bab 1 pendahuluan 1.1 latar belakang -...

16
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi alam besar dan berusaha memanfaatkan kekayaan alam tersebut dengan mengembangkan sektor industri. Perkembangan sektor industri tersebut mendorong pemerintah Indonesia mengeluarkan regulasi dalam bidang ketenagakerjaan, termasuk pengaturan masalah K3 (UU No. 1 tahun 1970) dan peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Kepedulian perusahaan untuk menerapkan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) melalui SMK3 mulai berkembang seiring dengan kebutuhan konsumen dan isu persaingan global yang tidak hanya sebatas kualitas barang dan jasa tetapi juga kepedulian yang tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja, masyarakat dan lingkungan. Menurut Mangkunegara (2002), keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khusunya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat yang adil dan makmur (Alhamda & Sriani, 2015). Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus benar-benar diterapkan dalam suatu perusahaan, pengawasan tidak hanya terhadap mesin saja tetapi yang lebih penting terhadap manusianya. Hal ini dilakukan karena manusia adalah faktor yang paling penting dalam suatu proses produksi. Manusia sebagai tenaga kerja yang akan selalu berhadapan dengan resiko kerja yang antara lain dalam

Upload: hoanganh

Post on 26-Apr-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi alam besar dan

berusaha memanfaatkan kekayaan alam tersebut dengan mengembangkan

sektor industri. Perkembangan sektor industri tersebut mendorong

pemerintah Indonesia mengeluarkan regulasi dalam bidang ketenagakerjaan,

termasuk pengaturan masalah K3 (UU No. 1 tahun 1970) dan peraturan

Menteri Tenaga Kerja No.PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Kepedulian perusahaan untuk

menerapkan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) melalui SMK3

mulai berkembang seiring dengan kebutuhan konsumen dan isu persaingan

global yang tidak hanya sebatas kualitas barang dan jasa tetapi juga kepedulian

yang tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja, masyarakat dan

lingkungan.

Menurut Mangkunegara (2002), keselamatan dan kesehatan kerja

adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khusunya,

dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju

masyarakat yang adil dan makmur (Alhamda & Sriani, 2015). Keselamatan

dan Kesehatan Kerja harus benar-benar diterapkan dalam suatu perusahaan,

pengawasan tidak hanya terhadap mesin saja tetapi yang lebih penting

terhadap manusianya. Hal ini dilakukan karena manusia adalah faktor yang

paling penting dalam suatu proses produksi. Manusia sebagai tenaga kerja

yang akan selalu berhadapan dengan resiko kerja yang antara lain dalam

2

bentuk kecelakaan kerja yang berdampak, cacat bahkan sampai meninggal.

Kecelakan kerja adalah situasi yang tidak diinginkan dan dapat mengakibatkan

kerugian manusia (sakit, cedera, bahkan kematian) dan kerusakan properti,

serta kerugian dalam proses (Frank E.Bird. Jr dalam Kusumaningrum, 2009).

Suatu cedera bahkan kematian yang terjadi setiap tahun nya selalu

meningkat baik ditinjau dari skala dunia maupun skala nasional. Menurut data

International Labour Organitation (ILO) pada tahun 2014, diperkirakan sebanyak

337 juta terjadi kecelakaan kerja dan 2,3 juta kematian akibat kerja terjadi

setiap tahunnya (ILO, 2014). Sedangkan Menurut data Kementrian

Kesehatan pada tahun 2014 sebanyak 24.910 jumlah kasus kecelakaan akibat

kerja dan untuk jumlah kasus penyakit yang ditimbulkan akibat kerja

sebanyak 40.694 . Bahkan menurut penelitian World Economic Forum tahun

2006, angka kematian akibat kecelakaan di indonesia mencapai 17-18 untuk

setiap 100.000 pekerja (Ramli, 2010).

Melihat besarnya angka kecelakaan kerja tersebut maka harus

diselenggarakan pengendalian resiko salah satunya yaitu berupa penggunaan

alat pelindung diri (APD). Berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja

dan melindungi tenaga kerja dengan penggunaan APD namun masih

seringkali ditemukan tenaga kerja yang tidak patuh dalam menggunakan

APD. Menurut Sari dalam Putri (2014) menyebutkan dalam penelitiannya

bahwa 26,3 % tenaga kerja yang jarang menggunakan APD pernah

mengalami kecelakaan kerja saat bekerja. Hal ini berarti kepatuhan dalam

menggunakan APD juga memiliki hubungan untuk terjadinya kecelakaan

kerja.

3

Kepatuhan dalam menggunakan alat pelindung diri merupakan suatu

sikap dan perilaku para pegawai atau karyawan untuk selalu menggunakan alat

pelindung diri. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan terdiri dari faktor

internal dan eksternal. Faktor internal antara lain meliputi usia, lama kerja,

tingkat pendidikan, motivasi dan persepsi, sedangkan faktor eksternal antara

lain meliputi imbalan, kepemimpinan, pengembangan karir, dan supervisi

(Gibson dan James, 2000).

Salah satu faktor yang lebih cenderung mempengaruhi kepatuhan

para pegawai atau karyawan dalam menggunakan APD adalah faktor internal

dari pekerja yaitu persepsi. Persepsi merupakan bentuk penilaian satu orang

dalam menghadapi rangsangan yang sama tetapi dalam kondisi lain akan

menimbulkan persepsi berbeda (Suprihanto, 2003). Persepsi dibagi menjadi

dua yaitu persepsi positif dan persepsi negatif. Suatu persepsi positif dapat

diterima jika sesuai dengan penghayatan dan dapat diterima secara rasional

dan emosional atau menyukai dan menanggapi sesuai dengan objek yang

dipersepsikan sedangkan persepsi negatif berlawanan dengan persepsi positif

yaitu tidak dapat menyukai dan menganggapi sesuai dengan objek yang

dipersepsikan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan jika seseorang

karyawan yang tidak patuh menggunakan APD saat bekerja maka orang

tersebut memiliki persepsi negatif terhadap kebijakan perusahaan.

Kebijakan Perusahaan terkait K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

merupakan syarat dasar dalam membangun Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja

seluruh karyawan di tempat kerja. Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung

4

jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, penerapan, pencapaian dan pengkajian dan pemeliharaan

kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko

yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang

aman, efesien dan produktif (Ramli, 2010).

Menurut OHSAS (occupational health and safety management system) 18001:

2007 pada klausal 4.2 tentang kebijakan K3 mensyaratkan bahwa manajemen

suatu perusahaan harus menerapkan kebijakan K3 dan memastikan dalam

ruang lingkup sistem manajemen K3 sebagai berikut : Sesuai dengan sifat dan

besar resiko K3 organisasi, mencakup komitmen untuk peningkatan

berkelanjutan termasuk adanya komitmen untuk sekurangnya memenuhi

perundangan K3 yang berlaku dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan

bahaya K3, memberikan kerangka untuk menetapkan dan meninjau ulang

objek K3, didokumentasikan, diimplementasikan dan dipelihara,

dikomunikasikan kepada seluruh pekerja dengan maksud agar pekerja

memahami kewajiban K3 dan perannya dalam K3, tersedia untuk pihak lain

yang terkait, dan di tinjau ulang secara berkala untuk memastikan masih

relevan dan sesuai bagi organisasi. Dengan menerapkan kebijakaan

perusahaan terkait occupational health and safety (OHS) salah satunya yaitu

mewajibkan para karyawan memakai alat pelindung diri saat bekerja sebagai

komitmen untuk membantu mengurangi angka kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja serta memberikan sanksi yang tegas jika para karyawan melanggar

kebijakan perusahaan yaitu tidak menggunakan APD sesuai standart pada saat

bekerja di PT X Malang khususnya pada bagian produksi.

5

PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kaca

pengaman untuk bangunan, industri, dan karoseri. Beroperasi sejak tahun

1997 dan berlokasi di Singosari, Kabupaten Malang Jawa Timur. PT.X

memperkejakan sekitar 300 karyawan yang bekerja setiap harinya. PT.X

Malang mempunyai 5 bagian yang terstruktur didalamnya diantaranya, bagian

produksi, bagian bengkel, bagian gudang, ekspedisi dan bagian kantor akan

tetapi peneliti hanya fokus pada 1 bagian saja yaitu bagian produksi, pada

bagian produksi berhubungan dengan menghasilkan produk sampai produk

siap dikirim ke pembeli. Bagian produksi sendiri memiliki 8 bagian

diantaranya yaitu bagian pemotongan kaca, bagian bym, bagian printing,

bagian gosok mesin, bagian gosok manual, bagian laminete, bagian bor dan

bagian refisi. Bagian produksi berpotensi mengalami kecelakaan kerja yang

berupa tergores kaca, menginjak kaca, terjepit kaca serta kejatuhan kaca.

Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti

bulan Oktober 2015 kepada bapak Edi selaku HRD dan kepada beberapa

karyawan yang bekerja di PT.X, mereka mengatakan bahwa di tahun 2015

mulai bulan Januari sampai bulan Oktober pada bagian produksi terjadi

kecelakaan kerja berjumlah sekitar 175 karyawan yaitu 170 karyawan

mengalami luka ringan seperti tergores kaca dan 5 karyawan mengalami luka

berat yaitu menginjak kaca, terjepit kaca dan juga kejatuhan kaca..

Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh peneliti jika luka yang diterima

ringan mereka melakukan perawatan sediri ataupun dibantu oleh satpam

dengan menggunakan kotak P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan)

namun jika luka yang diterima berat, karyawan dirujuk ke rumah sakit dengan

biaya ditanggung oleh perusahaan. Perusahaan menyediakan alat pelindung

6

diri lengkap seperti masker, helm kerja, gloves, sepatu dan baju pelindung

selain itu perusahaan juga memberikan training kepada setiap karyawan baru

tentang pentingnya menggunakan alat pelindung diri dan cara

mengoperasikan mesin atau alat lainnya yang digunakan saat bekerja.

Perusahaan memiliki kebijakan yang mengharuskan setiap karyawan untuk

menggunakan alat pelindung diri saat bekerja namun karena kebijakan yang

tertempel tidak permanen maka sebagian pekerja mengaku tidak mengetahui

adanya kebijakan tersebut namun sebagian karyawan mengaku bahwa mereka

mengetahuinya.

Adanya kebijakan dalam perusahaan tersebut menimbulkan persepsi

yang berbeda-beda pada karyawan, dan seseorang akan bertindak berdasarkan

persepsinya. Dalam mempersepsikan sesuatu karyawan harus mengetahui apa

yang akan dipersepsikan. Seorang karyawan yang memiliki persepsi positif

tentang adanya kebijakan perusahaan, maka mereka akan patuh dalam

menggunakan APD saat bekerja karenadengan menggunakan APD saat

bekerja mereka merasa aman, selamat, nyaman serta terjaga keselamatan dan

kesehatan dalam bekerja.

Para karyawan mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

terjadinya persepsi adalah dari faktor individu dari diri mereka sendiri yang

berbeda dalam mempersepsikan kebijakan selain itu dari faktor lingkungan

karena sebagian besar pekerja di perusahaan tidak menggunakan alat

pelindung diri saat bekerja dan juga faktor lama kerja, mereka beranggapan

jika selama bekerja beberapa tahun di perusahaan mereka tidak pernah

mengalami kecelakaan kerja walaupun tidak menggunakan alat pelindung diri

7

saat bekerja. hal ini lah yang dapat mempengaruhi persepsi pekerja terhadap

kebijakan perusahaan.

Berdasarkan latar belakang diatas mendasari peneliti untuk melakukan

penelitian persepsi pekerja tentang kebijakan perusahaan terkait occupational

health and Safety terhadap kepatuhan dalam penggunaan APD saat bekerja di

bagian produksi PT X Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka akan

diketahui tentang bagaimana persepsi pekerja tentang kebijakan perusahaan

terkait occupational health and Safety terhadap kepatuhan dalam penggunaan APD

pada saat bekerja di bagian produksi PT X Malang?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi

pekerja tentang kebijakan perusahaan terkait occupational health and Safety

terhadap kepatuhan dalam penggunaan APD pada saat bekerja di bagian

produksi PT X Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui persepsi pekerja terhadap peraturan atau kebijakan perusahaan

terkait occupational health and Safety di bagian produksi PT X Malang.

2. Mengidentifikasi kepatuhan para pekerja dalam penggunaan APD pada saat

bekerja di bagian produksi PT X Malang.

8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini berguna bagi

perkembangan ilmu kesehatan khususnya pada bidang keperawatan

komunitas/masyarakat (public healt) dalam meningkatkan peran tenaga

kesehatan komunitas/masyarakat yang utama yaitu pelayanan promotif dan

preventif secara berkesinambungan salah satunya adalah dengan meningkatkan

kesadaran akan perilaku patuh para karyawan di bagian produksi PT X

Malang.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan pengetahuan peneliti dan dapat memberikan

informasi mengenai persepsi pekerja tentang kebijakan perusahaan terkait

Occupational Health and Safety terhadap kepatuhan penggunaan APD pada saat

bekerja di bagian produksi PT X Malang.

2. Bagi Pekerja di Perusahaan

Bagi karyawan sebagai pengetahuan tentang penggunaan APD sesuai

standart sehingga meningkatkan kepatuhan karyawan dalam menggunakan

APD saat bekerja untuk mengurangi angka terjadinya kecelakaan kerja.

3. Bagi PT X

Sebagai informasi baru tentang resiko pekerja lapangan sehingga

meningkatkan Occupational Health and Safety pada pegawainya dan juga

peningkatan kualitas kerja dengan meningkatnya penerapan SOP (Standard

Operating Procedures) penggunaan alat pelindung diri yang sesuai standart

kesehatan para pegawainya.

9

4. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dan diskusi

dalam bidang mata kuliah keperawatan komunitas, khusunya peningkatan

penggunaan alat pelindung diri untuk mengurangi angka terjadinya kecelakaan

kerja.

5. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi

penelitian lain yang akan mengembangkan topik yang berkaitan dengan

penggunaan APD.

1.6 Keaslian Penelitian

1. Penelitian Riyadina (2008)

Woro Riyadina (2008), dengan judul penelitian Cedera Akibat Kerja

pada Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Variabel

dalam penelitian ini adalah cedera akibat kerja. Jenis penelitian ini adalah

operasional riset dengan rancangan penelitian cross-sectional. Responden

adalah 950 orang pekerja di bagian produksi yang berusia 15-55 tahun yang

bekerja pada tujuh perusahaan di kawasan industri Pulo Gadung. Data

dikumpulkan dengan metode wawancara dengan kuesioner. Mayoritas cedera

akibat kerja pada pekerja industri adalah luka terbuka (37,2%), lecet atau

superfisial (29,6%) dan cedera mata (14,8). Bagian tubuh yang mengalami

cedera didominasi oleh cedera sendi-pinggul- tungkai atas (40,2%), kepala

(24,8%) dan pergelangan tangan (14,3%). Penyebab cedera terbanyak adalah

tertusuk (43,1%) pada industri garmen dan mata kemasukan serpihan logam/

gram (10%) pada industri baja. Kepatuhan memakai APD pada pekerja

68,1% tetapi belum lengkap dan benar. Pemakaian APD pada pekerja industri

10

ini berhubungan bermakna (p<0.05) dengan terjadinya cedera akibat kerja

dengan risiko 2,2 kali (95% CI 1,59-3,06). Disimpulkan Proporsi cedera

akibat kerja pada pekerja industri masih tinggi sehingga perlu ditingkatkan

kepedulian, kepatuhan pemakaian APD secara lengkap dan benar serta

menyempurnakan desain APD agar nyaman dan ergonomis. Perbedaan

dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu terletak pada variabel

penelitian yang digunakan, dimana penelitian terdahulu menggunakan variabel

yaitu cedera akibat kerja dan obyek penelitian yang digunakan yaitu pekerja di

Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta.

2. Penelitian Putri dan Denny (2014)

Hasil penelitian Kartika Dyah Sertiya Putri dan Yustinus Denny A.W

(2014), dengan judul penelitian Analisis Faktor yang Berhubungan dengan

Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri di unit produksi alumunium

sulfat PT.Liku Telaga Gresik. Variabel dalam penelitian ini adalah faktor yang

berhubungan dengan kepatuhan menggunakan alat pelindung diri diukur dari

pendidikan, sikap terhadap kebijakan, umur, masa kerja, pengetahuan, motivasi,

kepribadian, pelatihan, komunikasi dan ketersediaan APD. Penelitian ini

bersifat observasional analitik, dengan desain cross sectional. Subyek penelitian

ini adalah total populasi yaitu 114 tenaga kerja. Data yang tersedia disajikan

dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang kemudian dianalisis secara

statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga

kerja patuh menggunakan APD di tempat kerja. Hasil analisis statistik

menunjukkan bahwa pendidikan (p=0,005; r=0,336) dan sikap terhadap

kebijakan (p=0,045; r=0,233) sebagai faktor yang berhubungan signifikan

dengan kepatuhan menggunakan APD dan memiliki kuat hubungan rendah.

11

Umur (p=1) masa kerja (p=1), pengetahuan (p=0,483), motivasi (p=1),

kepribadian (p=0,464), pelatihan (p=0,559), komunikasi (p=0,72) dan

ketersediaan APD (p=0,652) tidak berhubungan dengan kepatuhan

menggunakan APD. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang

yaitu terletak pada variabel penelitian yang digunakan, dimana penelitian

terdahulu menggunakan variabel yaitu mengenai faktor yang berhubungan

kepatuhan karyawan dan obyek penelitian yang digunakan yaitu karyawan di

unit produksi alumunium sulfat PT.Liku Telaga Gresik.

3. Penelitian Tanko dan Anigbogu (2012)

B. L Tanko and N.A. Anigbogu (2012), dengan judul penelitian yaitu

penggunaan alat pelindung diri di tempat kejadian kontruksi di Nigeria.

Variabel yang diteliti yaitu penggunaan Alat Pelindung Diri di tempat kerja

diukur dariketersediaan, pemeliharaan, kemudahan digunakan, dan juga

pelatihan dalam menggunakan APD. Terdapat sebanyak 120 kuesioner

dibagikan pada para karyawan dan 90 kuesioner dikembalikan dan

dipergunakan untuk menganalisa data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian pekerja memahami manfaat penggunaan APD saat bekerja yaitu dapat

melindungi diri dari kecelakaan, cedera dan penyakit akibat kerja. Namun,

dibutuhkan solusi untuk mengatasi kenyamanan penggunaan APD agar tidak

menganggu karyawan saat bekerja. Kebijakan dan peraturan sehubungan

dengan penggunaan APD juga perlu ditingkatkan dan di

implementasikan.Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu

terletak pada variabel penelitian yang digunakan, dimana penelitian terdahulu

menggunakan variabel yaitu mengenai penggunaan APD saat bekerja dan

obyek penelitian yang digunakan yaitu karyawan kontruksi di Nigeria.

12

4. Penelitian Kesanda (2012)

Maulida Miranti Kesanda (2012), dengan judul penelitian Persepsi

Pekerja PT.X terhadap faktor yang mempengaruhi kejadian kecelakaan di

tempat kerja. Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi pekerja dan faktor

yang mempengaruhi kejaian kecelakaan kerja. Penelitian ini mengacu pada teori

human factors yaitu model SHEL (Software, Hardware, Enivironment,

Liveware) yang mana kecelakaan dipengaruhi oleh adanya peraturan, mesin,

lingkungan dan manusia. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional

dengan metode pengumpulan data primer (kuesioner dan wawancara) dan data

sekunder. Pengambilan sampel menggunakan tekhnik simple random sampling.

Sampel yang diteliti adalah pekerja di PT.X yang berada di daerah Jakarta

Pusatdan Cilegon. Sample ini diambil dari 96 responden yang mengisi

kuesioner dan 6 orang yang di wawancarai. Hasil penelitian yang dilakukan

dengan penyebaran kuesioner menunjukkan sebanyak 52,1% pekerja memiliki

persepsi tidak setuju terhadap peraturan sebagai faktor yang mempengaruhi

kejadian kecelakaan kerja, sebanyak 68,8% pekerja memiliki persepsi tidak

setuju terhadap manusia sebagai faktor kecelakaan kerja. Namun sebanyak

96,6% pekerja memiliki persepsi setuju terhadap peralatan dan lingkungan

sebagai faktor yang mempengaruhi kejadian kecelakaan ditempat kerja.

Sedangkan hasil wawancara, empat sampai lima orang mengatakan bahwa

faktor peraturan, peralatan, lingkungan, dan manusia dapat mempengaruhi

kejadian kecelakaan kerja. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan

sekarang yaitu terletak pada variabel penelitian yang digunakan, dimana

penelitian terdahulu menggunakan variabel yaitu persepsi pekerja dan objek

13

penelitian yang digunakan yaitu pekerja di PT.X yang berada di daerah Jakarta

Pusat dan Cilegon.

5. Penelitian Prasetyo (2015)

Eko Prasetyo (2015), dengan judul penelitian Pengaruh Pengetahuan,

Sikap, dan Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) terhadap Kepatuhan dalam

Menggunakan APD di Unit Coanting PT.Pura Barutama Kudus. Variabel

dalam penelitian ini adalah dari pengaruh pengetahuan, sikap, dan ketersedian

Alat Pelindung diri dan variabel kepatuhan menggunakan APD. Berdasarkan

survei pertama yang dilakukan oleh penulis untuk 20 pekerja dalam produk

subdivisi di Coating Unit PT. Pura Barutama Kudus tentang kedisiplinan dalam

menggunakan APD, hasil dari pengamatan di lapangan mendapatkan 17 (85%)

pekerja tidak menggunakan APD saat bekerja dan 3 (15%) pekerja

menggunakan APD saat bekerja. Desain penelitian ini adalah penggunaan

proyek perencanaan survei Regresi Logistik untuk studi pengaruh dinamis

antara faktor risiko (pengetahuan, sikap, penghargaan dan hukuman, dan

ketersediaan APD) dengan efek (disiplin menggunakan APD) dengan

pengamatan cara pendekatan atau mengumpulkan data dalam satu waktu

(pendekatan waktu titik), sampel yang digunakan adalah sekitar 65 pekerja

dalam produk subdivisi. Hasil uji statistik dengan Regresi Logistik Test,

pengaruh antara pengetahuan variabel dengan disiplin menggunakan APD

mendapatkan p-value = 0,000; sikap dengan disiplin menggunakan APD

mendapatkan p-value = 0,000; dan ketersediaan APD dengan kedisiplinan

menggunakan APD mendapatkan p-value = 0,009. Ada pengaruh antara

variabel independen pengetahuan, sikap, penghargaan dan hukuman, dan juga

ketersediaan APD dengan variabel dependen adalah kedisiplinan pekerja

14

menggunakan APD dalam produk subdivisi di unit Coating di PT. Pura

Barutama Kudus. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu

terletak pada variabel penelitian yang digunakan, dimana penelitian terdahulu

menggunakan variabel yaitu mengenai kepatuhan karyawan dan obyek

penelitian yang digunakan yaitu pekerja di Unit Coanting PT.Pura Barutama

Kudus.

6. Penelitian Njoulou, Desmarais dan Perusse (2015)

Fidele Njoulou, Lise Desmarais, Michel Perusse (2015), dengan judul

penelitianTanggung jawab manager untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja:

Tantangan, Masalah dan Pendekatan. Tujuan utama adalah untuk

mengidentifikasi pendekatan ke OHSIR. Untuk mencapai tujuan ini, gambaran

sastra didirikan. Hasil menunjukkan adanya empat pendekatan sistem tanggung

jawab internal yaitu : 1) pendekatan regulasi, 2) pendekatan ekonomi, 3) sistem

kesehatan dan manajemen keselamatan kerja, dan, 4) pendekatan

pembangunan berkelanjutan: model perkembangan. Studi ini menunjukkan

kekuatan dan batas-batas masing-masing pendekatan dan menyarankan

pendekatan kolaboratif baru yang akan menyelaraskan faktor keberhasilan

pendekatan di atas disajikan. Hal ini mengusulkan untuk mengembangkan

model dan pada saat yang sama, akan menghargai peran penengah eksternal,

pentingnya insentif ekonomi, dan komitmen manajer dan partisipasi pekerja

dalam konteks organisasi terlibat dalam dialog sosial yang konstruktif tentang

OHSIR. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu terletak

pada variabel penelitian yang digunakan, dimana penelitian terdahulu

menggunakan variabel yaitu mengenai tanggung jawab manager dan obyek

penelitian yang digunakan yaitu pekerja.

15

7. Penelitian Susihono dan Rini (2013)

Wahyu Susihono, Feni Akbar Rini (2013) dengan judul penelitian

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) dan

Identifiksasi Potensi Bahaya Kerja. Variabel dalam penelitian ini adalah

penerapan Sistem manajemen K3 dan identifikasi potensi bahaya kerja.

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode HIRA dan FTA. Hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa penerapan SMK3 telah sesuai dengan undang-

Undang yang berlaku, namun nilai resiko potensi bahaya bagian fluid utility

menunjukkan tingkat keparahan bahaya kerja kecil dan kemungkinan

terjadinya potensi bahaya kerja juga kecil, nilai kategori potensi bahaya kerja

perlu dikendalikan dengan prosedur rutin. Faktor penyebab potensial

terjadinya potensi bahaya adalah suara mesin bising, Standard Operational

procedure (SOP) belum terpasang secara ergonomis, terdapat benda asing

yang menghalangi jalan, temperatur ruangan meningkat 50C dari temperatur

normal. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu terletak

pada variabel penelitian yang digunakan, dimana penelitian terdahulu

menggunakan variabel yaitu mengenai penerapan SMK3 dan identifikasi

bahaya dan obyek penelitian yang digunakan yaitu pekerja.

8. Penelitian Supriyanto, Wiguna dan Irawan (2015)

Agus Supriyanto, Putu Artama Wiguna, dan Isa Irawan (2015),

dengan judul penelitian Analisis Faktor Persepsi Keselamatan Kerja

Supervisor Pada Proyek Minyak dan Gas Bumi: Studi Kasus Proyek

Konstruksi PT. XYZ Balik Papan. Variabel dalam penelitian ini adalah faktor

persepsi keselamatan kerja supervisor. Populasi penelitian adalah para

Karyawan tingkat Penyelia (Supervisor) di lapangan yang berjumlah lebih dari

16

70 personel. Pengambilan sampel dilakukan secara acak, melibatkan semua

lini area kerja. Jumlah kuesioner yang dikirim dan yang kembali dari

responden kemudian dilakukan analisa. Kuisioner mengacu dan mengadaptasi

pada kuesioner yang dikeluarkan oleh UK HSE Comittee ”Summary guide to

safety climate tool” tahun 1996. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan faktor-

faktor dominan penerimaan persepsi keselamatan dari Supervisor terhadap

faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan sistem K3. Faktor-faktor

dominan tersebut dikelompokkan dan diharapkan menjadi parameter

tindakan lanjut untuk perbaikan dan pengembangan sistem K3 di Perusahaan.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu terletak pada

variabel penelitian yang digunakan, dimana penelitian terdahulu

menggunakan variabel yaitu mengenai faktor persepsi keselamatan kerja

supervisor dan obyek penelitian yang digunakan yaitu pekerja di Konstruksi

PT. XYZ Balik.