bab 1 pendahuluan(2)
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)
1/15
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB IPENDAHULUAN
1.1.Sejarah BatubaraBatubara adalah mineral organik yang dapat terbakar,
terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang
selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia
yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu,
batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun
proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi
disebut dengan pembatubaraan (coalification). Faktor
tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan
jaman geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya,
ditambah dengan lokasi pengendapan (sedimentasi)
tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta
perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan
menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya
bermacam-macam. Oleh karena itu, karakteristik batubara
berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field)
dan lapisannya (coal seam).
Batubara itu adalah bahan bakar fosil. Batubara dapat
terbakar, terbentuk dari endapan, batuan organik yang
terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubaraterbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara
strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh
tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk
lapisan batubara. Batubara merupakan salah satu sumber
energi primer yang memiliki riwayat pemanfaatan yang sangat
panjang.
Beberapa ahli sejarah yakin bahwa batubara pertama
kali digunakan secara komersial di Cina. Ada laporan yang
menyatakan bahwa suatu tambang di timur laut Cina
menyediakan batubara untuk mencairkan tembaga dan untuk
mencetak uang logam sekitar tahun 1000 SM. Bahkan
petunjuk paling awal tentang batubara ternyata berasal dari
filsuf dan ilmuwan Yunani yaitu Aristoteles, yang
menyebutkan adanya arang seperti batu. Abu batubara yang
ditemukan di reruntuhan bangunan bangsa Romawi di Inggris
juga menunjukkan bahwa batubara telah digunakan oleh
bangsa Romawi pada tahun 400 SM (Anonim, 2013).
Kelompok 3
-
7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)
2/15
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Apabila suatu pohon yang mati kemudian jatuh ke dalam
air atau rawa yang cukup dalam, maka pohon tersebut akan
mengalami pembusukan baik secara biokimia maupun secara
kimia dan fisika. Pada kedalaman tertentu bakteri yangmenguraikan sisa pohon tersebut tidak dapat bekerja lagi,
sehingga perubahan yang terjadi selanjutnya hanya perubahan
fisik dan kimia. Dalam hal ini pohon tersebut tidak mengalami
pembusukan secara sempurna, dan lama kelamaan, sisa
tumbuhan tersebut akan berubah menjadi suatu sedimen
organik yang kemudian disebut batubara.
1.1.1.Proses Pembentukannya
Pembentukan batubara dimulai sejak periode
pembentukan karbon (Carboniferous Period) dikenalsebagai zaman batubara pertama yang berlangsung
antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas
dari setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan
tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut
sebagai maturitas organik. Proses awalnya, endapan
tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang
selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite)
atau disebut pula batubara coklat (brown coal). Batubara
muda adalah batubara dengan jenis maturitas organik
rendah (Anonim, 2012).Tahap Diagenetik atau Biokimia (Penggambutan),
dimulai pada saat dimana tumbuhan yang telah mati
mengalami pembusukan (terdeposisi) dan menjadi
humus. Humus ini kemudian diubah menjadi gambut
oleh bakteri anaerobic dan fungi hingga lignit (gambut)
terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses
perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan
gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses
pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi materialorganik serta membentuk gambut. Tahap Malihan atau
Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi
bituminus dan akhirnya antrasit. Secara lebih rincinya
ada pembusukan, bagian-bagian tumbuhan yang lunak
akan diuraikan oleh bakteri anaerob. Pengendapan
tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan
selanjutnya akan mengalami pengendapan, biasanya di
lingkungan yang berair. Akumulasi dari endapan ini
Kelompok 3
-
7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)
3/15
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
dengan endapan-endapan sebelumnya akhirnya akan
membentuk lapisan gambut. Dekomposisi lapisan
gambut akan mengalami perubahan melalui proses
biokimia dan mengakibatkan keluarnya air dan sebagianhilangnya sebagian unsur karbon dalam bentuk
karbondioksida, karbonmonoksida, dan metana. Secara
relatif, unsur karbon akan bertambah dengan adanya
pelepasan unsur atau senyawa tersebut. Geotektonik
lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat
adanya gaya tektonik dan kemudian akan mengalami
perlipatan dan patahan. Batubara low grade dapat
berubah menjadi batubara high grade apabila gaya
tektonik yang terjadi adalah gaya tektonik aktif, karenagaya tektonik aktif dapat menyebabkan terjadinya intrusi
atau keluarnya magma. Selain itu, lingkungan
pembentukan batubara yang berair juga dapat berubah
menjadi area darat dengan adanya gaya tektonik setting
tertentu. Erosi merupakan proses pengikisan pada
permukaan batubara yang telah mengalami proses
geotektonik. Permukaan yang telah terkelupas akibat
erosi inilah yang hingga saat ini dieksploitasi manusia
(Anonim, 2011).
1.1.2.Tempat Terbentuknya BatubaraTerdapat dua teori yang menjelaskan tentang
tempat dalam proses pembentukan batubara, yaitu:
a. Teori Insitu
Proses pembentukan batubara terjadi di tempat
asal tumbuhan tersebut berada. Tumbuhan yang telah
mati akan langsung tertimbun lapisan sedimen dan
kemudian mengalami proses pembatubaraan tanpa
mengalami proses perpindahan tempat. Batubara
yang dihasilkan dari proses ini memiliki kualitas yangbaik. Penyebaran batubara jenis ini sifatnya merata
dan luas, bisa dijumpai di wilayah Muara Enim,
Sumatera Selatan
b. Teori Drift
Berdasarkan teori ini, batubara terbentuk bukan
di tempat asal tumbuhan itu berada. Tumbuhan yang
telah mati akan terangkut air hingga terkumpul di
suatu tempat dan mengalami proses sedimentasi dan
Kelompok 3
-
7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)
4/15
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
pembatubaraan. Kualitas batubara yang dihasilkan
dari proses ini tergolong kurang baik karena
tercampur material pengotor pada saat proses
pengangkutan. Penyebaran batubara ini tidak begituluas, namun dapat dijumpai di beberapa tempat
seperti di lapangan batubara delta Mahakam Purba,
Kalimantan Timur.
1.1.3.Proses-proses yang Mempengaruhi Pembentukan
Batubara
Proses-proses dalam pembentukan batubara
sangat berpengaruh terhadap bentuk maupun kualitas
dari lapisan batubara. Beberapa faktor yang
berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah:
a. Material Dasar
Material dasar yakni flora atau tumbuhan yang
tumbuh beberapa juta tahun yang lalu, yang kemudian
terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona
fisiografi dengan iklim dan topografi tertentu. Jenis
dari flora sendiri amat sangat berpengaruh terhadap
tipe dari batubara yang terbentuk.
b. Proses Dekomposisi
Proses dekomposisi yakni proses transformasi
biokimia dari material dasar pembentuk batubara
menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan
yang terendapkan akan mengalami perubahan baik
secara fisika maupun kimia.
c. Umur Geologi
Umur geologi yakni skala waktu (dalam jutaantahun) yang menyatakan berapa lama material dasar
yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk
material yang diendapkan dalam skala waktu geologi
yang panjang, maka proses dekomposisi yang terjadi
adalah fase lanjut dan menghasilkan batubara dengan
kandungan karbon yang tinggi.
d. Posisi Geotektonik
Kelompok 3
-
7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)
5/15
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Posisi geotektonik yang dapat mempengaruhi
proses pembentukan suatu lapisan batubara dari:
1)Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonikdan menekan lapisan batubara yang terbentuk.
2) Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni
bentuk cekungan stabil, lipatan, atau patahan.
3) Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan atau
merubah grade dari lapisan batubara yang
dihasilkan.
(Anonim, 2012)
1.2. Klasifikasi Batubara
Secara umum batubara diklasifikasikan sebagai berikut,
yaitu peat (gambut), sebagian para ahli mengatakan bahwa
peat bukan batubara karena masih mengandung selulosa
bebas, tapi sebagian lagi menyatakan bahwa peat adalah
batubara muda. Carbon = 60% 64% (dmmf), Oxygen = 30%
(dmmf), Lignite, Carbon = 64% 75% (dmmf), Oxygen = 20%
25% (dmmf), Sub-bituminous, Carbon = 75% 83% (dmmf),
Oxygen = 10% 20% (dmmf), Bituminous, Carbon = 83%
90% (dmmf), Oxygen = 5% 15% (dmmf), Semi-anthracdite,
Carbon = 90% 93% (dmmf), Oxygen = 2% 4% (dmmf),
Anthracite, Carbon = > 93%.
Setelah mendapatkan pengaruh suhu dan tekanan yang
terus menerus selama jutaan tahun, maka batubara muda
akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah
maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi
batubara sub-bituminus. Perubahan kimiawi dan fisika terus
berlangsung hingga batubara menjadi keras dan juga
warnanya menjadi lebih hitam sehingga membentuk bituminusatau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, peningkatan
maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung
hingga membentuk antrasit (Syafii, 2012).
Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik
sebenarnya menggambarkan perubahan konsentrasi dari
setiap unsur utama pembentuk batubara. Terdapat dua
metode untuk menganalisis batubara, yaitu analisis ultimate
dan analisis proximate. Analisis ultimate menganalisis
Kelompok 3
-
7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)
6/15
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
komponen seluruh batubara, padat atau gas dan analisis
proximate menganalisis hanya fixed carbon juga bahan yang
mudah menguap, kadar air dan persen abu. Analisis ultimate
harus dilakukan oleh laboratorium juga dengan peralatan yanglengkap oleh ahli kimia yang terampil, sedangkan analisis
proximate dapat diketahui dengan peralatan yang sederhana.
Di bawah ini adalah klasifikasi yang banyak
dipergunakan oleh orang, yaitu:
1.2.1. ASTM Classification
Sistem klasifikasi ini mempergunakan volatile
matter (dmmf), fixed carbon (dmmf) dan calorific value
(dmmf) sebagai patokan.
Untuk anthracite, fixedcarbon (dmmf) merupakan
patokan utama, sedangkan volatile matter (dmmf)
sebagai patokan kedua. Bituminous mempergunakan
volatile matter (dmmf) sebagai patokan kedua. Lignite
mempergunakan calorificvalue (dmmf) sebagai patokan.
1.2.2. Ralstons Classification
Ralstons mempergunakan hasil analisa ultimate
yang sudah dinormalisasi (C + H + O = 100).Ditampilkan dalam bentuk triaxial plot. Band yang
terdapat pada triaxial plot tersebut ialah area dimana
batubara berada.
1.2.3. Seylers Classification
Sistem klasifikasi ini mempergunakan % carbon
(dmmf) dan % hydrogen (dmmf) sebagai dasar utama.
Klasifikasi ini ditampilkan dalam bentuk beberapa grafik
kecil yang bertumpu pada grafik utama. Grafik utama
menghubungkan % carbon (dmmf) dengan % hydrogen
(dmmf). sedangkan grafik kecil menggambarkan
hubungan calorific value (dmmf) dengan % volatile
matter (dmmf) dan % moisture (adb), menggambarkan
% oxygen (dmmf), crucible swelling number dan rasio
O/H=8.
Di tengah grafik tersebut terdapat band yang
menggambarkan yang menggambarkan area dimana
95% batubara inggris akan berada serta menunjukkan
Kelompok 3
-
7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)
7/15
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
jenisnya. Batubara yang jatuh di atas band disebut per-
hydrous sedangkan yang jatuh di bawahnya disebut sub-
hydrous. Seylers chart ini tidak cocok untuk low rank
coal.
1.2.4. ECE Classification
ECE membuat sistem klasifikasi yang dapat
dipergunakan secara luas, pada tahun 1965 yang
kemudian menjadi standar international.Sistem ini
mengelompokkan batubara dalam class, group dan sub-
group.
Coal class mempergunakan calorific value atau
volatile matter sebagai patokan. Coal groupmempergunakan Gray-king coke type atau maximum
dilatation pada Audibert-Arnu dilatometer test sebagai
patokan, sedangkan coal sub-group mempergunakan
crucible swelling numberdan Roga testsebagai patokan.
1.2.5. International Classification of Lignites
ISO 2960:1974 Brown Coals and Lignites.
Classification by Type on the Basis of Total Moisture
content and Tar Yield, mengelompokkan batubara yang
mempunyai heating value (moist, ash free) lebih kecil
dari 5700 cal/g. Batubara dikelompokkan dalam coalclass dengan patokan total moisture dan coal group
dengan patokan tar yield.
Tar yield diukur dengan Gray-King Assay, dimana
batubara didestilasi dan hasilnya berupa gas, air, cairan,
tar dan char dilaporkan dalam persen. Tar yield
mempunyai korelasi dengan hydrogen dan pengukuran
ini cukup baik sebagai indicator komposisipetrographic.
(Anonim, 2013)
1.3. Parameter Kualitas Batubara
Salah satu tahapan penting dalam rangkaian proses
eksploitasi dan produksi batubara adalah memahami benar
tipikal batubara dalam hal ini kualitasnya. Mengingat biaya
eksploitasi yang mahal, semuanya harus memperhitungkan
segala aspek ekonomis. Hanya batubara dengan kualitas yang
bagus dan lapisan yang tebal akan menjadi titik target untuk
ditambang. Demikian juga dalam rangkaian proses produksi
yang pada ujungnya akan berhubungan dengan marketing
Kelompok 3
-
7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)
8/15
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
dimana customeratau buyer (pembeli) akan membeli produk
batubara dengan parameter kualitas tertentu sesuai dengan
kebutuhan.
Batubara sendiri merupakan endapan organik yang
mutunya sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
tempat terdapatnya cekungan, umur dan banyaknya
kontaminasi. Di dalam penggunaannya perancangan mesin
yang mempergunakan batubara sebagai bahan bakar harus
menyesuaikan dengan kualitas batubaranya agar mesin yang
dipergunakan tahan lama.
Faktor geologi yang akan berdampak pada kualitas
batubara secara global adalah cekungan sedimentasi.
Cekungan sedimentasi batubara secara umum diklasifikasikan
dalam dua jenis, yaitu cekungan yang berkembang di wilayah
kontinen stabil dan cekungan sedimentasi bergerak (mobile),
seperti back arc basin atau pull apart basin yang umumnya
terbentuk di daerah batas atau dalam kontinen oleh
tenggelamnya atau tabrakan antarplate.
Batubara merupakan bahan baku pembangkit energi
dipergunakan untuk industri. Mutu dari batubara akan sangat
penting dalam menentukan peralatan yang dipergunakan.
Untuk menentukan kualitas batubara, beberapa hal yang harusdiperhatikan adalah High heating value (kcal.kg), Total
moisture (%), Inherent moisture (%), Volatile matter (%), Ash
content (%), Sulfur content (%), Coal size (%), Hardgrove
grindability index(< 3mm).
1.3.1.High Heating Value (HHV)
High heating value sangat berpengaruh terhadap
pengoperasian alat, seperti: pulverizer, pipa batubara,
wind box, dan burner. Semakin tinggi high heating value
maka aliran batubara setiap jamnya semakin rendah
sehingga kecepatan coal feederharus disesuaikan.
1.3.2.Moisture Content
Kandungan moisture mempengaruhi jumlah
pemakaian udara primernya, pada batubara dengan
kandungan moisture tinggi akan membutuhkan udara
primer lebih banyak guna mengeringkan batubara
tersebut pada suhu keluar mill tetap.
1.3.3.Volatile Matter
Kelompok 3
-
7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)
9/15
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Kandungan zat terbang (volatile matter) sangat
erat kaitannya dengan kelas batubara tersebut, makin
tinggi kandungan zat terbang makin rendah kelasnya.
Pada pembakaran batubara, maka kandungan zatterbang yang tinggi akan lebih mempercepat
pembakaran karbon padatnya dan sebaliknya zat
terbang yang rendah lebih mempersukar proses
pembakaran. Kesempurnaan pembakaran ditentukan
oleh:
(1.1)
Semakin tinggi fuel ratio maka karbon yang tidak
terbakar semakin banyak.
1.3.4.Ash Contentdan Komposisi
Kandungan abu akan terbawa bersama gas
pembakaran melalui ruang bakar dan daerah konveksi
dalam bentuk abu terbang atau abu dasar. Sekitar 20%
dalam bentuk abu dasar dan 80% dalam bentuk abuterbang. Semakin tinggi kandungan abu dan tergantung
komposisinya mempengaruhi tingkat pengotoran
(fouling), keausan dan korosi peralatan yang
dilalui. Selain kualitas yang akan mempengaruhi
penanganannya, baik sebagai fly ash maupun bottom
ash tetapi juga komposisinya yang akan mempengaruhi
pemanfaatannya dan juga titik leleh yang dapat
menimbulkan fouling pada pipa-pipa. Dalam hal ini
kandungan Na2O dalam abu akan sangat mempengaruhi
titik leleh abu. Abu ini dapat dihasilkan dari pengotor
bawaan (inherent impurities) maupun pengotor sebagai
hasil penambangannya.
1.3.5.Sulfur Content
Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat
korosi sisi dingin yang terjadi pada elemen pemanas
udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah dari
letak embun sulfur, disamping berpengaruh terhadap
Kelompok 3
Fixed Carbon
Fuel
Ratio= ---------------------
Volatile Matter
-
7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)
10/15
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
efektifitas penangkapan abu pada peralatan electrostatic
precipator.
1.3.6.Coal Size
Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butirhalus dan butir kasar. Butir paling halus untuk ukuran 900C
(1650F)
c. Liquefaction (pencairan)
Proses mengubah semua material organik
batubara menjadi bentuk cair atau liquid (diinginkan
bisa diperoleh dari campuran hidrokarbon atau zat
arang cair yang disebut tar dan larutan yangmengandung air yang mengandung jenis bahan-bahan
terlarut yang disebut zat amoniak), bahan cair tersebut
merupakan hasil distilasi destruktif batubara dan hasil
sampingan proses karbonisasi batubara. Secara umum
proses pencairan batubara ada 4 cara yaitu:
1) Pyrolysis Processes, pada proses ini batubara
dipanaskan sampai 400C tanpa penambahan
oxygen yang akan menghasilkan produk berupa:
minyak ringan dan berat, gas dan char, dengan
proses penambahan hydrogen akan diperolehproduk liquid fuels.
2) Solvent Extraction Processes, adalah proses
pencairan batubara dengan pencampuran batubara
dengan larutan yang dihasilkan melalui proses
hidrogenasi.
3) Catalytic Liquefaction Processes, adalah proses
pencairan batubara dengan pencampuran batubara
dengan katalis tertentu yang digunakan sebagai
pereaktor untuk menghasilkan hydrogen untukproses mengubah residu solid menjadi liquid
seluruhnya.
4) Indirect Liquefaction Processes, adalah proses
pencairan tidak langsung dengan melalui tahap
gasifikasi terlebih dahulu dengan penambahan uap
panas dan juga oxygen untuk membentuk gas
sintetis, yang selanjutnya dimurnikan untuk proses
kondensasi.
Kelompok 3
-
7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)
14/15
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
d. Gasification (gasifikasi)
Proses mengubah semua material organik
batubara menjadi bentuk gas (diinginkan bisa diperolehgas yang kesemuanya mengandung CO, CO2 dan H2
disamping pengotor hidrogen sulfida), gas tersebut
merupakan hasil distilasi destruktif batubara dan hasil
sampingan proses karbonisasi batubara.
e. Briquetting dan Pelletizing
Upaya untuk membentuk bahan yang kompak
dari partikel-partikel batubara yang mempunyai ukuran
relatif lebih kecil, dengan cara memberi tekanan
tertentu pada suatu tempat cetakan.f. Chemicals from coal
Penguraian batubara menjadi senyawa-senyawa
kimia.
1.4.2.Pengolahan Batubara
Setelah dilakukan penambangan, batubara
kemudian diolah untuk memisahkannya dari kandungan
yang tidak diinginkan, sehingga mendapatkan mutu
yang baik dan konsisten. Biasanya pengolahan ini
disebut (coal washing atau coal benefication) ditujukan
pada batubara yang diambil dari bawah tanah (ROMcoal). Proses pengolahannya sendiri bisa berbagai
macam, tergantung dari tingkat campuran dan tujuan
penggunaan batubara.
Batubara yang langsung diambil dari bawah tanah,
disebut batubara tertambang run-of-mine (ROM),
seringkali memiliki kandungan campuran yang tidak
diinginkan seperti batu dan lumpur dan berbentuk
pecahan dengan berbagai ukuran. Namun demikian
pengguna batubara membutuhkan batubara denganmutu yang konsisten. Pengolahan batubara juga disebut
pencucian batubara (coal benification atau coal washing)
mengarah pada penanganan batubara tertambang (ROM
Coal) untuk menjamin mutu yang konsisten dan
kesesuaian dengan kebutuhan pengguna akhir tertentu.
Pengolahan tersebut tergantung pada kandungan
batubara dan tujuan dari penggunaannya. Batubara
tersebut mungkin hanya untuk memerlukan proses
Kelompok 3
-
7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)
15/15
PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
pengolahan yang kompleks untuk bias mengurangi
kandungan campuran. Agar bisa menghilangkan
kandungan campuran, batubara tertambang mentah
dipecahkan dan kemudian dipisahkan ke dalam pecahandalam berbagai ukuran. Pecahan-pecahan yang lebih
besar biasanya diolah dengan menggunakan metode
pemisahan media peralatan. Dalam proses demikian,
batubara dipisahkan dari kandungan campuran lainnya
dengan diapungkan dalam tangki berisi cairan dengan
gravitasi tertentu, biasanya suatu bahan berbentuk
magnetit tanah halus. Setelah batubara menjadi ringan,
batubara tersebut akan mengapung dan dapat
dipisahkan, sementara batuan dan kandungan campuranlainnya yang lebih berat akan tenggelam dan dibuang
sebagai limbah. Pecahan yang lebih kecil diolah dengan
melakukan sejumlah cara, biasannya berdasarkan
perbedaan kepadatannya seperti dalam mesin
sentrifugal. Mesin sentrifugal adalah mesin yang
memutar suatu wadah dengan sangat cepat, sehingga
memisahkan benda padat dan benda cair yang berada di
dalam wadah tersebut. Metode alternatif menggunakan
kandungan permukaan yang berada dari batubara dan
limbah dalam pengapungan berbuih partikel-partikelbatu tersebut (Anonim, 2013).
Kelompok 3