bab 1 pendahuluan 1.1 latar belakang - · pdf filesosialisasi dan presentasi saja. ... kapal...
TRANSCRIPT
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bencana alam tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, khususnya Kota Banda Aceh pada 26 Desember 2004 telah
mengakibatkan banyak kerusakan dan kerugian materil. Ribuan rumah hancur
dan ratusan hektar sawah terendam, kehidupan sosial ekonomi Kota Banda
Aceh menjadi mati dalam beberapa menit saja. Program penataan ruang desa
(Village Spatial Planning-VSP) pun dicanangkan oleh Badan Rekonstruksi dan
Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias. Program ini bertujuan untuk memetakan kembali
lokasi perumahan serta sarana dan prasarana yang akan dibangun dalam suatu
desa.
Dalam proses penyusunan rencana desa tersebut harus memenuhi satu
prasyarat penting yang diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2005 Tentang Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan
Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, yaitu pelibatan masyarakat untuk
berpartisipasi sepenuhnya dalam proses pembangunan kembali Aceh-Nias.
Keputusan ini diturunkan BRR dalam Pedoman Perencanaan Desa, April 2006 di
Bab 1 mengenai Partisipasi Komunitas: “Perencanaan partisipatif adalah faktor
terpenting dari segala proses rekonstruksi Aceh-Nias. Perangkat desa dan warga
setempat diharapkan dapat aktif terlibat di dalam merancang masa depan
mereka”. Selain itu dalam UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang juga
disebutkan bahwa peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan penataan
ruang yang dilakukan oleh pemerintah dapat diakomodasi dalam tahap
penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
Sampai November 2006, dari sekitar 800 desa hancur/rusak yang masuk
dalam daftar BRR untuk dibuat rencana tata ruang desa, diperkirakan baru
sebagian saja yang yang sudah terealisasi. Salah satu desa yang sudah
mempunyai peta rencana tata ruang adalah Desa Punge Blang Cut, Kecamatan
Jaya Baru, Kota Banda Aceh. Desa ini merupakan salah satu yang terkena
2
kerusakan cukup parah. Oleh karena itu, perencanaan tata ruang desa sangat
diperlukan untuk mengetahui kebutuhan dan proyeksi kebutuhan perumahan
serta fasilitas perkotaan lainnya. Satu hal menarik yang terjadi di desa ini adalah
terdamparnya sebuah Kapal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) milik PLN
dengan berat 2600 ton, tinggi ± 25 m, lebar 19 m dan panjang 63 m. Jarak kapal
ini 2,5 km dari perhitungan garis lurus pantai Kota Banda Aceh dan berada di
tengah-tengah lokasi permukiman penduduk.
Berdasarkan Keputusan Walikota Banda Aceh No.592.1/351/2006
tentang Izin Penetapan Lokasi Pengadaan Tanah untuk Museum Kapal PLTD
Apung di Kelurahan Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh,
maka tanah di lokasi kawasan terdamparnya Kapal PLTD ditetapkan sebagai
lokasi pengadaan tanah untuk Museum Kapal PLTD apung. Selain itu kawasan
sekitarnya akan dijadikan kawasan Monumen Peringatan Tsunami. Monumen ini
akan menjadi tempat bagi masyarakat Aceh maupun luar negeri untuk
mengenang bencana terbesar abad ini sebagai bahan perenungan di masa
depan. Namun surat keputusan yang disahkan 19 Oktober 2006 tersebut
terlambat karena penyusunan VSP sudah selesai sehingga dalam rencana tata
ruang Desa Punge Blang Cut, tidak dialokasikan lahan untuk pengembangan
monumen tersebut.
Keputusan tersebut dilanjutkan oleh BRR dengan Surat Keterangan
No.S-4355/BRR.04/X/2006 tentang usulan tapak yang menetapkan lahan
tersebut untuk pengembangan kawasan monumen Kapal PLTD yang meliputi
lokasi kapal sendiri, rencana jalan masuk dan sirkulasi, rencana areal parkir, dan
lokasi fasilitas umum (termasuk areal pedagang cinderamata). Dalam pengadaan
lahan untuk pembangunan ini diperkirakan mengambil luas ±2,5 Ha.
Pada tanggal 2 Desember 2006, semiloka yang diadakan BRR mencapai
kesepakatan, bahwa museum utama akan dibangun di kawasan Blang Padang
dan beberapa situs dan monumen juga akan dikonservasi, termasuk monumen
Kapal PLTD Apung di Desa Punge Blang Cut. Selain itu juga disepakati
pembagian kerja masing-masing pihak. Studi makro dilaksanakan oleh BRR
(menunjuk PT. Agoralima sebagai konsultan), sedangkan studi mikro dilakukan
oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dengan membentuk Tim
Pengarah Situs & Monumen. Sampai Juli 2007 diketahui perancangan makro
yang dikerjakan PT. Agoralima sudah selesai dan sudah diberikan ke Dep.
3
ESDM. Namun, studi mikro oleh Tim Pengarah Situs & Monumen di Dep. ESDM
tersebut belum selesai dan saat ini masih dalam tahap penyusunan. Padahal
studi inilah yang merancang detail kawasan monumen Kapal PLTD. Berdasarkan
info dari Geuchik Bapak Abdullah (Kepala Desa Punge Blang Cut), warga
kecewa dengan ganti rugi yang terlalu rendah dan belum ada tindak lanjut
mengenai pengembangan kawasan monumen Kapal PLTD ini. Bahkan warga
tidak diminta pendapatnya dalam penyusunan rencana tersebut, hanya sebatas
sosialisasi dan presentasi saja.
Permasalahan tersebut muncul dikarenakan kajian yang dilakukan
cenderung bersandar pada model mechanistic planning. Dalam model tersebut
para perencana pembangunan berfungsi sebagai ahli teknik yang bertugas
membuat cetak biru (blue print) perubahan serta menciptakan upaya yang dapat
membuat masyarakat mengikuti pola-pola perubahan yang dirancang.
Masyarakat diasumsikan sebagai bagian pasif dari sistem pembangunan yang
diciptakan oleh para perencana (Sutrisno, 1995).
Menurut DeChiara & Koppelman (1975), monumen dan situs bersejarah
adalah suatu kawasan, biasanya dibatasi oleh luas, didirikan untuk melindungi
objek bersejarah dan kepentingan ilmu pengetahuan, serta tempat mengenang
tokoh atau kegiatan bersejarah yang penting. Makna untuk mengenang peristiwa
tsunamilah yang mendasari usaha konservasi ini yang dibuat dalam bentuk
museum dan kawasan monumen. Kapal PLTD merupakan satu dari lima situs
warisan tsunami di Banda Aceh yang akan dikembangkan menjadi kawasan
monumen tsunami selain Kapal di atas rumah di Lampulo, Gampong Pande,
Kuburan Shiron dan Kuburan Syiah Kuala. Situs Kapal PLTD dipilih karena
merupakan objek terbesar dan sering dikunjungi orang, selain adanya
permasalahan ganti rugi tanah yang sempat terjadi di kawasan ini.
Selama proses pengembangan monumen Kapal PLTD yang terdiri dari
tahap perencanaan, pembangunan dan pengelolaan, pemerintah tidak pernah
meminta pendapat dan opini stakeholders lain sebagai masukan dalam
pengambilan keputusan. Padahal seharusnya memperhatikan pendapat dari
berbagai pihak, mengingat tujuan jangka panjang yang ingin diraih adalah rasa
memilki (sense of belonging) dan kebutuhan akan suatu monumen/museum
peringatan tsunami bagi masyarakat luas. Meskipun pemerintah mempunyai
otoritas untuk menetapkan pengembangan monumen, sebaiknya penekanan
4
partisipasi masyarakat yang diatur dalam Keppres No.30 Tahun 2005 diatas
dilakukan oleh pemerintah (dalam hal ini BRR). Oleh sebab itu persepsi dan
preferensi penting karena mencerminkan pendapat dan keinginan stakeholders
terhadap keberadaan dan fungsi monumen ke depannya. Selain itu agar terjadi
keberlanjutan (sustainability) pengembangan monumen yang melibatkan
partisipasi dalam memelihara dan melestarikannya, serta mengurangi
kemungkinan terjadi konflik kepentingan diantara stakeholders.
Satu hal penting setelah diketahui persepsi stakeholders adalah
mengetahui opini yang sudah diidentifikasi dapat diketahui konsistensi dan
keobjektifannya. Mengingat persepsi seseorang cenderung dipengaruhi oleh
banyak faktor, maka diperlukan analisis yang mengamati hal ini. Selain itu,
motivasi tiap stakeholders terhadap pengembangan monumen ini pun berbeda-
beda sehingga mempengaruhi kesediaan mereka untuk berpartisipasi
selanjutnya. Analisis konsistensi persepsi dan kajian motivasi stakeholders ini
akan melengkapi kajian identifikasi persepsi dan preferensi stakeholders yang
telah dilakukan sebelumnya.
Isu partisipasi masyarakat yang digaungkan oleh BRR selama ini dirasa
tidak berjalan karena kondisi yang dialami penduduk cukup sulit. Menurut Triono
(1993), partisipasi yang baik adalah kondisi dimana masing-masing aktor tidak
bisa bertindak secara sendiri-sendiri, melainkan harus bekerja satu sama lain.
Oleh karena itu, penilaian terhadap partisipasi setiap stakeholders dalam
pengembangan monumen ini juga perlu untuk dikaji. Di lain pihak sejak tahun
1998, UNESCO mencetuskan program LEAP (Local Effort and Preservation)
sebagai model yang meningkatkan partisipasi dalam mengembangkan kawasan
bersejarah. Program ini akan memperkaya pembahasan isu partisipasi.
Pengkajian model ini penting karena di Indonesia belum pernah diterapkan dan
dapat menjadi pedoman dalam mengembangkan kawasan bersejarah.
Mengingat kondisi yang berbeda dapat mempengaruhi pengembangan kawasan
monumen di kemudian hari. Atas dasar pemikiran tersebut maka peneliti memilih
judul penelitian ini yaitu: “Identifikasi Persepsi dan Preferensi Stakeholders
Terkait Rencana Pengembangan Monumen Kapal PLTD di Desa Punge Blang
Cut, Kota Banda Aceh”.
5
1.2 Rumusan Persoalan Berdasarkan latar belakang studi, maka persoalan yang terjadi adalah
perlu diidentifikasi persepsi dan preferensi stakeholders terhadap rencana
pengembangan monumen Kapal PLTD. Persepsi dan preferensi ini
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Menurut Abbas
(2001), persepsi stakeholders yang mencakup ide, gagasan, pendapat, hasrat
dan keinginan mereka, sangat penting diakomodasi sehingga perbedaan
persepsi stakeholders yang menghambat suatu pembangunan partisipatif akan
dapat diminimalkan. Pada akhirnya persepsi dan preferensi stakeholders
diharapkan bermanfaat bagi penerapan Model LEAP terkait partisipasi dalam
pengembangan kawasan monumen yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan stakeholders terkait sehingga risiko kegagalan pembangunan dapat
berkurang. Persepsi yang dimaksud adalah fungsi kegiatan dan keterlibatan
masyarakat. Sedangkan preferensi berkaitan dengan potensi dan permasalahan
kawasan, perbaikan infrastruktur dan pengembangan kawasan monumen di
masa yang akan datang.
Rumusan persoalan yang lain adalah perlu pengkajian partisipasi
stakeholders dalam pengembangan monumen Kapal LTD. Dalam prosesnya,
terlebih dahulu ditelaah konsistensi persepsi dari stakeholders, motivasi yang
melatarbelakanginya, tingkat partisipasi selama ini dan keterkaitannya dengan
Model LEAP dari UNESCO. Kajian konsistensi ini menilai derajat kekonsistenan
tiap pihak dalam menanggapi kuesioner/wawancara yang diberikan oleh peneliti.
Penilaian ini didasarkan pada teori psikologi mengenai persepsi yang kemudian
akan diidentifikasi untuk menarik nilai objektivitasnya. Sedangkan motivasi tiap
stakeholders merupakan salah satu faktor untuk berpartisipasi.
1.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan dari studi ini adalah mengidentifikasi persepsi dan preferensi
stakeholders sebagai masukan untuk penyusunan konsep pengembangan
kawasan monumen Kapal PLTD. Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah:
• Mengidentifikasi persepsi stakeholders terhadap kondisi Kapal PLTD saat ini.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui sudut pandang stakeholders
terhadap Kapal PLTD sebagai sebuah kawasan monumen dengan segala
6
aktivitasnya, khususnya bagi penduduk desa, para pengunjung kapal,
instansi pemerintah, pemerhati, dan konsultan (PT. MACON). Persepsi yang
ingin diketahui meliputi fungsi kegiatan monumen, keterlibatan masyarakat,
serta perubahan yang diperkirakan terjadi pada rencana tata ruang yang
telah disusun. Keterlibatan masyarakat yang dimaksud adalah pendapat tiap
stakeholders mengenai keberjalanan peran serta yang dilakukan pemerintah
selama ini dan pihak-pihak yang seharusnya ikut berpartisipasi,
• Mengidentifikasi preferensi stakeholders dengan maksud untuk mengetahui
kecenderungan atau keinginan stakeholders terhadap potensi dan
permasalahan kawasan, perbaikan infrastruktur & pengembangan kawasan
di masa mendatang,
• Mengetahui derajat konsistensi persepsi stakeholders berdasarkan sisi
psikologi,
• Menilai tingkat motivasi tiap stakeholders dalam pengembangan monumen
Kapal PLTD,
• Menilai tingkat partisipasi stakeholders berdasarkan teori peran serta mereka
dalam pengembangan monumen, model LEAP, dan
• Merumuskan kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan, yang menjadi
masukan bagi penyusunan konsep pengembangan kawasan monumen
Kapal PLTD. Kesimpulan ini berasal dari persepsi dan preferensi
stakeholders, analisis konsistensi persepsi, penilaian tingkat motivasi dan
partisipasi stakeholders, kajian model LEAP, serta pertimbangan lain berupa
kondisi kawasan saat ini, konsep perancangan makro BRR dan teori yang
berkaitan dengan itu.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi lingkup materi & lingkup wilayah
studi.
1.4.1 Lingkup Materi Lingkup materi pada studi ini meliputi pemahaman terhadap karakter
kawasan monumen Kapal PLTD, penjajakan persepsi & preferensi stakeholders
dan perumusan kesimpulan dalam pengembangan kawasan monumen yang
mencakup aspek fisik dan non fisik.
7
Aspek non fisik yaitu,
• Aktivitas, yaitu pemahaman terhadap karakteristik kawasan monumen Kapal
PLTD menyangkut fungsi kegiatan dan pengembangan kawasan di masa
depan,
• Konsep pengembangan monumen di tempat lain dengan karakteristiknya
sebagai ruang publik, museum, dll,
• Sisi psikologi yang melihat kekonsistenan persepsi stakeholders, dan
• Kajian tentang partisipasi stakeholders dalam pengembangan monumen.
Sedangkan aspek fisik yaitu,
• Kebijakan dan konsep perancangan makro BRR mengenai pengembangan
kawasan monumen Kapal PLTD, yaitu berupa master plan kawasan yang
meliputi tematik kawasan, sirkulasi jalan dan pejalan kaki, mitigasi bencana,
serta penataan ruang kawasan tersebut,
• Tempat aktivitas, yaitu kondisi Kapal PLTD dan kawasan sekitarnya, dan
• Bangunan dan infrastruktur di dalam kawasan monumen Kapal PLTD, yaitu
kondisi rumah-rumah penduduk, fasilitas umum, jalan desa dan lingkungan;
kondisi utilitas yaitu jaringan drainase, air kotor, persampahan, dan listrik.
1.4.2 Lingkup Wilayah Studi Lingkup wilayah studi dalam penelitian ini adalah Dusun Tuanku Di Balik
Ayei, Desa Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh. Desa ini
dibatasi dengan:
• Sebelah Utara : Desa Punge Jurong dan Jalan Iskandar Muda
• Sebelah Timur : Krueng (sungai) Doy dan Kelurahan Sukaramai
• Sebelah Barat : Desa Blang Oi
• Sebelah Selatan : Desa Lamtemen Timur
Untuk lebih jelasnya, peta orientasi desa ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.
8
LEGENDA
U
DESA PUNGE BLANG CUT
Lokasi Kapal PLTD
Batas Ling.Tuan Di Balik Ayei
Sungai Doy
Kawasan pengembanganmonumen Kapal PLTD
GAMBAR 1.1
PETA ORIENTASI KAPAL PLTD
Tanpa SkalaSumber: MAPFRAME ADB & BAPPENAS 2005,
PT. Macon 2006
PL 40Z1 TUGAS AKHIRPROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
SAPPKINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2008
KE ULEEHEUE
Jalan Di Kandang
DESA LAMTEMEN TIMUR
KEL. SUKARAMAIKEL. SUKARAMAI
L
PUNGE JURONGPUNGE JURONG
KE LAMTEMENKE LAMTEMEN
LINGK. KRUENG DOYLINGK. KRUENG DOY
LINGK. LAMPOH LUBOKLINGK. LAMPOH LUBOK
LINGK. TUAN DI BALIK AYEILINGK. TUAN DI BALIK AYEI
LINGK. TUAN DI KANDANGLINGK. TUAN DI KANDANG
LINGK. TUAN DI PAKEHLINGK. TUAN DI PAKEH
Jl. Sultan Iskandar Muda
Jl. Sultan Iskandar Muda
Kec.Lueng Bata
Kec. Ulee Kareng
Kec.Kuta Raja
Kec. Meuraxa
Kec.Jaya Baru Kec.
Banda Raya
Kec.Baiturrahman
Kec.Kuta Alam
Peta Administrasi Banda Aceh
DESA BLANG OIDESA BLANG OI
Kec. Syiah Kuala
Fadly Haley Tanjung154 03 002
9
1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Metode Pendekatan Studi Untuk mencapai tujuan studi yaitu mengidentifikasi persepsi dan
preferensi stakeholders sebagai masukan untuk penyusunan konsep
pengembangan kawasan monumen Kapal PLTD yang lebih bersifat opini, maka
digunakan metode analisis deskriptif dan kualitatif. Menurut Pontoh (2004) dalam
Catatan Kuliah PL2103 Statistik dalam Perencanaan, analisis deskriptif
merupakan sebuah metoda statistik untuk mempelajari tata cara penyusunan dan
penyajian data yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. Sedangkan analisis
kualitatif menurut Kountour (2004) ialah menggunakan peneliti sebagai instrumen
penelitian dengan alur analisis secara induktif (khusus ke umum). Adapun
tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam studi ini adalah sebagai berikut:
a) Melakukan penelusuran literatur, tugas akhir, tesis, dan jurnal mengenai
persepsi dan preferensi dalam kegiatan perencanaan dan pengembangan
kawasan monumen. Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui konsep
pengembangan suatu kawasan monumen, sejarah dan kondisi fisik kapal,
terminologi ruang publik, teori psikologi terkait persepsi stakeholders,
gambaran umum Desa Punge Blang Cut, serta peran persepsi dan preferensi
dalam kegiatan pengembangan kawasan. Dasar-dasar teori ini kemudian
digunakan sebagai landasan pemetaan stakeholders, pemahaman terhadap
karakteristik kawasan studi, penyusunan perangkat survei, dan pemberian
masukan bagi penyusunan konsep pengembangan monumen Kapal PLTD.
b) Mempelajari karakteristik wilayah studi untuk mengetahui potensi dan
permasalahan kawasan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
monumen di masa mendatang. Data-data yang dikumpulkan mengenai:
• Kondisi Kawasan Saat Ini.
Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mengenali sejarah, kondisi,
potensi, dan permasalahan kawasan. Data-data yang diperlukan adalah
unsur fisik kapal, infrastruktur, fasilitas umum & permukiman di Dusun
Tuan Di Balik Ayei, Desa Punge Blang Cut. Pengumpulan data dilakukan
melalui observasi lapangan & penelusuran terhadap literatur terkait
secara normatif di luar sudut pandang stakeholders.
• Kebijakan dan Konsep Perancangan Makro Pengembangan Kawasan
Warisan Tsunami oleh BRR (dengan konsultan PT. Agoralima).
10
Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mengetahui kebijakan dan
konsep apa saja yang diarahkan secara umum terhadap Kawasan
Monumen Kapal PLTD. Data-data ini diperoleh dari BRR dan akan
dianalisis secara deskriptif untuk melihat sejauh mana kebijakan yang ada
mendukung pengembangan kawasan.
Berdasarkan tinjauan-tinjauan tersebut maka dapat disimpulkan
mengenai potensi dan permasalahan dalam pengembangan kawasan
monumen Kapal PLTD. Potensi dan permasalahan ini akan menjadi bahan
pertimbangan dalam kegiatan penggalian persepsi dan preferensi
stakeholders.
c) Menentukan stakeholders yang akan diambil persepsi dan preferensinya.
Menurut IP3 (Institute for Public Private Partnership) dalam Purboyo (2004),
pemilihan stakeholders dilakukan berdasarkan kelompok kepentingan dan
keeratan hubungan stakeholders terhadap kawasan. Kepentingan disini yang
menyangkut persepsi dan preferensi stakeholders. Kelompok kepentingan
dibagi menjadi dua yaitu, primer dan sekunder. Kelompok primer adalah yang
terkena atau dipengaruhi langsung dari keberadaan isu. Sedangkan
kelompok sekunder adalah yang memiliki kemungkinan terkena dari
keberadaan isu yang diteliti.
Berikut pemetaan stakeholders kelompok primer, yang terpilih adalah:
• Penduduk desa terpilih karena mereka adalah pihak yang terkena dampak
langsung dalam proses pengembangan monumen kapal ini. Mereka
merupakan aktor utama yang menentukan apa saja yang ingin dan tidak
ingin dibangun di desa mereka.
• Pengunjung kapal terpilih karena mereka yang diperkirakan dipengaruhi
oleh pembangunan monumen dan pihak yang akan menikmati keberadaan
monumen ini kelak.
• BRR terpilih sebagai institusi pemerintah nasional yang menangani seluruh
proyek pembangunan rekonstruksi pasca bencana di Aceh. Hal ini terkait
dengan program penyusunan rencana tata ruang desa yang dicanangkan
BRR, yang di dalamnya termasuk Desa Punge Blang Cut. Selain itu BRR
juga yang menyusun konsep perancangan makro dari pengembangan
monumen ini.
11
Sedangkan stakeholders kelompok sekunder yang terpilih adalah:
• PT. MACON sebagai pihak yang dapat memberikan gambaran sisi
konsultan terhadap kasus ini, walaupun tidak cukup merepresentatifkan
konsultan, tapi PT. MACON terlibat langsung mendampingi warga selama
proses penyusunan rencana tata ruang Desa Punge Blang Cut pada Juni
2006 lalu.
• Pemerintah Kota Banda Aceh terpilih karena merupakan instansi yang
berkepentingan dalam pembangunan kota.
• Bappeda Kota Banda Aceh terpilih karena merupakan aktor pelaksana dan
pengawas tata ruang kota.
• Pemerhati terpilih karena mereka melakukan penelitian dan menjadi pihak
yang berpengaruh terhadap perencanaan kawasan warisan tsunami ini.
Setelah diketahui stakeholders yang terkait, maka dapat diturunkan kepada
persepsi dan preferensi yang ingin diketahui dalam penelitian ini. Persepsi
penduduk desa dan pengunjung kapal menyangkut keberadaan kapal, fungsi
kegiatan monumen dan keterlibatan masyarakat. Persepsi PT. MACON
mengenai keterlibatan masyarakat dan dampak kawasan terhadap tata ruang
desa yang telah disusun. Persepsi instansi pemerintah dan pemerhati yaitu
menyangkut keterlibatan masyarakat dan fungsi kegiatan monumen.
Sedangkan preferensi yang ingin didapat menyangkut potensi dan
permasalahan kawasan, perbaikan infrastruktur & pengembangan kawasan
di masa datang.
d) Kajian mengenai konsistensi persepsi stakeholders
Setelah diketahui persepsi dan preferensi stakeholders, maka selanjutnya
dapat dilakukan analisis konsistensi persepsi yang menggunakan teori
psikologi secara umum. Hal ini dilakukan berdasarkan kondisi yang terjadi di
lapangan pada saat pengumpulan data. Pemahaman mengenai teori ini
diperoleh dari berbagai literatur terkait.
e) Kajian mengenai motivasi stakeholders
Analisis ini menggunakan input berupa tingkat konsistensi persepsi
stakeholders yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu juga mengacu
pada variabel peran/posisi setiap stakeholders dalam pengembangan
monumen ini.
12
f) Penilaian tingkat partisipasi stakeholders
Sebelum menilai tingkat partisipasi stakeholders, terlebih dahulu melakukan
kajian partisipasi stakeholders dalam pengembangan monumen. Kajian ini
menggunakan suatu program yang dicanangkan UNESCO sejak 1998
bernama LEAP (Local Effort And Preservation) Model. Pengkajian model ini
penting karena di Indonesia belum pernah diterapkan dan dapat menjadi
pedoman dalam mengembangkan kawasan bersejarah Kemudian dari kajian
tersebut akan dirumuskan variabel ideal yang seharusnya dilakukan oleh
setiap pihak. Selanjutnya melihat konsistensi antara hasil yang didapat
dengan tingkat motivasinya. Selain itu, juga mengacu pada teori peran serta
stakeholders yang diperoleh dari berbagai literatur.
g) Perumusan masukan bagi penyusunan konsep pengembangan kawasan
monumen Kapal PLTD. Masukan ini disusun berdasarkan persepsi dan
preferensi stakeholders, analisis konsistensi persepsi, analisis motivasi
stakeholders terhadap pengembangan kawasan monumen, dan kajian
partisipasi dengan mempertimbangkan model LEAP. Selain itu didasari oleh
pertimbangan lain seperti kondisi kapal terkini, kebijakan dan konsep
perancangan makro BRR terhadap kawasan monumen Kapal PLTD, serta
teori yang relevan dengan itu.
Untuk lebih jelasnya, kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 1.2.
1.5.2 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dalam studi ini dibagi
menjadi tiga tahap. Tahap yang pertama, adalah pengumpulan data dan
informasi dengan cara studi literatur sehingga diperoleh kajian teoritis yang
berkaitan dengan pengembangan monumen, terminologi ruang publik, teori
psikologi terkait persepsi, serta kajian mengenai persepsi dan preferensi
stakeholders.
13
GAMBAR 1.2 KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN
14
Tahap kedua adalah pengumpulan data dan informasi dengan melakukan
survei data sekunder kepada instansi-instansi yang terkait dengan
pengembangan monumen Kapal PLTD seperti BRR, Pemerintah Kota dan
Bappeda Kota Banda Aceh. Survei ini dilakukan untuk mencari data-data
sekunder mengenai pengembangan monumen Kapal PLTD yang dapat berupa
kebijakan, peraturan, surat keputusan, serta data-data lainnya mengenai
kawasan.
Tahap yang ketiga adalah pelaksanaan observasi kondisi di lapangan dan
survei data primer yang dilakukan dengan cara pembagian kuesioner kepada
penduduk desa dan pengunjung, serta wawancara dengan stakeholders terkait
seperti BRR, Pemkot, Bappeda, PT.MACON dan para pemerhati kawasan.
Perbedaan metode pengambil data tersebut disebabkan berbedanya karakteristik
tiap kelompok stakeholders. Untuk penduduk desa dan pengunjung kapal yang
membutuhkan eksplorasi mendalam dan dengan bahasa yang lugas, dilakukan
dengan kuesioner. Sedangkan untuk instansi pemerintah, konsultan dan
pemerhati yang kondisinya lebih formal, dilakukan dengan wawancara. Namun
substansi kedua metode ini sama, yaitu untuk mengetahui persepsi dan
preferensi mereka. Observasi yang dimaksud adalah dengan menggunakan
indera penglihatan tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kuesioner dipilih
karena dapat memungkinkan eksplorasi atau penjelasan dari makna konsep,
serta menemukan sifat dan ukuran dalam data (Strauss & Corbin, 2003).
Kuesioner yang disebar merupakan jenis kuesioner campuran dimana
pertanyaan yang ada bersifat tertutup dan terbuka (Rukhiyat & Somadin, 2002).
Pertanyaan bersifat terbuka berkaitan dengan persepsi sehingga jawaban
responden tidak dibatasi dan dapat digali lebih luas lagi. Sedangkan pertanyaan
tertutup berkaitan dengan preferensi seperti pilihan responden sudah diarahkan
untuk menjawab, namun seringkali dipakai kombinasi keduanya. Wawancara
menggunakan tipe terstruktur yaitu pewawancara menetapkan sendiri masalah
dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan (Moleong, 2006). Perangkat
kuesioner untuk responden penduduk desa dan pengunjung kapal dapat dilihat
pada Lampiran.
15
Selanjutnya dapat diturunkan pada pengambilan data setiap stakeholders
yaitu sebagai berikut:
• Penduduk Desa Punge Blang Cut
Metoda pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling.
Menurut Kountour (2004), simple random sampling adalah cara pemilihan
sampel dimana anggota dari populasi dipilih satu persatu secara acak (semua
mendapatkan kesempatan yang sama untuk dipilih) dimana jika sudah dipilih,
tidak dapat dipilih lagi.
Unit yang digunakan sebagai sampel adalah rumah tangga (KK) dengan
asumsi dalam satu rumah mempunyai pandangan yang sama. Sasaran
responden adalah kepala keluarga yang diasumsikan lebih mengetahui
masalah yang terjadi. Berdasarkan informasi dari Kepala Desa, warga yang
memperhatikan masalah pengembangan monumen kapal ini hanya penduduk
di Dusun Tuanku Di Balik Ayei saja. Menurut data kependudukan desa sampai
Mei 2007, populasinya berjumlah 377 KK dengan 1181 jiwa. Untuk itu
dibutuhkan sampel untuk mewakili populasi yang akan disurvei tersebut
(Rukhiyat & Somadin, 2002). Dalam menentukan jumlah sampel digunakan
rumus Slovin (dalam Zikriyyah, 2006) dengan menggunakan tingkat
kepercayaan 90%. Adapun rumus Slovin adalah sebagai berikut:
n = N
N(d²) + 1
dimana : n = jumlah sampel yang harus diambil
N = jumlah populasi
d = derajat realibilitas (d = 100% - tingkat kepercayaan)
dengan demikian jumlah sampel yang diperlukan adalah:
n = 377 = 79
377(0.1²) + 1
Dari perhitungan didapat jumlah sampel total yang harus disurvei adalah
sebanyak 79 KK, dibulatkan 80 KK di Dusun Tuanku Di Balik Ayei, Desa
Punge Blang Cut. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 26-28 Juli
2007 pukul 09.00-16.00 WIB. Dalam proses tersebut, peneliti menemui
kendala terhadap 10 responden yang telah ditetapkan menjadi sampel.
Ternyata sampai waktu yang ditentukan tidak ada di tempat dan dari informasi
yang didapat, mereka telah pindah rumah. Mengingat keterbatasan waktu,
16
biaya dan tenaga yang dimiliki, peneliti memutuskan mengambil responden di
luar sampel yang telah ditentukan. Latar belakang dan justifikasi pengambilan
10 responden tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6.
Pertanyaan persepsi pada kuesioner menyangkut keberadaan kapal, fungsi
kegiatan monumen dan keterlibatan masyarakat. Pertanyaan preferensi pada
kuesioner menyangkut kecenderungan atau keinginan penduduk terhadap
potensi dan permasalahan kawasan, perbaikan infrastruktur, & pengembangan
kawasan pada masa mendatang.
• Pengunjung Kapal
Populasi dari pengunjung kapal tidak diketahui dengan pasti (tidak ada data
resmi). Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode pengambilan sampel
berdasarkan teori Kachigan (1986) yang mensyaratkan minimal 30 orang
responden untuk menghasilkan distribusi sampel yang mendekati normal. Dari
jumlah tersebut, peneliti membaginya ke dalam dua golongan, yaitu
pengunjung pada hari kerja (Senin-Kamis) dan akhir minggu (Jumat-Minggu).
Di tiap golongan akan diambil masing-masing 15 orang secara acak.
Pembagian golongan ini tidak mempengaruhi hasil analisisnya, distribusi ini
bertujuan untuk sebatas mencari heterogenitas responden karena peneliti
berasumsi kedua golongan tersebut mempunyai karaktersitik berbeda..
Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 29 & 30 Juli 2007 pukul 09.00-
16.00 WIB.
Pertanyaan persepsi pada kuesioner menyangkut fungsi kegiatan monumen
dan keterlibatan masyarakat. Pertanyaan preferensi menyangkut potensi dan
permasalahan kawasan, perbaikan infrastruktur dan pengembangan kawasan
pada masa yang akan datang.
• Wakil Instansi Pemerintah dan Para Pemerhati Kawasan Warisan Tsunami
Pengumpulan data akan dilakukan dengan metode purposive sampling
kepada wakil-wakil instansi. Sedangkan teknik pengambilan responden
dilakukan secara random. Menurut Mulyana (2001:187), metode purposive
sampling termasuk salah satu jenis pengambilan sampel nonprobabilitas.
Disebut sebagai nonprobabilitas karena peneliti tidak bertujuan untuk
mengeneralisasikan temuan penelitian. Metode ini dipilih karena hanya sedikit
orang yang mengetahui dan mengikuti perkembangan rencana
pengembangan monumen Kapal PLTD tersebut.
17
Oleh karena itu, dipilih para aktor yang sering terlibat dengan permasalahan
tersebut yaitu wakil dari: Pemerintah Kota Banda Aceh, Bappeda Kota Banda
Aceh, dan BRR NAD-Nias. Pada instansi Pemkot diketahui bahwa orang yang
memahami masalah ini ada tiga orang (Walikota dan dua orang kepala
bagiannya), sementara di Bappeda ada empat orang (Kepala dan tiga orang
kepala bidangnya). Oleh karena itu diambil satu orang secara acak di tiap
instansi. Pada instansi BRR, permasalahan ini ditangani langsung oleh
Direktur Operasional BRR sehingga beliau yang diputuskan menjadi
responden. Sedangkan para pemerhati kawasan warisan tsunami yang dipilih
adalah wakil dari Tim Pembangunan Museum, Situs dan Monumen Tsunami
yang telah ditetapkan oleh Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral RI No.2702 K/73/MEM/2006. Dari 17 orang anggota tim, dipilih secara
acak dan yang terpilih adalah Ibu Andonowati. Selain itu perwakilan akademis
yang dipilih adalah Ibu Myra P.Gunawan yang pernah melakukan penelitian
terkait pengembangan kawasan warisan tsunami. Penggalian persepsi wakil
instansi pemerintah dan pemerhati menyangkut fungsi kegiatan monumen dan
keterlibatan masyarakat. Sedangkan penggalian preferensi mereka
menyangkut potensi dan permasalahan di sekitar kawasan, perbaikan
infrastruktur, dan pengembangan kawasan pada masa mendatang.
• Wakil Konsultan (PT. MACON)
Posisi PT. MACON adalah perusahaan konsultan yang mendapat kontrak
pekerjaan penyusunan rencana tata ruang Desa Punge Blang Cut dari Asian
Development Bank (ADB). Hal ini mengacu pada Proyek ETESP P-23
(Earthquake and Tsunami Emergency Support Project Package 23) ADB TA
002-INO, Grant 0002. Pengambilan data wakil konsultan juga dilakukan
dengan metode purposive sampling dan pengambilan responden dilakukan
dengan acak. Dari tiga orang yang mengetahui permasalahan ini, terpilih
Bpk.Eko Pranoto yang menjabat sebagai Team Leader proyek tersebut.
Penggalian persepsi PT. MACON menyangkut fungsi yang sesuai dengan
kawasan monumen, perubahan terhadap rencana tata ruang desa dan
keterlibatan masyarakat. Sedangkan preferensi yang diambil tentang potensi
dan permasalahan kawasan, perbaikan infrastruktur, serta pengembangan
kawasan pada masa mendatang. Untuk lebih jelasnya, kerangka pendekatan
studi dari penelitian ini dijelaskan pada Tabel I.1.
18
TABEL I.1 KERANGKA PENDEKATAN STUDI
Sasaran Identifikasi Cara
Memperoleh Data
Metode Analisis Keluaran
Identifikasi persepsi stakeholders terhadap kondisi Kapal PLTD saat ini
Pengetahuan Kapal PLTD sebagai sebuah kawasan monumen; keberadaan kapal, potensi & permasala-han kawasan, fungsi yang sesuai dengan kawasan sekitar kapal, peraturan & konsep perancangan makro BRR
Melalui kuesioner, wawancara, dan diskusi informal
Pemetaan stakeholders, analisis deskriptif terhadap hasil kuesioner. Menyusun kategori dan sintesisasi
Persepsi stakeholders mengenai fungsi kegiatan dan keterlibatan masyarakat
Identifikasi preferensi stakeholders terhadap kondisi Kapal PLTD saat ini
Kecenderungan atau keinginan stakeholders terhadap jenis kegiatan, perbaikan infrastruktur, dan program pengembangan kawasan
Melalui kuesioner, wawancara, diskusi dan informal
Pemetaan stakeholders, analisis terhadap hasil kuesioner. Menyusun kategori dan sintesisasi
Preferensi stakeholders terhadap potensi & permasalahan kawasan,perbaikan infrastruktur dan program pengembangan kawasan di masa mendatang
Mengetahui tingkat konsistensi persepsi stakeholders
Teori psikologi umum mengenai persepsi
Studi literatur Analisis deskriptif dan sintesisasi
Derajat konsistensi persepsi stakeholders
Mengetahui tingkat motivasi tiap stakeholders dalam pengembangan monumen Kapal PLTD
Memakai dasar tingkat konsistensi persepsi & peran/posisi stakeholders dalam pengembangan monumen
Studi literatur Analisis deskriptif dan sintesisasi
Penilaian tingkat motivasi stakeholders untuk berpartisipasi
Menilai tingkat partisipasi stakeholders
Teori peran serta masyarakat dalam pengembangan monumen, model LEAP
Studi literatur Analisis deskriptif dan sintesisasi
Penilaian tingkat partisipasi stakeholders
Perumusan masukan bagi konsep pengembangan kawasan monumen Kapal PLTD
Persepsi& preferensi stakeholders, analisis konsistensi persepsi,kajian motivasi stakeholders & tingkat partisipasinya
Melalui observasi lapangan, penelusuran literatur, artikel, jurnal, internet, survei ke instansi pemerintah, kuesioner, wawancara, dan diskusi informal
Mempertim-bangkan persepsi dan preferensi stakeholders sebagai masukan terbesar. Melihat kaitan & dukungan teori, Model LEAP, kebijakan dan konsep makro BRR, serta data terkini kondisi kawasan Kapal PLTD
Masukan bagi penyusunan konsep pengembangan kawasan monumen Kapal PLTD yang terdiri dari aktivitas dan partisipasi stakeholders di masa datang
Sumber: Hasil Analisis, 2007
19
1.5.3 Metode Analisis Data Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penelitian ini menggunakan
analisis kualitatif, yaitu dengan teknik teori-dari-dasar (grounded theory technic).
Menurut Mulyana (2001), teori-dari-dasar dapat dianggap sebagai salah satu upaya
serius untuk mengembangkan metodologi interaksionis simbolik. Teknik metodologis
penting dalam penelitian teori-dari-dasar karena melakukan proses perbandingan
secara tetap dan di dalamnya setiap bagian data saling dibandingkan satu sama lain.
Moleong (2006) mengutarakan bahwa salah satu tujuan yang hendak dicapai
melalui analisis perbandingan ialah generalisasi empiris dari suatu fakta. Mengingat
generalisasi itu tidak hanya menetapkan batas penerapan teori-dari-dasar.
Melainkan lebih dari itu, generalisasi membantu memperluas teori sehingga secara
umum menjadi lebih aplikatif dan memiliki daya penjelasan serta peramalan yang
lebih besar. Secara umum menurut Glaser & Strauss (1980), proses analisis
datanya mencakup:
• Reduksi Data
Identifikasi satuan (unit). Satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data
yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian. Satuan
yang diteliti dalam studi ini yaitu persepsi, preferensi, analisis konsistensi dan
motivasi. Persepsi yang ingin diketahui meliputi fungsi kegiatan monumen dan
keterlibatan masyarakat. Preferensi stakeholders untuk mengetahui
kecenderungan atau keinginan stakeholders terhadap potensi dan permasalahan
kawasan, perbaikan infrastruktur & pengembangan kawasan di masa mendatang.
Analisis konsistensi menilai derajat kekonsistenan tiap pihak dalam menanggapi
kuesioner/wawancara yang diberikan oleh peneliti. Analisis motivasi untuk melihat
tingkat keseriusan stakeholders dalam pengembangan monumen ini. Sedangkan
analisis tingkat partisipasi untuk melihat besarnya peran serta yang telah
dilakukan selama ini. Aplikasi reduksi data telah dibatasi pada analisis-analisis
tersebut dan selanjutnya akan diteliti.
• Membuat coding (pengkodean)
Artinya memberikan kode pada setiap satuan agar tetap dapat ditelusuri datanya.
Pengkodean ini menurut Moleong (2006) tidak mutlak harus dilakukan, dengan
20
catatan data mentah masih tersusun dan diarsipkan sehingga masih dapat
ditelusuri. Pengkodean ini tidak dilakukan karena membutuhkan waktu yang
cukup lama dalam mendata hasil survei data primer satu per satu. Namun
demikian, data tersebut telah disusun dan diarsipkan dan masih dapat ditelusuri
kembali.
• Kategorisasi
Menyusun kategori. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke
dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan. Pemilahan yang dilakukan dalam
studi ini mengelompokkan jawaban responden perihal persepsi dan preferensi ke
dalam kelompok stakeholders, yaitu penduduk desa, pengunjung kapal, instansi
pemerintah, konsultan dan para pemerhati kawasan warisan tsunami.
• Sintesisasi
Mensintesiskan berarti saling mencari kaitan antara unit satu sama lain. Dengan
kata lain mencari hubungan, persamaan atau perbedaan antarpersepsi dan
preferensi stakeholders. Selain itu juga mencari kaitan antara persepsi, motivasi
dan penilaian tingkat partisipasi. Untuk melihat hubungan antarstakeholders
dilakukan dengan analisis perbandingan untuk ditarik benang merah. Dalam
mengolah data lapangan melakukan kompilasi melalui analisis deskriptif dalam
bentuk penyajian grafik. Selanjutnya analisis yang dipakai adalah kualitatif seperti
yang telah disebutkan diatas.
• Menyusun Kesimpulan
Hal ini dilakukan dengan jalan merumuskan suatu pernyataan yang proposisional.
Penarikan kesimpulan ini sudah merupakan teori substantif (yaitu teori yang
berasal dan masih terkait dengan data). Setelah dilakukan analisis keseluruhan
dari tiap stakeholders, teori substantif yang disusun pada penelitian ini dilanjutkan
dengan melihat tingkat konsistensi persepsi stakeholders dan motivasi mereka
dalam pengembangan monumen selama ini dan ke depannya. Kemudian di
bagian akhir akan dibahas kajian tingkat partisipasi stakeholders berdasarkan
variabel ideal yang mengambil dasar Model LEAP dari UNESCO.
21
Hasil penelitian melaporkan teori yang ditunjang dengan analisis-analisis dari data.
Kemudian dirumuskan dalam bentuk masukan bagi pengembangan monumen
dengan diskusi naratif tentang proses penelitian dan temuan-temuannya.
1.6 Sistematika Pembahasan
Setelah Bab 1 dibahas pada uraian di atas, maka pembahasan bab-bab
selanjutnya merupakan langkah-langkah untuk menjawab tujuan penelitian ini, yaitu
sebagai berikut:
BAB 2 Kajian Kepustakaan Tentang Persepsi dan Preferensi Masyarakat dalam Pengembangan Monumen Pada bab ini dilakukan kajian teori mengenai konsep pengembangan
monumen, peran serta dalam pengembangan monumen, persepsi dan
preferensi stakeholders dalam pengembangan monumen, yang kemudian
melihat sisi psikologi dari persepsi. Lalu masuk pada teori monumen sebagai
ruang publik, serta kebijakan dan konsep perancangan makro kawasan oleh
BRR. Pada bagian akhir terdapat teori Model LEAP dalam pengembangan
monumen.
BAB 3 Gambaran Umum Desa Punge Blang Cut dan Kawasan Kapal PLTD Bagian ini berisi gambaran Desa Punge Blang Cut pada umumnya dan
kawasan Kapal PLTD khususnya, meliputi sejarah dan kondisi kapal saat ini,
kondisi infrastruktur desa, fasilitas umum & permukiman yang berada di
sekitar kapal, serta potensi dan permasalahan dalam kawasan monumen
Kapal PLTD.
BAB 4 Persepsi dan Preferensi Stakeholders Bab ini berisi uraian mengenai hasil analisis persepsi dan preferensi
stakeholders yang terbagi dalam lima kategori yaitu penduduk desa,
pengunjung kapal, wakil dari konsultan (PT. MACON), wakil dari instansi
pemerintah dan para pemerhati kawasan warisan tsunami. Setelah itu akan
dipaparkan kajian psikologi mengenai konsistensi persepsi stakeholders dan
analisis motivasi stakeholders terhadap pengembangan monumen Kapal
PLTD. Di bagian akhir akan dibahas penilaian tingkat partisipasi stakeholders
22
yang menggunakan dasar LEAP Model dari UNESCO. Kemudian akan
melihat konsistensi partisipasi terhadap motivasi yang telah dipaparkan
sebelumnya.
BAB 5 Kesimpulan Studi Pengembangan Kawasan Monumen Kapal PLTD Bab ini berisi konsep pengembangan kawasan monumen Kapal PLTD yang
berasal dari persepsi dan preferensi stakeholders, analisis konsistensi
persepsi dan kajian motivasi stakeholders. Rekomendasi yang diberikan
terdiri dari aktivitas kawasan dan partisipasi stakeholders di masa datang
berdasarkan kajian model LEAP. Di samping pertimbangan lain berupa teori
yang relevan, kondisi terkini kawasan. Selain itu juga memuat kesimpulan,
keterbatasan studi dan saran studi lanjutan sebagai studi pendukung
penelitian ini.