bab 1 latar belakang i

9
BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Dispepsia adalah keluhan umum yang disampaikan oleh individu-individu dalam suatu populasi umum yang mencari pertolongan medis. Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15-30% orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari. Belum didapatkan data epidemiologi di Indonesia (Djojoningrat, 2007). Angka kejadian dispepsia di masyarakat luas tergolong tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada suatu komunitas selama 6 bulan, tingkat keluhan dispepsia mencapai 38% (Jones dkk, 1989), dimana pada penelitian tersebut dinyatakan bahwa keluhan dispepsia banyak didapatkan pada usia yang lebih muda. Penelitian pada komunitas lain yang dilakukan oleh peneliti yang sama selama 6 bulan mendapatkan angka keluhan dispepsia 41% (Jones dkk, 1990). 1

Upload: mc-yayan

Post on 23-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

you

TRANSCRIPT

BAB 1LATAR BELAKANG1.1 Latar Belakang

Dispepsia adalah keluhan umum yang disampaikan oleh individu-individu dalam suatu populasi umum yang mencari pertolongan medis. Berdasarkan penelitian pada populasi umum didapatkan bahwa 15-30% orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari. Belum didapatkan data epidemiologi di Indonesia (Djojoningrat, 2007).

Angka kejadian dispepsia di masyarakat luas tergolong tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada suatu komunitas selama 6 bulan, tingkat keluhan dispepsia mencapai 38% (Jones dkk, 1989), dimana pada penelitian tersebut dinyatakan bahwa keluhan dispepsia banyak didapatkan pada usia yang lebih muda. Penelitian pada komunitas lain yang dilakukan oleh peneliti yang sama selama 6 bulan mendapatkan angka keluhan dispepsia 41% (Jones dkk, 1990).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada remaja usia 14-17 tahun, remaja perempuan lebih banyak menderita dispepsia dibandingkan dengan remaja laki-laki, yaitu 27% dan 16% (Reshetnikov, 2001). Penyebab timbulnya dispepsia diantaranya adalah faktor diet dan lingkungan, sekresi cairan asam lambung, fungsi motorik lambung, persepsi viseral lambung, psikologi, dan infeksi Helicobacter pylori (Djojoningrat, 2007). Dyspepsia merupakan permasalahan diagnostik yang menantang dan sulit karena sifatnya yang nonspesifik. Faktor-faktor psikologi dapat memainkan peranan sebagai penyebab atau kontributor, dan keberadaan ansietas, gejala depresi atau histeria. (Fauci, 2008)Kecemasan merupakan gejala normal pada manusia dan disebut patologis bila gejalanya menetap dalam jangka waktu tertentu dan mengganggu ketentraman individu. Kecemasan sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu segera dihilangkan dengan berbagai macam cara penyesuaian (Maramis, 2005). Kecemasan merupakan gangguan mental terbesar. Diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan (Gail, 2002). Sebuah studi di masyarakat Amerika menggunakan metode Epidemiological Cathment Area menunjukkan prevalensi gangguan ansietas sebesar 2,3 - 2,7%. Ansietas cenderung diderita oleh mereka yang lebih muda, wanita dengan masalah sosial dan mereka yang mempunyai masalah psikiatri sebelumnya. Ansietas yang patologis sering timbul pada mereka yang menderita penyakit kronis. Jumlah penderita gangguan ansietas pada kelompok wanita lebih banyak dibanding dengan kelompok laki-laki dengan akibat menimbulkan sejumlah hendaya dalam hubungan social serta kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari-hari (Wiguna, 2003).Gangguan anxietas di Indonesia terutama di kota Jakarta, menunjukkan prevalensi yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata umum. Prevalensi (angka kesakitan) gangguan anxietas berkisar pada angka 6-7% dari populasi umum. Kelompok perempuan lebih banyak mengalami gangguan anxietas jika dibandingkan dengan prevalensi kelompok laki-laki (Ibrahim, 2002).Dari penelitian yang mencakup sebanyak 700 responden yang terdiri dari kaum wanita usia 15-55 tahun di kelurahan Tanjung Duren Utara dan Selatan, Jakarta Barat. Dari 700 orang responden, yang menunjukkan gangguan ansietas sebanyak 61 orang (8,71%). Frekuensi tertinggi gangguan ansietas dialami oleh responden usia 15-24 tahun sebanyak 26 orang (42,6%), diikuti oleh rentang usia 25-34 tahun sebanyak 14 orang (22,9%), dan rentang usia 35- 44 tahun sebanyak 13 orang (21,3%). Frekuensi terendah terdapat pada responden usia lebih dari 45 tahun yaitu sebanyak 8 orang (13,1%) (Wiguna, 2003).Penelitian dilakukan di SMAN 1 Selong yang terletak di jalan TGH Umar No. 17 Selong, kabupaten Lombok Timur, provinsi Nusa Tenggara Barat. Alasan penentuan lokasi antara lain adalah ingin mengetahui hubungan gangguan cemas dengan kejadian dyspepsia pada remaja wanita. Selain itu, belum ada penelitian serupa yang pernah dilakukan di SMAN 1 Selong.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Apakah ada hubungan antara gangguan kecemasan dengan terjadinya sindroma dispepsia remaja perempuan SMAN 1 Selong?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mencari hubungan antara gangguan kecemasan dengan kejadian sindroma dispepsia remaja perempuan SMAN 1 Selong. 1.3.2. Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Diketahuinya gangguan kecemasan remaja perempuan SMAN 1 Selong Lombok Timur.

2. Diketahuinya angka kejadian sindroma dispepsia remaja perempuan SMAN 1 Selong Lombok Timur.1.4 Manfaat Penelitian

1. Bidang penelitian :

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang sindroma dispepsia.

2. Bidang pendidikan :

Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian berdasarkan metode yang baik dan benar.

3. Bidang pelayanan masyarakat :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang benar bagi masyarakat tentang gangguan kecemasan dan sindroma dispepsia pada remaja perempuan.Djojoningrat D. (2007), Dispepsia Fungsional. In: Suyono, S.H., Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. edisi 5. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.

Fauci, et al. (2008). Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th ed. New York: The McGraw-Hill Companies.

Gail, Stuart W. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC, p:144.Jones R, Lydeard S, 1989. Prevalence of symptoms of Dyspepsia in the Community, Department of Primary Medical Care, University of Southhampton. Available from: http:lib.bioinfo.pl/meid:98367. [Accessed 27 September 2012]

Jones R.H., Lydeard S.E., Hobbs F.D., Kenkre J.E., Williams E.I., Jones S.J., Repper J.A., Caldlow .J.L., Dunwoodle W.M., Bottomley J.M., 1990. Dyspepsia in England and Scotland, Department of Primary Medical Care, University of Southhampton. Available from: http:lib.bioinfo.pl/meid:98367. [Accessed 27 September 2012]Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press, pp:38, 107, 252-254.

Reshetnikov O.V., Kurilovich S.A., Denisova D.V., Zavyalova L.G., Tereshonok I.N. (2001), Prevalence of Dyspepsia and Irritable Bowel Syndrome Among Adolescent of Novosibirsk, Institute of Internal Medicine Russia. Int. J Circumpolar Health 60 (2): 253.

Available from: http:// www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11507978.

Ibrahim, Ayub Sani. 2002. Menyiasati

Gangguan Cemas (1). Jakarta: Pdpersi.

Wiguna, Made & Ibrahim, Ayub Sani. 2003. Perbandingan gangguan ansietas dengan beberapa

karakteristik demografi pada wanita usia 15-55 tahun, Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. J Kedokter Trisakti, Vol.22 No.3

3