bab 11- keterampilan komunikasi

10
247 Keterampilan Komunikasi K eterampilan komunikasi yaitu kemampuan seseorang dalam mengemas ide, gagasan atau pesan kepada orang lain secara efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kemampuan komunikasi sangat penting dikuasai oleh siapa saja untuk meningkatkan jalinan hubungan dan menyelesaikan konflik yang terjadi dalam masyarakat. Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam mengkomunkasikan pesan kepada orang lain baik secara verbal maupun non verbal. Kemampuan komunikasi verbal menyangkut penguasaan unsur persuasi, seperti struktur kalimat, intonasi, jeda, penyajian pesan dengan framing dan reframing. Komunikasi non verbal meliputi bahasa tubuh (body language), simbol, penampilan dan mimik muka. Kedua jenis komunikasi ini banyak digunakan dalam berbagai kegiatan dan dikembangkan secara profesional, gaya hidup dan model komunikasi yang dapat dipelajari terutama untuk pengembangan diri (self empowering), menghadapi masyarakat, memahami perubahan perilaku (behaviour change), menganalisis perilaku yang ditunjukkan sebagai respon emosi dan tindakan personal. Berbagai kajian teori komunikasi publik banyak disandarkan pada model dan praktek dua bentuk komunikasi ini (verbal dan nonverbal), kemudian dalam perkembangannya diterapkan untuk kepentingan yang lebih luas di bidang psychosocial dan resolusi konflik. Keterampilan komunikasi menjadi bagian penting dari kemampuan pemimpin masyarakat untuk mengenal sikap, perilaku, tindakan, dan harapan yang ditunjukkan melalui persuasi dan gerak tubuh yang terkadang sulit untuk dipahami. Melalui topik ini, peserta akan belajar bagaimana mengembangkan kemampuan dasar komunikasi verbal dan nonverbal melalui permainan interaktif yang diharapkan dapat mengenal pola-pola nilai-nilai, simbol, gaya atau penampilan dan gerakan tubuh.

Upload: wahyudin-sumpeno

Post on 19-Jun-2015

204 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 11- Keterampilan Komunikasi

247

Keterampilan

Komunikasi

K eterampilan komunikasi yaitu kemampuan seseorang dalam

mengemas ide, gagasan atau pesan kepada orang lain

secara efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Kemampuan komunikasi sangat penting dikuasai oleh siapa saja

untuk meningkatkan jalinan hubungan dan menyelesaikan konflik

yang terjadi dalam masyarakat. Setiap orang memiliki cara

tersendiri dalam mengkomunkasikan pesan kepada orang lain baik

secara verbal maupun non verbal. Kemampuan komunikasi verbal

menyangkut penguasaan unsur persuasi, seperti struktur kalimat,

intonasi, jeda, penyajian pesan dengan framing dan reframing.

Komunikasi non verbal meliputi bahasa tubuh (body

language), simbol, penampilan dan mimik muka. Kedua jenis

komunikasi ini banyak digunakan dalam berbagai kegiatan dan

dikembangkan secara profesional, gaya hidup dan model

komunikasi yang dapat dipelajari terutama untuk pengembangan

diri (self empowering), menghadapi masyarakat, memahami

perubahan perilaku (behaviour change), menganalisis perilaku

yang ditunjukkan sebagai respon emosi dan tindakan personal.

Berbagai kajian teori komunikasi publik banyak disandarkan pada

model dan praktek dua bentuk komunikasi ini (verbal dan

nonverbal), kemudian dalam perkembangannya diterapkan untuk

kepentingan yang lebih luas di bidang psychosocial dan resolusi

konflik.

Keterampilan komunikasi menjadi bagian penting dari

kemampuan pemimpin masyarakat untuk mengenal sikap,

perilaku, tindakan, dan harapan yang ditunjukkan melalui persuasi

dan gerak tubuh yang terkadang sulit untuk dipahami. Melalui

topik ini, peserta akan belajar bagaimana mengembangkan

kemampuan dasar komunikasi verbal dan nonverbal melalui

permainan interaktif yang diharapkan dapat mengenal pola-pola

nilai-nilai, simbol, gaya atau penampilan dan gerakan tubuh.

Page 2: Bab 11- Keterampilan Komunikasi

248

TUJUAN

Peserta memiliki kemampuan mengenal pola dasar komunikasi

verbal dan nonverbal serta menerapkannya dalam situasi praktis

untuk meningkatkan kualitas jalinan hubungan dengan pemangku

kepentingan yang terlibat dalam konflik.

POKOK BAHASAN

☺ Komunikasi Verbal

☺ Komunikasi Non-Verbal

WAKTU

Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran 80—160 menit

METODE

Metode yang digunakan diantaranya,

☺ Permainan interaktif

☺ Simulasi

☺ Presentasi

MEDIA DAN SUMBER BELAJAR

☺ Kertas, Flipchart, Spidol, kertas plano dan metaplan

☺ Media presentasi 11.1-10

☺ Lembar Kasus 11.1: ‘Shock Therapy di Aceh’

☺ Lembar Permainan 11.1: ‘Tebak Gerak’

☺ Bahan Bacaan 11.1: “Bahasa Tubuh: Memahami Kepribadian

dan Pikiran Orang Lain”.

Page 3: Bab 11- Keterampilan Komunikasi

249

PROSES PEMBELAJARAN

Kegiatan 1 : Komunikasi Verbal

1. Jelaskan tentang tujuan dan proses yang akan dilakukan

pada sessi ini.

2. Mintalah 2-3 orang peserta untuk mempelajari lembar kasus

11.1. Berikan kesempatan untuk mempelajari dengan

selama (5 menit).

3. Setelah selesai mintalah masing-masing peserta tanpa teks

untuk mengungkapkan atau menjelaskan kembali di depan

pleno dengan menggunakan bahasa sendiri (Paraphrasing)

selama 1 menit.

4. Tunjuklah 1 atau 2 orang dari peserta lain untuk membuat

resume atau kesimpulan dari tiga pembicara sebelumnya.

5. Berdasarkan kegiatan tersebut, mintalah kepada peserta

untuk memberikan komentar, tanggapan atau kritik

terhadap cara penyampaian pesan (membahasakan

kembali). Sebagai panduan ajukan pertanyaan pemicu

sebagai berikut;

Menurut Anda gagasan pokok atau kesimpulan apa saja dari

lembar kasus yang dikemukakan oleh pembicara ?

Apakah peserta atau pendengar dapat memahami apa yang

diungkapkan oleh pembicara ?

Kesulitan apa saja yang dirasakan ketika mengungkapkan

kembali dengan bahasa sendiri ?

Bagaimana saran untuk memperbaikinya ?

Variasi:

Peserta dapat melakukan latihan ini dengan meminta beberapa

peserta untuk menceritakan pengalaman atau kasus yang

dialaminya kepada peserta lain. Cara lain yang lebih menarik dengan menayangkan gambar, video atau feature berita yang

sedang menjadi headline di beberapa media. Kemudian peserta diminta untuk melakukan paraphrasing berdasarkan

pengamatan.

Page 4: Bab 11- Keterampilan Komunikasi

250

6. Selanjutnya, berikan kesempatan kepada peserta untuk

bertanya dan mengajukan pendapat tentang hal-hal penting

terkait dengan hasil diskusi.

7. Buatlah rangkuman atau kesimpulan dari pembahasan yang

telah dilakukan.

Kegiatan 2: Komunikasi Non-verbal

1. Jelaskan tentang tujuan dan proses yang akan dilakukan pada

sessi ini.

2. Mintalah seluruh peserta untuk berdiri dan bekumpul untuk

melatih kemampuan komunikasi non-verbal. Petunjuk

permainan dapat menggunakan lembar permainan 14.2

“Tebak Gerak”.

3. Setelah permainan berakhir, mintalah peserta untuk

merefleksikan permainan itu dengan situasi konflik lokal dan

pengalaman dalam mendampingi masyarakat. Berikan

kesempatan untuk bertanya mengajukan pendapat atau

mengkritisi terhadap diskusi yang dilakukan.

4. Mintalah peserta untuk membentuk 4-5 kelompok sesuai

dengan jenis program atau wilayah kerja. Kelompok diminta

untuk menggali dan mengidentifikasi beberapa kebutuhan,

kasus atau permasalahan yang seringkali ditemukan dan yang

perlu diantisipasi dalam kehidupan masyarakat terutama

berkaitan dengan proses dan hambatan komunikasi non

verbal. Hasil diskusi dituangkan dalam matrik sebagai berikut;

5. Galilah secara mendalam beberapa alternatif komunikasi non-

verbal yang dapat membantu untuk memperbaikinya.

Page 5: Bab 11- Keterampilan Komunikasi

251

6. Mintalah kepada wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi dalam pleno.

7. Peserta diberikan kesempatan untuk menanggapinya dengan

memberikan ide, gagasan, saran atau kritik. Catatlah hal-hal

penting yang perlu mendapat perhatian dari pembahasan

masing-masing kelompok.

8. Selanjutnya, berikan penjelasan dan tanggapan dari presentasi

kelompok dan berikan kesempatan kepada peserta untuk

bertanya dan mengajukan pendapat tentang hal-hal yang

berkaitan dengan hasil diskusi yang telah dibahas.

9. Buatlah rangkuman atau kesimpulan dari pembahasan yang

telah dilakukan.

Variasi:

Masing-masing kelompok dapat secara mendalam menggali

berbagai kebutuhan komunikasi non verbal yang diperlukan

pemimpin dalam menyelesaikan konflik dalam masyarakat. Penggalian dapat didasarkan pada pengalaman pelaksanaan

program pembangunan periode sebelumnya atau kemungkinan yang akan dihadapi di tahun depan sesuai dengan mekanisme

program. Masing-masing kelompok disarankan menggali kasus-kasus komunikasi non verbal yang dihadapi dalam setiap forum

musyawarah dan pengalaman dalam mengenal perilaku orang

lain menyangkut bahasa tubuh.

Page 6: Bab 11- Keterampilan Komunikasi

252

Dalam memfasilitasi kegiatan ini perlu diperhatikan beberapa hal terkait dengan

pemahaman konsep dasar komunikasi, prinsip-prinsip dan model komunikasi yang digunakan dalam hubungan pribadi, kelompok, organisasi dan publik. Perlu

ditekankan kepada peserta bahwa beberapa kasus perselisihan, perbedaan cara pandang, kepentingan dan konflik yang sering terjadi dalam masyarakat lebih

disebabkan terhambatnya proses komunikasi antarpemangku kepentingan. Demikian halnya seorang pemimpin atau tokoh masyarakat akan lebih banyak

menggunakan kemampuan komunikasi untuk meningkatkan jalinan antarkelompok untuk menemukan solusi secara persuasif tanpa menggunakan kekerasan atau

tekanan. Disarankan fasilitator dapat menggunakan pengalaman mereka sebagai

dasar dalam mengembangkan kemampuan komunikasi menyangkut keterampilan verbal dan non-verbal. Keterampilan ini sangat bermanfaat dalam memfasilitasi

penyelesaian konflik dan memfasilitasi berbagai pertemuan publik. Keterampilan verbal lebih diarahkan untuk menguasai kamampuan

mengemas pesan lisan dan melakukan paraphrasing terhadap peristiwa tertentu. Sedangkan untuk kemampuan non verbal lebih

menekankan pada upaya memahami bahasa tubuh, perubahan sikap dan perilaku dan pemahaman tentang simbol-simbol untuk

pengambilan keputusan dan menemukan cara yang paling efektif

agar konflik dapat dihindari.

Page 7: Bab 11- Keterampilan Komunikasi

253

Lembar Kasus 11.1

‘Shock Therapy di Aceh’

George Junus Aditjondro

Epilog kematian Ketua DPRD Sumut Abdul Azis Angkat, Selasa, 3 Februari lalu, praktis

menutupi serangkaian pembunuhan politis di provinsi tetangganya, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), dalam kurun waktu sama. Padahal sebagian korban berpotensi

menduduki kursi DPR Aceh (DPRA) sebagai caleg Partai Aceh (PA), partai politik yang didirikan mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Paling tidak mereka anggota

Komite Peralihan Aceh (KPA), organisasi resmi untuk menampung para mantan kombatan itu.

Selasa (3/2) tengah malam, sementara sorotan kamera para jurnalis terfokus ke rumah duka keluarga Angkat di Medan, Dedi Noviandi alias Abu Karim (33), caleg PA

dari wilayah Bireuen, tewas tertembak dalam mobilnya di depan rumahnya di Pulo

Kiton, Bireuen. Besoknya, pukul 12 siang, mobil yang membawa dua anggota KPA Aceh Besar, diberondong peluru di Kajhu, Aceh Besar, oleh dua orang bersepeda motor.

Akibatnya, Muhamad Nur (pengemudi) tewas dan Zakaria, penumpang mobil itu, dievakuasi ke rumah sakit.

Seminggu kemudian, Selasa, 10 Februari, Muhammad Yusuf (45), warga Desa Cembreng, Kecamatan Tadu Raya, Nagan Raya, sekitar pukul 10 pagi, ditemukan tewas

di kawasan Gunung Trans, Simpang Peuet, Alue Bilie, dengan kondisi berlumuran darah. Menurut harian Serambi, Rabu (11/2), kematian Yusuf diduga akibat ditembak ‘orang

tak dikenal’ (OTK), ketika sedang menuju ke Desa Simpang Peuet dari rumahnya di

Desa Cembreng. Yusuf adalah seorang mantan kombatan Tentera Nanggroe Aceh (TNA), sayap militer Gerakan Aceh Merdeka. Namun dia tidak dikenal sebagai caleg

atau anggota Partai Aceh.

Dua hari kemudian, mayat Taufik Adli alias Ibnu, Kepala Posko PA setempat,

ditemukan dengan luka tembakan di belakang kantor Posko PA di Jalan Samudra Dua di Desa Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan, Meulaboh. Isteri korban, Erviana

Silviana, adalah caleg PA No Urut 7 Daerah Pemilihan 4. Dengan demikian, Ibnu adalah anggota PA ketiga yang mati tertembak dalam satu bulan terakhir.

Gubernur Aceh, Irwandy Yusuf menunjukkan kemarahannya di depan Sekretaris

Menteri Polhukham, Letjen Romulo Simbolon di rumah dinas Gubernur, Kamis lalu. “Kalau begini terus, pasti akan ada tindakan balasan”. Sebelumnya, sang Gubernur juga

telah menyurati Presiden SBY dan Uni Eropa, menuntut pengiriman pemantau asing ke Aceh.

Para mantan petinggi GAM, menurut berbagai sumber di Aceh, berpikir bahwa GAM sedang dipancing untuk angkat senjata lagi. Itu akan menjadi alasan buat TNI

mengirim ribuan serdadunya lagi ke Aceh. Soalnya, sementara sudah tiga orang anggota PA mati tertembak, selama dua tahun terakhir berbagai bentuk intimidasi telah

Page 8: Bab 11- Keterampilan Komunikasi

254

dilancarkan oleh aparat bersenjata dan milisi dukungan mereka, terhadap anggota PA di berbagai daerah di Aceh. Militer dan milisi dukungan mereka, khususnya PETA (Pembela Tanah Air), juga menakut‐nakuti rakyat di desa‐desa, untuk tidak memilih partai lokal dalam pemilu mendatang. “Semacam shock therapy,” menurut beberapa

orang aktivis prodemokrasi di Aceh.

Intimidasi itu bervariasi dari pencopotan bendera dan baliho, pencoret-coretan

baliho dengan tulisan PKI dan lambing palu arit, pembakaran kantor, pelemparan granat ke kantor‐kantor partai lokal dan rumah‐rumah para fungsionarisnya, pemasangan bom di kolam ikan di halaman Ketua DPRD Pidie, pemukulan dan

penyiksaan, sampai dengan pemasangan granat yang sudah dicabut pinnya dan diikat dengan karet gelang berminyak di rumah Walikota Sabang, Munawar Liza Zainal,

Selasa, 3 Februari lalu. Untunglah granat tersebut berhasil dijinakkan, tanpa merenggut nyawa mantan perunding Kesepakatan Helsinki itu.

Dalam semua peristiwa itu, begitu pula dalam penembakan ketiga anggota PA, tidak ada orang yang secara resmi ditahan dan diproses karena melakukan berbagai

tindak pidana itu. Ini begitu berbeda dengan banyaknya orang yang telah ditahan

Poltabes Medan, dalam kaitan dengan kematian Ketua PDRD Sumut, 3 Februari lalu.

Belakangan ini, represi terhadap partai‐partai lokal sudah melibatkan aparat kepolisian secara langsung. Selasa, 10 Februari, pertemuan Partai SIRA (Suara Independen Rakyat Aceh) di Pante Raja, Pidiejaya, dibubarkan oleh polisi dengan

alasan tidak ada izin. Padahal, pertemuan internal itu cuma dihadiri oleh 30 orang. Kapolres Pidie yang memerintahkan pembubaran pertemuan itu, menuduh SIRA–

partai yang telah mengorbitkan Wakil Gubernur NAD, M. Nazar sebagai partai illegal.

Alasan serupa telah digunakan oleh polisi di Blang Pidie, Aceh Barat Daya (Abdiya) untuk membubarkan pertemuan PA yang dihadiri sekitar 50 orang. Selain alasan tidak

ada izin, ada tuduhan bahwa seorang peserta pertemuan itu menggunakan mobil pelat merah.

Tapi ,mengapa sebenarnya aparat bersenjata, baik TNI maupun Polri, sebagai pengejawantah otoritas pemerintah pusat di wilayah Aceh, begitu khawatir kalau PA –

atau suatu koalisi partai lokal – memenangkan pemilu di Aceh di bulan mendatang? Ini yang jadi tanda tanya para aktivis pro‐demokrasi di Aceh. Tampaknya, ada dua kekhawatiran besar terhadap kemenangan partai‐partai lokal di Aceh. Pertama, peluang pembalakan liar yang kini mewabah di Aceh, khususnya di kawasan Leuser yang ingin diperebutkan oleh kelompok pro‐pemekaran “provinsi” ALA (Aceh Leuser Antara) yang didukung oleh PETA dan aparat bersenjata di Tanah Gayo, akan menyusut apabila PA dan partai lokal lain memenangkan pemilu mendatang. Kedua,

dari kacamata Pemerintah Pusat, kemungkinan Partai Aceh dan partai lokal lain, membuka preseden bagi provinsi lain untuk mengikuti jejak Aceh. Bukan jejak

perjuangan pemisahan dari NKRI lewat perjuangan bersenjata, melainkan pendirian

partai lokal yang lebih peka terhadap budaya dan kepentingan ekonomi rakyat setempat.

Betapapun, buat orang Aceh yang sudah jenuh dengan perang selama tiga dasawarsa, kemungkinan penambahan ribuan serdadu Jakarta kalau para mantan

kombatan GAM terpancing melakukan pembalasan bersenjata, membuat mereka susah tidur. Makanya tuntutan Irwandy Yusuf, untuk mendatangkan pemantau asing,

sebaiknya segera diwujudkan.

(Sumber: Sinar Harapan, Selasa, 17 Februari 2009, hal. 4)

Page 9: Bab 11- Keterampilan Komunikasi

255

Lembar Permainan 11.1

‘Tebak Gerak’

Format : Individu dan Kelompok

Waktu : 10 — 15 Menit

Tempat : Di dalam atau di luar ruangan

Materi : Flipt chart, kertas plano , HVS, dan spidol

Peserta : 20 — 25 orang

Deskripsi Dalam situasi tertentu terkadang seorang pemimpin dituntut untuk menginformasikan kepada pihak lain tentang suatu kebijakan, keputusan, dan perubahan yang sulit untuk diterima. Latihan ini merangsang kemampuan personal dalam mengemas pesan non verbal dengan cara yang tepat sesuai dengan karakteristik sasaran. Dalam permainan ini, peserta dibagi dalam empat atau lima kelompok. Satu wakil kelompok mendapat perintah dari orang lain sebuah pesan dan diminta menterjemahkannya dalam bentuk gambar di kertas plano atau HVS kemudian melakukan gerak berupa isyarat sedangkan kelompoknya berusaha menebaknya. Tim yang berhasil paling banyak menebak gambar atau yang mendekatinya dalam waktu yang ditentukan akan keluar sebagai

pemenang.

Tujuan Melatih komunikasi antara dua orang atau lebih dengan memanfaatkan sarana visual dan gerak

(Non-Verbal) yang dapat diinterpretasikan secara tepat.

Cara Permainan 1. Mintalah seluruh peserta untuk berdiri kemudian membentuk kelompok yang beranggotakan

4-5 orang.

2. Masing-masing kelompok menentukan satu orang yang menjadi duta atau wakilnya.

3. Masing-masing wakil kelompok diberikan 3 tugas pendahuluan oleh fasilitator untuk digambar dan dikomunikasikan kepada kelompok melalui gerak tanpa suara. Soal yang dilombakan

awalnya terdiri dari satu suku kata yang diberikan sama kepada wakil kelompok.

4. Selanjutnya wakil kelompok diminta untuk menggambarkannya dalam kertas plano tanpa

diketahui oleh anggota kelompoknya.

Page 10: Bab 11- Keterampilan Komunikasi

256

5. Berikan waktu dua atau tiga menit untuk menggambarnya. Fasilitator dapat memberikan pengarahan agar pesan yang disampaikan digambar dengan cara yang dapat dipahami oleh

kelompoknya.

6. Setelah selesai, berilah aba-aba kepada wakil kelompok untuk menerangkan kepada kelompoknya dengan memeragakan sesuai gambar berupa gerakan tubuh tanpa menggunakan kata-kata yang menyerupai gambar. Misalnya, menunjukkan buku dan spidol berarti menulis, menunjukan cincin berarti sudah menikah, kedua tangan kedepan

kemudian membuat gerakan menggelembung berarti dia sedang hamil.

7. Mintalah anggota kelompoknya untuk menebaknya dengan cepat. Jika sudah dapat ditebak segera mintal soal tambahan kepada fasilitator untuk disampaikan kembali dengan cara yang sama kepada anggota kelompoknya. Waktu akan terus dihitung karena soal ada batas

waktu untuk menggambar dan menjawabnya.

8. Jika dalam waktu tiga menit tidak terjawab maka satu soal dianggap gagal, lalu dilanjutkan dengan soal kedua dan ketiga. Dari ketiga soal akan diakumulasikan. Bagi tim yang mendapat waktu tercepat dan dua kelompok dengan pencapaian target waktu yang sangat

sedikit akan masuk ke babak final.

9. Dalam babak final, mulai diberikan soal untuk menebak dua suku kata. Jika nilainya masih

sama, maka akan diberikan soal tambahan dengan menebak tiga suku kata.

Diskusi

1. Siapa yang sebaiknya ditunjuk sebagai wakil atau juru bicara kelompok ?

2. Apa saja yang menjadi kendala kelompok dalam menebak ?

3. Tanggung jawab siapa yang lebih besar yang memandu atau yang menebak ?

4. Bagaimana cara mengarahkan kelompok supaya dapat menebak gerak dengan cepat ?

5. Bagaimana memadukan gambar dan simbol gerak tubuh agar kelompok dapat menebaknya

dengan benar dan cepat ?

6. Pelajaran komunikasi apa yang bisa didapat dari permainan ini ?

Variasi Permainan ini dapat dibuat melalui sistem kompetisi gugur seperti dalam pertandingan olah raga. Seluruh tim dibagi menjadi beberapa kelompok (tiga atau empat tim). Pemenang di babak awal akan berkompetisi dengan tim lainnya. Berikan soal awal yang paling mudah digambar dan dikomunikasikan melalui gerak kepada kelompoknya, kemudian diberikan soal yang lebih rumit, Jika kelompok tidak mampu menjawab dengan benar dan cepat pada akhir sesi cobalah masing-

masing wakil kelompok untuk mengkomunikasikan gerakan tersebut kepada kelompok lainnya.

Kunci Buatlah gambar sesederhana mungkin dan mudah dipahami sehingga waktu masih dapat dimanfaatkan untuk menginterpretasikan dalam bentuk gerak. Wakil kelompok dapat memandu tidak hanya dengan gerakan tubuh saja tapi dapat menunjukkan dengan benda yang sama maknanya atau dengan mendekati kelompok kemudian berbicara tanpa keluar suara hanya menggerakkan mulutnya saja hingga kelompok memahaminya. Keaktifan dan kreativitas dalam

memandu sangat menentukan kemampuan kelompok untuk menebaknya.