bab 1 pendahuluan 1.1 latar belakang - etd.repository.ugm...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Sumardjo dan Sumaini, diperlukan pengetahuan tentang sastra
untuk dapat menikmati suatu karya sastra, jika kurang pemahaman yang tepat,
sebuah karya sastra hanya bersifat sepintas dan dangkal. Oleh karena itu, semua
orang perlu tahu apa yang dimaksud dengan karya sastra. Karya sastra bukan
sekedar ilmu tetapi di dalamnya adalah seni yang memuat unsur kemanusiaan,
khususnya perasaan yang terdiri dari semangat, kepercayaan, keyakinan yang
sebagai unsur yang sulit dibuat batasannya jika diterapkan pada metode
keilmuan.1 Hal ini juga berlaku pada puisi.
Ketika seseorang mendengar kata puisi, yang terlintas dalam pikiran
adalah rangkaian kalimat dengan barisan kata-kata indah, unik, menarik di setiap
bait-baitnya. Tetapi puisi tidaklah sesederhana yang terlihat, baik yang terlihat
dari format dan kandungan makna yang ada di dalamnya.
Puisi merupakan sebuah karya sastra yang dapat dikaji dari bermacam-
macam aspek, misalnya melalui struktur dan unsur-unsurnya. Puisi sendiri adalah
unsur yang disusun atas berbagai macam unsur dan sarana kepuitisan. Norma
puisi atau unsur-unsur sajak saling berjalinan dan berkoherensi2 secara padu.
1Dikutip dari http://pelitaku.sabda.org/pemahaman_tentang_karya_sastra
2Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, dan ide menjadi suatu
untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkannya.
http://defaultride.wordpress.com/2010/06/28/teori-teori-kebenaran-korespondensi-koherensi-
pragmatik-struktural-paradigmatik-dan-performatik/
2
Untuk memahami makna secara keseluruhan maka puisi dianalisis secara
struktural. Analisis struktural adalah analisis yang melihat bahwa unsur-unsur
struktur sajak itu saling berhubungan secara erat dan saling menentukan artinya.
Hal ini dikarenakan sebuah unsur tidak memiliki makna dengan sendirinya
terlepas dari unsur-unsur lainnya (Pradopo, 2010:118).
Karya sastra merupakan cerminan dari kehidupan realistik, misalnya
seperti mengisahkan kehidupan manusia yang penuh liku-liku. Dalam penelitian
ini, aliran romantisme dipakai untuk mengungkapan realitas kehidupan dengan
menggunakan bahasa yang indah, sehingga dapat menyentuh emosi pembaca.
Keindahan menjadi fokus penting dalam pengkajian romantisme. Misalkan
penggambaran gadis cantik yang dilukiskan sesempurna mungkin (Endraswara,
2003:33).
Puisi yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah puisi yang terdapat dalam
antologi puisi 신경림의 시인을 찾아서 1 Singyeongrimui Siineul Chajaseo 1.
Sebagian besar puisi-puisi yang terkenal di Korea terdapat dalam antologi tersebut.
Antologi tersebut mengekpresikan perasaan manusia dalam kehidupan orang
Korea sekitar tahun 1879 hingga tahun 1998. Selain itu, antologi puisi ini
merupakan salah satu materi bacaan dalam program spesial strasiun TV MBC
yang berjudul “책을 읽읍시다”Chaekgeul ilgyeobsida.3 Antologi puisi 신경림의
시인을 찾아서 1 Singyeongrimui Siineul Chajaseo 1 yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 7 puisi yang sudah mewakili, yaitu puisi 행복- haengbok
3Diunduh dari http://www.dongbu-
lib.daegu.kr/dls_l4/index.php?mod=wdDataSearch&act=searchResultDetail&recKey=92106895&
page=8&placeInfo=009&holdYear=2012&holdMonth=5
3
(Kebahagiaan) oleh Yoo Chi Hwan, 찬가-changa (Hymne) oleh Oh Jang Hwan,
동주야-dongjuya (Dongju) oleh Moon Ik Hwan, 진달래도 피면 무엇하리-
jindallaedo phimyeon mueothari (Saat Azalea Bermekaran) oleh Park Bong Woo,
내 노동으로-nae nodongeuro (Para Pekerja) oleh Shin Dong Moon, 마당앞 맑은
새암-madang ap malgeun seam (Sumur Jernih di Halaman Depan) oleh Kim
Yeong Rang, dan puisi 님의 침묵-nimui chimmuk (Diamnya Tuanku) oleh Han
Yong Un.
Puisi 행복- haengbok (Kebahagiaan) yang ditulis oleh Yoo Chi Hwan
(1908-1967) menggambarkan perasaan cintanya terhadap Lee Yong Do dalam
bentuk surat cinta. Namun, perasaan cinta tersebut dianggap tabu oleh masyarakat
Tongyeong karena Yoo Chi Hwan telah memiliki istri. Meskipun mendapat
banyak pertentangan oleh masyarakat dia tidak peduli dan tetap mempertahankan
perasaannya dalam wujud kebahagiaan cintanya. Pada akhirnya masyarakat
tersebut menyadari bahwa Yoo Chi Hwan benar-benar memiliki perasaan cinta
yang kuat dibuktikan dengan ribuan surat cinta untuk Lee Yong Do.
Puisi 찬가-changa (Hymne) karya Oh Jang Hwan (1918-1951)
menjelaskan realitas seseorang yang menginginkan suatu hal tanpa harus
menutupi keinginan atau perasaannya. Secara umum puisi tersebut berisi kritikan
tajam terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada masa penjajahan, pasca
penjajahan, masa reformasi, masa krisis, dll.
Puisi 동주야-dongjuya (Dongju) yang ditulis oleh Mun ik Hwan (1918-
1994) menceritakan tentang kebenciannya terhadap Jepang yang menjadikan satu
4
dari tiga sahabatnya sebagai kelinci percobaan dalam eksperimen medis. Selain
itu, kebenciannya dipicu oleh pemerintah Jepang membatasi hak asasi dan
kebebasan mereka. Penindasan Jepang saat itu membuat mereka menderita
sehingga mereka harus melakukan perlawanan.
Puisi 진달래도 피면 무엇하리-jindallaedo phimyeon mueothari (Saat Azalea
Bermekaran) ditulis oleh Park Bong woo (1934-1990) adalah seorang penyair
yang memulai karirnya pada tahun 1956 ketika gencatan senjata terjadi di Korea.
Ia menuliskan puisi yang menggambarkan penderitaan dan kesedihan selama
masa revolusi. Puisi tersebut juga berisi kritikan terhadap kapitalisme dan
pemikiran yang kebarat-baratan.
Puisi 내 노동으로-nae nodongeuro (Para Pekerja) ditulis oleh Shin Dong
Moon (1927-1993) yang menulis puisi ini pada saat revolusi dimana negara Korea
sedang dilanda krisis. Puisi ini melukiskan kondisi dan perasaan rakyat Korea
yang penuh dengan ketidakpastian dan penderitaan.
Puisi 마당앞 맑은 새암-madang ap malgeun seam (Sumur Jernih di
Halaman Depan) ditulis oleh Kim Yeong Rang (1903-1950), seorang penyair
yang menulis puisi dengan gaya klasik dan menggunakan unsur alam sebagai
simbol dalam penyampaiannya. Puisi ini bercerita tentang ketenangan dalam
menghadapi kehidupan. Selain itu, puisi ini juga secara tidak langsung mengkritik
peristiwa yang terjadi pada masa itu.
Puisi 님의 침묵-nimui chimmuk (Diamnya Tuanku) yang ditulis oleh Han
Yong Un (1879-1944) mengisahkan tentang kecintaan terhadap tanah air namun
5
diungkapkan dalam sebuah kisah cinta. Gaya penulisan ini dipilih agar puisi
tersebut tidak dianggap sebagai suatu bentuk pemberontakan. Sayangnya penjajah
tetap mengetahui bahwa puisi tersebut adalah ungkapan rasa cinta tanah air.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain adalah:
1. Apa saja unsur bunyi dan unsur kata yang terdapat pada puisi-puisi dalam
antologi puisi 신경림의 시인을 찾아서 1 Singyeongrimui Siineul Chajaseo 1?
2. Bagaimana makna romantisme dalam antologi puisi 신경림의 시인을
찾아서 1 Singyeongrimui Siineul Chajaseo 1?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji unsur bunyi dan unsur kata dalam
antologi puisi Korea antologi puisi 신경림의 시인을 찾아서 1 Singyeongrimui
Siineul Chajaseo 1. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengemukakan makna
romantisme pada puisi-puisi yang telah dipilih.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan unsur-unsur puisi dan makna
romantisme di dalamnya serta memberikan informasi dan pemahaman mengenai
romantisme dalam antologi puisi Korea. Di samping itu, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi pembaca sebagai referensi dan pengetahuan.
6
1.5 Tinjauan Pustaka
Terdapat dua penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Yuni Wachid Asrori yang berjudul “Antologi Puisi
목마른나무가되어 Mokmareun Namuga Dwieao: Analisis Struktural” (2009) dan
penelitian yang dilakukan oleh Uli Damaianti yang berjudul “Representasi
Kehidupan Masyarakat Korea pada Masa Perang Korea (1950-1953) dalam Sajak-
Sajak Karya 박인환 (Park In Hwan): Kajian Sosiologi Sastra”(2012).
Penelitian berjudul “Antologi Puisi 목마른나무가되어 Mokmareun Namuga
Dwieao: Analisis Struktural” ditulis oleh Yuni Wachid Asrori. Penelitian ini
membahas tentang analisis antologi puisi dengan menggunakan teori struktural
yang terdiri dari unsur bunyi dan unsur kata.
Penelitian “Representasi Kehidupan Masyarakat Korea pada Masa Perang
Korea (1950-1953) dalam Sajak-Sajak Karya 박인환 (Park In Hwan): Kajian
Sosiologi Sastra” yang ditulis oleh Uli Damaianti. Penelitian tersebut membahas
tentang kajian sosiologi sastra dalam puisi pada masa perang Korea saat itu.
Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian pertama karena
menganalisis antologi puisi dengan menggunakan strukturalisme serta
menggunakan unsur bunyi dan kata. Perbedaannya adalah kedua unsur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi makna romantisme
yang ada dalam puisi. Kemudian, persamaan penelitian ini dengan penelitian
kedua adalah pada latar waktu puisi yang hampir sama. Perbedaannya terletak
pada objek material dan objek formalnya.
7
1.6 Landasan Teori
1.6.1 Teori Srukturalisme
Sajak atau karya sastra adalah sebuah struktur. Struktur ini diartikan
bahwa sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang di antara
unsur-unsur tersebut terjadi hubungan timbal balik dan saling menentukan. Jadi,
kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya kumpulan dari tumpukan hal-hal
atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-hal tersebut saling
terikat, berkaitan, dan saling bergantung (Pradopo, 2010:188-119). Menurut
pikiran strukturalisme, dunia (karya sastra merupakan dunia yang diciptakan
pengarang) lebih merupakan susunan hubungan daripada susunan benda-benda.
Oleh karena itu, kodrat tiap unsur dalam struktur itu tidak mempunyai makna
dengan sendirinya, melainkan makna ditentukan oleh hubungannya dengan semua
unsur lainnya yang terkandung dalam unsur itu (Hawkes via Pradopo, 1978:17-
18).
Strukturalisme pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang
berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi unsur-unsur seperti penjelasan yang
menyangkut tiga ide dasar dalam pengertian struktur, yaitu ide kesatuan, ide
transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri (self-regulation). Dalam ide kesatuan,
struktur merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu terbentuk atas bagian-bagian
yang tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur tersebut. Dalam ide transformasi
adalah struktur itu berisi gagasan transformasi yang berarti bahwa struktur itu
tidak statis atau tidak tetap. Struktur tersebut mampu melakukan prosedur-
8
prosedur transformasional4 artinya bahan-bahan baru diproses dengan prosedur
dan melalui prosedur tersebut. Misalnya, pada struktur kalimat: Ia memetik bunga.
Strukturnya: subjek-predikat-objek. Dari struktur tersebut dapat diproses: Ia
(subjek bisa diganti menjadi Saya, Ani, Budi, Andi ) memetik bunga. Kemudian,
Ia memetik bunga (predikat bisa diganti menjadi memasang, memotong, menanam)
bunga. Ia memetik bunga (objek bisa diganti menjadi mawar, melati, anggrek).
Kemudian dalam ide pengaturan diri sendiri adalah struktur itu mengatur diri
sendiri, yaitu struktur itu tidak memerlukan bantuan dari luar dirinya untuk
mensahkan prosedur transformasinya. Setiap unsur mempunyai fungsi tertentu
berdasarkan letaknya dalam struktur tersebut. Misalnya, dalam proses penyusunan
kalimat: Saya memetik bunga, kalimat ini tidak memerlukan keterangan dari dunia
nyata, melainkan di proses atas dasar aturan di dalamnya dan yang mencukupi
dirinya sendiri. Bunga berfungsi sebagai objek dalam kalimat yang terletak di
belakang kata kerja transitif aktif oleh karena itu fungsi objek ini bukan karena
menunjuk bunga yang nyata ada di luar kalimat itu (Pradopo, 2010: 199).
Teori struktural merupakan teori analisis objektif5, yaitu sebuah karya
sastra yang dianalisis unsur intrinsiknya saja. Analisis struktural tidak
menghubungkan unsur-unsur struktur dengan sesuatu yang berada di luar
strukturnya karena makna setiap unsur karya satra itu hanya ditentukan oleh
4Transformasional adalah Aliran transformasional ini dipelopori oleh Noam Chomsky yang
merupakan reaksi dari faham strukturalisme. Konsep strukturalisme yang paling ditentang adalah
konsep bahwa bahasa sebagai faktor kebiasaan (habit). Pada bukunya yang berjudul Syntactic
Structure yang ditulis pada tahun 1957. http://aliranlinguistik.blogspot.com/2011/07/aliran-
transformasional.html 5Teori objektif merupakan teori sastra yang memandang karya sastra sebagai dunia otonom,
sebuah dunia yang dapat melepaskan diri dari siapa pengarangnya, dan lingkungan sosial
budayanya.http://adiel87.blogspot.com/2009/11/teori-objektif.html
9
jalinannya dengan unsur lainnya dalam struktur itu sendiri. Menurut Hill (Pradopo,
2010:120), karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks. Setiap karya
itu berdiri otonom, dan merupakan kesatuan utuh, bulat, dan mencukupi dirinya
sendiri. Oleh karena itu, maknanya dicukupi oleh hubungan antar unsur yang
terjalin dalam struktur sajak itu sendiri (Pradopo, 2010:124-125). Strukturalisme
dapat dilaksanakan dengan baik bila yang dianalisis adalah sajak yang merupakan
kesatuan keseluruhan, yang unsur-unsur atau bagian-bagiannya saling erat
berjalinan (Hawkes via Pradopo, 2010:120).
Karya sastra atau puisi memiliki beberapa unsur yang membentuk suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur
tersebut terdiri dari dua yakni unsur bunyi dan unsur kata yang dipakai dalam
penelitian ini.
1.6.1.1 Unsur Bunyi
Analisis unsur bunyi merupakan hiasan dalam puisi, bunyi memiliki tugas
untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, menimbulkan bayangan
imajinasi dan angan yang jelas (Pradopo, 2010:22). Analisis unsur bunyi ini
menggunakan beberapa unsur bunyi seperti efoni, kakofoni, persajakan, ritme,
dan lambang rasa.
a. Efoni adalah kombinasi-kombinasi bunyi atau suara merdu dan indah.
Bunyi yang merdu ini biasanya dapat menggambarkan perasaan kasih
sayang, cinta, dan hal-hal yang membahagiakan (Pradopo, 2010:27-28).
Dalam bahasa Indonesia efoni yang digunakan terdiri dari konsonan
10
bersuara atau letup bersuara (b, d, g, j), bunyi sengau atau nasal (n, m, ng,
ny), bunyi liquida (r, l), dan bunyi aspiran (s, h).6 Dalam penulisan puisi
ini, efoni yang digunakan dalam bahasa korea adalah bunyi
nasal ㅁ(m),ㄴ(n),ㅇ(ng), bunyi liquida ㄹ,(r/l), dan bunyi aspiran ㅎ,(h).
b. Kakofoni yang merupakan bunyi tidak merdu, parau, dan memberi kesan
kesedihan serta kepedihan pada kata-katanya (Pradopo, 2010:30). Dalam
bahasa Indonesia, bunyi kakofoni menggunakan bunyi letup tidak bersuara
(k, p, t) dan bunyi aspiran (s). Dalam penulisan ini, kakofoni dalam bahasa
korea yang digunakan adalah bunyi letup tidak bersuara
ㅂ(b),ㅃ(p),ㅍ(ph),ㄷ(d),ㄸ(t),ㅌ(th),ㄱ(g),ㄲ(k),ㅋ(kh),ㅈ(j),ㅉ(c),ㅊ(ch) dan
bunyi aspiran ㅅ(s).
c. Sajak atau persajakan ialah pola estetika bahasa yang berdasarkan
ulangan suara yang diusahakan dan dialami dengan kesadaran. Sajak
disebut pola estetika karena timbulnya dalam puisi ada hubungannya
dengan soal keindahan. Sajak bukan semata-mata untuk hiasan saja,
melainkan untuk mempertinggi mutu bila mempunyai daya evokasi, yaitu
daya untuk menimbulkan pengertian (Slametmuljana via Pradopo, 2010:
36).
d. Ritme adalah irama yang disebabkan dari pertentangan atau pergantian
bunyi tinggi rendah secara teratur, tetapi bukan merupakan jumlah suku
6Pengertian
efonihttps://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=39&cad=rja&uact=8&ved=0CGIQFjAIOB4&url=http%3A%2F%2Fwww.bisnet.or.id%2Fvle%2Ffile.php%3Ffile%3D%252F145%252FPUISI.doc&ei=Yj3UVPXTNePbmAXB3YKYDw&usg=AFQjCNEZrTANsx-epaFYTYjDUTE9au6OEA&bvm=bv.85464276,d.dGY
11
kata yang tetap, melainkan hanya menjadi gema dendang sukma
penyairnya (Pradopo, 201040-41).
e. Lambang rasa memiliki hubungan dengan perasaan dan hati. Lambang
rasa merupakan simbol yang meliputi ekspersi rasa sedih, senang, sesal,
gembira, dan yang lainnya (Slametmuljana via Pradopo, 2010: 33).
1.6.1.2 Unsur Kata
Selain unsur bunyi yang telah disebutkan di atas terdapat unsur kata yang
meliputi denotasi, konotasi, diksi atau pilihan kata, bahasa kiasan, dan pencitraan
yang meliputi citraan penglihatan, pendengaran, dan gerak.
a. Denotasi artinya yang menunjuk, dan konotasi, yaitu arti tambahannya
(Pradopo, 2010:58). Denotasi adalah makna kata yang wajar dan kongkret,
yang bebas dari makna tautan ataupun nilai rasa (Sudjiman, 1990:19).
Misalnya, pada sajak W.S. Rendra yang berjudul “Di Meja Makan”
Ruang diributi jerit dada
Sambal tomat pada mata
Meleleh air racun dosa
..... (BOOT, h.34)
Sambal tomat pada mata; sambal tomat, sambal yang terbuat dari bahan
tomat. Sambal tomat itu rasanya pedas, jika dibayangkan terkena mata,
maka rasanya akan pedas, pedih, sakit, dll.7
b. Konotasi digambarkan sebagai kumpulan asosiasi perasaan dalam sebuah
kata yang diperoleh dari setting yang dilukiskan. Konotasi menambah
denotasi dengan menunjukkan sikap dan nilai dengan menyempurnakan
7Dikutip dari buku Pengkajian Puisi oleh Rachmat Djoko Pradopo hlm.59
12
arti yang telanjang dengan perasaan atau akal (Altenbernd, 1970:10).
Misalnya pada puisi “Pahlawan Tak Dikenal”
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
(Suara, 1977: 50)
Dia terbaring menjelaskan bahwa dia (pahlawan) tidak wafat, melainkan
dia terbaring dan bukan tidur, yang artinya sama dengan „mati‟.8
c. Diksi atau pilihan kata adalah pemilihan kata untuk mengungkapkan
gagasan. Diksi berfungsi untuk mendapatkan nilai estetik kepuitisan dari
puisi tersebut. Khusus penempatan pemilihan kata seringkali harus
diperhatikan oleh penyair agar memiliki nilai rasa dan estetika tersendiri.
Misalnya, pada puisi berikut ini:
SEMANGAT
Kalau sampai waktuku
„Ku tahu tak seorang „kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu!
.....
(Kerikil Tajam, h.15)
AKU
Kalau sampai waktuku
„Ku mau tak seorang „kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu!
.....
(Deru Campur Debu, h.7)
Puisi Chairil anwar ini judulnya banyak diganti untuk mengelabuhi
penjajah pada masa perang dengan Jepang. Dalam “Kerikil tajam” yang
8Dikutip dari buku Pengkajian Puisi oleh Rachmat Djoko Pradopo hlm.61
13
memiliki judul “Semangat” dalam “Aku” memiliki judul “Deru Campur
Debu”.9
d. Bahasa kiasan adalah salah satu unsur kepuitisan yang berfungsi untuk
membuat sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesengsaraan,
hidup, dan dapat menjelaskan gambaran angan (Pradopo, 2010: 61-62).
1. Perumpamaan atau perbandingan epos adalah perbandingan yang
dilanjutkan, diperpanjang, dengan cara dibentuk atau melanjutkan
sifat-sifat perbandingannya lebih lanjut di dalam kalimat atau frase
yang berturut-turut (Pradopo, 2010:62). Kata pembanding yang
biasanya digunakan adalah kata seperti, sebagai, bagai, bak, semisal,
seumpama, dll.
2. Personifikasi adalah kiasan yang menyamakan benda dengan manusia,
atau benda-benda mati yang dibuat seolah-olah dapat berpikir, berbuat
sesuatu, seolah seperti manusia, yang fungsinya untuk menghidupkan
puisi dengan memberi kejelasan, beberan atau memberikan bayangan
angan yang kongkret (Pradopo: 2010: 75).
3. Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak
mempergunakan kata-kata pembanding, seperti bagai, laksana, seperti,
dan sebagainya. Metafora itu melihat sesuatu dengan perantara benda
yang lain (Becker via Pradopo, 2010:66).
4. Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-
lebihan dengan maksud untuk memperhebat kesan dan pengaruh
9Dikutip dari buku Pengkajian Puisi oleh Rachmat Djoko Pradopo hlm.54
14
(sumbernya). Contohnya: Tubuhnya kurus kering, Agung terkejut
setengah mati.10
e. Citraan adalah sebuah gambaran yang ada di dalam pikiran dan kemudian
bahasa lah yang akan menggambarkannya (Altenbernd, 1970:12). Artinya,
citraan merupakan gambaran angan atau imajinasi pemikiran yang ditulis
untuk menghidupkan suasana dalam sebuah tulisan, citraan memiliki
beberapa macam yang digunakan dalam penelitian ini adalah citraan
penglihatan, pendengaran, dan gerak.
1. Citraan penglihatan adalah citraan yang timbul oleh penglihatan
(Pradopo, 2010: 81).
2. Citraan pendengaran dihasilkan dengan menyebutkan atau
menguraikan bunyi suara (Altenbert via Pradopo, 2010: 82).
3. Citraan gerak adalah menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya
tidak bergerak, tetapi dilukiskan dapat bergerak, ataupun gambaran
gerak pada umumnya (Pradopo, 2010:87).
1.6.2 Teori Romantisme
Romantisme lahir sebagai pendekatan yang melihat karya sastra sebagai
objek yang realistik karena romantisme tidak berhenti pada titik realitas saja,
tetapi mencakup semua aspek-aspek keindahan bahasa yang digunakan oleh
pengarang dalam membangun tubuh dari karya sastra yang dibuatnya. Paham
romantisme merupakan suatu paham idealis yang melihat kehidupan nyata
10
Dikutip dari buku Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI. Hlm. 101
15
manusia dari perspektif dunia yang ideal dan sempurna sehingga menjadikan
suasana di dalamnya seimbang dan harmonis seperti dalam kehidupan di surga.
Kemudian ciri-ciri romantisme menurut Wellek (Faruk, 1995: 143) adalah sebagai
berikut:
1. Persatuan: Romantisme berusaha keras untuk mengatasi keterpisahan
antara subjek dan objek diri dengan dunia dan kesadaran dengan
ketidaksadaran yang melalui imajinasi, simbol, dan mitos.
2. Lebih menonjolkan dunia ideal daripada dunia nyata: Di dalam dunia
ideal, mengimajinasikan atau gambaran yang terdapat dalam angan lebih
ditonjolkan dan dibesar-besarkan.
3. Petualangan: paham romantisme diungkapkan tentang realita kehidupan
yang digambarkan secara tuntas sehingga mampu membuat pembaca
tersentuh.
4. Keanekaragaman percintaan dan pendalaman.
Romantisme ini berfokus pada ungkapan perasaan sebagai dasar
perwujudan pemikiran pengarang sehingga pembaca tersentuh setelah membaca
ungkapan perasaannya. Aliran romantisme selalu berprinsip bahwa karya sastra
merupakan cermin dari kehidupan realistik. Karya sastra adalah kisah kehidupan
manusia yang penuh lika-liku. Pengungkapan realitas kehidupan tersebut
menggunakan bahasa yang indah sehingga dapat menyentuh emosi pembaca
(Endraswara, 2003: 33).
Penelitian romantisme biasanya berkiblat pada kerinduan hal-hal yang
bersifat klasik dan tradisional. Para peneliti umumnya mengagungkan nilai-nilai
16
lama yang luhur dan kekaguman tersebut menjadi sentral oleh kaum romantik.
Peneliti romantik sering mengarah pada karya-karya besar untuk mengungkap
nilai-nilai tertentu yang terkadang diimplikasikan dengan jaman yang berlaku
(Endraswara, 2003:34).
Dalam kaitan itu, karya sastra tidak dipandang lagi sebagai refleksi tindak
tanduk manusia. Karya sastra merupakan cermin emosi manusia yang
dikumpulkan dalam keheningan yang mendalam, dan kemudian direvisi dalam
penciptaan melalui pemikiran. Dengan kata lain, unsur ekspresi, peluapan, atau
ungkapan perasaan pengarang, yang telah diimajinasikan menjadi perhatian utama.
Poin penting dalam penelitian romantik adalah tentang: (1) kesungguhan hati
(sincerity), keaslian (genuineness), (3) keakuratannya (adequacy), dalam
mengungkapkan visi dan pemikiran individual si pencipta (Endraswara, 2003:34).
Karya sastra berfungsi untuk memberikan kesenangan berupa hiburan,
sebagai sarana untuk mengungkapkan isi hati, isi pikiran, isi perasaan kepada
orang lain (Sumardjo via Wasono, 1995:88). Mengenai hal ini, Karya sastra pada
romantisme yang dikenal sampai sekarang umumnya lebih banyak yang
mengungkapkan jalinan cerita cinta. Dalam hal ini dikarenakan cerita-cerita yang
berkaitan dengan cinta itulah yang paling banyak melibatkan faktor emosi. Seperti
pada pengarang romantik Shakespare “Romeo and Juliet” yang merupakan contoh
karya romantisme yang selama ini banyak dikaji oleh para peneliti romantik.
Namun sebenarnya banyak cerita yang mendasarkan aliran romantik yang tidak
hanya bersifat cinta, melainkan juga berakar pada pikiran, pengetahuan, dan
pandangan hidup yang dalam dan luas. Oleh karena itu, pandangan bahwa
17
romantisme selalu berkaitan dengan hal-hal cengeng tidak selamanya benar
(Fananie, 2002: 51).
Romantisme juga mengungkapkan perasaan kesedihan yang mampu
membuat orang lain dapat merasakan apa yang ada dalam cerita yang
mendasarkan ungkapan perasaan sebagai dasar perwujudan. Untuk
mengungkapkan hal tersebut, pengarang berusaha menggambarkan realita
kehidupan dalam bentuk seindah-indahnya dan sehalus-halusnya. Tujuan utama
aliran ini adalah agar pembaca mampu tersentuh emosinya. Oleh karena itu, setiap
gejolak yang ada atau konflik yang ditonjolkan biasanya disusun secara dramatis.
Begitu pula keindahan alam atau mungkin kesedihan yang biasanya digambarkan
sedetail-detailnya (Fananie, 2002: 50).
Selain membahas kesedihan, romantisme alam juga menjadi aspek penting.
Seperti dalam sajak “Ode to the West Wind” yang dikaji oleh Sapardi Djoko
Damono, alam digambarkan sebagai sumber inspirasi oleh para penyair. Hal ini
dikarenakan alam adalah ciptaan Tuhan yang sifatnya tidak dapat ditaklukkan.
Berbeda dengan pemikiran manusia yang menciptakan suatu secara subjektif.
Alam menjulang dalam sosok yang mempesona sekaligus dahsyat dan
mengerikan. Hal tersebut memunculkan suatu pengalaman atau perasaan kagum
dan alam digambarkan berisi roh yang berhembus dengan dahsyat, menghidupi
sekaligus mematikan, membuat sekaligus memporak-pandakan (Budianta, 2005:
5-6).
18
Romantisme juga membahas tentang semangat perjuangan hal ini
didukung dengan sejumlah sajak yang mengandung tema kebangsaan
disampaikan dengan gaya romantik. Kemunculan tema kebangsaan tersebut
dilatarbelakangi oleh sesuatu yang dapat dihubungkan dengan kondisi sosial-
politik tempat dan ketika karya itu hadir. Misalnya, sajak-sajak ditulis dimasa
penjajahan terjadi di Indonesia pada kisaran tahun 1920-1930-an yang merupakan
pantulan dari keadaan yang terjadi saat itu. ketika tema itu tersampaikan lewat
gaya romantik, maka hal itu pun terkait dengan estetika sastra (kode sastra) yang
berlaku saat itu (Wasono, 2005: 93).
1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Studi literatur
2. Penggunaan metode deskriptif
Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan isi dari antologi
puisi 신경림의 시인을 찾아서 1 Singyeongrimui Siineul Chajaseo 1. Metode
deskriptif ini dipakai dalam penelitian untuk membuat gambaran atau lukisan
mengenai fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir,
1983:54). Kemudian, data yang dianalisis berupa kata dan bukan angka karena hal
ini disebabkan oleh adanya metode kualitatif11
karena data yang dianalisis
tersebutlah yang akan menjadi kunci dari penelitian (Moleong, 1988:11). Oleh
karena itu, tahapan-tahapan selanjutnya yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut.
11 Metode Kuatitatif adalah metode penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis.http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif
19
1. Menentukan objek material.
Objek material dalam penelitian ini adalah antologi puisi 신경림의 시인을
찾아서 1 Singyeongrimui Siineul Chajaseo 1.
2. Menentukan objek formal.
Objek formal dari penelitian ini adalah untuk mengemukakan unsur bunyi
dan unsur kata serta makna romantisme yang ada dalam puisi 신경림의
시인을 찾아서 1 Singyeongrimui Siineul Chajaseo 1 .
3. Menentukan cara pendekatan yang dipakai
Pendekatan yang dipakai dalam penlitian ini adalah teori strukturalisme
dan teori romantisme.
4. Mencari dan mencatat data-data yang akan dianalisis.
Data-data yang diambil adalah kata-kata dalam puisi yang kemudian akan
dianalisis menggunakan unsur bunyi dan kata. Hal yang dilakukan
selanjutnya adalah mengidentifikasi makna romantisme yang ada dalam
puisi berdasarkan dengan teori yang dipakai.
5. Mengelompokkan data
Data dikelompokkan berdasarkan unsur bunyi dan kata yang dipaparkan
dalam teori yang dipakai.
6. Melakukan kerja analisis data.
7. Menarik kesimpulan.
8. Menyusun dan melaporkan hasil penelitian dalam bentuk skripsi.
20
1.8 Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri dari 4 bab. Bab I merupakan bab pendahuluan yang
berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.
Bab II berisi unsur bunyi dan kata dalam antologi puisi 신경림의 시인을 찾아서 1
Singyeongrimui Siineul Chajaseo 1. Bab III berisi makna romantisme puisi dalam
antologi puisi 신경림의 시인을 찾아서 1 Singyeongrimui Siineul Chajaseo 1. Bab IV
merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan.