pengoperasian pltd
TRANSCRIPT
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
0
DAFTAR ISI Halaman
1. Kinerja Pengusahaan PLTD 1
1. Pengertian Kinerja 3
2. Tujuan pengukuran Kinerja 3
3. Kinerja pengusahaan PLTD 3
2. Data Pengusahaan 4
3. Indikator Kinerja 5
4. Keandalan 17
4.1. Jumlah Gangguan 17
4.2. Faktor Keluar 19
4.3. Faktor Ketersediaan Operasi 19
5. Peralatan Ukur Listrik dan Mesin 21
5.1. Pengukuran Tahanan Isolasi 21
5.2. Pengukuran Tahanan Stator dan Rotor 27
5.3. Pengukuran tegangan dan frekuensi 28
5.4. Pengukuran Daya 32
5.5. Pengukuran Tahanan 34
5.6. Hi-Pot Test 34
5.7. Dial Gauge atau Dial Indikator 36
5.8. Pengukur Celah 37
5.9. Tapared Gauge 38
5.10. Mikrometer 38
5.11. Jangka Sorong 39
5.12. Pengukuran Temperatur 39
6. Mesin Diesel 40
6.1. Prinsip Kerja Mesin Diesel 40
6.2. Diagram PV 48
6.3. Diagram Katup 48
6.4. saat Penyemprotan 53
6.5. Daya Mesin Diesel 56
6.6. Urutan Pembakaran 56
7. Pengoperasian 59
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
1
1. KINERJA PENGUSAHAAN PLTD
SISTEM KELISTRIKAN PLN
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
2
SKEMA PERALATAN PLTD
BAGIAN SENTRAL PLTD
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
3
1.1. PENGERTIAN KINERJA
Pengertian kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang
diperlihatkan atau kemampuan kerja suatu peralatan.
Ada beberapa macam kelompok kinerja yang ditetapkan perusahaan. Oleh
manejemen kinerja itu dinilai,dan penilaian kinerja itu adalah performance
(unjuk kerja) yang diukur dengan target yang telah ditentukan dan
disepakati bersama. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran. Pola
pengukuran kinerja yaitu dengan membandingkan antara yang dicapai
dengan target yang telah ditentukan dan disepakati bersama. Selanjutnya
berdasarkan kreteria yang telah ditentukan, baik bobot maupun indikator
untuk masing-masing unit, maka diperoleh skor akhir. Skor akhir inilah yang
kemudian menjadi patokan untuk menempatkan ranking masing-masing unit
organisasi tersebut tentang kinerja yang dihasilkan selama tahun periode
yang ditentukan.
1.2. TUJUAN PENGUKURAN KINERJA
Maksud dan tujuan pengukuran kinerja :
Sebagai alat manajemen untuk mengetahui realisasi unjuk kerja dalam upaya pencapaian target yang telah ditetapkan.
Memberi gambaran hasil unjuk kerja pengelolaan unit tersebut di dalam pencapaian targetnya, sehingga dapat diambil langkah-langkah perbaikan baik teknis/operasional, bila hasil yang dicapai belum memuaskan.
Sebagai bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan yang lebih baik dimasa mendatang.
Sebagai dasar acuan manejemen untuk menilai tingkat keberhasilan unit organisasi maupun personil yang menanganinya.
1.3. KINERJA PENGUSAHAAN PLTD
Kinerja pengusahaan PLTD / SPD yang dimaksudkan disini adalah kinerja
operasi, karena itu didefinisikan sebagai kemampuan operasi dalam
memproduksi tenaga listrik (KWh) pada kurun waktu / periode tertentu.
Kemampuan operasi suatu PLTD / SPD tergantung pada kondisi dan. nilai -
nilai yang ditentukan terhadap efesiensi dan keandalan.
Sama halnya dengan kinerja pada aspek yang lain, untuk mengetahui
tingkat mana kinerja yang dicapai pada pengoperasian / pengusahaan
PLTD/SPD haruslah dilakukan pengukuran/penilaian. Hasil pengukuran
inilah yang dijadikan sebagai indikator kinerja. Indikator kinerja tersebut
diperlukan dan dimonitor dalam pelaksanaan operasinal sehari-hari, yang
tujuan akhirnya adalah untuk mengetahui keefisienan dan
keekonomisannya.
Untuk menilai kinerja suatu PLTD / SPD apakah masih mempunyai nilai
ekonomis maupun teknis maka kita mengacu kepada standard PLN (SPLN
111 - 4 : 1995).
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
4
2. DATA PENGUSAHAAN PLTD
Untuk pengukuran kinerja memerlukan data. Data tersebut diproleh dengan
mengumpulkan secara komulatif hasil pencatatan pengusahaan yang dilakukan
oleh para operator / petugas yang berkompoten, maupun yang terekam oleh
peralatan ukur.
Data-data pengusahaani secara komulatif inilah yang dijadikan sebagai dasar
untuk membuat perhitungan / pengukuran kinerja suatu PLTD / SPD. Data-data
pengusahaan dalam administrasi dibuatkan daftar / formulir-formulir. Adapun
data-data pengusahaan yang diperlukan dalam hal kinerja ialah :
Spesifikasi unit PLTD meliputi merk,type no.seri dan daya terpasang Jumlah produksi energi listrik bruto Jumlah pemakaian sendiri energi listrik Jumlah pemakaian bahan bakar perperiode Jumlah pemakaian minyak pelumas perperiode Jumlah / daya mampu unit pembangkit Beban puncak perperiode Jumlah jam keluar secara operasi Jam yang tersedia untuk operasi Jumlah jam operasi pembangkit Jumlah biaya pemeliharaan perperiode Jumlah jam keluar untuk pemeliharaan secara rutin (preventif) Daftar rencana pemeliharaan
Dari data-data operasi tersebut dapat diketahui / dihitung mengenai
Efisiensi Keandalan
Efisiensi secara umum adalah hasil perbandingan antara capaian dengan
sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan capaian tersebut,secara
singkat efesiensi adalah perbandingan antara output dengan input. Sasaran
efesiensi salah satunya adalah penghematan.
Beberapa indikator kinerja berikut ini dapat mencerminkan efesiensi
pengusahaan PLTD/SPD. Nilai indikator kinerja yang menggambarkan PLTD /
SPD dalam pengoperasiannya apakah masih dalam kategori menguntungkan
atau sudah merugikan dilihat dari segi pengusahaan mengacu pada SPLN 111 -
4 - 1995. Dalam SPLN 111 - 4 – 1995 tersebut diberikan batasan-batasan
nilai/harga yang wajar .
Keandalan merupakan suatu indikator tingkat kemampuan, kelancaran, ketahanan
maupun keamanan suatu SPD dalam operasinya untuk memproduksi tenaga listrik
(KWH) sesuai keperluan / target yang telah direncanakan.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
5
3. INDIKATOR KINERJA
Indikator kinerja pengusahaan PLTD/SPD dapat diklasifikasikan menjadi 2
bagian:
Indikator kinerja efesiensi dan Indikator kinerja keandalan
3.1. EFISIENSI
Indikator kinerja efesiensi terdiri dari
Faktor kapasitas (capacity factor) Faktor oproduktivitas (out put factor) Faktor beban (load factor) Konsumsi bahan bakar spesifik (specific fuel oil consumption) Faktor konsumsi minyak pelumas (specific lub oil consumption) Efisiensi thermal (thermal efficiency) Biaya pemeliharaan spesifik Faktor waktu pemeliharaan
Setiap indikator kinerja tersebut dalam periode tertentu ditentukan besarnya
target yang akan dicapai. Dalam menentukan capaian target faktor-faktor tersebut,
haruslah sesuai kondisi yang ada di pembangkit, karena faktor - faktor
pembangkit tersebut hanya dapat mendukung operasi sesuai kemampuan.
Berdasarkan faktor - faktor efisiensi kita dapat mengambil keputusan bahwa suatu
PLTD / SPD akan di operasikan atau tidak dengan nilai efisiensi yang ada.
Bila dalam suatu pusat pembangkit ada unit pembangkit yang mempunyai nilai /
faktor efisiensi kurang baik maka PLTD / SPD tersebut tidak perlu di operasikan /
cukuplah dijadikan sebagai unit cadangan, tetapi unit PLTD / SPD yang faktor
efisiensinya lebih baik.
Namun terkadang meskipun efesiensi dari pembangkit tersebut menunjukkan hasil
yang kurang baik tetap juga dioperasikan . Hal ini dibuat demikan karena ada
pertimbangan lain misalnya :
Untuk menghindari pemadaman karena daya cadangan tidak ada, sedangkan unit lain ada yang sedang mengalami pemeliharaan.
Untuk mengembangkan suatu daerah seperti listrik pedesaan yang unitnya terbatas Untuk menjaga keandalan sistem bila ada acara - acara penting contoh seperti
misalnya PLTD Senayan untuk mensuplai energi listrik kantor DPR bila ada acara penting / sidang.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
6
3.1.1. Faktor Kapasitas (Capacity Factor)
Faktor kapasitas ( Capacity Factor disingkat CF) adalah nilai atau angka hasil
perbandingan atau pembagian antara tenaga listrik yang diproduksi bruto dengan
kapasitas daya terpasang dan jumlah jam pada periode tertentu.
Faktor kapasitas merupakan tolok ukur besarnya pemanfaatan unit pembangkit
untuk memproduksi tenaga listrik secara keseluruhan dalam kurun waktu tertentu
berdasarkan daya yang tersedia.
Produksi bruto Energi listrik per periode
CF = -------------------------------------------------- x 100 %
Kapasitas unit terpasang x jam periode
Keterangan : Jam periode untuk waktu 1 tahun = 8760 jam
Atau
Jumlah produksi KWh bruto
CF = ------------------------------------------------- x 100 %
Kapasitas terpasang SPD (KW) x 8760 jam
Faktor kapasitas standard PLN untuk PLTD berkisar antara 55 - 65 %.
3.1.2. Faktor Produktivitas (Out put Factor)
Faktor produktivitas adalah hasil perbandingan / pembagian antara produksi
tenaga/energi listrik bruto (KWh) yang dibangkitkan generator dalam kurun waktu
tertentu (perperiode) dengan, kapasitas / daya terpasang dan jam kerjanya.
Jadi faktor produktivitas merupakan kemampuan memproduksi tenaga listrik dari
suatu SPD dalam periode tertentu dengan daya yang tersedia. Data hasil produksi
diambil dari catatan - catatan operasi atau dari laporan - laporan hasil operasi
yang dihasilkan oleh generator dan dijumlah dalam periode tertentu.
Faktor produktivitas secara normal antara 65 - 85 % dalam waktu operasi 1
tahun.
KWh Produksi bruto Faktor Produktivitas = ------------------------------------------ x 100 %
per periode (Out put Factor ) Kapasitas terpasang x jam kerja
atau
= ------------------------------------------------------ x 100 % (Out put Factor ) Daya terpasang SPD (MW) x jam pelayanan
Jumlah MWH bruto dibangkitkan
Jumlah MWH bruto
dibangkitkan
Faktor Produktivitas = ------------------------------------------------------ x 100 % (Out put Factor ) Daya terpasang SPD (MW) x jam pelayanan
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
7
BAGAIMANA PEMBEBANAN DAN TINGKAT KEANDALAN PLTD
PLTD : ..................................
SEKTOR/CABANG : ..................................
DAYA TERPASANG : .............................. ....
DAYA MAMPU : ..................................
UNI
T No
BERAPAKAH PRESENTASENYA
KETERANG
AN
FAKTOR
PRODUTIVIT
AS
FAKTOR
KETERSEDIAA
N
FAKTOR
KAPASIT
AS
OAF FOF
3.1.3. Faktor Beban (Load Faktor)
Faktor beban merupakan tolok ukur pemanfaatan daya pada saat beban tertinggi /
beban puncak (peak load) dalam memproduksi tenaga listrik (KWh) semaksimal
mungkin.
Jadi faktor beban merupakan nilai atau angka perbandingan / pembagian antara
produksi tenaga listrik (KWh) seluruh (bruto) dan beban tertinggi selama periode
kali jam selama per priode (1 tahun / 8760 jam).
KWh Produksi bruto per periode
Load Factor = -------------------------------------------------- x 100 %
Beban tertinggi per periode x jam periode
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
8
Secara normal faktor beban antara 55 - 74 % dalam periode (1 tahun / 8760
jam).
3.1.4. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (Specific Fuel Oil Consumption)
Konsumsi / pemakaian bahan bakar spesifik adalah pemakaian bahan bakar yang
digunakan untuk membangkitkan / memproduksi setiap satu satuan tenaga listrik
(KWh).
Pemakaian bahan bakar spesifik adalah untuk mengetahui tingkat pemakaian
bahan bakar pada suatu unit pembangkit tenaga listrik/PLTD, apakah unit tersebut
masih berada pada tingkat yang wajar sehingga menguntungkan atau sebaliknya.
Sebagai tolok ukur (pedoman) besamya nilai konsumsi bahan bakar spesifik
mengacu pada standard PLN (SPLN. 79 : 1987).
Pemakaian bahan bakar spesifik (Specific Fuel Oil Consumption) ini disingkat
SFC, dapat ditulis menjadi :
Pemakaian b.bakar sebenarnya per periode
SFC = -------------------------------------------------- (Lt / KWh)
KWh produksi bruto per periode
Pemakaian bahan bakar perlu mendapat perhatian serius , mengingat biaya
operasi yang terbesar ± 60 % adalah pemakaian bahan bakar, maka bila suatu
SPD angka pemakaian bahan bakar spesifik tersebut terlalu besar melebihi
standard SPD tersebut perlu perbaikan / pemeliharaan khusus.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
9
TABEL PEMAKAIAN BAHAN BAKAR SPESIFIK SATUAN
PEMBANGKIT DIESEL
Unit
No.
Kelas SPD
Pemakaian Bahan Bakar Spesifik ( SFC)
Beban 100 %
gr / kWh
Beban 75 %
gr / kWh
Beban 75 %
gr / kWh
1 PLTD Bakal 230 - 260 230 - 280 240 - 300
100 kW
2 PLTD Kecil
250 kW 230 - 250 230 - 250 240 - 290
500 kW 220 - 240 220 - 250 230 - 260
1000 kW 210 - 230 210 - 240 220 - 240
200 - 220 200 - 220 210 - 240
3
PLTD
Sedang
2500 kW 195 - 215 195 - 210 200 - 220
4000 kW 195 - 210 195 - 205 200 - 215
6000 kW 190 - 205 190 - 900 195 - 210
8000 kW 190 - 205 190 - 200 195 - 210
4
PLTD
Besar
12.000 kW 185 - 200 180 - 200 190 - 210
Sumber : SPLN 79 : 1987
Berat Jenis HSD = 0,84
Berat Jenis MFO = 0,9
3.1.5. Konsumsi Minyak Pelumas Spesifik (Specific Lub Oil Consumption )
Pemakaian minyak pelumas spesifik prinsipnya sama dengan pemakaian bahan
bakar spesifik yaitu pemakaian minyak pelumas yang digunakan sebenarnya
selama memproduksi setiap satuan tenaga listrik (KWh) yang dibangkitkan.
Pemakaian minyak pelumas spesifik merupakan nilai perbandingan atau
pembagian antara pemakaian minyak pelumas sebenarnya selama operasi dan
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
10
hasil produksi tenaga listrik bruto secara keseluruhan yang dihasilkan oleh
generator dalam satuan liter / KWh
Besarnya pemakaian minyak pelumas dapat kita lihat seperti pada SPL \ 79 : 1987.
Pemakaian minyak pelumas spesifik (Specific lub oil consumption) atau disingkat
SLC dapat ditulis menjadi :
Pemakaian minyak pelumas sebenamya per periode
SLC = ---------------------------------------------------------------- ( Ltr/Kwh )
KWh Produksi bruto per periode
Pemakaian minyak pelumas spesifik penting untuk mengetahui tingkat efisiensi
maupun kondisi pada bagian-bagian yang mendapatkan pelumasan terutama
dengan adanya gangguan kebocoran, clearance (celah) pada bearing - bearing,
keausan ring piston dll.
Untuk memantau pemakaian minyak pelumas spesifik yang terlalu besar juga
memperhatikan warna asap / gas buang, temperatur minyak pelumas, kebocoran
pipa pipa penyaluran.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
11
DATA - DATA SUATU PLTD
PL PLTD :……………..Sektor : …………Cabang : ……………Wilayah : ………
Merek Mesin Unit
No Daya Daya
Total
Terpasang S F C
Terpasang Mampu / Mampu
TABEL PEMAKAIAN MINYAK PELUMAS SATUAN PEMBANGKIT
DIESEL
No Kelas SPD
Pemakaian Minyak Pelumas
( pada beban 100%)
1tr/jam
1 PLTD Bakal
Kelas 100 kW 0,1 - 0,2
2 PLTD Kecil
Kelas 250 kW 0,3 - 0,7
501 kW 0,5 - 1,0
751 kW 1 - 1,5
1000 kW 1,5 - 2,5
3
PLTD
Sedang
2500 kW 2,5 - 4,5
4000 kW 6 - 11
6000 kW 6 - 12,5
8000 kW 7 - 20
4 PLTD Besar
12.000 kW 8 - 25
Sumber : SPLN :
1989
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
12
3.1.6. Efisiensi Thermal (Thermal Efficiency)
Efisiensi thermal merupakan tolok ukur pemanfaatan energi yang diberikan oleh
bahan bakar yang diproses pada mesin pembangkit (PLTD) menjadi energi yang
dapat dihasilkan oleh generator dalam bentuk energi/tenaga listrik (KWh) bruto.
Efisiensi thermal merupakan perbandingan antara tenaga/energi listrik (KWh)
yang dibangkitkan oleh generator secara keseluruhan per tahun / per periode
terhadap jumlah energi panas yang di gunakan oleh PLTD dalam
membangkitkan energi listrik tersebut per periode.
Jumlah energi thermal/panas yang digunakan oleh PLTD dalam membangkitkan
energi listrik merupakan jumlah pemakaian bahan bakar dan nilai kalor(panas)
yang dikandung oleh bahan bakar tersebut. Nilai kalor yang dikandung boleh
bahan bakar dinyatakan dalam satuan (KCal) .
Jadi jumlah eneri panas diperoleh dari pemakaian bahan bakar sebenarnya kali
nilai kalor jenisdari bahan bakarnya. Efesiensi thermal dinyatakan dalam
prosentase dan dinotasikan dengan notasi :ηth
KWh produksi bruto perperiode x 860
ηth = --------------------------------------------------------------- x 100 %
Pemakaian bahan bakar sebenarnya perperiode x (KCal)
Berat jenis HSD = 0,844
Nilai kalor bawah = 10,030 kcal / kg
Besarnya eftisiensi thermal menurut standar PLN(SPLN)111 - 4 - 1995 antara 35
- 40 %. Pada produksi mesin-mesin yang baru / modern maka faktor efisiensi
thermal selalu di tingkatkan di antaranya dengan cara :
Menggunakan turbo charger
Meningkatkan kwalitas pendinginan udara pembakaran,
Meningkatkan kwaltitas bahan/material ruang bakar dan laluan gas hasil pembakaran
Mengurangi hambatan-hambatan / mekanis (memperbaiki sistem pelumasan)
Adapun penyebab nilai efisiensi thermal rendah disebabkan adanya loses-loses
(kerugian-kerugian) panas akibat pembuangan panas , proses dan gesekan
mekanik.
Contoh seperti pada diagram neraca panas tergambar berikut. Kerugian -
kerugian panas tersebut diantaranya :
a. Panas yang ikut terbuang bersama gas buang ± 34 %
b. Panas yang diserap pendinginan air, turbo dan rumah katup ± 12 %
c. Panas diserap minyak pelumas (kerugian mekanik) ± 3,2 %
d. Panas yang diserap air pendinginan udara masuk ± 6,2 %
e. Kerugian panas pompa-pompa ± 1,8 %
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
13
f. Kerugian panas radiasi yang di pancarkan melalui body mesin ± 1,2 %.
g. Kerugian tenaga inertia fly wheel dan pengimbamg (counter wight) ±
0,4%
h. Kerugian alternator 1,4 %
Dengan adanya kerugian - kerugian tersebut maka produksi tenaga listrik oleh
alternator / generator sekitar 41,2 %.
Dari diagram neraca panas kita dapat mengevaluasi bagian-bagian kerugian
panas yang perlu pemeliharaan khusus untuk menghindari kerugian panas
yang nilainya besar.
Diagram Balan Panas
EXHAUST
GAS 34 %
ENGINE AND
STATION
AUXILIARIES
3 %
HEAAT IN
FUEL 100 %
ENGINE OUT PUT
OF FLYWEEL
41 - 2 %
STATION
OUT PUT
36 – 8 % RADIATION
LOSSES 1,2 %
ALTENATOR
LOSSES 1,2 %
JACKET WATER
TURBO CHARGER
VALVE CAGE
12 %
LUB OIL
3,2 %
CHARGE AIR
6,2 %
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
14
3.1.7. Biaya Pemeliharaan Spesifik
Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan / digunakan untuk
mempertahankan unjuk kerja suatu SPD agar SPD tersebut dapat di operasikan
secara normal dan aman.
Ada beberapa macam biaya pemeliharaan bila dilihat dari jenis pemeliharaan
seperti :
a. Biaya pemeliharaan rutin.
b. Biaya pemeliharaaa tahunan (overhaul).
c. Biaya perbaikan (adanya kerusakan).
d. Biaya modifikasi (untuk penyempurnaan operasi).
Biaya pemeliharaan spesifik merupakan biaya keseluruhan yang digunakan
untuk melakukan pemeliharaan setiap satuan daya (kW) atau satuan tenaga
listrik yang diproduksi (kWh).
Biaya total pemeliharaan
Biaya pemeliharaan spesifik = ----------------------------------- (Rp/kW).
Kapasitas (daya) terpasang
Atau
Biaya total pemeliharaan
Biaya pemeliharaan spesifik = -------------------------------- (Rp/kWh)
Produksi bruto periode
Nilai biaya pemeliharaan spesifik biasanya tergantung kondisi
seperti
Cara pengoperasian SPD Sistem metode pemeliharaan yang dilakukan untuk material (spare part)
yang dipakai Cara pembebanan
Tingkat profesionalisme pelaksana operasi dan pemeliharaan
Mutu jaringan / pengaturan tenaga listrik / dan lingkungannya.
Umur dari SPD.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
15
3.1.8. Faktor Waktu Pemeliharaan
Yang dimaksud waktu pemeliharaan adalah jumlah waktu secara komulatif yang
digunakan untuk bermacam-macam / jenis pemeliharaan terhadap SPD selama
periode pemeliharaan dengan tujuan mempertahankan unjuk kerja agar SPD
dapat beroperasi secara optimal dan aman.
Bermacam-macam pemeliharaan SPD seperti yang telah disebutkan diatas
diantaranya ialah :
a. Pemeliharaan rutin berdasarkan jam kerja
b. Pemeliharaan tahunan setiap 6000 jam kerja (TO, SO dan WO).
c. Pemeliharaan koreksi, adanya perlu modifikasi (penyempurnaan) guna
menaikan unjuk kerja.
d. Pemeliharaan perbaikan adanya kerusakan akibat
gangguan.
Gangguan dari dalam ( G D.D) Gangguan dari luar (G.D.C.) biasanya karena jaringan maupun petir.
Keterangan :
JSO = Jam Siap Operasi
JO = Jam Operasi
J SB = Jam Stand By
GDB = Gangguan Dari Dalam
GDL = Gangguan Dan Luar
HAR = Pemeliharaan Preventif dan Korektif
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
16
Faktor waktu pemeliharaan adalah nilai perbandingan atau pembagian antara
jumlah realisasi waktu yang digunakan untuk semua macam pemeliharaan
terhadap SPD dan waktu pemeliharaan yang telah direncanakan dalam suatu
periode kali 100 %.
Realisasi waktu pemeliharaan
Faktor waktu pemeliharaan = ------------------------------------- x 100 %
Rencana waktu pemeliharaan
Adapun besarnya faktor waktu pemeliharaan menurut standard PLN (SPLN 1l1 -
4 - 1995) adalah antara 8 - 100 %.
Bilamana faktor waktu pemeliharaan kurang dari standard kemungkinan ada
faktorfaktor lain di antaranya .
o Penundaan pemeliharaan untuk menghindari dari pemadaman karena ada SPD lain sedang dalam pemeliharaan, sedang cadangan daya tidak ada.
o Untuk menjaga keandalan karena pada hari / acara penting nasional atau ada kunjungan pejabat ke unit kerja.
o Dari data-data operasi SPD masih berada pada kondisi handal (normal), sehingga memungkinan pemeliharaannya ditunda, sehingga pemeliharaannya menggunakan metode berdasarkan kondisi (condition base maintenance)
o Kemungkinan material / spare part belum cukup tersedia
Dengan kondisi seperti hal-hal yang tersebut diatas, memungkinkan SPD
mengalami penundaan pemeliharaan.
Bila faktor waktu pemeliharaan lebih besar dari standard, kemungkinan SPD
sering mengalami gangguan - gangguan / kerusakan SPD. Hal ini diakibatkan
seperti yang telah disebutkan di depan atau ada pemeliharaan preventif.
Bila faktor waktu pemeliharaan lebih besar dari standard bisa terjadi dua akibat
:
Kemungkinan unjuk kerja naik adanya pemeliharaan praventif Kenumgkinan unjuk kerja menurun karena seringnya terjadi kerusakan /
gangguan pada SPD
Untuk rencana pemeliharaan bersama ini terlampir contoh formulir jadual
pemeliharaan.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
17
4. KEANDALAN
Keandalan merupakan suatu indikator tingkat kemampuan, kelancaran, ketahanan
maupun keamanan suatu SPD dalam operasinya untuk memproduksi tenaga listrik
(KWh) sesuai keperluan / target yang telah direncanakan.
Tingkat keandalan suatu SPD biasanya tergantung dari :
Daya mampu yang tersedia Fluktuasi dan kondisi beban Alat pengaman (proteksi) Tingkat keterampilan pelaksana Kondisi lingkungan maupun jaringan Mutu pemeliharaan
Untuk mendukung keandalan yang optimal maka perlu melaksanakan pemeliharaan
terhadap SPD sesuai petunjuk dari pabrik (instruction book). Semakin tinggi tingkat
pemeliharaan dan perhatian terhadap SPD tersebut, semakin tinggi pula keandalannya.
lndikator keandalan suatu SPD ada beberapa faktor diantaranya :
Faktor jumlah gangguan (outage faktor) Faktor keluar (force outage faktor) Faktor ketersediaan operasi (operating/availability).
4.1. Jumlah Gangguan
Yang dimaksud gangguan pada SPD ialah ketidak normalan kondisi SPD pada saat
beroperasi yang memungkinkan SPD trip (stop secara automatis) atau harus distop
keluar dari pengusahaan untuk pemeriksaan dan perbaikan .
Bila SPD gangguannya cukup berbahaya maka SPD distop secara emergensi
(darurat) untuk menghindari kemungkinan dari kerusakan yang lebih besar/fatal.
Jumlah gangguan merupakan komulatip dari gangguan - gangguan yang telah
terjadi dalam periode tertentu.
Ukuran sering tidaknya unit pembangkit mengalami gangguan dinyatakan dengan
Force Outage Rate disingkat FOR dan secara matematis ditulis sbb :
Jumlah jam unit terganggu
FOR = --------------------------------------------------------------------
Jumlah jam unit beroperasi + Jumlah jam unit terganngu
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
18
Apabila sebuah unit pembanmgkit mempunyai FOR = 0,07 maka kemungkinan unit
tersebut beroperasi adalah 1 – 0,07 = 0,93 sedangkan kemungkinannya mengalami
ganguan adalah 0,07.
Dengan demikian maka besarnya cadangan daya tersedia yang bisa diandalkan
tergantung juga kepada FOR dari unit pembangkit. Makin kecil FOR unit
pembangkit makin tinggi jaminan yang didapat, sebaliknya makin besar FOR unit
pembangkit tersebut makain kecil jaminan yang didapat.
Menurut standard PLN (SPLN 11 - 4 - 1995) jumlah ganguan dalam 1 tahun adalah
antara 5 - 10 kali. Gangguan SPD ini dapat disebabkan faktor dari luar yang disebut
gangguan dari luar (GDL) maupun gangguan dari dalam (GDD).
Penyebab gangguan dari dalam diantaranya :
Salah pengoperasian Pembebanan diluar kemampuan Putaran melampaui nominal Ada kebakaran dilingkungan SPD Ketidak normalan sistem-sistem Alat pengaman bekerja
Keterangan :
JSO = Jam Siap Operasi
JO = Jam Operasi
JSB = Jam Stand By
GDL = Gangguan Dari Luar
GDD = Gangguan Dari dalam
HAR = Pemeliharaan rutin (Preventif) maupun Korektif
(penyempurnaan)
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
19
4.2. Faktor Keluar
Jam keluar suatu SPD ialah jumlah waktu dari suatu SPD yang sedang beroperasi
terpaksa distop karena ada gangguan. Keterpaksaan keluar dari pengusahaan
SPD dinyatakan tidak layak operasi selanjutnya perlu mengalami pemeliharaan
Yang dimaksud faktor keluar ialah hasil perbandingan atau pembagian antara
jumlah jam keluar secara komulatif karena gangguan dalam periode dengan jam
dalam periode ( 1 tahun = 8760 jam).
Faktor keluar (forced outage factor disingkat FOF), dan secara matematika :
Jam keluar karena gangguan per periode
FOF = ----------------------------------------------------- x 100 %
Jam periode
Menurut standard PLN (SPLN 11 – 4 - 1995) = 5 – 20 % semakin besar faktor
keluar akan menurunkan faktor kapasitas dan akan menaikan faktor biaya
pemeliharaan spesifik dan faktor waktu pemeliharaan.
Jam keluar suatu pembangkit juga karena adanya pemeliharaan terencana
dikenal dengan Planned Outage factor disingkat POF, secara matematika
dirumuskan sbb :
Jam keluar karena terencana
POF = --------------------------------------- x 100 %
Jam periode
4.3. Faktor Ketersediaan Operasi
Daya tersedia dalam sistim tenaga listrik haruslah cukup untuk melayani
kebutuhan tenaga listrik dari para pelanggan. Daya tersedia tergantung kepada
daya terpasang unit –unit pembangkit dalam sistim dan juga tergantung kepada
kesiapan unit tersebut.
Karena unit pembangkit yang direncanakan tersedia untuk operasi dalam sistim
ada kemungkinan mengalami Force Outage / gangguan maka besarnya
cadangan daya gtersedia sesungguhnya merupakan ukuran keandalan operasi
sistim.
Ketersediaan operasi suatu SPD adalah waktu yang tersedia oleh suatu SPD
dalam kondisi siap di operasikan, kapan saja diperlukan untuk pembangkitan
tenaga listrik
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
20
Di dalam waktu ketersediaan operasi terbagi menjadi :
Jam operasi (JO) yaitu jumlah jam secara komulatif dalam periode dimana SPD betul – betul dalam keadaan beroperasi.
Jam stand by (JSB) jumlah jam secara komulatif dalam periode dimana SPD tidak dioperasikan tetapi dalam kondisi siap dioperasikan.
Faktor ketersediaan operasi ( Operating Availability Facto disingkat OAF )
suatu SPD adalah waktu jam siap suatu SPD dapat dioperasikan (jam
operasi + jam stand by) dalam suatu periode dibagi jam periode (8760
jam).
Jam Operasi (JO) + Jam Stand By (JSB)
O A F = - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - x 100 %
Jam periode (8760 jam)
Menurut SPLN 111 - 4 - 1995 antara 65 - 74 %.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
21
CONTOH DATA SINGKAT SUATU PLTD
5. PENGUKURAN LISTRIK DAN MESIN
5.1 Pengukuran Tahanan Isolasi.
Mengetahui besarnya tahanan isolasi dari suatu peralatan listrik merupakan hal
yang penting untuk menentukan apakah peralatan tersebut dapat dioperasikan
dengan aman.
Secara umum jika akan mengoperasikan peralatan tenaga listrik seperti generator,
transformator dan motor, sebaiknya terlebih dahulu memeriksa tahanan isolasinya,
tidak memperhatikan apakah alat tersebut baru atau lama tidak dipakai.
No MERK
MESIN
UNI
T
KE
DAYA
TERPASA
NG (KW)
DAYA
MAMP
U
(KW)
TOTA
L JAM
KERJ
A
JAM
KERJA
SETELA
H
OVERH
AUL
OVER
HAUL
TERA
KHIR
1 MWK I 904 800 5756 - -
2
ENTERPRI
SE II 500 440
102.65
8 658 S.O
3 M.A.N III 1040 700 78.206 206 T.O
4 G.M IV 1000 700 31.013 1.013 S.O
5 SWD V 1000 850 59.533 5.333 M.O
6 CUMMINS VI 400 350 6.019 - T.O
7 CUMMINS VII 400 350 5.360 - -
8 SWD VIII 2.296 2.200 34.177 4.177 M.O
9 SWD IX 2.296 2.200 33.307 3.307 M.O
10 SWD X 3.26 3.000 2.869 - -
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
22
Untuk mengukur tahanan isolasi digunakan Megger (Mega Ohm Meter). Isolasi
yang dimaksud adalah isolasi antara bagian yang bertegangan dengan yang
bertegangan maupun dengan bagian yang tidak bertegangan seperti body / ground.
Prinsip pengukuran Megger sama dengan ohm meter, yaitu memberi tegangan dari
alat ukur keisolasi peralatan, karena nilai resistance isolasi ini cukup tinggi maka
diperlukan tegangan yang cukup tinggi pula agar mengalir arus.
Tegangan pengukuran yang digunakan tergantung tegangan kerja dari alat yang
akan diukur.
Besar tahanan isolasi yang memenuhi persyaratan secara umum, ditentukan oleh
tegangan kerja dari peralatan tersebut.
Harga tahanan isolasi bervariasi tergantung dari kelembaban udara, kotoran dan
kwalitas material isolasi.
Tegangan untuk mengetes isolasi dapat diubah-ubah tergantung pada kelas isolasi
yang digunakan pada umumnya digunakan tegangan DC 500 Volt untuk mengukur
rangkaian tegangan rendah, juga tegangan DC 1000Volt sampai dengan DC 5000
Volt untuk rangkaian tegangan sampai dengan 6000 Volt.
Ada pun untuk mengetahui standart harga minimal hasil pengukuran tahanan
isolasi suatu peralatan dapat dihitung dengan menggunakan rumus pendekatan :
( 1000 . U )
R = ————— ∙ U ∙ 2,5
Q
Dimana :
R = Tahanan isolasi minimal.
U = Tegangan kerja.
Q = Tegangan Megger.
1000 = Bilangan tetap.
2,5 = Faktor Keamanan (apabila baru).
Contoh hasil pengukuran tahanan isolasi minimal.
Pengukuran menggunakan “Megger” dengan tegangan DC 500 Volt, 1000 Volt dan
5000 Volt, dengan memasukkan faktor keamanan (2,5), bila tegangan kerja 400 V,
maka :
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
23
( 1000 . U )
R = ————— ∙ U ∙ 2,5
Q
(1000 . 400)
R = —————— . 400 . 2,5 = 0,80 MΩ.
500
DAFTAR PENGUKURAN TAHANAN ISOLASI MINIMAL
No.
URAIAN
TEGANGAN
KERJA
TEGANGAN
MEGGER
TAHANAN ISOLASI
MINIMAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Generator I.
Generator II.
Generator III.
Generator IV.
Kabel generator I
Kabel generator II
400 Volt
400 Volt
6300 Volt
6300 Volt
400 Volt
6300 Volt
500 Volt DC
1000 Volt DC
1000 Volt DC
5000 Volt DC
500 Volt DC
5000 Volt DC
0,80 Mega Ohm
0,40 Mega Ohm
99,23 Mega Ohm
19,85 Mega Ohm
0,80 Mega Ohm
19,85 Mega
Ohm
Prosedur Pengukuran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan pengukuran adalah alat
yang diukur harus bebas tegangan AC / DC atau tegangan induksi, karena
tegangan tersebut akan mempengaruhi hasil ukur.
Perhatikan gambar 1. Megger Merk Metriso 5000 dan laksanakan sesuai prosedur
pengukuran sebagai berikut :
1) Check batere apakah dalam kondisi baik.
2) Mekanikal zero check pada kondisi megger off, jarum penunjuk harus tepat
berimpit dengan garis skala. Bila tidak tepat, atur pointer zero (10) pada alat
ukur.
3) Lakukan elektrikal zero check.
Pasang kabel test pada megger terminal (1) dan (3), serta hubung
singkatkan ujung yang lain.
Letakkan saklar pemilih (8) di posisi 500.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
24
Letakkan saklar pemilih skala (7) pada posisi skala 1.
On-kan megger, jarum akan bergerak dan harus menunjuk tepat keangka
nol, bila tidak tepat atur pointer (11). Bila dengan pengaturan pointer tidak
berhasil (penunjukan tidak mencapai nol) periksa / ganti batere.
Off-kan megger dan ulangi poin pengecekan elektrikal zero.
4) Pasang kabel test ke peralatan yang diukur .
5) Pilih tegangan ukur melalui saklar (8) sesuai tegangan kerja alat yang diukur.
6) On-kan megger, baca tampilan pada skalanya.
Bila skala 1 hasil ukur menunjuk, pindahkan ke pemilih skala 2, bila hasilnya sama
pindahkan ke skala 3, dan tunggu sampai waktu pengukuran yang ditentukan ( 0,5
– 1
menit)
atau
jarum
penunj
uk tidak
bergera
k lagi.
Catat
hasil
ukur
dan
kalikan dengan factor kali alat ukur, bandingkan hasil ukur dengan standard
tahanan isolasi. Harga terendah 1 MΩ / kV.
Insulation Tester Elektronik Insulation Tester Engkol
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
25
Gambar 6.1. Insulation Tester Elektronik dan Engkol
Bagian-bagian Insulation Tester Elektronik dan fungsinya :
(1) Function Selector Switch
Sebagai pemilih fungsi pengukuran tegangan AC atau DC Mega Ohm.
(2) Line Test Lead with Probe.
Kabel test yang pada probe-nya dilengkapi tombol untuk mengaktifkan alat.
(3) Earth Lead
Kabel test ke ground / earth.
(4) Tombol lampu pada Skala
Sebagai tombol untuk menghidupkan lampu pada papan skala.
(5) Skala Ukur
Sebagai papan skala pembacaan pengukuran.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
26
Bagian-bagian Insulation Tester Engkol dan fungsinya adalah :
(1) Skala Ukur
Papan pembaca skala pengukuran.
(2) Skala Selector Switch
Skala ukur pemilih skala petunjuk / jangkauan.
(3) Engkol
Untuk mengaktifkan generator atau sebagai pembangkit sumber tegangan
alat ukur.
(4) Range Selector Switch
Sakelar pemilih tegangan keluaran.
(5) Leod Terminal
Terminal untuk kabel-kabel pengujian / pengukuran.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
27
Gambar 1. Megger.
Keterangan gambar :
1. Socket out put + (positip).
3 Socket out put – (negatip).
4 Lampu indicator skala pengukuran 3.
5. Lampu indicator skala pengukuran 2.
6. Lampu indicator skala pengukuran 1.
7. Selektor skala pengukuran.
8. Selektor tegangan pengukuran.
9. Switch / tombol “On” dan “Off”.
10. Pengatur posisi awal jarum penunjuk.
11. Pengatur posisi jarum “Zero Calibrasi” pada test hubung singkat.
5.2. Pengukuran Tahanan Stator dan Rotor.
Tahanan Stator.
Buka tutup terminal pada frame stator generator, ukur nilai tahanan isolasi dengan
megger ukur dan sesuaikan tegangan megger mendekati tegangan kerja generator.
Misalnya : untuk tegangan generator 380 Volt gunakan megger ukur yang 500 Volt.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
28
Phasa R – ground = ~ MΩ.
S – ground = ~ MΩ.
T – ground = ~ MΩ.
Jadi kesimpulan untuk nilai tahanan isolasi antara phasa – ground = ~ MΩ.
Nilai minimal = ~ MΩ.
Ukur nilai tahanan isolasi dengan megger 500 Volt antara phasa dengan isolasi
pembungkus core, nilainya = ~ MΩ, nilai nominal = ~ MΩ.
Ukur nilai tahanan antara Ujung phasa R – R’ dengan nilai 0 MΩ.
Ujung phasa S – S’
Ujung phasa T – T’
Untuk kondisi kotor atau tidak kita bisa lihat fisiknya secara visual, artinya kalau kotor
kita bisa bersihkan dengan udara dari kompresor yang kering dengan tekanan kurang
dari 5 bar.
Jika kotoran tidak bisa diangkat maka kita harus menggunakan special solvent dan
divernis kembali, kemudian dipanasi / di oven, jika sudah siap maka kita harus
mengukur kembali dengan alat ukur tahanan isolasi atau megger.
Apabila tahanan isolasi rendah perlu diupayakan mencapai tahanan isolasi yang
dipersyaratkan / ditentukan.
Tahanan Rotor
Untuk mengukur tahanan isolasi rotor generator utama ini, maka kita harus melepas
kabel dari plat heatsink rotating dioda yang akan masuk ke kumparan rotor generator
utama, ukur nilai tahanan isolasinya antara kedua kabel tersebut dengan bodi, dengan
nilai tak terhingga MΩ.
Ukur dua ujung kabel tersebut antara positif dan negatif dengan nilai 0 MΩ.
5.2 Pengukuran Tegangan dan Frekuensi
Pengukuran Tegangan.
Alat ukur yang dipakai untuk mengukur potensial / tegangan antara dua titik, dinama-
kan volt meter. Jika akan mengukur potensial yang dibangkitkan oleh battery atau
akkumulator, volt meter dihubungkan pada kutub-kutub positif dan negatif dari battery
atau akkumulator tersebut, jadi volt meter disambungkan parallel pada potensial yang
akan diukur.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
29
Gambar 2 Cara pemasangan volt meter.
Karena volt meter dihubungkan langsung dengan potensial, maka volt meter harus
mempunyai tahanan dalam (tahanan dalam volt meter = Rv) yang sangat besar, atau nol,
sebab jika tidak demikian maka volt meter akan merupakan alat yang turut memakai aliran
dari battery atau akkumulator tersebut sehingga didalam battery atau akkumulator tersebut
akan kehilangan potensial yang akan mengakibatkan turunnya potensial pada kutub-kutub
positif dan negative battery atau akkumulator tersebut.
Dalam hal tersebut volt meter tidak mengukur potensial sebenarnya.
Pemasangan volt meter adalah parallel dengan beban yang terpasang (diambil titik-titik
sebelum beban ataupun sesudah beban).
Walaupun volt meter tidak rusak bila tersambung seri, namun hal ini perlu
dihindarkan karena tidak sesuai fungsinya.
Hubungan-hubungan yang menentukan tingkat tegangan pada suatu generator
sangatlah komplek, dan pada dasarnya tegangan keluar (V) bergantung pada :
1) Kecepatan Putaran (N).
2) Jumlah kawat pada kumparan yang memotong fluk (Z).
3) Banyaknya fluk magnet yang dibangkitkan oleh medan magnet (Q).
E = N . Z . Q . 10 – 8 Volt.
Pengukuran Frekuensi.
Pengukuran frekuensi dapat dilakukan dengan cara mempergunakan alat ukur
penunjuk dan alat ukur elektronis yang maju sanga pesat pada akhir-akhir ini
namun bab ini hanya cara-cara yang mempergunakan alat ukur penunjuk yang
akan dijelaskan.
a. Alat ukur frekuensi dari type lidah-lidah bergetar.
Bila sejumlah kepingan baja yang tipis membentuk lidah-lidah bergetar, dan
masing-masing mempunyai perbedaan-perbedaan frekuensi getarnya yang
relatip tidak jauh satu sama lainnya dibariskan dan kepadanya diberikan medan
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
30
magnit arus bolak-balik, maka salah satu dari lidah-lidah getar akan
beresonansi dan mem-berikan defleksi yang besar bila frekuensi getarnya,
adalah sama dengan frekuensi medan magnit bolak-balik tersebut.
Dalam perencanaan dari pada susunan lidah-lidah getar tersebut, pada
umumnya telah ditetapkan bahwa amplitude dari defleksinya akan menurun
sampai kira-kira 60 %, jika jarak perbedaan dan frekuensinya adalah 0,25 Hz
dari frekuensi resonansinya, jadi lidah getar yang beresonansi akan mudah
dapat dilihat.
Hal ini diperlihatkan dalam gambar 3, alat ukur yang demikian ini, disebut alat
ukur frekuensi dari type lidah-lidah bergetar.
Gambar 3. Kerja frekuensi meter jenis batang lidah getar.
Gambar 4. Prinsip suatu frekuensi meter jenis batang lidah getar..
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
31
Alat pengukur frekuensi dari type ini mempunyai keuntungan bahwa ia tidak
dipengaruhi oleh tegangan atau bentuk gelombang, akan tetapi penunjukannya,
adalah secara bertangga dalam 0,5 atau 1 Hz.
Satu kerugian yang lain adalah bahwa penunjukannya, tidak akan secara cepat
dapat mengikuti perubahan-perubahan frekuensi. Oleh karena sebab-sebab ini
maka alat pengukur frekuensi ini hanya dipergunakan untuk frekuensi-frekuensi
komersil.
Gambar 5. Frekuensi Meter Type Lidah Getar.
Hubungan frekuensi dengan banyaknya kutub magnit.
RUMUS PUTARAN
60 . F
N ( putaran ) : ——— = RPM.
P
P . N
F ( frequensi ) : ——— = Hz.
60
F . 60
P ( banyaknya kutub ) : ——— = pasang kutub.
n
F . 120
P ( banyaknya kutub ) : ——— = buah kutub.
n
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
32
Contoh :
Banyaknya kutub 4 buah, berarti 2 pasang kutub, rpm = 1500.
Banyaknya kutub 6 buah, berarti 3 pasang kutub, rpm = 1000.
Banyaknya kutub 8 buah, berarti 4 pasang kutub, rpm = 750.
5.4. Pengukuran Daya.
Beberapa hal yang biasa dikontrol selama pengoperasian unit pembangkit
diantaranya adalah beban. Beban yang dimaksud disini adalah besarnya daya
guna yang dihasilkan dalam Watt, KW atau MW dari suatu mesin pembangkit.
Untuk mengetahui besarnya daya guna dari tenaga listrik yang diserap oleh suatu
alat / peralatan listrik digunakan Watt meter, KW meter, atau MW meter.
Oleh karena daya guna antara lain adalah merupakan fungsi dari arus yang
melewati / mengalir pada alat / peralatan tersebut dan tegangan dimana alat
terhubung, maka pada setiap KW meter akan terdapat kumparan arus dan
kumparan tegangan sebagai komponen pokoknya. Gambar 6. memperlihatkan
prinsip sebuah KW meter.
Gambar 6. Prinsip KW meter.
A adalah klem arus, E klem tegangan, B kumparan arus, C kumparan tegangan, D
jarum penunjuk, F kern besi lunak untuk memperkuat medan magnit yang
ditimbulkan oleh arus , G pegas atas dan bawah berfungsi selain untuk membatasi
putaran jarum juga sekaligus sebagai kontak antara ujung-ujung
kumparan tegangan yang berputar dan klem tegangan sebagai sumber arus listrik
dimana alat / peralatan listrik terhubung.
Cara kerja dan KW meter, dapat di uraikan sebagai berikut :
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
33
Seperti halnya pada frekwensi meter jarum maka pinsip kerja dari KW meter juga
atas dasar bekerjanya sebuah motor listrik.
Perbedaannya adalah terletak pada kumparannya. Apabila pada frekwensi meter
jarum kedua kumparannya adalah merupakan kumparan tegangan akan tetapi
pada Kw meter terdapat kumparan tegangan dan kumparan arus, sehingga
besarnya medan magnit yang ditimbulkan sangat tergantung pada besarnya arus
yang mengalir melalui kumparan arus tersebut, walaupun medan magnit yang
ditimbulkan oleh kumparan tegangan praktis sama (tidak berubah), maka bila arus
yang mengalir pada kumparan arus makin besar (sesuai dengan besarnya alat /
peralatan listrik), maka medan magnit yang ditimbulkan oleh kumparan arus juga
makin besar, sehingga gaya tolak yang menyebabkan kumparan tegangan / jarum
berputar kekanan juga makin kuat, yang menyebabkan penyimpangan jarum
kekanan makin lebar.
Akan tetapi mengingat daya guna pada arus listrik bolak-balik sangat dipengaruhi
oleh factor kerja dari alat/ peralatan listrik itu sendiri.
Pemasangan pada tegangan menengah dan tinggi dilengkapi dengan current
transformator (CT) dan potensial transformator (PT).
Gambar 7. Kilo watt meter.
Daya Listrik yang dikeluarkan oleh Generator.
1) Daya Aktif, satuan watt, (KW).
2) Daya Semu, satuan VA, (KVA).
3) Daya Reaktif, satuan VAR, (KVAR).
Faktor daya (Cos φ), adalah perbandingan antara Daya Aktif dan Daya Semu.
Watt
Cos φ = ——
VA
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
34
5.5. Pengukuran Tahanan / Resistance
Pengukuran Tahanan adalah mengukur besaran suatu nilai tahanan penghantar
dengan satuan Ohm. Tahanan yang diukur dalam pemeliharaan generator adalah
besaran nilai tahanan kumparan stator per phase maupun tahanan penghantar
kumparan Rotor. Karena nilai tahanan pada kumparan stator maupun rotor kecil,
maka alat ukur Ohmmeter-nya harus mempunyai akurasi dan ketelitian yang tinggi.
Ada beberapa jenis alat ukur Ohmmeter yang dapat digunakan, diantaranya :
- Multimeter digital
- Wheastone Bridge
- Kelvin Bridge
Disamping pengukuran nilai tahanan kumparan stator maupun rotor, untuk
pengetesan tahanan RTD (Resistance Temperatut Detector) sebagai alat bantu
pengukuran temperatur kumparan stator.
RTD merupakan tahanan non linier, apabila terdapat kenaikan temperatur maka nilai
tahanannya menjadi rendah. Dari perubahan nilai RTD dapat digunakan sebagai alat
bantu pengukuran suhu pada kumparan stator.
Disamping RTD sebagai alat bantu pendeteksi temperatur dapat pula dengan
menggunakan “Thermocouple”.
5.6. Hi-pot test.
Bahwa belitan stator maupun rotor pada generator perlu dilakukan uji “ dielectric
strength test “ yang tujuannya untuk melihat kemampuan isolasi apakah masih baik
atau tidak untuk melindungi adanya tegangan tinggi pada belitan/kumparan terhadap
ground.
Untuk melakukan test ini alat yang dipakai biasa disebut “ hi-pot tester “ , hipotest ini
tegangan tinggi suplainya (source) ada AC dan DC, sebagai contoh berikut
rangkaian peralatan hi-pot test DC :
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
35
Standart tegangan test yang dilakukan, menurut standart IEC :
Vac = 2 Un + 1000 dan Vdc = 1,7 x Vac
Un = Tegangan nominal
Jika dikehendaki (dng perjanjian khusus) besar tegangan uji untuk mesin yang
di overhaul
UT = 500 V test applied for UN < 100 V
UT = 1.5 U, with minimum 1000 V, for UN ≥ 100 V
UT = test voltage
UN = Voltage rated of machine
Hi-pot test dilakukan selama 60 second dan selama dilakukan test tidak boleh terjadi
flash-over atau break down.
NEMA MG1 Part 22 Large Machine Synchronous Generator
Voltage rating from : 208 V to 13800 Volt, 60 Hz
KVA Rating from : 1.25 to 75 000 KVA
Speed from : 138 RPM to 3600 RPM
Test Voltage Armature Winding.
UT = 2 UN + 1000 V, Un = rated voltage
Field Winding Gen. with Slip Rings
Uex ≦ 500 Vdc . UT = 10 Uex,. UT min = 1500 V
Uex > 500 Vdc . UT = 4000 V + 2Uex
Assembled Brushless Gen. Field & Exciter
Uex ≦ 350 Vdc . UT = 10 Uex,. UT min = 1500 V
Uex > 350 Vdc . UT = 2800 V + 2Uex
Rotor Exciter
UT = 1000 V + 2Uex
Komponen (Diode, thyristor, dll) yang terpasang pada brushless exciter
dan field winding selama test harus dishort dan tidak di ground kan.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
36
Jika dikehendaki (dng perjanjian khusus) besar tegangan uji untuk mesin yang
di overhaul
UT = 500 V test applied for UN < 100 V
UT = 1.5 U, with minimum 1000 V, for UN ≥ 100 V
UT = test voltage
UN = Voltage rated of machine
Hi-pot test dilakukan selama 60 second dan selama dilakukan test tidak boleh terjadi
flash-over atau break down.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan test ini adalah sbb :
1. Yakinkan bahwa sebelum dilakukan test, kondisi kumparan Stator atau Rotor
dalam kondisi bersih dan kering, bebas dari debu dan kotoran atau serbuk logam.
2. Malakukan test ini harus ada persetujuan antara user dan manufacturer atau user
dan workshop.
3. Lokasi yang akan ditest harus bebas dari gangguan lalu lalang orang bila perlu
diberi tali pembatas.
4. Yakinkan peralatan test telah terhubung dengan ground.
5. Sebelum dilakukan test, terlebih dahulu cek tegangan output pada hi-pot tester.
6. Hi-pot test diaplikasikan antara winding dengan ground mesin, dan winding yang
tidak ditest harus digroundkan.
7. Hi-pot test biasanya dilakukan untuk belitan baru.
8. Test winding dilakukan antara phase-ground, dan circuit yang sedang tidak diuji harus dishort dan tidak diground, misal : Surge capasitor, CT, Arrester, dll. yang terhubung dengan terminal mesin harus dilepas dari connection.
9. Setelah melakukan test segera ujung kabel tester di discharge.
10. Selama dilakukan test jangan terjadi “ flash over “.
11. Jika mesin akan ditest ulang setelah diinstalasi, test voltage hanya diizinkan
sebesar 75 % X original test.
5.7. Dial Gauge atau Dial Indikator
Dial gauge adalah peralatan ukur yang berfungsi untuk mengetahui kelurusan,
kesebarisan atau kekasaran suatu bidang datar / bulat.
Peralatan ini pada pemeliharaan generator digunakan pada saat overhoul generator,
untuk mengetahui kelurusan poros atau pada kopling sambungan antar poros.
Adapun kons-truksinya seperti pada gambar berikut
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
37
Gambar 6.2. Dial gauge
Cara pembacaan dial gauge.
- Jika jarum besar berputar searah jarum jam berarti penunjukkannya adalah (+),
sedangkan kebalikannya adalah (-)
- Setiap satu kali putaran jarum besar berarti menunjukkan ukuran besar 1 mm,
dan jarum pada lingkaran kecil angka menunjuk 1 angka.
- Lingkaran luar/besar Dial Indikator dibagi menjadi 10 skala bagian (angka 1- s/d –
10), yang berarti setiap skala nilainya = 1/10 mm atau 0,1 mm.
- Setiap 1 skala (0,1 mm) dibagi menjadi 10 strip, maka nilai setiap strip = 0,1/10
mm = 0,01 mm atau = 1/100 mm.
- Misalnya jarum besar bergerak dari 0 ke skala angka 3 + 5 strip, maka besar
pengukuran adalah = 0,3 mm + 0,05 mm = 0,35
- Jumlah putaran jarum besar dapat diketahui dari penunjukkan jarum kecil.
Misalnya jarum besar berputar 4x, maka jarum kecil akan menunjuk angka 4.
Perlengkapan pendukung dalam pemasangan “dial gauge” seperti gambar berikut :
Dengan bantuan tuas pengikat gunanya untuk menem-
patkan Dial Indikator pada tempat yang dikehendaki.
Magnetic Base terbuat dari balok magnet yang bisa
diaktifkan magnetnya, yaitu posisi on berarti magnet
berfungsi dan off berarti magnet tidak berfungsi.
5.8. Pengukur Celah (Feeler Gauge)
Gunanya untuk mengukur gas atau celah antara permukaan kopling
1 set Feeler Gauge ini terdiri dari bilah-bilah besi plat tipis yang
mempunyai ketebalan mulai 0,05 mm sampai dengan 0,8 mm atau
dalam satuan inchi (0,002“ s/d 0,003”).
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
38
Cara mengukur celah dengan alat ini, yaitu Celah tersebut diisi
dengan bilah-bilah Feeler Gauge sampai penuh, selanjutnya bilah-
bilah Tersebut dijumlahkan.
5.9. Tapered Gauge
Tapered gauge ini berfungsi hampir sama dengan
Feeler Gauge yaitu untuk mengukur celah/gap antara
permukaan dua kopling, dengan cara menusukkan
Tapered Gauge tersebut kedalam celah.
Tapered Gauge terbuat dari bilah runcing dengan
panjang 100 mm dan lebar sisi pangkal = 10 mm.
Dengan demikian ketirusan sisi miring adalah :
10/100mm = 0,1 mm.
Artinya setiap 1 mm (strip) panjang gauge mempunyai
nilai setara dengan 0,1 mm gap.
Contoh :
Jika pengukuran gap dengan Tapered Gauge terbaca
pada angka 3 lebih 2 strip , berarti jarak celah /gap = 3
mm + 2/10 mm = 3,2 mm
5.10. Mikrometer
Mikrometer dipergunakan untuk mengukur jarak dengan sangat teliti. Ketelitian
mencapai ‘’ 1/1000, bahkan yang mencapai 1/10.000”.
Beberapa mikrometer mempunyai skala metris dan ketelitian ukur mencapai 0,01
mm.
Ukuran (Inggris) : 0 - 1”, 1”- 2”, 2”- 3”, dst.
Ukuran (metrik) : 0-25mm, 25-50mm, 50-75mm,
dan seterusnya.
Bagian-bagian Mikrometer seperti terlihat pada
gambar disamping.
Jenis-jenis mikrometer :
- mikrometer luar
- mikrometer kedalaman
- mikrometer bentang
- mikrometer
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
39
5.11. Jangka Sorong
Jangka sorong dipergunakan untuk
mengukur bidang luar, bidang
lubang dan
kedalaman. Ketelitian ukur dapat mencapai 1/100’’ atau 1/150’’ mm, ada skala
pembagian inchi, metrik atau digabungkan.
Pada skala inchi (milimeter) sorong dibuat 25 (50) pembagian yang ditempati oleh 24
(49) pembagian pada skala utama.
Berfungsi untuk mengetahui kelurusan bidang, baik bidang datar maupun tegak. Alat
ini merupakan tabung transparant yang diisi air dan sedikit ada rongga, untuk melihat
kelurusan bidang tersebut cukup melihat rongga yang terletak pada posisi tengah
5.12. Pengukuran Temperatur.
Untuk mendeteksi temperatur pada unit yang sedang beroperasi ataupun standby
digunakan alat pengukur temperatur yaitu thermometer.
Thermometer ini ada yang digunakan untuk alat kontrol (pendeteksi ) saja, yaitu
mengukur besarnya temperatur yang dimonitor, dan ada juga yang berfungsi
sebagai pengaman atau proteksi yang dapat memberikan signal atau Alarm ataupun
Trip yang disebut Thermo switch.
Thermo switch bekerja berdasarkan temperatur yang akan dapat memberikan signal
alarm atau pun trip pada temperatur tertentu, sesuai setting yang diinginkan.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
40
Pengukuran temperatur generator yang utama dilakukan adalah pada bearing
generatornya, karena bearing generator adalah suatu pendukung poros / rotor
generator utama sehingga mendapat prioritas monitor pada panel kontrol.
Sebagai kontrol / pengamatan kita terhadap kondisi bearing tersebut, maka kita akan
melihat dari hasil operasinya yaitu berapa nilai temperatur pada saat operasi dan
membandingkannya dengan data-data yang terdapat dalam manual book atau data-
data hasil komisioning tes.
6. MESIN DIESEL 6.A. PRINSIP KERJA MESIN DIESEL ( Siklus Mesin Diesel )
6.A..1. Pengertian mesin Diesel
Motor bakar adalah mesin yang menghasilkan tenaga mekanis dengan cara
melaksanakan proses pembakaran. Dari proses pembakaran akan diperoleh tekanan
yang tinggi sehingga dapat menghasilkan tenaga.
Mesin diesel adalah motor bakar dengan proses pembakaran di dalam mesin itu
sendiri (internal combustion engine) dan berbahan bakar solar. Udara murni
dimampatkan (dikompresi) dalam suatu ruang bakar (silinder) sehingga diperoleh
udara bertekanan tinggi serta panas, bersamaan dengan itu disemprotkan solar.
Bahan bakar yang disemprotkan berbentuk kabut tersebut akan bercampur merata
dengan udara panas sehingga terjadilah pembakaran.
Pembakaran yang berupa ledakan akan menghasilkan panas dalam ruang bakar
mendadak naik dan tekananpun menjadi tinggi. Tekanan ini mendorong piston
kebawah yang berlanjut dengan poros engkol berputar.
Bila dikaitkan dengan gerakan pistonnya untuk
mendapatkan satu kali proses tersebut maka mesin
diesel tersebut dibagi dalam 2 macam :
1. Mesin diesel 4 langkah
2. Mesin diesel 2 langkah
1.2. Mesin diesel 4 langkah
Gambar 1. Internal combustion
engine
Mesin diesel 4 langkah ialah :
mesin diesel dimana setiap satu kali proses usaha terjadi 4
(em-
pat) kali langkah piston atau 2 kali putaran poros engkol
Mesin diesel 2 langkah ialah :
mesin diesel dimana setiap satu kali proses usaha terjadi 2
(dua)
kali langkah piston atau satu kali putaran poros engkol
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
41
6.A..2. Mesin Diesel 4 langkah
A. Langkah pengisian Piston bergerak dari TMA ke TMB, katup isap terbuka dan katup buang tertutup,
sehingga udara bersih masuk kedalam silinder.
B. Langkah kompresi Piston bergerak dari TMB ke TMA, katup isap tertutup dan katup buang tertutup,
udara didalam silinder ditekan sehingga timbul panas. Akhir kompresi, bahan
bakar diinjeksikan keruang bakar sehingga terjadi pembakaran.
Gambar 2 . Prinsip kerja mesin 4 langkah
C. Langkah usaha
Pembakaran menghasilkan tekanan yang tinggi dalam ruang bakar, tekanan ini
mendorong piston dari TMA menuju TMB, melakukan usaha
D. Langkah pembuangan
Akhir langkah usaha katup buang terbuka, sehingga gas buang keluar melalui
katup tersebut, piston bergerak dari TMB menuju TMA.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
42
6.A..3. Mesin diesel 2 langkah
Gambar 3. Prinsip kerja mesin diesel 2 langkah
A. Langkah 1
Pengisian dan kompresi
Piston bergerak dari TMB menuju TMA, udara pengisian masuk melalui lubang
isap, kemudian disusul dengan kompresi, akhir kompresi bahan bakar
diinjeksikan ke ruang bakar sehingga terjadi pembakaran.
B. Langkah 2
Usaha dan pembuangan
Akibat adanya pembakaran dalam ruang bakar, tekanan yang tinggi mendorong
piston dari TMA menuju TMB melakukan usaha disusul dengan pembuangan.
6.B. DIAGRAM PV Siklus adalah suatu proses yang terjadi berulang-ulang secara kontinyu dan setiap
proses tersebut merubah kondisi gas didalam ruang bakar. Siklus dari suatu mesin diesel terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu : pengisian, kompresi,
usaha dan pembuang.
Siklus tersebut diilustrasikan dengan diagram “Tekanan Volume” atau disingkat dengan
diagram PV
Langkah pengisian
Langkah kompresi
Langkah usaha
Langkah pembuangan
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
43
Piston bergerak dari TMA ke TMB oleh perputaran poros engkol dan secara praktis
katup masuk terbuka sebelum mulai langkah isap.
Volume didalam silinder akan bertambah, tekanan turun lebih kecil dari tekanan
udara luar (vacum) menyebabkan udara masuk kedalam selinder melalui katup isap
Gambar 4. Siklus mesin diesel
1. Langkah isap
Untuk mengetahui bagaimana proses perubahan
tekanan dida-lam silinder itu terjadi mari kita
perhatikan uraian berikut ini :
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
44
V3 =Volume langkah
V = Volume ruang bakar
P = Tekanan
i = Gerakan langkah isap
Piston bergerak dari
TMB ke TMA, katup masuk dan katup buang
akan menutup, volume silinder mengecil dan
temperatur dan tekanan udara kompresi akan
bertambah. Pada akhir langkah kompresi mesin
diesel tekanan dalam selinder
30 bar dan temperatur 550 C.
Beberapa saat sebelum akhir langkah kompresi
bahan bakar diinjeksikan kedalam selinder, maka
akan terjadi atomisasi bahan bakar didalam
selinder karena semprotan bahan bakar yang
sangat cepat.
Campuran terbentuk karena atomisasi atau uap
bahan bakar dan udara panas akan dapat
mengawali pembakaran. Pada waktu piston
hampir mencapai TMA, campuran bahan
bakar/udara didalam selinder akan terbakar
dengan cepat.
k = Gerakan langkah kompresi
i
P
10
1
0
V3 V2
V
i
P
10
1
0
V3 V
2
V
k
c
Gambar 5. Langkah isap
2. Langkah kompresi
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
45
Gambar 6. Langkah kompresi
1.
Pada akhir langkah kompresi dan setelah terjadi
pembakaran spontan, piston untuk kedua kalinya
bergerak dari TMA ke TMB (langkah usaha)
Tekanan gas didalam selinder relatif tinggi
sehingga piston didorong ke bawah, piston
bergerak kebawah dan ruang didalam silinder
bertambah, tekanan dan temperatur gas akan
berkurang dengan cepat.
Energi panas akan di ubah menjadi energi
mekanik yang dapat memutar poros engkol.
u = Gerakan langkah usaha
Gambar 7. Langkah usaha
Sebelum piston mencapai TMB katup buang
terbuka, sehingga gas pembakaran akan
mengalir keluar melalui katup buang menuju
saluran pembuangan selanjutnya ke udara
luar.
Dengan terbukanya katup buang sebelum
akhir langkah usaha, maka gas bekas akan
mengalir keluar, pada waktu yang bersamaan
piston kembali bergerak menuju TMA.
Selama langkah buang, katup buang terbuka
dan sisa gas bekas akan terdorong keluar
oleh desakan piston. Karena tekanan didalam
silinder lebih besar dibanding udara luar,
maka diperlukan energi untuk menggerakan
piston, energi tersebut disuplai oleh Fly
Wheel atau dari silinder lainnya.
P
b
10
1
0 V
3 V
2
V
c1
c
i
P
10
1
0
V
3 V
2
V
c1
c
3. Langkah usaha
4. Langkah buang
Gambar 8. Langkah buang
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
46
6.B.1. Diagram PV ( Diagram indikator) mesin 4 langkah
Diagram ini menunjukkan hubungan antara Volume (V) dengan Tekanan (P) dalam
silinder pada tiap siklus.
Dari diagram indikator (P-V diagram) dapat dihitung besar tekanan indikator rat-rata
yang mendorong piston yang besarnya tergantung luas diagram indikator. Semakin
besar luas diagram berarti semakin besar pula tekanannya, semakin besar pula daya
indikatornya.
Diagram indikator mesin 4 langkah ideal pada gambar ini dianggap tidak ada
kerugian aliran udara pada waktu langkah pengisian (hisap) maupun langkah buang
sehingga tekanan pengisian dan trekanan buang sama dengan 1 atm.
Diagram diatas memperlihatkan hubungan
antara Volume (V) dan Tekanan (P) yang
ada diatas piston secara teoritis (ideal)
Keterangan :
V1 = Volume silinder (volume langkah pis-ton
volume + ruang bakar)
V2 = Volume ruang bakar
V3 = Volume langkah piston.
Pa = Tekanan udara luar (atmosfir)
I = Memperlihatkan proses pengisisan uda
ra sewaktu langkah isap
K = Memperlihatkan proses kompresi di
perlihatkan tekanan kompresi
maksimum adalah 35 bar, dilanjutkan
dengan pembakaran sampai 75 bar
Q1 = Artinya terjadi penambahan energi
yang cukup besar sewaktu terjadi
pembakaran pada akhir langkah
kompresi dan awal langkah buang
u = Garis yang memperlihatkan proses u
saha
b = (Kearah kiri) adalah proses pembua-
ngan gas asap.
V
2
V3
V
1
V
D2 i b Pa
35
75
Bar
s
Q
1
P
u
k
Gambar 9. Diagram PV (ideal)
mesin - diesel 4
langkah
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
47
Diagram Indikator sebenarnya Mesin Diesel 4 Langkah
Keterangan :
V3 = Volume langkah piston
V2 = Volume ruang bakar
C = Saat penyemprotan
C1 = Saat mulai pembakaran
D = Katup isap terbuka
F = Katup buang terbuka
I = pengisian udara
k = kompresi
u = usaha
b = pembuangan
Gambar 10. Diagram PV mesin diesel 4 langkah sebenarnya
Gambar diatas memperlihatkan diagram indikator yang sebenarnya, diagram ini diambil
dari hasil pembakaran mesin yang beroperasi dengan menggunakan alat indikator.
Luas diagram diatas mencerminkan tekanan yang bekerja di atas piston, dari sini kita
dapat mencari tekanan rata-rata.
6.B.2. Diagram PV mesin diesel 2 langkah
Gambar 11. Diagram PV (ideal) mesin diesel 2 langkah
V2
P
10
1
V3 V
c1
c
E
D
0 i
b
k
u
p
P
k
u
b
i
V3 V
2
TM
A
TMB
V
Gambar disamping
memperlihatkan diagram PV
(ideal) mesin 2 langkah
Keterangan :
i = Pengisapan
k = Kompresi
p = Pembakaran
u = Usaha
b = Pembuangan
V1 = Volume silinder
V2 = Volume ruang bakar
V3 = Volume langkah piston
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
48
Diagram Indikator Mesin 2 langkah
Keterangan :
A-B = Proses kompresi
B-C = Proses pembakaran
C-D = Proses Usaha (Kerja)
D-E = Proses Pembuangan
E-F = Proses Pembilasan
Gambar 12. Diagram PV (sebenarnya) mesin diesel 2 langkah
Pemasukan bahan bakar dan pengeluaran gas bekas terjadi pada awal langkah
kompresi dan akhir langkah usaha.
6.C. DIAGRAM KATUP
Pemasukan udara ke dalam selinder akan menyebabkan gas buang kehilangan daya
yang diperlukan, disebut rugi pemompaan. Untuk menurunkan tekanan balik ( back
pressure), maka pembukaan katup dibuat sebesar mungkin, ini khususnya penting dalam
kasus mesin 2 langkah karena proses buang keseluruhannya terjadi dalam bagian yang
kecil dari langkah piston dan pembilasan harus diselesaikan seluruhnya oleh tekanan
pengisian udara segar. Oleh sebab itu, mesin diesel 2 langkah biasanya menggunakan 2
atau 4 katup buang tiap silinder.
A1 = katup isap
A2 = Katup buang
B = Pegas katup
C = Rocker Arm
D = Push Rod
E = Valve Lifter
F = Camshaft
G = Gigi transmisi
J = Poros Engkol
Volume
A
Kg cm2
45
40
35
30
25
20
15
10
5
1
0
B C
D E F
Skala 1 mm = 1 kg/cm
A1 A2
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
49
Gambar 13. Katup dan kelengkapannya
Pada mesin 4 langkah, pembukaan katup buang tidak menjadi masalah, karena gas
buang dipaksa keluar dalam gerak positif dari piston selama langkah pembuangan.
Pembukaan katup isap perlu untuk diperhatikan agar tidak ada hambatan, karena
hambatan terhadap aliran udara tidak hanya menaikan rugi pemompaan tetapi juga
menurunkan densiti pengisian udara. Penurunan densiti pengisian udara berarti
berkurangnya berat oksigen yang tersedia tiap langkah pemasukan, akibatnya bahan
bakar yang terbakar berkurang dan daya maksimum yang dapat dibangkitkan
menjadi berkurang.
Kondisi ini makin berat dengan meningkatnya kecepatan mesin, rugi pemompaan
meningkat dengan cepat karena kecepatan yang tinggi dari aliran gas dan densiti
pengisian udara juga berkurang.
Pengaturan timing katup sangat penting untuk memperoleh kombinasi yang baik
antara daya, efisiensi, ekonomi dan umum mesin. Faktor kunci dalam mencapai
tujuan tersebut adalah proses pengisian, campuran bahan bakar dengan udara yang
tepat kedalam selinder.
Telah diketahui bahwa, mesin memerlukan bahan bakar, udara dan panas untuk
keperluan pembakaran didalam selinder, dan pembakaran tersebut menghasilkan
gas bekas yang harus dikeluarkan dari ruang bakar. Untuk mengatur pemasukan
dan pembuangan tersebut diatur oleh katup (Katup isap dan katup buang) lihat
gambar 13
Katup bekerja membuka dan menutup laluan fluida gas. Katup masuk bekerja
membuka dan menutup laluan udara yang masuk ke dalam silinder, sedangkan katup
buang bekerja membuka dan menutup laluan gas bekas ke luar silinder.
Kerja katup dalam tiap satu siklus dapat dilihat pada tabel berikut :
No. Nama Langkah Kerja Katup
K. Masuk K. Buang
1
2
3
4
Pengisian
Kompresi
Usaha
Buang
Membuka
Menutup
Menutup
Menutup
Menutup
Menutup
Menutup
Membuka
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
50
6.C.1. Diagram Katup mesin 4 langkah
.
Katup isap terbuka pada saat piston akan
mencapai titik mati atas (TMA) akhir langkah
buang
Gambar 15 . Katup isap - menutup
Katup buang terbuka saat piston akan
mencapai TMB (langkah usaha)
Gambar 17. Katup buang menutup
Katup buang akan
menutup setelah
piston melewati
TMA (pada awal
langkah isap)
Katup isap masih membuka hingga piston melewati
titik mati bawah (TMB) akhir langkah kompresi
Gambar 14. Katup isap mulai membuka
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
51
.
Gambar 20 adalah suatu contoh diagram katup yang
diambil dari mesin Diesel DAF
X = Titik Mati Atas (TMA)
10
49
A
B
C
46
Y
13
D
Gambar 16. Katup buang mulai
membuka
Diagram katup isap
Gambar 18 menunjukkan diagram katup isap
dengan besaran derajat yang ditunjukkan sebagai
A, dan B. Dalam hal ini katup isap membuka pada
posisi poros engkol 10O sebelum piston mencapai
TMA dan akan menutup pada posisi poros engkol
490 setelah piston melewati TMB. Jadi total waktu
katup isap terbuka adalah 10+ 180 + + 49 = 2390
Gambar 18. Diagram katup isap
Diagram katup buang
Gambar 19 menunjukkan diagram katup buang
dengan besaran derajat, dimana C = 460 dan D =
130.
Maksudnya katup buang menutup pada 460
sebelum TMB dan katup buang menutup pada
130 setelah TMA. Jadi total katup buang terbuka
adalah 13 + 180 + 46 = 2390.
Gambar 19. Diagram katup buang
Diagram katup
Jika diagram katup isap digabung dengan diagram
katup buang menjadi satu diagram disebut
diagram katup.
Karena timing katup mesim satu dan lainnya bisa
berbeda, maka akan berbeda pula diagram
katupnya. Hal ini sesuai dengan perencanaan dari
tiap type dan jenis mesinnya.
Gambar 20. Diagram
katup
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
52
Y = Titik Mati Bawah (TMB)
A = 10, Katup isap terbuka
B = 49, Katup isap tertutup
C = 46, Katup buang terbuka
D = 13, Katup buang tertutup
Katup isap terbuka = 10 +180 + 49 = 239
Kedua katup tertutup selama langkah kompresi dan langkah kerja :
180 - 49 = 131
180 - 46 = 134
Total = 265
Total katup buang terbuka :
46 + 180 + 13 = 239
Hal ini berarti putaran poros engkol :
239 + 265 + 239 = 743 untuk satu siklus lengkap
6.C..2. Diagram katup mesin 2 langkah
Pada mesin 2 langkah, piston berfungsi pula sebagai katup (katup buang dan katup
isap), namun kenyataannya untuk mesin diesel 2 langkah sekarang ini dilengkapi
dengan katup buang, sehingga piston hanya berfungsi sebagai katup isap.
Umumnya pembukaan katup buang ini lebih lama dibandingkan pembukaan katup
isap, hal ini dimaksudkan agar sisa gas pembakaran akan lebih leluasa untuk keluar.
Sehingga pada mesin 2 langkah sepanjang pembukaan katup isap, katup buang
juga membuka, keadaan ini disebut “ Saat Pembilasan” secara lengkap keadaan ini
dapat dilihat pada diagram katup mesin 2 langkah pada gambar 21.
Gambar 21. Diagram katup mesin 2 langkah
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
53
6.D. Saat penyemprotan ( injection timing )
Telah kita ketahui bahwa hasil dari pembakaran mesin diesel ditentukan oleh bahan bakar
(HSD), oxigen dan kompresi yang tinggi. Namun suatu hal yang tidak kalah pentingnya
adalah saat yang tepat menyemprotkan bahan bakar tadi, ini yang kita sebut dengan saat
penyemprotan (Injection timing). Bila saat penyemprotan tak tepat maka tidak mungkin
kita bisa mendapatkan daya optimal sebaliknya.
Apabila saat penyemprotan disetel tepat berarti mesin diesel tersebut akan mencapai
daya yang optimal, tercapai efisiensi bahan bakar, kondisi mesin normal dan awet
sehingga akan memperpanjang umur mesin dan menekan biaya pemeliharaan. Waktu
pemeliharaan bisa terencana sesuai dengan jadwal pemeliharaan dan juga akan
mencapai keandalan pada mesin pembangkit, pelayanan pada konsumen PLN akan
meningkat karena listrik tidak sering padam, lossespun akan bisa terkendali. Kerugian-
kerugian yang diakibatkan sering padamnya listrik akan dapat dikurangi apabila timing
injection pump normal.
Kapan sebaiknya penyemprotan bahan bakar itu dilakukan dengan tepat. Mesin diesel
mempunyai beberapa type dan kapasitas sesuai dengan disain pabrik pembuat, jadi
mengenai penyemprotan bahan bakar itu diatur sesuai dengan derajat poros engkol.
Masing-masing type mesin diesel berbeda bedasarkan pabrik pembuat dan disesuaikan
dengan kapasitas masing-masing mesin berdasarkan urutan pengapiannya (Firing Order).
Penyemprotan bahan bakar dapat dilakukan pada saat tekanan kompresi, katup masuk
masuk dan katup buang pada posisi tertutup, ruang bakar mencapai temperatur nyala,
volume didalam silinder menurun, tekanan dan temperatur udara naik. Pada akhir langkah
kompresi pada mesin diesel tekanan udara didalam selinder mencapai 30 bar dan
temperatur mencapai 550 C. Selama langkah kompresi piston bertugas menahan
udara didalam silinder (ruang bakar) dan pada roda gila dapat terlihat berapa derajat
poros engkol terbaca misalnya 22 sebelum mencapai titik mati atas (TMA) untuk mesin
diesel pompa injeksi bahan bakar akan bekerja menekan bahan bakar ke dalam silinder
dan terus akan mencapai kenaikan temperatur titik nyala.
Dan poros engkol terus berputar selama penyemprotan berlangsung. Selama
penyemprotan tekanan maximum didalam silinder naik 40 bar dan temperatur
pembakaran bisa meningkat mencapai 1500 C atau lebih.
Pemahaman yang lebih baik tentang apa yang terjadi dalam selinder mesin diesel selama
periode pembakaran dapat diperoleh dengan cara penyajian secara grafik, seperti pada
gambar 22.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
54
Gambar 22. Diagram pembakaran
Perubahan tekanan ditunjukan pada garis ordinat dan waktu ditunjukan sebagai aksisnya.
Gambar diatas menunjukan perubahan tekanan selama 180 yaitu dari 90 sebelum TMA
sampai 90 sesudah TMA.
Kurva titik-titik yang simetris pada sisi kanan menunjukan ekspansi pengisian udara tanpa
adanya bahan bakar. Setelah bahan bakar diinjeksikan dan terjadi pembakaran, maka
prosesnya akan terjadi 4 periode yang terpisah.
Periode pertama : Dimulai dari titik 1 sampai titik 2 yaitu bahan bakar mulai disemprotkan. Periode ini disebut periode persiapan pembakaran atau periode
kelambatan (delay periode). Periode keterlambatan penyalaan ini juga tergantung dari beberapa faktor antara lain pada mutu
penyalaan bahan bakar dan beberapa kondisi misalnya : kecepatan mesin dan perbandingan kompresi.
Periode kedua : Yaitu antara 2 dan 3.
Pada titik 2 bahan bakar mulai terbakar dengan cepat sehingga
tekanan naik dengan cepat pula dan sementara piston juga masih
bergerak menuju TMA. Selain itu bahan bakar yang terbakar juga
makin banyak, sehingga walaupun piston mulai bergerak menuju
TMB tapi tekanan masih naik sampai titik 3. Periode ini disebut
periode cepat.
Periode ketiga : Dinamai periode pembakaran terkendali, yaitu antara 3 dan 4 pada periode ini meskipun bahan bakar lebih cepat
terbakar, namun jumlah bahan bakar sudah tidak banyak lagi dan proses pembakaran langsung pada volume ruang bakar
yang bertambah besar.
Periode keempat : Yaitu periode dimana pembakaran masih berlangsung, karena
adanya sisa bahan bakar yang belum terbakar dari periode
sebelumnya walaupun sudah tidak ada pemasukan bahan bakar.
Perlu diingat bahwa tekanan rendah tidak hanya pengaruh dari timing injection pump saja,
tapi ada penyebab lain yang lebih dominan.
1. Injection delay, waktu yang dibutuhkan pompa injeksi untuk meningkatkan tekanan sampai dengan injektor membuka.
2. Ignition delay,waktu yang dibutuhkan pompa
3. Combustion under constant volume, atau lazim disebut pembakaran cepat.
4. Combustion under constant pressure, periode dimana sisa fuel terbakar. Disusul dengan penurunan tekanan dengan cepat
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
55
Agar dapat dicapai hasil daya optimal suatu mesin diesel yang terdiri dari beberapa
silinder diperlukan kinerja optimal setiap silindernya. Bila tidak seimbang atau terdapat
satu/dua silinder tidak baik maka akan membebani silinder yang lainnya.
Kondisi aktual dari pembakaran pada setiap silindernya harus dipantau secara periodik
dengan tujuan agar diperoleh kinerja mesin sampai optimal. Hal ini dapat dilakukan
dengan combustion press gauge atau peralatan yang lebih canggih lainnya.
Gambarr 23. Hasil combustion press
Pada kenyataan dilapangan hasil timing injection tidak selalu tepat sesuai dengan
manual/instruction book pabrik pembuat mesin.
Ada 3 macam kondisi timing injection : - Injection timing normal (firing point correct)
- Injection timing cepat (firing point too early) - Injection timing lambat (firing point too late)
Gambar 24. Injection Timing
Injection timing normal
Timing normal adalah langkah penyemprotan
bahan bakar mulai 220 sebelum TMA dilihat pada
roda gila dan diukur dengan menggunakan alat
pengukur tekanan pembakaran (diagram
pembakaran)
Injection timing cepat
Yang dimaksud timing cepat adalah proses
penyalaan pembakaran diruang bakar lebih besar
dari 220 sebelum TMA sehingga mengakibatkan
pembakaran lebih cepat dari waktu yang
ditentukan
Injection timing lambat
Yang dimaksud timing lambat adalah proses
penyalaan pembakaran diruang bakar lebih
kecil dari 220 sebelum TMA .
max. permissible 10
bar
below test report
value
1 2 3 4 5 6
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
56
6.E. DAYA MESIN DIESEL
Super charging
Dalam rangka meningkatkan daya dan mengoptimalkan kinerja suatu mesin diesel
diperlukan peningkatan pembakaran, sebab dari parameter yang menghasilkan daya
hanya tekanan pembakaran yang dapat diubah sedangkan lainnya tetap.
Peningkatan pembakaran dilakukan dengan memperbanyak oksigen dalam ruang bakar.
Hal ini dilaksanakan dengan memperbanyak udara yang masuk kedalam ruang bakar
disebut super charging. Memasukkan udara berlebih tersebut diupayakan tidak
mempengaruhi kinerja mesin diesel itu sendiri atau dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada yaitu dengan menggunakan gas buang sebagai tenaga penggerak. Peralatan ini
disebut turbo charger.
Kondisi udara yang masuk setelah melalui turbo charger akan mengalamikenaikan suhu
(panas), yang berarti kandungan oksigennya rendah (kurus), maka diperlukan pendingin
dengan peralatan charge air cooler.
6.F. URUTAN PEMBAKARAN (firing order)
Diatas sudah dibicarakan bahwa satu siklus motor diesel 4 langkah terjadi dalam dua
putaran engkol (720º) .
Bila motor bersilinder banyak (misalnya 4 silinder), maka dalam dua putaran engkol (720º)
tiap silinder akan mendapat giliran satu kali usaha. Agar diperoleh pendistribusian daya
yang seimbang sepanjang bentangan proses, giliran penyalaan ke 4 silinder tidak diurut
berdasarkan nomor silindernya 1-2-3-4, tapi dibuat berselang seling sedemikian rupa
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
57
sehingga oleh pabrik diperhitungkan akan diperoleh keseimbangan pendistribusian daya
pada poros mesin tersebut.
6.F.1 Mesin type in line
F.O. Mesin dapat dilihat pada plat nama mesin tersebut, misalkan satu mesin diesel
in line 4 langkah, 4 silinder, pada plat namanya tertera F.O = 1-3-4-2. Angka tersebut
menunjukan urutan pembakaran (dengan sendirinya juga berarti urutan langkah
usaha) mesin tersebut adalah sebagai berikut :
Dari selinder No.1 ……….silinder 3. ………..silinder 4…….. silinder No. 2 dan
kembali ke silinder No.1 secara khusus dapat digambar sebagai berikut :
Gambar 27. Firing Order mesin diesel 4 silinder
6.F.2. Mesin type ” V “
Untuk mesin type “V” urutan pembakaran diatur berselang seling antara silinder
deretan kiri (Left) dan kanan (Right). Umpamanya mesin enter prise 4 langkah 12
silinder Type “V” dengan
F.O. 1L 6R 5R 4L 3R 6L 1R 5L 2R 3L 4R
Dengan mengetahui urutan pembakaran (FO) dari suatu mesin yang bersilinder
banyak, kita dapat mengetahui : - 1. Bentuk engkol (susunan engkol)
- 2. Proses yang terjadi didalam tiap silinder
Contoh : Mesin Diesel 4 langkah 4 silinder
Dengan FO = 1 – 3 – 4 – 2 - Bagaimana bentuk engkolnya - Bagamana bentuk diagram FO nya
Silinder 1
Silinder 3 Silinder 2
Silinde 4
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
58
Dengan FO tersebut bentuk engkol adalah seperti gambar :
Gambar 28 Bentuk engkol mesin diesel 4 langkah, 4 silinder
Untuk mengambarkan diagram FO. terlebih dahulu harus dihitung interval
pembakarannya.
Internal pembakaran adalah jarak awal pembakaran satu silinder dengan silinder
berikutnya.
Satu siklus Internal pembakaran = -----------------------
Jumlah silinder
Untuk contoh diatas
720º
IP = ------------ = 180º
4
Maka Diagram FO adalah sebagai berikut :
SILINDER
NOMOR
PROSES YANG TERJADI DI DALAM SILINDER
1
USAHA
Buang
Isap
Kompressi
2
Buang
Isap
Kompressi
Usaha
3
Kompressi
Usaha
Buang
Isap
4
Isap
Kompressi
Usaha
Buang
720º
IP = ----
----- Z
2
1
3
4
1 - 4
3 - 2
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
59
Gambar 29 Diagram FO mesin diesel 4 langkah, 4 silinder
Pada diagram FO diatas dapat dibaca proses yang terjadi pada setiap silinder untuk suatu keadaan tertentu.
Sebagai Contoh untuk perputaran engkol 0º 180º
Pada Silinder 1 terjadi usaha
Silinder 2 terjadi buang
Silinder 3 terjadi kompresi
Silinder 4 terjadi isap
7. PENGOPERASIAN
Prosedur pengoperasian dari suatu SPD (Satuan Pembangkit Diesel) pada prinsipnya
sama, tapi dalam pelaksanaannya ada beberapa perbedaan, yang disebabkan karena
adanya perbedaan dari jenis dan jumlah alat bantu sebagai pendukung dari SPD
tersebut.
Untuk menghindari kesalahan pada saat mengoperasikan suatu SPD, kiranya diperlukan
suatu SOP (Standing Operation Prosedure) sebagai petunjuk yang harus diikuti oleh
operator dalam mengoperasikan suatu unit pembangkit.
Karena dengan menggunakan SOP maka kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
mengoperasikan akan menjadi semakin kecil.
Sebagai acuan dalam membuat suatu SOP adalah intruction manual (buku petunjuk)
yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat mesin.
Untuk mengoperasikan suatu SPD, haruslah dimengerti dan dipahami bagian bagian dari
SPD itu sendiri
Bagian utama SPD adalah :
Panel Kontrol Mesin Diesel, Generator dan Alat Bantu.
Mesin Diesel.
Generator dan Exciter.
Prosedur mengoperasikan SPD tersebut yang meliputi antara lain :
Persiapan, apa yang harus dilakukan pada saat periode persiapan.
Start, apa yang harus dilakukan dan dimonitor pada saat periode start.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
60
Pembebanan, apa yang harus dilakukan pada saat membebani SPD.
Stop, apa yang harus dilakukan pada saat menyetop suatu SPD.
Selain hal-hal tersebut diatas untuk pengoperasian suatu SPD haruslah mengetahui
batas-batas operasi dari unit tersebut.
Yang dimaksud dengan batas-batas operasi ini ialah, batasan harga/nilai suatu besaran
yang diukur, alarm ataupun trip dari tiap-tiap sistem atau peralatan.
A. PANEL KONTROL
Panel kontrol merupakan peralatan yang memonitor kerja mesin, generator dan
peralatan bantu untuk mengantisipasi terjadinya perubahan kerja pembangkit.
Ada beberapa jenis panel kontrol yang ada pada suatu SPD antara lain :
Panel kontrol mesin.
Panel kontrol generator.
Panel kontrol alat-alat bantu.
Pada panel kontrol mesin dapat memonitor kondisi dalam mesin maupun alat bantunya,
sedangkan panel kontrol generator memonitor kondisi generator dan kondisi jaringan
saat SPD tersebut beroperasi.
Pada panel ini ditempatkan peralatan yang berfungsi untuk memonitor ataupun
mengoperasikan suatu peralatan, dengan demikian pada panel kontrol ini akan dijumpai :
Meter-meter indikator.
Saklar atau tombol (push button).
Lampu Indikator
Fungsi dari meter-meter indikator ini adalah untuk mengukur/mendeteksi besaran seperti
temperatur, tekanan, putaran, tegangan baterai, dan besaran lainnya diukur, sehingga
kondisi unit pembangkit dapat beroperasi pada batas nilai yang diijinkan.
Untuk memudahkan pelaksanaan monitoring kondisi dari mesin, generator maupun alat
bantu, maka meter indikator ataupun saklar dari peralatan pada unit pembangkit
ditempatkan sesuai dengan kelompoknya.
Secara umum meter-meter indikator atau dapat juga disebut parameter yang terdapat
pada panel kontrol suatu SPD adalah:
A.1.Panel Mesin. :
1. Tekanan Pelumas.
2. Temperatur Pendingin Mesin.
3. Putaran Mesin.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
61
4. Pengisian Battery.
5. Emergency Stop.
6. Ketinggian Bahan Bakar.
7. Pengatur Putaran Mesin.
A.2.Panel Generator/ Listrik.
1. Tegangan Eksitasi.
2. Arus Eksitasi.
3. Teganan Generator.
4. Frekuensi Generator.
5. Arus Generator.
6. KW meter.
7. KVAR meter.
8. Cos φ.
9. KWh meter.
10. KVARh meter.
11. Kunci Syncron.
12. Lampu Syncron.
13. Tegangan Jaringan.
14. Frekuensi Jaringan.
15. Nol Volt meter.
16. Syncronoscope.
Panel control sangat besar pengaruhnya pada pengoperasian suatu SPD karena dapat
berkaitan dengan keamanan dan keselamatan kerja suatu SPD, hal ini disebabkan jika
ada salah satu parameter yang mengalami kerusakan akan mempersulit monitoring bila
terjadinya perubahan besaran yang diukur pada pengoperasian suatu SPD
B. OPERASI MESIN DIESEL
Mengoperasikan suatu SPD haruslah mengikuti S.O.P. (Standard Operation
Procedure) dari pembuat mesin, agar dapat bekerja,aman efesien dan optimal, sehingga
dapat beroperasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan sesuai desain pabrik
pembuat mesin tersebut.
Karena itu perinsip pengoperasian PLTD secara umum dapat dikatakan sama, yaitu
mengikuti prosedure / langkah – langkah yang harus dikerjakan sesuai dengan S.O.P.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
62
SPD yang bersangkutan. Kalaupun terjadi perbedaan langkah kerjanya, itu hanya
terletak pada sistim ;
1. Alat bantu,
2. Urutan pelaksanaan.
3. Parameter.
4. Proteksi
Perbedaan tersebut juga disesuaikan dengan jenis , demensi dan merk dari pabrik
pembuat SPD tersebut.
Pengoperasian PLTD kegiatannya terdiri dari ;
1. Menghidupkan mesin / Start up
1. Memparalel / Membebani SPD
2. Pemantauan dan Pengendalian / Monitoring dan
3. Mematikan mesin / Shut down.
B.1. Menghidupkan Mesin /Start Up.
B.1.1. Persiapan Start.
Periksa sistem suplai DC, periksa dan tambah air battery bila kurang, hidupkan
saklar-saklar charge battery, suplai DC, test lampu control, test alarm.
Pemeriksaan lengkap terhadap sistem pelumasan, sistem pendinginan, sistem bahan bakar dan sistem udara dan gas bekas. Pastikan bahwa peralatan-peralatan pada masing-masing sistem bekerja dengan baik dan dalam posisi yang benar.
Sistem minyak pelumas, tambah minyak pelumas dikarter bila
kurang, pelumasan turbo, governor, kompresor, pompa-pompa
listrik.
Sistem bahan bakar, tambah tangki harian bila kurang, atur katup-
katupnya pada posisi operasi.
Sistem dari pendingin, tambah permukaan tangki air penambah
maupun cooling tower bila kuarng, atur katup-katup pada posisi
operasi.
Sistem start, cerat/drain air, pada botol udara dan jalan kompresor
sampai tekanan 30 bar.
Jalankan pelumasan awal (primming pump).
Untuk mesin tertentu perlu diputar minimal 2 kali putaran guna
mungkin dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Lepas PMT/Penyulang.
Semua bagian yang bergerak dari mesin harus diperiksa, baik engenai letak,
posisi, setelannya termasuk kalau ada mur longgar, baut patah, sambungan
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
63
longgar, kebocoran-kebocoran. Hal ini perlu diingat bahwa tidak boleh sesuatu
yang harusnya erat ternyata longgar dan yang seharusnya bebas ternyata
malah ketat.
Seluruh peralatan perkakas dari papan perkakas harus diperiksa untuk
memastikan bahwa tidak perlu ada yang hilang. Karena selama dalam
pengoperasian ada peralatan yang diperlukan dengan segera atau ada yang
salah letak dan ketinggalan di atas mesin kemudian jatuh karena getaran dan
merusak beberapa bagian yang bergerak.
Fungsi synchronoscope dengan memberi tegangan dari busbar.
Jalankan semua alat-alat bantu (pompa minyak pelumas pompa air pendingin jacket dan valve cage, pompa BBM. Extractor fan dan Radiator fan).
Setelah semua pompa-pompa jalan periksalah apaka semua sistem bekerja dengan normal (tidak terjadi kebocoran).
Untuk mengetahui kebocoran air pendingin di dalam ruang bakar dan sekaligus menghindari terjadinya water slag maka bukalah kran indikator (indicator cock) kemudian putarlah poros engkol minimum dua kali putaran dengan mempergunakan alat pemutar (turning gear) yang ada pada fly wheel bila ternyata ada kebocoran air diruang bakar maka air tersebut akan keluar melalui kran indikator. Hal ini juga sekaligus untuk melumasi bantalan-bantalan secara merata dan mungkin bahwa poros engkol sudah bebas.
Setelah yakin tidak ada kebocoran air ke dalam ruang bakar, putaran dihentikan dan tutup kembali kran indikator dengan rapat-rapat.
Bebaskan fly wheel dari alat pemutar (turning gear)
Matikan alat pemanas (heater) pada generator untuk mesin baru atau mesin yang sudah lama tidak dioperasikan karena overhaul atau dan lain sebagainya. Selain hal-hal tersebut di atas maka perlu juga diperiksa :
1. Semua baut-baut utama 2. Defleksi poros engkol 3. Clearance pada katup-katup isap dan katup-katup buang 4. Saringan udara/pelumas/bahan bakar. 5. Tahanan isolasi generator
Bila persiapan tidak ada tanda-tanda gangguan dan pada lampu control
dipanel ready start menyala bahwa menunjukkan mesin dapat distart.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
64
B.1.2.Start atau menghidupkan SPD
Kalau dari beberapa kegiatan dalam program persiapan seperti di atas telah dilakukan dengan baik, maka sudah siap untuk dihidupkan / di start.
Prosedur untuk menghidupkan SPD secara umum adalah sebagai berikut :
1. Tunggu sampai tekanan minyak pelumas mencapai tekanan yang diijinkan (hal ini juga ditandai dengan menyalakan lampu pada panel mesin)
2. Buka kran udara start dari botol, angin ke mesin (untuk mesin yang dilengakpi dengan peralatan start dengan air)
3. Tarik/tekan atau putar hendel/tombol start dari posisi “start” maka mesin akan berputar dan bila putaran mesin telah mencapai (100 rpm) pindahkan handel/tombol dari posisi RUN UP maka putaran mesin akan naik hingga mencapai putaran normal, selanjutnya pindahkan handel/tombol dari posisi RUN UP ke posisi RUN
Kalau mesin gagal untuk start setelah empat atau lima putaran berarti ada
sesuatu yang salah. Pemutaran yang tidak berguna tersebut harus segera
dihentikan dan diselidiki penyebabnya.
4. Untuk mesin yang di start dengan accu cukup hanya memutar kunci start ke poisi start atau menekan tombol start.
5. Tutup kembali kran udara start, apabila udaranya tidak diperlukan untuk keperluan lain, misalnya dipakai pada System Pneumatik, proteksi dan lain-lain.
6. Setelah mesin beroperasi, biarkan mesin beroperasi pada putaran idle, sesuai petunjuk dari pabrik.
7. Kemudian naikkan putaran mesin sampai pada putaran nominal (daerah putaran kritis harus dilalui dengan cepat) dan biarkan beroperasi beberapa menit. Biasanya hal ini disebut sebagai pemanasan, yaitu sebelum mesin dibebani dan
dibiarkan tanpa kerja untuk beberapa menit (umumnya sampai 5 menit). Selama
pemanasan ini perlu dilakukan pengamatan sebagai berikut :
• Dengarkan apakah pembakaran serperti biasa dan urutan penggapaiannya benar. Periksa semua silinder untuk pembakarannya, perhatikan kerja dari pompa injeksi untuk mengetahui apakah semuanya beroperasi dengan baik.
• Amati sistem air pendingin keseluruhan untuk mengetahui apakah pompa bekerja dan terdapat air cukup, amati apakah kenaikkan temperatur air berjalan dengan baik.
• Amati tekanan pelumasan dan kerja dari peralatan sistem pelumasan. Periksa apakah ada silinder yang terlalu cepat panas. Yang menunjukan adanya
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
65
piston tidak terlumasi dan dengarkan kalau ada bantalan pena torak atau pena engkol yang tidak terlumasi. Kalau ada bagian bergerak yang tidak cukup mendapatkan minyak pelumas,
dapat mengakibatkan kerusakan gawat.
• Amati warna dari suara gas buang, untuk mengetahui keadaan yang baik. Pengamatan ini harus diulangi setelah beban dimasukkan. Karena dari warna gas buang ini dapat memberikan beberapa indikasi.
Tindakan pengamat pertama setelah start mesin, harus menjadi kebiasaan bagi
operator mesin dan kepala regu operasi harus bisa memberikan motivasi dan
pengarahan kepada operatornya untuk hal ini. Prosedur ini merupakan metode
yang sangat baik dan andal untuk mencegah operasi yang tidak benar, karena
mesin diesel memerlukan perhatian yang layak pada saat yang tepat, sehingga
kalau ada kelainan bisa ditemukan lebih dini.
Tetapi jangan lupa bahwa pengamatan tertentu harus selalu dilakukan meskipun
setelah periode pemanasan. Yaitu kalau terdapat kebocoran pada jaket air,
katup-katup dan lain sebagainya. Tidak boleh ada kebocoran jenis apapun juga
dan harus segera diperbaiki kalau terdapat kebocoran, baik itu mesin dalam
keadaan operasi atau diperlukan mesin harus stop.
Selanjutnya kalau segala sesuatunya telah dilakukan, seperti diatas telah
dilakukan dengan baik maka mesin sudah siap untuk diparalel.
b. Paralel
Seperti dijelaskan pada pengoperasian I, bahwa paralel adalah bilamana dua buah
atau lebih (dalam suatu pembangkit yang sama) untuk memikul beban secara
bersama-sama, atau kerja sama antara pusat-pusat pembangkit satu dengan
lainnya yang lazim disebut interkoneksi.
Macam-macam Paralel :
1. Paralel generator dengan generator 2. Paralel generator dengan sistem 3. Paralel trafo dengan trafo 4. Paralel trafo dengan sistem 5. Paralel sistem dengan sistem
A. Tujuan memparalelkan SPD adalh :
1. Untuk dapat mengatur pengoperasian setiap SPD secara ekonomis dengan menyesuaikan pembebanannya terhadap beban yang ada
2. Untuk meningkatkan keandalan sistem apabila ada gangguan pada salah satu SPD
3. Untuk membantu SPD lain yang bebannya sudah terlalu berat 4. Untuk penggantian Operasi satu atau lebih SPD yang sedang operasi tanpa
adanya pemadaman
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
66
5. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan yang berarti Tenaga Operator dapat dikurangi.
B. Syarat-syarat Paralel
Dalam hal ini ada dua pengertian paralel yaitu paralel Trafo dan paralel generator :
Syarat-syarat paralel Trafo :
a. Perbedaan sudut primer/sekunder sama (vektor group sama) b. Tegangan nominal primer/sekunder sama. c. Presentase impedans nominal sama, maximum 10% d. Perbandingan kVA paling besar 1 : 3
Kemudian dalam pokok bahasan ini yang akan dijelaskan hanya mencakup untuk
prosedur paralel generator pada satu SPD dengan SPD lainnya.
Syarat-syarat paralel generator :
1. Tegangan generator harus sama dengan tegangan bus bar, baik dengan trafo atau tidak.
2. Frekuensi generator harus sama dengan frekuensi busbar (50HZ) 3. Jumlah dan urutan phasa generator harus sama dengan urutan phasa busbar.
Dalam pelaksanaannya urutan phasa sudah dipasang sama pada waktu memasang
SPD sehingga pada saat paralel tinggal mengatur tegangan frekuensi.
C. Prosedur pelaksanaan untuk mempararelkan SPD adalah sebagai berikut :
1. Pasang / hubungkan syncronoscope pada panel kontrol generator dari mesin yang akan diparalel
2. Switch FCB (Field Circuit Breaker) di “ON” kan 3. Pindahkan exication changerrover switch dari posisi “OFF” keposisi “HAND”
kontrol. 4. Naikkan tegangan perlahan-lahan dengan memutar HAND kontrol Filed Rheostart
ke kanan sehingga mencapai tegangan nominal (tegangan operasinya) 5. Pindahkan Excitation Changerover switch dari posisi “MANUAL” kontrol ke posisi
“AUTO” selanjutnya pengaturan tegangan tidak lagi menggunakan manual kontrol tetapi menggunakan “AVR” kontrol yang diatur melalui set Volt Auto Switch.
6. On kan Switch pada syncronoscope maka akan terlihat penunjukan pada alat tersebut sebagai berikut :
- Tegangan busbar (kV Running) - Tegangan generator yang akan diparalel (Incoming) - Frekuensi generator yang akan diparalel - Jarum syncronoscope akan berputar kearah slow/fast (kekiri/kekanan) atau,
dua buah lampu (sycronizing lamp) hidup/mati.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
67
7. Kemudian aturlah agar :
- Tegangan generator sama dengan tegangan bus bar (pengaturan melalui set volt auto switch)
- Frekuensi generator sama dengan frekuensi bus bar - Jarum syncronoscope berputar pelan ke arah fast/kanan.
Pengaturan frekuensi/putaran jarum syncroscope ini dapat diatur dengan
menaikkan/menurunkan putaran mesin.
8. Bila pengaturan sudah dilaksanakan, maka OCB siap dimasukan (di ON kan). 9. Masukan / ON kan OCB pada saat ajrum syncronoscope mencapai titik tengan
(garis tengah vertikal yang ada pada meter) atau pada saat lampu syncronizing menyala paling terang (hubungan terang)
10. Bila OCB sudah masuk berarti mesin sudah dalam keadaan paralel dan siap untuk dibebani.
Pembebanan Dan Pelepasan Beban
A. Pembebanan SPD
Setelah SPD diparalel dengan sistem berarti generator sudah ngkitkan listrikyang
bertegangan pada bus bar.
Selanjutnya dilakukan pembebanan sebagai berikut :
1. Naikkan beban mesin perlahan-lahan sesuai dengan kebutuhan (sebaiknya mesin dibebani antara 80 persen sampai 100 persen dari daya terpasangnya karena pada beban tersebut pemakaian bahan bakarnya paling efisien) atau 100% daya mampunya
2. Kemudian cek data operasinya di panel mesin dan listrik apakah dalam keadaan normal semuanya. Pencatatan data operasi hendaknya dilaksanakan setiap jam atau setengah jam sekali untuk mengetahui kelainan-kelainan operasional secara dini termasuk suara maupun getaran yang tidak wajar. Sehingga bila terjadi kelainan dalam data operasinya perlu segera ditanggulangi.
B. Pelepasan Beban SPD
Prosedur pelepasan beban SPD merupakan kebalilakan dari pemberian beban. Pelepasan beban dari suatu SPD berarti kita memberikan beban tersebut kepada SPD yang lain (mengoper beban).
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
68
Jadi sebelum beban dilepas, kita harus yakin ada unit yang siap untuk mengambil
ali beban SPD tersebut. Ada dua kemungkinan mesin yang akan mengambil alih
beban yang akan dilepas :
1. SPD yang sudah beroperasi sejak semula 2. SPD yang baru dioperasikan dari SPD stand by
Bila kejadiannya seperti butir 1). Maka untuk melepas beban tidak perlu waktu
yang terlalu lama. Tetapi bila kejadian seperti pada butir2) tetntu akan memakan
waktu lama dibanding butir 1 hingga SPD penggantinya sampai siap untuk
dibebani (seperti start normal).
Namun yang penting disini bahwa SPD pengganti harus mampu menampung beban
yang akan dilepas.
d. Mematikan Mesin
Prosedur Mematikan SPD
A. Prosedur untuk mematikan SPD dalam keadaan normal adalah sebagai berikut :
1. Turunkan/pindahkan beban SPD yang akan di stop secara perlahan-lahan, dengan sendirinya beban ini akan dipikul oleh SPD-SPD lain yang masih roperasi paralel.
2. Perhatikan tegangan, frekuensi, cos Q dan beban baik pada SPD yang akan di stop maupun pada SPD yang akan menerima beban.
3. Turunkan beban hingga mendekati nol. 4. Lepaskan OCB SPD bersangkutan dengan lepasnya OCB berarti SPD
sudah lepas dari hubungan paralel dan hubungan nol. 5. Pindahkan Excitation Changeover switch dari posisi AUTO CONTROL ke
posisi HAND CONTROL. 6. Turunkan tegangan perlahan-lahan sampai mencapai nol dengan jalan
memutar HAND fieldrheostat kekiri. 7. Lepas FCB (Field Circuit Breaker). 8. Pindahkan excitation changeover switch dari posisi HAND ke posisi OFF. 9. Selanjutnya masih dapat di stop melalui tombol. 10. Setelah mesin stop biarkan alat-alat bantu (pompa pendingin jacket dan
valve cage, pompa minyak pelumas dan radiator fan) berjalan 10 menit. 11. Hidupkan alat pemanas (heater) pada generator. 12. Membuat laporan.
B. Prosedur untuk mematikan SPD bila terjadi gangguan SPD bersangkutan adalah sebagai berikut : 1. Segera lepas bagian beban (bila diperlukan / dengan cara melepas salah satu
OCB feeder ini bertujuan supaya mesin yang lain tidak kelebihan beban (over load). Di dalam melepas OCB feeder harus diatur sedemikian rupa sehingga beban
yang hilang tidak terlalu besar, kecuali dalam keadaan terpaksa.
Harus ada nomor prioritas feeder-feeder baik siang maupun malam.
2. Segera stop mesin dengan cara menekan tombol emergency stop pada panel mesin atau pada panel control generator.
3. Perhatikan pada SPD-SPD yang masih operasi beban, Cos Q, tegangan dan frekuensi. Bila perlu diadakan pengaturnya seperlunya.
PT PLN (Persero)
Jasa Pendidikan dan Pelatihan
69
4. Jalankan / operasi SPD cadangan (stand by unit) dengan prosedur beban kemudian langsung diparalel.
5. Selanjutnya OCB feeder yang dilepas bisa dimasukkan lagi. 6. Adakan pemeriksaan dan evaluasi atas terjadinya gangguan tersebut. 7. Membuat laporan.