bab 1 file · web viewbab 1. pendahuluan. latar belakang. rokok merupakan benda yang tidak asing...
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rokok merupakan benda yang tidak asing lagi bagi masyarakat sehingga
merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum dan meluas ke seluruh
lapisan masyarakat. Walaupun bahaya rokok terhadap kesehatan tubuh pada
umumnya sudah diketahui namun kebiasaan ini sulit dihilangkan.1
Pada tahun 2008, jumlah perokok di dunia mencapai 1,3 milyar orang,
bila penduduk dunia pada tahun yang sama mencapai 6,7 milyar jiwa, maka
berarti prevalensi perokok dunia pada tahun 2008 mencapai 19,4%.1
Prevalensi merokok di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung
mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil Riskesmas (2007),
penduduk Indonesia berusia >15 tahun yang merokok setiap hari sebanyak
27,2%, yang kadang-kadang (tidak setiap hari) merokok sebanyak 6,1%, matan
perokok sebanyak 3,7%. Sedangkan menurut hasil Riskesmas (2010),
penduduk Indonesia berusia >15 tahun yang merokok setiap hari sebanyak
28,2%, yang kadang-kadang (tidak setiap hari) merokok sebanyak 6,5%,
mantan perokok sebesar 5,4%,. Dibandingkan tahun 2007, pada tahun 2010
terlihat adanya peningkatan prevalensi merokok penduduk berusia >15 tahun.
1
Prevalensi merokok dewasa (umur 15 tahun ke atas) pada laki-laki lebih tinggi
dibandingkan dengan prevalensi pada perempuan. Pada tahun 2001, prevalensi
merokok pada laki-laki sebesar 62,2% dan perempuan sebesar 1,3%.
Perokok laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan (63% dibanding 4,5%).1
Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang sekitar 12 cm
dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan di biarkan membara agar
asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.2
Merokok menurut Sitepoe adalah membakar tembakau kemudian dihisap
asapnya baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Asap rokok
yang dihisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua komponen. Pertama,
komponen yang lekas menguap berbentuk gas. Kedua, komponen yang
bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat. Dengan demikian,
asap rokok yang dihisap dapat berupa gas sejumlah 85 persen dan sisanya
berupa partikel. Asap yang dihasilkan rokok terdiri dari asap utama (main
stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama adalah asap
tembakau yang dihisap langsung oleh perokok, sedangkan asap samping adalah
asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, sehingga dapat terhirup oleh
orang lain yang dikenal sebagai perokok pasif .3
Tembakau pada rokok dapat mengiritasi di rongga mulut, karena adanya
hasil berupa nikotin, tar, karbon monoksida, kandungan yang lain seperti
pirimidin, ammonia, metal alkohol dan panas.4
2
Merokok dengan tembakau menghasilkan lebih dari 4000 bahan kimia, 400
diantaranya beracun dan 43 senyawa karsinogenik.5
Menurut Kollapan dan Gopi (2002); dalam Nasution (2007), faktor lain
jenis merokok, lama merokok, frekuensi merokok dan lain-lain. Berdasarkan
lamanya, merokok dapat dikelompokkan sebagai berikut: merokok selama
kurang dari 10 tahun, antara 10-20 tahun, dan lebih dari 20 tahun. Jumlah
rokok yang dikonsumsi per hari dapat diklasifikasikan sebagai berikut: ringan
(1-10 batang per hari), sedang (11-20 batang per hari), dan berat (lebih dari 20
batang per hari).5
Menurut Sitepoe di luar negeri bahan baku rokok hanya tembakau,
dikenal dengan istilah rokok putih, sedangkan di Indonesia bahan baku rokok
adalah tembakau dan juga cengkeh atau disebut rokok kretek.5
Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor predisposisi yang
menunjang terjadinya karies gigi karena adanya kandungan tembakau seperti
tar, nikotin dan karbon monoksida yang dapat menimbulkan terbentuknya stain
pada permukaan gigi yang menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan
berakibat pula mudah melekatnya dental deposit seperti plak. Selain itu dalam
asap rokok terdapat eugenol (minyak cengkeh) dan derivatnya yang
mempunyai efek anti inflamasi dan topikan anestesi yang menyebabkan
perokok jarang merasa sakit gigi meskipun menderita karies.6
Data dari Bank WHO (2000) menunjukkan bahwa karies (DMFT) pada
anak usia 12 tahun berkisar 2.4. Indeks karies di Indonesia saat ini berkisar 2.2,
untuk kelompok usia yang sama. Kelompok 12 tahun ini merupakan indikator
3
kritis, karena sekitar 76.97% karies menyerang pada usia tersebut. Di negara
berkembang lainnya indeks karies 1.2 sedangkan indeks target WHO (2010)
adalah 1.0. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (2004), prevalensi
karies di Indonesia mencapai 90,05% dan ini tergolong lebih tinggi
dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Karies menjadi salah satu
bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat Indonesia. Besarnya
kerusakan gigi yang belum ditangani dan memerlukan penambalan atau
pencabutan mencapai 82,5%.7
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (2004), prevalensi karies di
Indonesia mencapai 90,05%. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun
2007 melaporkan bahwa skor DMFT di Indonesia mencapai 4,85. Riskesdas juga
melaporkan angka prevalensi pengalaman karies penduduk umur 12 tahun di
Indonesia adalah 36,1% dan skor DMFT adalah 0,91 (Depkes RI, 2000).7
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan
jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits,fissure dan daerah interproksimal)
meluas ke arah pulpa.10 Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi,
yaitu email, dentin dan sementum, yang diakibatkan oleh aktivitas jasad renik
dalam satu karbohidrat yang dapat diragikan.1 Karies terjadi karena
demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan
organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta
penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri.8
Proses karies dapat dipengaruhi oleh adanya plak dan saliva.9
4
Bakteri asidogenik dalam plak ( streptococcus mutans ) menghasilkan asam
hasil metabolisme karbohidrat untuk mendapatkan energi. Asam akan turunya
pH pada permukaan gigi dan bila pH mencapai angka kritis maka email
mengalami pelarutan sehingga mengakibatkan karies. Karies dapat terjadi
karena adanya demineralisasi pada email gigi yang disebabkan adanya
pengaruh asam.8
Karies gigi dapat diukur dengan menggunakan indeks karies. Indeks
adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu
golongan/kelompok terhadap suatu penyakit gigi tertentu. Ukuran-ukuran ini
dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan dari suatu penyakit mulai
dari yang ringan sampai berat.8 Pemeriksaan meliputi pemeriksaan pada gigi
(DMFT) dan permukaan gigi (DMFS), D (gigi yang karies), M (gigi yang
hilang) dan F (gigi yang ditumpat) dan dijumlahkan sesuai kode.11
Penelitian Lestaningrum tentang hubungan antara status merokok dengan
keparahan gigi pada pria berusia 20-34 tahun diperoleh angka prevalensi karies
gigi 82,3% dengan rata-rata DMF-T sebesar 2,6, karies gigi meningkat. Dari
penelitian tersebut juga dapat diketahui hanya 17,3% responden yang hanya
mengetahui bahaya merokok pada kesehatan gigi dan mulut.12
Romelah (2008) menyatakan hubungan kebiasaan merokok dengan
tingkat keparahan ginggivitis di Rumah Sakit Cepu melaporkan ada hubungan
yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan peningkatan keparahan yang
signifikan pada ginggivitis.13
5
Anggun Desita (2010) meneliti pria berusia 21-30 tahun di Kelurahan
Tembalang tahun 2010 dan diperoleh angka prevalensi karies gigi 87,7%
dengan rata-rata DMF-T sebesar 3,6, distribusi karies gigi meningkat sesuai
pertambahan usia dan mencakup pada semua pendidikan. Dari penelitian
tersebut juga dapat diketahui hanya 17,3% responden yang mengetahui bahaya
merokok pada kesehatan gigi dan mulut.14
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa masih cenderung
banyaknya para perokok di Indonesia pada penduduk berjenis kelamin laki-
laki terutama yang berusia >15 tahun yang akan menyebabkan terjadinya gigi
berlubang ataupun karies gigi. Diperlukan penelitian bahaya merokok terhadap
kesehatan gigi dan mulut terutama pada penyakit karies. Mengingat kebiasaan
merokok banyak dijumpai pada laki-laki dewasa maka peneliti membatasi
penelitiannya pada laki-laki berusia 15-50 tahun. Diperlukan penelitian tentang
hubungan kebiasaan merokok terhadap terbentuknya karies gigi pada pria.14
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang (2009),
menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut menempati urutan 10 besar
penyakit yang ada di puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan kota
Semarang, khususnya penyakit pulpa dan jaringan periapikal menduduki
urutan kedua dan penyakit gusi serta jaringan periodontal pada urutan ke tujuh.
Seperti yang terlihat pada data di atas penyakit gigi merupakan penyakit yang
memiliki urutan ke 10 di puskesmas, masih banyaknya masyarakat yang
terkena karies gigi peneliti berencana untuk melakukan penelitian di
puskesmas Bergas Semarang.7
6
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Bergas
Semarang menunjukkan pada tahun 2010 terdapat karies gigi mencapai 556
orang dan keluhan pulpa 1709 orang, sedangkan pada tahun 2011
menunjukkan karie gigi 604 orang dan keluhan pulpa 1848 orang. Terdapat
peningkatan dari tahun 2010 hingga 2011. Sedangkan untuk prosentase orang
yang mengalami karies gigi maupun keluhan pulpa dari laki-laki 56% dan
perempuan 44%.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan masalah penelitian
sebagai berikut “ Adakah hubungan antara kebiasaan merokok dengan karies
gigi pada pengunjung Poli Gigi Puskesmas Bergas Semarang ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan karies gigi
pada pengunjung Poli Gigi Puskesmas Bergas, Semarang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mendefinisikan status merokok pada pengunjung Poli Gigi
Puskesmas Bergas, Semarang.
7
1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian karies gigi pada pengunjung Poli
Gigi Puskesmas Bergas, Semarang.
1.3.2.3 Menganalisis hubungan kebiasaan merokok dengan karies gigi
pada pengunjung Poli Gigi Puskesmas Bergas, Semarang
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi instansi kesehatan
Hasil penelitian dapat memberikan masukan dan manfaat
bagi ilmu pengetahuan di bidang kesehatan pada umumnya
dalam peningkatan pelayanan kesehatan khususnya pada
kebiasaan merokok menyebabkan karies gigi.
1.4.2 Bagi instansi pendidikan
Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahuan mahasiswa dengan penyediaan literatur yang
berkaitan dengan masalah rokok dengan kesehatan gigi dan
mulut.
1.4.3 Bagi peneliti
Memberikan pengalaman langsung dalam rangka
penerapan teori selama kuliah di STIKES St. Elisabeth
Semarang, serta meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
dalam penelitian dan penulisan ilmiah.
8
1.4.4 Bagi peneliti lain
Sebagai bahan masukan untuk referensi-referensi bagi
yang melakukan penelitian lanjutan.
1.4.5 Bagi masyarakat luas
Sebagai masukan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang kebiasaan merokok merupakan penyebab
terbentuknya karies gigi.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok
2.1.1 Definisi Rokok
Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang
sekitar 12 cm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu
ujungnya dan di biarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
mulut pada ujung lain.15
Asap rokok tembakau mengandung gas dan bahan-bahan
kimia yang bersifat racun dan atau karsiogenik. Komposisi kimia
dari asap rokok tergantung pada jenis tembakau, disain rokok, seperti
ada tidaknya filter, bahan-bahan tambahan dan sebagainya, pola
merokok dari individu. Satu batang rokok yang dibakar atau disulut
dihasilkan kira-kira 500 mg gas (92 %) dan bahan-bahan partikel
padat (8 %), sebagian besar dari fase gas adalah karbondioxida,
oksigen dan hidrogen. Meskipun persentase karbondioxida rendah,
tetapi ia cukup menaikkan tekanan darah secara bermakna yang
berakibat akan berpengaruh pada sistem pertukaran hemoglobin. Tar
berkisar antara < 1 – 35 mg dan dalam kelompok ini terdapat bahan
karsinogen yang paling paten.15
10
Sedangkan kandungan nikotin berkisar dari < 1 – 3 mg,
mempunyai efek pharmakologis yang mendorong faktor
ketergantungan psikis, yang merupakan suatu sebab mengapa
seorang perokok sulit untuk berhenti merokok.15
Rokok berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang
antara 70 hingga 120 mm ( bervariasi ) dengan diameter sekitar 10
mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok
dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar
asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.15
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
19 Tahun 2003, Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila
digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan
masyarakat. Dalam Pereturan Pemerintah No. 19 juga disebutkan
bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk
cerutu atau bahan lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nikotiana
tabacum, Nikotiana tustica yang mengandung nikotin dan tar dengan
atau tanpa bahan tambahan.
2.1.2 Komponen Rokok
Para ilmuwan telah mengidentifikasi kira-kira terdapat 4000
bahan kimia yang terkandung dalam asap rokok yang dapat
menyebabkan kanker maupun racun yang berbahaya bagi
kesehatan.15
11
Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok dapat dibagi
atas asap utama ( main stream smoke ) dan asap sampingan ( side
stream smoke ). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup
langsung oleh perokok, sedangkan asap sampingan merupakan asap
tembakau yang disebarluaskan ke udara bebas yang akan dihirup
orang lain disekitar. 16
Pada saat rokok di hisap komposisi rokok ada yang dipecah
menjadi komponen lainnya. Komponen asap rokok yang dihisap oleh
perokok terdiri dari bagian gas ( 85% ) dan bagian partikel.16
Gambar 3.1 Komponen Rokok16
Terdapat 3 bahan pokok yang berbahaya dalam asap rokok
yaitu :
a. Nikotin
Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirrolidin
yang terdapat dalam Nikotiana tabacum, Nikotiana tustica
dan sepesies lainnya atau sintesisnya yang bersifat adiktif 12
dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin juga dapat
meracuni syaraf tubuh, meningkatkan tekanan darah,
menyempitkan pembuluh darah tepi dan menyebabkan
ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya. Kadar
nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh manusia setiap harinya
sudah bisa membuat ketagihan. Jumlah nikotin yang dihisap
dipengaruhi oleh berbagai factor kualitas rokok, jumlah
tembakau setiap batang rokok, dalamnya isapan, lamanya
isapan, dan menggunakan filter rokok atau tidak.17
Nikotin merupakan racun, berbentuk cairan tidak
berwarna dan merupakan basa yang mudah menguap. Nikotin
berubah warna menjadi coklat dan berbau mirip tembakau
setelah bersentuhan dengan udara. Kadarnya dalam tembakau
antara 1-2 %. Dengan adanya alkaloid nicotine, dapat
menyebabkan rasa ketagihan pada perokok. Bila nikotin
dihirup ataupun dihisap, akan menstimulasi denyut jantung
sehingga tekanan darah meningkat.
Kebiasaan merokok bisa menyebabkan
terabsorbsinya nikotin melalui mukosa mulut. Jumlah nikotin
yang terabsorbsi tergantung jumlah pH asap rokok. Asap
cerutuyang mempunyai pH 8,5 lebih mudah diabsorbsi
dibandingkan dengan asap sigaret yang pH-nya 5,3.12
13
b. Tar
Tar merupakan merupakan bahan partikel rokok
sesudah kandungan nikotin dan uap air, zat kimia yang
bersifat karsinogenik ( pembentuk kanker ). Tar adalah suatu
senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat
karsinogenik.
Tar adalah zat berwarna coklat yang bila asap rokok
dihembuskan melalui kain putih akan terlihat coklat
kekuningan akibat endapat tar. Tar dapat mengiritasi saluran
pernafasan dan menyebabkan bronchitis, kanker nasofaring,
dan kanker paru. Sedangkan tar yang tertelan masuk ke
saluran pencernaan dapat menyebabkan rangsangan pada
lambung, sehingga menyebabkan tukak lambung maupun
kanker lambung. Sebatang sigaret menghasilkan 10-30 mg
tar.18
c. Karbon Monoksida ( CO )
Merupakan gas beracun yang berwarna, tidak berbau,
mempunyai rasa dan memiliki finitas terhadap Hb 210-300
kali lebih besar dibanding dengan afinitas oksigen terhadap
Hb. Dalam kondisi keadaan sehari-hari gas CO dapat
ditemukan sebagai sisa pembakaran bahan bakar mobil yang
dapat berakibat fatal.
14
Bila gas CO dihisap oleh paru-paru kemudian masuk
kedalam darah maka dalam darah CO berikatan dengan Hb
dalam sel darah merah. Sehingga berakibat pada pengikatan
Hb terhadap oksigen tidak terikat lagi karena posisi oksigen
didalam darah sudah ditempati oleh CO.19
2.1.3 Jenis Rokok
Rokok pada umumnya terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu
rokok mild, rokok kretek dan cerutu. Rokok tipe mild mempunyai
kandungan tar dan nikotin yang paling rendah dibanding dengan
rokok kretek. Rokok mild memiliki sekitar 14-15 mg tar dan 5 mg.
Karena ringan kandungan tar dan nikotinnya, maka rokok jenis
mild juga diberi istilah light, misalnya rokok LA light, Malboro
light. Dengan ringannya kandungan tar dan nikotin ini
dikarenakan :19
a. Pengolahan lebih lanjut dilakukan pada tembakau sebelum
dicacah halus menjadi setengan serbuk.
b. Menggunakan teknologi filterisasi pada batang rokok dengan
menambah busa pada bagian yang akan dihisap sehingga busa
berfungsi sebagai penyaring tar dan nikotin.
Rokok tipe kretek memiliki sekitar 20 mg tar dan 4-5 mg
nikotin. Lebih besar kandungan nikotin dan tarnya dibandingkan
dengan rokok mild. Rokok tipe kretek ini seperti Dji Sam Soe.
15
Cerutu umumnya berbentuk seperti torpedo kapal atau kapal selam
dengan ukuran lebih besar dan panjang dari dua jenis rokok
pertama. Terdiri dari daun tembakau kering yang digulung-gulung
menjadi silinder gemuk, lalu dilem. Akibatnya cerutu menjadi yang
paling besar dari segala jenis rokok.
Rokok dapat dibedakan menjadi 4 berdasarkan bahan
pembungkusnya, yaitu :19
a. Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
jagung.
b. Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
aren.
c. Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
d. Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
tembakau.
Rokok juga dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan
penggunaan filter, yaitu :19
a. Rokok filter ( RF ) : rokok yang pada pangkalnya terdapat
gabus.
b. Rokok non filter ( RNF ) : rokok yang pada pagkalnya tidak
terdapat gabus.
16
2.1.4 Kategori Rokok
a. Perokok Pasif
Perokok pasif adalah asap yang tidak terhisap oleh
perokok, keluar bebas ke udara sekitar. Asap rokok tersebut
bisa menjadi polutan bagi manusia dan lingkungan sekitar.
Asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok
karena berada di sekitar perokok.
b. Perokok Aktif
Rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan
perokok ( main stream ). Dapat ditarik kesimpulan bahwa
perokok aktif adalah orang yang suka merokok dan langsung
menghisap asap rokok.
Dari perokok aktif ini dapat digolongkan lagi menjadi
tiga bagian :20
1) Perokok Ringan : < 10 batang / hari
2) Perokok Sedang : 10 – 20 batang / hari
3) Perokok Berat : > 20 batang / hari
2.1.5 Lama Merokok
Pada umumnya kebiasaan merokok telah dilakukan selama
10 – 30 tahun. Dikatakan perokok aktif apabila ia aktif merokok
minimal 1 tahun. Medical Reearch council on Respiratory
Symptoms memberikan batasan seseorang dapat dikatakan perokok
17
jika dalam satu hari sedikitnya satu batang sehari sekurang-
kurangnya selama setahun.
2.1.6 Cara Menghisap Rokok
Merokok adalah membakat tembakau yang kemudian
dihisap rokoknya baik secara langsung maupun menggunakan pipa.
Temperatur rokok pada bibir adalah 300 C, sedangkan pada ujung
rokok yang terbakar bersuhu 9000 C. Asap rokok yang dihisap atau
dihirup melalui 2 komponen yaitu komponen yang cepat menguap
berbentuk gas, dan komponen yang bersama gas terkondensasi
menjadi komponen partikel.15
Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut main
stream smoke. Kemudian asap rokok yang terbentuk pada ujung
rokok yang terbakar atau yang dihembuskan ke udara oleh perokok
disebut side stream smoke.
Sedangkan menurut Bustan, cara menghisap rokok dapat
dibagi menjadi dua, yaitu hisapan dangkal yang hanya sampai
mulut dan hisapan dalam yang sampai paru-paru.20
2.1.7 Akibat Rokok
Akibat yang ditimbulkan rokok adalah penyakit-penyakit
ganas seperti : kanker paru-paru, kanker mulut, kanker pancreas,
penyakit saluran pernafasan, juga penyakit jantung dan pembuluh
darah, batuk menahun, kelahiran bayi premature dan bayi yang
kurang sehat.
18
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan
fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas
besar (atas) terjadi perubahan struktur dan bentuk sel lapisannya
dan juga dikeluarkannya lebih banyak cairan lendir atau mucus.
Pada saluran napas kecil (bawah) terjadi radang ringan hingga
penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir.
Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan
kerusakan alveoli (bagian akhir saluran nafas).
Jika hal ini berlanjut akan mengakibatkan kanker. Merokok
terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak.
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada
perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Perokok pasif yaitu orang yang berada di sekitar orang
yang merokok ikut mendapatkan dampak buruk dari asap rokok.
Perokok pasif menghisap asap rokok yang keluar dari ujung batang
rokok. Resiko penyakit yang ditimbulkan tidak kalah besar dari
seorang yang merokok. Bahkan perokok pasif mendapat bahaya
yang lebih besar karena asap yang dihisap dikeluarkan terus dari
ujung batang rokok.
Di bawah ini ada beberapa efek samping akibat rokok
yang jarang dipublikasikan, mulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki:
19
1. Rambut Rontok
Rokok memperlemah system kekebalan, sehingga tubuh lebih
rentan terhadap penyakit seperti lupus erythematosus yang
menyebabkan rambut rontok, sariawan mulut dan erupsi cutan
(bintik merah) diwajah, kulit kepala dan tangan.
2. Katarak
Merokok dipercaya dapat memperburuk kondisi mata. Katarak,
yaitu memutihkan lensa mata yang menghalangi masuknya
cahaya dan menyebabkan kebutaan, 40% terjadi pada perokok.
Rokok dapat menyebabkan katarak dengan cara mengiritasi
mata dengan terlepasnya zat-zat kimia dalam paru dan oleh
aliran darah dibawa sampai ke mata.
3. Kulit Keriput
Merokok dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit karena
rusaknya protein yang berguna unuk menjaga elastisitas kulit,
terkikisnya vitamin A dan terhambatnya aliran darah. Kulit
perokok menjadi kering dan keriput terutama di daerah bibir
mata.
4. Hilangnya Pendengaran
Karena tembakau menyebabkan timbulnya endapan pada
dinding pembuluh darah sehingga menghambat laju aliran
darah ke dalam telinga bagian dalam, perokok dapat
20
kehilangan pendengaran lebih awal daripada orang yang tidak
merokok atau lebih mudah kehilangan pendengaran karena
infeksi telinga atau suara yang keras. Lebih beresiko untuk
terkena infeksi telinga bagian tengah yang dapat mengarah
pada komplikasi yang lebih jauh seperti meningitis dan paralis
wajah, bagi perokok resikonya 3 kali lebih besar dibandingkan
dengan yang tidak merokok.
5. Kanker Kulit
Merokok mengakibatkan kemungkinan kematian lebih tinggi
akibat memperparah penyakit yang diderita. Diduga bahwa
perokok beresiko menderita cutaneus squamus cell cancer,
sejenis kanker yang meninggalkan bercak pada kulit.
Perokok dua kali lebih besar terkena kanker kulit tersebut
dibandingkan yang tidak merokok.
6. Karies
Rokok mempengaruhi keseimbangan kimiawi dalam mulut
sehingga kondisi mulut lebih asam, membentuk plak yang
berlebihan, membuat gigi menjadi kuning sehingga
mempercepat terjadinya karies. Perokok beresiko kehilangan
gigi mereka 1,5 kali lipat.
21
7. Emphysema
Emphysema yaitu pelebaran dan rusaknya kantung udara pada
paru-paru yang menurunkan kapasitas paru-paru untuk
menghisap oksigen dan melepaskan karbondioksida. Pada
kasus yang parah digunakan tracheotomy untuk membantu
pernapasan pasien, ibaratnya satu sayatan untuk lubang
ventilasi pada tenggorokan sebagai jalan masuk udara kedalam
paru-paru.
8. Penyakit Jantung
1 diantara 3 kematian di dunia diakibatkan penyakit
kardiovaskuler. Pemakaian tembakau adalah salah satu faktor
resiko terbesar untuk penyakit ini. Rokok menyebabkan
jantung berdenyut lebih cepat, menaikan resiko terjadi
hipertensi dan penyumbatan arteri yang akhirnya menyebabkan
serangan jantung atau stroke.
9. Tukak Lambung
Konsumsi tembakau menurunkan restitensi terhadap bakteri
yang menyebabkan tukak lambung, juga meminimalisasi
kemampuan lambung untuk menetralkan asam lambung
setelah makan sehingga akan mengerogoti dinding lambung.
Tukak lambung yang diderita para perokok lebih sulit dirawat
dan disembuhkan.
22
10. Disklori Jari-jari
Tar yang terdapat pada asap rokok terakumulasi pada jari-jari
dan kuku yang meninggalkan warna kuning dan kecoklatan.
2.2 Gigi
2.2.1 Anatomi Gigi
Gambar 3.2. Anatomi Gigi6
a. Fisura
Fisura merupakan permukaan gigi yang tidak rata dan berlekuk-
lekuk seperti parit berfungsi dalam proses pengunyahan. Fisura ini
terletak pada tengah-tengah gigi.
b. Email
23
Email adalah lapisan terluar gigi, yang menutupi seluruh
mahkota gigi dan merupakan bagian tubuh yang paling keras dan
dibentuk oleh sel-sel yang disebut ameloblast. Meskipun sangat keras,
email rentang terhadap serangan asam, baik langsung dari makanan
atau hasil dari metabolisme bakteri yang memfermentasi karbohidrat
yang kita makan menghasilkan asam. Pola makan yang kaya asam
akan mempercepat kerusakan email gigi.31
Email tersusun atas air 2,3 %, bahan organic 1,7 % dan bahan
anorganik 9,6 % yang berasal dari makanan yang kita makan. Jaringan
email gigi tidak mengandung persyarafan, sehingga bila terjadi
kerusakan yang terbatas hanya pada email tidak akan terasa sakit.
Jaringan email adalah struktur kristalin yang tersusun oleh jaringan
anorganik 96 %, materi organic 1 % dan sisanya air. Komposisi ini
membuat sifat email gigi mirip seperti keramik.31
c. Dentin
Dentin merupakan struktur penyusun gigi yang terbesar.
Jaringan ini jauh lebih lunak dibandingkan dengan email karena
komposisi material organiknya lebih banyak dibandingkan email yaitu
mencapai 20 %, dimana 85 % dari material organic tersebut adalah
kolagen. Sisanya adalah air sebanyak 10 % dan material anorganik 70
%. Dentin terletak dibagian dalam dari email .
24
Tapi dibagian akar dentin tidak ditutupi oleh dentin melainkan oleh
sementum, dibagian bawahnya dentin menjadi atap bagi rongga pulpa.
Secara mikroskopis, dentin berbentuk seperti saluran yang disebut
tubuli dentin dan berisi sel odontoblast. Dan cairan tubuli dentin. Sel
ini diangap sebagai bagian deri dentin maupun jaringan pulpa karena
badan selnya ada di rongga pulpa namun serabutnya ( serabut tomes )
memanjang kedalam tubuli-tubuli dentin yang termineralisasi. Serabut
tomes inilah yang membuat dentin dianggap sebagai jaringan hidup
dengan kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsangan fisiologi
maupun patologi.31
Bila dentin terekspos ke lingkungan karena karies atau karena
gigi itu patah, maka gigi akan sensitive terhadap perubahan suhu
( seperti kontak langsung dengan makanan dingin/ panas ) dan akan
terasa sakit. Hal ini disebabkan oleh tubuli dentin yang berisi cairan
seperti serum yang berkesinambungan dengan cairan ekstraseluler
pada jaringan pulpa. Dengan tereksposnya tubuli dentin, cairan dalam
tubuli ini akan mengalir dari pulpa ke arah luar yaitu perbatasan email
dengan dentin, sehingga mempengaruhi ujung syaraf gigi. Akibatnya
ujung syaraf gigi akan teraktivasi dan mengirimkan sinyal ke otak
sehingga gigi terasa sakit.31
d. Pulpa
Pulpa gigi merupakan jaringan yang lunak. Garis luar pulpa
mengikuti garis garis luar bentuk gigi.
25
Bentuk garis ruang luar pulpa mengikuti bentuk mahkota gigi dan
bentuk garis luar saluran pulpa mengikuti bentuk akar gigi. Didalam
pulpa terdapat berbagai elemen jaringan seperti pembuluh darah,
persyarafan, serabut jaringan ikat, cairan interstitial dan sel-sel seperti
fibroblast, odontoblast dan sel imun.31
Pulpa berfungsi sebagai pembentuk, penahan, pengatur zat-zat
makanan agar gigi hidup, mengandung sel-sel syaraf/ sensori yang
berfungsi dalam penerimaan rangsang. Pulpa adalah system
mikrosirkuler, dimana komponen vaskuler terbesarnya adalah arteriol
dan venula , yang memasuki pulpa melalui lubang di ujung saluran
akar gigi ( foramen apical ). Bila infeksi bakteri karena karies sudah
mencapai pulpa maka akan terjadi inflamasi pada pulpa dan lama
kelamaan persyarafan dan vaskularisasi pulpa dapat mengalami
kematian.31
e. Sementum
Sementum merupakan jaringan yang menghubungkan gigi
dengan tulang rahang dan juga dengan jaringan yang terdapat di
selaput periodontal. Sementum berfungsi sebagai pelindung,
penyanggah gigi terhadap jaringan periodontium lainnya dan sebagai
pemberi makanan berupa fosfor pada jaringan gigi.
Lapisan sementum bertambah tebal seiring dengan bertambahnya usia
seseorang. Lapisan sementum ini sudah ada sejak gigi erupsi.9
2.2.2 Bentuk-bentuk Gigi Permanen26
Orang dewasa biasanya mempunyai 32 gigi permanen, 16 di
tiap rahang. Di tiap rahang terdapat:
a. Empat gigi depan (gigi insisivus). Bentuknya seperti sekop
dengan tepi yang lebar untuk menggigit, hanya mempunyai
satu akar. Gigi insisivus atas lebih besar daripada gigi yang
bawah.
b. Dua gigi kaninus yang serupa di rahang atas dan rahang
bawah. Gigi ini kuat dan menonjol di “sudut mulut”. Hanya
mempunyai satu akar.
c. Empat gigi pre-molar/gigi molar kecil. Mahkotanya bulat
hampir seperti bentuk kaleng tipis, mempunyai dua tonjolan,
satu di sebelah pipi dan satu di sebelah lidah. Kebanyakan
gigi pre-molar mempunyai satu akar, bebrapa mempunyai
dua akar.
d. Enam gigi molar. Merupakan gigi-gigi besar di sebelah
belakang di dalam mulut digunakan untuk menggiling
makanan. Semua gigi molar mempunyai mahkota persegi,
seperti blok-blok bangunan. Ada yang mempunyai tiga,
empat, atau lima tonjolan. Gigi molar di rahang atas
mempunyai tiga akar dan gigi molar di rahang bawah
mempunyai dua akar.
27
2.3 Karies Gigi
2.3.1 Definisi Karies Gigi
Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul
pada satu permukaan gigi atau lebih dan dapat meluas ke bagian yang
lebih dalam dari gigi, misalnya : dari email ke dentin atau ke pulpa.
Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai
dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi ( pits, fissure
dan daerah interproksimal ) meluas kearah pulpa.
Karies dapat disebabkan oleh karbohidrat, mikroorganisme yang
tertingal di gigi dan saliva serta permukaan dan bentuk gigi.10
Gigi dengan fisura yang dalam mengakibatkan sisa-sisa
makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga produksi asam oleh
bakteri akan berlangsung dengan cepat dan menimbulkan karies gigi.10
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu
email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas jasad
renik dalam satu karbohidrat. Karies terjadi dimulai dengan larutnya
mineral email, akibat terganggunya keseimbangan antara email dan
sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari
substart ( medium makanan bagi bakteri ) timbul destruksi komponen-
komponen organic yang akhirnya terjadi kavitasi ( pembentukan
lubang ).10
2.3.2 Etiologi Karies Gigi
28
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja
seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan oleh serangkaian
proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Karies dinyatakan
sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa factor yang
menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada tiga factor utama yang
memegang peranan yaitu factor host, agen atau mikroorganisme,
substrat atau diet dan tambahan factor waktu, yang saling
mempengaruhi. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap factor
tersebut harus saling mendukung yaitu host yang rentan,
mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dengan waktu
yang lama.2
2.3.2.1 Faktor Host
Ada beberapa factor yang dihubungkan dengan gigi sebagai
host terhadap karies yaitu factor morfologi gigi ( ukuran dan bentuk
gigi ), struktur enamel, factor kimia dan kristalografis.2 Pit dan fisura
pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sia
makanan mudah menumpuk didaerah tersebut terutama pit dan fisura
yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat
menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan
karies gigi.
29
Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia
kompleks yang mengandung 97% mineral ( kalsium, fosfat, karbonat,
fluor ), air 1% dan bahan organic 2%. Bagian luar enamel mengalami
mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor,
fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat
menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung
mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin
resisten. Disini gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi
tetap.2
Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung
lebih banyak bahan organic dan air sedangkan jumlah mineralnya
lebih sedikit daripada gigi tetap. Secara kristalografis kristal-kristal
gigi susu tidak sepadat gigi tetap. 2
2.3.2.2 Faktor Agen atau Mikroorganisme
Hasil penelitian menunjukkan komposisi mikroorganisme
dalam plak gigi berbeda-beda. Pada awal pembentukan plak, kokus
gram prositif yang paling banyak dijumpai seperti Streptococcus
mutans, streptococcus sanguis, streptococcus mitis dan streptococcus
salivarius. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya
Lactobacillus pada plak gigi.6
Lactobasillus memang membentuk asam, dan yang lebih
penting lagi dapat tahan dalam kondisi pH rendah, yang menyebabkan
seringnya kuman ini ditemukan dalam dentin karies. 30
Walaupun demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab utama
karies oleh karena S. mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik
( resisten terhadap asam ).2
2.3.2.3 Faktor Substrat atau Diet
Faktor substrat atau diet mempengaruhi pembentukan plak
karena membentuk perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme
yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengarui
metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan
yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif
yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa orang yang banyak mengkonsusmsi karbohidrat terutama
sukrosa cederung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada
orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya
sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi.1
2.3.2.4 Faktor Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada
manusia yang berkebang dalam waktu beberapa bulan atau tahun.
Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkebang menjadi
suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.2
Oleh karena itu, bila saliva ada dilingkungan gigi, maka karies tidak
menghancurkan gigi dalam hitungan hari tau minggu, melainkan
dalam bulan atau tahun.1
2.3.3 Patofisiologi Karies Gigi31
Karies gigi adalah proses kerusakan yang dimulai dari email
berlanjut ke dentin. Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan
dengan banyak faktor yang saling memepengaruhi. Terdapat empat
etiologi penyebab karies, yaitu host, agent, substrat dan waktu.10 Faktor
tersebut merupakan faktor utama, dimana bila terdapat keempat faktor
utama tersebut yang saling berinteraksi dan dalam waktu tertentu maka
terjadilah karies.1 Selain faktor tersebut diatas ada juga beberapa faktor
resiko seseorang terkena karies, antara lain penggunaan fluor, oral
hygiene, saliva,pola makan, keturunan, ras dan jumlah bakteri.10
Semua permukaan gigi yang terbuka beresiko terserang karies dari
gigi erupsi hingga gigi tersebut tanggal. Mekanisme terjadinya karies gigi
dimulai dengan adanya plak (lapisan yang menutupi permukaan gigi),
dimana 70% dari volume plak terdiri dari bakteri. Bakteri tersebut berasal
dari streptococcus mutans dan lactobacillus akan mengubah dan
menfermentasikan gula dari sisa makanan yang tertinggal pada gigi dalam
jangka waktu tertentu sehingga berubah menjadi asam yang akan
menurunkan pH mulut menjadi rendah (sekitar pH 5,5) dan menyebabkan
terganggunya keseimbangan kondisi di sekitar mulut, diikuti dengan
terjadinya demineralisasi yang akan yang akan berlanjut pada jaringan-
jaringan gigi didalamnya sehingga terbentuklah lubang (kavitas) yang
sering disebut karies gigi.10
Pada kondisi ini proses supersaturasi fisikokimia akan terjadi
berulang kali dalam mulut dan akan kecenderungan email untuk
32
mendapatkan Ca dan P dari dalam rongga mulut dalam upaya untuk
mengganti elemen yang hilang pada proses demineralisasi. Bila proses
tersebut tercapai maka menghasilkan keadaan yang disebut remineralisasi
email. Karies sebagai akibat ketidakseimbangan demineralisasi dan
remineralisasi yang terjadi pada gigi. Jika gigi dapat dipertahankan
kebersihannya dari plak dan konsumsi gula dikurangi, maka proses
remineralisasi pada daerah tersebut dapat terjadi dengan adanya deposit
kristal dari mineral-mineral yang terdapat pada saliva. Dengan kata lain
ada aliran mineral keluar dari gigi. Namun jika lebih banyak kristal
mineral yang larut pada suartu bagian permukaan gigi dapat rusak. Apabila
hal ini terjadi proses remineralisasi tidak mungkin terjadi dan lubang pada
gigi mulai terlihat.33
Karies diawali dengan lesi karies berwarna putih akibat dekalsifikasi
dan akan berkembang menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang
mengikis gigi.9 Warna putih terbentuk karena hilangnya mineral
interprismata dan larutannya mineral pada perifer prismata sehingga garis-
garis pertumbuhan yang bermuara pada permukaan email hilang sehingga
mudah terjadi keausan. Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam
dua sampai tiga minggu menyebabkan terjadinya bercak putih.
Waktu berlangsungnya bercak putih menjadi kavitas tergantung pada
mulut dan kondisi individu. Biasanya kavitas di dalam email tidak
menyebabkan nyeri, email tidak sensitif dalam rangsangan nyeri. Nyeri
baru timbul apabila sudah mencapai dentin, dimana dentin memiliki
33
serabut syaraf dan saluran-saluran yang sangat halus, yang rentan terhadap
asam yang dihasilkan oleh fermentasi karbohidrat. Pada tahap akhir adalah
saat kerusakan gigi sudah mencapai lapisan email dan dentin kemudian
mencapai bagian syaraf ditenggah gigi yaitu pulpa. Sewaktu bakteri dan
plak mencapai pulpa, bakteri tersebut menyebarkan infeksi kumannya dan
gigi mulai terasa sakit. Rasa sakit itu disebabkan oleh adanya peradangan
pada pulpa yang menyebabkan peningkatan tekanan di dalam ruang pulpa.
Tekanan tersebut menyebabkan pembuluh darah di dalam pulpa rusak
sehingga rasa sakit bertambah. Karies yang timbul sampai pulpa
menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
2.3.4 Klasifikasi Karies Gigi
Gambar 3.3. Bentuk-bentuk Gigi
34
Gambar 3.4. Anatomi Gigi Sehat dan Gigi Karies6,34
Klasifikasi Karies Gigi
2.3.4.1 Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)
a. Karies Superfisialis
Di mana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin
belum terkena.
Gambar 3.5. Karies Superfisialis6,34
b. Karies Media
35
Di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum
melebihi setengah dentin.
Gambar 3.6. Karies Media6,34
c. Karies Profunda
Di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin
dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.
Gambar 3.7. Karies Profunda6,34
2.3.6 Pemeriksaan Diagnostik
2.3.6.1 Pemeriksaan Visula Langsung36
Untuk mendeteksi paling dini adalah bercak putih di email.
Kontur email masih normal. Tanda berikutnya adalah berupa
hilangnya kontur permukaan.36
Apabila dentin telah terkena, warna dentin karies akan
berbeda dengan dentin normal yang biasanya terlihat putih seperti
gading. Dentin karies biasanya berwarna kuning atau coklat
meskipun pada lesi yang telah lama atau lesi yang lebih lambat
penyebarannya akan tampak biru atau hitam.36
Dengan makin luas penyebaran karies dentin, email bagian
bawah akan terdemineralisasikan dan akan memberikan gambaran
putih opak. Hancurnya email menadakan bahwa proses karies telah
lanjut dan hal itu merupakan tanda bahwa karies dentin telah luas.
Kerusakan semacam itu mudah terdeteksi.36
2.3.6.2 Penggunaan Sonde
Sonde dapat digunakan untuk menelusuri permukaan gigi.
Jika permukaan email dari dinding fisur telah mengalami kavitas,
sonde dengan tekanan ringan akan menyangkut pada email yang
lunak. Kalau dentin di bawah fisur telah rusak dan email diatasnya
telah hilang, sonde akan mudah memasuki dentin, menyangkut dan
agak susah dikeluarkan kembali.36
2.3.7 Pencegahan Karies
Hug Roadman Leavell dan E Guerney Clark dari
Uneversitas Harvard dan Colombia membuat klasifikasi pelayanan 37
pencegahan menjadi 3 yaitu pencegahan primer, sekunder dan
tersier.11
Pelayanan yang diberikan sebelum timbulnya penyakit
adalah pencegahan primer. Hal ini ditandai dengan upaya
meningkatkan kesehatan dan memberikan perlindungan khusus.
Upaya promosi kesehatan meliputi mengajarkan cara tentang
menyingkirkan plak yang efektif atau cara menyikat gigi dan
menggunakan benag gigi. Upaya perlindungan khusus yang
diberikan untuk melindungi host dari serangan penyakit dengan
membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme.11
Pelayanan pada tahap awal adalah pencegahan sekunder,
untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang
atau kambuh lagi. Dengan cara pengobatan yang tepat seperti
penambalan pada lesi karies yang kecil sehingga dapat mencegah
kehilangan struktur gigi yang luas.11
Pelayanan yang terakhir, pencegahan tersier untuk
mencegah kehilangan fungsi. Memberikan pelayanan untuk
membatasi ketidakmampuan dan rehabilitasi dengan memberikan
gigi tiruan dan implan.11
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, diberikan
metode pencegahan inovatif untuk mencegah karies gigi yaitu
imunisasi gigi dengan menggunakan sinar laser ( laser CO2 dengan
panjang gelombang 9,3 um) dan metode prob molekuler.
38
Penggunaan teknologi baru ini memerlukan perhatian khsusus.
Sampai sekarang metode ini terus dikembangkan untuk dapat
digunakan secara klinis.2
2.4 Saliva
2.4.1 Definisi Saliva
Saliva sering disebut juga air liur, merupakan suatu cairan
oral yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar-
kelenjar ludah antara lain glandula parotis, glandula submandibularis,
glandula sublingualis yang dikelurkan didalam rongga mulut dan
disebarkan dari peredaran darah melalui celah diantara permukaan gigi
dan gusi, yaitu yang disebut ulkus gingivalis.1
Sebagian besar saliva dihasilkan pada saat makan, sebagai
reaksi atau rangsangan yang berupa pengecapan dan pengunyahan
makanan. Pada individu yang sehat, gigi geligi secara terus menerus
terendam dalam saliva sampai sebanyak 0,5 ml yang akan membantu
melindungi gigi, lidah, membran mukosa mulut dan orofaring.1
Kecepatan sekresi saliva normal pada orang dewasa adalah 1
sampai 2 ml tiap menit.Pada orang yang mengalami mulut kering
kecepatan saliva turun sampai < dari 1 ml permenit.
2.4.2 Laju Aliran Saliva
Laju aliran saliva sangan berpengaruh pada konsentrasi akhir
komponen saliva dan juga berpengaruh terhadap perubahan derajad
39
keasaman atau pH mulut,yang pada akhirnya berpengaruh terhadap
demineralisasi gigi geligi.
Menurut Rantoen (2003) dalam keadaan istirahat tidak
terstimulasi dan dalam keadaan normal/sehat, sekresi saliva ludah pada
orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit. Untuk sekresi dibawah
0,1 ml/menit berada dalam kondisi hiposalivation dan dikatakan
kecepatan sekresi rendah bila 0,1-o,25 ml/menit. Meningkatnya
kecepatan sekresi aliran saliva mengakibatkan meningkatnya pH dan
kapasitas buffer pada saliva.
2.4.3 Viskoaitas Saliva
Viskositas saliva adalah kepekaan atau kekentalan pada cairan
saliva. Viskositas saliva sangat bervariasi dari cairan hingga sangat
pekat, tergantung pada sekresi air dan sekresi musin yang diatur oleh
syaraf. Musin adalah glikoprotein yang terdapat pada saliva yang
terdiri atas 10%-30% protein dan 70-90% karbohidrat berfungsi
melindungin selaput lendir dan geligi.
Musin mempunyai sifat menarik air dan dapat membuat larutan
menjadi pekat sehingga berpengaruh terhadap viskositas saliva.
Peningkatan viskositas saliva atau saliva yang kental dan kecepatan
sekresi aliran saliva yang kurang akan menghasilkan suatu
penambahan plak sehingga terbentuklah karies gigi.
2.4.4 Kapasitas Buffer Saliva
40
Kapasitas buffer saliva adalah kemampuan saliva untuk
mempertahankan keseimbanagan asam dan basa dalam rongga mulut.
Efek buffer saliva mampu menahan perubahan derajat asam di dalam
rongga mulut baik oleh makanan yang bersifat asam maupun asam
akibat fermentasi mikroorganisme.
Dipengaruhi oleh :
a. Irama siang dan malam, pH dan kapasitas buffer saliva tinggi
segera setelah bangun (keadaan istirahat), tetapi kemudian cepat
turun.
b. Diet, pH dan kapasitas buffer saliva tinggi seperempat jam setelah
makan, tetapi dalam waktu 30-60 menit turun lagi.
c. Perangsangan kecepatan sekresi aliran saliva, pH akan naik samapi
malam, tetapi setelah itu turun lagi.
Kapasitas buffer normal ditunjukan dengan pH akhir 5-7,
sedangkan kapsitas buffer rendah pH akhir 4.
2.5 Indeks Karies
Indeks adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan
suatu golongan/kelompok terhadap suatu penyakit gigi tersebut. Ukuran-
ukuran ini dapat digunakan intuk mengukur derajat keparahan dari suatu
penyakit mulai dari yang ringan sampai berat. Untuk mendapatkan data
41
tentang status karies seseorang digunakan indeks karies agar pernilaian yang
diberikan sama atau seragam.44 Indeks karies yang digunakan indeks Klein.2
Indeks karies diperkenalkan oleh Klein dan Palmer tahun 1938 untuk
mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Pemeriksaan meliputi
pemeriksaan pada gigi (DMFT) dan permukaan gigi (DMFS).
Semua gigi diperiksa kecuali gigi molar tiga karena biasanya tidak tumbuh,
sudah dicabut atau tidak berfungsi. Indeks ini tidak menggunakan skore, pada
kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang
hilang) dan F (gigi yang ditumpat) dan dijumlahkan sesuai kode. Untuk gigi
permanen dan gigi susu hanya dibedakan dengan pemberian kode DMFT
(decayed missing filled tooth) atau DMFS (decayed missing filled surface)
sedangkan deft (decayed extracted filled tooth) dan defs (decayed extracted
filled surface) digunakan untuk gigi susu. Rerata DMF adalah jumlah seluruh
nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa.46
a. DMFT (decayed missing filled tooth)
Indeks DMF-T digunakan untuk pencatatan gigi permanen.
Indeks DMF-T adalah indeks dari pengalaman seluruh gigi yang rusak,
yang dicabut dan yang ditambal.
Tujuan dari indeks DMF-T adalah untuk menentukan jumlah total
pengalaman karies gigi pada masa lalu dan yang sekarang. Untuk
pencatatan DMF-T dengan kriteria sebagai berikut :28
1) Setiap gigi dicatat satu kali
2) D : Decay atau rusak
42
Ada karies pada gigi
Mahkota gigi hancur karena karies gigi
3) M : Missing atau hilang
Gigi yang telah dicabut karena karies gigi
Karies yang tidak dapat diperbaiki dan indikasi untuk
pencabutan
4) F : Filled atau tambal
Tambalan permanen dan sementara
Gigi dengan tambalan tidak bagus
b. DMFS (decayed missing filled surface)2
1. Permukaan gigi yang diperiksa adalah gigi anterior dengan
empat permukaan, fasial, lingual, distal dan mesial sedangkan
gigi posterior dengan lima permukaan yaitu fasial, lingual,
distal, mesial dan oklusal.
2. Kriteria untuk D sama dengan DMFT
3. Bila gigi sudah dicabut karena karies, maka pada waktu
menghitung permukaan yang hilang dikurangi satu permukaan
sehingga untuk gigi posterior dihitung 4 permukaan dan ggi
anterior 3 permukaan
4. Kriteria untuk F sama dengan DMFT
43
c. Deft dan defs2
Pengukuran ini digunakan untuk ggi susu. E dihitung bila gigi
susu dicabut karena karies
2.6 Kerangka teori
44
Kebiasaan Merokok
Masuk rongga mulut
Rangsangan Panas
BAB 3
Gambar 3.8. Skema Kerangka Teori1,10,17
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
45
Nikotin masuk melalui jaringan lunak termasuk gusi
Perubahan aliran darah
< Aliran Sekresi Saliva
Gangguan pH saliva Rongga Mulut Kering dan anaerob
Kapasitas Buffer Saliva
Viskositas saliva
Demineralisasi Gigi
Tumbuhnya bakteriLactobacillusStreptococcus mutans
Plak
KARIES GIGI
Pola Makan:GulaKarbo
hidrat
Oral hygiene
Variabel Independen Variabel Dependen
Gb.3.9 Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Hipotesis
Ho : tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan
terbentuknya karies gigi pada pengunjung Puskesmas
Srondol Semarang
Ha : ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan
terbentuknya karies gigi pada pengunjungPpuskesmas
Srondol Semarang
3.3 Disain Penelitian
46
Populasi
Purposive Sampling
Sampel Tidak memiliki mebiasaan merokokMempunyai kebiasaan merokokKuesioner dan observasi Kuesioner dan observasiKaries Gigi Karies Gigi Non Karies Gigi Non Karies GigiUji Chi-Square
Karies Gigi
Kebiasaan Merokok
Status merokok
Jenis rokok
Frekuensi merokok
Lama merokok
Gambar 4.0. Skema Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi,
rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan
Cross Sectional Study yang mempelajari peneliti mempelajari
47
hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel
tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat, tidak
semua objek penelitian harus diperiksa pada hari/ saat yang sama
tetapi baik variabel efek dinilai hanya satu kali saja.
3.4 Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung
laki-laki berusia 20-50 tahun di Puskesmas Srondol Semarang
pada bulan April - Mei 2012.
3.4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 orang. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampling. Yang merupakan jenis non-probability
sampling , dilakukan dengan cara seseorang yang memenuhi
kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Jenis kelamin laki-laki
2. Pengunjung Puskesmas Srondol Semarang
3. Laki-laki berusia 20-50 tahun
48
4. Bersedia menjadi responden
5. Laki-laki perokok
Kriteria eksklusi dalam penelitian adalah :
1. Laki-laki berusia <20 atau >50 tahun
2. Laki-laki yang tidak merokok
3.5 Ruang Lingkup penelitian
3.5.1 Lingkup Keilmuan
Lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu
keperawatan. Khususnya yang berubungan dengan
kesehatan gigi.
3.5.2 Lingkup Materi
Materi dalam penelitian ini sebatas membuktikan apakah ada
hubungan antara kebiasaan merokok dengan terbentuknya
karies gigi.
3.5.3 Lingkup Sasaran
Sasaran pada penelitian ini adalah laki-laki berusia 20-50
tahun yang merokok yang berkunjung di Puskesmas
Srondol Semaranag.
49
3.5.4 Lingkup Metode
Metode yang digunakan adalah purposive sampling dengan
pendekatan cross sectional study.
3.6 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Srondol
Semarang. Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2012.
3.7 Variabel dan definisi operasional
3.7.1 Variabel
Variabel yang akan diteliti :
1. Variabel Independen
Variabel independen adalah suatu variabel yang
menjadi sebab atau variabel yang mempengaruhi.38
Dalam penelitian ini, variabel independennya adalah
kebiasaan merokok.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah suatu variabel yang
dipengaruhi atau variabel yang menjadi akibat dari
50
variabel bebas.38 Dalam penelitian ini, variabel
dependennya adalah karies gigi.
3.7.2 Definisi Operasional
No
Variabel
Penelitian
Definisi Operasional Kategori Skala
51
1
Variabel
Independen:
Kebiasaan
Merokok
Kebiasaan merokok merupakan
salah satu faktor predisposisi
yang menunjang terjadinya
karies gigi karena adanya
kandungan tembakau seperti tar,
nikotin dan karbon monoksida
yang dapat menimbulkan
terbentuknya stain pada
permukaan gigi yang
menyebabkan permukaan gigi
menjadi kasar dan berakibat pula
mudah melekatnya dental deposit
seperti plak.
1. Ya
2. Tidak
Nominal
2
Variabel
Dependen:
Karies Gigi
Karies gigi adalah penyakit
jaringan gigi yang ditandai
dengan kerusakan jaringan,
dimulai dari permukaan gigi
( pits, fissure dan daerah
interproksimal ) meluas kearah
pulpa.
1. Ya
2. Tidak
Nominal
3.8 Alur Penelitian
52Populasi:Laki-laki yang berkunjung ke Puskesmas Srondol Semarang
Gambar 4.1 Alur Penelitian
3.9 Alat dan bahan penelitian
3.8.1 Alat / instrumen penelitian
53
Sampel:Laki-laki yang memiliki
kebiasaan merokok
VariabelKebiasaan merokok dengan
Karies Gigi
Metode Pengumpulan Data:
Kuesioner dan observasi
Analisi Data:Uji Chi Square, tingkat
kemaknaan 95%.
α < 0,05 Ho ditolak
α > 0,05 diterima
a) Kuesioner penyaring yang dapat mengatahui apakah
responden memiliki kebiasaan merokok.
b) Kuesioner penelitian yang isinya daftar pertanyaan
yang ditujukan kepada responden, untuk mengetahui
identitas responden, kebiasaan merokok dan keadaan
kesehatan gigi responden.
c) Hasil observasi pemeriksaan indeks karies
d) Sonde dan kaca mulut untuk mengetahui keadaan
karies gigi responden
e) Alkohol 70%
f) Kapas atau tissue
g) Sarung tangan
h) Masker
4.0 Cara kerja dan prosedur pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:
4.0.1 Persiapan penelitian
4.0.1.1 Permohonan surat ijin sesuai dengan aturan
4.0.1.2 Koordinasi rencana kerja dengan pihak puskesmas
mengenai responden sebagai sampel penelitian.
4.0.2 Pelaksanaan Penelitian
4.0.2.1 Pengumpulan data menggunakan kuesioner
54
Pemeriksaan Status Karies DMF-T
a) Sonde dan kaca mulut didesinfektan dengan menggunakan
alkohol 70%
b) Responden yang diperiksa duduk di kursi dengan posisi
tegak dan kepala agak tengadah menghadap kearah yang
terang dan mulut dibuka.
c) Pemeriksa berdiri di depan atau di samping responden yang
akan diperiksa. Dengan menggunakan sonde dan kaca mulut,
seluruh gigi diperiksa untuk mendapatkan berapa jumlah gigi
yang berlubang, yang ditambal atau dicabut karena karies.
d) Hasil kemudian dicatat pada bagian skore DMF-T dengan
tanda-tanda sebagai berikut :
D : Gigi berlubang yang masih bisa ditambal
M : Gigi yang tealh dicabut/ karies gigi yang tidak bisa
ditambal lagi
F : Gigi yang telah ditambal dan tambalannya masih baik
4.0.2.2 Pengelolaan data tabulasi/destribusi frekuensi
4.0 Analisa data
Analisa data meliputi :
55
a) Analisis Univarial
Data diolah secara statistik dengan menggunakan
software SPSS untuk WINDOWS 16 (SPSS Inc, Chicago).
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif berupa
deskriptif analisis dengan pendekatan yang digunakan cross
Sectional Study.
b) Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan uji statistik yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu apakah ada hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen.58
Sehingga uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah : Chi-square test, batas kemaknaan yang dipakai adalah taraf
signifikasi (p) ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga
dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara dua variabel dengan
kata lain ada perbedaan anatara dua kelompok. Maka dapat
disimpulkan bahwa suatu variabel merupakan faktor resiko dari
timbulnya variabel lain atau sebaliknya.
Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan
menggunakan uji chi square. Batas kemaknaan yang dipakai adalah
56
taraf signifikasi (α ) = 0,05 atau dalam tabel interval kepercayaan
95%.
Tabel 2.1. Kebiasaan Merokok dengan terbentuknya Karies Gigi
Karies gigi ( + ) Karies gigi ( - ) JumlahMempunyai kebiasaan Merokok A b a + b
Tidak memiliki kebiasaan merokok C d c + d
Total a + c b + d N
Keterangan:
a = Laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok dengan karies
gigi
b = Laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok tanpa karies
gigi
c = Laki-laki yang tidak mempunyai kebiasaan merokok dengan
karies gigi
d = Laki-laki yang tidak mempunyai kebiasaan merokok tanpa
karies gigi
4.1 Etika Penelitian
57
Sebelum penelitian, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi
dari instansi tempat penelitian. Setelah rekomendasi atau persetujuan
diperoleh, penelitian segera dilakukan dengan memperhatikan etika
penelitian yang meliputi :
1. Informed concent
Informed concent merupakan cara persetujuan antara
peneliti dengan responden. Informed concent tersebut diberikan
sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed concent
adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya, jika subyek bersedia maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden
tidak bersedia maka peneliti harus menghormati mereka.
2. Confidentiality
Confidentiality adalah menjamin kerahasiaan dari hasil
penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya,
semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan kepada hasil riset.
3. Right to self determination (hak untuk ikut/tidak menjadi
responden)
58