bab 1 persekutuan
TRANSCRIPT
BAB I
PERSEKUTUAN
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian persekutuan secara umum maupun secara khusus yang
disebutkan didalam KUH Perdata pasal 1618 yang berlaku di Indonesia.
2. Memahami karakteristik dan jenis perusahaan persekutuan
3. Menjelaskan pembentukan persekutuan, mengaplikasikan pencatatan penyetoran modal
sekutu baik dalam bentuk aktiva cash, aktiva non-cash, dan neraca suatu perusahaan
perseorangan.
4. Menjelaskan pembagian laba rugi dan perubahan kepemilikan persekutuan
A. PENDAHULUAN
Persekutuan merupakan bentuk usaha yang populer, mudah dalam pendiriannya
karena tidak memerlukan legalitas dari departemen dalam negeri dan memungkinkan
beberapa individu untuk menggabungkan bakat dan kemampuan mereka adalam
suatu usaha tertentu. Selain itu, persekutuan menyediakan sarana yang lebih fleksibel
untuk memperoleh tambahan modal dibandingkan dengan perusahaan perseorangan
dan memungkinkan penyebaran resiko dalam pertumbuhan usaha yang sangat cepat.
Di Indonesia, jenis perusahaan persekutuan ini yang paling banyak dipilih
dalam mendirikan suatu perusahaan karena alasan tersebut diatas demikian pula di
negara lain seperti Amerika Serikat (AS) jumlah perusahaan persekutuan merupakan
jenis perusahaan terbanyak kedua setelah perusahaan perseorangan. Hal ini berarti
jumlah perusahaan persekutuan lebih banyak dibandingkan dengan bentuk usaha
perseroan terbatas.
B. DEFINISI PERSEKUTUAN
Definisi persekutuan secara umum adalah merupakan bentuk perusahaan yang
didirikan oleh dua orang atau lebih, untuk menjalankan usaha sebagai pemilik atas
kegiatan untuk mendapatkan keuntungan. Definisi persekutuan ini dijelaskan secara
khusus dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1618 yaitu:
“Suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih, mengikatkan diri untuk
memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi
keuntungan atau manfaat yang diperoleh karenanya“
Berdasarkan kedua definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
persekutuan dapat dibentuk oleh dua orang atau lebih, istilah „orang“ biasanya adalah
individu dapat berupa perorangan atau perusahaan. baik yang baru akan mendirikan
usaha atau merupakan perluasan dari perusahaan perseorangan.
Persekutuan yang biasa juga disebut Firma sangat umum dalam usaha sektor jasa
seperti hukum, kedokteran, akuntan publik atau jasa lainnya dan sektor usaha
perdagangan. perusahaan penerbitan atau percetakan, usaha grosir (wholesale),
industri (manufacturing), Persekutuan bertujuan untuk menghasilkan keuntungan,
sehingga organisasi nirlaba seperti yayasan bukanlah sebuah persekutuan.
C. KARAKTERISTIK PERSEKUTUAN
Firma mempunyai beberapa karakteristik yang berbeda dengan bentuk
organisasi/perusahaan lain.
Adapun beberapa karakteristik firma adalah sebagai berikut:
1. Limited Life (umur terbatas), artinya secara hukum umur persekutuan atau
jangka waktu persekutuan berakhir bila salah seorang sekutu keluar atau
meninggal, penambahan anggota baru, penarikan modal atau ada perubahan lain
yang menyangkut perjanjian persekutuan. Berakhirnya persekutuan secara hukum
tidak selalu mengakhiri persekutuan sebagai entitas usaha dan akuntansi yang
terpisah, seringkali kegiatan usaha persekutuan tetap berjalan lancar bila ada
sekutu yang masuk atau mengundurkan diri. Jika firma dinyatakan bubar secara
hukum, maka diperlukan perubahan surat perjanjian.
2. Unlimited Liability (tanggung jawab terhadap kewajiban firma tidak terbatas),
artinya tanggung jawab sekutu tidak terbatas pada investasinya (modal yang
disetorkan) tetapi sampai harta pribadinya untuk memenuhi hutang atau
kewajiban dari persekutuan. Namun tanggung jawab sekutu dapat terbatas sampai
sebatas modal yang disetorkan, bila disebutkan dalam perjanjian. Sekutu dengan
kewajiban terbatas ini biasa disebut sekutu diam atau sekutu komanditer.
3. Mutual Agency (saling mewakili), artinya setiap anggota dalam menjalankan
usaha persekutuan adalah merupakan wakil dari anggota-anggota firma yang lain.
Setiap sekutu dapat mewakili persekutuan ketika bertindak dalam cakupan
kegiatan persekutuan.
4. Participating in Partnership Profit (Kepentingan sekutu dalam laba), artinya
laba atau rugi hasil operasi firma akan dibagikan kepada setiap anggota
persekutuan berdasarkan partisipasi atau aktivitas masing-masing anggota di
dalam persekutuan. Jika ada salah seorang anggota yang aktif menjalankan usaha
persekutuan, maka anggota tersebut berhak atas bagian laba yang lebih besar
daripada anggota yang tidak aktif meskipun modal yang ditanamkannya lebih
kecil, atau dapat ditentukan lain atas persetujuan anggota-anggota firma.
Selain karakteristik yang disebutkan di atas, ada beberapa karakteristik yang
membedakan antara bentuk persekutuan dengan perseroan.
Tabel 1 Perbedaan penting antara persekutuan dan perseroan
Persekutuan Perseroan
1. Kesinambungan
usaha
Umur terbatas dan secara hukum
dinyatakan bubar jika ada
perubahan dalam komposisi
sekutu, tetapi secara ekonomis
Umur dianggap tidak terbatas.
Perubahan komposisi pemilikan
perusahaan tidak mengakibatkan
berakhirnya umur perseroan.
dapat terus beroperasi untuk
melanjutkan usahanya, tidak perlu
dilikuidasi
2. Perijinan
pendirian
Diperlukan sedikit prosedur
untuk memperoleh formalitas
usahanya
Didirikan berdasarkan ijin negara dan
harus taat pada aturan-aturan yang
telah ditetapkan. Prosedur untuk
memperoleh ijin usaha biasanya relatif
lama dan sulit.
3. Tanggung jawab
pemilik terhadap
hutang/kewajiban
Tanggung jawab setiap anggota
pemilik tidak terbatas.
Kewajiban pemegang saham hanya
terbatas sebesar modal yang
ditanamkan/diinvestasikan.
4. Keterlibatan
dalam
pengelolaan
perusahaan
Masing-masing anggota terlibat
aktif dalam pengelolaan firma
secara langsung
Pemegang saham bisa tidak aktif
dalam pengelolaan perseroan. Mereka
memilih dewan Direksi untuk
melaksanakan pengelolaan langsung
terhadap perseroan.
Berdasarkan karakteristik yang telah disebutkan diatas jelaslah bahwa
persekutuan (Firma) memiliki kekhasan tersendiri. Meskipun tidak dapat dipisahkan
antara pemilik dan manajemen dalam firma, namun pengelolaan akuntansi pada
persekutuan harus tetap berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang lazim.
Akuntansi untuk persekutuan mensyaratkan pengakuan atas beberapa faktor
penting. Pertama, dari sudut pandang akuntansi, persekutuan adalah entitas usaha
yang terpisah dengan pemilikya, dari sudut pandang hukum, sebuah persekutuan
seperti halnya perusahaan perseorangan, tidaklah terpisah dari pemiliknya. Kedua,
walaupun banyak persekutuan mencatat operasi mereka menggunakan basis akrual,
beberapa perusahaan menggunakan akuntansi yang berbasis kas atau berbasis kas
yang dimodifikasi. Pilihan tersebut diperkenankan karena pencatatan dalam
persekutuan dilakukan untuk para sekutu dan harus mencerminkan informasi yang
mereka butuhkan. Laporan keuangan persekutuan biasanya disusun bagi para sekutu,
dan hanya terkadang bagi para kreditur. Tidak seperti perusahaan publik, kebayakan
persekutuan tidak disyaratkan untuk diaudit atas laporan keuangan tahunannya.
Walaupun akuntansi untuk persekutuan berbeda dengan akuntansi utuk bentuk
usaha lainnya, umumnya akuntansi untuk aktiva, kewajiban dan laba ruginya
mengikuti prinsip akuntansi yang umum diterima dan dapat diperbandingkan dengan
badan usaha lain. Analisis dan pencatatan transaksi yang mempengaruhi kepemilikan
pada dasarnya sama untuk persekutuan, perseroan dan perseorangan.
D. AKUNTANSI UNTUK PEMBENTUKAN PERSEKUTUAN
Kesepakatan untuk mendirikan sebuah persekutuan bisa bersifat informal atau
bersifat formal seperti perikatan antara dua pihak diatas kertas yang disebut Akta
pendirian persekutuan (articles of copartnership).
Setiap sekutu harus setuju atas perjanjian pendirian dan untuk menghindari
permasalahan manajemen di masa yang akan datang serta melaksanakan good
corporate governance maka sebaiknya perjanjian tertulis secara formal perlu dibuat.
Akta pendirian persekutuan umumya mencakup hal-hal berikut :
1. Nama persekutuan dan nama sekutu.
2. Jenis usaha dan jangka waktu perjanjian persekutuan.
3. Besarnya investasi masing-masing sekutu.
4. Pembagian laba rugi
5. Ketentuan penarikan aktiva
6. Prosedur dalam perubahan sekutu seperti penambahan dan berhentinya
seorang sekutu.
Persekutuan dapat dibentuk dengan menggabungkan perusahaan perseorangan
yang sudah berjalan dengan anggota sekutu yang baru dengan cara menyetorkan
modalnya, atau dapat juga dengan pendirian peusahaan yang sama sekali baru yang
sebelumnya tidak ada (belum berdiri).
1. Investasi Awal Pada Persekutuan
Penyerahan modal para sekutu dalam pendirian persekutuan dilakukan dengan
tiga cara yaitu dengan uang kas, aktiva non kas dan menyerahkan neraca perusahaan
perseorangan.
a. Uang Kas
Penyerahan modal dalam bentuk uang kas dicatat secara langsung sebagai
investasi awal kedalam rekening modal masing-masing anggota dan tidak
membutuhkan penilaian kembali dari aktiva yang disetorkan.
Contoh 1 :
Zain dan Indra sepakat untuk mendirikan persekutuan dengan investasi awal
berupa uang tunai, Zain sebesar Rp 50.000.000 dan Indra sebesar Rp 40.000.000.
Jurnal yang dibuat :
Kas Rp 90.000.000
Modal Zain Rp 50.000.000
Modal Indra Rp 40.000.000
b. Aktiva Non Kas
Jika dalam pendirian persekutuan baru terdapat sekutu yang berinvestasi dalam
bentuk aktiva non-kas, maka perlu dilakukan penilaian kembali atas aktiva non-
kas tersebut, dan pada umumnya dicatat pada nilai wajarnya pada saat investasi
dilakukan. Nilai wajar dalam akuntansi dinilai oleh pihak independen, atau
bedasarkan kesepakatan masing-masing anggota/sekutu.
Contoh 2 :
Rizka dan Naura mendirikan persekutuan, masing-masing menyerahkan modal
aktiva non-kas. Rizka menginvestasikan kendaraan seharga Rp 200.000.000,00
dan Naura menyerahkan tanah dan bangunan dengan harga perolehan masing-
masing untuk tanah seharga Rp 40.000.000 dan bangunan seharga Rp 60.000.000.
Para sekutu setuju untuk melakukan penilaian kembali, nilai wajar berdasarkan
penilaian tim appraisal yaitu kendaraan dinilai wajar sebesar Rp157.000.000,
tanah Rp 55.000.000 dan bangunan Rp 90.000.000
Jurnal yang dibuat:
Kendaraan Rp157.000.000,00
Tanah Rp 55.000.000,00
Bangunan Rp 90.000.000,00
Modal Rizka Rp157.000.000,00
Modal Naura Rp145.000.000,00
c. Menyerahkan neraca perusahaan perseorangan.
Sekutu yang menyerahkan modalnya dalam bentuk neraca perusahaan
perseorangan, pada umumnya dilakukan penilaian kembali dengan nilai wajar dan
disetujui oleh para sekutu. Pencatatan atas penyerahan neraca perusahaan ada 2
(dua) metode:
a. Persekutuan menggunakan pembukuan baru
b. Persekutuan menggunakan buku lama yaitu melanjutkan buku neraca
perusahaan perseorangan.
Kedua metode di atas akan menghasilkan laporan keuangan yang sama pada
persekutuan baru.
Contoh 3 :
Naura, Ahmad, dan Zaky bersepakat untuk mendirikan sebuah persekutuan
dengan nama Firma „NAZ“. Tn. Zaky telah memiliki perusahaan perseorangan
yang telah berjalan, sedangkan Sdri. Naura menyerahkan uang tunai sebesar Rp
50.000.000. Tn. Ahmad menyerahkan bangunan seharga Rp 50.000.000, penilaian
kembali telah dilakukan dan disetujui dengan nilai wajar sebesar Rp 65.000.000.
Berikut adalah neraca perusahaan Tn. Zaky :
U.D. Zaky Neraca
Per 31 Desember 2009
Aktiva Lancar (Rp)
Kas 32.000.000 Piutang usaha 45.000.000 (-) Penyisihan piutang Tak tertagih ( 3.000.000) Persediaan B.Dagang 42.000.000 116.000.000 Aktiva Tetap Kendaraan 40.000.000 (-) Akm. Penyusutan ( 14.000.000) 26.000.000 Total Aktiva 142.000.000
Kewajiban Lancar (Rp)
Utang usaha 52.000.000 Modal Zaky 90.000.000 Total Kewjiban & Modal 142.000.000
Perjanjian yang disepakati oleh masing-masing sekutu sehubungan dengan
penilaian kembali asset Tn. Zaky adalah sebagai berikut :
1. Piutang usaha sebesar Rp 2.500.000 dihapuskan dan disisihkan piutang tak
tertagih sebesar 5% dari saldo piutang yang baru.
2. Persediaan barang dagang ditetapkan dengan harga pasar Rp 40.000.000.
3. Kendaraan dinilai seharga Rp 35.000.000 dan perkiraan akumulasi penyusutan
dihilangkan.
Berdasarkan data diatas, maka pencatatan akuntansi dengan menggunakan
kedua metode tersebut adalah :
1. Persekutuan menggunakan buku baru
Jurnal yang harus dibuat :
( Mencatat investasi sekutu Naura ) :
Kas Rp 50.000.000 Modal Naura Rp 50.000.000
( Mencatat investasi sekutu Ahmad ) :
Bangunan Rp 65.000.000 Modal Ahmad Rp 65.000.000
(Mencatat investasi sekutu Zaky ) :
Kas Rp 32.000.000 Piutang dagang Rp 42.500.000 Persediaan BD Rp 40.000.000 Kendaraan Rp 35.000.000 Hutang usaha Rp 52.000.000 Penyisihan piutang tak tertagih Rp 2.125.000 Modal Tn. Zaky Rp 95.375.000
2. Persekutuan menggunakan buku lama yaitu melanjutkan buku neraca
perusahaan perseorangan.
Jurnal yang harus dibuat :
( Mencatat investasi sekutu Naura ) :
Kas Rp 50.000.000 Modal Naura Rp 50.000.000
( Mencatat investasi sekutu Ahmad ) :
Bangunan Rp 65.000.000 Modal Ahmad Rp 65.000.000
(Mencatat investasi sekutu Zaky ) :
Penyisihan piutang tak tertagih Rp 875.000 Akum. penyusutan kendaraan Rp 14.000.000 Modal Tn. Zaky Rp 4.625.000 Piutang usaha Rp 2.500.000 Persediaan BD Rp 2.000.000 Kendaraan Rp 35.000.000 Setelah dibuat jurnal seperti diatas, kedua metode tersebut akan menghasilkan
Neraca awal Persekutuan yang sama sebagai berikut :
Firma NAZ Neraca
Per 2 Januari 2010
Aktiva Lancar (Rp) Kas 82.000.000 Piutang usaha 42.500.000 (-) Penyisihan piutang Tak tertagih ( 2,125.000) Persediaan BD 40.000.000 162.375.000 Aktiva Tetap Bangunan 65.000.000 Kendaraan 35.000.000 100.000.000 Total Aktiva 262.375.000
Kewajiban Lancar (Rp) Utang usaha 52.000.000 Modal Modal Naura 50.000.000 Modal Ahmad 65.000.000 Modal Zaky 95.375.000 210.375.000 Total Kewajiban & Modal 262.375.000
E. Bonus atau goodwill pada Investasi Awal
Penyertaan investasi awal yang berbeda diantara para sekutu dapat menimbulkan
pihak-pihak yang dirugikan dan diuntungkan. Ketika pembagian laba rugi yang
disepakati oleh para sekutu diberlakukan maka saldo modal para sekutu tersebut
harus disesuaikan. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah tersebut yaitu Metode Bonus dan Metode Goodwill.
Contoh 4.
Pada kasus diatas sekutu Naura, Ahmad dan Zaky sepakat untuk membagi laba rugi
dengan perbandingan yang sama.
Perhitungan :
Modal Naura : 50.000.000, Modal Ahmad : 65.000.000, Modal Zaky : 95.375.000
Total Modal ke-3 sekutu : Rp 210.375.000
Dengan perbandingan yang sama :
Rata-rata Modal sekutu = Rp 205.375.000/3 = Rp 70.125.000
Kekurangan Modal Naura : Rp 20.125.000
Kekurangan Modal Ahmad : Rp 5.125.000
Kelebihan Modal Zaky : Rp 25.250.000
1. Metode Bonus
Pencatatan akuntansi dengan pendekatan Bonus :
Modal Zaky Rp 25.250.000
Modal Naura Rp 20.125.000
Modal Ahmad Rp 5.125.000
2. Metode Goodwill
Pencatatan akuntansi untuk pendekatan Goodwill :
Goodwill Rp 25.125.000
Modal Naura Rp 25.125.000
Contoh 5.
Pada contoh 3 di atas, komposisi modal Naura Rp 50.000.000, modal Ahmad Rp
65.000.000 dan modal Zaky Rp 95.375.000. Sekutu Zaky menginginkan kepentingan
pada persekutuan sebesar 48%, sekutu Zaky hanya menambah kekurangan uang tunai
sebesar Rp 8.500.000. Para sekutu setuju atas kesepakatan tersebut termasuk
pembagian laba-rugi untuk sekutu Naura dan Ahmad berdasarkan perbandingan
modal masing-masing.
1. Metode Bonus :
Perhitungan :
Modal Naura : 50.000.000, Modal Ahmad : 65.000.000, Modal Zaky : 95.375.000
Tambahan modal Zaky : Rp 8.500.000
Total Modal ke-3 sekutu : Rp 210.375.000
Kepentingan Zaky = 48% x Rp 210.375.000,00 = Rp105.060.000
Modal Zaky yang disetor = Rp 95.375.000 + Rp 8.500.000 = Rp103.875.000
Bonus untuk sekutu Zaky = Rp 1.185.000
Modal Naura dan Ahmad berkurang sebesar:
Naura = 50/115 x Rp1.185.000 = Rp 515.217
Ahmad = 65/115 x Rp1.185.000 = Rp 669.783
Jurnal untuk tambahan setoran modal Zaky
Kas Rp 8.500.000
Modal Zaky Rp 8.500.000
Pencatatan akuntansi dengan pendekatan bonus :
Modal Naura Rp 515.217
Modal Ahmad Rp 669.783
Modal Zaky Rp 1.185.000
Perbandingan modal setelah jurnal di atas adalah
Naura : Ahmad : Zaky = Rp 49.484.783 : Rp 64.330.217 : Rp 105.060.000 =
22,61 : 29,31 : 48
2. Metode Goodwill :
Perhitungan :
Total modal Naura dan Ahmad = Rp50.000.000,00 + Rp 65.000.000
= Rp 115.000.000,00
Kepentingan Naura dan Ahmad = 1 – 48% = 52%
Total modal tiga sekutu = Rp 115.000.000,00 : 52% = Rp 221.153.846
Total modal tiga sekutu yang disetorkan = Rp 218.875.000
Goodwill untuk sekutu Zaky = Rp 2.278.846
Jurnal untuk tambahan setoran modal Zaky
Kas Rp 8.500.000
Modal Zaky Rp 8.500.000
Jurnal persekutuan dengan metode goodwill:
Goodwill Rp2.278.846
Modal Zaky Rp2.278.846
Perbandingan modal setelah jurnal di atas adalah Naura : Ahmad : Zaky =
Rp50.000.000,00 : Rp65.000.000,00 : Rp 106.153.846 = 22,61 : 29,39 : 48
Metode bonus dan goodwill akan menghasilkan kepentingan yang sama dalam
pembagian laba-rugi. Goodwill akan diamortisasi dalam jangka waktu maksimum
40 tahun.
Kedua pendekatan ini dapat digunakan dengan memperhatikan pertimbangan-
pertimbangan mana yang lebih rasional dan sesuai dengan asumsi akuntan akan etika
kejujuran, rasionalisme dalam bisnis dan juga tentunya didasarkan atas kesepakatan
semua sekutu pendekatan apa yang akan digunakan.
F. PEMBAGIAN LABA RUGI DAN PERUBAHAN KEPEMILIKAN
Pembagian laba rugi persekutuan dapat menggunakan berbagai macam cara. Cara
yang digunakan tentunya berdasarkan hasil kesepakatan para sekutu pada saat
pendirian dan dicantumkan pada perjanjian persekutuan. Apabila tidak diatur secara
spesifik maka pembagiannya dilakukan dengan perbandingan yang sama.
Walaupun perjanjian untuk membagi laba rugi sama besar atau dalam rasio
tertentu, bersifat umum, namun pada kenyataannya juga terdapat perjanjian yang
lebih kompleks. Waktu yang didedikasikan sekutu untuk kegiatan bisnis persekutuan
dan modal yang diinvestasikan dalam bisnis seringkali menjadi bahan pertimbangan
dalam menentukan perjanjian bagi hasil. Apabila seorang sekutu mengelola
persekutuan maka sekutu dapat memperoleh gaji, demikian pula halnya bila seorang
sekutu melakukan investasi yang lebih besar dibandingkan sekutu lainnya maka
sekutu tersebut dapat diberikan tunjangan bunga atas modal investasi sebelum laba
yang tersisa dibagikan.
Dasar pembagian laba rugi persekutuan secara umum adalah
1. Dibagi sama.
2. Berdasarkan perbandingan atau rasio tertentu sesuai dengan perjanjian.
3. Dibagi berdasarkan rasio modal.
4. Berdasarkan bunga modal saldo dibagikan dengan perbandingan tertentu.
5. Mula-mula diperhitungkan gaji atau bonus kepada sekutu aktif dan sisanya
dibagikan sesuai rasio tertentu.
6. Mula-mula diperhitungkan bunga modal, gaji kepada sekutu aktif atau bonus
untuk anggota tertentu sisanya dibagi sesuai rasio tertentu.
Contoh 6 :
Tn. Rama dan Nn. Shinta sepakat mendirikan persekutuan yang diberi nama CV.
Ramadanshinta. Setoran modal masing-masing sekutu sekutu dalam satu periode
akuntansi adalah sebagai berikut :
Keterangan Tanggal Rama Shinta
Modal 2 Jan 2008 10.000.000 15.000.000
Modal 1 April 2008 5.000.000 -
Modal 30 Juli 2008 10.000.000 15.000.000
Prive 1 Oktober 2008 ( 5.000.000 ) -
Jumlah Rp 20.000.000 Rp 30.000.000
Selama tahun 2008 persekutuan memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp
10.000.000 yang akan dibagi dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Laba dibagi sama.
Apabila laba rugi dibagi sama, perhitungan pembagian untuk masing-masing
sekutu adalah ½ x Rp 10.000.000 = Rp 5.000.000
Sehingga pembagian keuntungan masing-masing sekutu adalah sebesar Rp
5.000.000 yang akan dikreditkan sebagai penambah modalnya.
Jurnal :
Iktisar laba rugi Rp 10.000.000
Modal Rama Rp 5.000.000
Modal Shinta Rp 5.000.000
2. Laba rugi dibagi berdasarkan perbandingan 2 : 3 atau (40% : 60%)
Perhitungan :
Tn. Rama : 2/5 x Rp 10.000.000 = Rp 4.000.000
Nn. Shinta : 3/5 x Rp 10.000.000 = Rp 6.000.000
Jurnal :
Iktisar laba rugi Rp 10.000.000
Modal Rama Rp 4.000.000
Modal Shinta Rp 6.000.000
3. Laba rugi dibagi berdasarkan perbandingan modal.
a. Berdasarkan perbandingan modal awal
Perhitungan :
Tn. Rama : 10/25 x Rp 10.000.000 = Rp 4.000.000
Nn. Shinta : 15/25 x Rp 10.000.000 = Rp 6.000.000
Jurnal :
Iktisar laba rugi Rp 10.000.000
Modal Rama Rp 4.000.000
Modal Shinta Rp 6.000.000
b. Berdasarkan perbandingan modal akhir
Perhitungan :
Tn. Rama : 20/50 x Rp 10.000.000 = Rp 4.000.000
Nn. Shinta : 30/50 x Rp 10.000.000 = Rp 6.000.000
Jurnal :
Iktisar laba rugi Rp 10.000.000
Modal Rama Rp 4.000.000
Modal Shinta Rp 6.000.000
4. Laba rugi didasarkan atas bunga modal sebesar 12%, saldo dibagi dengan
perbandingan 2 : 3
Perhitungan :
Cara perhitungan dengan mengalikan jumlah setoran modal. Modal Rama :
20.000.000 dan Shinta 20.000.000. Laba bersih Rp 10.000.000
Keterangan Rama Shinta Total
Laba bersih 10.000.000
Bunga atas modal 2.400.000 3.600.000 ( 6.000.000)
Sisa Laba 4.000.000
Perbandingan 2 : 3 1.600.000 2.400.000 ( 4.000.000 )
TOTAL alokasi 4.000.000 6.000.000 -0-
Jurnal :
Iktisar laba rugi Rp 10.000.000
Modal Rama Rp 4.000.000
Modal Shinta Rp 6.000.000
5. Mula-mula diperhitungkan gaji atau bonus kepada sekutu aktif dan sisanya
dibagikan sesuai rasio tertentu.
Gaji dibayarkan kepada sekutu seringkali termasuk didalam rencana distribusi
laba untuk mengakui dan memberikan kompensasi atas perbedaan jasa yang diberikan
kepada masing-masing sekutu. Misalnya pada contoh 6 diatas, persekutuan
memberikan gaji kepada Rama sebesar Rp 2.000.000, sisanya dibagikan dengan
perbandingan 40 : 60.
Perhitungan :
Keterangan Rama Shinta Total
Laba bersih 10.000.000
Gaji 2.000.000 (2.000.000)
Sisa Laba 8.000.000
Perbandingan 40 : 60 3.200.000 4.800.000 ( 8.000.000 )
TOTAL 5.200.000 4.800.000 -0-
Jurnal :
Iktisar laba rugi Rp 10.000.000
Modal Rama Rp 5.200.000
Modal Shinta Rp 4.800.000
G. KESIMPULAN
Salah satu keuntungan utama bentuk persekutuan adalah mudah dalam
pendiriannya. Kesepakatan untuk mendirikan sebuah persekutuan bisa bersifat
informal atau bersifat formal seperti adanya ikatan antara dua pihak diatas kertas yang
disebut akta pendirian persekutuan. Setiap sekutu harus setuju atas perjanjian
pendirian dan sangat disarankan para sekutu untuk membuat perjanjian tertulis secara
formal untuk menghindari potensi konflik.
Pada saat pendirian persekutuan, sangat penting untuk melakukan penilaian
yang tepat terhadap aktiva selain kas dan kewajiban yang disetorkan oleh masing-
masing sekutu. Aktiva yang disetorkan harus dinilai sebesar nilai wajarnya.
Kewajiban harus dinilai sebesar nilai sekarang dari sisa arus kas yang akan
dibayarkan. Penyerahan modal para sekutu dalam pendirian persekutuan dilakukan
dengan tiga cara yaitu dengan uang kas, aktiva non kas dan menyerahkan neraca
perusahaan perseorangan.
Sebagian besar persekutuan menggunakan akuntansi akrual dan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dalam pembukuannya karena prinsip akuntansi yang
berlaku umum menghasilkan pengukuran laba yang lebih baik dibandingkan metode
akuntansi alternatif, seperti basis kas atau basis kas yang dimodifikasi. Laba rugi
dialokasikan kepada para sekutu pada tiap akhir periode sesuai dengan perjanjian
dalam persekutuan. Jika tidak terdapat dalam perjanjian maka harus dapat dipastikan
bahwa semua sekutu setuju atas distribusi laba, biasanya laba atau rugi dibagi sama
rata diantara sekutu.
H. PERTANYAAN DAN LATIHAN KASUS
1. Jelaskan perbedaan bentuk perusahaan persekutuan dengan bentuk organisasi
perusahaan lain misalnya perseorangan dan perseroan terbatas ?
2. Bagaimana perlakuan akuntansi dalam mencatat penyetoran modal para sekutu
dalam bentuk uang tunai, aktiva non kas dan neraca perusahaan perseorangan ?
3. Bagaimana menghitung dan mencatat goodwill atau bonus pada investasi awal ?
4. Pada tanggal 2 Januari 2009, Mira dan Mirna sepakat mendirikan persekutuan
dengan nama CV. M & M. Sebelumnya Mira dan Mirna telah memiliki
perusahaan perseorangan. Data keuangan kedua perusahaan perseorangan tersebut
sebagai berikut :
CV. M & M
NERACA
Per 2 Januari 2009
Mira Mirna
Kas Rp 5.000.000 Rp 3.000.000
Piutang dagang Rp 8.000.000 Rp 4.000.000
Persediaan Rp 17.000.000 Rp 13.000.000
Aktiva tetap lainnya Rp 50.000.000 Rp 20.000.000
Total Aktiva Rp 80.000.000 Rp 40.000.000
Hutang dagang Rp 20.000.000 Rp 10.000.000
Modal Rp 60.000.000 Rp 30.000.000
Total Passiva Rp 80.000.000 Rp 40.000.000
Sebelum penggabungan usaha, keduanya bersepakat untuk menilai kembali
asset-asset yang dimiliki. Hasil kesepakatan tersebut adalah :
1. Persediaan Mira dinilai kembali sebesar Rp 15.000.000
2. Kedua saldo piutang dagang perlu dibentuk cadangan kerugian piutang
sebesar 5% dari saldo piutang.
3. Karena kebutuhan pribadi Mirna, maka ia menarik uang tunai sebesar Rp
2.000.000
4. Mirna diberikan goodwill sebesar Rp 5.000.000
Berdasarkan data-data diatas, diminta untuk :
1. Membuat jurnal penyetoran modal masing-masing sekutu dengan asumsi :
a. Menggunakan buku baru.
b. Melanjutkan pembukuan perusahaan Mira
2. Membuat neraca awal persekutuan ( CV. M & M )