bab 1 pendahuluanrepository.upi.edu/2637/4/s_mpp_0807188_chapter1.pdf · di indonesia berkembang...

18
1 Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu penunjang kemajuan ekonomi Indonesia adalah sektor kepariwisataan. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah menyumbang devisa negara sebesar 6,3 miliar USD di tahun 2009 dan meningkat di tahun 2010 sebesar 7,6 miliar USD. Tahun 2010 pariwisata menempati urutan ke 4 dalam ranking devisa pariwisata terhadap komoditas ekspor lainnya. Tahun 2011 perolehan devisa dari pariwisata mencapai USD 8.5 miliar, naik 11.8% dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk kontribusi terhadap devisa pada tahun 2011, sektor pariwisata ada di peringkat 5 setelah minyak dan gas bumi, minyak kelapa sawit, batubara, dan karet olahan. Meskipun turun peringkatnya tetapi jumlah sumbangan terhadap devisa negara naik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 1.1 Perkembangan Wisatawan mancanegara 2007 2011 Tahun Wisatawan Mancanegara Rata-rata Pengeluaran Per orang (USD) Jumlah Pertumbuhan (%) Per Hari Per kunjungan 2007 5,505,759 13.02 107.70 970.98 2008 6,234,497 13.24 137.38 1,178.54 2009 6,323,730 1.43 129.57 995.93 2010 7,002,944 10.74 135.01 1,085.75 2011 7,649,731 9.24 142.69 1,118.26 Sumber : Badan Pusat Statistik 2011

Upload: duongnguyet

Post on 27-May-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1 Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Salah satu penunjang kemajuan ekonomi Indonesia adalah sektor

kepariwisataan. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa sektor

pariwisata di Indonesia telah menyumbang devisa negara sebesar 6,3 miliar USD

di tahun 2009 dan meningkat di tahun 2010 sebesar 7,6 miliar USD. Tahun 2010

pariwisata menempati urutan ke 4 dalam ranking devisa pariwisata terhadap

komoditas ekspor lainnya. Tahun 2011 perolehan devisa dari pariwisata mencapai

USD 8.5 miliar, naik 11.8% dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk kontribusi

terhadap devisa pada tahun 2011, sektor pariwisata ada di peringkat 5 setelah

minyak dan gas bumi, minyak kelapa sawit, batubara, dan karet olahan. Meskipun

turun peringkatnya tetapi jumlah sumbangan terhadap devisa negara naik jika

dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 1.1

Perkembangan Wisatawan mancanegara 2007 – 2011

Tahun

Wisatawan Mancanegara Rata-rata Pengeluaran

Per orang (USD)

Jumlah Pertumbuhan

(%) Per Hari Per kunjungan

2007 5,505,759 13.02 107.70 970.98

2008 6,234,497 13.24 137.38 1,178.54

2009 6,323,730 1.43 129.57 995.93

2010 7,002,944 10.74 135.01 1,085.75

2011 7,649,731 9.24 142.69 1,118.26

Sumber : Badan Pusat Statistik 2011

2

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.1 menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke

Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan

pariwisata di Indonesia terus berkembang dan secara konsisten meningkat dari

tahun ke tahun.

Menurut UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pasal 1 Ayat 3

menyatakan bahwa yang dimaksud Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan

wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Berkembangnya kegiatan pariwisata di Indonesia harus diimbangi dengan

penyediaan akomodasi bagi wisatawan, karena jika tidak diimbangi dengan

penyediaan akomodasi maka pariwisata tidak akan berjalan dengan baik. Kegiatan

pariwisata perlu didukung dengan fasilitas penunjang seperti akomodasi

perhotelan, restoran, dan biro perjalanan. Sejalan dengan pertumbuhan pariwisata

di Indonesia berkembang pula bisnis perhotelan.

Hotel adalah suatu bidang usaha yang menggunakan suatu bangunan atau

sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, untuk setiap orang yang

menginap, makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya

dengan pembayaran. Ciri khusus dari hotel adalah mempunyai restoran yang

dikelola langsung dibawah manajemen hotel tersebut. Kelas hotel ditentukan oleh

Dinas Pariwisata Daerah. (depbudpar, 2008). Klasifikasi hotel mulai dari kelas

melati satu sampai dengan tiga, dan bintang satu sampai dengan bintang lima.

Pemberian klasifikasi hotel saat ini semakin berkembang tidak hanya dilihat dari

fasilitas yang dimiliki hotel, namun pelayanan serta nilai tambah yang bisa

3

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

didapat tamu juga menjadi pertimbangan Dinas Pariwisata Daerah untuk

memberikan kasifikasi hotel.

Setiap tahun jumlah hotel yang berdiri di Indonesia semakin bertambah.

Data berikut ini menunjukkan perkembangan jumlah hotel bintang yang ada di

Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun 2011 :

Tabel 1.2

Perkembangan Jumlah Hotel Bintang di Indonesia Tahun 2008 - 2011

Klasifikasi Hotel Jumlah Hotel

2008 2009 2010 2011

Bintang 5 96 103 118 129

Bintang 4 188 227 232 252

Bintang 3 312 340 363 457

Bintang 2 265 253 267 290

Bintang 1 308 317 326 361

Jumlah 1.169 1.240 1.306 1.489

Sumber : Badan Pusat Statistik 2011

Tumbuhnya usaha akomodasi khususnya hotel berbintang dari tahun ke

tahun menunjukkan bahwa kebutuhan akomodasi bagi wisatawan sangat penting.

Semakin banyak wisatawan yang berkunjung semakin tinggi pula kebutuhan akan

jasa akomodasi seperti hotel, khususnya bagi wisatawan mancanegara sebab

mereka selalu menghabiskan lamanya waktu singgah (length of stay) lebih dari

satu hari. Data berikut ini menunjukkan jumlah rata-rata per hari tamu asing yang

menginap di hotel berbintang menurut 5 provinsi terbesar di Indonesia.

4

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.3

Jumlah Rata-rata Tamu Asing yang Menginap di Hotel Berbintang

Menurut 5 Provinsi Tahun 2009 – 2011

Provinsi 2009 2010 2011

Bali 4.114 / hari 5.741 / hari 5.480 / hari

Jawa Timur 179 / hari 289 / hari 253 / hari

Jawa Barat 165 / hari 239 / hari 160 / hari

DKI Jakarta 134 / hari 187 / hari 80 / hari

DI Yogyakarta 160 / hari 161 / hari 152 / hari

Sumber : Modifikasi dari Badan Pusat Statistik 2012

Jawa Barat menempati urutan ketiga sebagai provinsi yang memiliki jumlah tamu

asing terbanyak yang menginap pada hotel berbintang dihitung rata-rata per hari.

Hal ini menunjukan pertumbuhan bisnis hotel yang ada di Jawa Barat juga

semakin berkembang.

Bandung, sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat menjadi daya tarik

tersendiri bagi wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara

(wisman). Bandung sekarang dikenal tidak hanya sebagai kota yang memiliki

potensi wisata alam saja tetapi juga memiliki potensi wisata belanja dan kuliner.

Jumlah wisnus dan wisman yang mengunjungi Kota Bandung terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat menjadi salah satu indikator bahwa

kegiatan kepariwisataan di Kota Bandung juga semakin berkembang. Berikut ini

adalah data kunjungan wisnus dan wisman yang datang ke Kota Bandung dari

tahun 2009 hingga tahun 2011 :

5

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.4

Data Kunjungan Wisatawan ke Kota Bandung Tahun 2009 - 2011

No Asal Wisatawan 2009 2010 2011

1 Wisnus 1.750.000 1.837.500 1.925.000

2 Wisman 87.000 91.350 81.997

Jumlah 1.837.000 1.928.850 2.006.977

Sumber : Dinas Pariwisata Kota Bandung 2011

Tabel 1.4 menunjukkan wisatawan yang datang ke Kota Bandung terus

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dengan jumlah wisatawan tersebut,

terutama wisatawan mancanegara membuat bisnis perhotelan menjadi semakin

kompetitif. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya hotel non bintang

maupun bintang yang berdiri di Kota Bandung. Berdasarkan data Disparbud Kota

Bandung, jumlah kamar hotel saat ini sebanyak lebih dari 12.000 unit dan saat ini

ada sekitar 15 hotel yang sedang dibangun hingga akhir 2012 di Kota Bandung

(http://www.inilah.com/read/detail/1527182/).

Tabel 1.5

Jumlah Wisatawan Menginap Berdasarkan Klasifikasi Hotel

di Kota Bandung Tahun 2011

Klasifikasi Wisnus Wisman Jumlah

Bintang 5 278.847 33.813 312.660

Bintang 4 402.748 46.780 449.528

Bintang 3 339.810 34.770 374.580

Bintang 2 269.098 15.615 284.713

Bintang 1 34.114 2.955 37.069

Sumber : Dinas Pariwisata Kota Bandung 2011

Tabel 1.5 menunjukkan bahwa hotel bintang 4 paling banyak dipilih oleh

wisatawan untuk kebutuhan akomodasinya. Hotel bintang 4 yang ada di Kota

6

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Bandung cukup banyak dibandingkan dengan hotel berbintang 3 atau 5, selain itu

hotel bintang 4 dianggap memiliki pelayanan serta fasilitas yang memadai untuk

kebutuhan wisatawan selama menginap di hotel tersebut. Setiap Hotel berusaha

memberikan pelayanan yang terbaik bagi wisatawan dan memenangkan kompetisi

dari pesaingnya.

Persaingan hotel berbintang 4 juga dapat dilihat dari data yang

menunjukkan ranking hotel yang ada di Kota Bandung berdasarkan pengalaman

yang didapat oleh tamu selama menginap.

Tabel 1.6

4 Stars Hotel Ranking in Bandung

Ranking /

Popularitas Hotel Name

Experience from Guest Total

Review Exellent Verry

Good Average Poor Terrible

1 Banana Inn 53 48 7 0 2 110

2 The Luxton 13 22 2 0 0 37

3 Golden Flower 44 45 16 4 0 109

4 The Amaroossa 21 20 2 3 1 47

5 Carrcadin 17 18 5 1 0 41

Sumber : Tripadvisor.com Desember 2012

Posisi ranking dari data Tabel 1.6 ditentukan oleh tingkat popularitas hotel di

dalam database tripadvisor.com (sering diakses dan mendapatkan banyak

komentar serta penilaian mengenai fasilitas dan pelayanan secara menyeluruh)

dan juga ditentukan oleh kalkulasi nilai pengalaman dari para reviewer yang

pernah menginap di hotel tersebut diantaranya, kualitas layanan, nilai dan manfaat

yang didapat oleh tamu hotel, kualitas tidur, kebersihan, lokasi, kualiats kamar,

fasilitas pendukung seperti spa, dan kualitas sarapan yang diberikan. Hal yang

menarik dari data tersebut adalah posisi Amaroossa Hotel yang hanya menempati

7

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

urutan ke-empat meskipun komentar negatif lebih sedikit, kalah oleh Hotel

bintang 4 lainnya. Hal ini dikarenakan tingkat rekomendasi dan hasil kalkulasi

rating dari para reviewer masih rendah dari tamu Amaroossa Hotel.

Amaroossa Hotel berada di lokasi strategis di kawasan Jl. Aceh Bandung

yang letaknya sangat berdekatan dengan kawasan wisata belanja di Jl. Riau.

Memiliki 90 kamar yang dibagi menjadi 9 tipe kamar dengan desain mewah

berkonsep hotel butik. Amaroossa Hotel merupakan salah satu unit bisnis dari PT.

Amaroossa Casa, namun manajemen operasional dijalankan oleh Kagum Hotels.

Meskipun memiliki keunggulan dari segi arsitektur, interior, dan fasilitas lainnya

hal tersebut belum mampu memberikan pengalaman yang baik kepada tamunya.

Jumlah tamu yang menginap di Amaroossa Hotel pada tahun 2011 menurun

dibandingkan dengan tahun 2010. Berikut data yang menunjukkan penurunan

jumlah tamu yang menginap di Amaroossa Hotel.

Tabel 1.7

Top Competitor Statistic Report 2010-2011 Berdasarkan Room Occupancy

No Hotel

2010 2011

Room

Occ.

Room Sold Room

Occ.

Room Sold

1 Hotel Santika 89,92% 24.944 87,03% 24.142

2 Grand Serela 82,36% 23.147 83,06% 23.344

3 Amaroossa 82,27% 27.026 80,27% 26.369

4 Aston Tropicana 76,77% 34.466 79,56% 35.718

5 Hotel Luxton 68,97% 23.664 70,38% 24.147

Sumber : Front Office Department Amaroossa Hotel 2012.

Data Tabel 1.7 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat hunian kamar (occupancy

room) per tahun hotel bintang 4 di Bandung cukup tinggi. Amarooosa berada di

8

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

urutan ke-3 dari kompetitor hotel bintang 4 lainnya dengan perolehan occupancy

yang menurun di tahun 2011 jika dibandingkan dengan tahun 2010.

Tingkat hunian kamar tahun 2011 sebesar 80,27 % menurun jika

dibandingkan dengan tingkat hunian pada tahun 2010 yaitu mengalami penurunan

sekitar 657 kamar atau menurun sekitar 2 %. Selain itu target room sold juga

selalu tidak tercapai dengan jumlah keseluruhan kamar yang tersedia selama satu

tahun adalah 32.850 kamar. Target room sold untuk tahun 2010 adalah 85%

dengan hasil room sold 82,27% sedangkan target di tahun 2011 adalah 82,11%

room sold dengan hasil room sold sebesar 80,27%. Penurunan tingkat occupancy

dikhawatirkan akan mempengaruhi pendapatan yang diterima hotel.

Inovasi dari setiap manajemen pada hotel berbintang sangat diperlukan

agar hotel dapat memenangkan kompetisi dari para pesaingnya. Konsep hotel

yang didirikan semakin beragam, hal ini bertujuan agar posisi merek yang

diciptakan manajemen hotel dapat menarik minat wisatawan untuk beralih dari

hotel yang telah berdiri lama ke hotel-hotel yang baru didirikan. Salah satu

inovasi dan konsep hotel dalam posisi merek yang diciptakan yaitu boutique hotel.

Menurut hospitalitynet.org era hotel butik dimulai sejak awal tahun 1980-

an. The Blakes Hotel di South Kensington, London (di desain oleh celebrity stylist

Anouska Hempel) dan The Bedford di Union Square, San Francisco berada di

bawah manajemen hotel Kimpton Group. Hotel-hotel tersebut memiliki sedikit

kamar tetapi dengan desain interior serta fasilitas yang melebihi standar hotel

berbintang pada saat itu. Biasanya hotel dengan konsep butik selalu menawarkan

9

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sesuatu yang lebih kepada tamunya jika dibandingkan dengan menginap di hotel

dengan konsep lain pada umumnya.

Definisi hotel butik sangat variatif, tetapi pada dasarnya operator hotel

dengan konsep butik selalu mengikuti beberapa pedoman agar dapat

dikategorikan sebagai hotel butik diantaranya, arsitektur dan desain hotel,

pelayanan, serta target pasar yang dituju.

Arsitektur dan desain dari sebuah hotel butik biasanya dirancang dengan

tema tertentu dan detail yang unik sehingga memberikan kesan yang lebih hangat,

intim, dan elegan. Pelayanan yang diberikan oleh hotel butik cenderung lebih

personal karena biasanya hotel dengan konsep butik memiliki sedikit kamar dan

perbandingan jumlah tamu dengan petugas hotel relatif kecil. Tamu yang mencari

sesuatu yang spesial dan fasilitas penginapan yang berbeda menjadi target utama

dari hotel dengan konsep butik.

Salah satu hotel yang menerapkan konsep hotel butik di Bandung adalah

The Amaroossa Hotel. Sejak dibukanya hotel ini, Amaroossa Hotel telah

menetapkan posisi merek sebagai hotel butik, dengan menggunakan tag-line stay

in love, lalu berganti tag-line di tahun 2011 menjadi “where boutique and luxury

joins in exclusive Bandung Hotel.”

Berikut ini adalah data yang menunjukkan persaingan boutique hotel

berbintang 4 yang ada di Kota Bandung.

Tabel 1.8

4 Stars Boutique Hotel Occupancy 2010-2011

No Hotel

2010 2011

Room Occ. Room Sold Room Occ. Room

Sold

10

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1 Amaroossa 82,27% 27.026 80,27% 26.369

2 Grand Seriti 71,35% 25.639 71,84% 25.802

3 Ardjuna Butik 80,31% 22.571 79,78% 22.422

Sumber : Front Office Department Amaroossa Hotel 2012.

Amaroossa Hotel berada di peringkat pertama dengan perolehan tingkat

occupancy tertinggi di tahun 2010 dan 2011 diantara boutique hotel yang ada di

Kota Bandung. Namun apabila dilihat berdasarkan tingkat occupancy dari tahun

2010 ke ke 2011 Amaroossa Hotel mengalami penurunan sebesar 2 % kalah oleh

Grand Seriti yang tumbuh sekitar 0,49 % atau naik sekitar 163 kamar yang terjual.

Hal ini menunjukkan adanya masalah sehingga dikawatirkan akan menjadi trend

negatif di tahun berikutnya bahkan kalah dan tidak dapat bersaing dengan

boutique hotel lain yang sudah lama berdiri maupun yang baru di buka seperti

Asmila boutique hotel. Amaroossa Hotel juga harus bersaing dengan hotel butik

berbintang tiga seperti D’Batoe boutique hotel.

Tingkat hunian kamar adalah suatu kondisi hunian kamar hotel yaitu

perbandingan jumlah kamar yang terjual (room sold) dengan jumlah kamar yang

tersedia (room available) atau jumlah kamar yang dapat dijual (room salable)

selama periode tertentu. Rasio occupancy dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan

hotel dalam menjual produk utamanya, yaitu kamar. Oleh sebab itu, keputusan

menginap calon tamu merupakan hal yang terpenting bagi sebuah industri hotel.

Apabila keputusan menginap calon tamu tinggi pada suatu hotel maka tingkat

hunian tamu pada hotel tersebut akan tinggi pula. Meningkatnya tingkat hunian

kamar merupakan tujuan utama dari industri perhotelan yang diharapkan dapat

meningkatkan profit perusahaan. Setiap manajemen hotel berusaha memberikan

11

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

persepsi-persepsi yang baik sebelumnya kepada calon tamu untuk menciptakan

keputusan menginap dan menggunakan jasa di hotel tersebut. Banyak aspek yang

mempengaruhi pengambilan keputusan menginap oleh tamu.

Hubungan antara keputusan menginap calon tamu dengan tingkat hunian

sangat erat. Apabila keputusan menginap tinggi maka dampaknya terhadap tingkat

hunian juga tinggi, dan keberhasilan manajemen hotel dalam menjual kamar bisa

dikatakan berhasil. Tetapi apabila keputusan menginap calon tamu rendah maka

dampaknya adalah tingkat hunian menjadi rendah. Meskipun mengalami kenaikan

tetapi tidak signifikan hal ini tetap menjadi kendala dalam industri perhotelan,

karena bisa menyebabkan penurunan profit hotel tersebut jika dibandingkan

dengan hotel pesaingnya. Data berikut ini menunjukan prosentase jenis tamu yang

menginap di Amaroossa Hotel tahun 2011.

Sumber : Manajemen Amaroossa Hotel 2011

Gambar 1.1

Persentase Tamu yang Menginap Berdasarkan Jenis Tamu

15%

3.955)

30%

(7.911) 20%

(5.274)

10%

(2.637)

25%

(6.592)

Goverment Corporate Individual Guest Travel Agent Online agent

12

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Amaroossa Hotel Tahun 2011

Berdasarkan Gambar 1.1 diketahui bahwa jenis tamu yang menginap di

Amaroossa Hotel terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu Group dan Individual

Guest atau biasa disebut Free Individual Traveller (FIT). Tamu grup dibagi lagi

menjadi dua kategori yaitu goverment dan corporate. Sedangkan tamu lainnya

berasal dari travel agent dan on-line travel agent. Tamu grup biasanya memiliki

tujuan untuk melakukan kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and

Exhibition) sedangkan tamu FIT biasanya memiliki tujuan untuk berlibur. Dari

kedua jenis tamu tersebut dapat dilihat bahwa persentase tamu individu lebih

sedikit dibandingkan dengan jumlah tamu grup dengan persentase mencapai 45%

atau sekitar 11.866 tamu, sedangkan tamu individu hanya mencapai 20% atau

sekitar 5.274 tamu selama tahun 2011.

Amaroossa Hotel menginginkan jumlah tamunya meningkat dari tahun

sebelumnya, oleh karena itu pihak manajemen melakukan beberapa kinerja

pemasaran melalui strategi brand positioning sebagai hotel butik diantaranya

dengan advertising, email blast, blackberry messengger blast, corporate social

responsibility,internet marketing, dan media lainnya.

Salah satu strategi yang dilakukan Amaroossa Hotel untuk meningkatkan

tingkat hunian kamar, dalam hal ini mempengaruhi calon tamu untuk memutuskan

menginap adalah melalui strategi brand positioning. Selain itu Amaroossa Hotel

juga melakukan kegiatan pemasaran untuk meningkatkan keputusan menginap

calon tamu dan meningkatkan hunian kamar diantaranya adalah personal selling,

13

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

direct selling, sales call ke beberapa perusahaan dan institusi pemerintah,

advertising, corporate social responsibility (CSR), flyering, serta kegiatan

pemasaran lainnya.

Amaroossa Hotel merupakan hotel dengan konsep butik yang berdiri

kurang dari tiga tahun, sejak dibuka pada akhir 2009. Masih banyak diantara

wisatawan atau calon tamu lainnya yang masih merasa awam dengan hotel ini.

Oleh karena itu pihak manajemen berusaha menciptakan positioning pada brand-

nya. Menurut Gelder (2005), “Brand positioning as a way of demonstrating a

brand’s advantage over and differentiation from its competitors” (p. 31), yang

artinya brand positioning adalah suatu cara untuk mendemonstrasikan keunggulan

dari suatu merek dan perbedaannya dari kompetitor yang lain. Dalam definisi

tradisional, positioning sering disebut sebagai strategi untuk memenangi dan

menguasai benak pelanggan melalui produk yang ditawarkan. Sedangkan menurut

Hermawan Kartajaya (2004), positioning didefinisikan sebagai the strategy to

lead your customer credibly, yaitu upaya untuk mengarahkan pelanggan secara

kredibel. Brand positioning yang dilakukan Amaroossa Hotel ini berkaitan dengan

cara yang dilakukan manajemen agar dapat memberikan kesan positif di benak

calon tamu maupun tamu yang sudah menginap dan menggunakan fasilitas serta

merasakan pelayanan secara menyeluruh.

Brand positioning yang dilakukan manajemen Amaroossa Hotel tidak

hanya berfungsi untuk menanamkan kesan positif di benak konsumen tetapi juga

untuk menciptakan sesuatu yang menjadi pembeda dari hotel pesaing. Amaroossa

14

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Hotel berusaha memposisikan mereknya sebagai hotel butik dengan sentuhan

kemewahan di setiap sudut hotel yang lokasinya ada di tengah perkotaan.

Wisatawan saat ini menyukai sesuatu yang baru dan berbeda bahkan

Lucienne Anhar dalam artikelnya yang berjudul “The Definition of Boutique

Hotels” mengatakan : “Although many travelers claim to seek lodging facilities

that coincide with the traditional hotel concept, boutique hotels are becoming

more and more of a social manipulation: those who do not stay in boutique hotels

are categorized as unfashionable and un-hip” yang artinya “Meskipun banyak

wisatawan yang menyatakan bahwa mereka mencari fasilitas penginapan yang

sama dengan konsep hotel tradisional, hotel butik hadir lebih dan lebih dari

sebuah manipulasi sosial : barang siapa yang tidak menginap di hotel butik adalah

mereka yang termasuk kepada kategori yang tidak mengikuti mode dan

ketinggalan zaman”. Hal itu dianggap Amaroossa Hotel sebagai sebuah peluang,

untuk meningkatkan keputusan menginap tamu.

Keberhasilan strategi brand positioning dapat diukur melalui dimensi

favorability atau kemampuan untuk disukai, disimilarity atau berbeda dari

pesaingnya, uniqueness atau keunikan, dan credibility atau kredibilitas (Fuchs,

2008:61).

Favorability disini berkaitan dengan sejauh mana kesan positif

menguntungkan yang diberikan Amaroosa Hotel kepada tamunya agar menjadi

hotel yang disukai tamunya. Apabila tamu berfikir atau merasakan bahwa fitur

dari merek atau manfaat dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka,

berarti tamu mempersepsikan merek tersebut sebagai favorable, dimana

15

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Amaroossa Hotel yang merupakan hotel bintang 4 dengan konsep hotel butik

berada di tengah perkotaan dengan fasilitas yang lengkap mulai dari fasilitas

standard yang dimiliki hotel berbintang 4, hingga fasilitas yang tidak dimiliki

hotel sekelas bintang 4 lainnya seperti salon, kids corner, wedding corner.

Disimilarity yaitu mengacu kepada bagaimana persamaan atau perbedaan

dari persepsi sebuah merek untuk dibandingkan dengan merek lainnya dalam

kategori produk yang sama. Amaroosa Hotel memiliki desain interior hotel yang

mengusung kesan mewah, elegan, dan juga kesan detail di setiap sudut hotel.

Selain itu keberadaan salon dan wedding corner menjadi nilai tambah tersendiri

bagi Amaroosa Hotel karena fasilitas tersebut jarang ditemui di hotel lain.

Uniqueness atau keunikan yang ada di Amaroossa Hotel adalah konsep

hotel butik yang ada di tengah perkotaan namun tetap nyaman dengan sentuhan

kemewahan yang diberikan manajemen hotel kepada tamunya. Setiap kamar di

desain dengan gaya arsitektur Eropa dan berkesan mewah. Setiap lantai kamar dan

lorong menuju kamar dilapisi karpet, dinding yang dilapisi dengan wallpaper,

kolam renang di lantai dua dengan tema hutan mini, serta fasilitas lainnya yang

tidak lepas dari kesan mewah.

Credibility atau kredibilitas adalah kualitas, kapabilitas, atau kekuatan

untuk menimbulkan kepercayaan. Kinerja karyawan Amaroossa Hotel yang

maksimal dalam memberikan pelayanan terbaik menjadi prioritas utama agar

dapat memberikan kepercayaan kepada para tamunya.

Melalui strategi brand positioning yang dilakukan Amaroossa Hotel

diharapkan keputusan tamu untuk menginap meningkat, yang pada akhirnya

16

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tingkat hunian meningkat pula. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu

diadakan penelitian mengenai “UPAYA MENINGKATKAN KEPUTUSAN

MENGINAP TAMU AMAROOSSA HOTEL MELALUI STRATEGI

BRAND POSITIONING” (Survei terhadap tamu yang menginap di Amaroossa

Hotel).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa

masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan strategi brand positioning di Amaroossa Hotel.

2. Bagaimana keputusan menginap tamu di Amaroossa Hotel.

3. Bagaimana pengaruh kinerja brand positioning terhadap keputusan

menginap di Amaroossa Hotel.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari informasi yang berhubungan

dengan brand positioning serta pengaruhnya terhadap keputusan menginap di

Amaroosa Hotel dengan tujuan penelitian untuk menelaah hasil temuan sebagi

berikut :

1. Untuk memperoleh temuan mengenai pelaksanaan brand positioning

di Amaroossa Hotel.

17

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Untuk memperoleh temuan mengenai keputusan menginap tamu di

Amaroossa Hotel.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh brand positioning terhadap

keputusan menginap tamu di Amaroossa Hotel.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan baik secara teoritis maupun praktis.

1. Kegunaan Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmu

pengetahuan, terutama yang berhubungan dengan disiplin ilmu pemasaran,

khusunya pemasaran pariwisata, melalui pendekatan serta metode-metode

yang digunakan mengenai pengaruh brand positioning terhadap keputusan

menginap di dalam industri hotel. Selain itu hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak lain, untuk mengetahui

perkembangan dan fenomena kepariwisataan terutama di dalam industri

perhotelan.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak manajemen

Amaroossa Hotel mengenai pengaruh brand positioning Amaroossa Hotel

18

Rifqi Satria Gilang Pamungkas, 2013 Upaya Meningkatkan Keputusan Menginap Tamu Amarossa Hotel Melalui Strategi Brand Positioning (Survei Terhadap Tamu Yang Menginap Di Amarossa Hotel) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sebagai hotel butik dalam meningkatkan keputusan menginap tamu.

Penelitian ini juga dapat menjadi pengetahuan dan motivasi bagi kemajuan

di industri perhotelan, khususnya yang ada di Bandung.