bab 1 pendahuluan 1.1 latar...

13
1 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak duduk di bangku sekolah dasar, kita telah mendengar cerita yang mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam serta lahan-lahan tanah yang sangat subur. Kita bahkan diajarkan tentang perut bumi Indonesia yang penuh akan material-material yang sangat berharga untuk digali seperti emas, timah, tembaga, nikel, batubara dan lain sebagainya. Disamping bahan-bahan mineral yang dapat digali, hutan dan laut Indonesia juga menyediakan potensi yang besar untuk dapat didayagunakan. Bisa dikatakan hampir seluruh tanah, hutan dan laut Indonesia memiliki nilai yang ekonomis dan memberikan kontribusi yang besar pada kehidupan ekonomi rakyat Indonesia. Namun demikian, sumber daya alam yang berlimpah belum cukup bisa memberikan manfaat yang optimal apabila kemampuan menggali dan mengelola material tersebut masih terbatas. Bangsa Indonesia masih harus memutar otak untuk dapat memberikan nilai tambah pada bahan-bahan material ini dengan demikian tidak hanya nilai ekonomis yang dapat diraih tetapi juga penciptaan lapangan kerja bagi penduduk Indonesia. Indonesia saat ini memiliki kekuatan ekonomi terbesar kelima di Asia menurut survey dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) mengenai perekonomian Indonesia di tahun 2012 (OECD, 2012).

Upload: donga

Post on 03-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

Bab 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semenjak duduk di bangku sekolah dasar, kita telah mendengar cerita yang

mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam

serta lahan-lahan tanah yang sangat subur. Kita bahkan diajarkan tentang perut

bumi Indonesia yang penuh akan material-material yang sangat berharga untuk

digali seperti emas, timah, tembaga, nikel, batubara dan lain sebagainya.

Disamping bahan-bahan mineral yang dapat digali, hutan dan laut Indonesia juga

menyediakan potensi yang besar untuk dapat didayagunakan. Bisa dikatakan

hampir seluruh tanah, hutan dan laut Indonesia memiliki nilai yang ekonomis dan

memberikan kontribusi yang besar pada kehidupan ekonomi rakyat Indonesia.

Namun demikian, sumber daya alam yang berlimpah belum cukup bisa

memberikan manfaat yang optimal apabila kemampuan menggali dan mengelola

material tersebut masih terbatas. Bangsa Indonesia masih harus memutar otak

untuk dapat memberikan nilai tambah pada bahan-bahan material ini dengan

demikian tidak hanya nilai ekonomis yang dapat diraih tetapi juga penciptaan

lapangan kerja bagi penduduk Indonesia.

Indonesia saat ini memiliki kekuatan ekonomi terbesar kelima di Asia

menurut survey dari Organisation for Economic Co-operation and Development

(OECD) mengenai perekonomian Indonesia di tahun 2012 (OECD, 2012).

2

Sedangkan World Bank mengatakan bahwa Indonesia menempati posisi ekonomi

terbesar ke-enambelas di dunia pada tahun 2013 (Worldbank, 2014) dan

diperkirakan oleh Mckinsey Global Institute akan menempati posisi ketujuh

terbesar di dunia pada tahun 2030 mendatang (MGI, 2014). Kementrian

Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Ketua Bappenas memproyeksikan

sampai dengan tahun 2014 akan tercipta 9,4 juta lapangan kerja yang meliputi

sector industri sebesar 4.731.770 serta kegiatan pendukung untuk sector

infrastruktur sebesar 4.975.400 (MP3EI, 2013). Program ini merupakan salah satu

program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

(MP3EI) sebagai arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan

ekonomi Indonesia dalam pelaksanaan program pembangunan jangka panjang

nasional 2005-2025 (MP3EI, 2013). Dengan sumber daya alam yang melimpah,

Indonesia memiliki jumlah penduduk keempat terbesar di dunia. Peduduk yang

besar dibarengi dengan daya beli yang terus meningkat adalah pasar yang

potensial. Sementara itu, jumlah penduduk yang besar serta kualitas sumber daya

manusia yang terus membaik adalah potensi daya saing yang luar biasa (MP3EI,

2011). Berkat adanya kebijakan reformasi yang kukuh serta peningkatan kinerja

pemerintah, kemajuan yang signifikan pada Indonesia dapat diraih. Transformasi

yang luar biasa dibidang fiskal dan politik juga mengakibatkan pergeseran yang

cukup signifikan dari segi demografi. Dari hampir 240 juta penduduk Indonesia,

lebih dari sepertiga berusia di bawah 29 tahun, dan sebagian besar tinggal di

daerah perkotaan (BKPM, 2012). Tabel 1.1 menujukkan bahwa Indonesia sedang

berada dalam periode transisi struktur penduduk usia produktif (MP3EI, 2011).

3

Indeks rasio ketergantungan Indonesia pada tahun 2020 sampai de ngan tahun

2030 akan mencapai titik terendah. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia

memiliki angkatan kerja yang dinamis dalam pasar tenaga kerja. Terlebih lagi,

urbanisasi ini juga meningkatkan sumber tenaga kerja strategis di daerah

perkotaan.

Tabel 1.1 – Keadaan Demografi Umur Penduduk Indonesia

Sumber: MP3EI, 2011

MGI juga mengatakan bahwa Indonesia diuntungkan karena memiliki lebih

banyak angkatan kerja yang masih produktif dibandingkan negara-negara lain

yang cenderung memiliki lebih banyak penduduk yang sudah menua. Angkatan

kerja ini diharapkan untuk dapat tumbuh dengan positif sampai dengan tahun

2025 dan dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi sampai tahun 2030

sebesar 2.4 persen per tahun (MGI, 2012). Dengan adanya bonus demografis atau

demographic dividend ini, Indonesia tentunya diharapkan untuk dapat

4

memanfaatkan secara maksimal keadaan dimana melimpahnya porsi penduduk

usia produktif. Antara lain dengan meningkatkan tingkat pendidikan generasi

muda yang tentunya akan mendorong produktivitas dalam negeri agar bisa

tercapai kesejahteraan penduduk Indonesia.

Perekonomian Indonesia bila dilihat dari tujuan pemerintah yang

ditetapkan pada bulan Mei 2011 sesungguhnya masih jauh dari yang diharapkan.

Untuk menjadi salah satu dari 10 ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2025,

Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi pada tingkat 7% - 9% per tahun

dimana sampai saat ini masih tumbuh di kisaran 6%. Tabel 1.2 menunjukkan

proyeksi perekonomian Indonesia menurut OECD. Tentunya dibalik tingkat

pertumbuhan ini terdapat banyak

Tabel 1.2 – Proyeksi Perekonomian OECD

hambatan yang harus dihadapi oleh negara ini. Hambatan tersebut antara lain

adalah masih kurangnya infrastruktur yang diperlukan untuk pembangunan, iklim

investasi dan kepastian hukum yang masih menjadi kendala bagi pembangunan

Indonesia. Salah satu tantangan terberat bagi pembangunan Indonesia adalah

pembangunan infrastruktur dimana kebutuhan infrastruktur di Indonesia sangatlah

tinggi. Sementara itu, pemerintah Indonesia hanya memiliki anggaran yang relatif

5

terbatas dalam APBN. Meskipun pemerintah sudah meningkatkan anggaran

belanja modal dan pembangunan infrastruktur, namun tetap saja anggaran APBN

untuk pembangunan infrastruktur masih belum mencukupi (SetKab, 2012). Hal

ini tentu saja terdengar sangat strategis bagi iklim investasi Indonesia yang

tentunya sangat terkait erat dengan pembangunan infrastruktur ini. Banyak potensi

dan peluang yang menarik bagi para investor untuk berinvestasi di Indonesia

dalam bidang infrastruktur. Pembangunan di bidang infrastruktur ini selain dapat

membangun pertumbuhan ekonomi juga dapat memberikan manfaat perluasan

lapangan kerja dan penciptaan lapangan usaha baru.

Investasi dalam bentuk penanaman modal asing (PMA) diyakini sangat

potensial dalam mempercepat pertumbuhan dan transformasi ekonomi (Hartono &

Setyowati, 2009). Selain itu, kehadiran modal asing khususnya di industri

infrastruktur dan manufaktur tentunya meningkatkan kemajuan teknologi dan

penyerapan tenaga kerja. Indonesia merupakan landasan yang cukup menarik

sebagai tujuan investasi. Dengan perekonomian yang beragam, daya konsumsi

yang kuat, serta tingginya sektor pelayanan atau jasa, Indonesia menjadi tujuan

lokasi yang menarik bagi para investor asing yang sedang mendekati pasar seperti

Jepang.

Berdasarkan data Goldman Sachs Global ECS Research, Indonesia

masuk dalam sembilan negara berkembang yang memiliki total nilai produk

domestik bruto (PDB) mencapai US$ 18 triliun pada tahun 2011, melampaui PDB

Amerika Serikat yang sebesar US$ 15 triliun. Sembilan negara itu dikelompokkan

dalam BRIC (Brasil, Rusia, India, China) dan MISTS (Meksiko, Indonesia, Korea

6

Selatan, Turki, dan Afrika Selatan). Cristopher Eoyang (managing director and

chief growth market strategist Goldman Sachs) mengatakan bahwa kekuatan

Indonesia ditopang oleh kekayaan SDA, tingginya investasi, populasi yang besar,

hutang yang terkendali, fiskal yang sehat, serta pertumbuhan portofolio yang

impresif. Di lain pihak, terbukanya peluang bagi investor asing mendorong pula

potensi para investor dalam negri untuk berperan. Hal ini menciptakan persaingan

usaha antara investor asing dengan investor dalam negeri. Dalam konteks ini,

pemerintah harus memegang andil untuk bisa menciptakan iklim investasi yang

baik agar tercipta persaingan usaha yang sehat di pasar Indonesia. Namun

demikian, pemerintah Indonesia harus tetap memiliki nasionalisme karena bangsa

yang besar selalu berpihak pada produk dalam negerinya dan usaha ekonomi

rakyatnya. Perlindungan ini pun dilakukan melalui sistem bea masuk dan subsidi.

Maka dari itu, pemerintah Indonesia sangat mendorong kemajuan investasi dalam

negeri untuk turut berperan dalam memajukan kesejahteraan penduduk Indonesia.

Pemerintah Indonesia dalam mendorong peningkatan peranan usaha

dalam negeri telah menyediakan beberapa jalan usaha. Salah satunya adalah

dengan jalan meningkatkan pelayanan dan kemudahan di bidang pengkreditan.

Penyediaan kredit bagi para pengusaha dalam negeri tersebut dilaksanakan

melalui lembaga perbankan yang dapat memudahkan pengusaha untuk

mendapatkan akses pembiayaan permodalan. Disamping itu telah diberikan pula

bantuan keahlian dan penyuluhan yang dilaksanakan oleh departemen-departemen

yang menangani bidang usaha para calon pengusaha tersebut. Selanjutnya dalan

bidang pemasaran, pemerintah telah memberikan bantuan dalam bentuk

7

penyediaan tempat-tempat usaha, pameran dagang, dan pusat informasi

pemasaran. Hal ini tentu saja merupakan dorongan yang positif bagi para

pengusaha dalam negeri untuk meningkatkan investasinya pada perkonomian

Indonesia. Akan tetapi, dalam wacana bisnis tentu saja setiap investasi

mengandung unsur risiko. Sebesar apapun peluang yang diberikan kepada

pengusaha untuk berinvestasi, umumnya para calon pengusaha tersebut akan

terlebih dahulu melakukan analisa pada investasi yang akan digeluti. Maka dari

itu, para calon pengusaha tersebut umumnya akan menerapkan konsep-konsep

manajemen agar bisa mengurangi risiko atau kerugian yang akan mereka hadapi

di investasi tersebut.

Diversifikasi investasi merupakan salah satu cara yang dapat membantu

pengusaha dan investor dalam mengurangi risiko ketidakpastian yang akan

dihadapi. Karena dalam dunia bisnis, baik investor maupun pengusaha tidak

mengetahui secara pasti tingkat hasil yang akan diperoleh serta tidak dapat

mengantisipasi secara pasti tingkat risiko kerugian yang akan dialami. Maka dari

itu, apabila seorang pengusaha atau investor hanya membuka satu jenis usaha

saja, maka tingkat kerugian akan relatif besar jika dibandingkan dengan membuka

usaha dalam berbagai jenis atau tempat (Siagian, 2003).

Seperti halnya pemain basket, seorang pengusaha atau investor pun

membutuhkan rencana permainan untuk mendapatkan peluang yang besar serta

meminimalisir kemungkinan kerugian. Oleh karena itu, perencanaan strategis

sebaiknya dilakukan sebelum adanya keputusan-keputusan yang bersifat strategis

yang akan mempengaruhi keberlangsungan hidup di perusahaan para pengusaha

8

atau investor tersebut. Namun, untuk sebuah perusahaan diversifikasi yang sudah

memiliki beberapa banyak anak perusahaan, perencanaan strategis sebaiknya

dilakukan setelah ada analisa terlebih dahulu di tingkat korporat.

Sebuah perusahaan konsultan bernama Boston Consulting Group di era

70-an menemukan cara baru dalam menganalisa strategi korporat yang akhirnya

dinamakan Boston Consulting Group Matrix (BCG Matrix). BCG Matrix ini

merupakan salah satu cara yang dipakai dalam menganalisa alokasi sumber daya

dalam perusahan diversifikasi. Menggunakan alat analisa ini, perusahaan dapat

mengetahui potensi-potensi bisnis yang dapat di alokasikan untuk meningkatkan

nilai-nilai perusahaan.

PT. Bestindo Putra Perkasa (BPP) adalah salah satu perusahaan swasta

yang menilik strategi diversifikasi ini. Sebagai salah satu perusahaan yang

bergerak di bidang kontraktor dan perdagangan umum (general trading) yang

berupa besi bekas (scrapped steel), perusahaan ini cukup memiliki prestasi

dibidangnya. Selain menjadi pemasok, pembeli serta penjual besi bekas (scrapped

steel), perusahaan ini juga memiliki keunikan tersendiri, yaitu melakukan strategi

diversifikasi kepada beberapa perusahaan yang berbeda-beda bentuk kegiatannya.

Beberapa anak perusahaan dari PT. BPP adalah PT. Bestindo Citra Samudera

(BCS), PT. Bestindo Central Container (BCC), PT. Mulyasari Medical (RS.

Mulyasari Jakarta), PT. Prahaja Panca Vano (SPPBE) dan Koperasi Mitra Bina

Seraya (MBS).

PT. BPP merupakan sebuah perusahaan holding yang membagi

portofolio bisnisnya pada perusahaan – perusahaan yang memiliki operasional

9

yang kurang ada keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, hal yang

cukup menarik dari perusahaan ini yang dirintis oleh H. Abd. Muchayi selaku

pemilik adalah dimana beliau mempercayakan pengelolaan beberapa anak

perusahaan nya kepada putra dan putri kandung nya sendiri. Pelayanan kesehatan

menjadi salah satu bidang yang digeluti PT. BPP dimana RS. Mulyasari Jakarta

merupakan salah satu anak perusahaannya. RS. Mulyasari yang bergerak dalam

bidang pelayanan kesehatan kini dikelola oleh putri pertama dari pemilik yang

juga berprofesi sebagai dokter yang berpraktek di rumah sakit tersebut. Anak

perusahaan lain yang juga dikendalikan oleh putri kedua dari pemilik adalah PT.

Prahaja Panca Vano (Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji) yang juga

merupakan salah satu anak perusahaan PT.BPP yang bekerjasama dengan

Pertamina untuk mendistribusikan gas negara kepada agen-agen pemasok gas

untuk kemudian didistribusikan lagi kepada masyarakat di wilayah Jakarta. Anak

perusahaan ketiga dari PT. BPP, PT Bestindo Central Container (BCC) bergerak

di bidang jasa pelayanan depo kontainer, custom clearance serta freight

forwarder. Perusahaan ini menyediakan lahan luas untuk disewakan sebagai

lokasi penempatan kontainer sebelum dan sesudah melewati bea cukai. Untuk itu,

perusahaan ini berada di lokasi yang dekat dengan pelabuhan kapal. PT. BCC kini

dikelola oleh putra pertama dari pemilik perusahaan pusat PT. BPP. PT.BPP juga

memiliki sebuah koperasi Mitra Bina Seraya (MBS) yang bergerak dibidang

angkutan sebagai pemasok angkutan untuk PT. Indocement (Semen Gresik).

Koperasi MBS ini berlokasi sangat strategis sebagai penyedia jasa angkutan bagi

PT. Indocement Gresik yang berlokasi di Kranggan, Gunung Putri, Jawa Barat.

10

Enam anak perusahaan ini berada dibawah korporat PT. Bestindo Putra Perkasa

(BPP) yang kemudian akan dijadikan kasus dalam penelitian ini.

Ringkasan diatas merupakan latar belakang penulis untuk menganalisa

kinerja portofolio bisnis yang dilakukan oleh perusahaan Bestindo Putra Perkasa.

Dalam menganalisa perusahan diversifikasi, analisa SWOT saja tidak cukup

untuk mengetahui posisi suatu perusahaan di pasar. Strategi-srategi yang telah

ditentukan dalam analisa SWOT dapat kemudian dievaluasi kembali dengan BCG

Matrix untuk mengetahui kesesuaiannya dengan kondisi perusahaan di pasar.

Dengan demikian, pengusaha atau investor pun dapat dengan bijak

mengalokasikan sumber daya dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya yang

sedang membutuhkan.

11

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.1 Bagaimanakah posisi masing-masing kelima unit bisnis tersebut

dalam Matriks BCG ?

a.2 Bagaimana cara yang dapat dilakukan agar bisa memaksimalkan

value perusahaan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui posisi masing-masing anak

perusahaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan korporasi melalui metode Matriks

BCG. Analisis juga dilakukan untuk menganalisa hal-hal yang perlu dilakukan

untuk dapat memaksimalkan nilai dari perusahaan tersebut. Dari hasil analisis

tersebut, kemudian peneliti akan memberikan beberapa saran untuk meningkatkan

nilai perusahaan serta kinerja di masing-masing perusahaan.

Manfaat yang dapat diberikan melalui penelitian ini antara lain adalah:

1. Ke lima perusahaan tersebut dapat menggunakan hasil dari penelitian

untuk memberikan gambaran serta pemahaman yang lebih dalam

mengenai posisi setiap perusahaan terhadap perusahaan lainnya melalui

metode BCG Matriks.

12

2. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai arahan bagi setiap perusahaan

untuk menentukan strategi yang tepat dalam mengeksploitasi dan

memberikan nilai tambah bagi masing-masing perusahaan.

3. Saran-saran yang diberikan oleh peneliti dapat dijadikan sebagai salah satu

bahan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam pengambilan

keputusan.

Selain daripada itu, penelitian ini juga dapat memberikan manfaat

akademik sebagai bahan referensi bagi para peneliti lain yang tertarik dalam

pembahasan mengenai analisa perusahaan diversifikasi.

1.4 Metode Penelitian

Metode penelitian akan menggunakan metode kualitatif data primer yaitu

dengan melakukan interview pada pihak yang memegang posisi-posisi penting di

perusahaan korporat. Selain itu metode kuantitatif juga dilakukan melalui data

sekunder untuk dapat menganalisa ketepatan posisi masing-masing perusahaan

pada Matriks BCG.

1.5 Sistematika Penelitian

Penelitian ini berjudul “Analisa Portofolio Bisnis PT. Bestindo Putra

Perkasa Menggunakan Metode BCG Matriks”. Sistematika penulisan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

13

BAB I – PENDAHULUAN

Bab ini secara ringkas menguraikan tentang apa yang ingin dijadikan

sebagai objek penelitian. Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II – KERANGKA TEORITIS

Bab ini berisi tentang berbagai teori mengenai manajemen strategis yang

berhubungan dengan konsep portofolio bisnis dan BCG matriks yang digunakan

peneliti sebagai landasan dalam menggeluti penelitian ini.

BAB III – METODE PENELITIAN

Metode Penelitian ini menjelaskan tentang tata cara yang digunakan

dalam penelitian ini. Hal ini termasuk sumber data, metode pengumpulan data,

serta metode analisis yang digunakan.

BAB IV – ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang uraian hasil penelitian yang telah dilakukan

berdasarkan berbagai teori, konsep serta argumentasi peneliti.

BAB V – SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang diberikan peneliti yang

merupakan esensi dari hasil penelitian pada bab-bab sebelumnya.