bab 1 pendahuluan(2)

Upload: rahmat-rizali

Post on 14-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)

    1/15

    PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    BAB IPENDAHULUAN

    1.1.Sejarah BatubaraBatubara adalah mineral organik yang dapat terbakar,

    terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang

    selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia

    yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu,

    batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil. Adapun

    proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi

    disebut dengan pembatubaraan (coalification). Faktor

    tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan

    jaman geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya,

    ditambah dengan lokasi pengendapan (sedimentasi)

    tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta

    perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan

    menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya

    bermacam-macam. Oleh karena itu, karakteristik batubara

    berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field)

    dan lapisannya (coal seam).

    Batubara itu adalah bahan bakar fosil. Batubara dapat

    terbakar, terbentuk dari endapan, batuan organik yang

    terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubaraterbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara

    strata batuan lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh

    tekanan dan panas selama jutaan tahun sehingga membentuk

    lapisan batubara. Batubara merupakan salah satu sumber

    energi primer yang memiliki riwayat pemanfaatan yang sangat

    panjang.

    Beberapa ahli sejarah yakin bahwa batubara pertama

    kali digunakan secara komersial di Cina. Ada laporan yang

    menyatakan bahwa suatu tambang di timur laut Cina

    menyediakan batubara untuk mencairkan tembaga dan untuk

    mencetak uang logam sekitar tahun 1000 SM. Bahkan

    petunjuk paling awal tentang batubara ternyata berasal dari

    filsuf dan ilmuwan Yunani yaitu Aristoteles, yang

    menyebutkan adanya arang seperti batu. Abu batubara yang

    ditemukan di reruntuhan bangunan bangsa Romawi di Inggris

    juga menunjukkan bahwa batubara telah digunakan oleh

    bangsa Romawi pada tahun 400 SM (Anonim, 2013).

    Kelompok 3

  • 7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)

    2/15

    PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    Apabila suatu pohon yang mati kemudian jatuh ke dalam

    air atau rawa yang cukup dalam, maka pohon tersebut akan

    mengalami pembusukan baik secara biokimia maupun secara

    kimia dan fisika. Pada kedalaman tertentu bakteri yangmenguraikan sisa pohon tersebut tidak dapat bekerja lagi,

    sehingga perubahan yang terjadi selanjutnya hanya perubahan

    fisik dan kimia. Dalam hal ini pohon tersebut tidak mengalami

    pembusukan secara sempurna, dan lama kelamaan, sisa

    tumbuhan tersebut akan berubah menjadi suatu sedimen

    organik yang kemudian disebut batubara.

    1.1.1.Proses Pembentukannya

    Pembentukan batubara dimulai sejak periode

    pembentukan karbon (Carboniferous Period) dikenalsebagai zaman batubara pertama yang berlangsung

    antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas

    dari setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan

    tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut

    sebagai maturitas organik. Proses awalnya, endapan

    tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang

    selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite)

    atau disebut pula batubara coklat (brown coal). Batubara

    muda adalah batubara dengan jenis maturitas organik

    rendah (Anonim, 2012).Tahap Diagenetik atau Biokimia (Penggambutan),

    dimulai pada saat dimana tumbuhan yang telah mati

    mengalami pembusukan (terdeposisi) dan menjadi

    humus. Humus ini kemudian diubah menjadi gambut

    oleh bakteri anaerobic dan fungi hingga lignit (gambut)

    terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses

    perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan

    gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses

    pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi materialorganik serta membentuk gambut. Tahap Malihan atau

    Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi

    bituminus dan akhirnya antrasit. Secara lebih rincinya

    ada pembusukan, bagian-bagian tumbuhan yang lunak

    akan diuraikan oleh bakteri anaerob. Pengendapan

    tumbuhan yang telah mengalami proses pembusukan

    selanjutnya akan mengalami pengendapan, biasanya di

    lingkungan yang berair. Akumulasi dari endapan ini

    Kelompok 3

  • 7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)

    3/15

    PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    dengan endapan-endapan sebelumnya akhirnya akan

    membentuk lapisan gambut. Dekomposisi lapisan

    gambut akan mengalami perubahan melalui proses

    biokimia dan mengakibatkan keluarnya air dan sebagianhilangnya sebagian unsur karbon dalam bentuk

    karbondioksida, karbonmonoksida, dan metana. Secara

    relatif, unsur karbon akan bertambah dengan adanya

    pelepasan unsur atau senyawa tersebut. Geotektonik

    lapisan gambut akan mengalami kompaksi akibat

    adanya gaya tektonik dan kemudian akan mengalami

    perlipatan dan patahan. Batubara low grade dapat

    berubah menjadi batubara high grade apabila gaya

    tektonik yang terjadi adalah gaya tektonik aktif, karenagaya tektonik aktif dapat menyebabkan terjadinya intrusi

    atau keluarnya magma. Selain itu, lingkungan

    pembentukan batubara yang berair juga dapat berubah

    menjadi area darat dengan adanya gaya tektonik setting

    tertentu. Erosi merupakan proses pengikisan pada

    permukaan batubara yang telah mengalami proses

    geotektonik. Permukaan yang telah terkelupas akibat

    erosi inilah yang hingga saat ini dieksploitasi manusia

    (Anonim, 2011).

    1.1.2.Tempat Terbentuknya BatubaraTerdapat dua teori yang menjelaskan tentang

    tempat dalam proses pembentukan batubara, yaitu:

    a. Teori Insitu

    Proses pembentukan batubara terjadi di tempat

    asal tumbuhan tersebut berada. Tumbuhan yang telah

    mati akan langsung tertimbun lapisan sedimen dan

    kemudian mengalami proses pembatubaraan tanpa

    mengalami proses perpindahan tempat. Batubara

    yang dihasilkan dari proses ini memiliki kualitas yangbaik. Penyebaran batubara jenis ini sifatnya merata

    dan luas, bisa dijumpai di wilayah Muara Enim,

    Sumatera Selatan

    b. Teori Drift

    Berdasarkan teori ini, batubara terbentuk bukan

    di tempat asal tumbuhan itu berada. Tumbuhan yang

    telah mati akan terangkut air hingga terkumpul di

    suatu tempat dan mengalami proses sedimentasi dan

    Kelompok 3

  • 7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)

    4/15

    PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    pembatubaraan. Kualitas batubara yang dihasilkan

    dari proses ini tergolong kurang baik karena

    tercampur material pengotor pada saat proses

    pengangkutan. Penyebaran batubara ini tidak begituluas, namun dapat dijumpai di beberapa tempat

    seperti di lapangan batubara delta Mahakam Purba,

    Kalimantan Timur.

    1.1.3.Proses-proses yang Mempengaruhi Pembentukan

    Batubara

    Proses-proses dalam pembentukan batubara

    sangat berpengaruh terhadap bentuk maupun kualitas

    dari lapisan batubara. Beberapa faktor yang

    berpengaruh dalam pembentukan batubara adalah:

    a. Material Dasar

    Material dasar yakni flora atau tumbuhan yang

    tumbuh beberapa juta tahun yang lalu, yang kemudian

    terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona

    fisiografi dengan iklim dan topografi tertentu. Jenis

    dari flora sendiri amat sangat berpengaruh terhadap

    tipe dari batubara yang terbentuk.

    b. Proses Dekomposisi

    Proses dekomposisi yakni proses transformasi

    biokimia dari material dasar pembentuk batubara

    menjadi batubara. Dalam proses ini, sisa tumbuhan

    yang terendapkan akan mengalami perubahan baik

    secara fisika maupun kimia.

    c. Umur Geologi

    Umur geologi yakni skala waktu (dalam jutaantahun) yang menyatakan berapa lama material dasar

    yang diendapkan mengalami transformasi. Untuk

    material yang diendapkan dalam skala waktu geologi

    yang panjang, maka proses dekomposisi yang terjadi

    adalah fase lanjut dan menghasilkan batubara dengan

    kandungan karbon yang tinggi.

    d. Posisi Geotektonik

    Kelompok 3

  • 7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)

    5/15

    PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    Posisi geotektonik yang dapat mempengaruhi

    proses pembentukan suatu lapisan batubara dari:

    1)Tekanan yang dihasilkan oleh proses geotektonikdan menekan lapisan batubara yang terbentuk.

    2) Struktur dari lapisan batubara tersebut, yakni

    bentuk cekungan stabil, lipatan, atau patahan.

    3) Intrusi magma, yang akan mempengaruhi dan atau

    merubah grade dari lapisan batubara yang

    dihasilkan.

    (Anonim, 2012)

    1.2. Klasifikasi Batubara

    Secara umum batubara diklasifikasikan sebagai berikut,

    yaitu peat (gambut), sebagian para ahli mengatakan bahwa

    peat bukan batubara karena masih mengandung selulosa

    bebas, tapi sebagian lagi menyatakan bahwa peat adalah

    batubara muda. Carbon = 60% 64% (dmmf), Oxygen = 30%

    (dmmf), Lignite, Carbon = 64% 75% (dmmf), Oxygen = 20%

    25% (dmmf), Sub-bituminous, Carbon = 75% 83% (dmmf),

    Oxygen = 10% 20% (dmmf), Bituminous, Carbon = 83%

    90% (dmmf), Oxygen = 5% 15% (dmmf), Semi-anthracdite,

    Carbon = 90% 93% (dmmf), Oxygen = 2% 4% (dmmf),

    Anthracite, Carbon = > 93%.

    Setelah mendapatkan pengaruh suhu dan tekanan yang

    terus menerus selama jutaan tahun, maka batubara muda

    akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah

    maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi

    batubara sub-bituminus. Perubahan kimiawi dan fisika terus

    berlangsung hingga batubara menjadi keras dan juga

    warnanya menjadi lebih hitam sehingga membentuk bituminusatau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, peningkatan

    maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung

    hingga membentuk antrasit (Syafii, 2012).

    Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik

    sebenarnya menggambarkan perubahan konsentrasi dari

    setiap unsur utama pembentuk batubara. Terdapat dua

    metode untuk menganalisis batubara, yaitu analisis ultimate

    dan analisis proximate. Analisis ultimate menganalisis

    Kelompok 3

  • 7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)

    6/15

    PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    komponen seluruh batubara, padat atau gas dan analisis

    proximate menganalisis hanya fixed carbon juga bahan yang

    mudah menguap, kadar air dan persen abu. Analisis ultimate

    harus dilakukan oleh laboratorium juga dengan peralatan yanglengkap oleh ahli kimia yang terampil, sedangkan analisis

    proximate dapat diketahui dengan peralatan yang sederhana.

    Di bawah ini adalah klasifikasi yang banyak

    dipergunakan oleh orang, yaitu:

    1.2.1. ASTM Classification

    Sistem klasifikasi ini mempergunakan volatile

    matter (dmmf), fixed carbon (dmmf) dan calorific value

    (dmmf) sebagai patokan.

    Untuk anthracite, fixedcarbon (dmmf) merupakan

    patokan utama, sedangkan volatile matter (dmmf)

    sebagai patokan kedua. Bituminous mempergunakan

    volatile matter (dmmf) sebagai patokan kedua. Lignite

    mempergunakan calorificvalue (dmmf) sebagai patokan.

    1.2.2. Ralstons Classification

    Ralstons mempergunakan hasil analisa ultimate

    yang sudah dinormalisasi (C + H + O = 100).Ditampilkan dalam bentuk triaxial plot. Band yang

    terdapat pada triaxial plot tersebut ialah area dimana

    batubara berada.

    1.2.3. Seylers Classification

    Sistem klasifikasi ini mempergunakan % carbon

    (dmmf) dan % hydrogen (dmmf) sebagai dasar utama.

    Klasifikasi ini ditampilkan dalam bentuk beberapa grafik

    kecil yang bertumpu pada grafik utama. Grafik utama

    menghubungkan % carbon (dmmf) dengan % hydrogen

    (dmmf). sedangkan grafik kecil menggambarkan

    hubungan calorific value (dmmf) dengan % volatile

    matter (dmmf) dan % moisture (adb), menggambarkan

    % oxygen (dmmf), crucible swelling number dan rasio

    O/H=8.

    Di tengah grafik tersebut terdapat band yang

    menggambarkan yang menggambarkan area dimana

    95% batubara inggris akan berada serta menunjukkan

    Kelompok 3

  • 7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)

    7/15

    PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    jenisnya. Batubara yang jatuh di atas band disebut per-

    hydrous sedangkan yang jatuh di bawahnya disebut sub-

    hydrous. Seylers chart ini tidak cocok untuk low rank

    coal.

    1.2.4. ECE Classification

    ECE membuat sistem klasifikasi yang dapat

    dipergunakan secara luas, pada tahun 1965 yang

    kemudian menjadi standar international.Sistem ini

    mengelompokkan batubara dalam class, group dan sub-

    group.

    Coal class mempergunakan calorific value atau

    volatile matter sebagai patokan. Coal groupmempergunakan Gray-king coke type atau maximum

    dilatation pada Audibert-Arnu dilatometer test sebagai

    patokan, sedangkan coal sub-group mempergunakan

    crucible swelling numberdan Roga testsebagai patokan.

    1.2.5. International Classification of Lignites

    ISO 2960:1974 Brown Coals and Lignites.

    Classification by Type on the Basis of Total Moisture

    content and Tar Yield, mengelompokkan batubara yang

    mempunyai heating value (moist, ash free) lebih kecil

    dari 5700 cal/g. Batubara dikelompokkan dalam coalclass dengan patokan total moisture dan coal group

    dengan patokan tar yield.

    Tar yield diukur dengan Gray-King Assay, dimana

    batubara didestilasi dan hasilnya berupa gas, air, cairan,

    tar dan char dilaporkan dalam persen. Tar yield

    mempunyai korelasi dengan hydrogen dan pengukuran

    ini cukup baik sebagai indicator komposisipetrographic.

    (Anonim, 2013)

    1.3. Parameter Kualitas Batubara

    Salah satu tahapan penting dalam rangkaian proses

    eksploitasi dan produksi batubara adalah memahami benar

    tipikal batubara dalam hal ini kualitasnya. Mengingat biaya

    eksploitasi yang mahal, semuanya harus memperhitungkan

    segala aspek ekonomis. Hanya batubara dengan kualitas yang

    bagus dan lapisan yang tebal akan menjadi titik target untuk

    ditambang. Demikian juga dalam rangkaian proses produksi

    yang pada ujungnya akan berhubungan dengan marketing

    Kelompok 3

  • 7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)

    8/15

    PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    dimana customeratau buyer (pembeli) akan membeli produk

    batubara dengan parameter kualitas tertentu sesuai dengan

    kebutuhan.

    Batubara sendiri merupakan endapan organik yang

    mutunya sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain

    tempat terdapatnya cekungan, umur dan banyaknya

    kontaminasi. Di dalam penggunaannya perancangan mesin

    yang mempergunakan batubara sebagai bahan bakar harus

    menyesuaikan dengan kualitas batubaranya agar mesin yang

    dipergunakan tahan lama.

    Faktor geologi yang akan berdampak pada kualitas

    batubara secara global adalah cekungan sedimentasi.

    Cekungan sedimentasi batubara secara umum diklasifikasikan

    dalam dua jenis, yaitu cekungan yang berkembang di wilayah

    kontinen stabil dan cekungan sedimentasi bergerak (mobile),

    seperti back arc basin atau pull apart basin yang umumnya

    terbentuk di daerah batas atau dalam kontinen oleh

    tenggelamnya atau tabrakan antarplate.

    Batubara merupakan bahan baku pembangkit energi

    dipergunakan untuk industri. Mutu dari batubara akan sangat

    penting dalam menentukan peralatan yang dipergunakan.

    Untuk menentukan kualitas batubara, beberapa hal yang harusdiperhatikan adalah High heating value (kcal.kg), Total

    moisture (%), Inherent moisture (%), Volatile matter (%), Ash

    content (%), Sulfur content (%), Coal size (%), Hardgrove

    grindability index(< 3mm).

    1.3.1.High Heating Value (HHV)

    High heating value sangat berpengaruh terhadap

    pengoperasian alat, seperti: pulverizer, pipa batubara,

    wind box, dan burner. Semakin tinggi high heating value

    maka aliran batubara setiap jamnya semakin rendah

    sehingga kecepatan coal feederharus disesuaikan.

    1.3.2.Moisture Content

    Kandungan moisture mempengaruhi jumlah

    pemakaian udara primernya, pada batubara dengan

    kandungan moisture tinggi akan membutuhkan udara

    primer lebih banyak guna mengeringkan batubara

    tersebut pada suhu keluar mill tetap.

    1.3.3.Volatile Matter

    Kelompok 3

  • 7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)

    9/15

    PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    Kandungan zat terbang (volatile matter) sangat

    erat kaitannya dengan kelas batubara tersebut, makin

    tinggi kandungan zat terbang makin rendah kelasnya.

    Pada pembakaran batubara, maka kandungan zatterbang yang tinggi akan lebih mempercepat

    pembakaran karbon padatnya dan sebaliknya zat

    terbang yang rendah lebih mempersukar proses

    pembakaran. Kesempurnaan pembakaran ditentukan

    oleh:

    (1.1)

    Semakin tinggi fuel ratio maka karbon yang tidak

    terbakar semakin banyak.

    1.3.4.Ash Contentdan Komposisi

    Kandungan abu akan terbawa bersama gas

    pembakaran melalui ruang bakar dan daerah konveksi

    dalam bentuk abu terbang atau abu dasar. Sekitar 20%

    dalam bentuk abu dasar dan 80% dalam bentuk abuterbang. Semakin tinggi kandungan abu dan tergantung

    komposisinya mempengaruhi tingkat pengotoran

    (fouling), keausan dan korosi peralatan yang

    dilalui. Selain kualitas yang akan mempengaruhi

    penanganannya, baik sebagai fly ash maupun bottom

    ash tetapi juga komposisinya yang akan mempengaruhi

    pemanfaatannya dan juga titik leleh yang dapat

    menimbulkan fouling pada pipa-pipa. Dalam hal ini

    kandungan Na2O dalam abu akan sangat mempengaruhi

    titik leleh abu. Abu ini dapat dihasilkan dari pengotor

    bawaan (inherent impurities) maupun pengotor sebagai

    hasil penambangannya.

    1.3.5.Sulfur Content

    Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat

    korosi sisi dingin yang terjadi pada elemen pemanas

    udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah dari

    letak embun sulfur, disamping berpengaruh terhadap

    Kelompok 3

    Fixed Carbon

    Fuel

    Ratio= ---------------------

    Volatile Matter

  • 7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)

    10/15

    PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    efektifitas penangkapan abu pada peralatan electrostatic

    precipator.

    1.3.6.Coal Size

    Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butirhalus dan butir kasar. Butir paling halus untuk ukuran 900C

    (1650F)

    c. Liquefaction (pencairan)

    Proses mengubah semua material organik

    batubara menjadi bentuk cair atau liquid (diinginkan

    bisa diperoleh dari campuran hidrokarbon atau zat

    arang cair yang disebut tar dan larutan yangmengandung air yang mengandung jenis bahan-bahan

    terlarut yang disebut zat amoniak), bahan cair tersebut

    merupakan hasil distilasi destruktif batubara dan hasil

    sampingan proses karbonisasi batubara. Secara umum

    proses pencairan batubara ada 4 cara yaitu:

    1) Pyrolysis Processes, pada proses ini batubara

    dipanaskan sampai 400C tanpa penambahan

    oxygen yang akan menghasilkan produk berupa:

    minyak ringan dan berat, gas dan char, dengan

    proses penambahan hydrogen akan diperolehproduk liquid fuels.

    2) Solvent Extraction Processes, adalah proses

    pencairan batubara dengan pencampuran batubara

    dengan larutan yang dihasilkan melalui proses

    hidrogenasi.

    3) Catalytic Liquefaction Processes, adalah proses

    pencairan batubara dengan pencampuran batubara

    dengan katalis tertentu yang digunakan sebagai

    pereaktor untuk menghasilkan hydrogen untukproses mengubah residu solid menjadi liquid

    seluruhnya.

    4) Indirect Liquefaction Processes, adalah proses

    pencairan tidak langsung dengan melalui tahap

    gasifikasi terlebih dahulu dengan penambahan uap

    panas dan juga oxygen untuk membentuk gas

    sintetis, yang selanjutnya dimurnikan untuk proses

    kondensasi.

    Kelompok 3

  • 7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)

    14/15

    PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    d. Gasification (gasifikasi)

    Proses mengubah semua material organik

    batubara menjadi bentuk gas (diinginkan bisa diperolehgas yang kesemuanya mengandung CO, CO2 dan H2

    disamping pengotor hidrogen sulfida), gas tersebut

    merupakan hasil distilasi destruktif batubara dan hasil

    sampingan proses karbonisasi batubara.

    e. Briquetting dan Pelletizing

    Upaya untuk membentuk bahan yang kompak

    dari partikel-partikel batubara yang mempunyai ukuran

    relatif lebih kecil, dengan cara memberi tekanan

    tertentu pada suatu tempat cetakan.f. Chemicals from coal

    Penguraian batubara menjadi senyawa-senyawa

    kimia.

    1.4.2.Pengolahan Batubara

    Setelah dilakukan penambangan, batubara

    kemudian diolah untuk memisahkannya dari kandungan

    yang tidak diinginkan, sehingga mendapatkan mutu

    yang baik dan konsisten. Biasanya pengolahan ini

    disebut (coal washing atau coal benefication) ditujukan

    pada batubara yang diambil dari bawah tanah (ROMcoal). Proses pengolahannya sendiri bisa berbagai

    macam, tergantung dari tingkat campuran dan tujuan

    penggunaan batubara.

    Batubara yang langsung diambil dari bawah tanah,

    disebut batubara tertambang run-of-mine (ROM),

    seringkali memiliki kandungan campuran yang tidak

    diinginkan seperti batu dan lumpur dan berbentuk

    pecahan dengan berbagai ukuran. Namun demikian

    pengguna batubara membutuhkan batubara denganmutu yang konsisten. Pengolahan batubara juga disebut

    pencucian batubara (coal benification atau coal washing)

    mengarah pada penanganan batubara tertambang (ROM

    Coal) untuk menjamin mutu yang konsisten dan

    kesesuaian dengan kebutuhan pengguna akhir tertentu.

    Pengolahan tersebut tergantung pada kandungan

    batubara dan tujuan dari penggunaannya. Batubara

    tersebut mungkin hanya untuk memerlukan proses

    Kelompok 3

  • 7/27/2019 Bab 1 Pendahuluan(2)

    15/15

    PRAKTIKUM BATUBARALABORATORIUM TEKNOLOGI MINERALPROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    pengolahan yang kompleks untuk bias mengurangi

    kandungan campuran. Agar bisa menghilangkan

    kandungan campuran, batubara tertambang mentah

    dipecahkan dan kemudian dipisahkan ke dalam pecahandalam berbagai ukuran. Pecahan-pecahan yang lebih

    besar biasanya diolah dengan menggunakan metode

    pemisahan media peralatan. Dalam proses demikian,

    batubara dipisahkan dari kandungan campuran lainnya

    dengan diapungkan dalam tangki berisi cairan dengan

    gravitasi tertentu, biasanya suatu bahan berbentuk

    magnetit tanah halus. Setelah batubara menjadi ringan,

    batubara tersebut akan mengapung dan dapat

    dipisahkan, sementara batuan dan kandungan campuranlainnya yang lebih berat akan tenggelam dan dibuang

    sebagai limbah. Pecahan yang lebih kecil diolah dengan

    melakukan sejumlah cara, biasannya berdasarkan

    perbedaan kepadatannya seperti dalam mesin

    sentrifugal. Mesin sentrifugal adalah mesin yang

    memutar suatu wadah dengan sangat cepat, sehingga

    memisahkan benda padat dan benda cair yang berada di

    dalam wadah tersebut. Metode alternatif menggunakan

    kandungan permukaan yang berada dari batubara dan

    limbah dalam pengapungan berbuih partikel-partikelbatu tersebut (Anonim, 2013).

    Kelompok 3