bab 10 sni 6

18
SEJARAH NASIONAL INDONESIA VI Oleh Syarifuddin

Upload: putra-sanubari

Post on 09-Apr-2017

58 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

SEJARAH NASIONAL INDONESIA VI

Oleh Syarifuddin

KONFRONTASI INDONESIA DAN MALAYSIA

Ruang Lingkup Penjelasan: Latar Belakang dilaksanakannya konfrontasi

militer Indonesia ke Malaysia Politik luar negeri Indonesia dalam

persoalan dengan Malaysia Indonesia keluar dari PBB Upaya penyelesaian konfrontasi militer

Indonesia ke Malaysia

BAB X

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)Setelah mempelajari bab X ini, mahasiswa diharapkan dapat:1. Menjelaskan latar belakang konfrontasi Indonesia dan

Malaysia pada masa Demokrasi Terpimpin.2. Mendeskripsikan langkah Indonesia dalam upaya

mencegah pembentukan Negara Federasi Malaysia.3. menguraikan konflik militer dan operasi Dwikora dalam

upaya konfrontasi dengan Malaysia.4. Menjelaskan alasan Indonesia keluar dari PBB.5. Menjelaskan langkah perundingan Indonesia dan

Malaysia dalam menyelesaikan konflik.

Adapun tujuan instruksional khusus bab kesepuluh ini sebagai berikut:

Pembentukan Malaysia dilihat sebagai usaha Barat, terutama Inggris, untuk membentuk alat dalam melestarikan kehadiran dan pengaruhnya di Asia Tenggara. Oleh sebab itu, Indonesia berusaha mengerahkan segala daya upaya diplomatiknya untuk mempengaruhi proses terwujudnya Federasi Malaysia.

1. Latar Belakang Konfrontasi Indonesia dan Malaysia

Politik konfrontasi adalah sebuah era ketika Indonesia menentang pembentukan Federasi Malaysia ketika Indonesia baru saja melepaskan Irian Barat dari sisa-sisa Kolonialisme Belanda.

Indonesia merasa sedang dikepung oleh kekuatan neokolonisme melalui pembentukan Federasi Malaysia yang akan membahayakan stabilitas keamanannya.

Raja-raja Malaya masih tetap berkuasa atas rakyatnya, namun harus tetap dipertanggung jawabkan dihadapan pejabat Inggris. Kekuasaan Inggris berlangsung sampai 1942 ketika tentara Jepang berhasil mengusir Inggris dari Malaya.

Malaysia mulai dikuasai Inggris sebagai akibat Konvensi London 1814 yang salah satu isinya menukar jajahan Inggris di Bengkulu dengan jajahan Belanda di Malaka. Sejak saat itu secara adsministratif wilayah Malaya berada dalam kekuasaan Inggris.

Pengaruh nasionalisme dari Indonesia segera menyebar ke Malaya. Salah satu tokoh Malaya yang terpengaruh gerakan nasionalisme Indonesia adalah Ibrahim Yaacob pemimpin Kesatuan Melayu Muda (KMM).

Ibrahim bahkan Berkata “Kami orang Melayu akan setia menciptakan ibu negeri dengan menyatukan Malaya dengan Indonesia yang merdeka. Kami orang-orang Melayu bertekad untuk menjadi orang Indonesia.”

Namun semua itu tidak sampai terjadi pasca Jepang kalah perang dan menyerah 15 Agustus. Ibrahim diperintahkan untuk membubarkan Giyuugun (tentara sukarelawan Melayu). Setelah kalah perang, Jepang menyerahkan kembali wilayah Malaya kepada Pemerintah Inggris.

Pemerintah Inggris mulai membicarakan kemerdekaan Malaya.

Janji akan adanya kemerdekaan membuat berbagai golongan di Malaya membuat partai-partai politik

Perundingan ini berhasil mencapai kesepakatan bahwa pada agustus 1957, Malaya akan menjadi negara merdeka. Pada 31 Agustus 1957, diumumkan Proklamasi Kemerdekaan Malaya

Sejak kemerdekaan Malaya pada 31 Agustus 1957, maka gagasan pembentukan Negara Malaysia mulai dicanangkan. Pada mulanya Indonesia menyambut baik kemerdekaan Malaya meskipun pemerintah Indonesia curiga karena proses kemerdekaan ini dilakukan tanpa pengorbanan yang berarti.

Di wilayah lainnya seperti Brunei, Singapura, Serawak, dan Sabah, yang masih diduduki Inggris, golongan komunis terus melakukan perlawanan bersenjata dengan tujuan mengusir Inggris. Inggris sangat kesulitan dalam mempertahankan kedudukannya di wilayah tersebut. Untuk tujuan keselamatan, kemajuan ekonomi dan kestabilan politik negeri-negeri inilah yang menjadi dasar rencana untuk mendirikan persekutuan yang lebih besar, yaitu Malaysia.

Pembentukan Federasi Malaysia

Inggris memberitahukan kepada Indonesia mengenai rencana untuk membentuk Federasi Malaysia. Indonesia tidak menentang, karena dipahami bahwa ide pembentukannya ialah untuk memberikan kemerdekaan kepada wilayah-wilayah jajahan Inggris di Kalimantan Utara. Disamping memberitahu pihak Indonesia, Inggris juga memberitahu Filipina mengenai rencana pembentukan Malaysia

Reaksi Rakyat MalaysiaWilayah Malaysia yang meliputi Semenanjung Malaya, Singapura, dan Kalimantan Utara menimbulkan pro dan kontra di berbagai kalangan. Rakyat Malaya yang beretnis Melayu takut dengan kehadiran etnis Cina dari Singapura karena akan menambah dominasi etnis Cina di tanah Malaya. Sebaliknya etnis Cina di Singapura juga takut karena mereka akan tunduk terhadap Pemerintah Malaysia yang didominasi etnis Melayu

Konflik antara Soekarno dan Tengku Abdul Rahman tidak akan terjadi apabila tidak ada sebab, faktor yang menyebakan terjadinya koflik ini di mulai dari adanya keinginan Inggris untuk menciptakan negara federasi Malaysia karena Inggris merupakan salah satu pemegang hak dalam PBB.

Demo Anti Indonesia

Hal ini tentu mendapat tentangan keras baik dari Indonesia dan Filipina karena hal ini di anggap bertujuan untuk mengancam kemerdekaan Filipina dan Indonesia.

Akibat aksi ini pihak Malaya pun geram dan rakyatnya pun ikut geram sehingga meletuslah peristiwa “demontrasi anti-indonesia” di Kuala Lumpur tepat pada tanggal 17 september 1963.

2. Indonesia Menentang Negara Federasi Malaysia

pada 8 Januari 1963 ia menolak gagasan Malaysia dan tak lama kemudian Menteri Luar Negeri Subandrio mengumumkan konfrontasi terhadap Malaysia

Reaksi Indonesia mulai muncul ketika 8 Desember 1962, setelah Azhari dituduh memberontak di Brunei dan memproklamasikan kemerdekaan Kalimantan Utara yang terdiri dari Brunai, Serawak, dan Sabah

Tengku Abdul Rahman menuding Indonesia sebagai biang keladinya. Ali Sastroamidjojo, memberikan reaksi menolak tudingan Tengku. Tengku pun menjadi marah oleh adanya reaksi dari Ali Sastroamidjojo dan langsung menyerang secara pribadi kepada Bung Karno

April 1963, Sukarno dihadapan konferensi wartawan Asia Afrika di Jakarta menjawab ancaman Tengku Abdurahman yang menuduh Indonesia sebagai dalang kerusuhan di Kalimantan Utara.

3. Konfrontasi Indonesia Terhadap Malaysia

Jepang telah melihat bahwa proses pembentukan Federasi Malaysia sudah menjurus pada kecurigaan Indonesia sebagai proyek neokolonialisme Inggris, maka pada 31 Mei sampai 1 Juni 1963, Tokyo menyediakan tempat pertemuan antara Presiden Sukarno dan Perdana Menteri Tengku Abdul Rahman, untuk mengusahakan pendekatan. Pertemuan di Tokyo menyepakati sebuah prinsip, yaitu tetap memelihara semangat perjanjian persahabatan Indonesia-Malaysia 1959.

Pada 16 September 1963, Federasi Malaysia diumumkan berdiri, meliputi Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Sabah, dan SerawakPada 17 September 1963, Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dangan Kuala Lumpur. Malaysia melihat pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur tangan orang luar, tetapi Pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai perjanjian yang dilanggar dan sebagai bukti Imperialisme Inggris

Akibatnya setelah Malaysia mengumumkan pembentukan Federasi Malaysia, timbul demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur. Para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Sukarno, membawa lambing negara ke hadapan Tengku Abdul Rahman dan memaksanya untuk menginjak Garuda. Hal ini membuat amarah Sukarno terhadap Malaysia meledak. Sukarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan Tengku yang menginjak-injak lambang negara Indonesia dan melancarkan gerakan yang terkenal dengan Ganyang Malaysia

Presiden Sukarno mencanangkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) pada 3 Mei 1964, “untuk memperhebat ketahanan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei”. Dibawah kharisma dan orasi Sukarno nan berkibar-kibar, semangat “ Ganyang Malaysia” dan “Ganyang Neokolonialisme” bangkit seantero negeri.

Selama 1963-1965, dalam pelaksanaan kegiatan operasi Dwikora telah diadakan pelaksanaan kegiatan operasi Udara di daerah Sumatera, Riau, Kalbar, Kaltim, dan daerah Semenanjung Malaya

4. Pengiriman Tentara Indonesia ke Malaysia

Kekuatan AURI harus berhadapan dengan AU Inggris dan AU Australia yang melindungi negara persemakmurannya

Operasi-operasi perembesan dilakukan ke daerah lawan sampai ke Singapura dan daratan Semenanjung Malaya. Pada 30 Mei 1964 diberangkatkan satu batalyon Sukarelawan Dwikora ke daerah perbatasan

Semasa konfrontasi dengan Malaysia, banyak tentara Indonesia diterjunkan secara langsung ke Semenanjung Malaya. Untuk wilayah Kalimantan Utara, operasi lebih banyak dilakukan melalui jalur darat

Keluarnya Indonesia dari PBB dilatarbelakangi oleh ketidaksetujuan presiden Sukarno atas diterimanya Federasi Malaysia sebagai anggota tidak tepat dewan keamanan PBB,

Namun hal tersebut bukanlah faktor yang sebenarnya yang membuat Indonesia keluar dari PBB melainkan karena ketidakharmonisan pemimpin Indonesia dengan perdana menteri Malaysia pada waktu itu, akibat bergabungnya Malaysia dalam PBB serta di setujuinya pendirian federasi Malaysia

Indonesia Keluar Dari PBB

Menghadapi serangan gencar Tentara Indonesia, Tengku Abdurrahman menyatakan kesediaannya untuk berunding dengan Indonesia. Namun Tengku Abdurrahman mensyaratkan bahwa perundingan dapat dilaksanakan jika Indonesia memberi pengakuan terhadap Malaysia

Dengan dilaksanakan perundingan damai di Bangkok yang berlangsung tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1966 oleh pemerintah RI dan Malaysia, serta ditandatanganinya hasil perundingan tersebut, maka berakhirlah segala bentuk konfrontasi yang pernah terjadi antara kedua negara serumpun itu Pertikaian ini akhirnya dapat diselesaikan dengan naiknya presiden Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia dan presiden Filiphina yang digantikan oleh Ferdinan Marcos

6. Penyelesaian Konflik Indonesia-Malaysia

TERIMAKASIH