alirannya laminer

Pf Dh Dc=

=

= 1,3 x 0,02

= 0,05 psi

b. Antara Casing dan Drill Collar.

Va = 34,3 ft/menit < Vc = 181,8 ft/menit, maka jenis alirannya laminer.

Pf Dcs Dc=

= x

= 2,4 x 3,3

= 1,081 psi.

b. Antara Casing dan Drill Pipe.

Va = 28,6 ft/menit < Vc = 287,4 ft/menit, maka jenis alirannya laminer.

=

= 2,8 x 0,5 = 1,4 psiPanjang annulus = kedalaman lubang bor - LDC

= 2372,2 - 59,1 = 2313,1 ft.

Jadi kehilangan tekanan total diannulus ( Pf total ) adalah :

Pf total = 0,005 + 1,081 + 0,447 = 1,583 psi.

Dari perhtungan diatas maka diketahui besarnya ECD

ECD =

Dan besarnya BHCP adalah :

BHCP = 0,052 x 9,52 x 2372,2 = 1111,262 psi.

Hasil perhitungan pada kedalaman yang lain dapat dilihat pada lampiran A Tabel A-4a dan Tabel A-4b.

4.4 Evaluasi Penangulangan Problem Hilang Lumpur Pada Formasi Parigi Sumur X1 dan X2.

Hilang lumpur yang terjadi pada sumur X1 dan X2 berlangsung pada saat menembus formasi Parigi dan Baturaja, tetapi dalam hal ini akan mengevaluasi problem hilang lumpur pada formasi Parigi, formasi ini merupakan jenis batu gamping terumbu yang memiliki rekahan alami (natural fracture), porositas vugy (cavernous) dan adanya gua-gua pada beberapa titik kedalaman. Formasi Parigi memilki gradien tekanan formasi relatif rendah (subnormal), yaitu sebesar 0,426 psi/ft, untuk Sumur X1, sedangkan pada Sumur X2 sebesar 0,428 psi/ft.

Penanggulangan problem hilang lumpur pada sumur X1 dan X2 sudah cukup baik, penanggulangan yang dilakukan pada zona loss semua berhasil ditangani walaupun masih ada kehilangan lumpur saat membor formasi selanjutnya. Ini terbukti dengan tercapainya target kedalaman di formasi produktif.

Evaluasi dari hasil penanggulangan problem hilang lumpur, pada setiap interval kedalaman dapat dilihat pada tabel berikut.

_1140507738.unknown

_1140508745.unknown

_1140508934.unknown

_1140510284.unknown

_1140511954.unknown

_1142231653.unknown

_1142231822.unknown

_1140604549.unknown

_1140511477.unknown

_1140511792.unknown

_1140509666.unknown

_1140509992.unknown

_1140509209.unknown

_1140508893.unknown

_1140508916.unknown

_1140508851.unknown

_1140508167.unknown

_1140508311.unknown

_1140508602.unknown

_1140508230.unknown

_1140508050.unknown

_1140508115.unknown

_1140507916.unknown

_1140507197.unknown

_1140507529.unknown

_1140507592.unknown

_1140507294.unknown

_1133637562.unknown

_1140506960.unknown

_1140507079.unknown

_1133638333.unknown

_1140505758.unknown

_1133638144.unknown

_1133636777.unknown

_1133636843.unknown

_1133562870.unknown

_1133636718.unknown

_377329866.unknown

_377330643.unknown

_377329848.unknown